• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Regulasi Diri Dalam Belajar Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Regulasi Diri Dalam Belajar Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

PADJADJARAN

AGITA RACHMAWATI SETIATI–SURYA CAHYADI

ABSTRAK

Tugas merupakan salah satu proses pembelajaran yang harus dilalui oleh mahasiswa.

Mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan lebih dari satu tugas dan diberikan batas waktu untuk

penyelesaiannya. Sehingga mahasiswa harus efektif dan disiplin dalam menggunakan waktunya

untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut. Namun, sekarang ini masih banyak mahasiswa yang

melakukan prokrastinasi akademik. Salah satu faktor yang menyebabkan prokrastinasi akademik

adalah rendahnya regulasi diri dalam belajar. Oleh karena itu, perlu bagi mahasiswa untuk

memiliki regulasi diri dalam belajar. Dengan adanya regulasi diri dalam belajar, mahasiswa

secara aktif akan mengarahkan kognitif, perasaan, dan perilakunya untuk mencapai tujuan

belajar sehingga diharapkan dapat menghindari prokrstinasi akademik. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui peran regulasi diri dalam belajar terhadap prokrastinasi akademik.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan kuantitatif noneksperimental

dengan metode penelitian korelasional. Penelitian ini secara khusus bertujuan sebagai prediction

studies. Penelitian ini dilakukan terhadap 84 mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random

sampling.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa regulasi diri dalam belajar berperan

menurunkan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

(B = -0,493;R Square = 0,214;Sig = 0,000; α =0,10).

▸ Baca selengkapnya: fase yang paling menantang dalam regulasi diri

(2)

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran yang harus ditempuh oleh mahasiswa di Fakultas Psikologi

Universitas Padjadjaran meliputi, kuliah, praktikum, dan tugas makalah. Oleh karena itu,

pengerjaan tugas menjadi salah satu kewajiban mahasiswa. Pengerjaan tugas ini terdiri dari

laporan praktikum dan tugas makalah, baik individu maupun kelompok. Tugas biasanya tidak

hanya datang dari satu dosen, melainkan dosen mata kuliah lain juga memberikan tugas dalam

pengajarannya.

Selain tugas, mahasiswa juga dihadapkan pada berbagai macam aktivitas lain. Waktu

yang dimiliki mahasiswa menjadi terbagi antara mengerjakan tugas dengan aktivitas lain.

Aktivitas lain ini menjadi salah satu alasan mahasiswa untuk menunda mengerjakan tugas.

Cerminan dari penundaan sehari-hari di kehidupan sekolah ketika menunda tugas dan tanggung

jawab yang berhubungan dengan sekolah, atau menyimpannya sampai menit terakhir disebut

prokrastinasi akademik (Haycock, McCarthy, Skay, 1998 dalam Kim & Seo, 2013).

Menurut Schouwenburg (dalam Ferrari et al. , 1995), prokrastinasi akademik dapat

termanifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati dengan ciri-ciri (1)

lambat dalam niat, (2) lambat dalam mengerjakan tugas, (3) kesenjangan waktu antara rencana

dan kinerja aktual, dan (4) melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. Prokrastinator

tahu bahwa tugasnya harus diselesaikan dan berguna bagi dirinya namun ia menunda untuk

mulai mengerjakan atau menyelesaikan sampai tuntas. Ia memerlukan waktu yang lebih lama

daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam mengerjakan tugas. Ia punya kesulitan

untuk mengerjakan tugas sesuai dengan rencana sebelumnya. Ia dengan sengaja melakukan

aktivitas yang lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas sehingga menyita waktu yang

dimilikinya.

Mahasiswa perlu menghindari perilaku-perilaku yang mencerminkan prokrastinasi

akademik tersebut agar ia dapat mengerjakan tugas dengan baik. Dimana di perguruan tinggi

mahasiswa dituntut untuk mandiri dan disiplin dalam menghadapi proses pembelajaran sehingga

perlunya usaha aktif yang muncul dalam dirinya sendiri. Usaha aktif dan mandiri yang berasal

dari diri sendiri untuk mencapai tujuan belajar disebut regulasi diri dalam belajar.

Regulasi diri dalam belajar adalah pikiran, perasaan, dan perilaku yang diprakarsai oleh

diri sendiri untuk mencapai tujuan (Zimmerman, 2002). Regulasi diri dalam belajar terdiri tiga

(3)

Zimmerman & Cleary, 2009). Pertama, fase forethought mengacu pada keyakinan dan proses

yang terjadi sebelum mengerjakan tugas. Kedua, fase performance yang mengacu pada proses

yang terjadi sepanjang proses mengerjakan tugas. Ketiga, fase self reflection yang mengacu

pada proses yang terjadi setelah menyelesaikan tugas. Ketiga fase ini juga dipengaruhi oleh

motivasi diri yang meliputi self efficacy, outcome expectation, dan intrinsic interest (Bandura,

1997 dalam Zimmerman 2002 & Zimmerman, 2000 dalam Zimmerman & Cleary, 2009).

Zimmerman (1989) menekankan bahwa untuk dapat dikatakan seseorang itu meregulasi

dirinya, proses belajar seseorang harus melibatkan penggunaan strategi-strategi khusus untuk

mencapai tujuan belajarnya. Dimana Zimmerman (2002) menyatakan bahwa strategi-strategi

regulasi diri dalam belajar, yaitu fase forethought: (1) penetapan tujuan dan perencanaan strategi;

fase performance: (2) penggunaan strategi yang ampuh, (3) pengaturan konteks lingkungan fisik

dan sosial, (4) pengelolaan penggunaan waktu, (5) pengawasan selektif; fase self reflection: (6)

evaluasi diri, (7) atribusi penyebab, dan (8) adaptasi metode selanjutnya. Jadi, kuat lemahnya

regulasi diri dalam belajar seseorang dilihat dari keseluruhan strategi-strategi regulasi diri dalam

belajar ini.

Sebelum mengerjakan tugas (fase forethought), mahasiswa yang menjalankan strategi

penetepan tujuan dan perencanaan strategi akan menentukan tujuan yang spesifik, proksimal, dan

menantang. Dimana tujuan yang spesifik memuat konten, jumlah, dan durasi waktu. Sementara

tujuan yang proksimal memuat waktu pelaksanaannya. Mahasiswa juga merencanakan

serangkaian aktivitas yang efektif dalam mencapai tujuan tersebut. Sehingga mahasiswa yang

tidak menjalankan strategi ini akan mengerjakan tugasnya secara tidak teratur. Sehingga ia bisa

kapan saja memulai untuk mengerjakannya. Dimana pada awal mengerjakan tugas saja

mahasiswa sudah memunculkan perilaku prokrastinasi akademik.

Ketika mengerjakan tugas (fase performance) , mahasiswa yang meregulasi dirinya akan

menjalankan strategi penggunaan strategi yang ampuh, pengaturan konteks lingkungan fisik dan

sosial, pengawasan selektif, dan pengelolaan penggunaan waktu. Mahasiswa yang menjalankan

strategi penggunan strategi yang ampuh akan memilih dan mengatur informasi, latihan materi

untuk dipelajari, menghubungkan materi baru ke dalam informasi yang sudah ada dalam memori,

dan meningkatkan makna dari materi. Semua hal ini dapat mengefektifkan pengerjaan tugasnya

(4)

dapat menghambat penyelesaian tugasmya. Oleh karena itu, mahasiswa yang menjalankan

strategi ini akan dapat mengerjakan tugasnya dengan waktu yang cukup sehingga ia akan

terhindar dari porkrastinasi akademik, yaitu membuang-buang waktunya untuk melakukan hal

lain di luar tugasnya.

Mahasiswa yang menjalankan strategi pengawasan selektif akan memantau aktivitas yang

sedang dilakukannya selama mengerjakan tugas. Aktivitas yang dipantau meliputi performa,

hasil, dan kondisi. Mahasiswa akan memantau apakah dirinya sudah melaksanan rencanaya atau

belum (performa). Mahasiawa juga melihat sudah sampai mana hasil tugas yang telah

dikerjakan. Terakhir, mahasiswa juga akan memantau apakah kondisi dirinya dan lingkungan

membantunya untuk mengefektifkan proses pengerjaan tugasnya. Jadi, jika ada niat untuk

melakukan prokrastinasi akademik, maka mahasiswa akan menghindarinya sebab ia tahu

mengenai kemajuan yang sudah dihasilkannya.

Mahasiswa yang menjalankan strategi pengaturan konteks lingkungan fisik dan sosial

akan memilih dan menata tatanan fisik dan sosialnya agar pengerjaan tugasnya menjadi lebih

mudah. Oleh karena itu, mahasiswa yang tidak menjalankan strategi ini lebih mudah terdistraksi

oleh lingkungannya sehingga ia akan melakukan prokrastinasi akademik.

Mahasiswa yang menjalankan strategi pengelolaan penggunaan waktu akan berusaha

mengkomitkan dirinya untuk menepati tujuan dan rencana yang telah dibuat. Mahasiswa akan

memperkirakan waktu yang dibutuhkannya untuk mengerjakan tugas. Ketika waktunya tiba

untuk mengerjakan tugas, ia akan menepatinya. Sehingga mahasiswa yang tidak menjalankan

strategi ini akan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam mengerjakan tugas sebab

perkiraannya akan waktu yang dibutuhkannya untuk mengerjakan tugas salah. Ia juga akan

mudah terdistraksi untuk melakukan hal lain sehingga ia tidak dapat menepati tujuan dan

rencananya. Dimana mengerjakan tugas lebih lama dari waktu yang dibutuhkan pada umumnya

dan melakukan hal lain merupakan ciri dari prokrastinasi akademik.

Ketika selesai mengerjakan tugas (fase self reflection), mahasiswa yang meregulasi

dirinya akan menjalankan strategi evaluasi diri, atribusi penyebab, dan adaptasi metode

selanjutnya. Mahasiswa yang menjalankan strategi evaluasi diri akan menilai hasil dan metode

(5)

Sehingga mahasiswa yang tidak menjalankan strategi ini tidak akan mengetahui apakah hasilnya

sesuai dengan tujuannya dan standar lingkungan. Ia juga tidak mengeahui apakah metodenya

sudah membuatnya memenuhi tujuan dan standar lingkungan. Karena ia tidak mengetahui

penyebab dari perilakunya ini, maka ia akan melakukan prokrastinasi akademik terus menerus.

Mahasiswa yang menjalankan strategi atribusi penyebab akan mengaitkan hasil tugasnya

dengan faktor yang dapat dikendalikannya (misalnya metode yang digunakan). Hasil tugasnya

mungkin disebabkan oleh berbagai macam hal. Namun, jika mahasiswa mengaitkan

kegagalannya dengan faktor yang tidak dapat dikendalikannya (misalnya kemampuan yang

rendah) akan merusak motivasinya karena ia enggan untuk mengupayakan adanya perbaikan di

masa depan. Sehingga mahasiswa yang tidak menjalankan strategi ini akan sulit merubah

perilakunya. Jadi, mahasiswa akan lebih mungkin untuk memunculkan prokrastinasi akademik

lagi di kemudian hari.

Mahasiswa yang menjalankan strategi adaptasi metode selanjutnya akan memilih metode

yang lebih efektif pada pengerjaan tugas selanjutnya karena ia belajar dari pengerjaan tugas

sebelumnya. Mahasiswa akan merubah, membuang, atau mencari metode baru pada pengerjaan

tugas selanjutnya. Mahasiswa yang tidak menjalankan strategi ini akan menggunakan metode

yang sama pada setiap kali ia mengerjakan tugas. Padahal jenis tugas dan kondisi berubah-ubah

sehingga metode yang sama tidak bisa digunakan untuk semua tugas. Sehingga mahasiswa sulit

menghindari prokrastinasi akademik sebab ia terus menerus menggunakan metode yang sama.

Dari penjelasan sebelumnya, maka regulasi diri dalam belajar ini akan berperan untuk

menurunkan perilaku prokrastinasi akademik. Dimana sebelumya Park dan Sperling (2012)

melakukan penelitian mengenai motif dan alasan prokrastinasi akademik dilihat dari perspektif

regulasi diri dalam belajar oleh Pintrich kepada 41 mahasiswa kelas Pengantar Pendidikan

Umum di Universitas Mid-Atlanltic. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa prokrastinasi

akademik berhubungan dengan kemampuan regulasi diri yang buruk.

Beberapa penilitian lain menemukan faktor-faktor lain yang menyebabkan prokrastinasi

akademik, seperti self efficacy, self esteem, self handicapping, dan kecemasan. Namun, regulasi

diri dalam belajar menjadi unsur penting untuk menurunkan prokrastinasi akademik. Sebab

(6)

sebelum mengerjakan tugas dan saat mengerjakan tugas. Serta regulasi diri dalam belajar juga

akan memberikan peran agar prokrastinasi akademik menurun atau tidak muncul saat pengerjaan

tugas selanjutnya. Sehingga semakin lama, mahasiswa akan menurunkan prokrastinasi

akademiknya dengan terus meningatkan kemampuan regulasi diri dalam belajarnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif noneksperimental, dengan menggunakan

penelitian korelasional, yaitu hubungan antara dua atau lebih variabel tanpa mencoba untuk

memengaruhinya (Fraenkel & Wallen, 2008). Penelitian ini secara khusus bertujuan prediction

studies, yaitu untuk memprediksi skor pada satu variabel jika skor pada variabel lain diketahui. Adapun teknik statistika yang digunakan dalam menganalisis data adalah analisis regregsi linier

yang memungkinkan untuk meramalkan nilai suatu variabel terikat (criterion variable) dari nilai

variabel bebas (predictor variable).

Partisipan

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran yang

tidak sedang mengambil mata kuliah skripsi, yaitu angkatan 2012, 2013, dan 2014. Karakteristik

ini digunakan karena peneliti ingin memfokuskan penelitian ini pada tugas-tugas akademik

selain mata kuliah skripsi. Sebab skripsi memiliki batas waktu pengerjaan yang relatif lebih

lama dibandingkan tugas akademik lainnya. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified

random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang.

Pengukuran

Pengukuran variabel dalam penelilitian ini menggunakan kuesioner regulasi diri dalam

belajar yang dikonstruksi peneliti dari konsep regulasi diri dalam belajar yang diajukan

Zimmerman (2002) dan kuesioner prokrastinasi akademik yang dikonstruksi peneliti dari konsep

ciri-ciri prokrastinasi akademik yang diajukan Schouwenburg, dalam Ferrari et al., (1995).

Kuesioner regulasi diri dalam belajar terdiri dari 60 item pernyataan yang disusun berdasarkan

(7)

akademik terdiri dari 17 item pernyataan yang disusun berdasarkan empat ciri prokrastinasi

akademik dari Schouwenburg, dalam Ferrari et al., (1995).

HASIL

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai peran regulasi diri dalam

belajar terhadap prokrastinasi akademik, diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Regulasi diri dalam belajar berperan untuk menurunkan prokrastinasi akademik pada

mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

2. Dilihat dari strategi-strategi regulasi diri dalam belajar, ditemukan bahwa strategi

pengelolaan penggunaan waktu, penggunaan strategi yang ampuh, evaluasi diri, adaptasi

metode selanjutnya, penetapan tujuan dan perencanaan strategi, pengawasan selektif, dan

pengaturan konteks lingkungan fisik dan sosial memberikan peran yang signifikan

terhadap prokrastinasi akademik. Adapun strategi atribusi penyebab ditemukan tidak

memberikan peran yang signifikan terhadap prokrastinasi akademik.

3. Regulasi diri dalam belajar berperan menurunkan hampir seluruh ciri-ciri prokrastinasi

akademik (lambat dalam niat, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, dan

melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan), kecuali lambat dalam mengerjakan

(8)

DAFTAR PUSTAKA

(Panduan Penyelanggaraan Pendidikan Fakultas Psikologi tahun akademik 2011.2012).

Arfina, Mirza. 2013. Studi Deskriptif mengenai Prokrstinasi Akademik pada Mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Jatinangor.

Aziz, Abdul. 2012. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang

Menyusun Skripsi di Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun Akademik

2011/2012. UMP Digital Library : Purwokerto. Available online at:

javascript:openDocumentWindow('./download.php?id=1850') (diunduh pada Desember

2014).

Deniz, et al. 2009. An investigation of academic procrastination, locus of control, and emotional

intelligence. Educational Science: Theory & Practice 9 (2): 623-632. Available online at

http://e-resources.pnri.go.id:2056/docview/236994187/fulltextPDF/C7FD1DDFD79C4083PQ/1?

accountid=25704(diunduh Maret 2014).

Fraenkel, Jack R., Wallen, Norman E. 2008. How to Design and Evaluate Research in Education

Seventh Edition. New York : McGraw-Hill.

Ferrari, Joseph R, et al. 1995. Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research

Treatment. New York: Plenum Press.

Kaplan, Robert M., Saccuzzo, Dennis P. 2005. Psychological Testing: Principles, Applications,

and Issues Sixt Edition. USA: Wadsworth.

Kim, Eunkyung, & Seo, Eun Hee. 2013. The relationship of Flow and Self Regulated Learning ti

Active Procrastination. Social Behavior and Personality 41 (7): 1099-1114.

Klassen, R. M., Ang, R. P., Chong, W. H., Krawchuk, L. L., Huan, V. S., Wong, I. Y. F., & Yeo,

L. S. 2010. Academic procrastination in two settings: Motivation correlates, behavioral

patterns, and negative impact of procrastination in Canada and Singapore. Applied Psy-chology: An International Review (59): 361-379.

Li Cao. 2012. Examining ‘active’ procrastination from a self-regulated

learning perspective. Educational Psychology: An International Journal of Experimental

Educational Psychology, DOI:10.1080/01443410.2012.663722. Available onlie at:

(9)

McClain, Elizabeth Kirwan. 2010. The relationship of emotional intelligence to academic

performance and perceived stress in first year medical students. UMI 3387959. Available

online at:

http://e-resources.pnri.go.id:2056/docview/304911743/fulltextPDF/505BCF4C1D1F49BAPQ/12

?accountid=25704(diunduh Maret 2014).

Park, Seung Won, & Sperling, Rayne A. 2011. Academic procrastinators and their

self-regulation. Psychology 2012 (31): 12-23. Available at http://www.SciRP.org/journal/psych. (diunduh April 2014).

Rothblum, E. D., Solomon, L. J., & Murakami, J. 1986. Affective, cognitive, and behavioral

differences between high and low procrastinators. Journal of Counseling Psychology (33): 387-394.

Schunk, Dale H, & Zimmerman, Barry J. 2003. Self-Regulation and Learning. Handbook

of Psychology Vol 07 Educational Psychology (4): 59-75

Sevilla, Consuelo G. et. Al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company: Quezon City.

Tuckman, B. W. 1990. Measuring Procrastination Attitudinally and Behaviorally. Boston: MA

Available athttp://files.eric.ed.gov/fulltext/ED319792.pdf(diunduh Januari 2015)

Wolters, C. A. 2003. Understanding procrastination from a self-regulated learning perspective.

Journal of Educational Psychology (95): 179-187.

Zimmerman, Barry J. 2002. Becoming a self-regulated learner: an overview. Theory Into

Practice 41 (2): 64-70.

Zimmerman, Barry J, & Cleary, Timothy J. 2009. Motives to Self-Regulate Learning : A Social

Cognitive Account. Handbook of Motivation at School (12): 247-264.

Zimmerman, Barry J. 1989. A Social Cognitive View of Self Regulated Academic Learning.

Journal of Educational Psychology Vol. 81 (3): 329-339.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ve

d=0CFAQFjAD&url=http%3A%2F%2Fthesis.binus.ac.id%2Fdoc%2FBab2Doc%2F2012-1-

00420-PS%2520Bab2001.doc&ei=ZRJXU_7-

Referensi

Dokumen terkait

Sebaliknya, Emosi-emosi positif seperti happiness dapat menjadi indikator penunjang yang dapat meningkatkan kesehatan pasien serta meningkatkan kualitas hidupnya

Trotoar berfungsi untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki baik dari segi keamanan maupun kenyamanan. Konstruksi Trotoar direncanakan sebagai pelat beton

Setiap Habis Satu Sub Materi Gerak, Harus Diulang Secara Keseluruhan Selama Satu ( Hari Pada Hari Minggu Atau Hari Lainnya ) 3.. Pembinaan Lima Bentuk Dengan

[r]

[r]

Makna yang diperoleh dari judul tersebut adalah pemanfaatan potensi bantaran sungai dan TSTJ sebagai sebuah ruang yang memiliki fungsi sebagai Rekreasi Taman Air, yaitu

In order to assist Members, the Council shall encourage the preparation of studies, surveys, technical reports and other documents on the economics of cocoa production

Dalam penelitian ini untuk menganalisis Jumlah Penduduk, Pendapatan Asli Daerah, Investasi, Jumlah Tenaga Kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Propinsi Nanggroe