• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKSI HIDROGEN DARI PEMECAHAN MOLEKUL H2O DALAM MEDIA Aloe vera DENGAN ELEKTRODA STAINLESS STEEL/Fe-Co-Ni.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PRODUKSI HIDROGEN DARI PEMECAHAN MOLEKUL H2O DALAM MEDIA Aloe vera DENGAN ELEKTRODA STAINLESS STEEL/Fe-Co-Ni."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI HIDROGEN DARI PEMECAHAN MOLEKUL H2O DALAM MEDIA Aloe vera DENGAN ELEKTRODA

STAINLESS STEEL/Fe-Co-Ni

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Oleh : Ratih Widyandari NIM 13307141018

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

PRODUKSI HIDROGEN DARI PEMECAHAN MOLEKUL H2O DALAM MEDIA Aloe vera DENGAN ELEKTRODA

STAINLESS STEEL/Fe-Co-Ni

Oleh : Ratih Widyandari NIM. 13307141018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan media Aloe vera pada proses elektrolisis serta mengetahui efektivitas penggunaan elektroda stainless steel dan stainless steel/Fe-Co-Ni untuk produksi pembentukan gas hidrogen.

Pemecahan molekul air dapat dipelajari dengan menggunakan voltametri siklik dengan laju penyapuan 50 mV/s yang menghasilkan dua puncak yaitu puncak katoda dan puncak anoda. Pada saat elektrolisis digunakan larutan elektrolit NaHCO3 dengan konsentrasisebanyak 5 gram per 1 liter air dan penambahan media Aloe vera sebanyak 0-10 gram yang dilarutkan dalam akuabides.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: aktivitas katalitik elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni memberikan hasil 12,04% lebih baik apabila dibandingkan dengan penggunaan elektroda stainless steel. Kondisi optimum penggunaan elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni terjadi pada pada saat tanpa penambahan Aloe vera dengan energi yang dibutuhkan relatif kecil yakni sebesar 0.083 Volt, sedangkan kondisi optimum penggunaan elektroda stainless steel terjadi pada saat tanpa penambahan Aloe vera dengan energi yang dibutuhkan lebih besar yakni 0.093 Volt. Penambahan media Aloe vera pada proses elektrolisis dapat menyebabkan covering, sehingga laju produksi gas hidrogen menjadi lebih lambat.

(3)

PRODUCTION OF HYDROGEN FROM SPLITTING H2O MOLECUL IN Aloe vera MEDIA WITH STAINLESS STEEL/Fe-Co-Ni ELECTRODE

By : Ratih Widyandari NIM. 13307141018

ABSTRACT

This research aimed to determine the effect of Aloe vera media addition on the electrolysis process and to determine the effectiveness of the use of stainless steel and stainless steel/Fe-Co-Ni electrodes for the production of hydrogen gas formation.

The splitting of water molecules can be studied using cyclic voltammetry methode at sweeping rate of 50 mV/s. Production process of hydrogen gas was done by using electrolysis of NaHCO3 5 gram per liter of solution with addition of 0-10 gram Aloe vera per liter of water.

The results showed that: the catalytic activity of stainless steel/Fe-Co-Ni electrodes gives 12.04% better results when compared with the use of stainless steel electrodes. The optimum condition of the used of stainless steel/Fe-Co-Ni electrode occurred at without addition of Aloe vera media with the required energy was relatively small at 0.083 Volt, while the optimum condition of the use of stainless steel electrodes occurs at without addition of Aloe vera media with the required energy was greater at 0.093 Volt. The addition of Aloe vera media to the electrolysis process causes the surface covering, the production rate of hydrogen gas becomes slower.

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Ratih Widyandari

NIM : 13307141018

Prodi : Kimia

Fakultas : MIPA

Judul : Produksi Hidrogen dari Pemecahan Molekul H2O dalam Media

Aloe vera dengan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni

menyatakan bahwa penelitian kimia ini adalah hasil dari pekerjaan saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan karya ilmiah yang lazim. Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam

halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda

pada yudisium periode berikutnya.

Yogyakarta, Juni 2017 Yang menyatakan,

Ratih Widyandari

(7)

MOTTO

ااناعام ا ال َنإ نازحات اَ

Don't be sad, indeed Allah is with us.

(QS. At-Taubah: 40)

Jika tidak ada bahu untuk bersandar, masih ada sajadah untuk

bersujud

Jangan takut melangkah, sebab tak ada langkah kedua tanpa langkah pertama

(8)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan

limpahan berkah, rahmat, dan anugerah, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas

Akhir Skripsi ini.

Tugas Akhir Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tuaku tercinta, Bapak Rochmadi dan Ibu Sri Wahyuni yang telah

memberikan kasih sayang, nasehat, dukungan, serta doa sedari kecil hingga

kini.

2. Kakakku terkasih, Rani Ristiyanti yang selalu membantu dan

memotivasiku.

3. Lathifa Hidayati, Nur Azizah Rahmawati, Abdurrahman Affief dan Wisnu

Sutopo mitra kerja satu penelitian.

4. Sahabat terbaikku, Dewa Jati Enggartiasto yang telah menjadi pendonor

semangat selama ini.

5. Sahabat-sahabat setiaku, Tifa, Mera, Diska, Ivon, dan Agit yang sudah

bertahun-tahun menjadi teman curhat, dan penyemangatku.

6. Sahabat-sahabatku tercinta, Lathifa, Enny, Karlin, Yenni, dan Mei yang

selama 4 tahun telah menemani dan memberikan semangat yang tiada henti.

7. Semua teman-teman Kimia B 2013

8. Teman-teman seperjuangan KKN UNY 16ND.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya, Tugas Akhir

Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan

gelar Sarjana Sains dengan judul “Produksi Hidrogen dari Pemecahan Molekul

H2O dalam Media Aloe vera dengan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni” dapat

disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak

lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal

terssebut, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta yang

memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

2. Drs. Jaslin Ikhsan, M. App. Sc., Ph.D Drs. selaku Ketua Jurusan dan Ketua

Program Sudi Kimia beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan

dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan

terselesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Drs. Heru Pratomo Aloysius, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah banyak memberikan kritikan dan bimbingan selama penyusunan Tugas

Akhir Skripsi.

4. Prof. Dr. Endang Widjajanti FLX selaku Penguji Utama yang telah

memberikan saran dan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap

Tugas Akhir Skripsi.

5. Dr. Isana Supiah Yosephine Louise, M.Si. selaku Penguji Pendamping yang

telah memberikan saran, kritikan dan perbaikan terhadap Tugas Akhir

(10)

6. Keluarga dan sahabat yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat

dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi.

7. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak

demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita

semua. Amiiin.

Yogyakarta, 8 Juni 2017

(11)

DAFTAR ISI

Table of Contents

HALAMAN SAMPUL...i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN ... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

3. Elektroda Stainless Steel dan Stainless Steel/Fe-Co-Ni ... 11

4. Metode elektrodeposisi ... 14

5. Voltameter eDAQ EChem ... 17

6. Difraksi Sinar-X (XRD) ... 19

7. SEM-EDX ... 20

8. Lidah Buaya (Aloe vera) ... 22

B. Penelitian Yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berfikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

(12)

1. Subjek ... 29

2. Objek ... 29

B. Variabel Penelitian ... 29

C. Alat dan Bahan Penelitian ... 30

D. Prosedur Penelitian ... 31

1. Preparasi media Aloe vera ... 31

2. Elektrodeposisi Stainless Steel/Fe-Co-Ni ... 31

3. Elektrolisis H2O ... 31

E. Teknik Pengambilan Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Elektrodeposisi Logam Fe-Co-Ni pada Substrat Stainless Steel ... 34

B. Karakteristik Elektroda Stainless Steel dan Stainless Steel/Fe-Co-Ni.. 37

1. Karakterisasi Voltametri Linear ... 37

2. Karakterisasi XRD ... 38

3. Karakterisasi SEM-EDX ... 40

C. Elektrolisis H2O dengan Elektroda Stainless Steel ... 42

D. Elektrolisis H2O dengan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni ... 48

E. Kondisi Optimum Elektrolisis H2O dengan Elektroda Stainless Steel dan Stainless Steel/Fe-Co-Ni ... 52

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 57

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Kalor... 8

Tabel 2. Potensial Lebih dari Beberapa Jenis Zat ... 10

Tabel 3. Kandungan Logam Stainless Steel Tipe S-430 ... 13

Tabel 4. Komponen Aloe vera ... 23

Tabel 5. Karakteristik Tanaman Aloe barbadensis Miller ... 24

Tabel 6. Variasi Konsentrasi Aloe vera... 32

Tabel 7. Data Kadar Logam Fe, Co, dan Ni Hasil Karakterisasi SEM-EDX ... 42

Tabel 8. Kondisi Optimum Proses Elektrolisis dengan Elektroda Stainless Steel dan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni ... 54

Tabel 9. Hasil Pengujian Voltametri Siklik dengan Elektroda Stainless Steel ... 68

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pembentukan Gas Oksigen dan Hidrogen dalam Elektrolisis ... 9

Gambar 2. Rangkaian Alat Elektrodeposisi ... 15

Gambar 3. Kurva Voltamogram Siklik yang Menunjukkan Puncak Arus Katoda dan Puncak Arus Anoda. ... 18

Gambar 4. Kurva Fungsi Potensial dengan Waktu dan Voltamogram Linear ... 19

Gambar 5. Hamburan Sinar-X pada Kristal ... 20

Gambar 6. Interaksi Elektron dan Sampel ... 21

Gambar 7. Tanaman Aloe barbadensis Miller ... 24

Gambar 8. Voltamogram Linear Metode Elektrodeposisi ... 36

Gambar 9. Karakterisasi Voltamogram Linear (a) Elektroda Stainless Steel dan (b) Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni ... 37

Gambar 10. Hasil Karakterisasi XRD Elektroda Stainless Steel dan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni ... 39

Gambar 11. Hasil Karakterisasi SEM-EDX Elektroda Stainless Steel ... 41

Gambar 12. Hasil Karakterisasi SEM-EDX Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni . 41 Gambar 13. Voltamogram Siklis Elektrolisis Air Menggunakan Elektroda Stainless Steel dengan Media Serbuk Aloe vera Sebanyak (a) 0 gram, (b) 1 gram, (c) 2 gram, (d) 3 gram, (e) 4 gram, (f) 5 gram, (g) 6 gram, (h) 7 gram, (i) 8 gram, (j) 9 gram, dan (k) 10 gram per liter air ... 45

Gambar 14. Grafik Perbandingan Efisiensi Produksi Gas Hidrogen dan Overpotential Menggunakan Elektroda Stainless Steel ... 46

Gambar 15. Voltamogram Siklis Elektrolisis Air Menggunakan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni dengan Media Serbuk Aloe vera Sebanyak (a) 0 gram, (b) 1 gram, (c) 2 gram, (d) 3 gram, (e) 4 gram, (f) 5 gram, (g) 6 gram, (h) 7 gram, (i) 8 gram, (j) 9 gram, dan (k) 10 gram prel liter air ... 50

Gambar 16. Grafik Perbandingan Efisiensi Produksi Gas Hidrogen dan Overpotential Menggunakan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni .... 51

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram Alir Proses ... 61 Lampiran 2. Hasil Karakterisasi Difraksi X-Ray (XRD) ... 65 Lampiran 3. Hasil Karakterisasi Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni

Menggunakan SEM-EDX ... 67 Lampiran 4. Hasil Uji Voltametri Siklik dengan Elektroda Stainless Steel dan

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Energi merupakan salah satu komponen yang paling penting bagi makhluk

hidup. Kebutuhan energi akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan zaman,

karena energi merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk memenuhi

kelangsungan hidup manusia. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan energi masih

tergantung pada energi fosil seperti minyak bumi, sedangkan cadangan energi di

dalam bumi semakin lama akan berkurang dan semakin habis. Penggunaan energi

fosil atau minyak bumi sebenarnya sudah menjadi andalan untuk memenuhi

kebutuhan energi di seluruh sektor kegiatan. Hal tersebut berdampak pada cadangan

energi yang tentu saja akan semakin habis baik jumlah maupun cadangannya.

Ketersediaan minyak bumi sangat terbatas serta membutuhkan waktu yang cukup

lama dalam pengolahannya. Oleh karena itu minyak bumi merupakan salah satu

sumber energi yang tidak dapat diperbaharui atau bersifat tak terbarukan (non

renewable energy sources).

Ketersediaan energi minyak bumi setiap tahunnya akan mengalami

penurunan seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia. Menurut

Ariyanti (2014) konsumsi minyak bumi di Indonesia terus mengalami peningkatan

sekitar 3,5% setiap tahunnya. Oleh karena itu pemanfaatan sumber energi

terbarukan perlu dikembangkan untuk penyedia energi yang berkelanjutan. Sampai

saat ini sumber energi terbarukan belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan energi bagi kelangsungan hidup manusia. Pemanfaatan

(17)

Indonesia mempunyai sumber energi bahan bakar alternatif yang melimpah.

Salah satu bahan bakar alternatif yang dapat diperbaharui adalah hidrogen.

Hidrogen tergolong bahan bakar alternatif karena hasil pembakaran gas hidrogen

menghasilkan energi yang cukup besar. Oleh karena itu hidrogen sangat potensial

sebagai energi yang mendukung penciptaaan lingkungan karena dapat

menghasilkan pembakaran yang efisien dan bersih sehingga merupakan bahan

bakar yang ramah lingkungan.

Hidrogen bukan merupakan sumber energi (energy source) melainkan

pembawa energi (energy carrier), artinya hidrogen harus diproduksi dan tidak

tersedia bebas di alam. Salah satu metode yang sederhana untuk memproduksi gas

hidrogen adalah metode elektrolisis. Metode elektrolisis ini sangat mungkin

dilakukan karena selain aman, metode ini juga mudah untuk dilakukan. Elektrolisis

merupakan proses penguraian air untuk menghasilkan oksigen dan hidrogen dengan

cara pengaliran arus listrik melalui katoda dan anoda yang tercelup di dalam air.

Gas hidrogen akan terkumpul di katoda yaitu elektroda yang terhubung arus negatif

sedangkan gas oksigen akan terkumpul di anoda, yaitu elektroda yang terhubung

arus positif.

Elektroda merupakan salah satu komponen penting dalam proses elektrolisis.

Elektroda yang digunakan harus memiliki ketahanan anti korosi sehingga tidak

mudah rusak apabila digunakan saat elektrolisis. Salah satu jenis elektroda yang

dapat digunakan dalam proses elektrolisis adalah stainless steel. Jenis logam

stainless steel yang digunakan sebagai elektroda dalam penelitian ini yaitu stainless

(18)

elektroda stainless steel dapat ditingkatkan efektifitasnya agar lebih maksimal

melalui teknik pelapisan logam Fe, Co, dan Ni.

Modifikasi elektrolisis air dapat meliputi penambahan zat terlarut yang

bersifat elektrolit, dapat berupa asam, basa atau garam (Isana, 2010). Elektrolit yang

digunakan dalam penelitian ini adalah garam NaHCO3 yang dilarutkan dalam

akuabides. Adanya elektrolit akan meningkatkan konduktifitas listrik karena pada

saat proses elektrolisis dapat menurunkan energi yang dibutuhkan, sehingga laju

reaksi pemecahan molekul air menjadi lebih cepat (Marlina et. al., 2013: 54).

Penelitian ini juga memanfaatkan tanaman lidah buaya (Aloe vera) sebagai media

dalam proses elektrolisis. Aloe vera yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

berjenis Aloe barbadensis Miller.Pemilihan Aloe barbadensis Miller sebagai media

dalam proses eletrolisis karena merupakan salah satu jenis tanaman lidah buaya

yang banyak tumbuh di Indonesia serta merupakan tanaman hias yang sangat

mudah ditemukan, baik di lingkungan rumah atau di luar lingkungan. Selain itu di

dalam Aloe vera terdapat kandungan zat aktif yaitu senyawa alkaloid (Willer, et.

al., 1978 :71), terpenoid, dan flavonoid (Cowman, 1999: 564). Senyawa alkaloid

merupakan senyawa yang bersifat basa (Lenny, 2006: 23). Menurut (Rashid, et. al.,

(2015: 81), sifat asam atau basa dapat meningkatkan konduktivitas pada saat

pemecahan molekul air. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian

elektrolisis dengan penambahan media Aloe vera yang bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penambahan mediator terhadap produksi gas hidrogen dan diharapkan

(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan belum sepenuhnya

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi.

2. Jenis logam untuk melapisi elektroda stainless steel.

3. Metode yang digunakan untuk pembuatan elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni.

4. Jenis dan variasi konsentrasi media yang digunakan dalam proses elektrolisis.

5. Elektrolit yang digunakan dalam proses elektrolisis

6. Efisiensi evolusi gas hidrogen.

C. Pembatasan Masalah

Berikut batasan masalah yang didasarkan pada identifikasi masalah di atas

agar penelitian yang dilakukan efektif:

1. Gas hidrogen merupakan salah satu bahan bakar yang ramah lingkungan.

2. Jenis logam untuk melapisi elektroda stainless steel yaitu logam terner Fe,Co,

dan Ni

3. Metode yang digunakan untuk pembuatan elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni

adalah metode elektrodeposisi.

4. Media yang digunakan yaitu serbuk Aloe vera dengan variasi konsentrasi 0,

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 gram per liter.

5. Elektrolit yang digunakan yaitu larutan NaHCO3 dengan konsentrasi 5 gram

(20)

6. Efisiensi produksi gas hidrogen adalah kuantitas gas hidrogen yang

dihasilkan dalam media dan tanpa media Aloe vera dibandingkan dengan

elektroda stainless steel dan stainless steel/Fe-Co-Ni yang dihasilkan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh media Aloe vera pada proses elektrolisis menggunakan

elektroda stainless steel?

2. Bagaimana pengaruh media Aloe vera pada proses elektrolisis menggunakan

elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni?

3. Bagaimana efektivitas penggunaan elektroda stainless steel dan stainless

steel/Fe-Co-Ni untuk produksi gas hidrogen saat proses elektrolisis?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini

bertujuan:

1. Mengetahui pengaruh media Aloe vera pada proses elektrolisis menggunakan

elektroda stainless steel.

2. Mengetahui pengaruh media Aloe vera pada proses elektrolisis menggunakan

elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni

3. Mengetahui efektivitas penggunaan elektroda stainless steel dan stainless

(21)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi informasi mengenai prosedur pembuatan elektroda stainless

steel/Fe-Co-Ni secara elektrodeposisi.

2. Memberi informasi mengenai karakterisasi elektroda stainless steel

/Fe-Co-Ni.

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Gas Hidrogen

Hidrogen merupakan salah satu unsur yang paling sederhana karena hanya

memiliki memiliki nomor atom 1 serta Ar= 1,00797 dengan konfigurasi elektron 1s1

dalam tabel periodik. memiliki satu proton dan satu elektron. Menurut Batubara

(2012: 4), hidrogen berasal dari bahasa Yunani yaitu hydro yang berarti air dan

genes yang berarti pembentukan, sehingga hidrogen dapat disebut sebagai unsur

pembentuk air. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen merupakan gas yang tidak

berwarna, tidak berbau dan sangat mudah terbakar.

Gas hidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar yang lebih efektif karena

pembakarannya akan menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan

bahan bakar lain. Pembakaran hidrogen tidak menghasilkan produk sampingan

yang berbahaya, hanya energi ramah lingkungan yang dihasilkan (Dewi, 2011: 5).

Menurut Putra (2010: 146), terdapat beberapa keuntungan apabila hidrogen

digunakan sebagai bahan bakar, diantaranya yaitu:

a. Pembakaran hidrogen akan membentuk air dan menghasilkan energi.

b. Pembakaran hidrogen menghasilkan polusi yang tidak berbahaya.

c. Penggunaan hidrogen dalam mesin kendaraan bermotor akan terbakar lebih

efisien dibandingkan dengan bahan bakar lain.

Pembakaran hidrogen dapat menghasilkan kalor sebanyak 187 kJ/mol

hidrogen. Hidrogen terbakar menurut persamaan reaksi:

(23)

Hasil pembakaran gas hidrogen menghasilkan kalor yang cukup besar.

Seperti pada Tabel 1 berikut dapat dibandingkan kalor yang dihasilkan oleh

hidrogen dengan bahan bakar lain.

Tabel 1. Perbandingan Kalor

Bahan Bakar Kalor yang di hasilkan (kJ/gram)

Gas hidrogen 143

Hidrogen cair 142

Gas metan 55

LPG 50

Oktana cair 48

Sumber: Putra, 2010: 145

2. Elektrolisis

Elektrolisis merupakan suatu metode yang sederhana dengan memanfaatkan

energi listrik untuk menjalankan suatu reaksi kimia. Elektrolisis adalah peristiwa

penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus listrik yang akan diubah

menjadi suatu energi kimia (Isana, 2010). Menurut Sebastian & Sitorus (2013:20),

elektrolisis air merupakan proses penguraian senyawa air menjadi gas-gas oksigen

dan hidrogen dengan menggunakan arus listrik. Hidrogen akan terkumpul di katoda

yaitu elektroda negatif dan oksigen akan terkumpul pada anoda yaitu elektroda

positif.

Proses ionisasi dan pembentukan gas hidrogen dan oksigen pada proses

(24)

Gambar 1. Pembentukan Gas Oksigen dan Gas Hidrogen dalam Elektrolisis Sumber: Zeng & Zhang, 2010: 310

Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi proses elektrolisis yang berlangsung

ketika dua buah elektroda ditempatkan dalam elektrolit dan arus searah (power DC)

dialirkan diantara kedua elektroda tersebut. Molekul H2O akan terpisah menjadi

ion-ionnya yaitu ion H+ dan ion OH-. Ion H+ akan tertarik ke kutub katoda yang

bermuatan negatif sehingga ion H+ menyatu pada katoda. Atom-atom hidrogen

akan membentuk gas hidrogen dalam bentuk gelembung gas pada katoda yang

melayang ke permukaan. Hal serupa terjadi pada ion OH- yang menyatu pada anoda

kemudian membentuk gas oksigen dalam bentuk gelembung gas katoda (Zeng &

Zhang, 2010: 310). Reaksi elektrolisis yang terjadi yaitu:

Katoda (reduksi) : 2 H2O (l) + 2 e-→ H2 (g) +2 OH- (aq)

Anoda (oksidasi) : 2 OH- (aq)→ ½ O2 (g) + H2O (l) + 2 e

-Reaksi Sel : H2O (l)→ H2 (g) + ½ O2 (g)

Proses elektrolisis juga bergantung pada elektroda yang digunakan. Elektroda

berperan sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Reaksi reduksi berlangsung di

katoda, sedangkan reaksi oksidasi berlangsung di anoda. Katoda akan menarik

kation yang tereduksi menjadi endapan logam, sedangkan anoda akan menarik

(25)

elektrolisis adalah untuk mendapatkan suatu lapisan atau endapan logam di katoda

dan gas di anoda. Menurut Putra (2010: 142-143), terdapat dua prinsip dari

elektrolisis yaitu beda potensial yang digunakan dan arus yang mengalir melalui sel

elektrolisis. Dalam proses elektrolisis diperlukan potensial minimum karena:

a. Adanya beda potensial antara elektroda menyebabkan ion-ion dalam sistem

bergerak ke elektroda baik anoda maupun katoda.

b. Diperlukan potensial tambahan untuk discas ion pada elektrolisis yang

disebut potensial lebih (overpotential)

Reaksi pada elektroda yang menghasilkan gas memerlukan potensial lebih

yang besar. Menurut Bird (1987: 234), potensial lebih pada elektrogenerasi

hidrogen adalah selisih antara beda potensial sebenarnya dan potensial teoritis.

Persamaan reaksi dari elektrogenerasi hidrogen pada keadaan standar adalah

sebagai berikut (Riyanto, 2013: 18):

2 H2O (l) + 2e-⇄ H2 (g)+ 2 OH- (aq) E°= -0,828 V (2)

Potensial lebih dapat dipengaruhi oleh permukaan elektroda maupun

konsentrasi elektrolit yang digunakan dalam proses elektrolisis. Potensial lebih

pada beberapa jenis gas disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2. Potensial Lebih dari Beberapa Jenis Zat

Gas yang timbul Permukaan elektroda Potensial lebih (Volt)

Hidrogen Platina 0,03

(26)

Hidrogen merupakan molekular berupa gas tidak berwarna, tidak berbau dan

paling mudah dibuat melalui reaksi elektrolisis air (Cotton, 1989: 241). Melalui

proses elektrolisis air hidrogen dapat dihasilkan, sehingga disebut proses evolusi

hidrogen. Reaksi evolusi hidrogen terjadi secara terbatas dan didasarkan atas

desorpsi molekul pada permukaan katoda (Astuti, 2016: 8).

Pemecahan molekul air melibatkan reaksi adsorpsi dan desorpsi H+.

Mekanisme yang terjadi adalah sebagai berikut:

Pembentukan hidrogen teradsorpsi

H+ + e-→ Hads (3)

Selanjutnya diikuti dengan desorpsi kimia

2 Hads → H2 (4)

Atau desorpsi elektrokimia

H+ + e- + Hads→ H2 (5)

Reaksi (3) merupakan tahap adsorpsi hidrogen. Penggunaan elektroda yang

berlubang-lubang atau berpori akan membuat lebih banyak hidrogen yang teradsorp

pada saat proses elektrolisis. Pada reaksi (4) dan (5) merupakan tahap desorpsi

hidrogen. Penggunaan elektroda dengan permukaan yang kasar akan meningkatkan

reaksi kimia dan mengurangi gelembung sehingga akan meningkatkan laju

elektrolisis. Pembentukan hidrogen juga dipengaruhi oleh jenis elektroda,

konsentrasi elektrolit serta suhu reaksi (Zeng & Zhang, 2010: 314).

3. Elektroda Stainless Steel dan Stainless Steel/Fe-Co-Ni

Elektroda sangat berperan penting dalam proses elektrolisis. Terdapat dua

elektroda yang digunakan, yaitu katoda dan anoda. Katoda merupakan elektroda

(27)

negatif. Elektroda merupakan konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan

bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit. Menururt Marlina et. al., (2013:

54), elektroda merupakan salah satu komponen yang sangat penting pada proses

elektrolisis air yaitu sebagai penghantar arus listrik dari sumber tegangan ke air

yang akan dielektrolisis.

Pada proses elektrolisis, elektroda yang sering digunakan yaitu terbuat dari

logam golongan mulia karena bersifat tahan korosi. Akan tetapi penggunaan

elektroda logam mulia ini kurang menguntungkan karena memakan biaya yang

cukup mahal. Sehingga dipilih elektroda yang mudah didapatkan dan harganya

lebih ekonomis serta sifat dan fungsinya tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh.

Salah satu elektroda yang dapat digunakan sebagai pengganti elektroda logam

mulia yaitu logam stainles steel.

Stainless steel merupakan paduan beberapa unsur logam yang mempunyai

sifat tahan korosi yang cukup tinggi dan tahan terhadap oksidasi. Menurut AK Steel

(2007), sifat tahan korosi stainless steel diperoleh karena adanya kandungan unsur

kromium yang tinggi yaitu berkisar antara 16% - 18% sehingga memiliki ketahanan

korosi yang relatif tinggi. Logam stainless steel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah stainless steel tipe S-430. Stainless steel tipe S-430 ini menggabungkan

sifat antara tahan korosi dan panas, serta tahan reaksi oksidasi di atas temperatur

1500°F (816°C). Kandungan logam stainless steel tipe S-430 dapat dilihat pada

(28)

Tabel 3. Kandungan Logam Stainless Steel Tipe S-430

Menurut Ceper (2016), logam stainless steel mempunyai beberapa

karakteristik sebagai berikut:

a. Kandungan kromium tinggi

Stainless steel memiliki kandungan kromium minimal 10.5%.

Kandungan unsur chromium yang menyebabkan stainless steel tahan

terhadap korosi dan oksidasi.

b. Tahan korosi

Stainless steel memiliki sifat tahan korosi secara alami yang diperoleh

dari adanya kandungan kromium yang tinggi. Stainless steel memiliki lapisan

oksida yang stabil pada permukaannya sehingga tahan terhadap pengaruh

oksigen. Lapisan oksida ini bersifat self-healing atau penyembuhan diri,

dalam artian akan tetap utuh meskipun permukaan benda dipotong atau

dirusak.

c. Tampilan menarik

Karakteristik dari stainless steel yaitu memiliki warna perak mengkilap

yang tampak lebih menarik sehingga sering digunakan untuk peralatan pada

(29)

Logam stainless steel dapat digunakan sebagai elektroda dalam proses

elektrolisis, akan tetapi aktivitas katalitiknya perlu dioptimalkan. Oleh sebab itu

perlu adanya peningkatan efektifitas katalitiknya dengan cara teknik pelapisan.

Teknik pelapisan dapat dilakukan dengan logam yang bersifat katalitik, seperti

logam Fe, Co, dan Ni yang masing-masing memiliki nomor atom 26, 27, dan 28

yang terletak pada golongan 8, 9, dan 10 dalam tabel periodik unsur (Isana et. al.

(2012). Menurut Isana (2014), logam Fe, Co, dan Ni memiliki ukuran dan harga

potensial yang tidak berbeda jauh sehingga memungkinkan terjadinya kompetisi

ketat antara ketiga logam untuk menempel pada substrat stainless steel. Hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa elektoda stainless steel/Fe-Co-Ni

menunjukkan aktivitas katalitik yang lebih baik sebagai elektroda dalam proses

elektrolisis.

4. Metode elektrodeposisi

Metode elektrodeposisi merupakan proses pengendapan logam pada

elektroda dengan memanfaatkan reaksi elektrokimia. Arus listrik dialirkan ke anoda

inert melalui elektrolit yang mengandung ion logam, sehingga logam tersebut

mengendap dalam bentuk murninya di katoda (Ariyanti & Rohmatika, 2013: 8).

Metode elektrodeposisi pada dasarnya merupakan elektroplating yaitu proses

pengendapan secara elektrokimia. Menurut Ahmad (2011: 12), elektroplating

merupakan suatu proses pengendapan zat atau ion-ion logam pada katoda melalui

proses elektrolisis. Terjadinya proses pengendapan pada katoda disebabkan oleh

adanya pemindahan ion-ion bermuatan listrik dari anoda dengan perantara larutan

(30)

permukaan benda logam. Berikut ini rangkaian alat elektrodeposisi ditunjukkan

pada Gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian Alat Elektrodeposisi Sumber: Pasa & Munford, 2006: 823

Prinsip dasar dari proses elektrodeposisi yaitu pembentukan lapisan atau

endapan logam pada katoda dengan menggunakan bantuan energi listrik melalui

suatu elektrolit (Yanlinastuti et. al., 2009: 175). Proses elektrodeposisi melibatkan

transfer elektron ke katoda, dengan mengukur arus dalam sel elektrokimia.

Menururt Pasa & Munford (2006: 824), pada reaksi, ion logam M+ mereduksi logam

M dengan cara melepaskan elektron n. Reaksi yang terjadi pada elektroda kerja

dalam larutann elektrolit adalah reaksi reduksi dari logam (M).

Mn+ + ne- → M (6)

Menurut Manurung (2010: 3-5), terdapat unsur-unsur pokok dalam proses

elektrodeposisi diantaranya:

a. Rectifier

Arus listrik yang digunakan pada proses elektroeposisi maupun

elektroplating adalah arus searah atau DC (direct current). Arus listrik

berfungsi sebagai sumber daya penghantar untuk menarik ion-ion positif dari

(31)

arus yang dikeluarkan bersifat arus searah, tegangannya konstan dan besar

arus yang mengalir dapat divariasikan.

b. Larutan elektrolit

Elektrolit merupakan suatu zat yang akan terurai menjadi ion-ion positif

atau negatif bila dilarutkan di dalam air dan bersifat penghantar listrik. Ion

positif akan tertarik menuju elektroda negatif yaitu katoda, sedangkan ion

negatif akan menuju elektroda positif yaitu anoda.

c. Anoda

Anoda adalah suatu elektroda yang bermuatan positif dalam larutan

elektrolit. Fungsi dari anoda adalah sebagai sumber bahan baku yang akan

dibawa melalui elektrolit kepada permukaan katoda. Anoda biasanya dipilih

dari logam murni yaitu untuk menjamin kebersihan elektrolit pada saat proses

elektrodeposisi. Adanya arus listrik menyebabkan pelepasan ion-ion logam

dan oksigen (reduksi) di anoda, selanjutnya ion-ion logam tersebut

diendapkan pada katoda.

d. Katoda

Katoda adalah elektroda negatif dalam larutan elektrolit dimana pada

katoda ini terjadi penempelan ion-ion yang tereduksi dari anoda. Katoda

bertindak sebagai logam yang akan dilapisi atau produk yang bersifat

menerima ion.

Menurut Yanlinastuti et. al. (2009: 175) terdapat beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dalam metode elektrodeposisi yaitu:

(32)

c. Faktor-faktor fisik seperti arus, waktu dan konsentrasi.

Metode elektrodeposisi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pelapisan

pada substrat stainless steel menggunakan tiga jenis logam yaitu Fe, Co, dan Ni.

Pemilihan logam Fe, Co, dan Ni bertujuan untuk meningkatkan aktivitas katalitik

sehingga mampu memecah molekul air dan menghasilkan gas hidrogen lebih

efektif.

5. Voltameter eDAQ EChem

Voltameter eDAQ EChem merupakan salah satu software yang digunakan

untuk mengukur voltametri elektroda. Secara umum EChem merupakan program

yang disediakan khusus untuk metode voltametrik dan amperometrik. Pada

penggunaannya, Echem dihubungkan dengan potensiostat sehingga arus yang

dihasilkan akan direkam oleh komputer secara langsung (eDAQ Pty Ltd, 2017).

Aplikasi voltametri ini mendukung beberapa teknik elektrokimia diantaranya

adalah sebagai berikut (Andriani, 2007: 17):

a. Linear Sweep Voltammetry (LSV)

b. Normal Pulse Voltammetry (NPV)

c. Square Wave Voltammetry (SWV)

d. Differential Pulse Voltammetry (DPV)

e. Cyclic Voltammetry (CV)

Voltametri adalah metode elektrokimia dimana arus dan potensial yang

diamati. Voltametri berasal dari kata Volt-Amperro-Metry. Kata Volt merujuk pada

potensial, Amperro merujuk pada arus, dan Metry merujuk pada pengukuran.

Sehingga dapat diartikan bahwa voltametri adalah pemberian potensial pada

(33)

disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi-reduksi pada permukaan elektroda

(Apriliani, 2009: 9).

Metode voltametri merupakan salah satu metode elektrokimia yang

didasarkan pada prinsip pengukuran arus dan ptensial yang diberikan sehingga akan

memberikan suatu bentuk kurva voltamogram (Kasidi, 2007). Metode ini

merupakan metode elektroanalisis dimana informasi tentang analit diperoleh dari

pengukuran arus fungsi potensial. Teknik pengukuran metode ini dilakukan dengan

menerapkan suatu potensial ke dalam sel elektrokimia, kemudian mengukur respon

arus yang dihasilkan dari proses reaksi redoks. Respon arus diukur pada daerah

potensial yang telah ditentukan dan kemudian dibuat plot arus fungsi potensial yang

disebut voltamogram siklik (Puranto & Imawan, 2010: 21).

Gambar 3. Kurva Voltamogram Siklik yang Menunjukkan Puncak Arus Katoda dan Puncak Arus Anoda.

Berdasarkan voltamogram siklik didapatkan beberapa nilai parameter penting

seperti potensial puncak anoda (Epa), potensial puncak katoda (Epc), puncak arus

anoda (ipa) serta puncak arus katoda (ipc) (Riyanto, 2013: 94). Selain voltamogram

siklik, terdapat juga voltamogram linear atau Linear Sweep Voltametry. Menurut

(34)

diperoleh arus yang dihasilkan oleh elektroda kerja berupa garis linier antara

potensial dan arus, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva Fungsi Potensial dengan Waktu dan Voltamogram Linear

6. Difraksi Sinar-X (XRD)

X-ray diffraction (XRD) atau difraksi sinar X merupakan alat untuk

mengetahui indeks bidang ataupun karakteristik struktur kristal yang terdapat dari

berbagai macam bahan dengan memanfaatkan hamburan sinar-X (Rahman &

Toifur, 2016: 5). Selain itu juga digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin

dalam material (Nelson, 2014). XRD juga dapat memberikan data kualitatif dan

semi kuantitatif pada padatan atau sampel (Rylan, 1958: 80).

Seberkas sinar monokromatik ditembakkan pada permukaan material, maka

atom-atom dalam kristal akan menyerap energi danmenghamburkan kembali sinar

ke segala arah. Berkas sinar yang dihamburkan oleh atom yang sefasa akan terjadi

interferensi saling menguatkan, tetapi apabila tidak sefasa maka akan saling

menghilangkan. Pemantulan dan interferensi bergabung menjadi difraksi. Difraksi

akan saling menguatkan jika terpenuhi persamaan Bragg 2d sin θ = nλ (Rahman &

(35)

Gambar 5. Hamburan Sinar-X pada Kristal Sumber: Rahman & Toifur, 2016: 6

Difraksi sinar-X terjadi apabila suatu berkas elektron bebas berenergi kinetik

tinggi menumbuk logam yang merupakan sumber sinar dengan daya tembus yang

besar. Kemudian elektron-elektron inilah akan menimbulkan pancaran sinar-X,

sehingga puncak-puncak akan muncul atau terlihat dari suatu bahan yang

ditembakkan (Rahman & Toifur, 2016: 6).

Difraksi sinar-X merupakan salah satu metode yang sangat penting untuk

mengkarakterisasi struktur kristal material. Selain itu, difraksi sinar-X juga dapat

digunakan untuk beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut (Nelson, 2014):

a. Pengukuran jarak rata-rata antara lapisan atau baris atom

b. Penentuan kristal tunggal

c. Penentuan struktur kristal dari material yang tidak diketahui

d. Mengukur bentuk, ukuran, dan tegangan dalam dari kristal kecil

7. SEM-EDX

SEM (Scanning Electron Microscope) merupakan instrumen yang digunakan

untuk mengetahui struktur atau sifat permukaan material. Prinsip dasar dari

(36)

mikrostruktur, termasuk porositas dan bentuk retakan suatu material (Gunawan dan

Azhari, 2011: 7-9).

Berikut ini gambaran umum interaksi antara elektron dengan sampel dapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Interaksi Elektron dan Sampel Sumber: Sujatno et. al., 2015: 46

Gambar 6 menunjukkan bahwa ketika berkas elektron ditembakkan pada

permukaan sampel, terjadi interaksi elektron dengan atom-atom di permukaan

maupun di bawah permukaan sampel. Akibat interaksi tersebut sebagian besar

berkas elektron berhasil keluar kembali, elektron-elektron tersebut disebut sebagai

Backscattered Electrons (BSE). Sebagian kecil elektron masuk ke dalam bahan

kemudian memindahkan sebagian besar energi pada elektron atom sehingga

terpental ke luar permukaan bahan, elektron tersebut disebut Secondary Electrons

(SE) (Sujatno et. al., 2015: 46-47). Radiasi yang dipancarkan selama interaksi

meliputi elektron sekunder, backscattered electron dan komponen tambahan seperti

cahaya tampak, elektron auger, dan sinar-X (Sutton et. al., 2007: 776).

Pembentukan elektron-elektron sekunder selalu diikuti proses munculnya

(37)

dalam bahan yang diteliti untuk mengetahui morfologi permukaan sampel (Sujatno

et. al., 2015: 46-47).

8. Lidah Buaya (Aloe vera)

Aloe vera atau biasa disebut dengan lidah buaya ini merupakan sejenis

tanaman yang sudah ada sejak ribuan tahun silam dan sering digunakan untuk

penyembuh luka, perawatan kulit dan digunakan sebagai obat. Menurut

Furnawanthi (2007: 5), lidah buaya termasuk dalam kelompok tanaman CAM

(Crassulacean Acid Metabolism) dengan sifat tahan kekeringan. Dalam kondisi

gelap terutama malam hari, stomata atau mulut daun membuka sehingga uap air

dapat masuk. Pada malam hari udaranya dingin dan uap air tersebut berbentuk

embun. Stomata yang membuka pada malam hari memberi keuntungan, yakni tidak

akan terjadi penguapan air daru tubuh tanaman sehingga air yang berada di dalam

tubuh daun dapat dipertahankan. Sehingga tanaman lidah buaya mampu bertahan

dalam kondisi apapun, termasuk kondisi kering.

Semua tanaman kaya akan berbagai metabolit sekunder, seperti tanin,

terpenoid, alkaloid, dan flavonoid (Cowman, 199: 564). Tanaman lidah buaya juga

termasuk tanaman yang mengandung senyawa alkaloid (Willer, 1978: 73). Alkaloid

merupakan senyawa tidak berwarna, akan tetapi beberapa senyawa kompleks

spesies aromatik berwarna. Alkaloid merupakan senyawa organik yang bersifat

basa yang disebabkan oleh adanya atom nitrogen (N) dalam molekul senyawa

tersebut. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom N yang bersifat basa

dan sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cicin heterosiklik. Pada

(38)

Komposisi terbesar yang terdapat dalam gel lidah buaya adalah air, yaitu 99%, asam

amino, protein dan karbohidrat (Bhuvana et. al., 2014 :678). Beberapa komponen

lain dari Aloe vera dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komponen Aloe vera

Vitamin Senyawa

Kolin Mangan (Mn) Asam Glutamat Leusin

Asam Folat Seng (Zn) Hidroksiprolin Isoleusin

Asam Asorbat Kromium (Cr) Prolin Fenilalanin

Tembaga (Cu) Glisin Methionin

Magnesium (Mg) Alanin Besi (Fe)

Sumber: Bhuvana et. al., 2014: 679

Jenis Aloe vera yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Aloe barbadensis

Miller. Berikut klasifikasi ilmiah dari tanaman Aloe barbadensis Miller menurut

Furnawanthi (2007: 10):

(39)

Gambar 7. Tanaman Aloe barbadensis Miller

Karakteristik dari Aloe barabadensis Miller meliputi batang, bentuk daun,

lebar daun, lapisan lilin pada daun, duri, tinggi bunga dan warna bunga dapat dilihat

pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Tanaman Aloe barbadensis Miller

Karakteristik Aloe barbadensis Miller

Batang Tidak terlihat jelas

Bentuk daun Lebar dibagian bawah, dengan pelepah

bagian atas cembung, terdapat bercak putih

Lebar daun 6-13 cm

Lapisan lilin pada daun Tebal

Duri di bagian pinggir daun

Tinggi bunga (mm) 25-30 (tinggi tangkai bunga 60-100 cm)

Warna bunga Kuning

Sumber: Furnawanthi, 2007: 9

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian mengenai produksi gas hidrogen melalui pemecahan molekul air

menggunakan elektroda stainless steel telah dilakukan oleh Isana (2010) yang

berjudul Perilaku Sel Elektrolisis Air dengan Elektroda Stainless Steel. Pada

penelitian ini dilakukan elektrolisis akuades, air sumur dan larutan soda dengan

(40)

dan pH dalam selang waktu tertentu, yang selanjutnya digunakan untuk

mempelajari perilaku sel elektrolisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

masing-masing sel elektrolisis memiliki perilaku yang berbeda-beda.

Elektroda stainless steel dapat ditingkatkan efisiensi gas hidrogennya dengan

teknik pelapisan (coating) menggunakan logam Fe, Co, dan Ni. Hasil penelitian

yang ini dilakukan oleh Isana et. al., (2012) yang berjudul Studies on the Hydrogen

Evolution Reaction on the Fe-Co-Ni/Stainless Steel Electrode,memberikan hasil

bahwa adanya pelapisan logam Fe, Co, dan Ni mampu meningkatkan aktivitas

katalitik elektroda. Paduan logam terner yang digunakan menghasilkan 32,2 kali

lebih baik pada produksi gas hidrogen dan 11 kali lebih baik pada produksi gas

oksigen dibandingkan dengan menggunakan elektroda stainless steel.

Proses elektrolisis H2O dilakukan dengan menggunakan elektrolit NaHCO3.

Adanya elektrolit meningkatkan konduktifitas listrik karena pada saat proses

elektrolisis dapat menurunkan energi yang dibutuhkan, sehingga laju reaksi

pemecahan molekul air menjadi lebih cepat. Jabar & Ibrahim (2013: 68) melakukan

penelitian berjudul The Effect of NaHCO3 as Catalys via Electrolysis tentang

penggunaan elektrolit NaHCO3 dan NaOH. Hasil yang diperoleh pada penelitian

tersebut adalah elektrolit NaHCO3 memiliki kemampuan lebih baik untuk

menghasilkan gas hidrogen dibandingkan dengan NaOH. Selain itu dalam

penelitian yang telah dilakukan Marlina et. al. (2013: 53-57) yang berjudul Produksi

Brown’s Gas Hasil Elektrolisis H2O dengan Katalis NaHCO3, dilakukan variasi

penambahan NaHCO3 dalam proses elektrolisis sebesar 5%; 7,5%; 10%; 12,5; dan

15%. Penambahan 12,5% NaHCO3 memberikan hasil prosentase efisiensi yang

(41)

Penelitian ini juga menggunakan penambahan media berupa serbuk Aloe vera

yang berjenis Aloe barbadensis Miller. Pemilihan Aloe vera sebagai media dalam

proses elektrolisis karena di dalam Aloe vera terdapat kandungan senyawa alkaloid

(Willer, 1978: 73) yang memiliki sifat basa (Lenny, 2006: 23). Menurut (Rashid,

et. al., (2015: 81), sifat asam atau basa dapat meningkatkan konduktivitas pada saat

pemecahan molekul air.

Astuti (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Reaksi Evolusi Hidrogen

Menggunakan Media Tepung Mocaf dengan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni,

menyebutkan bahwa pada penggunaan elektroda stainless steel aktivitas

katalitiknya menurun dengan adanya tepung mocaf dan pada penggunaan elektroda

stainless steel/Fe-Co-Ni mengalami peningkatan dengan adanya tepung mocaf.

Selain itu Mayssaroh & Isana (2016) melakukan penelitian yang berjudul

Elektrolisis H2O Menggunakan Elektrode Stainless Steel dalam Suasana Basa

dengan Media Tepung Maizena, menyebutkan bahwa penggunaan elektrode

stainless steel pada proses elektrolisis dengan media tepung maizena secara

voltametri siklik memberikan hasil kurang baik bila dibandingkan dengan

elektrolisis tanpa media tepung maizena. Kondisi optimal proses elektrolisis

menggunakan elektrode stainless steel terjadi pada penambahan 1 gram tepung

maizena.

C. Kerangka Berfikir

Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk memenuhi kelangsungan

hidup manusia. Sebagian besar kebutuhan energi masih tergantung dengan energi

(42)

energi terbarukan perlu dikembangkan untuk penyedia energi yang berkelanjutan.

Salah satu sumber energi yang dapat diperbaharui adalah hidrogen.

Salah satu cara untuk menghasilkan gas hidrogen adalah dengan metode

elektrolisis. Metode elektrolisis yang dilakukan dalam peneletian ini dilengkapi

dengan elektroda stainless steel dan stainles steel/Fe-Co-Ni. Elektroda stainles

steel/Fe-Co-Ni dibuat dengan teknik pelapisan logam Fe, Co, Ni dengan

perbandingan 1:1:1 menggunakan metode elektrodeposisi. Proses elektrodeposisi

dilakukan dengan instrument Voltameter eDAQ EChem dengan laju penyapuan 50

mV/s selama 10 menit. Kemudian elektroda stainless steel dan stainless steel

/Fe-Co-Ni dilakukan karakterisasi menggunakan Voltameter eDAQ EChem secara

liniaer, XRD dan SEM-EDX. Pada penelitian ini digunakan larutan elektrolit

NaHCO3 dengan konsentrasi 5 gram dalam 1 liter larutan. Selain itu digunakan juga

mediator berupa serbuk lidah buaya (Aloe vera) dengan variasi konsentrasi 0, 1, 2,

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 gram per liter. Aloe vera yang digunakan dalam penelitian

ini adalah Aloe barbadensis Miller. Jenis Aloe barbadensis Miller dipilih karena

memiliki kandungan zat aktif yaitu alkaloid (Willer, et. al., 1978 :71). Senyawa

alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa (Lenny, 2006: 23). Menurut

(Rashid, et. al., (2015: 81), sifat asam atau basa dapat meningkatkan konduktivitas

pada saat pemecahan molekul air. Konduktivitas larutan bergantung pada jumlah

ion dalam larutan elektrolit. Jumlah ion ini akan mempercepat hantaran listrik yang

dilaluinya, maka pergerakan ion akan semakin mudah sehingga dapat

memepercepat perpindahan elektron. Setiap ion hanya dapat membawa muatan

(43)

terdapat dalam elektrolit, maka akan semakin tinggi sifat hantaran listrik yang

dialirkan.

Pada proses elektrolisis dilakukan dengan metode voltametri siklik dengan

laju penyapuan 50 mV/s. Kemudian dianalisis untuk mengetahui efisiensi produk

dan efisiensi energi gas hidrogen berdasarkan puncak katoda yang dihasilkan dari

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni.

2. Objek

Objek dari penelitian ini adalah aktivitas elektroda stainless steel dan

stainless steel/Fe-Co-Ni dan efisiensi gas hidrogen dalam pemecahan molekul air.

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, terikat, dan kontrol

adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi komposisi Aloe vera

sebagai media.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas stainless steel dan

stainless steel/Fe-Co-Ni serta efisiensi gas hidrogen yang dihasilkan.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah laju penyapuan voltameter

(45)

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi:

a. Alat-alat gelas dan ukur,

b. Tabung elektrolisis,

c. eDAQ EChem,

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi:

a. Elektroda stainless steel tipe 430 dengan ketebalan = 1,2 mm; lebar = 3 mm;

dan panjang = 110 mm,

b. Elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni dengan ketebalan = 1,2 mm; lebar = 3 mm

dan panjang = 110 mm,

c. Lidah buaya,

d. Asam nitrat,

e. Aseton,

f. NaHCO3 p.a,

g. FeSO4.7H2O p.a,

h. Co(NO3)2.6H2O p.a,

i. NiSO4.6H2O p.a,

j. Sakarin,

k. NaCl,

l. NH4Cl,

m. Akuabides,

(46)

D. Prosedur Penelitian 1. Preparasi media Aloe vera

a. Tanaman Aloe vera dicuci terlebih dahulu menggunakan air bersih.

b. Kemudian Aloe vera dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil

c. Aloe vera yang sudah dipotong selanjutnya dijemur di bawah terik matahari

dengan tujuan menghilangkan kandungan air.

d. Setelah Aloe vera kering, selanjutnya dihaluskan menggunakan blender dan

kemudian diayak.

2. Elektrodeposisi Stainless Steel/Fe-Co-Ni

Elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni dibuat secara voltametri linear dengan

staninless steel sebagai elektroda kerja, platinum sebagai elektroda kontra, dan

Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding.

a. Membuat larutan Fe2+, Co2+, dan Ni2+ dengan perbandingan mol sebesar

1:1:1.

b. Larutan Fe2+, Co2+, dan Ni2+ dibuat dengan menyiapkan larutan FeSO4 dari

padatan kristal FeSO4.7H2O, larutan Co(NO3)2 dari padatan kristal

Co(NO3)2.6H2O, dan larutan NiSO4 dari padatan kristal NiSO4.6H2O dengan

konsentrasi masing-masing larutan sebesar 0,01 M.

c. Dilakukan elektrodeposisi menggunakan eDAQ EChem dengan laju

penyapuan sebesar 50 mV/s selama 10 menit.

3. Elektrolisis H2O

Elektroda stainless steel dan stainless steel/Fe-Co-Ni digunakan sebagai

(47)

a. Larutan elektrolit disiapkan dengan menggunakan NaHCO3 sebanyak 5 gram

per 1 liter air.

b. Dilakukan penambahan variasi konsentrasi Aloe vera sebagai mediator

sebanyak 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 gram yang dilarutkan dalam

akuabides

c. Masing-masing sampel di elektrolisis secara voltametri siklis menggunakan

voltameter eDAQ EChem dengan laju 50 mV/s. Variasi konsentrasi Aloe vera

dapat dilihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Variasi Konsentrasi Aloe vera

No Sampel Variasi konsentrasi

1 1 0 gram/L

2 2 1 gram/L

3 3 2 gram/L

4 4 3 gram/L

5 5 4 gram/L

6 6 5 gram/L

7 7 6 gram/L

8 8 7 gram/L

9 9 8 gram/L

10 10 9 gram/L

(48)

E. Teknik Pengambilan Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif dan data

kuantitatif.

1. Data kualitatif

Data kualitatif didapatkan dari analisis data hasil pengukuran menggunakan

SEM-EDX dan XRD.

2. Data kuantitatif

Data kuantitatif didapatkan dari analisis data hasil pengukuran menggunakan

voltameter eDAQ EChem. Efisiensi gas hidrogen dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan:

dengan � adalah efisiensi gas hidrogen dan ic adalah puncak arus katoda.

Selain efisiensi gas hidrogen, ditinjau pula efisiensi energi berupa potensial

lebih (over potential) dengan menggunakan persamaan:

E = (EeksperimenEteori) (8)

dengan ∆E adalah potensial lebih dari elektrogenerasi hidrogen, Eteori adalah

potensial setengah reaksi hidrogen pada keadaan standar, dan Eeksperimen adalah

potensial yang terukur pada saat reaksi berlangsung.

�= � ��

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini berjudul “Produksi Hidrogen dari Pemecahan Molekul H2O

dalam Media Aloe vera dengan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni” yang bertujuan

untuk mengetahui aktivitas elektroda stainless steel dan stainless steel/Fe-Co-Ni

dalam media Aloe vera serta mengetahui kondisi optimum laju pembentukan gas

hidrogen pada proses elektrolisis. Pada saat elektrolisis digunakan larutan elektrolit

yang bersifat basa yaitu larutan NaHCO3 dengan konsentrasisebanyak 5 gram per

1 liter air dan penambahan media Aloe vera sebanyak 0 gram sampai dengan 10

gram yang dilarutkan dalam akuabides.

A. Elektrodeposisi Logam Fe-Co-Ni pada Substrat Stainless Steel

Metode elektrodeposisi adalah metode pengendapan secara elektrokimia

dengan cara mengalirkan arus listrik melalui elektroda ke dalam larutan elektrolit.

Metode elektrodeposisi ini merupakan proses yang dilakukan dalam suatu bak atau

bejana sel dan berisi larutan elektrolit, serta dilengkapi dengan elektroda. Elektroda

yang digunakan dalam proses elektrodeposisi ada tiga yaitu logam stainless steel

sebagai elektroda kerja, platinum sebagai elektroda kontra (auxiliary electrode) dan

Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding (reference electrode).

Pelapisan logam stainless steel ini menggunakan paduan logam Fe, Co dan

Ni dengan perbandingan 1:1:1. Pemilihan logam Fe, Co, dan Ni karena

logam-logam tersebut memiliki sifat dan ukuranya relatif sama, mudah didapatkan dan

harganya lebih ekonomis. Pada proses elektrodeposisi digunakan beberapa bahan

kimia tambahan yang mampu membantu proses pelapisan logam Fe, Co, dan Ni

(50)

Proses elektrodeposisi ini dikarakterisasi dengan voltametri linear menggunakan

instrumen eDAQ Echem dengan laju penyapuan 50mV selama 10 menit.

Pelapisan logam Fe, Co, dan Ni pada substrat stainless steel dapat terjadi

karena adanya arus listrik yang dihubungkan pada elektroda, sehingga menyebaban

aliran elektron bergerak dari anoda menuju katoda melalui larutan elektrolit.

Larutan elektrolit yang digunakan yaitu larutan NaHCO3 mengandung ion Na+ dan

HCO3-, ion-ion tersebut yang berfungsi sebagai penghantar arus listrik. Penggunaan

NaHCO3 sebagai larutan elektrolit karena menururt Jabar dan Ibrahin (203: 68),

elektrolit NaHCO3 memiliki kemampuan lebih baik untuk menghasilkan gas

hidrogen dibandingkan dengan NaOH. Proses pelapisan dimulai dengan adanya

arus listrik searah yang dialirkan pada kedua elektroda, yaitu anoda dan katoda

dalam larutan elektrolit. Ion-ion positif yang terbentuk karena adanya potensial

akan ditarik oleh elektroda katoda yaitu elektroda yang bermuatan negatif.

Sedangkan ion yang bermuatan negatif akan berpindah ke arah elektroda bermuatan

positif yaitu anoda. Ion-ion tersebut akan dinetralisir oleh kedua elektroda dan

larutan elektrolit kemudian akan diendapkan pada elektroda katoda. Di dekat

permukaan katoda, terbentuk daerah Electrical Double Layer (EDL) yaitu lapisan

dielektrik. Hasil yang terbentuk merupakan lapisan logam dan gas hidrogen.

Adanya lapisan EDL menjadikan ion-ion logam akan lebih mudah menuju ke

permukaan katoda dan menangkap elektron dari katoda. Ion logam tersebut akan

tereduksi menjadi logam dan mengendap di katoda membentuk lapisan logam.

(51)

Gambar 8. Voltamogram Linear Metode Elektrodeposisi

Elektrodeposisi merupakan merupakan suatu proses pengendapan ion-ion

logam pada suatu logam dasar (katoda) melalui proses elektrolisis. Terjadi proses

pengendapan pada katoda disebabkan oleh adanya pemindahan ion-ion bermuatan

listrik dari anoda dengan perantara larutan elektrolit, yang terjadi secara terus

menerus pada tegangan konstan hingga akhirnya mengendap dan menempel kuat

membentuk lapisan permukaan benda logam.

Gambar 8 menunjukkan voltamogram elektrodeposisi logam Fe, Co, dan Ni

pada substrat stainless steel menggunakan voltametri linear. Pada potensial -0,8

Volt mulai terlihat kenaikan arus yang menunjukkan terjadinya puncak

voltamogram. Pada potensial -0,75 Volt puncak maksimam sudah ditunjukksn pada

voltamogram tersebut. Terdapatnya puncak tersebut mengindikasikan bahwa

terjadi penempelan dan pengendapan logam Fe, Co, dan Ni pada katoda yaitu

substrat stainless steel. Sehingga proses elektrodeposisi logam terner: Fe, Co dan

Ni telah berhasil dilakukan. Reaksi reduksi untuk mengendapkan logam Fe, Co, dan

Ni pada proses elektrodeposisi adalah sebagai berikut:

(52)

Ni2+ (aq) + 2e-→ Ni (s) (11)

B. Karakteristik Elektroda Stainless Steel dan Stainless Steel/Fe-Co-Ni

Karakterisasi ini bertujuan untuk mengetahui hasil pada penggunaan

elektroda stainless steel dan stainless steel/Fe-Co-Ni, sehingga dapat ditentukan

perbedaan dan perbandingan diantara kedua elektroda. Karakterisasi elektroda

stainless steel dan stainless steel/Fe-Co-Ni pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan Voltameter eDAQ Echem secara voltametri linear (Linear Sweep

Voltametry), difraksi sinar-X (XRD) serta SEM-EDX.

1. Karakterisasi Voltametri Linear

Karakterisasi Voltametri Linear dilakukan dengan menggunakan instrument

Voltameter eDAQ Echem dengan laju penyapuan 50 mV/s. Berikut ini hasil uji

karakterisasi voltametri secara linear dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 9. Karakterisasi Voltamogram Linear (a) Elektroda Stainless Steel dan (b) Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni

Gambar 9 menunjukkan hasil karakterisasi voltametri elektroda stainless

steel dan elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni secara linear dengan nilai arus (I) dan

pada rentang potensial (E) tertentu. Penentuan secara voltametri linear ini

(53)

voltamogram tersebut, terlihat adanya perbedaan bentuk voltamogram yang

dihasilkan. Perbedaan yang mendasar yaitu terlihat pada voltamogram (b) pada

penggunaan elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni, mulai muncul kenaikan puncak

pada nilai potensial -0,6 Volt dan pada potensial -0,5 Volt terjadi puncak

maksimum dengan nilai arus sekitar 0,3 mA. Sedangkan pada voltamogram (a)

pada penggunaan elektroda stainless steel tidak terlihat kemunculan puncak pada

gelombang voltamogram, hanya terjadi kenaikan voltamogram pada potensial -0,5

Volt tanpa adanya kemunculan puncak.

Berdasarkan hasil uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi

perbedaan yang signifikan pada penggunaan elektroda stainless steel dan stainless

steel/Fe-Co-Ni, yakni kemunculan puncak voltamogram. Kemunculan puncak

tersebut mengindikasikan bahwa terdapat perubahan struktur lapisan pada

permukaan elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni. Perubahan yang terjadi dapat

disebabkan oleh substrat stainless steel yang telah terlapisi oleh logam Fe, Co, dan

Ni pada saat proses elektrodeposisi. Pada proses elektrodeposisi ini menyebabkan

ion-ion dari logam Fe, Co, dan Ni akan bergerak menuju ke permukaan katoda dan

menangkap elektron dari katoda yaitu substrat stainlesss steel. Ion logam tersebut

akan tereduksi menjadi logam dan mengendap di katoda, sehingga substrat stainless

steel telah terdeposisi oleh logam Fe, Co, dan Ni serta membentuk suatu lapisan

logam. Hal ini dapat terlihat pada perbedaan puncak kedua voltamogram yang

disajikan pada Gambar 9.

2. Karakterisasi XRD

(54)

kerja XRD (X-Ray Diffraction) dengan memanfaatkan radiasi gelombang

elektromagnetik yaitu sinar-X dan diperoleh data karakterisasi berupa

difraktogram. Pola difraktogram yang dihasilkan berupa deretan puncak-puncak

difraksi dengan intensitas dan pada rentang sudut 2θ tertentu. Besarnya intensitas

tergantung pada jumlah atom yang berada dalam material tersebut. Pola difraksi

sinar-X elektroda stainless steel dan stainless steel/Fe-Co-Ni hasil penelitian dapat

dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Hasil Karakterisasi XRD Elektroda Stainless Steel dan Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni

Gambar 10 menunjukkan hasil elektroda stainless steel dan elektroda

stainless steel/Fe-Co-Ni pada rentang 2θ yaitu 0° sampai dengan 80°. Grafik

tersebut menunjukkan hubungan antara intensitas (I) puncak difraksi dan sudut

difraksi (2θ). Hasil karakterisasi XRD yang disajikan pada Gambar 9 dilakukan

analisa secara kualitatif dengan membandingkan kedua gambar tersebut. Hasil

grafik dari keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Hal tersebut ditandai

dengan adanya perbedaan puncak-puncak difraktogram. Pada grafik elektroda

stainless steel muncul puncak-puncak dengan intensitas ketajaman puncak yang

(55)

tinggi, diantaranya pada sudut 2θ: 28,43º; 43,97º; dan 63,97º. Sedangkan pada

elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni muncul lebih banyak puncak-puncak pada sudut

2θ: 7,81º; 28,64º; 44,34º; dan 46,51º. Perbedaan puncak yang terlihat dari kedua

grafik tersebut mengindikasikan bahwa logam Fe, Co, dan Ni sudah terdeposisi

pada substrat stainless steel dengan kata lain sudah terjadi proses pengendapan pada

katoda melalui metode elektrodeposisi dengan melihat hasil perbedaan puncak

difraktogram stainless steel dan stainless steel/Fe-Co-Ni yang disajikan pada

Gambar 10. Terjadinya proses pengendapan pada katoda yaitu substrat stainless

steel disebabkan oleh adanya pemindahan ion-ion bermuatan listrik dari anoda

dengan perantara larutan elektrolit. Proses tersebut terjadi secara terus menerus

pada tegangan konstan hingga akhirnya logam mengendap dan menempel kuat

membentuk lapisan permukaan katoda.

3. Karakterisasi SEM-EDX

Karakterisasi SEM-EDX ini digunakan untuk mengetahui ukuran

partikel-partikel hasil sintesis berupa gambar serta komposisi dan kadar yang terkandung

pada sampel yang diujikan.Elektroda stainless steel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tipe S-430 dengan ketebalan 1,2 mm. Data penelitian

karakterisasi stainless steel menggunakan SEM-EDX diperoleh dari penelitian

Isana et. al., 2015: 175. Hasil karakterisasi ini diuji komposisinya dan kadar Fe, Co,

dan Ni yang terkandung dalam stainless steel masing-masing sebesar 80,11 %b,

0,05 %b dan untuk logam Ni tidak terdeteksi. Berikut ini hasil karakterisasi

(56)

Gambar 11. Hasil Karakterisasi SEM-EDX Elektroda Stainless Steel Sumber: Isana dkk., 2015: 175

Karakterisasi elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni diperoleh dari hasil

penelitian dan dilakukan karakterisasi menggunakan SEM-EDX. Hasil

karakterisasi SEM-EDX dari elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni dapat dilihat pada

Gambar 12

Gambar 12. Hasil Karakterisasi SEM-EDX Elektroda Stainless Steel/Fe-Co-Ni

Gambar 11 dan Gambar 12 merupakan hasil karakterisasi menggunakan

SEM yang memperlihatkan struktur morfologi sebelum dan sesudah pelapisan

logam Fe, Co, dan Ni dengan perbesaran 5000 kali. Pada Gambar 11, struktur

morfologi stainless steel sebelum pelapisan terlihat memanjang dan kasar,

sedangkan struktur morfologi stainless steel yang telah dilapisi oleh logam Fe, Co,

dan Ni terlihat lebih rapat serta terdapat bercak-bercak yang lebih merata.

Permukaan yang lebih rata ini memberikan pengaruh baik terhadap aktivitas

katalitik elektroda stainless steel/Fe-Co-Ni. Kadar logam yang terkandung dalam

Fe

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Kalor
Gambar 1. Pembentukan Gas Oksigen dan Gas Hidrogen dalam Elektrolisis             Sumber: Zeng & Zhang, 2010: 310
Tabel 2. Potensial Lebih dari Beberapa Jenis Zat
Tabel 3. Kandungan Logam Stainless Steel Tipe S-430
+7

Referensi

Dokumen terkait