• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SEMENTARA SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MASA SIDANG II TAHUN SIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SEMENTARA SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MASA SIDANG II TAHUN SIDANG"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SEMENTARA

SIDANG PARIPURNA LUAR BIASA DPD RI MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2014 – 2015

I. KETERANGAN

1. Hari : Rabu

2. Tanggal : 28 Januari 2015

3. Waktu : 10.35 WIB – Selesai

4. Tempat : R.Rapat Nusantara V 5. Pimpinan Sidang :

1. H. Irman Gusman, SE., MBA (Ketua DPD RI) 2. GKR Hemas (Wakil Ketua DPD RI)

3. Farouk Muhammad (Wakil Ketua DPD RI)

6. Sekretaris Sidang : 1. Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto (Sekretaris Jenderal DPD RI)

2. Zul Evi Astar, S.H. (Wakil Sekretaris Jenderal DPD RI) 7. Acara : 1. Pengambilan Keputusan DPD RI tentang pertimbangan

DPD RI terhadap RUU tentang perubahan atas Undang-Undang No. 27 Tahun 2014 tentang APBN Tahun Anggaran 2015.

2. Pengambilan Keputusan terkait Prolegnas DPD RI Tahun 2015-2019

3. Pengambilan Keputusan tentang pembentukan pansus yaitu mengenai perubahan kedua atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MD3 yaitu Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

4. Pengambilan Keputusan tentang pembentukan pansus yaitu mengenai perubahan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah

8. Hadir : Orang

(2)

II. JALANNYA SIDANG

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik teman-teman sekalian karena waktu juga berjalan sudah 10.35 WIB, kami mohon supaya menempati tempat duduk yang telah ditetapkan oleh Sekretariat Jenderal karena kita akan memulai acara Sidang Paripurna Istimewa. Baiklah, menunggu supaya kita bisa sampai ke kuorum saya mohon kita akan menyegerakan acara ini karena banyak keputusan yang harus kita ambil, mengingat waktu sudah berjalan kita harapkan sebelum jam 12, setengah satu kita sudah bisa menyelesikan Paripurna ini.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om swasti astu

Sebagaimana lazim dalam setiap kegiatan yang resmi termasuk juga Sidang Paripurna kali ini mari lah kita sejenak menyanyikan lagu kebangsaan kita lagu Indonesia Raya. Kepada seluruh para Anggota yang terhormat dan seluruh hadirin yang ada di ruangan ini kami mohon berdiri itu bersama-sama kita menyanyikan lagu.

PEMBICARA : PADUAN SUARA Hiduplah Indonesia raya…

Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Disanalah aku berdiri. Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru. Indonesia bersatu. Hiduplah tanahku. Hiduplah negriku.

Bangsaku Rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya.

Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta.

(3)

Indonesia Raya. Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Hadirin kami persilahkan untuk duduk kembali. Coba dicek ada satu belum kuorum dong kan 130 ada yang masuk? Coba di cek. Sudah lah ya, kita anggap saja 67 ya. Baik saya sengaja untuk menunggu sedikit dan karena tadi sebelum setelah mau mengakhiri di lagu kebangsaan dan 65 orang dari mencek ternyata sudah lebih, 67-68 barangkali. Berikut Bapak Ibu sekalian, berdasarkan catatan daftar hadir yang disampaikan oleh Sekretariat Jenderal sampai saat ini telah hadir melebihi 65 orang ya, sebanyak 67 yang ada di daftar kami karena itu sidang ini telah memenuhi syarat kita buka dengan ucapkan

bismillahirohmanirohim Sidang Paripurna Luar Biasa Dewan Perwakilan Daerah kami buka

dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Sidang dewan yang mulia, sesuai dengan jadwal acara Sidang Paripurna hari ini mempunyai 4 agenda pokok yaitu pertama pengambilan Keputusan DPD RI tentang pertimbangan DPD RI terhadap Rancangan Undang tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN Tahun Anggaran 2015. Ini adalah tugas khusus konstitusional kita yang kita harus mengambil keputusan pada hari ini .

Yang kedua, kita juga harus mengambil keputusan terhadap program legislasi nasional dari Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang diprioritas untuk tahun 2015 kemudian prioritas tahun 2015 sampai tahun 2015. Ini salah satu agenda pokok kita sebagai legislator.

Yang ketiga kita mengambil keputusan tentang pembentukan pansus yaitu mengenai perubahan kedua atas Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MD3 yaitu Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Yang keempat, karena kita dimintakan keputusannya untuk pembentukan pansus tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang mengatur tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah dan juga sangat penting dan strategis yang harus kita putuskan juga.

Sidang dewan yang mulia, Sidang Paripurna Istimewa hari ini berdasarkan kesepakatan Rapat Panitia Musyawarah yang telah kami lakukan kemarin telah menyepakati dan menyetujui permohonan dari Pimpinan Komite IV melalui surat yang dikirimkan dengan nomor DN130/5.DPD/I Tahun 2015 yang tertanggal 16 Januari 2015 dan juga surat dari Pimpinan PPUU melalui surat DN160/3.DPD/I Tahun 2015 dikirimkan pada tanggal 3 Januari 2015 terkait pelaksanaan Sidang Paripurna Luar Biasa pada pagi ini.

Sebagaimana kita ketahui terkait tugas konstitusional DPD di yang termaktub dalam Pasal 28 Ayat 1 Undang-Undang 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD yaitu mengatur tentang untuk memberikan pertimbangan DPD tentang APBN itu harus disampaikan selambat-lambatnya 14 hari sebelum diambil persetujuan antara DPR dan Presiden. Oleh karena pengambilan keputusan di DPR tentang RAPBN Tahun Anggaran 2015 akan dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2015 itulah dasarnya hari ini kita harus mengadakan Sidang Paripurna Luar Biasa sehingga berbagai aspirasi yang kita tangkap, yang kita dapati, yang kita jemput melalui mekanisme yang ada di internal kita dan untuk itu kita akan memberikan pertimbangan APBN tersebut.

(4)

Kemudian yang berikutnya, Pimpinan PPUU mengusulkan untuk dilaksanakan Sidang Paripurna Luar Biasa untuk kita ambil keputusan tentang Program Legislasi Nasional di lingkungan DPD untuk periode tahun 2015 dan juga prioritas yang kita laksanakan nantinya di tahun 2015 sampai 2019. Oleh karena itu Saudara-saudara sekalian kami mohon pada kesempatan Sidang Paripurna yang terhormat ini untuk kita hadir untuk mengikuti proses pengambilan keputusan ini dengan khidmat dan tentu dengan kalau ada pertanyaan singkat dan tepat sehingga bisa sebelum jam 12 sidang ini kita akhiri . Jadi kalaupun ada pertanyaan, jelaskan singkat, kalau di berbagai parlemen internasional itu biasanya tidak lebih pertanyaan itu dari 2 menit, kalau lebih 2 menit nanti pimpinan sidang, ketua sidang akan menstop supaya bisa kita disiplin dengan waktunya.

Baiklah, sebelum nanti floor kita buka, kami persilakan terlebih dulu kepada Pimpinan Komite IV untuk bisa menyampaikan laporannya.

PEMBICARA : L.M. RUSMAN EMBA, ST. (SULTRA) Sebelunya Pak Ketua, Pimpinan.

Pimpinan yang saya hormati, yang saya hormati rekan-rekan Senator . Pertama saya kira, agenda pertama kita dalam rangka pertimbangan pada RAPBN, saya kira ini agenda-agenda yang sangat luar biasa sebenarnya tapi yang ironis ini di sini kita tidak mengahdirkan seharusnya ada pemerintah, ada menteri atau ada apa begitu idealnya, harus seperti itu sehingga apa kita bacakan itu langsung masuk dalam pikiran mereka, kalau perlu kita buat dalam bentuk MoU sehingga ini bukan hanya sesuatu yang ceremonial belaka. Nah apakah misalnya salah dalam regulasi dalam Rapat Paripurna seperti ini kita hadirkan para menteri kalau perlu kita hadirkan presiden atau misalnya pak wakil presiden, itu saja mungkin Pak Ketua.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik saya kira usul yang simpatik ya. Catatan kita. Baik, untuk itu kami persilahkan kepada Pimpinan Komite IV.

PEMBICARA : H. ACENG HULIK MUNAWAR FIKRI, S. Ag (JAWA BARAT) Pimpinan, paling depan.

Terima kasih. B-47.

Seperti yang disampaikan tadi saya sepakat sekali dan substansinya dari memberikan pertimbangan itu seperti yang sudah-sudah dilakukan, apakah itu terkontrol atau hanya merupakan pertimbangan catatan tertulis saja sehingga ketika dibawa ke dalam pembahasan rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara tambahan atau perubahan itu betul-betul apa yang menjadi pertimbangan DPD itu menjadi substansi diubah, begitu. Mengapa saya bisa saya sampaikan karena pada perubahan APBNP yang akan datang akan sangat signifikan sekali terlebih lagi ini ditandai dengan fluktuasinya harga minyak dunia. Nah ini akan sangat berdampak sekali terhadap perubahan yang akan dilakukan pada 12 Februari yang akan datang. Maka dari itu saya mengharapkan bukan hanya kehadiran para Senator yang terhormat pada saat ini tapi hasil daripada memberikan pertimbangan itu harus betul-betul terkawal dan bukan hanya disiarkan dengan para pejabat eksekutif tapi lebih terkawal sehingga betul-betul yang menjadi catatan dan pertimbangan kita itu betul-betul masuk di dalam regulasi satu keputusan yang akan diputuskan pada APBN-P. Itu mungkin Pimpinan.

(5)

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Baik. Kita lanjut. Kami persilahkan Pimpinan ...

PEMBICARA : Drs. HABIB ALI ALWI (BANTEN) Lanjut Pimpinan, B-64. Sambung.

Terima kasih Pimpinan dan Anggota yang saya muliakan, Paripurna kali ini dan Paripurna sebelum-sebelumnya saya merasakan suasana yang sangat hambar sekali dengan paripurna-paripurna DPD ini. Kenapa? Tadi seperti disampaikan Paripurna kita ini tidak ada nuansa paripurnanya itu tidak ada, suasananya hambar kayak rapat-rapat biasa hanya beda tempat saja.

Pertama, kita tahu bahwa paripurna adalah sidang tertinggi bagi kita semua sehingga suasananya itu ada suasana khas. Di dalamnya juga tadi kita bisa undang daripada eksekutif tapi ini kita tidak rasakan. Jadi biasa ketemu Sesjen lagi, Sesjen lagi, anggota lagi, anggota lagi hanya itu-itu saja. Jadi tidak ada nuansa.

Yang kedua, protokoler acaranya kayak sidang-sidang biasa saja, bahwa ini Paripurna harusnya ada protokoler acara, pemandu acara, bukan langsung pimpinan yang langsung memimpin untuk kita menyanyikan lagu Indonesia Raya. Saya rasa itu di awal dan penutup itu harus ada pemandu acara. Nah ini protokoler acara ini juga harus jadi catatan buat kita semua. Ini Paripurna .

Dan yang ketiga, standar busana. Ini busana yang kadang-kadang kita pakai juga ini busana rapat pleno ya begini, busana rapat sidang panmus juga begini, batik lagi, ini lagi. Sebenarnya standar busana paripurna itu ada atau tidak? Kalau kita di DPR atau DPRD ini standar busananya jelas yaitu PSL lengkap kita. Nah ini kita, lihat ada yang pakai baju biasa, ada yang pakai baju batik, tangan pendek. Ini Paripurna atau apa? Oleh karena itu saya merasa kehilangan sekali suasana Paripurna ini.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik. Ya saya rasa semuanya itu kita tampung, nanti kita bahas, apalagi yang tergabung dalam Panmus. Nah itulah forum yang tepat ya supaya hal-hal yang ingin perbaikan kita sempurnakan tapi tolong juga kita kembalikan baca juga tatib bagaimana pertimbangan APBN dilaksanakan. Barangkali catatan ini akan kita insya Allah pada waktu dekat nanti Pimpinan akan ada rapat konsultasi pertama dengan Presiden Jokowi. Mudahan-mudahan apa yang disampaikan ini bisa menjadi masukan kita semua. Jadi bisa kita sepakati? Baik.

Baik kami persilahkan untuk disampaikan.

PEMBICARA : Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (WAKIL KETUA KOMITE IV)

Bismilahirohmanirohim.

Laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD RI pada Sidang Paripurna Luar Biasa Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Rabu20 Januari 2015. Saya mewakili Pimpinan Komite menyampaikan meskipun ada Pak Cholid di sana.

(6)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om swasti astu

Yang saya hormati Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah selaku pimpinan rapat, yang saya hormati yang terhormat para Anggota Dewan Perwakilan Daerah, para Senator seluruh Indonesia dan hadirin yang berbahagia. Terlebih dahulu marilah kita memanjatkan puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya kepada kita sekalian sehingga kita dapat menghadiri Sidang Paripurna Luar Biasa. Dewan Perwakilan Daerah pada hari ini atas nama pimpinan dan segenap Anggota Komite IV Dewan Perwakilan Daerah kami sampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk menyampaikan laporan ini Rancangan Undang-Undang tentang perubahan atas Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 diajukan sebagai penerjemahan visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019 yang dituangkan dalam kerangka program dan kegiatan serta kerangka pendanaan pada tahun pertama RPJMN tahun 2015-2019.

Sesuai dengan amanat Pasal 22d dan Pasal 23 Ayat 2 Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang No.17 Tahun 2014 tentang Susduk sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 42 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang Susduk maka Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) wajib memberikan pertimbangan kepada DPR terhadap RAPBN Perubahan Tahun Anggaran 2015. Pertimbangan DPD RI ini dibuat berdasarkan masukan aspirasi masyarakat melalui dengar pendapat dengan pemerintah, para pakar dan pelaku pembangunan dalam berbagai kesempatan rapat kerja dan kunjungan kerja ke daerah. Dengan pertimbangan DPD RI penyusunan dokumen RAPBN-P Tahun Anggaran 2015 diharapkan menjadi lebih baik, realistis dan sesuai dengan aspirasi rakyat dan daerah di seluruh Indonesia. Sehubungan dengan penyampaian Rancangan Undang-Undang APBN Perubahan Tahun 2015 dari pemerintah dan rencana undang-undang tersebut akan diambil persetujuan bersama antara DPR dan pemerintah direncanakan pada tanggal 12 Februari 2015 maka memperhatikan ketentuan pasal sebagaimana peraturan pemerintah di atas yang harus sampaikan paling lambat 14 hari sebelum diambil keputusan bersama DPR dan pemerintah. Oleh karena itu DPD memandang perlu untuk segera menyampaikan pertimbangan tersebut kepada DPR yang diputuskan melalui Sidang Paripurna Luar Biasa DPD pada hari ini. Merespon pembahasan RAPBN-P yang sangat ketat, Komite IV mengadakan serangkaian rapat termasuk Rapat Dengar Pendapat bersama Tim Anggaran Komite I, II dan III dan Dirjen Anggaran, Dirjen Perimbangan Keuangan dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI pada tanggal 22 Januari 2015. Komite IV juga membahas RAPBN-P 2015 bersama Budget Office atau Pusat Data dan Analisis Anggaran DPD RI sebagai unit pendukung akademis yang independent dan non partisan. Akhirnya materi ini di finalisasi tanggal 23 Januari 2015 di kantor DPD RI.

Pimpinan, Anggota dan hadirin peserta Sidang Paripurna yang kami hormati, beberapa pokok-pokok pertimbangan DPD RI terhadap RAPBN-P Tahun 2015 sebagai berikut :

1. Pentingnya perbaikan terhadap asumsi makro ekonomi dan pokok-pokok kebijakan fiskal dengan memasukkan indikator strategis lainnya seperti tingkat kemiskinan, pengangguran, Gini Rasio dan lain sebagainya

2. RAPBN-P Tahun Anggaran tahun 2015 agar dapat mencerminkan baseline anggaran RPJMN tahun 2015-2019 dengan memperjelas perioritas anggaran kementerian dan lembaga dengan dan transfer daerah dengan 9 agenda prioritas nawacita dan trisakti

(7)

3. Peningkatan penerimaan perpajakan lebih dari 104,69 trilyun dengan melakukan inttensifikasi ekstensifikasi dan regulasi perpajakan khususnya pada PPH orang pribadi dan badan yang potensinya masih sangat besar.

4. Tambahan untuk transfer daerah agar dapat ditingkatkan tidak hanya terdapat dana alokasi khusus namun pada porsi atau anggaran lainnya. Hal ini di barengi dengan upaya perbaikan baik akuntabilitas dan transparansi anggaran tersebut

5. Dana desa yang dialokasikan perlu ditambahkan kegiatan pendampingan bagi masyarakat desa agar kualitas program dan kegiatan serta akuntabilitas dana desa lebih optimal termasuk pula memenuhi amanat Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa agar anggaran dana desa sepenuhnya dapat dipenuhi pemerintah .

6. Penggunaan dana PMN penyertaan modal untuk badan usaha milik negara lebih selektif dalam mempertimbangkan kinerja BUMN agar target pembangunan benar-benar realistis untuk dijalankan. BUMN yang perlu mendapakan prioritas yakni BUMN untuk infrastruktur dan pertanian.

7. Penyusunan RAPBNP Tahun Anggaran 2015 harus didukung dengan langkah melakukan optimalisasi seluruh instrumen anggaran baik berupa belanja pusat dalam bentuk dana dekonsentrasi tugas pembantuan, dana transfer daerah, dana perbankan dan investasi swasta serta sumber dana lainnya untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan nasional dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan pemerataan pembangunan dan mendorong percepatan pembangunan daerah.

Bapak Ibu hadirin peserta rapat yang kami hormati, pertimbangan DPD RI terhadap RAPBNP 2015 secara lebih rinci antara lain:

Asumsi dasar ekonomi makro

1. RAPBNP Tahun Anggaran 2015 telah memasukkan asumsi makro ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi inflasi nilai tukar harga minyak mentah Indonesia (lifting minyak dan gas), DPD RI berpandangan sebaiknya pemerintah juga memasukkan asumsi lain seperti tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, gini rasio, nilai tukar petani dan nilai tukar nelayan. DPD RI berpendapat bahwa tujuan penggunaan APBN perlu untuk kesejahteraan rakyat sehingga asumsi lain menjadi prioritas untuk dimasukan dalam RAPBNP tahun 2015

2. Dalam RAPBNP Tahun Anggaran 2015 pertemuan ekonomi diasumsikan sebesar 5,8 persen atau tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan APBN tahun anggaran 2015. DPD RI berpandangan bahwa target yang cukup baik tersebut akan dicapai apabila pemerintah dapat mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat lebih tinggi di atas 5,2 persen, membaiknya kinerja konsumsi pemerintah di atas 4,2 persen serta pembentukan modal tetap bruto di atas 8,1 persen. DPD berpendapat langkah yang harus dilakukan tetap mempertahankan konsumsi kelompok miskin dan hampir miskin, memperbesar pendanaan infrastruktur pada tingkat kabupaten/kota serta mempermudah pelayanan investor di sektor ril.

3. Dalam RAPBNP tahun 2015 pemerintah mengajukan asumsi inflasi diperkirakan mencapai 5,0 persen atau lebih tinggi dari asumsi APBN tahun 2015 sebesar 4,4 persen. Peningkatan asumsi ini selain disebabkan penyesuaian harga BBM juga disebabkan karena harga komoditas pangan maupun gejolak nilai tukar rupiah. DPD RI berpandangan bahwa target inflasi tetap berada pada kisaran 4,0 ±1,0 persen masih jauh lebih realistis seperti sampaikan Bank Indonesia data tahun 2015. Target tersebut dapat dicapai pemerintah apabila pemerintah dapat menjaga ketersediaan pangan pada beberapa daerah yang produksi pangan rendah dan memperbaiki efisiensi jalur distribusi logistik pangan. DPD RI berpendapat pemerintah juga perlu mengimplikasi penyusunan harga BBM pada tarif angkutan, biaya BBM pada industri hingga

(8)

pemihakan penyesuaian tarif tenaga listrik pada golongan rumah tangga berpenghasilan rendah. Langkah diatas juga perlu dibarengi upaya peningkatan koordinasi kebijakan fiskal dan moneter dalam menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil sehingga barang modal yang bersumber impor jauh lebih stabil.

4. Pemerintah juga mengajukan asumsi rata-rata nilai rupiah terhadap dollar US yang diperkirakan berada pada kisaran Rp.12.200 atau lebih tinggi dari asumsi APBN pokok tahun 2015 sebesar Rp.11.900 per USD. DPD RI berpandangan pemerintah perlu segera meredam gejolak nilai tukar dengan memperbaiki fundamental struktur fiskal dan alokasi belanja pada sektor-sektor unggulan dan rill, perbaikan infrastruktur ekonomi secara proporsional antar wilayah baik irigasi, energi, pelabuhan, jalan dan jembatan. DPD berpendapat bahwa upaya ini perlu dibarengi dengan perbaikan di pasar keuangan termasuk akses masyarakat ke lembaga keuangan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan pasar terhadap perekonomian sehingga dapat meningkatkan modal masuk.

5. Suku bunga SPN 3 bulan perkirakan akan turut mengalami tekanan dan sedikit lebih tinggi di atas asumsi APBN tahun 2015 yakni 6,0 persen menjadi 6,2 persen. DPD RI berpandangan bahwa sepatutnya suku bunga SPN 3 bulan tersebut dapat jauh rendah dari target yang ditetapkan. DPD RI berpendapat pemerintah harus mulai mengurangi tingkat inflasi sebagai salah satu penyebab meningkatnya SPN 3 bulan. Pemerintah perlu memperkuat kepemilikan domestik pada Surat Perbendaharaan Negara atau SPN sehingga fundamental ekonomi domestik jauh lebih baik .

6. Harga minyak mentah Indonesia diperkirakan akan berada pada kisaran rata-rata USD 70 per barel atau lebih rendah dari asumsi ICP dalam APBN tahun 2015 sebesar 105 dollar per barel. Perkiraan tersebut sebabkan oleh proyeksi masih besarnya pasokan minyak dunia dibandingkan permintaan dunia. DPD RI berpandangan bahwa turunnya harga ICP harusnya menjadi momentum bagi pemerintah untuk secepatnya melakukan kebijakan bauran energi baik untuk pembangunan geothermal, pembangunan jaringan pipa gas, pembangunan mikro hidro dan sebagainya. DPD RI berpendapat penurunan harga ICP yang berimplikasi kepada penurunan penerimaan negara perlu dibarengi dengan penerimaan peningkatan pajak yang bersumber dari migas. Langkah di atas juga perlu diimbangi dengan penurunan tekanan inflasi khususnya berasal dari cost plus implassion atau industri transportasi maupun barang modal lainnya.

7. Lifting minyak diperkirakan akan terealisasi sebesar 849 ribu barel per hari, lebih rendah dibandingkan asumsi APBN dasar tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 900 ribu barel per hari. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan produksi pada sumber minyak lama meskipun pencapaian Blok Cepu diperkirakan mampu memproduksi 165 ribu barel per hari pada tahun 2015. DPD berpendapat bahwa Blok Cepu masih memiliki problem yang belum tuntas, baik terkait masalah perizinan pipa serta pembebasan dan konsinyasi lahan. Penting kiranya pemerintah memastikan bahwa permasalahan tersebut dapat tuntaskan pada tahun 2015 sehingga jangan sampai kelemahan dari sektor produksi dimanfaatkan importir minyak yang akan merugikan negara.

8. Lifting gas bumi diperkirakan mencapai 1.177 ribu barel setara minyak per hari atau lebih rendah dibandingkan asumsi lifting gas bumi pada APBN tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 1.248 ribu barel setara minyak minyak per hari . DPD berpendapat pemerintah untuk terus mempertahankan target lifting gas bumi tersebut meski demikian perlu kebijakannya lebih tegas penggunaan gas bumi tersebut untuk kepentingan konsumsi dalam negeri yang disebar secara adil pada berbagai daerah di Indonesia.

(9)

Kebijakan dan target pendapatan negara

1. Sektor perpajakkan mengalami kenaikan sebesar 104,69 trilyun dari semula 1.379 trilyun menjadi 1.484,6 trilyun. Kenaikan sebesar 8,2 persen ini sebabkan karena target pajak dari PPN non minyak dan gas bumi, pajak pertambahan nilai, pendapatan cukai dan pendapatan pajak lainnya. DPD berpandangan agar dilakukan optimalisasi penerimaan pajak melalui intensifikasi, ekstensifikasi dan regulasi. Untuk itu DPD RI berpendapat perlu segera dilakukan reformasi Undang-Undang Perpajakan agar sistem perpajakan self assesment dapat laksanakan dengan baik sesuai dalam peraturan dasar perpajakan Pasal 23 Amandemen ke 3 UUD 1945 bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam Undang-Undang. Dalam rangka meningkatkan penerimaan perpajakan selain memberikan sanksi yang tegas bagi wajib pajak dan aparat pajak yang melanggar ketentuan perpajakan hendaknya pemerintah memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai kepada instansi perpajakan. Selain itu juga pemerintah memberikan insentif bagi instansi perpajakan yang telah berprestasi melampaui target penerimaan yang telah ditetapkan.

2. Dalam pendapatan negara bukan pajak tahun 2015 diperkirakan mencapai 281,1 trilyun atau lebih rendah sebesar 129,3 trilyun atau menurun sebesar 31,2 persen dari target APBN tahun 2015. Perubahan ini disebabkan penurunan pendapatan karena sumber daya alam migas sebesar 57,4 persen dari 224,25 trilyun menjadi 95,63 puluh trilyun dan bagian laba BUMN sebesar 20,6 persen dari 44 trilyun menjadi 34,95 trilyun. Untuk mendukung penguatan dan permodalan BUMN terhadap penurun dari PNBP tersebut DPD RI berpendapat pemerintah agar melakukan negosiasi pro-duk sesuai kontrak atas ekplorasi dan eksploitasi migas serta pemanfaatan peluang Asean Free Trade Area (AFTA) atau Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir tahun 2015 untuk meningkatkan laba BUMN.

Kebijakan dan anggaran belanja.

1. Alasan dasar perubahan belanja negara dalam RAPBN-P Tahun Anggaran 2015 dilakukan adalah perubahan kebijakan alokasi anggaran untuk mengakomodasi implementasi konsep Trisakti dan Nawacita. DPD RI berpandangan bahwa konsep Trisakti dan Nawacita tersebut perlu diperjelas dalam RAPBN-P tahun 2015. DPD RI berpendapat beberapa prioritas agenda pembangunan seperti melakukan revolusi karakter bangsa dan memperteguh kebhinekaan serta memperkuat restorasi sosial Indonesia belum tergambar secara jelas dan tegas dalam RAPBN-P tahun 2015 sehingga pemerintah perlu mempertegas hal tersebut dan penyebaran program, dan kegiatan RAPBN-P tahun 2015.

2. Dimensi pembangunan yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 salah satunya dimensi pemerataan dan kewilayahan yang mendorong pembangunan antar kelompok pendapatan antar wilayah desa, kota, wilayah pinggiran dan pusat, Jawa dan luar Jawa, kawasan barat, kawasan timur Indonesia termaksud kepulauan. DPD RI berpandangan bahwa RAPBN-P 2015 sebagai baseline anggaran RPJM 2015-2019 sepatutnya dapat memperhitungkan dimensi pemerataan dan kewilayahan. DPD berpendapat bahwa belanja kementerian/lembaga dapat menyajikan data anggaran per wilayah agar dimensi pemerataan dan kewilayahan dapat lebih terukur dan dipertanggungjawabkan. Selain itu dimensi pemerataan dan kewilayahan juga mempertimbangkan wilayah kepulauan.

3. Belanja pemerintah pusat menurut fungsi dalam RAPBN-P tahun 2015 yakni fungsi pelayanan umum terjadi penurunan dari RAPBN-P terhadap RAPBN tahun 2015 dengan nominal sebesar 178,96 milyar atau sebesar negatif 20,1 persen sementara fungsi lainnya mengalami peningkatan termasuk fungsi perlindungan sosial yang

(10)

meningkat sebesar 20trilyun 841,1 milyar atau sebesar 250,5 persen. DPD RI berpendapat pemerintah perlu melihat kembali realokasi menurut fungsi sehingga terjadi keadilan bagi fungsi pelayanan umum, fungsi pertahanan, ketertiban, dan keamanan, serta pendidikan.

4. Terdapat penambahan alokasi tambahan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk pemenuhan kewajiban dasar sebesar 7,1 trilyun dalam RAPBN tahun 2015 . Peningkatan ini fokus pada program KIP dan bea cetak kartu riplet dan biaya pengiriman KIP yang dilakukan oleh pemerintah pusat. DPD berpendapat sebaiknya terdapat alokasi tambahan dalam RAPBN-P tahun 2015 untuk Kemendikbud yang mencerminkan revolusi mental dalam dimensi pendidikan. Selain itu juga perlu di dorong alokasi di atas agar target rata-rata sekolah dapat tercapai sehingga indeks pembangunan manusia Indonesia juga meningkat.

5. Kementerian Perhubungan mendapatkan alokasi tambahan sebesar 20,02 trilyun sehingga anggaranya dalam RAPBN-P 2015 menjadi 64,69 trilyun. Tambahan anggaran tersebut dipergunakan untuk pembangunan sektor unggulan, pengurangan kesenjangan dan infrastruktur konektifitas. DPD RI berpandangan perlu adanya alokasi RAPBN-P tahun 2015 khususnya bagi pelabuhan udara atau bandara di wilayah yang tingkat kebutuhannya tinggi namun ketersedianya terbatas. DPD RI berpendapat pemerintah perlu mendorong perbaikan regulasi mengenai bagi hasil keuntungan bandara antar Kementerian Perhubungan dengan pemerintah daerah 6. Sebagai akibat pergeseran belanja dan kebijakan penyusunan subsidi BBM maka

belanja Kementerian dan Lembaga naik sebesar 20,4 persen pada RAPBN-P 2015 atau senilai 132,2 trilyun. Sementara belanja transfer ke daerah hanya meningkat sebesar 2,6 persen atau senilai 13,1 trilyun. DPD RI berpendapat bahwa keadilan dan pemerataan alokasi belanja dalam RAPBN-P 2015 dengan mendorong proporsi belanja transfer ke daerah lebih besar. Hal ini mengingat bahwa kewenangan dan tugas pemerintah daerah jauh lebih banyak dibandingkan pemerintah pusat.

7. Dana transfer ke daerah utamamya diperoleh dari dana perimbangan yang terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana alokasi khusus. Dalam RAPBN-P 2015 perubahan kenaikan menonjol terhadap APBN adalah dari dana bagi hasil pajak sebesar 3,8 trilyun. DPD RI berpendapat bahwa penerimaan pajak jenis PPh orang pribadi dan PPh karyawan yang dibagihasilkan kepada daerah dilakukan dengan transparan, adil serta mempertimbangkan masing-masing kondisi daerah.

8. DAK akan mendapatkan tambahan sebesar 20 trilyun sehingga menjadi 55,82 trilyun. DAK tambahan tersebut dialokasikan untuk mendukung program perioritas kabinet kerja baik untuk infrastruktur, irigasi pertanian, transportasi subbidang jalan, sarana perdagangan dan pelayanan kesehatan rujukan. DPD RI berpandangan bahwa kenaikan dana menyelesaikan dengan kebutuhan daerah sesuai dengan indikator yang dapat dipertanggungjawabkan dengan pengelolaan yang transparan. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah dalam pelaksanaan DAK perlu mempercepat penerbitan juknis yang diberikan ke daerah serta memberlakukan juknis DAK yang berlaku antara 3-5 tahun.

9. Dalam RAPBN-P tahun 2015 anggaran desa yang semula 9 trilyun rupiah mendapat alokasi tambahan 11,7 trilyun atau meningkat 129,1 persen terhadap APBN pokok 2015. Ini merupakan suatu kenaikannya cukup signifikan. DPD RI berpandangan agar dana tersebut dapat dimanfaatkan secara efektif dengan kesiapan aparatur desa dalam pengelolaan keuangan desa. DPD RI berpendapat perlu pendampingan yang berkelanjutan bagi desa dalam pengelolaan dana desa tersebut.

Saya sengaja pertegas ini karena paling banyak, paling banyak muncul dalam pembahasan.

(11)

10. Harap dicermati dengan baik. Anggaran dana desa dalam RAPBN-P tahun 2015 totalnya sebesar 20,7 trilyun sementara jumlah desa menurut data BPS pada tahun 2013 sebanyak 74.045 desa. Hal ini berarti terdapat alokasi yang bersumber dari APBN-P tahun 2015 rata-rata per desa sebesar 279,559 juta per desa. DPD RI berpandangan bahwa salah satu amanat dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa bahwa desa akan mendapatkan alokasi sebesar 10 persen dari dana perimbangan setelah dikurangi DAK atau untuk tahun 2015 yang diperkirakan sebesar 48,55 trilyun dengan asumsi jumlah desa yang sama. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu segera secara tegas melaksanakan perhitungan alokasi dana desa secara cermat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu pemerintah perlu melakukan kaji ulang terhadap pertumbuhan jumlah desa yang mempengaruhi alokasi dana desa secara keseluruhan agar target rata-rata alokasi desa sebesar minimal 1 miliar lebih per desa dapat terpenuhi sebagaimana sering dinyatakan Presiden terpilih RI Bapak Jokowi Dodo dan Wakil Presiden Bapak Jusuf Kalla.

Kebijakan defisit anggaran dan pembiayaan anggaran

1. Rancangan APBN-P tahun 2015 terdapat defisit anggaran dari 245,8 trilyun atau 2,21 persen PDB (Produk Domestik Bruto) menjadi sebesar 225,9 trilyun atau sekitar 1,9 persen terhadap PDB yang mengakibatkan pembiayaan anggaran juga mengalami penurunan dengan jumlah yang sama . Defisit tersebut sebagian besar disebabkan oleh kenaikan pembiayaan yang bersumber dari hutang sebesar 291,4 trilyun atau naik sebesar 36,5 trilyun (14,3 persen) sementara yang pembiayaan yang non hutang sebesar negatif 65,5 trilyun. DPD RI berpandangan pemerintah perlu melakukan penurunan defisit anggaran dengan mendorong penerimaan negara khususnya dari sektor perpajakan. Terkait dengan pembiayaan DPD RI berpendapat bahwa pembiayaan utang khususnya melalui SBN perlu di dorong SBN yang sifatnya jangka menengah dan panjang serta menerapkan prinsip kehati-hatian. Hal ini mengingat sebagian SBN yang sifatnya jangka pendek lebih dari 30 persen telah dikuasai asing. 2. Pemerintah perlu mengkaji ulang dan lebih selektif dalam memilih BUMN yang

dialokasikan. BUMN yang kinerjanya perusahaannya buruk yang telah melakukan go publik maupun yang statusnya masih belum jelas perlu dipertimbangkan untuk tidak mendapatkan PMN. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu memproritaskan dan pengalokasian PMN terhadap BUMN yang berkaitan dengan infrastruktur dan pertanian agar produktivitas masyarakat terjamin sehingga dapat terjadi peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan.

Pimpinan, anggota dan hadirin Sidang Paripurna yang kami hormati, dalam Sidang Paripurna yang terhormat ini kami menyampaikan rancangan keputusan ini dengan harapan dapat diambil keputusan DPD tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015. Selengkapnya kami serahkan kepada Pimpinan DPD.

Demikian laporan pelaksanaan tugas Komite IV yang dapat kami sampaikan. Atas nama Pimpinan Anggota Komite IV DPD mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan dukungannya yang terhormat Pimpinan, Anggota dan Sekretariat Jenderal DPD RI beserta seluruh jajarannya. Kepada Budget Office, staf ahli dan rekan-rekan termasuk dari media massa dalam pelaksanaan tugas Komite IV ini.

Kepada Anggota Komite IV terutama yang memberikan masukan tertulis, kami mohon maaf kalau tidak secara implisit persis sama dengan rumusan yang tertuang dalam kesimpulan ini begitupun dengan masukan dari tim anggaran komite-komite. Kami telah

(12)

berupaya untuk itu namun inilah kemampuan dapat kami hasilkan. Mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wabillahi Taufik Walhidayah

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Om santi santi om

Pimpinan Komite IV. Bapak Cholid Mahmud, Ajieb Padindang, Ghazali Abas dan seluruh Anggota Komite IV.

Terima kasih

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik Bapak Ibu sekalian. Tentu saja kita telah mendengarkan laporan terhadap RAPBN Perubahan sebagai bagian daripada pertimbangan DPD oleh Pimpinan Komite IV yaitu Ajieb Padindang. Oleh karena itu kepada kita dimintakan persetujuannya terhadap RUU Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 tentang APBN Tahun Anggaran 2015. Apakah ini dapat kita setujui? Silakan Pak Jhon.

PEMBICARA : Prof. Dr. JHON PIERIS, SH., MS. (MALUKU)

Ketua, ini tambahan saja tidak mempersoalkan. Saya Anggota Komite IV. Pembahasan di komite itu mempersoalkan 4 indikator, transfer pusat ke desa. Dan kemarin juga saya persoalkan itu kepada Panmus. Belum tergambar di sini Pak Ketua. Saya usulkan pada pada halaman 9 itu poin 10, ada anak kalimat setelah kalimat kedua. Saya baca supaya tidak salah. Poin 10 kalimat kedua, kalimat ketiga, maaf.

“DPD RI berpandangan bahwa salah satu amanat dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa, bahwa desa akan mendapatkan alokasi sebesar 10 persen dari dana perimbangan setelah dikurangi DAK untuk tahun 2015 akan diperkirakan sebesar 48,55 trilyun dengan asumsi jumlah desa yang sama. DPD RI berpendapat bahwa pemerintah perlu secara tegas melaksanakan perhitungan alokasi dana desa secara cermat sesuai dengan peraturan Undang-Undang yang berlaku.”

Saya menyisipkan satu kalimat saja sebagaimana yang saya usulkan pada Panmus kemarin belum tercover di sini. “Oleh sebab itu pemerintah juga harus memperhatikan 4 indikator utama, besaran transfer pusat untuk pembangunan desa antara lain jumlah penduduk, luas wilayah, letak geografis dan jumlah akademis kita. Menyangkut luas wilayah dan letak provinsi itu bagi provinsi kepulauan itu memang luas wilayah laut harus dihitung juga Ketua. Sebab jika tidak maka provinsi kepulauan akan mengalami kerugian yang luar biasa. Demikian juga letak geografis desa-desa di perbatasan.”

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik, ini menjadi catatan buat Komite IV untuk formulasi atau dasar selain untuk menentukan alokasinya. Baik, kalau tidak ada bisakah.. Silakan.

PEMBICARA : ADRIANUS GARU, SE., M.Si (NTT)

Berkaitan apa yang disampaikan Pak Jhon juga, itu di poin 10 saya ada hal-hal yang satu yang perlu ditambah tentang pengalokasian dana desa itu. Jadi dalam penjelasan Dirjen Anggaran kemarin dialokasikan tiap tahap yang dimulai pada April. Saya berpendapat bahwa

(13)

kalau seandainya nanti dana yang dialokasikan per April ini sudah celaka buat pemerintahan desa pasti ini gagalnya banyak dan saya sudah marah-marah kemarin waktu rapat bahwa pemerintah pusat punya andil 70 persen dalam rangka menggagalkan ini. Karena kalau memang mau sama dengan DIPA DAU maupun DAK diserahkan pada tanggal 2 Januari. supaya startnya sama. Nanti kalau April nanti alasannya banyak, apalagi sumber dayanya rendah. Jadi mungkin ditambah jadi minta kepada pemerintah juga supaya pengalokasian dana desa itu sama startnya dengan alokasi dana DAU maupun DAK.

Terima kasih, saya kembali.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Baik, sebagai catatan. Baiklah Bapak Ibu sekalian. Ada lagi? Bapak Aceng.

PEMBICARA : H. ACENG HULIK MUNAWAR FIKRI, S. Ag (JAWA BARAT) Pimpinan, masih di poin 10.

Kalau tadi disampaikan oleh rekan Senator yang dua orang itu terkait dengan apa namanya penerimaan dana desa. Kebetulan setelah saya berkonsultasi dengan para Ketua TAPD (Tim Anggaran Pemerintahan Daerah) ternyata ini seolah-olah desa itu dibiayai oleh APBN. Padahal rilnya, faktanya itu tetap masuk dulu pada APBD, yang didalam itu ada DAU. Cuma di sini memang setelah dikurangi oleh DAK. Jadi logikanya kalau pemerintah pusat mensupport terhadap pemerintah desa sementara itu sudah ada DAU menurut ini signifikansi tidak ada. Itu yang pertama.

Kemudian yang kedua, tadi DPD menyampaikan bahwa penerimaan yang akan ditingkatkan itu dari sektor pajak. Nah logikanya yang tertumpuk untuk mendapatkan pendapatan dari sektor pajak ini sesungguhnya tidak mensejahterakan rakyat. Kenapa tidak diorientasikan kepada bagi hasil migas misalnya atau bagi hasil kontrak karya dengan Freeport atau mana misalnya karena banyak sekali begitu kan sehingga tidak tertuju pada pajak karena pajak itu memiskin rakyat menurut saya kalau pajak menjadi orientasi. Jadi tolong dikritisi.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Baik Pak Aceng. Baiklah Bapak Ibu sekalian. Ada lagi? Silakan.

PEMBICARA : Drs. H. BAHAR NGITUNG, SE., MM (SULSEL) Kanan Pak.

Terima kasih Pimpinan. Saya Bahar Ngitung, 103, Sulawesi Selatan.

Membaca asumsi pertimbangan yang diajukan oleh Komite IV ini hampir setiap tahun itu hampir sama, ekonomi makro yang diajukan padahal sudah lama direncanakan, DPD juga harus membuat sebuah asumsi APBN tandingan. Artinya DPD juga harus bisa membuat yang mikro yang langsung bersentuhan kepada kepentingan daerah kita masing-masing. Saya tidak pernah merasakan apa pertimbangan DPD itu bermanfaat untuk MPR, tidak ada. Kita tidak pernah merasakan langsung karena hanya secara makro yang kita ajukan. Kenapa kita tidak berani membuat juga, mengajukan program-program setiap tahun yang langsung dari daerah melalui DPD dan kita juga adakan rapat kerja dengan kementerian tentang program kerja mereka di daerah sehingga kepentingan daerah langsung kita rasakan yang ada di dalam APBN. Ini kertas ini pertimbangan yang diajukan kepada MPR, kepada DPR, tidak ada

(14)

manfaatnya, tidak pernah saya merasakan apa dampak langsung kepada daerah. Kita hanya berbicara banyak buang waktu di sini tapi kita tidak rasakan kepentingan daerah. Dan sudah lama di Komite IV itu ada Budget Office. Apa fungsi Budget Office ? Hanya meramu sebuah kertas untuk setiap 5 tahun. Oleh karena itu kita buat juga APBN yang kira-kira kita sandingkan sebagai bahan pertimbangan langsung ke sana secara mikro untuk kepentingan daerah daripada kita berbicara ada berbicara di sini pimpinan tertawa-tertawa, jangan berbisik Pak, etika sedikit. Kita berbicara, berbisik-bisik di sana, bagaimana itu. Coba pikir ini untuk kepentingan daerah. Jadi saya hanya mau agar kita mengajukan sendiri, jangan berulang setiap ulang setiap tahun dan tanpa ada manfaatnya.

Terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Baik ya, teman-teman sekalian.

Apa yang kita lakukan ini kita lakukan sesuai dengan konstitusional. Memang perintah daripada saya baca-baca ini RUU APBN kita ini dimintakan memberikan pertimbangannya kepada DPR. Jadi mungkin tidak dirasakan, saya paham karena kita bukan eksekutor tapi garis-garis besar ini sesungguhnya itu menjadi catatan juga bagi pemerintah waktu mereka rapat anggaran dengan DPR. Jadi tidak begitu juga benar yang disampaikan barusan itu. Banyak asumsi-asumsi yang segala macam itu. Cuma Saudara lihat bagaimana Menteri Bapennas mengatakan bagaimana pertimbangan soal kesenjangan, gini indeks, itu adalah bahasa-bahasa DPD RI, tidak ada itu bahasa DPR selama ini. Jadi asumsi itu penting sekarangpun sudah dimasukan juga IPM indeks, gini indeks, itu bahasanya DPD.Saya membicarakan itu tetapi bagaimana detailnya tentu antara pemerintah dan DPR. Nah itulah makanya di Komite IV juga sudah ada perubahan. Benar kata Pak Bahar kalau kita mau lebih mau teknis ya mari masing-masing kita memberikan masukannya. Jadi ini catatan. Apa yang kita lakukan itu terasakan benarnya. Di tahun 2012 saudara-saudara sekalian, bagaimana DPD memberikan pertimbangan sisa anggaran 20 trilyun kemudian dari Komite IV mengusulkan supaya sisa anggaran itu diserahkan kepada provinsi yang IP-nya rendah itu dilaksanakan oleh Presiden SBY. Betulkan Komite IV? Iya, 6 provinsi terbawah. Maluku, Maluku Utara, itu bisa diberikan pemerintah atas kesepakatan kita dari DPD ya. Nah itulah, ya karena kita ini berada di hulunya, kebijakan kita ini bukan berada di hilir daripada kebijakan. Kalau kita ingin langsung di hilir jadi camat kita, jadi bupati kita, jadi walikota atau kepala desa ya. Jadi kalau Anggota DPD ya kita berada di tingkat kebijakan yang atas. Nah ini saya ingin meluruskan saudara-saudara sekalian, jangan merasa seolah-olah kita ini tidak berperan, sangat berperan dan saya, sebentar dengar saya dulu, saya juga bicara . Jangan anda saja bicara. Jadi kita harus saling memahami, begitu lho. Saya merasakan, saya juga tidak mau membuang waktu juga 15 tahun di sini. Jadi teman-teman untuk itu kita harus meningkatkan terus kinerja kita secara bertahap , Komite IV sudah ada. Kenapa kita tidak undang karena memang APBN ini kita serahkan ke DPR. Kalau memang ada inspirasi kita undang, nanti kita undang. Waktu dekat ini kita ada konsultasi dengan pemerintah. Nah selama ini hubungan kita baik. Kita baru 10 tahun, kita tingkatkan, kita tingkatkan tapi kita jangan melemahkan diri kita, itu yang saya tidak mau, jangan dong ya. Kita bukan untuk sia-sia di sini. Jadi kita juga harus meng-appreciate kita dan saya juga sebagai seorang ekonom , seorang sarjana memang dibidang bisnis, saya melihat banyak perubahan terhadap kebijakan terhadap APBN kita ya. Alokasi yang terutama adalah wilayah timur, yang tertinggal dan sebagainya dan itu kita amati, begitu. Jadi mohon juga kita juga mengapresiasi, memberikan juga insentif pada diri kita, itu harapan saya teman-teman sekalian dan kita buktikan dalam kesehariannya kita hadir siap sidang. Ini juga catatan buat kita baru 4 bulan supaya

(15)

betul-betul kita dihargai oleh publik dan masyarakat kita. Itulah harapan saya, untuk itu silakan Komite IV untuk bisa menjawab. Sebentar ya, coba Pimpinan Komite IV untuk menjawab. PEMBICARA : Drs. H. BAHAR NGITUNG, SE., MM (SULSEL)

Pak Ketua, jadi begini, ini rupanya tidak nyambung. Bukan tidak bermanfaat, ini tugas kita kenapa itu tidak berani membuat suatu gebrakan. Di Komite IV kan ada budget office , usulan-usulan kepentingan daerah langsung kita buat dalam bentuk apa kepentingan daerah, bukan cuma seperti ini. Jadi Pak Ketua jangan marah, ini usulan dari anggota.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Saya tidak marah Pak Bahar, saya cinta betul sama kita semua.

PEMBICARA : Drs. H. BAHAR NGITUNG, SE., MM (SULSEL)

Tidak boleh ada marah-marah di sini. Ini harus aspirasi daerah kita tampung, setiap sekarang di DPR sedang bagi-bagi daerah mana yang mau dapat, daerah mana mau dapat. Kenapa kita tidak berani juga secara kelembagaan mengajukan setiap daerah. Kita kan ketemu bupati, ketemu gubernur, ketemu rakyat, ini usulan-usulannya ini banyak Pak. Maksud saya di Komite IV kan ada Budget Office.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Ada lagi?

PEMBICARA : BENNY RHAMDANI (SULUT)

Pak Ketua. B-96, Benny Rhamdani dari Sulawesi Utara.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Oke, habis itu saya minta Komite IV menjawab ya. Silakan.

PEMBICARA : BENNY RHAMDANI ( SULUT)

Begini Pak Ketua, mohon dengan cermat Pak Ketua memimpin Paripurna hari ini kita sedang melaksanakan Paripurna berkaitan dengan pertimbangan DPD terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Secara materi tadi komite sudah menyampaikan disampaikan oleh Pak Ajieb yang mewakili Pimpinan dan Anggota dan tadi Pak Ketua memberi kesempatan setiap anggota untuk memberikan koreksi berkaitan dengan materi yang disampaikan oleh Pak Ajiep. Hal-hal yang berkaitan dengan usulan-usulan seperti seperti Pak Bahar itu menyangkut teknis proses politik kelembagaan. Usulan saya hal-hal tadi kita sampaikan nanti setelah kita mengesahkan. Silakan Pak Ketua memimpin kembali meminta pendapat koreksi atas materi yang disampaikan Pak Ajiep. Jika pada akhirnya kita mengesahkan dalam bentuk persetujuan nanti sebelum acara paripurna ini ditutup Pak Ketua tentu ya membuka ruang untuk anggota memberikan masukan-masukan berkaitan dengan teknis.

(16)

Terima kasih Pak Ketua.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Baik. Terakhir Pak Cholid sebagai Ketua Komite IV

PEMBICARA : H. CHOLID MAHMUD, ST., MT. (KETUA KOMITE IV) Terima kasih Pimpinan.

Pertama apa yang disampaikan oleh Pak Bahar ini adalah keinginan kita semuanya. Dan kita sudah menyepakati mekanisme itu melalui perdoman pemberian pertimbangan untuk APBN maupun APBNP. Nah mekanisme yang sudah kita buat itu sudah memberi ruang kepada setiap daerah untuk mengusulkan itu. Nah pada masa reses kemarin Komite IV sudah membagikan draft usulan-usulan yang akan diberikan oleh daerah masing-masing termasuk untuk APBN-P 2015. Sayangnya bahwa dari sekian banyak anggota itu tidak ada 10 persen yang masuk. Nah padahal sebenarnya itu adalah kita gunakan untuk kita melakukan pembahasan-pembahasan bersama pemerintah, bukan untuk pertimbangan resmi kepada DPR tetapi sebagai lampiran yang kita berikan kepada pemerintah ketika kita melakukan proses pembahasan, baik di setiap komite maupun melalui Komite IV dalam fungsi sebagai panitia anggarannya DPD itu. Nah oleh karena itu saya berharap bahwasannya mekanisme yang sudah kita buat dengan cukup baik itu pada masa yang akan datang akan lebih efektif dengan keterlibatan yang lebih baik dari kita bersama.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik. Dari Pak Ajiep ada tambahan? Cukup ya dan dijelaskan oleh Pak Ghazali. Soal Budget Officenya coba.

PEMBICARA : Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (NAD) Baik, terima kasih Pimpinan.

Saya menambah lagi apa yang disampaikan oleh Ketua Komite IV Mas Chalid. Memang sejatinya kita terlibat full kita secara personal ataupun daerah. Suaranya kecil. Nah sudah besar. Oke ya.

Baik saya ulangi, saya ini ya menambah apa yang diutarakan oleh Ketua Komite IV Mas Chalid dari Yogyakarta. Kita sudah membuat edaran memang kepada semua teman-teman ini untuk memberi masukan hasil resesnya dalam rangka persiapan kita buat yang dibacakan Bapak Ajiep tadi tapi nyatanya memang tidak banyak yang merespon. Okelah itu masa lalu yang kita lupakan. Ke depan saya kira tidak boleh seperti itu lagi, kalau kita minta masukan dari teman-teman tolong proaktif memberikannya dan yang kita sampaikan tadi juga masukan dari teman-teman kita juga mengundang kemarin para representatif komite, wakil-wakil komite untuk ikut terlibat dalam pembahasan dengan eksekutif tapi ternyata ketika itu tidak banyak yang juga memberi respon terhadap keinginan Komite IV. Ini saya anggap pengalaman lagilah untuk masa yang akan datang ini boleh evaluasi tapi sejatinya kita evaluasi diri kita terlebih dahulu dan ini apa yang komite sudah sampaikan ini sudah maksimal, hasil kerja keras kita bersama hasil dari BO dan hasil juga dari teman-teman sekalian. Oleh karena itu saya harap dengan hormat kepada teman-teman, kita membuka peluang kepada siapapun untuk memperbaiki apa yang telah sampaikan. Saya sepakat juga usul dari pada saudara saya dari Sulawesi Utara kita terima dulu yang ini kalau ada perbaikan

(17)

nanti setelah baru kita sampaikan dengan cara yang lebih santun, lebih cerdas dan lebih apa namanya ya, lebih mewakililah kita semuanya sehingga apa yang kita sampaikan itu bermakna. Janganlah kita mau menihilkan usaha kita bersama ini. Kalau itu kita lakukan bermakna kita nihilkan diri kita sendiri. Saya kira demikian hasil kesepakatan dari teman – teman dari Komite IV.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik Bapak Ibu sekalian. Sudah jelas penjelasan Pimpinan Komite IV tadi semuanya. Ada lagi?

PEMBICARA : Ir. H. MUHAMMAD MAWARDI, MM., M.Si (KALTENG) Pak Ketua.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Silakan.

PEMBICARA : Ir. H. MUHAMMAD MAWARDI, MM., M.Si (KALTENG) Terima kasih Pak Ketua. Mawardi, B-83.

Apa yang di sampaikan oleh Komite IV sebenarnya sudah merupakan gambaran yang harus kita dukung dan itu hasil dari rekan-rekan kita yang membidangi masalah keuangan. Dan menyangkut pemahaman-pemahaman teknis, saya berharap kita sendiri juga harus memahami secara pribadi salah satu yang ingin saya sampaikan adalah ketika tadi fokus kepada Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang desa. Jadi harus dipahami rekan-rekan bahwa sumber anggaran itu memang ada beberapa anggaran. Kalau yang dikatakan berdasarkan dana perimbangan 10 persen itu adalah untuk ADD. Tetapi ada juga dalam Pasal 72 itu bersumber dari APBN yang kita harapkan 1-1,4 milyar kemudian dana desa itu juga ada yang bersumber dari bagi hasil pajak setiap tahun di daerah. Pak Aceng sebagai bupati saya pikir juga kita selalu membagikan kepada desa bagi hasil dari PBB dan lain-lain. Nah kemudian ada lagi sumber yang dari APBD Provinsi maka mari kita memahami secara utuh Pasal 72 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 itu sehingga kita tidak perlu mengkhawatirkan seperti TPAD itu. Harusnya mereka wajib menganggarkan kepada desanya. Jadi ini sudah Undang-Undang kita cukup bagus saya lihat untuk membantu pemerataan pembangunan di desa. Saya pikir demikian Pak Ketua.

Terima kasih.

PEMBICARA : MESAKH MIRIN (PAPUA)

Pak Ketua ini yang terakhir. Mesakh Mirin, B-126 ya. Oke, terima kasih Pak Ketua.

Ini hanya sifatnya hanya masukan dan koreksi saja untuk Komite IV, hal teknis sebenarnya. Beberapa waktu yang lalu kan saya sempat protes ke Pak Ketua dan Sesjen tentang hal teknis yang Nomor 3 tentang surat edaran itu ya. Jadi Komite IV itu harus lihat hal-hal mana yang harus dilihat, apa yang kewenangan dan tidak seperti kemarin kita punya perjalanan dinas yang pernah saya itu, itu harus selektif betul diluar dari itu, itu satu.

(18)

Yang kedua, unsur pimpinan tidak boleh intervensi masalah hal-hal lain, masalah untuk anggaran Komite IV. Jadi itu saya lihat terlalu banyak intervensi, itu juga harus diperhatikan baik-baik. Kalau memang, kita ini kan Anggota DPD yang batas ininya Cuma kecil DPR RI di sana yang lebih banyak. Jadi kita ini jangan dikira diri sendiri. Itu hanya saya masukan saja untuk Pak Ketua sama Komite IV. Komite IV punya surat 03 yang kemarin kita protes dari Komite II. Saya yang protes, tidak boleh dilakukan hal-hal seperti itu.

Terima kasih Ketua.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Baik Saudara- saudara sekalian..

PEMBICARA : MUH. ASRI ANAS (SULBAR) Izin Ketua

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI) Silakan Pak Asri.

PEMBICARA : MUH. ASRI ANAS (SULBAR) Iya, terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya hanya mencoba bertanya saja Ketua kepada Komite IV. Pada poin 7 itu menjelaskan tentang dana transfer ke daerah. Jadi begini Ketua, Pimpinan dan para Anggota yang kami hormati, saya tentu sangat berapresiasi terhadap pertimbangan yang diberikan oleh DPD terhadap terutama RAPBN. Hanya menurut saya suara-suara teman-teman yang mau melihat tentang eksistensi kita dalam membaca kontribusi kita terhadap pertimbangan APBN terutama yang diberikan kepada daerah saya pikir itu wajar karena ini kan juga kegelisahan-kegelisahan. Sekarang pertanyaan saya sebenarnya begini, dalam belanja APBN kita kan hanya mengenal dua Ketua. Yang pertama itu adalah belanja pusat dan belanja daerah. Kalau di poin 7 di sini saya saya membaca dana transfer ke daerah diperoleh dari dana perimbangan terdiri atas DBH, DAU dan Dana Alokasi Khusus. Kalau Dana Alokasi Khusus memang membacanya itu sangat gampang karena dia selalu menyatu dengan dana alokasi ke daerah DAU yang kemudian disusun oleh kabupaten menjadi APBD. Sekarang pertanyaan saya kepada Komite IV adalah bagaimana memberikan pertimbangan strategis terhadap dana-dana transfer yang ke daerah, apakah dia masuk menjadi kategori belanja departemen yang ditransfer ke daerah? Tetapi kadang-kadang tidak proposional oleh pemerintah pusat dalam memberikan. Saya memberikan contoh Ketua. Saya ambil contoh saja saya sudah membaca list dana trasfer ke daerah untuk pokok 2015 yang di keluarkan oleh Departemen Dalam Negeri jumlahnya 600 milyar. Dia disebut dana TP (Tugas Pembantuan) yang diberikan langsung kepada daerah melalui departemen. Hitungan kalkulatifnya saya tidak menemukan apa rumusnya. Kan harusnya Tugas Pembantuan itu diberikan kepada daerah-daerah yang memiliki kualifikasi khusus. Keputusan Presiden sudah mengeluarkan 183 daerah miskin di Indonesia, yang mendapatkan TP itu hanya 63 kabupaten dan hanya 9 provinsi yang mendapatkan dana TP Pokok 2015.

Maksud saya anasir-anasir seperti ini yang harusnya bisa diberikan pertimbangan karena saya yakin bahwa melihat uraian-uraian ini misalnya. Dana alokasi khusus tidak susah

(19)

membacanya, dia saatu kesatuan dengan APBD nanti dibahas oleh DPRD Kabupaten tetapi dana Tugas Pembantuan yang langsung diberikan kepada daerah tanpa melalui pembahasan DPR ini kalau ada mantan bupati ya menurut saya bisa mungkin agak bisa mendalami atau mantan gubernur, itu kadang-kadang indikator-indikatornya yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat itu tidak jelas dan saya tidak melihat ada asumsi pertimbangan-pertimbangan yang harusnya kita menjadi kontribusi terbesar kita ada di sini. Jadi ini hanya menjadi catatan Ketua, saya melihat bahwa pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh teman-teman Komite IV ini kelihatannya memang harus lebih mendalamlah supaya kita bisa rasakan ini untuk teman-teman yang ada di daerah. Itu saja Ketua.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik. Jadi menurut saya ada apa yang disampaikan tsadi untuk catatan supaya nanti pertimabngan kita lebih strategis dan lebih dalam lagi.

Saudara-saudara sekalian, masih ada 3 yang kita putuskan, waktu sudah hampir 15. Sepakatkah kita untuk menyetujui putusan terhadap pertimbangan DPD RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang APBN Anggaran Tahun 2015? Setuju?

Baik, terima kasih dan tepuk tangan buat kita semua. Terima kasih kepada Pimpiann dan Anggota Komite IV telah bekerja keras dalam hal ini. Mudah-mudahan ke depan kita semua kita semua harus lebih proaktif supaya betul-betul pertimbangan yang sangat strategis ini dirasakan betul oleh kita semua.

PEMBICARA : Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (WAKIL KETUA KOMITE IV)

Pimpinan, interupsi.

Terima kasih kepada Pimpinan. Saya bicara setelah diterima.

Karena kan Bapak Ibu sekalian saya melihat ini saran kepada Pimpinan DPD dan kepada semua. Ada dua hal pertama kita perlu kembali sama-sama belajar tentang apa itu struktur dan postur APBN. Kedua apa fungsi kewenangan kita pada APBN. Ini saran kepada Pimpinan dewan mungkin ada sebuah forum untuk kita berdiskusi ya dan kami menghimbau kalau ada undangan Komite IV kepada semua teman-teman di Komite ya tolong dihadiri atau diikuti. Itu saja Pak.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik, bagus kita terima. Jadi kita buat acara khusus supaya semua kita kenal bagaimana itu APBN.

Baiklah Bapak Ibu sekalian. Baik untuk itu kita berangkat ke selanjutnya kepada Pimpinan PPUU untuk dapat menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya. Mohon waktunya dikelola dengan baik supaya sebelum jam 12.30 bisa kita selesaikan.

Kami persilahkan Pimpinan PPUU. KETOK 2X

(20)

PEMBICARA : Ir. ANANG PRIHANTORO (WAKIL KETUA PPUU)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat siang. Shalom.

Salam sejahtera.

Om swasti astu

Saudara Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang saya hormati, Saudara-saudara Anggota DPD RI, Sekretariat Jenderal. Mestinya yang menyampaikan laporan perkembangan tugas Panitia Perancang Undang-Undang adalah Ketua PPUU Pak Gede Pasek. Beliau kelihatan agak lesu karena suaranya habis untuk kegiatan lain. Mungkin izinkan kami atas nama Anggota dan Pimpinan Panitia Perancang Undang-Undang.

Bapak Ibu sekalian untuk menyampaikan laporan terkait pelaksanaan tugas PPUU dalam penyusunan Prolegnas prioritas 2015 dan juga prioritas 2015-2019. Dalam sidang yang terhormat ini kami sampaikan bahwa Program Legislasi Nasional 2015 telah disahkan pada masa sidang yang lalu. Namun usulan perubahan dari Komite IV sebagaimana surat yang masuk dari Komite IV Nomor 030 tanggal 13 Januari lalu perihal pergantian RUU inisiatif yang semula RUU tentang perubahan atas undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang PDRD atau Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diganti menjadi RUU tentang perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Menindaklanjuti permintaan tersebut dalam rapat gabungan antara PPUU dengan komite pada tanggal 20 Januari yang lalu dengan agenda pembahasan Prolegnas 2015-2019 telah disepakati usul pergantian tersebut. Semula dengan usul Prolegnas 5 Tahunan 2015-2019 terinventarisir 105 RUU namun setelah dilakukan penyesuaian substansi RUU oleh PPUU ditetapkan sebanyak 84 RUU. Dari 84 RUU tersebut 12 diantaranya adalah prioritas tahun 2015 sehingga untuk tahun 2016-2019 tersisa 72 rancangan undang-undang.

Dapat kami sampaikan juga bahwa masih ada komite yang belum merumuskan konsepsi tentang RUU sebagaimana ketentuan Pasal 19 Ayat 2 Undang-Undang P3 yang meliputi latar belakang, sasaran yang ingin diwujudkan dan jangkauan serta arah pengaturan. Kedua komite yang belum menyelesaikan ini adalah Komite III dan Komite IV. Tentu saja bukan semua yang kurang tapi ada beberapa yang kurang, nanti kita bisa cek di dokumen yang kita sudah miliki ini. Melalui forum yang terhormat ini maka kiranya kami minta kekurangan tersebut dapat dipenuhi, usahakan untuk hari ini.

Bapak Ibu sekalian yang kami hormati, Rapat Pansus 27 Januari yang lalu, Pimpinan DPD juga menyampaikan mengenai RUU perubahan atas Otsus Papua yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 untuk dimasukkan juga dalam Prolegnas tahun 2015-2019. Pada kesempatan ini kami juga mohon untuk Sidang Paripurna ini dapat memutuskan agar RUU perubahan atas Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 tentang Otsus Papua apakah dapat dimasukkan dalam Prolegnas Tahun 2015-2019 dan apakah dapat dijadikan prioritas tahun 2015 sekaligus menetapkan alat kelengkapan yang mana yang nanti akan membahas.

Hadirin yang kami hormati, sehubungan dengan pembahasan Prolegnas bersama DPR dan pemerintah untuk kami mendapatkan informasi bahwa pembahasan oleh DPR dan pemerintah akan dilakukan besok pada hari Kamis tanggal 29 Januari di Baleg DPR. Sehubungan dengan itu maka PPUU telah membentuk tim kerja untuk melakukan pembahasan oleh Prolegnas di DPR dan sejumlah 12 orang anggota yang kesemuanya mencerminkan unsur masing-masing komite yang tergabung dalam DPD.

Sidang yang terhormat, sebagaimana surat komite dalam rangka pembahasan RUU tentang perubahan kedua terhadap Undang-Undang MD3 dan RUU tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, komite telah menyampaikan beberapa nama untuk masuk dalam keanggotaan Pansus RUU tersebut. Oleh karena itu dalam sidang yang terhormat ini kami

(21)

juga meminta pengesahan terhadap pembentukan Pansus RUU tentang perubahan kedua atas Undang-Undang MD3 dan perubahan dan pembentukan Pansus RUU tentang perubahan atas Undang-Undang No. 33 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Berkenaan dengan hal tersebut kami mohon untuk diambil dalam Sidang Paripurna ini keputusan 4 hal Pak Ketua. Kalau tadi Pak Ketua menyampaikan 3 hal, atas 4 hal. Yang pertama adalah RUU Perubahan Otsus Papua, yang kedua RUU.. Maaf, yang kedua Rancangan Keputusan DPD RI tentang Prolegnas DPD RI tahun 2015-2019. Kemudian rancangan keputusan DPD RI tentang pembentukan Pansus RUU tentang perubahan kedua atas Undang-Undang MD3 dan yang keempat Rancangan Keputusan DPD RI tentang pembentukan Pansus RUU perubahan atas Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Hadirin yang kami hormati, demikian laporan yang dapat kami sampaikan dalam Sidang Paripurna ini dan sebelum kami menyampaikan karena hari ini tanggal 28 Januari, di meja saya dan meja kita semua ada pantun, ada buku pantun, oleh karena itu saya tidak mau menghilangkan kesempatan dan kehormatan kepada pembuat pantun, pantun untuk hari ini demikian. “Budak-budak mendorong meja. Meja disusun hidangan makan. Mendapatkan hadiah tanpa bekerja. Ibarat hidup tanpa dilahirkan”

Terima kasih Pak. Selamat, Hardi Hood.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baiklah Bapak Ibu sekalian, tadi memang tiga karena ada missing satu ya? Ini kemarin sebenarnya itu sudah ada disampaikan dalam draft di panitia Panmus. Jadi sesungguhnya sudah jelas itu disepakati bahwasanya pansus dimasukan jadi prioritas tapi dibahasnya di Komite I kalau tidak salah. Pimpinan Komite I yang hadir kemarin Pak Mukowam ya? Baiklah, saya bacakan dulu yang sudah kita agendakan. Pertama, sepakatkah kita untuk memutuskan tentang Prolegnas (Program Legislasi Nasional) di DPD prioritas tahun 2014 dan prioritas tahun 2015-2019? Yang pertama. Yang kedua, apakah kita mengkesepakati pembentukan pansus tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang MD3? Yang ketiga, dapatkah kita menyetujui untuk pembentukan pansus tentang perubahan atas Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah? Yang terakhir, dapatkah kita juga memasukkan RUU Otsus Papua untuk dijadikan Prolegnas tahun 2015 dan tahun 2019 dan ini menjadikan prioritas kita di tahun 2015? Bisakah kita sepakati?

PEMBICARA : M. SYUKUR, SH (JAMBI) Interupsi Ketua. Jambi, M. Syukur, Ketua.

Pak Ketua, saya setuju soal Pansus tetapi mungkin perlu digarisbawahi Pak Ketua dalam keputusannya perlu memberi waktu Pansus itu berapa lama. Itu saja Pak Ketua.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG : H. IRMAN GUSMAN, SE., MBA (KETUA DPD RI)

Baik, apakah 3 bulan atau 6 bulan? Ya sebenarnya maksimal 6 bulan ya tentu ini bisa diperpanjang ya.

Baiklah, kalau begitu kita sepakati semua, setuju? KETOK 2X

(22)

Baik, terima kasih. Tepuk tangan buat kita semua.

Sidang dewan yang mulia, pada kesempatan ini ingin kami menyampaikan pada tanggal 26 Maret 2015, DPD RI akan melaksanakan diplomatic gathering. Ini pernah kita laksanakan juga di tahun 2010 dengan tema “Peran DPD RI dalam peningkatan investasi di daerah melalui pembangunan regional”. Melalui pertemuan ini kita harapkan terjadi komunikasi yang efektif antara kita sebagai senator, gubernur, bupati, walikota dan seluruh pimpinan daerah dengan para duta besar negara sahabat sebagai entry point untuk kita mengenalkan berbagai potensi perdagangan, investasi, industri untuk daerah-daerah di Indonesia sehingga ini akan tentu memberikan dampak terhadap pembangunan daerah. Jadi teman-teman sekalian ini penting sekali diplomatic gathering supaya kita nanti menyiapkan diri waktu sudah kembali reses untuk berbicara dengan para bupati walikota karena kita akan ada pertemuan internasional ya, artinya melibatkan para duta besar pada tanggal 26 Maret 2015.

Yang kedua, pada kesempatan ini kami ingin juga menyampaikan ya, pertemuan kami secara informal dengan Presiden dimana Pimpinan DPD tentu akan melibatkan juga para pimpinan alat kelengkapan ya tergantung nanti berapa kursi yang bisa disediakan untuk dalam waktu dekat apakah minggu ini atau minggu depan untuk mengadakan pertemuan konsultasi pertama antara DPD dan Presiden dan kami dan kita Sekjen lagi menunggu jadwal yang ditetapkan. Untuk itu kami minta kepada semua anggota melalui alat kelengkapannya untuk dapat menginterveresi berbagai persoalan yang ini menjadi bahan buat kami untuk bicarakan dengan tingkat Presiden. Tentu hal ini tidak bicara soal yang teknis tapi hal-hal yang strategis yang menjadi prioritas yang kita ingin sampaikan.

Selain itu kami ingin sampaikan pula pada tanggal 23 Januari yang lalu telah dilaksanakan 2 agenda yang perlu kita tindaklanjuti ya dimana DPD telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan PGRI di Padang sebagai tindaklanjut kerjasama pada periode sebelumnya yang ini nanti akan ditindaklanjuti oleh Komite III.

Yang kedua, kita telah menerima kunjungan dari Gubernur Papua, MRP dan DPR Papua yang mengharapkan agar Undang-Undang Otonomi Khusus plus di Papua ini dapat kita tindaklanjuti yang nanti akan dilakukan pembahasannya oleh Komite I bersama PPUU..

Saudara-saudara sekalian, para anggota yang saya hormati, menyikapi perkembangan situasi nasional beberapa minggu terakhir, DPD meminta kepada Presiden untuk berperan aktif dalam penyelesaian gesekan antara KPK dan Kepolisian. Sebagai sesama lembaga penegakan hukum, KPK dan Kepolisian dapat secara sinergi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan mengedepankan prinsip keadilan. DPD berharap setiap proses hukum dapat dijalankan untuk menjunjung penegakan kedaulatan hukum, bukan justru untuk memenuhi kepentingan kelompok atau golongannya. Untuk itu DPD meminta bahwa selain menjadi lembaga penegak hukum, KPK dan Kepolisian harus mampu menjadi contoh bagi masyarakat dalam upaya penegakan hukum dengan menghormati setiap proses hukum yang ada.

Untuk itu kami dari Pimpinan merespons apa yang terjadi antara KPK dan Kepolisian ya hasil dari itu Pak Farouk mewakili kami semua datang ke KPK dan juga hadir di Kepolisian untuk mencoba ya memahami persoalan dan juga memberikan kontribusi bagaimana kita ingin supaya lembaga ini ya kita save KPK, kita save Kepolisian dari hal-hal yang dipolitisasi dan DPD terus mengawal dan memantau dan juga memberikan pandangan-pandangannya sebagaimana hari ini kalau dibaca di halaman utama Kompas ya kita juga diberikan ruang untuk memberikan positioning DPD terhadap dua masalah ini.

Meningkatnya pelanggaran kasus pelanggaran hukum yang dipicu oleh penyalahguna narkoba juga jadi perhatian kita bersama. DPD mengapresiasi ketegasan pemerintah dalam menjalankan eksekusi kepada pengedar narkoba baik yang berasal dari dalam maupun luar

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pemberian sel punca CD34 + darah tepi manusia secara subkutan pada kulit tikus jantan wistar yang dipajan sinar ultraviolet B dengan pengamatan jumlah

Martadinata ini, yaitu dengan menanam Mahoni (Swietenia macrophylla King.) dan Tanjung (Mimusops elengi L.) sebagai tanaman tepi jalan, yang paling dominan, yang

Bagi guru: dapat dijadikan sebagai bahan kajian literatur untuk melakukan penelitian mengenai nilai APTI pada Ficus lyrata Warb dan tembesi Samanea saman (Jacq) Merr

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki loyalitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan

Dari pengujian kompaksi yang telah dilakukan dengan metoda statik pada tanah campuran dengan mengacu pada nilai dry density yang mendekati hasil tes kompaksi

Metode analisis potensi kecelakaan yang digunakan adalah tool FTA dengan pendekatan top down yang dimulai dari top level event yang telah dianalisis berdasarkan

Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material

Walaupun dalam penelitian ini limbah oli bekas yang digunakan hanya 25% dan 15% dari berat air campuran sampel mortar, hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa