PENGARUH DIVIDEND YIELD DAN PRICE EARNING
RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN
INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI
VARIABEL MODERATING PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG GO PUBLIK
DI BEI
USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen
Oleh :
NUR CHOLIFAH 0612010197 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Perhitungan Return Saham Perusahaan Otomotif yang go Public di BEI ... Tabel 2. Devidend Yield Perusahaan Otomotif yang go Publik di BEI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Tabulasi Data Keuangan Lampiran 2 : Uji Normalitas
Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik
PENGARUH DIVIDEND YIELD DAN PRICE EARNING
RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN
INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI
VARIABEL MODERATING PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF
Dalam melaksanakan kegiatannya, setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Usaha untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal atau tujuan perusahaan ini dimaksudkan agar perusahaan mampu meningkatkan kekayaan pemilik perusahaan dan membuat perusahaan tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar, selain itu kemampuan manajemen perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan menimbulkan kepercayaan pada pemilik perusahaan, akan tetapi sering kali bahwa manajer dari sebuah perusahaan mungkin membuat keputusan yang bertentangan dengan tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Atas dasar gambaran tersebut maka penelitian ini bermaksud untuk meneliti mengenai pengaruh devidend yield dan price earning ratio terhadap return saham dengan investment opportunity set sebagai variabel moderating.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang go public dan masih terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia sebanyak 8 perusahaan. Dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari pihak instansi terkait yang digunakan sebagai data pendukung dalam pengumpulan data. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
devidend yield dan price earning ratio tidak berpengaruh terhadap return saham
dengan investment opportunity set sebagai variabel moderating pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di BEI, sehingga hipotesis penelitian ini tidak teruji kebenarannya.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dampak krisis global, yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya melakukan efisiensi dan menahan diri untuk ekspansi. Ini bukan hanya karena menurunnya tingkat daya beli masyarakat akibat krisis. Melainkan juga ancaman krisis likuiditas juga sempat di alami kalangan perbankan. Industri otomotif yang pembiayaan penjualannya sangat mengandalkan perbankan pun harus ikut kena getahnya. Sehingga banyak cabang perusahaan-perusahaan itu ditutup dan terjadi pemutusan hubungan kerja besar-besaran.
Prestasi industri otomotif, ternyata tidak lama bisa dinikmati. Sebab kini kalangan industri harus berjuang keras, bukan hanya agar selamat dari dampak krisis dan mencegah terjadinya kebangkrutan dan PHK para pekerja. Namun juga agar penurunan kinerja industri tahun ini tidak terlalu besar. Banyak kalangan menilai grafik pertumbuhan industri otomotif Indonesia tidak pernah landai, namun turun naik fluktuatif. (www.bisnisindonesia.com/Minggu, 08Februari 2008)
investasi yang paling menarik sehingga tingkat keuntungan juga akan dapat dicapai secara maksimal.
Dalam melaksanakan fungsi ekonomi pasar modal memiliki peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pasar modal sebagai sarana untuk menghimpun sumber dana dari masyarakat diluar perbankan. Di samping itu, juga merupakan sumber dana yang sangat potensial bagi perusahaan yang membutuhkan dana jangka panjang dengan biaya relatif murah. Sebaliknya bagi sebagian masyarakat.
Dalam melaksanakan fungsi ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (investor) kepada pihak yang membutuhkan dana (emiten). Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, penyandang dana berharap akan memperoleh imbalan atau keuntungan dari penyerahan dana tersebut. Bagi peminjam dana, tersedianya dana tersebut pada pasar modal memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan usaha tanpa harus menunggu dana yang mereka peroleh dari hasil operasi perusahaannya. Proses semacam ini diharapkan mampu meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan suatu perusahaan.
menginvestasikan dana dalam bentuk saham. Investor mengharapkan bahwa investasinya aman dan dalam melakukan investasi di pasar saham tentu mengharapkan deviden dan return yang tinggi, oleh karena itu investor perlu melakukan analisis terhadap faktor kinerja keuangan sebelum membeli saham untuk melihat prospek dari perusahaan tersebut.
Yang sangat penting untuk diperhatikan adalah tentang kenaikan return saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Saham suatu perusahaan dapat dinilai dari pengembalian (return) yang diterima oleh para pemgang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham bisa berupa deviden tunai atau adanya perubahan harga saham pada suatu periode. Return suatu saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dibagi dengan periode sebelumnya. Membeli saham bukanlah merupakan investasi yang sifatnya pasti. Karena perubahan tinggi rendahnya return saham menjadi hal penting untuk diperhatikan oleh para pelaku dalam pasar saham baik para pemodal, anggota bursa dan emiten. Untuk itu diperlukan suatu analisis tentang return saham dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
maksimal dan mengurangi resiko investasi dalam saham. Tindakan-tindakan tersebut jika dilakukan oleh pemegang saham akan mengekibatkan berfluktuasinya harga saham di Bursa Efek, begitu pula yang terjadi pada harga saham pada industri otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Jika laporan keuangan yang dihasikan bisa menunjukkan perusahaan selalu untung tentunya akan memperlihatkan kinerja perusahaan yang bagus sehingga akan mempengaruhi harga saham. Karena dengan naiknya harga saham tentu akan menaikkan return saham. Karena return saham merupakan selisih dari harga saham sekarang dengan harga saham berikutnya.
Ruang lingkup yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang go public di Indonesia. Karena disaat mulai maraknya para pengguna kendaraan bermotor, yang seharusnya berdampak positif pada perusahan-perusahaan otomotif dalam meningkatkan pendapatannya, mengapa justru return saham yang diterima investor dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 berfluktuasi ( tidak stabil ).
Tabel 1 : Hasil perhitungan Return Saham Perusahaan Otomotif yang go public di BEI
No Nama
Perusahaan
Return Saham2004 2005 2006 2007 2008
1 PT. Astra International Tbk 0,920 0,063 0,539 0,739 ‐0,614 2 PT. Astra Otoparts Tbk 0,242 0,455 0,045 0,137 0,053 3 PT. Goodyear Indonesia Tbk 1,293 ‐0,070 ‐0,175 0,970 ‐0,615 4 PT. Gajah Tunggal Tbk 0,182 ‐0,138 10,786 0,970 ‐0,615 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 2,324 ‐0,688 ‐0,063 ‐0,178 ‐0,068 6 PT. Intraco Penta Tbk 0,694 0,105 ‐0,172 0,146 ‐0,575 7 PT. Tunas Ridean Tbk 1,250 0,022 0,029 0,746 ‐0,395 8 PT. United Tractors 0,820 0,615 0,782 0,664 ‐0,596
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa return saham pada perusahaan-perusahaan otomotif memang mengalami fluktuasi (tidak stabil) karena pada tahun penelitian perusahaan-perusahaan otomotif terkena imbas dari krisis ekonomi yang melanda dunia bisnis pada umumnya sehingga menyebabkan hasil yang di capai oleh perusahaan-perusahaan otomotif menurun dan berakibat pada tidak stabilnya harga saham perusahaan. Ini tentunya akan membuat investor tidak mendapatkan apa yang diinginkannya yaitu tingkat keuntungan atau tingkat return yang tinggi dari dana yang dikeluarkan oleh para investor. Padahal seorang investor yang berinvestasi selalu menginginkan keuntungan yang optimal dari investasi yang ditanamkan. Dalam beberapa tahun terakhir ini perusahaan otomotif seharusnya dapat memaksimalkan keuntungannya karena adanya tingkat perekonomian di Indonesia mulai membaik dan daya beli masyarakat juga naik, ini bisa dilihat dari semakin banyaknya penggunaan kendaran bermotor di Indonesia. Dengan memaksimalkan tingkat keuntungan maka perusahaan akan dapat memberikan return yang tinggi kepada para pemegang saham atau investor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham adalah sebagai berikut: semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia menuju ke arah yang efisien dimana yang relevan bisa dipakai untuk menilai harga saham (Husnan, 1996: 246 ).
return pada berbagai tingkat resiko atau memindahkan resiko pada berbagai
tingkat resiko atau meminimumkan resiko pada berbagai tingkat expected
return ( Tandelilin, 2001: 5)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik mengangkat topik tersebut ke dalam penelitian dengan judul “ PENGARUH DIVIDEND YIELD DAN
PRICE EARNING RATIO TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN
INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI VARIABEL
MODERATING PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO
PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA “.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dijadikan batasan dalam penelitian ini. Rumusan masalah tersebut adalah :
1. Apakah dividend yield berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah dividend yield berpengaruh terhadap return saham dengan
investment opportunity set sebagai variabel moderating pada perusahaan
otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah price earning ratio berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah price earning ratio berpengaruh terhadap return saham dengan
investment opportunity set sebagai variabel moderating pada perusahaan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan dari penyusun untuk maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh dividend yield terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh dividend yield terhadap return saham dengan
investment opportunity set sebagai variabel moderating perusahaan
Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh price earning ratio terhadap return saham pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui price earning ratio pengaruh terhadap return saham dengan investment opportunity set sebagai variabel moderating perusahaan Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : a. Ilmu Pengetahuan
Menambah pengetahuan di bidang Manajemen Keuangan Khususnya mengenai return saham.
b. Pengambil Keputusan
c. Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang pernah dilakukan mengenai Return Saham ini antara lain :
1. Martusa (2007 ), penelitian dengan judul “Pengaruh Dividend Yield dan
Price Earning Ratio terhadap Return Saham dengan Investment
Opportunity Set sebagai variabel moderating”, Permasalahan yang
dikemukakan adalah : Apakah Dividend Yield dan Price Earning Ratio
berpengaruh terhadap Return Saham dengan Investment Opportunity Set
sebagai variabel moderating. Sampel yang digunakan adalah metode
purposive sampling dan pengujian dilakukan dengan menggunakan
moderated regression analysis. Pada jurnal penelitian tersebut diperoleh
dari hasil analisis maka dapat disimpulkan bahwa Investment
Opportunity Set secara statistik tidak mempengaruhi hubungan antara
Dividend Yield dan Price Earning Ratio terhadap Return Saham.
2. Susilowati (2003), penelitian dngan judul “ Pengaruh Price Earning
Ratio (PER) terhadap Faktor Fundamental Perusahaan ( dividend Payout
Ratio, Earning Per Share dan Resiko)”. Permasalahan yang
dikemukakan adalah Apakah Price Earning Ratio (PER) terhadap Faktor
Fundamental Perusahaan ( dividend Payout Ratio, Earning Per Share dan
Resiko). Sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan
Pada jurnal penelitian tersebut diperoleh dari hasil analisis maka dapat
disimpulkan bahwa portofolio yang dibentuk oleh Price earning ratio
(PER), price to bool value (PBV) dan price to sales ratio (PSR) yang
rendah. Memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
portofolio yang dibentuk oleh PER, PBV, dan PSR yang tinggi.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Manajemen Keuangan
Menurut Husnan (2004:4), manajemen keuangan menyangkut
kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer
keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas
dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur
Keuangan, Manajer Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebagainya,
mungkin sekali melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan
untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan
dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai Direktur, tidak terbatas hanya
oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh
manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka.
Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana atau
allocation of funds dan mencari pendanaan atau raising of funds. Dua
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat
diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
usaha-usaha mendapatkan dana perusaha-usahaan dengan biaya yang murah serta usaha-usaha
untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien
(Sutrisno, 2001:3).
2.2.2 Laporan Keuangan
2.2.2.1 Arti Pentingnya Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah
sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk
laporan keuangan tidak hanya sebagai dasar untuk dapat menentukan atau
menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa
tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan
(Munawir, 2002:1).
2.2.2.2 Pihak yang Berkepentingan Terhadap Posisi Keuangan
Pihak-pihak tersebut adalah para pemilik perusahaan, manager
perusahaan yang bersangkutan, kreditur, bankers, para investor dan
pemerintah (Munawir, 2002:2) .
2.2.2.3 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
Myer dalam bukunya Financial Statement Analisys mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun
oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu
adalah daftar neraca dan daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah
menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu
laba ditahan (Munawir, 2002:5).
2.2.2.4 Sifat Laporan Keuangan
(Munawir, 2002:6)
Fakta yang telah dicatat
Prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi
Pendapat pribadi
2.2.2.5 Bentuk Laporan Keuangan A. Neraca
Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal
tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan
sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca
Bentuk Neraca :
Skontro
Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri/debet dan hutang sebelah
kanan/kredit.
Vertical
Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya
diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, modal.
Bentuk neraca yang yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi
keuangan perusahaan.
(Munawir, 2002:20)
B. Laporan Rugi Laba
Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan,
biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu (Munawir, 2002:26).
Bentuk Laporan Rugi Laba
Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan
menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok,
sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu
langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
Bentuk Multiple Step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokan
2.2.3. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan
jangka panjang atau Long Term Financial Assets. Pasar modal
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk
investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan,peralatan dan sarana
produksi lainnya (Sartono,2001:21). Bentuk umum surat berharga yang
diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi,saham preferen dan saham
biasa.
Menurut Sunariyah (2004 :5), Pasar Modal adalah tempat
pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga . Di tempat
inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang
mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat
berharga yang ditawarkan oleh emiten.
Menurut Darmadji (2001 :1) pada dasarnya pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk uang ataupun modal
sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga jangka
pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar
keuangan (financial market).
Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri
Keuangan RI No.1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal adalah
suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk didalamnya adalah
keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit
pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang
mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa
efek.(Sutrisno,2001 :341)
Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dengan perdagangan efek,perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya sebagai lembaga profesi yang
berkaitan dengan efek (Fakhrudin,2001:2)
2.2.3.1 Fungsi Pasar Modal
Fungsi dari pasar modal / bursa efek (Sartono,2001: 23) adalah :
A. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang ditawarkan
kepada masyarakat.
B. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui
mekanisme pasar.
C. Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui
penghimpunan dana masyarakat.
D. Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam
kepemilikan saham-saham perusahaan.
2.2.3.2 Manfaat Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Pakarti (2001: 12) manfaat pasar modal adalah :
a). Manfaat Pasar Modal bagi emiten/perusahaan adalah :
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai.
3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan.
4. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
5. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan.
6. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko
tinggi.
7. Tidak ada beban finansial.
8. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
9. Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu.
10.Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
b). Manfaat Pasar modal bagi Investor / Pemodal adalah :
1. Nilai investasi berkembang mengikuti harga saham yang mencapai
capital gain.
2. Memperoleh deviden bagi mereka yang memilikimatau memegang
saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi
pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham) bagi pemegang saham,mempunyai hak suara dalam RUPO
(Rapat Umum Pemegang Obligasi) bila diadakan bagi pemegang
4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi,misal dari
saham A ke saham B sehingga dapat meningkatka keuntungan atau
mengurangi resiko.
c). Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang adalah :
1. Menuju ke arah professional didalam memberikan pelayanannya
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.
3. Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang.
4. Likuiditas efek semakin tinggi.
d). Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah adalah :
1. Mendorong laju pembangunan.
2. Mendorong investasi.
3. Pencipta lapangan kerja.
4. Mengurangi anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara)
2.2.4. Investasi di Pasar Modal
Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal
tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai
kelebihan dana (Sunariyah,2003 : 4)
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang
jumlah yang lebih besar dari dana di lepaskan pada saat investasi
awal(Moeljadi, 2006 : 121)
Investasi menurut jogianto (2000 : 5), merupakan penundaan
konsumsi sekarang untuk di gunakan di dalam produksi yang efisien selama
periode tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan
kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi
mendatang. Dengan demikian investasi dapat di definisikan sebagai
penundaan konsumsi sekarang untuk di gunakan di dalam produksi yang
efisien selama periode waktu yang tertentu.
Di dalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa
efek, yaitu berupa keuntungan yang di peroleh perusahaan yang di bagikan
kepada pemegang saham (deviden) dan jika investor menjual sahamnya di
atas harga belinya.deviden perusahaan sangat berkaitan dengan performance
perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu di pengaruhi oleh
perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual beli saham, jika
harga jual saham di bawah harga beli (capital lost), sedangkan deviden tidak
bisa negatif (anoraga dan pakarti, 2003 : 81).
Menurut Usman dkk (1990 : 144), setiap pemodal memiliki tujuan
tertentu yang ingin di capainya melalui keputusan investasi yang di ambil.
Secara umum tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh keuntungan,
namun di kaitkan dengan karakteristik instrument di pasar modal pada
1. keamanan.
2. pendapatan.
3. pertumbuhan.
4. fasilitas pajak.
5. spekulasi.
2.2.5. Return Saham
Return saham atau pengembalian saham merupakan pendapatan
yang berhak diperoleh investor karena menginvestasikan dananya dalam
bentuk saham. Bagi investor yang rasional, tentunya hasil pengembalian
saham sangat diperlukan, sehingga keuntungan/kerugian akan dapat selalu
dipantau guna memperoleh kepastian bisnis. Menurut (Jogiyanto:1998)
hasil pengembalian saham dapat dihitung dengan :
Rt =
Notasi :
Rt = Return saham pada periode ke-t
Pt = Harga saham periode pengamatan
Pt-1 = Harga saham periode sebelum pengamatan
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama,
yaitu yield dan capital gain/loss. Yield merupakan komponen return yang
mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik
dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya,
Demikian pula jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya
deviden yang kita peroleh. Sedangkan capital gain/loss sebagai komponen
kedua dari return yang merupakan kenaikan (penurunan) harga surat
berharga (bisa saham maupun surat utang jangka panjang), yang biasa
memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain, capital
gain/loss bisa diartikan sebagai perubahan harga sekuritas
(Tandelilin,2001:48)
Capital gain /loss diperoleh dari keuntungan atau kerugian dari
selisih harga saham karena menjual sahamnya kepada pihak lain. Jadi
artinya keuntungan atau kerugian dari penjualan inilah yang langsung
dapat dirasakan oleh pemegang saham. Capital gain / loss bisa berupa
angka minus return total suatu investasi bisa dituliskan sebagai berikut :
Return total = yield + capital gain/loss
Sedang untuk mengetahui secara pasti return yang akan diperoleh dari
suatu investasi adalah pekerjaan yang sulit. Return investasi yang dimasa
akan datang adalah return yang diharapkan dan sangat mungkin berlainan
dengan return actual yang diterimanya nanti.
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu
ke- t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga
sebelumnya atau dapat dihitung dengan rumus (Pit - Pit-1/ Pit-1). Sedangkan
2.2.6. Dividend yield
Dividen dapat dinyatakan sebagai suatu persentase terhadap harga
pasar yang disebut dengan dividend yield. Untuk menentukan dividend
yield, maka dividen pada periode berjalan dibagi dengan harga saham
periode sebelumnya. Dividen yield merupakan rasio dividen per lembar
saham terhadap saham. Dividen yield (DY) diperoleh dengan formula :
Keterangan :
DY = Dividen Yield
dt = Dividen per lembar saham pada t
Pt-1 = Harga saham pada t-1
2.2.7. Price Earning Ratio
2.2.7.1 Pengertian Price Earning Ratio
Price Earning Ratio merupakan cerminan rupiah yang berani
dibayar investor untuk setiap rupiah laba,PER rata-rata dari perusahaan yang
ada dalam satu industri dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menilai
harga sebuah perusahaan (Arifin, 2005:152). Pendekatan PER lebih baik
karena model yang terakhir ini sudah mempertimbangkan ekspetasi laba di
masa yang akan datang.
Price Earning Ratio (PER) mempunyai arti yang cukup penting
dalam menilai suatu saham dan rasio ini merupkan indikasi tentang harapan
mencerminkan kinerja dan prospek badan usaha tersebut bagus, sehingga
investor tertarik untuk membeli saham badan usaha tersebut.
Menurut Sawir (2005:21), PER adalah apa yang investor bayar untuk
aliran earnings. Atau dilihat dari kebalikannya adalah apa yang investor
dapatkan (peroleh) dari investasi tersebut. Investor dalam pasar modal yang
sudah maju menggunakan PER untuk mengukur apakah suatu saham
underpriced atau overpriced. Menurut Halim (2003:23), Price Earning Ratio
sering digunakan analis saham untuk menilai harga saham.
Menurut Tandelilin (2001:243), Price Earning Ratio(PER) adalah
Rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan.
Informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan
investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata
lain PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning
perusahaan. Di samping itu, PER juga merupakan harga relatif dari sebuah
saham perusahaan,berikut rumus PER:
2.2.7.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER)
Menurut Whitbeck-kisor (1963) didalam Husnan (1994: 309)
bahwa tiga variabel yang mempengaruhi PER, yaitu :
1. Tingkat Pertumbuhan Laba
2. Divident Payout Rate
2.2.8. Investment Opportunity Set
Menurut Myers (1997) dalam Martusa, 2007 set kesempatan
investasi atau investment oppurtinity set membagi perusahaan menjadi
dua komponen. Asset-in place yang dinilai secara independent dari
kesempatan investasi perusahaan di masa mendatang dan pilihan
pertumbuhan yang di nilai atas dasar keputusan investasi discretionary
perusahaan di masa mendatang.
Gaver dan Gaver (1993) dalam Martusa, 2007 Investment
opportunity set perusahaan menentukan kemampuannya memperoleh
keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi pertumbuhan tergantung
pada pengeluaran-pengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer
sementara asset-in place tidak memerlukan investasi tersebut.
Nilai dari Investment opportunity set perusahaan tergantung pada
faktor perusahaan dan industri. Cristie (1989) dalam kallapur dan trombley
(2001) berpendapat bahwa factor utama yang menentukan Investment
opportunity set adalah factor industri seperti rintangan untuk masuk dan
daur hidup produk. Factor ini memungkinkan perusahaan untuk membuat
investasi yang dapat meningkatkan rintangan untuk masuk ( subsitusi
modal untuk tenagta kerja yang merupakan hasil dari skala ekonomi ).
Daur hidup produk yang pendek berarti bahwa investasinya pada Research
and Development, hal ini kemungkinan membuat lebih produktif dan
memiliki keuntungan komparatif yang akan meningkatkan nilai
Investment opportunity set perusahaan merupakan karakteristik
penting dan memiliki pengaruh yang besar pada manajer, investor dan
kreditur.
2.2.9. Pengaruh Dividend Yield terhadap Return Saham
Deviden merupakan sebagian dari laba yang dibagikan kepada
pemegang saham. Dividen dapat dinyatakan sebagai suatu persentase
terhadap harga pasar yang disebut dengan dividend yield. Untuk
menentukan dividend yield, maka dividen pada periode berjalan dibagi
dengan harga saham periode sebelumnya. Dividen yield merupakan rasio
dividen per lembar saham terhadap saham. Bagi investor jumlah rupiah
yang diterima dari pembayaran deviden resikonya lebih kecil dari capital
gain dan deviden dapat diperkirakan sebelumnya. Sedangkan capital gain
lebih sulit diperkirakan sehingga pembayaran deviden tinggi dianggap
perusahaan mempunyai prospek tinggi keuntungan yang baik. Sebaliknya
penurunan deviden dianggap prospek keuntungan yang kurang baik.
Akhirnya harga saham cenderung mengikuti naik turun besarnya deviden
yang dibayarkan.
Pengaruh penurunan besarnya deviden yang dibayarkan dapat
menjadi informasi yang kurang baik bagi perusahaan, karena deviden
sebagai tanda tersedianya pendapatan perusahaan dan besarnya deviden
yang dibayarkan sebagai informasi tingkat pertumbuhan pendapatan saat
menjadi turun karena banyak pemengang saham akan menjual sahamnya.
(Halim, 2002:17)
2.2.10.Pengaruh Price Earning Ratio terhadap Return Saham
PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan
investor untuk mendapatkan satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata
lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning
perusahaan. Dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus
mendasarkan kerangka pikirnya pada salah satu komponen dalam analisis
fundamental yaitu PER. ( Tandelilin, 2001:243)
PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi
perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi karena para investor
telah mengeluarkan banyak dana untuk melakukan investasi di dalam
perusahaan tersebut dan para investor mengharapkan tingkat return yang
tinggi pula. ( Harahap, 2002:311)
Penelitian Anugerah et al. (2001) dalam Susilowati (2003),
menunjukkan bahwa PER memberikan petunjuk kepada investor atau
calon investor mengenai kemungkinan return saham yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan sehingga para investor dapat mengetahui seberapa besar
resiko dalam melakukan investasi dan mendapatkan keuntungan yang akan
2.2.11.Pengaruh Investment Opportunity Set pada Hubungan antara Dividend yield dan Return saham
Smith et al (1992) dalam Martusa, 2007 menggunakan kerangka
pemikiran berdasarkan teori contracting. Teori contracting secara prinsip
menggunakan asumsi bahwa penilaian kebijakan perusahaan bertujuan
untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Perbedaan dalam kebijakan
prosedur akuntansi bisa dilihat dari perspektif efficiency contracting.
Dalam perspektif efficiency contracting secara khusus manajer akan
memilih metode akuntansi yang akan meminimumkan kas agensi (agency
cost). Dengan demikian, manajer akan memaksimalkan nilai perusahaan.
Smith et al. (1992) mendukung hipotesis kontrak bahwa perusahaan yang
memiliki level investment opportunity set tinggi cenderung membagikan
deviden lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki
level investment opportunity set rendah.
Belkaoui dan Picur (2001) dalam Martusa (2007) menemukan
adanya perbedaan relevansi nilai deviden bagi perusahaan-perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set tinggi dengan perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set rendah. Hal ini
ditunjukkan oleh hubungan antara deviden dengan harga saham yang
memiliki koefisien regresi bertanda positif dan signifikan bagi perusahaan
yang memiliki level investment opportunity set rendah.
Sehingga perusahaan yang memiliki tingkat investment opportunity
pemegang saham karena perusahaan lebih cenderung untuk menyimpan
laba atau tidak membagikan deviden untuk melakukan pengembangan
perusahaan.
2.2.12.Pengaruh Investment Opportunity Set pada Hubungan antara Price Earning Ratio dan Return saham
Whitbeck dan Manown (1963), Sartono dan Misbahul (1997),
Warsini (1994) dan Singgih (1998) dalam Martusa, 2007 menemukan
bahwa pertumbuhan laba berhubungan secara positif dengan price earning
ratio. Makin tinggi tingkat pertumbuhan laba maka price earning ratio
akan makin besar. Pertumbuhan laba yang tinggi bisa mencerminkan
bahwa bagian laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk laba ditahan akan semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan
perusahaan mampu untuk membiayai kegiatan operasionalnya dengan
sumber pendanaan yang lebih mengandalkan pada sumber internal.
Smith et al. (1992) dalam Martusa, 2007 menemukan bukti bahwa
perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi
mempunyai ratio debt to equity yang lebih rendah dalam kebijakan
struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri cenderung mengurangi
masalah-masalah agency yang potensial berasosiasi dengan eksistensi
utang yang beresiko dalam struktur modalnya.
Untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki level investment
opportunity set tinggi, maka perusahaan akan memiliki kesempatan
yang bersifat internal. Sumber dana internal yang bisa digunakannya
adalah berasal dari laba ditahan. Apabila ditahan akan memiliki relevansi
nilai yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki level
investment opportunity set tinggi, karena perusahaan tidak terlalu
mengandalkan sumber dana dari pihak eksternal untuk kegiatan
operasionalnya. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang memiliki level
investment opportunity set rendah, maka laba akan ditahan menjadi lebih
kecil, karena sebagian besar laba dijadikan sebagai dividen. Keadaan ini
berakibat perusahaan akan lebih tergantung dengan sumber dana dari
2.3 Kerangka Pikir
Fenomena :
Adanya Fluktuasi Return saham dari tahun ke tahun pada perusahaan Otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia
Teori yang mendukung:
Halim (2002:17), deviden sebagai tanda tersedianya pendapatan perusahaan dan besarnya deviden yang dibayarkan sebagai informasi tingkat pertumbuhan pendapatan saat ini dan masa mendatang.
Harahap (2002:311), PER yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi.
Smith et al. (1992) dalam Martusa (2007), bahwa perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi cenderung membagikan deviden lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki level investment opportunity set rendah.
Smith et al. (1992) dalam Martusa, 2007 bahwa perusahaan yang memiliki level investment opportunity set tinggi mempunyai ratio debt to equity yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya karena pendanaan modal sendiri cenderung mengurangi masalah-masalah agency yang potensial berasosiasi dengan eksistensi utang yang beresiko dalam struktur modalnya.
Dividend Yield Price EarningRatio
Investment Opportunity Set
Return saham
Analisa Regresi Linier Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah
dikemukakan,maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1.Diduga bahwa dividend yield berpengaruh positif terhadap return saham
pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI.
2.Diduga bahwa dividend yield berpengaruh positif terhadap return saham
dengan investment opportunity set sebagai variable moderating pada
perusahaan Otomotif yang go publik di BEI.
3.Diduga bahwa price earning ratio berpengaruh positif terhadap return
saham pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI.
4.Diduga bahwa price earning ratio berpengaruh positif terhadap return
saham dengan investment opportunity set sebagai variable moderating
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel terikat dan variabel bebas. Return saham sebagai variabel terikat
(Y), sedangkan variabel bebasnya adalah dividend yield (X1), Price
Earning Ratio (PER) (X2) dan Investment Opportunity Set (X3).
Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Return saham (Y) adalah selisih antara harga saham periode sekarang
dengan harga saham periode sebelumnya dibagi harga saham pada
periode sebelumnya atau dapat juga dinyatakan sebagai berikut :
Keterangan :
Rt = Return saham pada periode ke-t
Pt = Harga saham periode pengamatan
Pt-1 = Harga saham periode sebelum pengamatan
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang
2. Dividend yield (X1) adalah rasio dividen per lembar saham terhadap
harga saham. Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran
yang digunakan adalah kali (x)
3. Price Earning ratio (X2) adalah Rasio atau perbandingan antara harga
saham terhadap earning perusahaan (Tandelilin,2001: 192)
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang
digunakan adalah kali (x)
Rumus :
PER =
Keterangan :
PER = Price Earning Ratio
4. Investment Opportunity Set (X3) adalah variabel yang tidak dapat
diobservasi, sehingga diperlukan proksi untuk keperluan analisis
empiris. Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran
yang digunakan adalah kali (x).
Penelitian ini akan menggunakan proksi price-based, yaitu Market to
Book Value of Equity (MVEBVE).
MVEBVE =
3.2.1. Populasi.
Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah
perusahaan Otomotif yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
sebanyak 20 perusahaan.
3.2.2. Sampel.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai bahan
penelitian. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
Purposive Sampling yaitu bahwa pengambilan sampel dilakukan atas dasar
tujuan tertentu,dengan kriteria sebagai berikut :
Merupakan perusahaan otomotif yang go pubic di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2004-2008.
Memiliki data laporan keuangan dalam kurun tahun 2004 sampai
dengan tahun 2008 di Bursa efek Indonesia.
Perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangannya secara
kontinyu selama 5 periode, tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 di
Bursa efek Indonesia.
Return saham perusahaan relative berfluktuasi.
Dengan menggunakan metode Purposive sampling, maka dari
populasi perusahaan di sektor otomotif sebanyak 8 perusahaan.
Adapun kedelapan perusahaan otomotif yang ditentukan sebagai
sampel penelitian adalah sebagai berikut :
2. PT. Astra Otoparts Tbk
3. PT. Goodyear Indonesia Tbk
4. PT. Gajah Tunggal Tbk
5. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk
6. PT. Intraco Penta Tbk
7. PT. Tunas Ridean Tbk
8. PT. United Tractors Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data. 3.3.1. Jenis Data.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu
data yang dikumpulkan,diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan
otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 sampai
tahun 2008.
3.3.2. Sumber Data.
Dalam penelitian ini data bersumber dari PT. BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) berupa laporan keuangan yang terangkum dalam
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) perusahaan otomotif yang telah
dipilih sebagai sampel penelitian.
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data.
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan oleh peneliti, maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
mempelajari catatan perusahaan yang berkaitan. Pengumpulan data historis
perusahaan yang telah didokumentasikan dan masih berlaku saat ini,
kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas
perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 3.4.1. Regresi Linier Berganda
Dalam analisis penelitian ini terdapat empat variabel yang terdiri
dari satu variabel terikat dan tiga variabel bebas. Sehingga teknik analisisnya
menggunakan aplikasi khusus regresi linier berganda di mana dalam
persamaan regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian antara dua
atau lebih variabel independen (Ghozali 2001).persamaan regresi untuk
melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
persamaan :
Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + β4 X1* X3+ ß5 X2* X3 + ei
Dimana :
Y = Return saham
X1 = Dividend yield
X2 = Price Earning Ratio
X3 = Investment Opportunity Set
ß0 = Intersep (konstanta), menunjukkan pengaruh (efek) rata-rata
ß1, ß2, ß3 = Koefisien regresi
e = residual atau kesalahan pengganggu
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE
(Best,Linier,Unbiased,Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji
F dan uji t tidak boleh bias. Menurut Sumodiningrat (2002: 115) sifat blue
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku
terhadap α dan ß.
2. Linier :Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran.
3. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter
diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai
parameter sebenarnya.
4. Estimate : e diharapkan sekecil mungkin.
Menurut Gujarati (1995: 13) untuk menghasilkan keputusan yang
BLUE, maka harus dipenuhi oleh regresi linier berganda, yaitu :
1. Nilai tengah (mean value) dan komponen penganggu e yang
ditimbulkan dari variabel eksplanatory harus sama dengan nol.
2. Varian dari komponen penganggu & harus konstan dalam
memenuhi syarat heteroskedasitas.
3. Tidak terjadi autokorelasi antar komponen penganggu.
4. Variabel eksplanatory harus non stokastik atau kalaupun stokastik
Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau
regresi bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya koefisien
regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak
terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti:
A. Multikolinearitas
Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya
lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan
dengan terdapatnya satu hubungan linier (Gujarati,1995: 157)
Menurut Widarjono (2003:131), mengemukakan bahwa
multikolinearitas berarti adanya hubungan linier antara variabel
independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan.
Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi
berganda.
Deteksi adanya Multikolinearitas :
a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor)
Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan
adanya multikolinearitas.
b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka 15
(Nachrowi dan Usman,2006: 100).
B. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pengujian
Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara
residual dengan seluruh variabel bebas. Uji yang digunakan dalam
heteroskedastisitas yaitu dengan signifikan antara residual dengan variabel
bebasnya dengan nilai signifikansi > 0,05. (Ghozali, 2001: 69).
C. Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara kesalahan
pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul pada data observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain, masalah ini timbul karena
residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Uji untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Durbin
Watston (DW test) dibantu dengan membandingkan nilai pada table
statistic d dari Durbin Watson yang menggunakan derajat kepercayaan
0,005. Gozali, Imam (2001:61).
3.4.3 Uji Hipotesis 3.4.3.1. Uji Parsial (Uji t)
Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing-masing
variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat (Widarjono,2005:58).
1. Ho = β1= 0, tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel Xi
terhadap variabel Y.
Hi = β1≠ 0, ada pengaruh yang signifikan β dari variabel Xi terhadap
variabel Y.
2. Menentukan Level of Significant = 10% dengan derajat bebas = ( n-k ),
dimana n : jumlah data dan k : jumlah variable bebas.
3.
thitung
=thitung = t hasil perhitungan
Dimana: βi = koefisien regresi
Se(βi) = Standar error
4. Kriteria pengujian sebagai berikut:
1. Apabila tingkat signifikansi > 0,05maka Ho ditolak dan Hi diterima,
berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
2. Apabila tingkat signifikansi < 0,05maka Ho diterima dan Hi ditolak,
artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di
Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan Uang dan
Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1952 atau tiga belas tahun setelah
dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian
pada tahun 1927 dibentuk Bursa – bursa efek di tiga kota besar di
Indonesia, yaitu Jakarta, Semarang dan Surabaya.
Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di
bursa-bursa efek tersebut praktis berhenti karena situasi politik saat ini.
Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia tepatnya tahun 1951
pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat No. 15 tahun 1952
tentang Bursa Efek.
Pada tanggal 10 Agustus 1990 berdasarkan keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 52 tahun 1976, Pasar Modal di Indonesia dari
tahun 1977 sampai tahun 1987 relatif kurang memberikan hasil seperti
yang di harapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada
perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersedat–
sedatnya perkembangan pasar modal selama itu disebabkan oleh beberapa
ketat, adanya batasan fliktuasi harga saham dan campur tangan
pemerintah pasar perdana.
Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan
pasar modal tersebut diatas, pemerintah mengluarkan serangkaian
deregulasi yang berkaiatn dengan perkembangan pasar modal yaitu paket
Kebijaksanaan Desember (Pakdes 1987), Paket Kebijaksanaan Oktober
1988(Pakto 1988), Paket Kebijaksanaan Desember 1988 ( Pakdes 1988).
4.1.2 Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan
mulai menjalankan pasar saham di Indonesia , sebuah awal pertumbuhan
baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke – 19. Pada tahun
1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia
didirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal
sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah
colonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang.
Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi
pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan , bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan
saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program
nasionalisme pada tahun 1956.
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani
oleh Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di
bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi
pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar
financial dan sector swasta.Puncak perkembangannya pada tahun 1990.
Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek
Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM).
Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak
baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan
Jakarta Automated Trading System(JATS), sebuah system perdagangan
otomotisasi yang menggantikan system perdagangan manual. System
baru ini ndapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang
lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan
dibanding system perdagangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan
tanpa warkat ( Scripless Trading ) dengan tujuan untuk meningkatkan
likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan
Pada tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan
perdagangan jarak jauh ( Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan
akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) a. Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan
kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang
memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa
lain di tingkat Internasional , serta dapat menciptakan suatu
perdagangan yang wajar , teratur dan efisiensi.
b. Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama
pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi
investor local maupun asing. Menjadi Lembaga bursa yang berwibawa,
trasparan , memiliki integritas yang tinggi serta sebagia institusi yan
dinamais dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan
tetap memperhatikan perlindungan investor.
4.1.4 Stuktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Dalam menjalankan kegiatan usaha , Bursa Efek Indonesia tunduk
pada peraturan perundang-undang yang berlaku dibidang pasar modal.
oleh Badan pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Kekuasaan tertinggi
di PT.Bursa Efek Indonesia sesuai anggaran dasar perusahaan terletak
pada Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi
PT.Bursa Efek Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris , yang
bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap kelancaran
jalannya perseroan.
PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak 4 orang
yaitu satu orang Direktur tang membawahi beberapa divisi operasional.
Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh tiga komite
yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek,
Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa.
4.1.5 Gambaran Umum Persuhaan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan
otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia yang telah memnuhi kriteria
dalam pengambilan sampel. Berdasarkan data yang telah diperoleh terdapat 10
(sepuluh) perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Adapun
gambaran umum mengenai ke-8 (delapan) perusahaan dapat dijelaskan secara
singkat sebagai berikut:
1. PT. Astra International Tbk
PT Astra Internasional Tbk (Persero) didirikan pada tahun 1957 dengan
nama PT Astra Internasional Incorporated. Pada tahun 1990, perseroan itu
berdomosili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di Jl. Gaya Motor
Raya No.8, Sunter II, Jakarta.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup
kegiatan perseroan adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa
pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, dan jasa
konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama anak perusahaan meliputi
perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya,
penjualan dan penyewaan alat-alat berat, pertambangan dan jasa terkait,
pengembangan perkebunan, jasa keuangan dan teknologi informasi.
2. PT. Astra Otoparts Tbk
PT Astra Otoparts Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan akta
notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya,
S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan No. C2- 1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Februari 1992
serta diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208 tanggal
15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 68 tanggal 27 Mei 2008 dari
Imas Fatimah, S.H., sehubungan dengan perubahan mengikuti Undang-
Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Perubahan anggaran dasar
ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
2008. Sampai dengan tanggal laporan ini, Akta Notaris tersebut masih
dalam proses pengumuman di Lembaran Berita Negara.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam perdagangan suku cadang
kendaraan bermotor baik lokal maupun ekspor dan menjalankan usaha
dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri
plastik.
Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1991. Saat
ini kegiatan pemasaran Perusahaan meliputi dalam dan luar negeri termasuk
Asia, Timur Tengah dan Afrika, dan memiliki divisi perdagangan yang
beroperasi di Singapura dan anak perusahaan di Australia.
Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha Astra Grup. Pabrik
Perusahaan berlokasi di Jakarta dan Bogor dan kantor pusatnya beralamat di
Jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta.
Pada tanggal 29 Mei 1998, Perusahaan memperoleh pernyataan
efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam suratnya No.
S-1110/PM/1998 untuk melakukan penawaran umum perdana atas 75 juta
saham Perusahaan kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp 500 per
saham dan harga perdana sebesar Rp 575 per saham. Pada tanggal 15 Juni
1998, saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
3. PT. Goodyear Indonesia Tbk
PT. Goodyear Indonesia Tbk ( Perusahaan) semula didirikan dengan
26 Januari 1917 berdasarkan Akta Notaris Berjamin ter kuile No.199, yang
kemudian berubah nama menjadi “PT. Goodyear Indonesia “ berdasarkan
Akta Notaris Eliza Pondaggt No. 73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 juli 1978.
Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan
dan yang terakhir adalah pada tanggal 16 Juni 1997 berdasarkan Akta
Notaris No.48 Mudofir Hadi,S.H, dalam rangka memenuhi ketentuan
Undan-Undang Perseroan Terbatas No. 1/1995 (Perusahaan masih dalam
proses untuk menyesuaikan Anggaran Dasar Perusahaan dengan
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40/2007) dan peraturan pasar modal.
Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-151.HT.01.04.Th.98 tanggal
1998.
Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan
bermotor dan pesawat terbang serta komponen lain yang terkait,
penyaluran dan ekspor ban.
Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan ban
pada tahun 1917. Pabrik perusahaan dibangun pada tahun 1935 di Bogor
sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat perusahaan
berdomosili di Bogor.
Pada tanggal 10 Nopember 1980, perusahaan menawarkan 6.150.000
per lembar saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ),
efektif mulai Desember 2007 menjadi Bursa efaek Indonesia.Pada tanggal
20 Desember 2000 perusahaan mendaftarkan 34.850.000 lembar
sahamnya yang dimiliki oleh The Goodyear Tire & Rubber Company
(GTRC) ke BEJ. Sejak tanggal 2 Januiari 2001, seluruh saham perusahaan
telah tercatat secara resmi di BEJ.
4. PT. Gajah Tunggal Tbk
PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta
notaris No. 54 tanggal 24 Agustus 1951 dari Raden Meester Soewandi,
SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.
J.A.5/69/23 tanggal 29 Mei 1952 serta diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 63 tanggal 5 Agustus 1952, Tambahan No. 884.
Anggaran Dasar Perusahaan telah disesuaikan dengan Undang-Undang
No. 40 tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas, dengan akta No. 13
tanggal 22 Nopember 2007 dari Amrul Partomuan Pohan SH, Lex Legibus
Magister, notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusannya No. C-06556.HT.01.04-TH.2007 tanggal 13 Desember
2007.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di
Tangerang dan Serang. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma
pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan
terutama meliputi bidang industri pembuatan barang-barang dari karet,
termasuk ban dalam dan luar segala jenis kendaraan, barang atau alat.
Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1953. Hasil
produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk ke
Amerika Serikat, Asia, Australia dan Eropa.
5. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk
Hexindo Adiperkasa Tbk (Perusahaan) didirikan di Indonesia
berdasarkan Akta Notaris Mohamad Ali, S.H No 37 tanggal 28 November
1988. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam surat eputusan No.C2-4389.HT.01.01.TH.89 tanggal 12
Mei 1989,serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No.54 Tambahan No. 1251 tanggal 5 Juli 1989. Anggaran Dasar
Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan terakhir
antara lain mengenai modal saha dan tugas dan wewenang direksi,
sebagaimana dinyatakan dalam Akta Notaris Robert Purba, S.H., No. 74
tanggal 27 Juni 2007. Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah diterima
dan dicatat di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia melalui surat No. C-UM.HT.01.10-1530 tanggal 30 Oktober
2007.
Perusahaan memulai operasi komersional pada bulan Januari 1989.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, kegiatan usaha
purna jual. Saat ini, perusahan bertindak selaku distributor alat-alat berat
jenis tertentu dan suku cadang dari merek Hitachi, John Deere dan Krupp.
Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berlokasi di Kawasan industry
Pulo Gadung Jalan Pulo Kambing II kav No. 33,Jakarta 1390. Pada
tanggal 31 Desember 2007, perusahaan memiliki 10 cabang, 5 sub cabang
kantor perwakilan dan 8 proyek yang tersebar di seluruh Indonesia.
6. PT. Intraco Penta Tbk
PT Intraco Penta Tbk (Perusahaan atau Induk Perusahaan)
didirikan berdasarkan Akta No. 13 tanggal 10 Mei 1975 dari Milly
Karmila Sareal, S.H., notaris di Jakarta.Akta pendirian ini disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.
Y.A.5/199/15 tanggal 10 Juni 1975 serta diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 38 tanggal 11 Mei 1993, Tambahan No. 2084.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir dengan Akta No. 7 tanggal 16 Desember 2005 dari Fathiah Helmi,
S.H., notaris di Jakarta mengenai perubahan nilai nominal saham.
Perubahan Anggaran Dasar tersebut telah diterima dan dicatat oleh
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan registrasi No.
C-00101.HT.01.04.TH.2006, tanggal 3 Januari 2006. PT Intraco Penta Tbk
(the Company or the Parent Company) was established based on Notarial
Deed No. 13 dated May 10, 1975 of Milly Karmila Sareal, S.H., notary
Sesuai dengan pasal 3 dari Anggaran Dasar, ruang lingkup
kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang perdagangan dan
penyewaan alat-alat berat dan suku cadang, serta memberikan jasa
pelayanan yang berkenaan dengan perakitan dan perbengkelan.
Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada tahun 1975. Kantor
pusat Perusahaan terletak di Jl. Pangeran Jayakarta No. 115, Blok C1-2-3,
Jakarta 10730, sedangkan cabang-cabang Perusahaan terletak di beberapa
kota di Indonesia.
7. PT. Tunas Ridean Tbk
PT Tunas Ridean Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta
Notaris Winanto Wiryomartani. S.H., No 102 tertanggal 24 Juli 1980.
Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam surat keputusan No. 935, Tambahan No 84 tertanggal 21 Oktober
1983.
Anggaran Dasar Perseroan telah beberapa kali di ubah. Perubahan
terakhir dengan Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H, No 41
tertanggal 11 Mei 2007 mengenai perubahan susunan anggota Dewan
Komisaris dan Direksi. Perubahan tersebut dilaporkan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
8. PT. United Tractors Tbk
PT United Tractors Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia
pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works,
Pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/34/8 tanggal 6 Februari 1973
dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 31, Tambahan
No. 281 tanggal 17 April 1973. Anggaran Dasar Perusahaan telah
mengalami perubahan dari waktu ke waktu termasuk Akta No. 25 tanggal
16 Agustus 2000 oleh Refizal, S.H., notaris di Jakarta, berkaitan dengan
peningkatan modal dasar Perusahaan dari sejumlah Rp 500 miliar menjadi
Rp 1.500 miliar. Perubahan tersebut telah mendapatkan persetujuan
Menteri Hukum dan Perundangundangan Republik Indonesia sesuai
dengan Surat Keputusan No. C-16066.HT.01.04.TH.2000 tanggal 2
Agustus 2000 dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No.
51 tanggal 26 Juni 2001, Tambahan No. 249. Perubahan terakhir
Anggaran Dasar Perseroan termuat dalam Akta Pernyataan Keputusan
Rapat No. 54, tanggal 13 Juni 2008, yang dibuat dihadapan Benny
Kristianto, S.H., notaris di Jakarta untuk disesuaikan dengan Peraturan No.
40 tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas. Akta Perubahan tersebut telah
disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dalam Surat Keputusan No. AHU-38120.AH.01.02 tanggal 3 Juli 2008.
Selanjutnya, Anggaran Dasar Perseroan tersebut diubah seperti termuat
dalam Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 85, tanggal 18 September
2008, yang dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., notaris di Jakarta
berkaitan dengan peningkatan modal ditempatkan perusahaan dari Rp
Ruang lingkup kegiatan utama Perusahaan dan anak perusahaan
(bersama-sama disebut “Grup”) meliputi penjualan dan penyewaan alat
berat beserta pelayanan purna jual, penambangan dan kontraktor
penambangan. Perusahaan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1973.
Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan mempunyai 18 cabang,
15 kantor lokasi dan 12 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh
Indonesia. Kantor pusat berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung,
Jakarta. Pada tahun 1989, Perusahaan melakukan Penawaran Umum
Perdana pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang
Bursa Efek Indonesia) dengan menawarkan sejumlah 2,7 juta lembar
saham dengan nilai nominal Rp 1.000 (Rupiah penuh) per lembar saham,
dengan harga penawaran sebesar Rp 7.250 (Rupiah penuh) per lembar
saham.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah rata-rata harga saham dan
laporan keuangan yang diterbitkan oleh beberapa perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2008, yaitu : PT. Astra
International Tbk, PT. Astra Otoparts Tbk, PT. Goodyear Indonesia Tbk, PT.
Hexindo Adiperkasa Tbk, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Selamat Sempurna
Tbk, PT. Tunas Ridean Tbk, PT. Nipress Tbk, PT. United Tractors Tbk, PT.