• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. membantu di dalam memecahkan permasalahan pada penelitian ini.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORITIS. membantu di dalam memecahkan permasalahan pada penelitian ini."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan teoritis dibuat dengan maksud untuk memaparkan beberapa dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada pada sebelumnya, dan diharapkan bisa membantu di dalam memecahkan permasalahan pada penelitian ini.

2.1 Kolaborasi Penelitian

2.1.1. Definisi Kolaborasi Penelitian

Penerapan kolaborasi pada kegiatan penelitian berawal dari kenyataan bahwa peneliti tidak mampu melakukan kegiatan penelitian secara individu. Hal ini dipengaruhi oleh kompleks dan rumitnya masalah penelitian pada saat ini yang memerlukan adanya suatu kerjasama (kolaborasi) dengan peneliti lainnya.

Prihanto (1996, 28) mendefinisikan, “kolaborasi penelitian berlangsung bila dua peneliti atau lebih bekerja sama dalam sebuah kegiatan, masing-masing memberikan sumbangan sumber daya dan usaha baik intelektual maupun fisik”.

Kolaborasi di dalam penelitian bisa dikatakan sebagai suatu aktivitas peneliti dengan saling memberikan kontribusi baik kontribusi yang sifatnya teoritis berupa ide, pandangan, pendapat, gagasan, dan komentar, serta memberikan kontribusi yang sifatnya teknis berupa keikutsertaan dalam proses penelitian.

Kartz dan martin (1997, 7) mendefinisikan “a research collaboration

could be defined as the working together of researchers to achieve the common goal of producing new scientific knowledge”. Yang artinya kolaborasi penelitian

(2)

merupakan pekerjaan yang dilakukan bersama-sama oleh para peneliti untuk mencapai tujuan bersama dalam menghasilkan suatu ilmu pengetahuan baru bersifat ilmiah.

Kolaborasi pada suatu penelitian dapat dikatakan sebagai suatu profesi bagi para peneliti yang dilakukan secara bersama dengan rekan peneliti lainnya untuk dapat menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang baru bersifat ilmiah sesuai dengan tujuan yang telah disepakati bersama.

Amabile et al. (2001, 419) menafsirkan “suggest three dimensions, that

can be used to describe research collaboration: (1) the profession of the participants, (2) the institutional affiliation, and (3) the organisational level of the collaboration”. Artinya kolaborasi penelitian dapat digambarkan dengan tiga

dimensi yaitu profesi partisipan, (2) afiliasi antar institusi/lembaga, dan (3) level organisasi dari kolaborasi.

Sonnenwald dikutip oleh Amabile et.al. (2001, 419) “further add (4) the

disciplinary focus and (5) the geographical focus”. Artinya Sonnenwald

menambahkan lagi 2 dimensi yang menggambarkan kolaborasi penelitian yaitu disiplin ilmu dan geografis.

Melihat dari 5 dimensi ini menunjukkan bahwa kolaborasi di dalam penelitian merupakan kerjasama yang dilakukan antar peneliti yang berasal dari lembaga, negara, disiplin ilmu yang sama maupun berbeda.

Rains (2006, 91) mendefinisikan, “Collaborative research involves

cooperation of individuals agencies, and organizations in the planning, implementation, evaluation, and dissemination of research activities”. Yang

(3)

artinya kolaborasi penelitian melibatkan kerjasama individu, lembaga, dan organisasi di dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan penyebaran kegiatan penelitian.

Pelaksanaan kolaborasi penelitian bukan hanya menghubungkan antar peneliti tetapi juga menghubungkan peneliti dengan lembaga dan organisasi dalam mendukung kegiatan penelitian baik di dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan penyebaran hasil penelitian kepada masyarakat luas.

Dari beberapa pemaparan mengenai pengertian kolaborasi penelitian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kolaborasi penelitian sebenarnya merupakan suatu kegiatan penelitian yang menghubungkan antar peneliti, lembaga, negara, bahkan antar disiplin ilmu dengan saling memberikan kontribusi baik pengetahuan maupun tenaga untuk mencapai tujuan bersama dalam hal menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang baru bersifat ilmiah.

2.1.2. Faktor-Faktor Kolaborasi Penelitian

Peneliti melakukan kegiatan penelitian dengan cara kolaborasi pasti

mempunyai latar belakang atau faktor-faktor yang menyebabkan mereka

membutuhkan adanya suatu kerjasama dengan peneliti lainnya selama kegiatan

penelitian berlangsung. Misalnya saja penelitian tersebut tidak dapat dilakukan

secara sendiri karena alasan kompleks dan rumitnya masalah pada suatu penelitian yang harus dipecahkan.

Menurut Kartz & Martin (1997, 4) faktor kolaborasi penelitian antara lain sebagai berikut:

(4)

2. The desire of researches to increase their scientific popularity, visibility and recognition

3. Escalating demands for the rationalization of scientific manpower 4. The requirements of ever more complex (and often large-scale)

instrumentation

5. Increasing specialization in science

6. The advancement of scientific disciplines which means that a researcher requires more and more knowledge in order to make significant advances, a demand which often can only be met by pooling one’s knowledge with others

7. The growing profesionalisation of science, a factor which probably more important in earlier years than now

8. The need to gain experience or to train apprentice researchers in the most effective way possible

9. The increasing desire to obtain cross-fertilisation across disciplines 10. The need to work in close physical proximity with others in order to

benefit from their skills and tacit knowledge

Faktor-faktor kolaborasi penelitian di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut:

1. Perubahan pola atau tingkat pendanaan

2. Keinginan peneliti untuk menaikkan popularitas ilmiah mereka, visibilitas, dan penghargaan

3. Meningkatnya tuntutan akan rasionalisasi pada tenaga manusia secara ilmiah

4. Persyaratan dalam hal pemakaian instrumen penelitian yang lebih kompleks dan lebih besar skalanya

5. Meningkatnya spesialisasi dalam ilmu pengetahuan

6. Kemajuan disiplin ilmu yang berarti bahwa peneliti membutuhkan lebih banyak pengetahuan untuk membuat kemajuan yang signifikan, permintaan seringkali hanya bisa dipenuhi dengan menggabungkan pengetahuan seseorang dengan orang lain

7. Berkembangnya profesionalisme dalam ilmu pengetahuan, faktor yang mungkin lebih penting pada tahun yang lalu dibandingkan sekarang 8. Kebutuhan untuk memperoleh pengalaman atau melatih peneliti

magang dengan cara yang paling efektif dan memungkinkan

9. Meningkatnya keinginan untuk memperoleh fertilisasi silang disiplin ilmu

10. Kebutuhan untuk bekerja berdekatan secara fisik dengan orang lain untuk mendapatkan keuntungan dari keahlian dan pengetahuan tacit

(5)

Sedangkan menurut Czajkowski (2008, 4) The six collaboration factor

categories synthesized from current literature are: 1. Trust and partner compatibility

2. Common and unique purpose

3. Shared governance and joint decision making 4. Clear understanding of roles and responsibilities 5. Open and frequent communication

6. Adequate financial and human resources

Enam faktor yang mempengaruhi kolaborasi dalam literatur ilmiah seperti yang telah dikemukan di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut:

1. Kepercayaan dan kecocokan antar mitra kerja. 2. Tujuan umum dan khusus.

3. Berbagi koordinasi dan membuat keputusan bersama. 4. Memahami dengan jelas akan peranan dan tanggung jawab 5. Komunikasi terbuka dan sering

6. Sumber daya manusia dan keuangan yang memadai

Faktor kolaborasi penelitian lainnya menurut Bukvova yang dikutip oleh Handoyo dan Putera (2012, 103) menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kolaborasi riset, baik faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kolaborasi riset menurut beliau berkaitan dengan:

a. Kesepakatan atas kualitas hasil kolaborasi; b. Penghargaan yang diterima dari kolaborasi;

c. Koordinasi (perhatian yang lebih pada aktivitas koordinasi dapat memprediksi hasil kolaborasi);

d. Persiapan proyek (terutama penentuan tujuan untuk mencapai keberhasilan kolaborasi);

e. Komunikasi (memainkan peran penting untuk keberhasilan kolaborasi);

f. Perhatian antar anggota tim;

g. Kesadaran adanya perbedaan (konflik dalam kolaborasi riset disebabkan adanya perbedaan latar belakang dan cara pandang para peneliti sehingga diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi perbedaan tersebut);

h. Keakraban anggota tim (keakraban anggota tim dapat meningkatkan produktivitas tetapi dalam jangka panjang keakraban memiliki efek negatif pada kinerja tim);

i. Kepemimpinan; j. Karakteristik personil;

(6)

k. Penetapan batasan kolaborasi (kompleksnya permasalahan yang dihadapi membuat para peneliti membatasi tujuan kolaborasi riset); dan

l. Legitimasi lembaga (besar dan kompleksnya proyek membutuhkan dukungan dari sejumlah pemangku kepentingan).

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kolaborasi riset berkenaan dengan:

a. Budaya akademik (baik budaya pada lingkup nasional maupun kelembagaan)

b. Pendanaan (pendanaan lebih besar mempengaruhi produktivitas riset dibandingkan kolaborasi riset)

c. Jumlah anggota kelompok/tim d. Sumberdaya

e. Dukungan kelembagaan f. Level kelembagaan;

g. Keberadaan lembaga riset (afiliasi dengan lembaga riset berdampak positif pada kesediaan individu untuk berkolaborasi); dan

h. Kolaborasi secara nasional atau internasional (kolaborasi pada lingkup nasional dan internasional menghasilkan kualitas output yang sebanding, meskipun kolaborasi internasional berdampak positif pada output di masa depan).

Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi dibutuhkannya kolaborasi di dalam kegiatan penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Memerlukan dana dalam jumlah yang relatif besar untuk melakukan kegiatan penelitian.

2. Adanya keinginan peneliti untuk meningkatkan popularitas dengan cara meningkatkan hasil penelitian yang dimuat di dalam publikasi. 3. Adanya asumsi bahwa kualitas hasil penelitian yang diperoleh dari

penelitian yang dilakukan secara kolaborasi lebih baik dibandingkan secara individu

4. Semakin kompleksnya masalah yang ingin diteliti sehingga membutuhkan peneliti dari bidang yang sama maupun berbeda untuk menyelesaikan permasalahan penelitian.

(7)

5. Penerapan kolaborasi pada kegiatan penelitian disebabkan oleh penelitian tersebut tidak dapat ditangani secara sendiri sehingga membutuhkan adanya bantuan dari orang lain

2.1.3. Motivasi Kolaborasi Penelitian

Ada beberapa alasan mengapa penerapan kolaborasi dalam kegiatan penelitian berkembang sangat pesat selama 20-30 tahun belakangan ini. Alasan tersebut memberikan suatu dorongan bagi para peneliti untuk melakukan kerjasama dengan peneliti yang lainnya dalam kegiatan penelitian. Adapun alasan bagi peneliti untuk melakukan kolaborasi dikemukan oleh Smith & Katz yang dikutip oleh Surtikanti (2004, 15) antara lain:

a. Peningkatan biaya pelaksanaan penelitian

b. Biaya transportasi dan komunikasi yang semakin murah

c. Ilmu adalah institusi sosial dimana kemajuan sangat tergantung pada interaksi dengan ilmuwan lainnya, baik formal maupun informal melalui “invisible college”

d. Meningkatnya kebutuhan untuk spesialisasi pada bidang-bidang tertentu, terutama pada instrumen-instrumen khusus yang sangat kompleks.

e. Meningkatnya signifikansi dari bidang-bidang pengetahuan interdisipline

f. Adanya berbagai faktor politik dan kebijakan publik yang mendorong peningkatan tingkat kolaborasi antar peneliti

Selain alasan peneliti melakukan kolaborasi di atas masih ada alasan lain yang mendorong peneliti melakukan kolaborasi di dalam kegiatan penelitian seperti yang telah dikemukan oleh Beaver and Rosen dikutip oleh Lee and Bozeman (2005, 676) antara lain:

1. Access to special equipment and facilities 2. Access to special skills

3. Access to unique materials 4. Access to visibility

(8)

6. Efficiency of use of labor 7. To gain experience 8. To train researchers 9. To sponsor a prot´eg´e 10. To increase productivity 11. To multiply proficiencies 12. To avoid competition

13. To surmount intellectual isolation,

14. Need for additional confirmation of evaluation of a problem 15. Need for stimulation of crossfertilization

16. Spatial propinquity, 17. Accident or serendipity. 18. Conceptual analysis

Terjemahan dari motivasi peneliti melakukan kolaborasi di dalam kegiatan penelitian di atas antara lain sebagai berikut:

1. Akses ke peralatan khusus dan fasilitas 2. Akses ke keterampilan khusus

3. Akses ke bahan yang unik 4. Akses jarak

5. Efisiensi dalam penggunaan waktu 6. Efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja 7. Untuk mendapatkan pengalaman

8. Untuk melatih peneliti

9. Untuk mensponsori anak didik 10. Untuk meningkatkan produktivitas 11. Untuk memperbanyak keahlian

12. Untuk menghindari adanya persaingan

13. Untuk mengatasi memisahkan dari orang-orang yang cerdik

14. Membutuhkan adanya penegasan tambahan terhadap penilaian dari suatu masalah

15. Kebutuhan untuk mendorong dilakukan perkawinan silang antar disiplin ilmu

16. Kedekatan ruang

17. Kecelakaan atau kebetulan. 18. Analisis konseptual

Anom (2012, 1) meyatakan “hambatan dan kendala yang mendorong terjadinya kolaborasi yakni keterbatasannya pengetahuan dan ketrampilan perseorangan atau ketidaktersediaanya sumber daya fisik yang mendukung penelitian”.

(9)

2.1.4. Keuntungan dan Kerugian Kolaborasi Penelitian

Permasalahan penelitian yang dihadapi pada saat ini sangat rumit dan kompleks dimana peneliti diharuskan untuk memiliki pengetahuan dan keahlian yang luas. Tidak ada seorangpun yang memiliki semua pengetahuan dan keahlian termasuk para peneliti sekalipun. Meskipun pengetahuan dan keahlian bisa diperoleh dengan cara mempelajarinya akan tetapi membutuhkan banyak waktu dan biaya bagi peneliti untuk mempelajarinya. Jika diterapkannya kolaborasi dalam suatu kegiatan penelitian maka ada kemungkinan diantara peneliti tersebut memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan di dalam proses kegiatan penelitian.

Adapun keuntungan yang bisa diperoleh dari adanya kolaborasi penelitian menurut Kartz and Martin dikutip oleh Sormin (2009, 1) sebagai berikut:

1. Transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat memakan waktu dan terbentur beberapa masalah. Didokumentasikannya sebagian ilmu dan perkembangan terbarunya menyebabkan penge tahuan menjadi bersifat

tacit, tidak menyebar dan tetap dalam kondisi seperti itu sampai

ilmuwan yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskan dan mempublikasikan.

2. Pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan menambah wawasan dan perspektif baru seseorang, sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreatifitas. Efeknya akan lebih tinggi jika terjadi diantara orangorang dari berbagai latar belakang ilmu yang berbeda.

3. Membuka kesempatan persahabatan intelektual. Peneliti akan membangun hubungan tidak hanya dengan kelompoknya yang terlibat dalam penelitian yang sedang dilakukan, tetapi juga akan berupaya memasuki jaringan yang lebih luas dalam komunikasi penelitian. 4. Peningkatan produktivitas: Kolaborasi menstimulasi peneliti untuk

berkarya bersama secara produktif. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara produktivitas dan kolaborasi.

(10)

Keuntungan yang bisa diperoleh dari kolaborasi penelitian lainnya yaitu dikemukakan oleh Lewis (2013) antara lain:

a. Access to expertise, equipment or resources, encouragement of multidisciplinary work, improved capacity to get funds, prestige or visibility, gaining tacit knowledge, aggregation of knowledge, productivity, education and training potential, increasing specialization, and the pleasure of working with colleagues

b. Better research results from “many different brains working on the same question”

c. Useful where different expertise and experience is required (interdisciplinary) to adequately address the problem (novelty)

d. Presumption of increased productivity e. Link to greater citations and impact

Terjemahan dari penjelasan di atas mengenai keuntungan yang bisa diperoleh melalui kolaborasi penelitian adalah

a. Akses ke keahlian, peralatan atau sumber daya, dorongan kerja multidisiplin, peningkatan kapasitas untuk mendapatkan dana, prestise atau visibilitas, memperoleh pengetahuan tacit, penggabungan pengetahuan, produktivitas, berpotensi untuk pendidikan dan pelatihan, meningkatkan spesialisasi, dan senang bekerja dengan rekan-rekan

b. Hasil penelitian lebih baik dari "banyak pemikiran yang berbeda bekerja pada pertanyaan yang sama"

c. Keahlian dan pengalaman yang berbeda (interdisipliner) diperlukan untuk merespon masalah (baru)

d. Diduga bisa meningkatkan produktivitas

(11)

Namun demikian, tidak hanya keuntungan yang bisa diperoleh dengan penerapan kolaborasi penelitian, ada juga kerugian yang dapat ditimbulkan dengan diterapkannya kolaborasi di dalam kegiatan penelitian. Kartz & Martin (1997, 15) mengemukakan kerugian kolaborasi penelitian sebagai berikut:

a. Collaboration may result in savings for research funding agencies, it nevertheless entails some additional costs.

b. Collaboration brings certain cost in terms of time.

c. Collaboration brings certain cost in terms of increased administration.

Terjemahan dari kerugian penerapan kolaborasi dalam suatu kegiatan penelitian seperti di atas antara lain:

a. Kolaborasi dapat menghasilkan penghematan untuk lembaga pendanaan penelitian, tetapi tetap memerlukan beberapa biaya tambahan.

b. Kolaborasi membawa biaya tertentu dalam hal waktu.

c. Kolaborasi membawa biaya tertentu dalam hal peningkatan administrasi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak yang ditimbulkan dengan diterapkannya kolaborasi pada suatu kegiatan penelitian bisa memberikan dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan akibat yang positif berupa sesuatu hal yang bersifat menguntungkan bagi para peneliti, sedangkan dampak negatif merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan akibat yang negatif berupa memberikan sesuatu yang kurang baik atau tidak memberikan suatu mudarat bagi para peneliti. 2.1.5. Formulasi Tingkat Kolaborasi

Formulasi yang digunakan untuk menentukan tingkat kolaborasi penelitian dalam suatu bidang penelitian pada tahun tertentu menurut Subramanyam dikutip oleh Prasetyadi dan Nugroho (2014, 7) sebagai berikut:

(12)

C

𝑁𝑚

𝑁𝑚+𝑁𝑠

Di mana:

C = Tingkat kolaborasi peneliti suatu disiplin ilmu, dengan nilai berada pada interval 0 sampai dengan 1, atau [0, 1]

Nm = Total hasil penelitian dari peneliti suatu disiplin ilmu pada

tahun tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi

N

s

= Total hasil penelitian dari peneliti suatu disiplin ilmu pada

tahun tertentu yang dilakukan secara individual

Interpretasi Terhadap Kolaborasi

a. Apabila nilai C = 0 maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut seluruhnya dilakukan secara individual (peneliti tunggal).

b. Apabila nilai C lebih besar dari nol dan kurang dari setengah (0 < C < 0,5) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan secara individual lebih besar dibandingkan dengan yang dilakukan secara berkolaborasi.

c. Apabila nilai C = 0,5 maka penelitian yang dilakukan secara individual sama banyaknya dengan yang dilakukan secara berkolaborasi.

d. Apabila nilai C lebih besar dari 0,5 dan kurang dari 1 (0,5 < C < 1) dapat dikatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan secara individual lebih sedikit dibandingkan yang dilakukan secara berkolaborasi.

e. Apabila nilai C = 1 maka penelitian pada bidang tersebut seluruhnya dilakukan secara berkolaborasi.

(13)

2.2. Produktivitas Peneliti

2.2.1. Definisi Produktivitas Peneliti

Cara yang bisa dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana suatu lembaga penelitian mendorong produktivitas penelitinya untuk bisa menghasilkan artikel adalah dengan mengukur artikel yang dihasilkan oleh peneliti melalui publikasi berupa jurnal, warta, prosiding pada kurun waktu tertentu.

Menurut Rufaidah (2010:2) Produktivitas publikasi atau disebut juga

research output atau produktivitas penelitian merupakan salah satu indikator research performance atau kinerja penelitian.

Pengertian lainnya mengenai produktivitas peneliti dikemukakan oleh

Sutardji (2011:5) “Produktivitas peneliti didefinisikan sebagai perbandingan antara hasil yang dicapai (jumlah artikel) dengan seluruh sumber daya yang

digunakan (jumlah peneliti)”.

Lotka dikutip oleh Sutardji (2012:24) mendefinisikan “produktivitas peneliti adalah jumlah karya tulis ilmiah yang dihasilkan peneliti secara individu dalam subjek tertentu dan diterbitkan pada jurnal-jurnal ilmiah dalam subjek yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu”.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas peneliti merupakan perbandingan antara jumlah artikel dengan jumlah keseluruhan peneliti dalam subjek tertentu pada kurun waktu tertentu dan merupakan salah satu indikator untuk dapat mengukur suatu kinerja penelitian.

(14)

2.2.2. Faktor-Faktor Produktivitas Peneliti

Produktivitas peneliti dapat dilihat dari seberapa seringnya artikel dari peneliti yang dimuat pada media komunikasi berupa jurnal, warta, dan prosiding. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas seorang peneliti.

Menurut Singh dan Babu dikutip oleh Rufaidah (2010:4) menyarikan beberapa faktor yang memengaruhi produktivitas penelitian pada peneliti bidang

pertanian di India. Faktor-faktor tersebutyaitu sebagai berikut:

1. Kegigihan peneliti

2. Kecukupan sumber daya

3. Akses terhadap sumber informasi

4. Inisiatif

5. Kecerdasan

6. Kreativitas

7. Kemampuan untuk belajar

8. Stimulasi dari pimpinan

9. Kepentingan kenaikanpangkat/kemajuan

10. Orientasi eksternal

11. Komitmen pada profesionalisme

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya produktivitas dapat terjadi pada peneliti di Indonesia. Menurut Kurniawan dikutip oleh Rufaidah (2010, 4) ada faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produktivitas peneliti di Indonesia antara lain sebagai berikut:

1. Rendahnya tunjangan fungsional peneliti serta promosi karier yang tidak mendorong untuk melakukan penelitian dibidang masing-masing 2. Lingkungan kerja peneliti, seperti terbatasnya sumber daya dan sarana

penelitian, keterbatasan informasi, situasi institusi yang tidak stabil, dan kekurangan tenaga pendukung

3. Lingkungan yang sifatnya makro, seperti tidak adanya iklim dan tradisi ilmiah yang mendukung, tidak adanya tuntutan untuk melakukan penelitian, birokrasi yang terlalu kaku, minimnya investasi untuk melakukan penelitian, serta hambatan yang bersumber dari kebijakan dan politik

(15)

4. Faktor lain adalah kurangnya sensitivitas peneliti

Penyebab yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas peneliti baik di Indonesia maupun negara lain hampir sama yaitu faktor internal berupa penyebab yang berasal dari peneliti dan faktor eksternal berupa penyebab yang berasal dari luar lingkup peneliti.

2.2.3. Pengukuran Produktivitas Peneliti

Menurut Purnomowati (2005) ada 3 cara untuk menentukan jumlah artikel dari setiap peneliti pada dokumen yang dihasilkan bersama dengan peneliti lainnya antara lain:

1. Normal count = Complete count adalah salah satu cara menetapkan berapa banyak artikel yang ditulis pengarang. Pada kepengarangan ganda, setiap pengarang dianggap menulis satu artikel.

2. Adjusted count = Fractional count adalah salah satu cara menetapkan berapa banyak artikel yang ditulis pengarang. Pada kepengarangan ganda, seorang pengarang dianggap menulis satu artikel dibagi dengan jumlah pengarang.

3. Straight count = Senior count = Primary count adalah salah satu cara menghitung berapa artikel yang ditulis pengarang. Pada kepengarangan ganda, yang diperhitungkan hanya pengarang utama saja, sedangkan penulis kedua dan seterusnya diabaikan.

Alfred James Lotka tahun 1926 melakukan penelitian mengenai produktivitas pengarang menghasilkan karya ilmiah. Hasil penelitiannya

(16)

kemudian diterbitkan dalam Journal of the Washington Academy of Science, dengan judul The frequency distribution of scientific productivity.

Ia menghitung jumlah nama pengarang perseorangan (pengarang badan korporasi diabaikan) yang terdapat dalam Chemical antara tahun 1907 sampai 1916. Nama yang diamati hanya pengarang yang nama keluarganya berawalan A dan B, sehingga didapatkan 6891 nama. Selain itu diteliti juga nama-nama pengarang dari jurnal Anerbach’s Geschictstafeln der Physik hanya untuk tahun 1900. Kali ini semua abjad diambil sehingga didapatkan 1325 nama. Jika ada karya yang pengarangnya lebih dari satu, maka yang diambil hanya satu pengarang yaitu pengarang utama atau pengarang pertama atau pengarang “senior”. (B. Mustafa, 2009:1)

Menurut Farida (2010:20) rumus umum yang menyatakan hubungan antara frekuensi dari nama-nama pengarang (Y) yang membuat karya tertentu (X), yang kemudian disebut sebagai hukum kuadrat terbalik adalah :

𝑓 (𝑥) =

𝐶

𝑋𝑛

(1)

Dimana f(x) adalah jumlah penulis dengan x artikel, x = 1,2,3,….C dan n merupakan parameter yang dihitung dengan persamaan berikut:

∑ 𝐶 𝑋𝑛=1

𝑥−1

(2)

Persamaan 1 umumnya ditulis sebagai berikut :

(17)

Dimana x adalah banyaknya artikel yang disumbangkan oleh penulis secara individual. 𝑦𝑥 adalah banyaknya penulis yang memberikan kontribusi sebanyak x artikel. C adalah penulis yang memberikan kontribusi 1 artikel yang merupakan konstanta pada model tertentu.

Bunyi hukum lotka yaitu bahwa banyaknya penulis yang memberikan kontribusi x artikel ( 𝑦𝑥)) berbanding terbalik dengan x yang dapat ditulis dengan

persamaan :

𝐶 = 𝑥

𝑛

. 𝑦

𝑥

(4)

C adalah konstanta, x adalah banyaknya artikel yang disumbangkan oleh penulis secara individual, n adalah eksponen, dan 𝑦𝑥 adalah banyaknya penulis yang memberikan kontribusi sebanyak x artikel.

Dengan menggunakan kuadrat terkecil (least square) diperoleh pendugaan n sebagai berikut :

𝑛 = N ∑ 𝑋𝑌− ∑ 𝑋 ∑ 𝑌

N ∑ XY−(∑ X)2

(5)

Dimana N adalah banyaknya data yang diambil, X sama dengan log x dan Y sama dengan log y.

Dari persamaan 4 kemudian dicari konstanta C dengan persamaan berikut :

𝐶 = 𝑥

𝑛

. 𝑦

𝑥

Untuk mencari 𝑦𝑥 maka persamaan 4 dirubah posisi menjadi sebagai berikut :

𝑦

𝑥

=

𝐶

𝑥

𝑛

(18)

𝑦

𝑥

= 𝐶 (

1 2𝑛)

)

: (6) :

𝑦

𝑥

= 𝐶 (

1 𝑥𝑛

)

Dengan menjumlahkan semua nilai pada kedua ruas maka diperoleh :

𝑦

𝑥

= 𝐶 ∑

1

𝑥𝑛

(7)

Untuk mendapatkan unit y, kedua ruas dibagi dengan ∑𝑦𝑥 sehingga

menjadi : ∑ 𝑦𝑥 ∑ 𝑦𝑥

=

𝐶 ∑1 𝑥𝑛 𝑦𝑥

(8)

Dari persamaan 8 maka konstanta C dapat dirumuskan sebagai berikut : 𝐶 = 1

∑ 1 𝑥𝑛

(9)

Untuk menyelesaikan persamaan 9 maka David Singer melakukan pendekatan sebagai berikut :

∑ 1 𝑥⁄ 𝑛 = ∞ 𝑥−1 [∑ 1 𝑥𝑛 + 1 (𝑛−1)(𝑝⁄ 𝑛−1) + 1 2𝑝⁄ 𝑛 + 𝑛⁄24(𝑝−1)𝑛+1 ⁄ ∞ 𝑥−1 ] (10)

(19)

2.2. Penelitian terdahulu

Di Indonesia, penelitian tentang kolaborasi dan produktivitas peneliti telah beberapa kali dilakukan. Berdasarkan pengamatan penulis, hingga kini ada dua hasil penelitian yang berkaitan dengan kolaborasi dan produktivitas peneliti.

Prihanto (1996) dalam tesisnya mengkaji kolaborasi peneliti bidang kedirgantaraan dengan menggunakan sumber majalah, warta, prosiding, KKIT LAPAN tahun 1975-1994. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa tingkat kolaborasi berkisar 28,8%. Hasil ini menunjukkan bahwa jumlah karya tunggal yang dihasilkan lebih besar dibandingkan karya kolaborasi.

Penelitian serupa pula dilakukan oleh Remi Sormin seorang pustakawan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian pada tahun 2009 mengkaji kegiatan kolaborasi yang diekspresikan dalam penulisan karya ilmiah antara para ilmuwan/peneliti bidang pertanian. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kolaborasi penulisan karya ilmiah di Badan Litbang Pertanian mencapai 71-80% dibanding penulisan secara individu. Tingkat yang paling tinggi terdapat pada bidang alat dan mesin pertanian.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Prekursor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diimpor oleh perusahaan yang telah mendapat pengakuan sebagai IP-Prekursor atau penunjukan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pendidikan pada umumnya, dan khususnya tentang kajian upaya guru Pendidikan Agama Islam

No Judul Jenis Karya Penyelenggara/ Penerbit/Jurnal Tanggal/ Tahun Ketua/ Anggota Tim Sumber Dana Keterangan 1 NA NA NA NA NA NA NA GL. KEGIATAN

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2019 tentang Standar Biaya Tugas Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sanggau (Berita

Pada sub bab ini, penulis mengangkat satu tema khusus yang paling sering dilakukan selama kegiatan PMMB berlangsung, kegiatan tersebut mengenai proses persiapan

Melakukan revisi kedua terhadap produk (sesuai dengan data yang sudah dianalisis dari hasil uji coba kelompok kecil). Data wawancara, obeservasi dan kuesioner

(1) Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) disampaikan kepada atasan masing-masing secara berjenjang dan sesuai dengan format dan jadwal yang telah

a) Jika peserta didik dapat membaca dengan makhraj dan tajwid dengan benar, skor 100. b) Jika peserta didik dapat membaca dengan makhraj dan tajwid kurang sempurna, skor 75. c)