UNIVERSITAS UDAYANA
SKRIPSI
ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN
INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT
PADA MOBIL SEHAT
DI KABUPATEN TABANAN
TAHUN 2016
NI LUH PUTU YUNI KRISMAYANTI 1420015012
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 11 Juli 2016
Tim Penguji Skripsi
Ketua
(dr. Pande Putu Januraga, M.Kes.,DrPH) NIP. 19790110 200312 1 001
Anggota (Penguji II)
(Putu Ayu Indrayathi, SE., MPH) NIP 197703312005012001
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Denpasar, 12 Juli 2016
Pembimbing
(dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH) NIP. 198311042008012005
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat rahmat-Nya dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kepuasan Pengguna Layanan Inspeksi Visual Asam Asetat pada Mobil Sehat di Kabupaten Tabanan Tahun 2016 dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbiingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH, Ph.D selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2. Putu Ayu Indrayathi, S.E.,MPH selaku Ketua Bagian Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana karena telah mengijinkan menyelesaikan skripsi ini
3. dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH selaku dosen pembimbing yang menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan serta mengarahkan dalam menyusun skripsi ini.
4. drg. Ni Wayan Wirati, M.Kes selaku Kepala Bidang Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan yang sudah bersedia menjadi narasumber dan memberikan paparan umum kegiatan mobil sehat.
5. Tim Mobil Sehat Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan yang telah memberikan waktu dan tenaga dalam membantu selama penelitian ini.
6. Suami Gede Yudi Astawa, SE dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa Matrikulasi 2014 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, maka penulis mengharapkan saran da kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
Denpasar, Juni 2016
Ni Luh Putu Yuni Krismayanti
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN Skripsi, Juni 2016
Analisis Kepuasan Pengguna Layanan Inveksi Visual dengan Asam Asetat di Mobil Sehat Kabupaten Tabanan Tahun 2016
ABSTRAK
Deteksi dini Kanker Serviks dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) merupakan upaya kesehatan yang sedang diprioritaskan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan untuk mencapai Tabanan bebas kanker serviks tahun 2016 dengan Program Mobil Sehat. Mobil sehat mengalami penurunan jumlah dikunjungi oleh Mobil Sehatdesa Cau Belayu, Tista, Lalanglinggah, dan Candikuning. Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang dipilih secara consecutive sampling. Analisis yang digunakan adalah Importance Performance Analysis dan Diagram Kartesius.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kepentingan dinilai memiliki kepentingan penting dan sangat penting. Tingkat kinrja dinilai memiliki kinerja baik dan sangat baik. Tingkat kesesuaian tertinggi terletak pada dimensi assurance dan emphaty, sedangkan tingkat kesesuaian terendah terletak pada dimensi tangibles. Dimensi mutu yang belum memuaskan yaitu dimensi tangibles, dimensi reliability, dan dimensi responsiveness. Sedangkan dimensi assurance dan emphaty dikategorikan sudah memuaskan pengguna layanan IVA di Mobil Sehat. Prioritas utama pengembangan mutu layanan IVA di Mobil Sehat adalah ketersediaan pendingin ruangan AC atau kipas angin, kenyamanan ruang periksa, ketepatan waktu kedatangan Mobil Sehat, kejelasan penyampaian informasi tentang prosedur pemeriksaan, pemberian waktu kunjungan ulang, ketanggapan petugas dalam menanggulangi ketidaknyamanan dan pemberian kesempatan bertanya oleh petugas
Dapat disimpulkan bahwa kepuasan dari komponen pelayanan IVA di Mobil belum memuaskan sehingga harus dilakukan perbaikan sesuai dengan prioritas utama pengembangan mutu layanan IVA di Mobil Sehat.
Kata Kunci : Tingkat Kepuasan, Layanan IVA mobile, Mobil Sehat
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
PEMINATAN ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN Skripsi, Juni 2016
Analysis of User Satisfaction with Service inveksi Visual Acid Asetat in Healthy Car Tabanan District 2016
ABSTRACT
Cervical Cancer Early detection method Visual Inspection with Acetic Acid (IVA) is a health efforts are being prioritized by the District Health Office to achieve Tabanan free cervical cancer in 2016 by Healthy Car Program. Healthy car has decreased the number of visits and have never done a survey of satisfaction levels. The purpose of this study was to determine the level of user satisfaction in Mobile Health IVA 2016 Tabanan regency.
The research design was a descriptive quantitative with cross sectional approach. This study was conducted in May 2016 in four villages visited by Healthy Cau Belayu Cau village, Tista village, Lalanglinggah village, and Candikuning village. Samples in this study of 100 people selected by consecutive sampling. The analysis is Importance Performance Analysis and Cartesian diagram.
The results showed that the level of interest is judged to have an important and very important interests. The performance level is considered to have good and excellent performance. The highest concordance rate lies in the dimension of assurance and empathy, while the lowest level of conformity is located on the dimensions of tangibles. Unsatisfactory quality dimension is the dimension of tangibles, reliability dimension, and the dimension of responsiveness. While the dimensions of assurance and empathy considered it satisfactory service users IVA in Mobile Health. The main priority of the development of quality of service IVA Mobile Health is the availability of cooling the room air conditioner or fan, the comfort of the examination room, the timeliness of arrival Mobil Sehat, clarity of delivering information about the examination procedure, granting time repeated requests, the responsiveness of officers in dealing with discomfort and have the opportunity to ask the officer.
It can be concluded that the satisfaction of the service component in the Car IVA not satisfactory and should be repaired in accordance with the highest priority in the development of quality of service IVA in Mobil Sehat.
Keywords: Satisfaction, Service IVA mobile, Healthy Car
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
ABSTRAK... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 4
1.3 Pertanyaan Penelitian... 5
1.4 Tujuan Penelitian... 5
1.4.1 Tujuan Umum... 5
1.4.2 Tujuan Khusus... 5
1.5 Manfaat Penelitian... 6
1.5.1 Manfaat Praktis... 6
1.5.2 Manfaat Teoritis... 6
1.6 Ruang Lingkup Penelitian... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
2.1 Tingkat Kepuasan... 8
2.1.1 Pengertian Kepuasan... 8
2.1.2 Mengukur Tingkat Kepuasan... 8
2.1.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan... 9
2.2 Kepentingan/Harapan Pasien... 13
2.3 Mobil Sehat Kabupaten Tabanan... 14
2.3.2 Tujuan Mobil Sehat... 15
2.3.3 Sasaran Mobil Sehat... 16
2.3.4 Pelaksanaan dan Penerapan... 16
2.3.5 Pemangku Kepentingan yang Terlibat dalam Pelaksanaa... 18
2.3.6 Sumber Daya Mobil Sehat... 19
2.3.7 Output Mobil Sehat... 20
2.4 Inspeksi Asam Asetat (IVA) di Mobil Sehat... 22
2.4.1 Pengertian IVA... 22
2.4.2 Keunggulan Test IVA di Mobil Sehat... 23
2.4.3 Sasaran IVA di Mobil Sehat... 23
2.4.4 Waktu Pelaksanaan Pemeriksaan IVA di Mobil Sehat... 23
2.5 Keaslian Penelitian... 24
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 26
4.5.2 Analisa Data... 37
BAB V HASIL PENELITIAN... 41
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 41
5.1.1 Karakteristik Geografis... 41
5.1.2 Keadaan Penduduk... 41
5.1.3 Sarana Pelayanan Kesehatan... 42
5.1.4 Upaya Kesehatan khususnya Penyakit Tidak Menular... 43
5.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden... 44
5.3 Penilaian Tingkat Kepentingan Komponen Layanan Pemeriksaan IVA di Mobil Sehat... 45
5.4 Penilaian Tingkat Kinerja Komponen Layanan Pemeriksaan IVA di Mobil Sehat... 48
5.5 Perhitungan Tingkat Kesesuain antara Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan... 51
5.6 Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Kinerja... 56
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 61
6.1 Gambaran Kepuasan Pengguna Layanan IVA di Mobil Sehat berdasarkan Lima Aspek Dimensi Mutu... 61
6.1.1 Gambaran Kepuasan dilihat dari Dimensi Tanggibles... 62
6.1.2 Gambaran Kepuasan dilihat dari Dimensi Reliability... 63
6.1.3 Gambaran Kepuasan dilihat dari Dimensi Responsivnnes... 64
6.1.4 Gambaran Kepuasan dilihat dari Dimensi Assurance... 66
6.1.5 Gambaran Kepuasan dilihat dari Dimensi Emphaty... 67
6.2 Strategi Peningkatan Kualitas Layanan IVA di Mobil Sehat berdasarkan Analisis dari Diagram Kartesius... 68
BAB VII PENUTUP... 73
7.2 Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1. Definisi Operasional... 28 Tabel 4.1. Lokasi Penelitian... 32 Tabel 5.1. Jenis dan Jumlah Fasilitas Kesehatan Milik Pemerintah dan Swasta yang ada di Kabupaten Tabanan Tahun 2016 ... 42 Tabel 5.2 gambaran Karakteristik Responden... 43 Tabel 5.3 Penilaian Tingkat Kepentingan Komponen Layanan Pemeriksaan
IVA di Mobil Sehat... 46 Tabel 5.4 Penilaian Tingkat Kinerja Komponen Layanan Pemeriksaan IVA
di Mobil Sehat... 49 Tabel 5.5 Perhitungan Tingkat Kesesuaian antara Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan ... 52 Tabel 5.6 Penilaian Kepuasan Setiap Komponen berdasarkan Tingkat
Kesesuaian... 55 Tabel 5.7 Penilaian Kepuasan Setiap Dimensi Berdasarkan Tingkat
Kesesuaian... 56
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 26 Gambar 4.1 Diagram Kartesius Tingkat Harapan Dan Kinerja... 39 Gambar 5.1 Diagram Kartesius Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal PenelitianLampiran 2. Informed Consent Penelitian Lampiran 3. Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Ethical Clereance Penelitian Lampiran 5. Izin Penelitian dari BPMP Provinsi
Lampiran 6. Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan
Lampiran 7. Tabel Tingkat Kesesuaian Penilaian Tingkat Kinerja dan Tingkat Kepentingan
Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker Serviks merupakan salah satu kanker ganas yang menyerang kaum
wanita setelah kanker payudara. Bagian yang diserang oleh kanker ini adalah bagian
dari leher rahim seorang wanita (Kemenkes, 2010). Setiap tahun terdeteksi lebih
dari 15.000 kasus kanker serviks di Indonesia, dimana 8.000 kasus diantaranya
berakhir dengan kematian. Insiden kanker serviks di Indonesia tahun 2011 sebesar
100 per 100.000 dengan penyebaran yang terakumulasi di Jawa dan Bali. Angka ini
diperkirakan akan terus meningkat 25% dalam kurun waktu 10 tahun mendatang
jika tidak dilakukan tindakan pencegahan (Rasjidi, 2012). Di Bali tahun 2011
insiden kanker serviks sebesar 150 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate berkisar antara 82 orang per 100.000 penduduk (Dinkes Provinsi Bali, 2013).
World Health Organisation (WHO) menyebutkan empat komponen penting yang menjadi pilar dalam penanganan kanker serviks, yaitu : pencegahan infeksi
Human Paviloma Virus (HPV), deteksi dini melalui peningkatan kewaspadaan dan program skrining yang terorganisir, diagnosis dan tatalaksana, serta perawatan yang
tepat untuk kasus lanjut. Deteksi dini kanker serviks merupakan terobosan inovatif
dalam pembangunan kesehatan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan
akibat kanker serviks. Beberapa metode deteksi dini dapat dilakukan diantaranya
dengan metode pemeriksaan visual yakni inspeksi visual dengan asam asetat,
merupakan metode yang dapat dijadikan pilihan dalam pembuatan kebijakan
kesehatan nasional Indonesia karena karakteristik metode Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat (IVA) sesuai dengan kondisi Indonesia yang memiliki keterbatasaan
2
Untuk menindaklanjuti program pencegahan terhadap kanker serviks Dinas
Kesehatan Kabupaten Tabanan sudah menyediakan pelayanan IVA di 20 unit
Puskesmas dan 78 unit Poskesdes yang tersebar di Kabupaten Tabanan. Dari
banyaknya jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang melayani IVA tidak diimbangi
dengan kunjungan Wanita Usia Subur (WUS) untuk melaksanakan IVA mandiri ke
fasilitas pelayanan terdekat. Ini ditunjukan dengan data tahun 2012 yaitu cakupan
IVA mandiri hanya 46% dari target capaian yang diinginkan yaitu sebesar 80%
(Dinkes Tabanan, 2013)
Rendahnya cakupan tersebut terdapat di tiga kecamatan diantaranya yaitu
Kecamatan Pupuan, Baturiti, dan Selemadeg Barat. Kecamatan tersebut merupakan
wilayah dengan tofografi perbukitan dan pegunungan. Meskipun sebagian dari
kecamatan tersebut mempunyai jalur transportasi sampai ke pelosok desa dan
banjar, namun tidak semua terdapat fasilitas kesehatan yang memadai. Pelayanan
kesehatan di wilayah kerja puskesmas yang ada di tiga kecamatan tersebut
dilaksanakan oleh puskesmas keliling yang pelayanannya terbatas pada pelayanan
umum (kuratif). Dengan demikian ketiga kecamatan tersebut perlu dibantu dengan
unit pelayanan mobile yang memadai.
Dengan mempertimbangkan hal tesebut maka pada Tahun 2014 dibuat sebuah
terobosan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan atas gagasan dari Ibu Bupati
Tabanan dibentuklah Mobil Sehat yang dimaksudkan menjadi sarana pendekatan
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat pelosok pedesaan yang jauh
dari jangkauan akses pelayanan kesehatan. Pelayanan Mobil Sehat menganut prinsip
“jemput bola” yang artinya tenaga kesehatan melalui tim Mobil Sehat akan mencari
sasaran pada kantong-kantong masyarakat di pelosok pedesaan.
Data dari Dinas Kesehatan didapatkan bahwa jumlah WUS di Kabupaten
3
11.852 orang. Jumlah tersebut merupakan gabungan dari WUS yang melakukan
pemeriksaan IVA di Mobil Sehat dan WUS yang melaksanakan pemeriksaan IVA
secara mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Jumlah WUS yang melaksanakan
IVA di Mobil Sehat pada tahun 2015 sebanyak 7.252 orang sedangkan WUS yang
melaksanakan pemeriksaan IVA di pelayanan kesehatan sebanyak 4.600 orang. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih banyak WUS yang memanfaatkan
pelayanan IVA di Mobil Sehat (Dinkes Tabanan, 2015).
Pencapaian target tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan kunjungan
WUS yang melalakukan kunjungan IVA di Mobil Sehat. Ini terlihat dari jumlah
peserta yang mengalami penurunan yaitu 8.620 orang pada Tahun 2014 dan 7.252
orang pada Tahun 2015 (Dinkes Tabanan, 2015).
Pemeriksaan IVA berdasrakan aturan dari Menteri Kesehatan
merekomendasikan tentang waktu kunjungan ulang untuk pemeriksaan IVA adalah
satu tahun dari pemeriksaan IVA pertama. Berdasarkan rekomendasi tersebut Mobil
Sehat juga melakukan kunjungan ulang ke daerah yang sama setiap tahunnya
dengan harapan WUS yang tahun lalu mengakses layanan bisa melakukan
kunjungan ulang untuk IVA selanjutnya. Namun berdasarkan data yang didapat dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan menyebutkan bahwa kunjungan IVA di Tahun
2014 sebanyak 8.260 orang dan di tahun 2015 menjadi 11.852 orang. Data tersebut
mngindikasikan adanya WUS yang tidak melakukan kunjungan ulang.
Pemanfaatan ulang layanan IVA di Mobil Sehat merupakan suatu tolak ukur
untuk mengetahui kualitas layanan yang diberikan. Kualitas layanan dipengaruhi
oleh kepuasan pengguna layanan. Jika pengguna layanan puas akan layanan yang
diberikan maka pengguna bisa mempromosikan ke orang lain yang belum
4
WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Mobil Sehat maka perlu dilakukan
survey kepuasan pengguna layanan IVA di Mobil Sehat.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan mewawancari salah satu
bidan yang bekerja di Puskesmas Tabanan II yang sudah pernah mewawancarai
WUS yang melakukan IVA di Mobil Sehat didapatkan faktor penyebab turunnya
tingkat partisipasi WUS yaitu persepsi WUS tentang tenaga kesehatan yang kurang
berkomunikasi kepada pasien, kurang bersihnya alat-alat yang digunakan, serta
tidak ada informasi yang diberikan tenaga kesehatan tentang kunjungan ulang yang
harus dilakukan kembali untuk mendaapatkan IVA berikutnya.
Sejak dioperasionalkannya Mobil Sehat, belum pernah dilakukan survey
tingkat kepuasan terhadap pengguna layanan IVA di Mobil tersebut. Berdasakan
uraian diatas maka peneliti menganggap perlu diadakannya survey terhadap tingkat
kepuasan pengguna layanan IVA di Mobil Sehat pada Tahun 2016 agar bisa
meningkatkan mutu kualitas pelayanan sehingga partisipasi WUS lebih meningkat
demi tercapainya Tabanan bebas Kanker Serviks 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
terjadi penurunan tingkat partisipasi WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di
Mobil Sehat. Data kunjungan IVA di Mobil Sehat Tahun 2014 sebanyak 8.260 orang
dan Tahun 2015 sebanyak 7.525 orang. Hasil studi pendahuluan didapat bahwa
persepsi WUS tentang tenaga kesehatan yang kurang berkomunikasi kepada pasien,
kurang bersihnya alat-alat yang digunakan, serta tidak ada informasi yang diberikan
tenaga kesehatan tentang kunjungan ulang yang harus dilakukan kembali untuk
mendaapatkan IVA berikutnya.
Mobil Sehat yang sudah beroperasi belum pernah melakukan survey tingkat
5
dilakukan analisis tingkat kepuasan pengguna layanan IVA di Mobil Sehat
Kabupaten Tabanan Tahun 2016.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Bedasarkan permasalahan yang dijelaskan dalam rumusan masalah tersebut,
maka dapat diuraikan pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Bagaimanakah
tingkat kepuasan pengguna layanan IVA di Mobil Sehat Kabupaten Tabanan Tahun
2016?”.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna layanan IVA di Mobil
Sehat Kabupaten Tabanan Tahun 2016. 1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui penilaian pengguna layanan IVA di Mobil Sehat terhadap tingkat kepentingan yang mencakup lima aspek dimensi mutu
yaitu: tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty dari pelayanan IVA di Mobil Sehat.
2. Untuk mengetahui penilaian pengguna layanan IVA di Mobil Sehat terhadap tingkat kinerja yang mencakup lima aspek dimensi mutu yaitu:
tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty dari pelayanan IVA di Mobil Sehat.
3. Untuk mengetahui kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja dari lima aspek dimensi mutu yaitu: tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan emphaty.
4. Untuk mengetahui aspek mutu yang mendapat prioritas utama sehingga perlu mendapatkan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan mutu
pelayanan IVA di Mobil Sehat.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Pengembangan ilmu pengetahuan di bidang administrasi dan kebijakan
kesehatan khususnya manajemen mutu pelayanan kesehatan dan sebagai dasar studi
6
1. Bagi tim mobil sehat
Sebagai bahan evaluasi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kepada pengguna layanan IVA di Mobil Sehat.
2. Pemegang Program
Memberikan informasi kepada pihak pengambil keputusan dalam upaya
peningkatan kinerja program IVA di Mobil Sehat dan sebagai dasar
informasi untuk melakukan evaluasi lebih lanjut terkait dengan
pelaksanaan IVA di Mobil Sehat.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup penelitian ini adalah bidang keilmuan Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan (AKK) yaitu mengenai mutu layanan kesehatan. Penelitian ini
berbentuk gambaran tingkat kepuasan pengguna layanan IVA di Mobil Sehat
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tingkat Kepuasan 2.1.1 Pengertian Kepuasan
Menurut Kotler (1997) dalam Rangkuti (2003) kepuasan pelanggan perasaan
senang atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara persepsi atau
produk yang dirasakan dan diharapkan. Kepuasan pelanggan merupakan usaha yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan agar produk atau jasa yang dipasarkan dapat
memuaskan berbagi kebutuhan pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan ukuran
seberapa baik perusahaan tersebut dalam melaksanakan suatu bisnis. Kepuasan
sendiri merupakan fungsi kinerja dan harapan. Jika kinerja memenuhi harapan,
pelanggan akan puas. Sebaliknya jika kinerja tidak memenuhi harapan, maka
pelanggan akan merasa tidak puas (Prihantoro, 2012) 2.1.2 Mengukur Tingkat Kepuasan
Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan atau penerima
pelayanan maka perlu dilakukan pengukuran. Menurut Supranto (2001), pengukuran
tingkat kepuasan dimulai dari penentuan pelanggan, kemudian dimonitor dari tingkat
kualitas yang diinginkan dan akhirnya merumuskan strategi. Lebih lanjut juga
dikemukakan bahwa harapan pelanggan dapat terbentuk dari pengalaman masa lalu,
komentar dari kerabat serta janji dan informasi dari penyedia jasa dan
pesaing.Kepuasan pelanggan dapat digambarkan dengan suatu sikap pelanggan,
berupa derajat kesukaan (kepuasan) dan ketidaksukaan (ketidakpuasan) pelanggan
terhadap pelayanan yang pernah dirasakan sebelumnya.
9
Menurut Kotler (1994) dalam Tjiptono (2003), ada beberapa macam metode
dalam pengukuran kepuasan pelanggan : 1. Sistem keluhan dan saran
Organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) memberikan
kesempatan yang luas kepada para pelangganya untuk menyampaikan keluhan dan
saran.Misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan
telefon langsung dengan pelanggan. 2. Ghost shopping
Mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli
potensial, kemudian melaporkan temuanya mengenai kekuatan dan kelemahan
produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka. 3. Lost customer analysis
Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti
membeli agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi. 4. Survei kepuasan pelanggan
Penelitian survey dapat melalui pos, telepon dan wawancara langsung.
Responden juga dapat diminta untuk mengurutkan berbagai elemen penawaran
berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik perusahaan dalam
masing-masing elemen. Melalui survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan
umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif
bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan
berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan (Supranto, 2001), yaitu :
1. Tangibles (Wujud nyata) adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang
mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM
perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan.
2. Reliability (kepercayaan) adalah pelayanan yang disajikan dengan segera dan
10
diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan
dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami
pasien, keandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai
dengan janji yang diberikan keakuratan penanganan.
3. Responsiveness (tanggung jawab) adalah keinginan untuk membantu dan
menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan
informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan
administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu konsumen, keluangan waktu
pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat.
4. Assurance (jaminan) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan
memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman
selama berurusan dengan karyawan, kesabaran karyawan, dukungan pimpinan
terhadap staf.
5. Empathy (empati) adalah berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada
konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi
kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap
kepentingan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan
konsumen.
Menurut Kotler (2006) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi
kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor,
yaitu:
1. Komunikasi
Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan
dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh
11
ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan pasien adalah: kualitas jasa, harga,
emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan, lokasi, fasilitas,
komunikasi, suasana, dan desain visual. Komunikasi dalam hal ini juga termasuk
perilaku, tutur kata, keacuhan, keramahan petugas, serta kemudahan mendapatkan
informasi dan komunikasi menduduki peringkat yang tinggi dalam persepsi kepuasan
pasien.Tidak jarang walaupun pasien/keluarganya merasa outcome tak sesuai dengan
harapannya merasa cukup puas karena dilayani dengan sikap yang menghargai
perasaan dan martabatnya (Syafwati dkk, 2006).
2. Pelayanan
Pelayanan keramahan petugas pelayanan kesehatan, kecepatan dalam
pelayanan. Pusat pelayanan kesehatan dianggap baik apabila dalam memberikan
pelayanan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang
berkunjung. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan. Dapat dijabarkan dengan pertanyaan yang menyangkut
keramahan, informasi yang diberikan, sejauh mana tingkat komunikasi, responsi,
support, seberapa tanggap dokter di ruangan IGD, rawat jalan, rawat inap,
farmasi,kemudahan dokter dihubungi, keteraturan pemberian meal, obat, pengukuran
suhu dsb (Grifin, 2005). Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan
dalam memberikan pelayanan.
3. Lokasi
Meliputi letak pusat kesehatan, letak ruangan dan lingkungannya. Merupakan
salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih pusat
kesehatan.Akses menuju lokasi yang mudah dijangkau mempengaruhi kepuasan
klien dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan di rumah sakit maupun pusat jasa
12
dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan
lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan
pusat pelayanan kesehatan tersebut.
4. Fasilitas
Kelengkapan fasilitas pusat kesehatan turut menentukan penilaian kepuasan
pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir, ruang
tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital
menentukan penilaian kepuasan klien, namun pusat kesehatan perlu memberikan
perhatian pada fasilitas dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen.
5. Biaya (Cost)
Harga, yang termasuk didalamnya adalah harga produk atau jasa.Harga
merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna
mencapai kepuasan pasien.Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari
segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka pasien
mempunyai harapan yang lebih besar. (Irawan, 2005) menemukan, ekspektasi
masyarakat terhadap harga yang murah ditemukan cukup tinggi. Ini dikarenakan
masyarakat miskin di Indonesia memang cukup tinggi. Pasien yang tidak perlu
mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan
jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut. Menurut, (Adriani,
2004), biaya dapat dijabarkan dalam pertanyaan kewajaran biaya, kejelasan
komponen biaya, biaya pelayanan, perbandingan dengan rumah sakit yang sejenis
lainnya, tingkat masyarakat yang berobat, ada tidaknya keringanan bagi masyarakat
miskin,dan sebagainya. Selain itu, efisiensi dan efektivitas biaya, yaitu pelayanan
yang murah, tepat guna, tidak ada diagnosa dan terapi yang berlebihan juga menjadi
13
2.2 Kepentingan/Harapan Pasien
Kepentingan pelanggan diyakini mempunyai peranan yang besar dalam
evaluasi kualitas produk (Barang dan Jasa) dan kepuasan pelanggan. Kepentingan
pelanggan pada dasarnya ada hubungan yang erat antara penentuan kualitas dan
kepuasaan pelanggan (Tjiptono, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan pelanggan menurut
Gaspersz dalam (Wira, 2004) adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan
pelanggan ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi dengan
produsen/pemasok produk (perusahaan). Jika pada saat itu kebutuhan dan
keinginannya besar, harapan atau ekspektasi pelanggan akan tinggi, demikian
pula sebaliknya.
2. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun
pesaing-pesaingnya.
3. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan kualitas
produk yang akan dibeli oleh pelanggan itu. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi
pelanggan terutama pada produk-produk yang dirasakan berisiko tinggi.
4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga mempengaruhi persepsi
pelanggan. Orang-orang di bagian penjualan dan periklanan seyogianya tidak
membuat kampanye yang berlebihan melewati tingkat ekspetasi pelanggan.
2.3 Mobil Sehat Kabupaten Tabanan
2.3.1. Sejarah Mobil Sehat
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Bali yang terdiri dari 10 kecamatan, 113 desa, 729 banjar adat, dan
14
kesehatan yang terdiri dari puskesmas pembantu 78 buah, puskesmas rawat inap 5
buah, puskesmas non rawat inap 15 buah, dan puskesmas keliling sebanyak 20 buah.
Dari 10 kecamatan yang ada terdapat tiga kecamatan yang merupakan wilayah
dengan topografi perbukitan dan pegunungan yaitu kecamatan Pupuan, Baturiti, dan
Selemadeg Barat.
Dengan wilayah yang tofografi perbukitan dan pegunungan tersebut, ketiga
wilayah kecamatan tersebut perlu dibantu dengan unit mobiler yang memadai.
Meskipun sebagian besar wilayah Kabupaten Tabanan memiliki jalur transportasi
sampai ke pelosok desa dan banjar, namun tidak semua fasilitas pelayanan kesehatan
memadai. Pelayanan kesehatan ke desa dan banjar di wilayah kerja puskesmas yang
ada di kecamatan ini dilaksanakan oleh puskesmas keliling yang terbatas
pelayanannya pada kesehatan umum dan kuratif.
Dengan ditemukannya kasus kanker serviks di Kabupaten Tabanan sebanyak
60 kasus pada Tahun 2012, mendorong suatu terobosan penanggulangan yaitu
dengan pelayanan IVA. Begitu pula jumlah kematian perempuan tertinggi akibat
kanker serviks, sehingga perlu deteksi dini terhadap kanker serviks guna
mewujudkan Tabanan bebas kanker serviks pada Tahun 2016. Dimana pencapaian
cakupan pelayanan IVA pada Tahun 2012 baru 46% dari target capaian yang
diinginkan yaitu sebesar 80%.
Masih rendahnya angka Catarac Surgery Rate (CSR) tahun 2012 baru
mencapai 56% akibat dari rendahnya penemuan kasus, sehingga diperlukan usaha
dalam mendukung Bali vision tahun 2020 yang artinya masyarakat Bali dan
khususnya Kabupaten Tabanan mampu melihat secara optimal pada tahun 2020.
Serta Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga baru
15
dengan capaian 70,35%. Sehingga diperlukan promosi kesehatan yang lebih optimal.
Dan begitu pula masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yaitu
baru 23 %, di Kabupaten Tabanan.
Sebuah terobosan untuk menanggulangi situasi tersebut adalah dengan
pelayanan melalui Mobil Sehat sejak tahun 2014, dimaksudkan terjadi pendekatan
pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat di pelosok pedesaan yang
jauh dari akses pelayanan kesehatan.
2.3.2. Tujuan Mobil Sehat
Pelayanan Mobil Sehat menganut prinsip “jemput bola” yang artinya tenaga
kesehatan melalui tim Mobil Sehat akan mencari sasaran (mendekatkan pelayanan)
pada kantong-kantong masyarakat di pelosok pedesaan yang jauh dari akses
pelayanan kesehatan. Sehingga diharapkan pelayanan kesehatan menjadi merata dan
berkeadilan di Kabupaten Tabanan. Gagasan untuk membantu puskesmas keliling
dalam memberikan pelayanan ini dicetuskan oleh Ibu Bupati Tabanan dengan
mengingat wilayah Kabupaten Tabanan cukup luas diantara kabupaten/kota yang ada
di Provinsi Bali.
Adapun tujuan secara umum dilaksanakannya pelayanan Mobil Sehat ini
adalah meningkatnya pengetahuan kesehatan masyarakat, sehingga diharapkan
masyarakat menjadi tahu, mau dan mampu menolong, minimal untuk dirinya sendiri
terhadap masalah kesehatan yang sedang dihadapinya, serta untuk pemerataan
pelayanan kesehatan di Kabupaten Tabanan. Secara khusus pelayanan kesehatan
dengan Mobil Sehat diharapkan mampu meningkatkan pencapaian pemeriksaan dini
kanker serviks (dengan metode IVA) sehingga kasus kejadian IVA positif dan kanker
16
pada tahun 2012, serta meningkatknya cakupan masyarakat yang melaksanakan
PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat).
2.3.3. Sasaran Program Mobil Sehat
Sasaran pelaksanaan pelayanan Mobil Sehat ini adalah untuk pelayanan IVA
sasarannya adalah wanita usia subur. Untuk screning katarak sasarannya adalah
masyarakat yang sudah berusia lanjut dan yang mengalami kelainan penglihatan.
Promosi Kesehatan program PHBS, sasarannya adalah seluruh masyarakat Tabanan
baik anak-anak, remaja, dewasa maupun masyarakat usia lanjut. Serta pelayanan
kesehatan dasar, gigi dan mulut untuk masyarakat umum.
2.3.4. Pelaksanaan dan Penerapan
Strategi keberhasilan pelaksanaan Mobil Sehat adalah dimulai dengan
membentuk Tim Mobil Sehat, yang pada nantinya tim ini akan melaksanakan
pengelolaan pelaksanaan pelayanan. Tim ini akan bergerak ke daerah yang jauh dari
jangkauan sarana kesehatan dibantu oleh tim medis dari puskesmas yang
mewilayahi. Jadwal tempat dan waktu disusun oleh tim Mobil Sehat selama satu
tahun dengan melaksanakan kegiatan sebanyak 100 kali secara reguler. Jadwal ini
dikoordinasikan ke kecamatan, puskesmas dan desa yang menjadi sasaran
pelakasnaan pelayanan. Disamping kegiatan terjadwal, pelayanan Mobil Sehat juga
dilaksanakan dalam rangka menyambut hari-hari besar nasional seperti Hari
Kesehatan Nasional, Hari Kartini dan Hari Ulang Tahun Kota Tabanan, dan hari-hari
besar lainnya. Setiap kegiatan akan dilakukan pemeriksaan kesehatan umum,
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, pelayanan IVA, screning katarak dan pemberian
kaca mata baca, serta pemeriksaan gigi dan mulut dan penyuluhan kesehatan.
Inisiatif pelayanan kesehatan dengan Mobil Sehat menurut strategi dan rencana
17
1. Perencanaan
a. Identifikasi situasi dan kondisi wilayah
Salah satu langkah awal dalam melaksanakan rencana pelayanan Mobil Sehat
adalah mengetahui daerah-daerah yang cukup jauh dari akses pelayanan kesehatan.
Kepala Puskesmas se-Kabupaten Tabanan sebagai pemegang wilayah memberikan
infromasi terhadap situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di wilayahnya yang
memiliki akses yang kurang ke pelayanan kesehatan. b. Penyusunan langkah intervensi
Untuk memudahkan dalam koordinasi dengan masyarakat serta
puskesmas-puskesmas, maka disusun jadwal pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan
“desa-kala-patra” yaitu disesuaikan dengan situasi kegiatan adat dan atau keagamaan. Hal
ini dimaksudkan agar tidak berbenturan dengan kegiatan masyarakat, sehingga
pelayanan diharapkan dapat berjalan secara optimal. 2. Pelaksanaan
a. Koordinasi Lintas Sektor
Setelah jadwal disusun, kemudian disebarkan ke masing-masing puskesmas
untuk disampaikan ke desa/banjar di wilayah kerjanya. Kemudian dikoordinasikan
ke camat, kepala desa untuk penggerakan masyarakat. Koordinasi lintas sektor terus
dilakukan sampai hari pelaksanaan, agar masyarakat dapat memeriksakan dirinya di
pelayanan Mobil Sehat. b. Kordinasi Lintas Program
Sebagai tim Mobil Sehat, melakukan komunikasi dan koordinasi ke pemegang
program yang ada, untuk melihat apa permasalahan yang terdapat di wilayah
pelayanan yang akan dituju. Sehingga program-program yang akan berjalan dan
sedang berjalan dapat disampaikan ke masyarakat. 3. Penilaian persiapan
Untuk memperlancar pelaksanaan pelayanan di lapangan, sebelum diterjunkan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kelayakan mobil, sumber daya manusia
18
didalamnya langsung sebagai perencana, pelaksana dan penilaian 2. Camat
3. Pemegang wilayah kesecamatan mengkoordinasikan kepada jajaran di bawahnya
untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan mobil sehatan baik dari segi
keamanan dan kenyamanan.
4. Kepala Puskesmas
Sebagai pemegang wilayah kesehatan di daerahnya membantu dengan tim
puskesmas keliling serta mengkoordinasikannya kepada petugas kesehatan yang ada
di lokasi seperti bidan pemegang wialayah desanya. 5. Kepala Desa
Menggerakan masyarakat di wilayah, dengan menginformasikan kegiatan
pelayanan Mobil Sehat kepada masyarakat
Membantu kelancaran pelaksanaan pelayanan kesehatan mobil sehat. 9. Tokoh Masyarakat
Memberikan rasa nyaman dan aman sehingga masyarakat dapat mengikuti
pelayanan mobil sehat dengan baik. 2.3.6. Sumber Daya Mobil Sehat
Pelaksanaan pelayanan Mobil Sehat agar dapat berjalan secara optimal, maka
diperlukan sumber daya sebagai berikut : 1. Sumber Daya Manusia
Tim Mobil Sehat Kabupaten yang terdiri dari : dokter umum, Bidan, Perawat,
19
2. Sumber Daya Sarana
Terdiri dari dua Unit Mobil Sehat, dua Set alat kesehatan IVA, satu set
Alat kesehatan Gigi, dua set Genzet, Bahan habis pakai IVA dan sarana kebersihan. 3. Sumber Daya Dana :
Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk Pelayanan Mobil Sehat ini sebesar
Rp. 513.196.000,- tahun 2014 dan sebesar Rp. 312.080.000,- tahun 2015. 2.3.7. Output Mobil Sehat
1. Pencegahan Kanker Serviks
Jumlah sasaran yang melakukan deteksi dini kanker serviks dari tahun ke tahun
yaitu tahun 2008-2009 tercatat 6.251 orang, 1.615 orang di tahun 2010, 5.909 orang
di tahun 2011, 6.450 orang di tahun 2012, 6.524 orang di tahun 2013, 8.620 orang di
tahun 2014, dan tahun 2015 sebanyak 7.252 orang. Sehingga total sampai saat ini
yang diperiksa melalui metode IVA sebanyak 42.621 dari target sasaran sebanyak
43.347 orang (82,8 %) dari target sasaran 80 %.
Penurunan jumlah IVA yang positif (IVA +) yang langsung diberikan krioterapi
yang mulai nyata terlihat setelah tahun 2011 dengan sebaran dari tahun ke tahun
adalah sebagai berikut; tahun 2008-2009 sebesar 9,6 % ; tahun 2010 sebesar 15,4 % ;
tahun 2011 sebesar 17,9%; tahun 2012 sebesar 12,7%; tahun 2013 sebesar 11,5%;
tahun 2014 sebesar 9, 6% dan sampai dengan 2015 sebesar 8,5 %.
Penurunan secara signifikan kasus kanker serviks (dari data kunjungan pasien
di BRSUD Tabanan) secara nyata dari tahun 2013 dengan sebaran sebagai berikut :
44 orang di tahun 2010, 53 orang di tahun 2011, 60 orang di tahun 2012, 74 orang di
tahun 2013, 43 orang di tahun 2014 dan sampai bulan Oktober 2015 terdapat 7 orang
kasus.
Peningkatan peran serta dan kemandirian masyarakat dengan datang sendiri
untuk pemeriksaan IVA dan bahkan ada yang sudah mampu membayar sendiri. 2. Pola Hidup Bersih dan Sehat
Terjadi peningkatan capaian PHBS di tatanan rumah tangga pada tahun 2014
yaitu 72,44 % dari 70, 35 % tahun 2013. Pelayananan Kesehatan Dasar Inisiatif ini
20
tahun 2012 menjadi 78% pada tahun 2015. Pelayanan Gilut juga meningkat dari 23%
pada tahun 2012 menjadi 62% pada tahun 2015
Inisiatif Pelayanan Kesehatan dengan Mobil Sehat telah memberikan
perubahan cara pandang masyarakat terhadap beberapa hal sebagai berikut :
Sebelum pelayanan kesehatan dengan Mobil Sehat ini dilaksanakan,
masyarakat belum peduli terhadap kesehatan reproduksi terutama terhadap kesehatan
organ intim wanita. Sehingga kasus kanker serviks ditemukan cukup
mengkhawatirkan. Pertama pelayanan IVA ini dilaksanakan melalui pelayanan
kesehatan dengan Mobil Sehat, masyarakat masih malu dan kunjungan atas
memeriksakan kesehatan atas kesadaran sendiri masih kurang. Setelah pelayanan
dengan Mobil Sehat ini dilaksanakan, dengan gencarnya promosi kesehatan
dilakukan, baik terhadap Kesehatan Reproduksi dan PHBS serta menyasar desa /
banjar yang ada, kesadaran akan penting menjaga kesehatan organ intim mulai
menunjukkan peningkatan secara signifikan,
Terhadap pencegahan kebutaan dengan screening katarak, sebelumnya
masyarakat menganggap bahwa katarak belum merupakan gangguan kesehatan.
Melalui rangsangan dengan pemberian kaca mata baca secara gratis dalam pelayanan
Mobil Sehat, masyarakat mulai mau memeriksakan kesehatan matanya. Sehingga
penjaringan terhadap gangguan katarak dapat menemukan hasil, dan kemudian
dilakukan operasi dengan jadwal ditentukan sesuai kondisi. Program PHBS yang
sebelum mengalami penurunan pencapaian, dan kemudian semakin gencar
dilaksanakan promosi kesehatan melalui pelayanan Mobil Sehat, maka terdapat juga
peningkatan pencapaian.
2.4 Inspeksi Asam Asetat (IVA) di Mobil Sehat
2.4.1. Pengertian IVA
IVA adalah salah satu deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan asam
21
telanjang). Pemeriksaan ini tidak menimbulkan rasa sakit, mudah , murah dan
informasi hasilnya langsung ( Aziz, 2010). Serviks (epitel) abnormal jika diolesi
dengan asam asetat 3-5% akan berwarna putih (epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit
setelah diolesi asam asetat efek akan menghilang sehingga pada hasil ditemukan
pada serviks normal tidak ada lesi putih (Edianto, 2006).
Metode IVA tergolong sederhana, nyaman dan praktis. Dengan mengoleskan
asam cuka (asam asetat) pada leher rahim dan melihat reaksi perubahan yang terjadi,
prakanker dapat dideteksi. Biaya yang dikeluarkan pun juga relatif murah. Selain
prosedurnya tidak rumit, pendeteksian dini ini tidak memerlukan persiapan khusus
danjuga tidak menimbulkan rasa sakit bagi pasien. Letak kepraktisa penggunaan
metode ini yakni dapat dilakukan di mana saja, dan tidak memerlukan sarana khusus
(Diananda, 2006).
Tingkat Keberhasilan metode IVA dalam mendeteksi dini kanker servik yaitu
60-92%. Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari pada Pap Smear. Dalam waktu 60
detik kalau ada kelainan di serviks akan timbul plak putih yang bisa dicurigai sebagai
lesi kanker (Female Cancer Programe, 2008).
Pemeriksaan IVA di Mobil Sehat memiliki prosedur yang sama seperti di
fasilitas pelayanan kesehatan, namun tempatnya di dalam Mobil. Penataan ruangan
dikondisikan sama dengan di fasilitas kesehata. Di dalam Mobil Sehat terdapat 2
buah bedgyn beserta perlengkapan, dan bahan habis pakai untuk pelayanan IVA. 2.4.2. Keunggulan Test IVA di Mobil Sehat
1. Hasil segera diketahui saat itu juga
2. Efektif karena tidak membutuhkan banyak waktu dalam pemeriksaan, aman
karena pemeriksaan IVA tidak memiliki efek samping bagi ibu yang
memeriksa, dan praktis
3. Teknik pemeriksaan sederhana, karena hanya memerlukan alat-alat kesehatan
yang sederhana, dan dapat dilakukan dimana saja 4. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah 5. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
22
7. Tidak dipungut biaya
8. Jika hasilnya IVA positif maka akan langsung dilakukan kryoterapi. 2.4.3. Sasaran IVA di Mobil Sehat
Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia antara 15 sampai 49
tahun. wanita yang sudah pernah melakukan senggama atau sudah menikah juga
menjadi sasaran pemeriksaan IVA. Jumlah total sasaran IVA di Kabupaten Tabanan
adalah 43.347 orang.
2.4.4. Waktu pelaksanaan pemeriksaan IVA di Mobil Sehat
Untuk masyarakat luas, diprogramkan pemeriksaannya satu kali dalam satu
tahun, kecuali ada kecurigaan lain. Pemeriksaan IVA dapat dilakukan setiap saat,
tidak dalam kedaan haid, dua hari sebelum pemeriksaan IVA sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan yang dimasukan ke dalam vagina serta diketahui oleh
suami (Maryanti,2009).
Mobil Sehat sudah memiliki rencana jadwal kegiatan Mobil Sehat. Jadwal
tersebut merupakan pengulangan dari jadwal pada tahun sebelumnya. Ini
dimaksudkan agar terjadi pengulangan pemeriksaan sehingga WUS yang ada di
Kabupaten Tabanan bisa mendapatkan layanan IVA satu kali dalam satu tahun. 2.5. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pencarian yang dilalakukan maka didapatlah beberapa penelitian
yang memiliki karakteristik yang sama dengan penelitian ini.
1. Gafiiikin L, et all (2003) meneliti dengan judul Safety, Acceptability, And
Feasibility Of A Single-Visit Approach To Cervical-Cancer Prevention In Rural
Thailand: A Demonstration Project. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan
cakupan screening dan pengobatan, pendekatan inovatif untuk pencegahan
serviks-kanker sedang diselidiki di pedesaan Thailand. Perawat terlatih
menyediakan layanan di tim mobile (kesehatan desa berbasis pusat) dan statis
(berbasis rumah sakit) di empat kabupaten dari Roi-et Province, Thailand.
Selama tujuh bulan. Hasilnya dari 306 wanita disaring, 99% menyatakan bahwa
23
perempuan. Semua wanita yang disaring negatif menyatakan niat mereka untuk
mengulang ujian setiap tiga tahun.
2. Selmouni F, et all (2015) meneliti dengan judul Perception And Satisfaction Of
Cervical Cancer Screening By Visual Inspection With Acetid Acid (VIA) At
Menks-Tafialet Region, Morocco :A Population-Based Cross Sectional Study.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi dan kepuasan dari
skrining kanker serviks dengan Inspeksi Visual dengan Asam asetat (VIA) di
Meknes-Tafilalet Region. Sebuah studi cross-sectional dilakukan menggunakan
wawancara tatap muka dengan perempuan, secara rutin menghadiri pusat
kesehatan, yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis deskriptif dilakukan untuk
melaporkan data. Kesimpulan Studi ini menunjukkan bahwa para peserta
memiliki persepsi yang kuat tentang skrining kanker serviks dan bersedia untuk