• Tidak ada hasil yang ditemukan

Zainal Muttaqin, S.IP UNIVERSITAS SERANG RAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Zainal Muttaqin, S.IP UNIVERSITAS SERANG RAYA"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

“Sebaiknya jaga dirimu selalu bersih dan

cemerlang; kamu adalah jendela melalui mana

kamu melihat dunia”. George Bernard Shaw

Sumber: “7 Habits of Highly Effective Teens (Sean Covey)”

2011

UNIVERSITAS SERANG RAYA

Zainal Muttaqin, S.IP

[

SOSIOLOGI DAN POLITIK

]

Bahan Belajar Mahasiswa untuk Mata Kuliah Sosiologi dan

Politik Semester Genap Tahun Akademik 2010/2011

(2)

MENU BACA

Prologue

Bagian I Sosiologi

Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi Proses sosial

Kelompok-kelompok Sosial Kebudayaan dan Masyarakat Pelapisan sosial (Stratifikasi sosial)

Bagian II Politik

Makna Politik dan Ilmu Politik Sistem Politik dan Pemerintahan Sistem Politik Pemerintahan di Indonesia Paham-Paham Besar di Dunia

Demokrasi

(3)

PROLOGUE

Sebagai seorang alumni dari sekolah sosial dan politik, saya merasakan benar bahwa kebutuhan akan warga negara yang mampu mengamati secara analitik serta berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik sungguh sangat besar, teristimewa sekali di Indonesia. Namun, nampaknya budaya berdiskusi dan bercengkerama seputar isu-isu politik baru sampai tahap ‘teman selingan ngopi’ yang acapkali lebih sering disela dengan obrolan ‘dangdut’. Sebagian mengemukaan alasan budaya, bahwa ‘Dangdut is the music of my country’ sehingga sungguh berlebihan menuduh dangdut sebagai biang ‘kepandiran’ politik masyarakat kita.

Sebagian teman yang lain menyampaikan pandangan yang berbeda. Kultur tersebut merupakan produk dari kebijakan struktural yang ‘sengaja’ membodohi atau membiarkan kebodohan langgeng di tengah masyarakat kita. Inilah, ujarnya, politik penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya dengan mencegah menguatnya kapasitas intelektual dan politik masyarakat.

Dari pendapat-pendapat itu, saya meng-iya-kan keduanya. Bahkan termasuk pandangan yang

mengatakan bahwa 1-2 kasus yang saya temui di jalan, tidak bisa men-generalisir masyarakat semuanya. Kasus-kasus tersebut masing-masing berdiri sendiri dan belum tentu ada kaitannya.

Nah, barangkali tulisan pembuka ini tidak cukup menarik untuk menerbitkan selera anda meminati bacaan sosial dan poltik, apalagi anda tidak berada dalam fakultas yang saya sebutkan tadi. Yang ingin saya sampaikan, sedikitnya, adalah kita menghadapi kompleksitas persoalan kehidupan sosial, poltik, bahkan berbangsa-bernegara yang jika diuraikan akan seperti mengurai benang kusut yang belum diketahui ujungnya. Tanpa petunjuk apapun, tentu nyaris mustahil memecahkan persoalan tersebut. Satu-dua bacaan ringkas yang amat tidak memadai, hasil dari kompilasi sebagai bahan belajar, mengisi waktu luang, menghadapi ujian, atau saking tidak ada kerjaan adalah tabungan untuk menambah ikhtiar dalam mengurai benang kusut bangsa kita.

Saya tidak berharap ada pujian dengan hadirnya kompilasi bahan belajar untuk mata kuliah Sosiologi dan Politik ini (jujur, saya agak sedikit tidak nyaman dengannya, mengingat dua subjek ini merupakan subjek penting yang sama luasnya dan sayang jika disatukan ‘hanya’ dalam satu mata kuliah di sebuah semester). Saya hanya meminta pada Allah—setelah saya mengucap syukur Alhamdulillah atas kekuatan yang Allah karuniakan sehingga memudahkan saya menamatkan kompilasi ini, serta uluran cintanya melalui ‘tangan-tangan mungil’ jajaran pimpinan di UNSERA, FISIP UNSERA, FE UNSERA, PSS FISP UNSERA, dan manusia-manusia rendah hati yang niscaya marah jika saya haturkan salut atas jasa-jasanya di sini—bahwasanya tersebarlah virus-virus yang membangkitkan kesadaran kita sebagai bagian dari umat, khalifah di muka bumi, dan penjaga amanah antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, semoga kesadaran akan perlahan lahir dan menjadi tunas kebangkitan ‘jamaah’ Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Memaknai kehidupan sosial secara lebih baik. Hidup dalam atmosfer budaya politik dan berpemerintahan yang partisipatif.

Terlalu jauh? Berlebihan? Semoga saja tidak.

Dan salah satu tandanya, saya percaya, ialah datangnya kritik dan masukan dari sidang pembaca sekalian untuk proses perbaikan kekurangan naskah sederhana ini ke depan. Anda akan

mengirimkannya bukan?

Tabik.

Carenang-Senayan, 2011 Zainalmuttaqin.blog.com

(4)

Bagian I Dari Mata Kuliah Sosiologi &Politik

SOSIOLOGI

Ilmu Pengetahuan dan Sosiologi Proses sosial Kelompok-kelompok Sosial Kebudayaan dan Masyarakat Pelapisan sosial (Stratifikasi sosial)

(5)

ILMU PENGETAHUAN DAN SOSIOLOGI

Ilmu Pengetahuan

Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm"yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain sebagainya. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.

1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.

2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.

3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.

4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Contoh klasifikasi Ilmu Pengetahuan yang sederhana yaitu:

1. Ilmu dasar (Basic Science) misalnya biologi yang bertujuan mendalami teori dan isi alam yang hidup.

(6)

2. Ilmu terapan (Applied Sciences) yang bertujuan untuk memanfaatkan ilmu guna memecahkan masalah praktis misalnya mekanisme dan teknologi pertanian.

Sosiologi

Dilihat dari sudut pandang etimologi, kata sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan atau teman, dan kata Yunani logos yang berarti pengetahuan. Dengan demikian sosiologi berarti pengetahuan tentang pertemanan atau perkawanan. Secara lebih luas maka sosiologi berarti pengetahuan tentang hidup bermasyarakat. Yang lebih penting adalah bahwa kata sosial mengandung pemahaman adanya sifat berjiwa pertemanan, terbuka untuk orang lain dan tidak bersifat individual atau egoistik atau tertutup terhadap orang lain (Hendropuspito (1989).

Para ahli kemudian mencoba memberikan definisi yang lain tentang sosiologi, walaupun ada intinya definisi yang mereka kemukakan tidak beda jauh dengan arti kata secara etimologis. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut terlihat bahwa pada umumnya mereka sepakat bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai interaksi manusia didalam kehidupan sosialnya. Sosiologi memisatkan kajiannya pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut. Adat istiadat, tradisi, nilai-nilai hidup, suatu kelompok, proses interaksi diantara kelompok dan perkembangan lembaga-lembaga sosial merupakan perhatian sosiologi.

Sosiologi membatasi diri pada sistem penilaian yang terjadi dewasa ini (berupa petunjuk-petunjuk dan gambaran), bukan apa yang seharusnya terjadi, juga tidak menentukan ke arah mana harusnya suatu kebijakan melangkah.

Sosiologi merupakan ilmu murni (pure sciene) bukan ilmu terapan (applied science), ilmu murni berfungsi meningkatkan secara abstrak kualitas dan mutunya, sedangkan terapan adalah ilmu yang langsung digunakan dan diterapkan agar berguna bagi masyarakat.

Manusia memiliki naluri yang kuat untuk hidup bersama dengan yang lainnya. Semenjak lahirpun manusia memiliki naluri untuk berkawan sehingga diistilahkan Social Animal dan memiliki naluri

Gregariousness, suatu keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas, dalam pergaulannya

tersebut kadang manusia membutuhkan suatu pengakuan kebaradaan diri, dengan menunjukkan kelebihan atau kasukaannya manusia dapat berinteraksi dan mendapatkan reaksi baik positif ataupun negative yang berakibat pula semakin memperluas pergaulan dan sikap tindakannya.

Dengan melihat perbandingan munculnya ilmu-ilmu lain (seperti filsafat, ekonomi, hukum, dan lain-lain) maka sosiologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang masih muda. Auguste Comte (1798 - 1853) merupakan orang pertama yang menggunakan istitah sosiologi yang secara tegas membedakan cakupan dan isi sosiologi dengan cakupan dan obyek ilmu -ilmu yang lain.

Walaupun sosiologi merupakan ilmu yang masih muda namun secara tidak langsung, manusia sudah sejak lahir telah menggeluti sosiologi terutama lewat pergaulan dengan kelompok-kelompok anggota keluarga intinya (terutama ibu), kelompok manusia di sekitar keluarganya sampai kelompok pergaulan internasional. Permasalahannya apakah sosiologi itu? Dari sini, mulailah orang mencoba mendefinisikan sosiologi.

Roucek dan Warren (1962), menyebutkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan

antar manusia daiam kelompok -kelompok. Van Doorn dan Lammers (1964) menyebutkan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1974) mendefinisikan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan sosial.

(7)

Hendropuspito (1989) mendefinisikan sosiologi adalah ilmu pergetahuan yang mempelajari masyarakat

secara empiris untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seluas mungkin.

Banyak definisi (seperti terurai diatas) yang satu sama lain saiing melengkapi dan mempunyai persamaan pandangan. Persoalannya adalah apakah hakekat terdalam dari sosiologi? dan untuk apakah sosiologi itu kita pelajari?

Hakekat Sosiologi

Kalau kita mempelajari kehidupan seseorang atau sekelompok orang tertentu sejak dia masih muda sampai dia (mereka) dewasa maka kita lebih banyak memahami aspek-aspek kemasyarakatan yang berkaitan dengan sejarah. Kalau kita mempelajari pola tingkah laku seseorang atau sekelompok (mengapa mereka mempunyai sifat dan tindakan yang faktanya seperti kita amati) maka kita sedang merambah aspek kemasyarakatan yang lebih berkaitan dengan psikologi. Kalau kita mempelajari (mengamati atau meneliti) seseorang atau sekelompok orang dalam berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain (dalam istilah sosiologi dikenal sebagai interaksi), maka kita memang sedang merambah aspek kemasyarakatan yang lebih berkaiatan dengan ranah sosiologi.

Di ranah sosiologi inilah kita dapat mempelajari: teori-teori sosiologi; tindakan dan interaksi sosial; keteraturan dan konflik sosial; stratifikasi dan diferensiasi sosial; mobilitas sosial; pranata dan kelembagaan sosial; perubahan sosial; masyarakat tradisional dan modern; modernisasi dan globalisasi; masalah-masalah sosial; dan metodologi penelitian sosial (semuanya akan dibahas tersendiri); analisa sosial; dan penerapan sosial (sosiologi pembangunan).

Berdasar definisi dan pemahaman tentang sosiologi maka pada dasamya dapat dikemukakan ciri-ciri dan sifat-sifat dari sosiologi yang merupakan hakekat dan sosiologi itu sendiri (Soekanto, 1997).

(1) Sosiologi adalah ilmu sosial yang berisi tentang gejala-gejala kemasyarakatan. (2) Sosiologi adalah ilmu yang tidak bersifat normatif.

(3) Sosiologi adalah ilmu pengetahuan murni dan bukan ilmu terapan (walaupun sosioiogi dapat digunakan untuk pembangunan masyarakat).

(4) Sosiologi adalah ilmu yang merupakan abstraksi dan hal-hal kongkrit (empirik).

(5) Sosiologi melihat (mencari) pola-pola yang bersifat umum dari gejala sosial yang ada di masyarakat.

(6) Sosiologi merupakan ilmu yang didasarkan kepada fakta empirik dan bersifat rational. Dengan demikian maka hakekat sosiologi adalah suatu pencarian gejala umum yang terpola (umum) yang ada dalam kenyataan di lapangan (empirik) dari setiap interaksi antar manusia atau antar kelompok manusia.

Perkembangan Sosiologi

Zaman Keemasan Filsafat Yunani

Pada masa ini sosiologi dipandang sebagai bagian tentang kehidupan bersama secara filsafati. Pada masa itu Plato (429-347 SM) seorang filasof terkenal dari Yunani, dalam pencariannya tentang makna negara dia berhasil merumuskan teori organis tentang masyarakat yang mencakup kehidupan sosial dan ekonomi. Plato menganggap bahwa institusi-institusi dalam masyarakat saling bergantung secara fungsional. Kalau ada satu institusi yang tidak jalan maka secara keseluruhan kehidupan masyarakat akan terganggu.

Seperti halnya Plato maka Aristoteles (384-322 SM) juga menganggap bawa masyarakat adalah suatu organisma hidup (seperti pandangan kaum biologiwan) dengan basis kehidupannya adalah moral (yang

(8)

baik). Pada masa ini kaum agamawan yang berkuasa sehingga kehidupan sosial lebih diwarnai oleh keputusan-keputusan kaum agamawan yang berkuasa.

Zaman Renaissance (1200-1600)

Machiavelii adalah orang pertama yang memisahkan antara politik dan moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat. Di sini muncul ajaran bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian pada mekanisme pemerintahan. Sejak masa ini maka pengaruh kaum agamawan mulai memperoleh tantangan.

Abad Pencerahan (abad ke 16 dan 17)

Pada masa ini muncul Thomas Hobbes (1588-1679) yang mengarang buku yang dikena! sebagai The Leviathan. Inti ajarannya diilhami oteh hukum alam, fisika dan matematika. Pada masa ini pengaruh keagamaan mulai ditinggalkan dan digantikan oleh pandangan- pandangan yang bersifat hukum sebagai kodrat keduniawiannya. Berdasar pandangan kelompok inilah kemudian muncul suatu kesepakatan antar manusia (kelompok) yang dikenal sebagai kontrak sosial. Pada mulanya interaksi antar manusia berada dalam kondisi chaos karena saling mencurigai dan saling bersaing untuk memperebutkan sumber daya alam dan manusia yang ada. Kondisi yang bersifat kodrati (sesuai dengan hukum alam) ini kemudian dipandang akan selalu menyengsarakan kehidupan manusia. Oleh sebab itu dibuatlah kesepakatan-kesepakatan pengaturan antar kelompok yang dapat saling berterima dan saling menguntungkan, yang kemudian dikenal sebagai kontrak sosial.

Abad Ke 18

Pada masa ini munculah John Locke (1632-1704) yang dianggap sebagai bapak Hak Asasi Manusia (HAM). Dia berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai hak-hak dasar yang sangat pribadi yang tidak dapat dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara (seperti hak hidup, hak berpikir dan berbicara, berserikat, dan lain-lain). Tokoh lain yang muncul adalah J.J. Rousseau (1712-1778) yang masih berpegang pada ide kontrak sosialnya Hobbes. Dia berpandangan bahwa kontrak antara pemerintah (negara?) dengan yang diperintah (rakyat?) menyebabkan munculnya suatu kolektifitas yang mempunyai keinginan -keinginan tersendiri yang kemudian menjadi keinginan umum. Keinginan umum inilah yang harusnya menjadi dasar penyusunan kontrak sosial antara negara dengan rakyatnya.

Abad ke 19

Abad ke 19 dapat dianggap sebagai abad mulai berkembangnya sosiologi, terutama sesudah Auguste Comte (1798-1853) memperkenalkan istilah sosiologi, sebagai usaha untuk menjawab adanya perkembangan interaksi sosial dalam masa industrialisasi.

Pada masa ini sosiologi dianggap mulai dapat mandiri. Kondisi yang baru dalam taraf mulai mandiri ini disebabkan walaupun sosiologi sudah dapat menunjukkan adanya obyek yang dijadikan fokus pembahasan (interaksi manusia), namun di dalam pengembangan ilmunya masih menggunakan metode-metode ilmu-ilmu yang lain (ilmu ekonomi misalnya).

Abad ke 20

Baru pada abad ke 20 inilah sosiologi dapat benar-benar dianggap mandiri karena: • Mempunyai obyek khusus yaitu interaksi antar manusia,

• Mampu mengembangkan teori-teori sosiologi,

• Mampu mengembangkan metode khusus sosiologi untuk pengembangan sosiologi,

• Sosiologi menjadi sangat relevan dengan semakin banyaknya kegagalan pembangunan karena tidak mendasarkan dan memperhatikan masukan dari sosiologi.

(9)

Pada akhir abad ke 20 ini, maka salah satu kelemahan (masih dianggap ketinggalan) dari sosiologi, namun yang pada saat ini juga sudah mulai dapat dipecahkan, yaitu dalam kaitannya dengan perkembangan dan permasalahan global. Di sini interaksi antar manusia yang dapat diamati adalah adalah interaksi tidak langsung lewat telepon, internet, dan lain-lain yang menghubungkan manusia yang saling berjauhan letaknya.

Perspektif Sosiologi

Sosiolog bukanlah pembaca pikiran orang atau peramal tetapi dia bisa dengan sangat meyakinkan mengatakan tentang kehidupan seorang (sekelompok orang) yang belum dikenalnya bahkan dapat meramalkannya dengan tepat. Sosiolog dapat dengan secara tepat menggambarkan anda berasal dari lingkungan mana, latar belakang pendidikan anda, pendapatan keluarga anda, dan bahkan kemungkinan- kemungkinan yang akan menimpa anda (yang anda akan lakukan).

Manusia mempunyai kesempatan yang tidak terbatas untuk mencari kesempatan secara terbuka baik dalam pemikiran maupun tindakan. Namun demikian di dalam pengambilan keputusan penting yang terjadi setiap hari seorang individu akan tetap berada dalam arena (yang terbatas) yang dikenal sebagai masyarakat (society), seperti keluarga, lingkungan RT/RW, kampus, suku, bangsa, bahkan lingkungan dunia.

Makna kebijakan penting dari sosiologi adalah bahwa dunia sosial akan menuntun (guides) aktivitas dan pilihan-pilihan hidup kita, seperti kokok ayam jantan yang menentukan kapan kita harus bangun pagi. Demikian pula munculnya suara garengpung yang menuntun petani untuk menanam jenis tanaman tertentu. Mengingat sosiolog adalah orang (kelompok orang) yang mempunyai pemahaman yang kuat tentang bagaimana bekerjanya masyarakat (society works), maka mereka itu dapat menganalisa dan meramal dengan ukuran yang baik dan akurat bagaimana seharusnya kita bertingkah laku.

Beberapa manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh apabila kita menggunakan perspektif sosiologi dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah:

(1) Perspektif sosiologi telah menantang (mendorong) untuk meninjau kembali pemahaman kita dan orang lain tentang pemahaman yang familiar. Dari sini kita bisa mengkritik pemahaman yang dianggap secara umum memang begitu(established) yang pada dasarnya sudah perlu dirubah.

(2) Perspektif sosiologi memungkinkan kita untuk mengetahui dan memperoleh kesempatan atau (dan) kendala dalam kehidupan kita.

(3) Perspektif sosiologi memberdayakan kita untuk menjadi aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat menuju kebaikan bersama.

(4) Perspektif sosiologi menolong kita untuk mengenali perbedaan (pluralitas) manusia dan menghadap tantangan kehidupan dalam dunia yang bervariasi (diverse).

Penerapan Sosiologi

C. Wrigt Mills (1916-1962), pernah mengatakan bahwa sosiologi adalah jalan untuk keluar bagi kita dari

jebakan kehidupan kita karena masyarakat bertanggungjawab terhadap permasalahan kita. Apa yang kita butuhkan adalah kualitas pikiran kita untuk menolong dan melihat apa yang terjadi di dunia dan apa yang akan menimpa kita. lnilah yang disebutnya sebagai Sociological Imagination.

Di pihak lain adapula yang mengatakan bahwa sosiologi dapat menoiong kita untuk memperoleh pekerjaan di banyak bidang (sebagai peneliti, pekerja sosial, pengembang masyarakat, bankir, jurnalis, dll). Durkheim mengatakan bahwa pada jamannya tidak ada seorang ahli sosialpun yang mendekati masyarakat dari sudut pandangan sosiologi. Pada mulanya orang hanya melihat dan menekankan

(10)

bagaimana caranya agar masyarakat dapat hidup lebih baik dan hanya melihat bagaimana kenyataan kehidupan sosial masyarakat.

Munculnya era industrialisasi tidak hanya merubah pola dan tatanan ekonomi namun sekaligus juga merubah pola dan tatanan sosial. Munculnya kota yang menjadi pusat pertumbuhan industri membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat. Pola interaksi antar manusia di wilayah perkotaan padat yang dekat dengan pusat industri menjadi berubah, hubungan antar individu menjadi spesifik dan terbatas. Dengan demikian maka terjadilah suatu perubahan sosial di masyarakat Eropa pada waktu itu.

Demikian pula muncuknya era globalisasi pada akhir abad 20 atau awal abad 21 tidak hanya membawa perubahan ekonomi dan politik global namun juga terjadi perubahan sosial. Semakin tipisnya batas-batas negara dan semakin “dekatnya” jarak (lewat transportasi dan komunikasi canggih) memungkinkan pola dan tatanan sosial masyarakat juga menjadi berkembang. Di sini sosiologi menjadi semakin penting dan relevan untuk menjawab tantangan perubahan jaman untuk kebaikan bersama.

(11)

PROSES SOSIAL

Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst.

Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain, interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial.

Bentuk umum proses sosial adalah interaksi social (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya.

Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin teradi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.

Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada pelbagai faktor :

a. Imitasi: Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku.

b. Sugesti: Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.

c. Identifikasi: Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini.

d. Simpati: Sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat terjadinya interaksi sosial :

a. Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk.Yaitu antarindividu, antarindividu dengan kelompok, antarelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung.

b. Adanya Komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

(12)

Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Arti secara hanafiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadinya hubungan badaniah. Sebagai gejala seosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena dewasa ini dengan adanya perkembangan teknologi, orang dapat menyentuh berbagai pihak tanpa menyentuhnya. Dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah bukanlah syarat untuk terjadinya suatu kontak.

Kontak sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk :

1. Adanya orang perorangan

Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebuasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota.

2. Ada orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya

kontak sosial ini misalnya adalah seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memkasa anggota-anggotanya menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya.

3. Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

Umpamanya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan parpol yang ketiga di pemilihan umum.

Terjadinya suatu kontak tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sengangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama seali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.

Suatu kontak dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak perimer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka. Kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Sekunder dapat dilakukan secara langsung. Hubungan-hubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat telepon, telegraf, radio, dst.

Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gera-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.

Kehidupan yang Terasing

Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji terhadap suatu kehidupan yang terasing (isolation). Kehiduapan terasing yang sempurna ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak-pihak lain. Kehidupan terasing dapat disebaban karena secara badaniah seseorang sama sekali diasingkan dari hubungan dengan orang-orang lainnua. Padahal perkembangan jiwa seseorag banyak ditentuan oleh pergaulannya dengan orang lain. Terasingnya seseorang dapat pula disebabkan oleh karena cacat pada salat satu indrany. Dari beberapa hasil penelitian, ternyata bahwa kepribadian orang-orang mengalami banyak penderitaan akibat

(13)

rendah diri, karena kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan kepribadiannya seolah-olah terhalang dan bahkan sering kali tertutup sama sekali.

Pada masyarakat berkasta, dimana gerak sosial vertikal hampir tak terjadi, terasingnya seseorang dari kasta tertentu (biasanya warga kasta rendahan), apabila berada di kalangan kasta lainnya (kasta yang tertinggi), dapat pula terjadi.

Bentuk-bentu Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi.

Ini berarti kedua belah pihak belum tentu puas sepenunya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial. Keempat bentuk poko dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan suatu kontinuitas, di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi.

Gillin dan Gillin mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka, ada dua macam

proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial :

Proses-proses yang Asosiatif

1. Kerja Sama (Cooperation)

Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.

Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya.

Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna” Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk kerjasama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan :

• Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang sertamerta

• Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang merupakan hasil perintah atasan atau penguasa

• Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar tertentu

• Kerjasama Tradisional (Traditional Cooperation) : Kerjasama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.

(14)

Ada 5 bentuk kerjasama :

• Kerukunan; yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong

• Bargaining; yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara 2 organisasi atau lebih

• Kooptasi (cooptation); yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan • Koalisi (coalition); yakni kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai

tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktut yang tidak sama antara satu dengan lainnya. Akan tetapi, karena maksud utama adalah untuk mencapat satu atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnnya adalah kooperatif.

• Joint venture; yaitu erjasama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pertambangan batubara, perfilman, perhotelan, dst.

2. Akomodasi (Accomodation)

Istilah Akomodasi dipergunakan dalam dua arti : menujukk pada suatu keadaan dan yntuk menujuk pada suatu proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.

Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya.

Tujuan Akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu :

• Untuk mengurangi pertentangan antara orang atau kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham

• Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer • Memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok sosial yang hidupnya terpisah akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat yang mengenal sistem berkasta.

• Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah. Bentuk-bentuk Akomodasi

• Corecion, suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan • Compromise, bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi

tuntutannya agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.

• Arbitration, Suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri

(15)

• Conciliation, suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

• Toleration, merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. • Stalemate, suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai

kekuatan yang seimbang berhenti pada satu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.

• Adjudication, Penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan Hasil-hasil Akomodasi

• Akomodasi dan Intergrasi Masyarakat

Akomodasi dan intergrasi masyarakat telah berbuat banyak untuk menghindarkan masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang akan melahirkan pertentangan baru.

• Menekankan Oposisi

Sering kali suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu kelompok tertentu dan kerugian bagi pihak lain

• Koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda

• Perubahan lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah

• Perubahan-perubahan dalam kedudukan

Akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi. Dengan adanya proses asimilasi, para pihak lebih saling mengenal dan dengan timbulnya benih-benih toleransi mereka lebih mudah untuk saling mendekati.

3. Asimilasi (Assimilation)

Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap, dan proses-proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Proses Asimilasi timbul bila ada :

• Kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya

• orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama sehingga

• kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri

Beberapa bentuk interaksi sosial yang memberi arah ke suatu proses asimilasi (interaksi yang asimilatif) bila memiliki syarat-syarat berikut ini:

• Interaksi sosial tersebut bersifat suatu pendekatan terhadap pihak lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama

• interaksi sosial tersebut tidak mengalami halangan-halangan atau pembatasan-pembatasan Interaksi sosial tersebut bersifat langsung dan primer

• Frekuaensi interaksi sosial tinggi dan tetap, serta ada keseimbangan antara pola-pola tersebut. Artinya, stimulan dan tanggapan-tanggapan dari pihak-pihak yang mengadakan asimilasi harus sering dilakukan dan suatu keseimbangan tertentu harus dicapai dan dikembangankan.

(16)

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah : • Toleransi

• Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi • Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya

• Sikap tebuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat • Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan

• Perkawinan campuran (amalgamation) • Adanya musuh bersama dari luar

Faktor umum penghalangan terjadinya asimilasi

• Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat

• Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi dan sehubungan dengan itu seringkali menimbulkan faktor ketiga

• Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang dihadapi

• Perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya.

• Dalam batas-batas tertentu, perbedaan warna kulit atau perbedaan ciri-ciri badaniah dapat pula menjadi salah satu penghalang terjadinya asimilasi

• In-group-feeling yang kuat menjadi penghalang berlangsungnya asimilasi. In group feeling berarti adanya suatu perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.

• Gangguan dari golongan yang berkuasa terhadap minoritas lain apabila golongan minoritas lain mengalami gangguan-gangguan dari golongan yang berkuasa

• Faktor perbedaan kepentingan yang kemudian ditambah dengan pertentangan-pertentangan pribadi.

Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial. Proses yang disebut terakhir biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.

Proses Disosiatif

Proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional proccesses, yang persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Oposisi dapat diartikan sebagai cara berjuang melawan seseorang atau sekelompok manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Pola-pola oposisi tersebut dinamakan juga sebagai perjuangan untuk tetap hidup (struggle for existence). Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahan, oposisi proses-proses yang disosiatif dibedkan dalam tiga bentuk, yaitu :

1. Persaingan (Competition)

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan mempunya dua tipe umum :

(17)

1. Bersifat Pribadi : Individu, perorangan, bersaing dalam memperoleh kedudukan. Tipe ini dinamakan rivalry.

2. Bersifat Tidak Pribadi : Misalnya terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah tertentu.

Bentuk-bentuk persaingan :

1. Persaingan ekonomi : timbul karena terbatasnya persediaan dibandingkan dengan jumlah konsumen

2. Persaingan kebudayaan : dapat menyangkut persaingan bidang keagamaan, pendidikan, dst.

3. Persaingan kedudukan dan peranan : di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan terpandang.

4. Persaingan ras : merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Hal ini disebabkan krn ciri-ciri badaniyah terlihat dibanding unsur-unsur kebudayaan lainnya.

Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi :

• Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa medapat pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.

• Sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial. Persaingan berfungsi untuk mendudukan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya.

Sebagai alat menyaring para warga golongan karya (”fungsional”) 2. Kontraversi (Contravertion)

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk kontraversi menurut Leo von Wiese dan

Howard Becker ada 5 :

• Yang umum meliputi perbuatan seperti penolakan, keenganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguang-gangguan, kekerasan, pengacauan rencana • Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki

melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian pada pihak lain, dst.

• Yang intensif, penghasutan, menyebarkan desas desus yang mengecewakan pihak lain • Yang rahasia, mengumumkan rahasian orang, berkhianat.

• Yang taktis, mengejutkan lawan, mengganggu dan membingungkan pihak lain. Contoh lain adalah memaksa pihak lain menyesuaikan diri dengan kekerasan, provokasi, intimidasi, dst.

Menurut Leo von Wiese dan Howard Becker ada 3 tipe umum kontravensi :

• Kontraversi generasi masyarakat : lazim terjadi terutama pada zaman yang sudah mengalami perubahan yang sangat cepat

• Kontraversi seks : menyangkut hubungan suami dengan istri dalam keluarga.

• Kontraversi Parlementer : hubungan antara golongan mayoritas dengan golongan minoritas dalam masyarakat.baik yang menyangkut hubungan mereka di dalam lembaga legislatif, keagamaan, pendidikan, dst.

(18)

Tipe Kontravensi :

1. Kontravensi antarmasyarakat setempat, mempunyai dua bentuk :

1) Kontavensi antarmasyarakat setempat yang berlainan (intracommunity struggle) 2) Kontravensi antar golongan-golongan dalam satu masyarakat setempat

(intercommunity struggle) 2. Antagonisme keagamaan

3. Kontravensi Intelektual : sikap meninggikan diri dari mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi atau sebaliknya

4. Oposisi moral : erat hubungannya dengan kebudayaan. 3. Pertentangan (Pertikaian atau conflict)

Pribadi maupun kelompok menydari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.

Sebab musabab pertentangan adalah perbedaan antara individu, perbedaan kebudayaan, perbedaan kepentingan, perubahan sosial. Pertentangan dapat pula menjadi sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan dalam masyarakat. Timbulnya pertentangan merupakan pertanda bahwa akomodasi yang sebelumnya telah tercapai.

Pertentangan mempunyai beberapa bentuk khusus: • Pertentangan pribadi

• Pertentangan Rasial : dalam hal ini para pihak akan menyadari betapa adanya perbedaan antara mereka yang menimbulkan pertentangan

• Pertentangan antara kelas-kelas sosial : disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan

• Pertentangan politik : menyangkut baik antara golongan-golongan dalam satu masyarakat, maupun antara negara-negara yang berdaulat

• Pertentangan yang bersifat internasional : disebabkan perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian merembes ke kedaulatan negara

Akibat-akibat bentuk pertentangan: • Tambahnya solidaritas in-group

• Apabila pertentangan antara golongan-golongan terjadi dalam satu kelompok tertentu, akibatnya adalah sebaliknya, yaitu goyah dan retaknya persatuan kelompok tersebut. • Perubahan kepribadian para individu

• Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia • Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak

Baik persaingan maupun pertentangan merupakan bentuk-bentuk proses sosial disosiatif yang terdapat pada setiap masyarakat.

(19)

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL

Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.

Menurut Sorjono Soekanto kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan yang hidup bersama karena adanya hubungan di antara mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Sedangkan menurut Hendro Puspito kelompok sosial adalah suatu kumpulan nyata, teratur dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama. Jika merujuk Paul B. Horton & Chaster L. Hunt, kelompok sosial adalah suatu kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.

Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:

(1) Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuahkecamatan.

(2) Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.

(3) Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.

(4) Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.

Ciri-ciri Kelompok Sosial

1. Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan manusia yang lain 2. Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status dan peran tertentu 3. Memiliki norma-norma yang mengatur di antara hubungan para anggotanya 4. Memiliki kepentingan bersama

5. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya Dasar Pembentukan Kelompok Sosial adalah:

1. Faktor kepentingan yang sama (Common Interest) 2. Faktor darah / keturunan yang sama (common in cestry) 3. Faktor geografis

4. Factor daerah asal yang sama Klasifikasi Kelompok Sosial

1. Klasifikasi menurut cara terbentuknya

1) Kelompok semu, terbentuk secara spontan. Contohnya Crowd (kerumunan), Publik, dan Massa. Ciri-ciri kelompok semu:

(20)

a. Tidak direncanakan b. Tidak terorganisir

c. Tidak ada interaksi secara terus menerus d. Tidak ada kesadaran berkelompok e. Kehadirannya tidak konstan

2) Kelompok Nyata, mempunyai beberapa ciri khusus sekalipun mempunyai berbagai macam bentuk, kelompok nyata mempunyai 1 ciri yang sama, yaitu kehadirannya selalu konstan.

Ciri-ciri Kelompok Nyata yaitu (1) Kelompok Statistical Group (dijadikan sasaran penelitian oleh ahli-ahli ststistik untuk kepentingan penelitian), (2) Societal Group / Kelompok

Kemasyarakatan (yang memiliki kesadaran akan kesamaan jenis, seperti jenis kelamin,

warna kulit, kesatuan tempat tinggal, tetapi belum ada kontak dan komunikasi di antara anggota dan tidak terlihat dalam organisasi), (3) Kelompok sosial / social groups (masyarakat dalam arti khusus yang terbentuk karena adanya unsur-unsur yang sama seperti tempat tinggal, pekerjaan, kedudukan, atau kegemaran yang sama. Kelompok sosial memiliki anggota-anggota yang berinteraksi dan berkomunikasi secara terus menerus. Contoh : ketetanggaan, teman sepermainan, teman seperjuangan, kenalan, dan sebagainya), serta (4) Kelompok asosiasi / associational group (kelompok yang terorganisir dan memiliki struktur formal).

2. Klasifikasi menurut erat longgarnya ikatan antar anggota

a. Gemeinschaft / paguyuban

Merupakan kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal.

Ferdinand Thonies membagi menjadi 3 bagian :

1. Gemeinschaff by blood (Paguyuban karena adanya ikatan darah). Contohnya : trah, kerabat, klien

2. Gemeinschaft of place (Paguyuban karena tempat tinggal berdekatan). Contoh : RT, RW, Pedukuhan, Pedesaan

3. Gameinschaft of mind (Paguyuban karena jiwa dan pikiran yang sama). Contoh: kelompok pengajian, kelompok mahzab (Sekte)

b. Gesselschaft / patembangan

Merupakan ikatan lahir yang bersifat kokoh untuk waktu yang pendek, strukturnya bersifat mekanis dan sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka. Contoh : ikatan antar pedagang, organisasi dalam sebuah pabrik.

(21)

Pembentukan Norma Kelompok

Perilaku kelompok, sebagaimana semua perilaku sosial, sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku dalam kelompok itu. Sebagaimana dalam dunia sosial pada umumnya, kegiatan dalam kelompok tidak muncul secara acak. Setiap kelompok memiliki suatu pandangan tentang perilaku mana yang dianggap pantas untuk dijalankan para anggotanya, dan norma-norma ini mengarahkan interaksi kelompok.

Norma muncul melalui proses interaksi yang perlahan-lahan di antara anggota kelompok. Pada saat seseorang berprilaku tertentu pihak lain menilai kepantasasn atau ketidakpantasan perilaku tersebut, atau menyarankan perilaku alternatif (langsung atau tidak langsung). Norma terbetnuk dari proses akumulatif interaksi kelompok. Jadi, ketika seseorang masuk ke dalam sebuah kelompok, perlahan-lahan akan terbentuk norma, yaitu norma kelompok.

Dinamika Kelompok Sosial

Yaitu suatu proses perkembangan dan perubahan akibat adanya interaksi dan interdependensi baik antar anggota kelompok maupun antara suatu kelompok dengan kelompok lain.

Faktor-faktor pendorong dinamika sosial : A. Faktor dari luar (Extern)

1. Perubahan Sirkulasi Sosial

Disebabkan dari kemerdekaan wilayah, masuknya industrialisasi ke pertanian dan adanya temuan-temuan baru.

2. Perubahan Situasi Ekonomi

Dapat menyebabkan suatu kelompok sosial berkembang, misalnya masyarakat perkotaan. Kelompok kekerabatan akan bergeser menjadi hubungan sosial berdasarkan kepentingan sehingga kelompok kekerabatan yang termasuk klasifikasi ke kelompok primer berubah menjadi kelompok kepentingan yang termasuk klasifikasi kelompok sekunder.

3. Perubahan Situasi Politik

Seperti perubahan elit kekuasaan, perubahan kebijakan dan sebagainya. Menyebabkan perkembangan pada kelompok-kelompok sosial.

B. B. Faktor dari dalam (Intern)

1. Adanya konflik antar anggota kelompok 2. Adanya perbedaan kepentingan

3. Adanya perbedaan paham

Kelompok kekerabatan berasal dari kelompok / satuan keluarga inti, kemudian berkembang menjadi keluarga luas, yang dikenal dengan nama kerabat / kekerabat. Keluarga inti (nuclear family), keluarga luas (extended family).

Masyarakat Kota dan Desa

Masyarakat desa merupakan kelompok primer, memiliki struktur sosial yang tradisional sehingga perkembangan dan perubahannya relatif lambat / statis.

(22)

KARAKTERISTIK MASYARAKAT PERDESAAN Warga memiliki hubungan yang lebih erat

Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar kekeluargaan Umumnya hidup dari pertanian atau nelayan

Golongan orangtua memegang peranan penting

Dari sudut pemerintahan, hubungan antara penguasa dan rakyat bersifat informal Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan

Kehidupan keagamaan lebih kental

Banyak berurbanisasi ke kota karena ada faktor yang menarik dari kota

Sedangkan Masyarakat kota memiliki tatanan yang heterogen sehingga kelompoknya lebih dinamis. Masyarakat kota mempunyai daya tarik bagi masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi.

KARAKTERISTIK MASYARAKAT PERKOTAAN Jumlah penduduknya tidak tentu

Bersifat individualistis

Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas batasannya dan lebih sulit mencari pekerjaan Perubahan sosial terjadi secara cepat, menimbulkan konflik antara golongan muda dengan golongan orangtua

Interaksi lebih disebabkan faktor kepentingan daripada faktor pribadi

Perhatian lebih pada penggunaan kebutuhan hidup yang dikaitkan dengan masalah prestise

Kehidupan keagamaan lebih longgar

Banyak migran yang berasal dari daerah dan berakibat negatif di kota, yaitu pengangguran, kriminalitas, lahan, dll.

(23)

Faktor Pendorong perpindahan penduduk dari desa ke kota (Urbanisasi): 1. Sempitnya lapangan kerja di desa

2. Adanya generasi muda yang ingin memperbaiki kehidupan dan membebaskan diri dari interaksi 3. Kesempatan menambah ilmu, di desa sangat terbatas

Faktor Penarik Urbanisasi:

1. Kota merupakan pusat kegiatan perekonomian dan pemerintahan. 2. Kota membuka peluang lapangan kerja yang lebih banyak

3. Kota memberi peluang yang tidak terbatas untuk mengembangkan jiwa dan potensi manusia, dll. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat Kota bersifat dinamis dan selalu berkembang, dibandingkan dengan masyarakat desa. Factor-faktor tersebut antara lain:

1. Faktor Pendidikan

Merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan masyarakat kota. Melalui pendidikan baik formal maupun nonformal menjadikan masyarakat kota lebih siap melakukan persaingan. Pada masyarakat kota stratifikasi sosial lebih didasarkan pada keahlian dan pendidikan.

2. Urbanisasi perpindahan dari desa ke kota

Urbanisasi yang terlampau pesat dan tkidak teratur menyebabkan penduduk kota semakin padat. Warga desa yang melakukan urbanisasi juga berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat kota. Nilai-nilai gotong royong dan nilai-nilai tradisional mulai ditinggalkan dan mengikuti arus perubahan.

3. Komunikasi

Faktor informasidan komunikasi yang serba cepat melalui berbagai media, baik media massa maupun media elektronik memberikan berbagai informasi yang dapat mendorong perkembangan perubahan masyarakat kota di antaranya dalam hal penampilan.

4. Industrialisasi dan Mekanisme

Adanya industrialiasasi dan mekanisme menyebabkan masyarakat kota semakin bergantung kepada mesin-mesin yang telah meringankan pekerjaan. Adanya ketergantungan pada mesin-mesin menyebabkan masyarakat manja.

(24)

KEBUDAYAAN DAN MASYARAKAT

Manusia adalah mahluk budaya. Sementara masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat, sebagai wadah pendukungnya.

Kata Kebudayaan berasal dari kata Sansekerta BUDDHAYA yang merupakan bentuk jamak kata BUDDHI yang berarti budi atau akal. Istilah asing –nya Culture yang berasal dari kata Latin Colere yang berarti mengolah atau mengerjakan yaitu mengolah tanah atau bertani.

Menurut E.B.Tylor Kebudayaan adalah komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perikelakuan yg normatif, yaitu mencakup segala cara-cara atau pola-pola pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.

Definisi Kebudayaan menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi Yaitu semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat. Rasa meliputi jiwa manusia, mewujudkan segala kaedah-kaedah dan nilai-nilai kemasyarakatan yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan dalm arti luas. (agama, ideologi, kebatinan, kesenian, dll). Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir, dari orang –orang yang hidup bermasyarakat antara lain Filsafat, serta Ilmu Pengetahuan. Rasa dan Cipta dinamakan kebudayaan rohaniah (spiritual atau

immaterial culture).

Titik fokus perhatian sosiolog pada perikelakuan social, yaitu pola-pola perikelakuan yang membentuk stuktur sosial dari masyarakat. Perikelakuan manusia sangat dipengaruhi oleh peralatan yang dihasilkannya serta ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Wujud-wujud Kebudayaan

Berdasarkan pemikiran budayawan Koentjoroningrat, wujud kebudayaan dapat dibagi menjadi: 1. Wujud kebudayaan sebagai suatu ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,

peraturan-peraturan dsb (wujud ideal dan sifatnya abstrak)

2. Wujud kebudayaan sebagai aktivitas serta tindakan yg berpola dari manusia dan masyarakat (bersifat kongkrit)

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.Bersifat kongkrit/nyata) (Pabrik, Komputer,Kapal,Candi, yg kecil Kain batik,, kancing baju)

Unsur-unsur Kebudayaan

Menurut Melville J Herskovits ada 4 unsur kebudayaan yaitu: (1) Alat-alat teknologi

(2) Sistem ekonomi (3) Keluarga

(4) Kekuasaan politik

(25)

(1) Sistem norma-norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat agar menguasai alam sekelilingnya.

(2) Organisasi ekonomi

(3) Alat-alat dan lembaga-lembaga pendidikan, dan pendidikan informal (pendidikan keluarga) (4) Organisasi kekuatan

Menurut C Kluckhohn ada 7 unsur kebudayaan yg dianggap sebagai cultural universal :

(1) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, transpot dsb)

(2) Mata pencarian hidup dan sistem-sistem ekonomi (petania, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dsb)

(3) Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem perkawinan)

(4) Bahasa (lisan maupun tulis)

(5) Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dsb) (6) Sistem pengetahuan

(7) Religi (sistem kepercayaan)

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga :

A. Gagasan ( Wujud Ideal )

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh.

B . Aktifitas ( Tindakan )

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.

C . Artefak ( Karya )

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.

Komponen Utama dalam Kebudayaan antara lain:

1. Kebudayaan Material; Mengacu pada semua ciptaan manusia yang konkret.

2. Kebudayaan Nonmaterial; Ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi. Misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perikelakuan manusia. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya generasi tertentu, dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, dan larangan-larangan dan tindakan yg diizinkan.

Sifat dan hakekat tersebut di atas menjadi ciri-ciri setiap kebudayaan. Kebudayaan bersifat Universal tetapi perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri yang khusus sesuai dg situasi dan lokasinya. Contoh: Bangsa Indonesia, Malaysia, Amerika mempunyai kebudayaan akan tetapi memunyai ciri-ciri khusus yg berbeda-beda dg yg lain.

(26)

Fungsi kebudayaan bagi masyarakat

materiil serta hasil karya masyarakat menimbulkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama untuk melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya.

Tidak ada kebudayaan yg statis,

kebudayaan tersebut terjadi oleh sebab gerak dari manusia yg hidup dalam masyaraka wadah dari kebudayaan.

Mempelajari kebudayaan tidak terbatas pada apa yang selama ini kita pahami sebagai wujudnya. Perumpamaan belajar kebudayaan dikemukakan oleh seorang pakar.

bagaimana secara umum budaya dipahami sebagai permukaan saja, mirip dengan fenomena gunung es. Padahal, budaya jauh lebih luas dan dalam dari yang kita kenal selama ini.

Masyarakat yang dinamis berasal dari interaksi social

komunikasi dan kontak social yang berkualitas. Keduanya tidak mungkin ada jika manusia sebagai elemen individual dalam masyarakat tidak terbebas dari penyakit

diantaranya kemajuan teknologi (TV, Komputer, HP) dan membuatnya tidak hanya gagap dalam bersosialisasi/bermasyarakat, namun juga kehilangan kemampuan untuk mengaktualisasikan dirinya di tengah lingkungan. Oleh karena itu, perhatian pada tingkat individual untuk men

yang dinamis adalah sebuah kebutuhan yang tidak terelakkan. Hal ini harus mulai disadari pemerintah ataupun seluruh anggota masyarakat.

Fungsi kebudayaan bagi masyarakat yaitu untuk kepuasan manusia baik bidang spiritual maupun asil karya masyarakat menimbulkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama untuk melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya.

Tidak ada kebudayaan yg statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika atau gerak. terjadi oleh sebab gerak dari manusia yg hidup dalam masyaraka

Mempelajari kebudayaan tidak terbatas pada apa yang selama ini kita pahami sebagai wujudnya. Perumpamaan belajar kebudayaan dikemukakan oleh seorang pakar. Gary Weaver

bagaimana secara umum budaya dipahami sebagai permukaan saja, mirip dengan fenomena gunung es. Padahal, budaya jauh lebih luas dan dalam dari yang kita kenal selama ini.

Masyarakat yang dinamis berasal dari interaksi social yang baik. Interaksi social yang baik didukung oleh komunikasi dan kontak social yang berkualitas. Keduanya tidak mungkin ada jika manusia sebagai elemen individual dalam masyarakat tidak terbebas dari penyakit-penyakit social yang timbul karena a kemajuan teknologi (TV, Komputer, HP) dan membuatnya tidak hanya gagap dalam bersosialisasi/bermasyarakat, namun juga kehilangan kemampuan untuk mengaktualisasikan dirinya di tengah lingkungan. Oleh karena itu, perhatian pada tingkat individual untuk mendorong masyarakat yang dinamis adalah sebuah kebutuhan yang tidak terelakkan. Hal ini harus mulai disadari pemerintah ataupun seluruh anggota masyarakat.

ntuk kepuasan manusia baik bidang spiritual maupun asil karya masyarakat menimbulkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama untuk melindungi masyarakat terhadap lingkungan alamnya.

tau gerak. Gerak dari terjadi oleh sebab gerak dari manusia yg hidup dalam masyarakat yg memjadi Mempelajari kebudayaan tidak terbatas pada apa yang selama ini kita pahami sebagai wujudnya. menggambarklan bagaimana secara umum budaya dipahami sebagai permukaan saja, mirip dengan fenomena gunung es.

yang baik. Interaksi social yang baik didukung oleh komunikasi dan kontak social yang berkualitas. Keduanya tidak mungkin ada jika manusia sebagai penyakit social yang timbul karena a kemajuan teknologi (TV, Komputer, HP) dan membuatnya tidak hanya gagap dalam bersosialisasi/bermasyarakat, namun juga kehilangan kemampuan untuk mengaktualisasikan dirinya di dorong masyarakat yang dinamis adalah sebuah kebutuhan yang tidak terelakkan. Hal ini harus mulai disadari pemerintah

(27)

STRATIFIKASI SOSIAL

Dalam masyarakat yang paling sederhana tidak dijumpai adanya stratifikasi sosial. Semua orang yang memiliki kategori usia dan jenis kelamin yang sama melakukan jenis pekerjaan yang kurang lebih sama. Walaupun dalam masyarakat itu ada beberapa orang yang dihormati dan memiliki pengaruh dibanding orang lain, namun mereka tidak memperoleh jabatan atau kedudukan yang memiliki prestise atau hak-hak istimewa daripada kelompok masyarakat yang lain.

Dalam masyarakat yang semakin berkembang dan kompleks, maka perbedaan status mulai muncul, ini disebabkan karena pekerjaan dibagi menjadi beberapa jenis pekerjaan yang semakin terspesialisasi. Akibatnya jenis pekerjaan-pun menjadi lebih dihargai dan diberi imbalan yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada jenis pekerjaan lainnya. Demikian halnya dalam pemenuhan kebutuhan hidup ada masyarakat yang memproduksi lebih banyak daripada kebutuhannya, sehingga beberapa orang menemukan cara-cara untuk mengklaim bagian yang lebih besar bagi dirinya dan anak-anaknya. Orang-orang yang memiliki prestise yang lebih tinggi dan barang yang lebih banyak, cenderung berkelompok sesamanya.

Stratifikasi sosial dalam masyarakat memang tidak jelas batas- batasnya, namun tampak bahwa setiap lapisan terdiri dari individu -individu dalam masyarakat yang mempunyai tingkatan atau strata sosial yang secara relatif adalah sama. Pelapisan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat itu sendiri, tetapi dapat pula pelapisan social/stratifikasi sosial itu dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan bersama. Stratifikasi yang sengaja disusun umumnya berkaitan sengan pembagian kekuasaan dan wewenang dalam suatu organisasi formal, misalnya birokrasi pemerintah, universitas, sekolah, partai politik, perusahaan, perkumpulan, dan lain-lain.

Kapankah stratifikasi sosial itu ada ? Hal ini tentu sulit untuk dijawab, Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardimenyatakan bahwa selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai maka dengan sendirinya stratifikasi sosial akan terjadi.

Stratifikasi social/pelapisan sosial merupakan gejala yang sifatnya umum dan telah ada sejak lama pada setiap masyarakat. Beberapa abad yang lalu Aristoteles (384 - 322 SM), mengemukakan bahwa penduduk dapat dibagi dalam tiga golongan:

1) golongan sangat kaya, 2) golongan sangat miskin, dan

3) golongan yang berada diantara keduanya.

Menurut Karl Marx, kelas sosial utama terdiri atas: 1)golongan proletariat, 2) golongan kapitalis (borjuis), dan 3)golongan menengah (borjuis rendah) yang ditakdirkan untuk diubah menjadi golongan proletariat.

Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Menurut Drs. Robert M.Z. Lawang pelapisan social adalah penggolongan orang-orang yang

Referensi

Dokumen terkait

Semoga masyarakat dapat lebih memahami tentang apa itu mafia pajak dan semoga di Pemerintahan baru ini, penegakan hukum terhadap kasus mafia pajak dan mafia lainnya dapat

Kegunaan secara teoritis agar dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi guru pendidikan agama islam dengan teori-teori yang berkaitan dengan minat

Misi hotel Grand Angkasa Internasional Medan antara lain yaitu:.. Menjadi hotel terbaik di

Jika menghadapi sesuatu yang serba tidak pasti, saya mudah

Skripsi ini berjudul Kajian Stok Sumberdaya Ikan Selar (Caranx leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan teluk Jakarta dengan Menggunakan Sidik Frekuensi Panjang; disusun

Chepalopelvic disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu. tidak dapat melahirkan

 Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari

Risiko bedah dan anastesi meningkat pada pasien yang menderita penyakit. jantung.Aritmia, angina, gagal jantung, atau hipertensi