• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN GAMBAR DAN TULISAN PADA KAOS ( Studi Semiotik Pemaknaan Tulisan dan Gambar pada Kaos Cak Cuk Surabaya Seri “Visit Porong”).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN GAMBAR DAN TULISAN PADA KAOS ( Studi Semiotik Pemaknaan Tulisan dan Gambar pada Kaos Cak Cuk Surabaya Seri “Visit Porong”)."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

JATMIKO PURWANTONO

NPM. 0643010124

YAYASAN KEJUANGAN PANGLIMA BESAR SUDIRMAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

Disusun Oleh :

JATMIKO PURWANTONO NPM. 0643010124

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Pembimbing

Dra. Sumardjijati, M.Si

NIP. 19620323 199309 2001

Mengetahui,

DEKAN

(3)

Disusun Oleh : JATMIKO PURWANTONO

NPM. 0643010124

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 1 Desember 2010

Pembimbing Utama Tim Penguji

Ketua

Dra. Sumardjijati, M.Si Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 19620323 199309 2001 NIP. 19620323 199309 2001

Sekretaris

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 3 7006 0035 1

Anggota

Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 3 6601 94 0025 1 Mengetahui,

DEKAN

(4)

nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepadaNya-lah syukur dipanjatkan atas terselesainya skripsi ini. Sejujurnya penulis mengakui bila ada pendapat bahwa menyelesaikan skripsi itu sulit, factor kesulitan itu lebih banyak dating dari diri sendiri, karena itu kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini, melainkan kemenangan atas keberhasilan menundukkan diri sendiri. Semua hal tersebut dapat dicapai tidak lepas karena bantuan berbagai pihak yang selama proses penyelasaian skripsi, oleh karena itu penulis merasa wajib mengucapkan kata terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tuaku yang telah banyak memberikan dukungan moral dan modal sehingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu komunikasi.

4. Ibu Dra. Sumardjijati. M.Si, selaku pembimbing utama yang bersedia “direpoti” untuk masalah penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Drs. Kusnarto. M.Si, atas masukan dan diskusinya.

(5)

9. Sedulur-sedulur Seven Wonders ( Adi, Rizal, Bhaskara, Reza, Christanio dan Erras ) yang selalu hadir dan membawa tawa serta kegilaan di dunia kita sendiri.

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini Insya Allah akan berguna bagi rekan-rekan di jurusan Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, November 2010

(6)

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pengertian Komunikasi ... 10

2.1.2 Komunikasi Non Verbal ... 11

2.1.3 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik ... 12

2.1.4 Tulisan dan Gambar Pada Kaos Sebagai Media alternatif Komunikasi ... 13

2.2 Tulisan ... 19

2.3 Semiotika Gambar ... 22

2.4 Teori-Teori Makna ... 26

2.5 Lumpur Lapindo ... 28

2.5.1 Dampak ... 30

2.5.2 Upaya Penanggulangan ... 31

2.5.3 Wisata Lumpur Lapindo ... 33

(7)

2.9.1 Desain dan Bangunan ... 37

2.10 Penggunaan Warna Dalam Tanda ... 39

2.11 Pemahaman Warna ... 41

2.12 Pendekatan Semiotika ... 46

2.13 Semiotika Charles sanders Pierce ... 48

2.14 Kerangka Berpikir ... 51

BAB III METODE PENELITIAN ... 53

3.1 Metode Penelitian ... 53

3.2 Definisi Operasional konsep ... 54

3.2.1 Tulisan dan Gambar pada Kaos ... 54

3.3 Korpus Penelitian ... 55

3.4 Unit Analisis ... 55

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 57

3.6 Teknik Analisis Data ... 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 59

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ………. 59

4.1.1 Cak Cuk Surabaya ……….. 59

4.1.2 Lumpur Panas Lapindo ……….. 61

(8)

4.3.1 Ikon ………... 71

4.3.2 Indeks ....………... 72

4.3.3 Simbol ...………... 73

4.4 Analisis Desain Gambar dan Tulisan Pada Kaos Cak Cuk Surabaya Seri “Visit Porong” Ikon, Indeks dan Simbol ………. 73

4.4.1 Ikon ………... 74

4.4.2 Indeks ....………... 77

4.4.3 Simbol ……… 79

4.5 Pemaknaan Desain Gambar dan Tulisan Pada Kaos Cak Cuk Surabaya Seri “Visit Porong” Dalam Triangle Of Meaning ………. 82

BAB V Kesimpulan dan Saran ……… 85

5.1 Kesimpulan ………. 85

5.2 Saran ……… 86

DAFTAR PUSTAKA ……… 88

DAFTAR GAMBAR ……… 90

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Semiotik Pierce ... 49

Gambar 2.2 Model Kategori Tanda ... 50

Gambar 3.1 Korpus Penelitian ... 56

Gambar 4.1 Logo Usaha Kaos Cak Cuk Surabaya ... 61

Gambar 4.2 Desain Kaos Cak Cuk Surabaya Seri “Visit Porong” ... 68

Gambar 4.3.1 Hubungan Objek, Tanda dan Interpretant Desain Kaos cak Cuk Seri “Visit Porong” Dalam Semiotik Pierce ... 70

Gambar 4.3.2 Desain Kaos Cak Cuk Surabaya Seri “Visit Porong” Dalam Kategori Tanda Pierce ... 71

(10)

Berangkat dari akar permasalahan mengenai belum tuntasnya ganti untung bagi para korban lumpur panas Lapindo hingga saat ini, yang banyak mendapat kritik dari berbagai pihak termasuk produsen kaos Cak Cuk Surabaya. Ide kritik sosial tersebut mereka coba tuangkan dalam desain kaos Cak Cuk Surabaya dengan tema “Visit Porong”. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik Carles Sanders Pierce. Berdasarkan teori semiotik Carles Sanders Pierce, maka desain gambar dan tulisan tersebut akan diteliti berdasarkan pengelompokan tanda Pierce. Ikon (icon) yaitu suatu hubungan antara tanda dan objek yang bersifat kemiripan. Indeks (index) yaitu adanya suatu hubungan alamiah dengan antara tanda dan petanda yang terdapat hubungan sebab akibat. Simbol (symbol) yaitu merupakan tanda yang menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya.

Desain Gambar yang terletak di depan kaos menegaskan bahwa desain kaos tersebut ditujukan untuk menarik simpatik dan rasa prihatin dari khalayak banyak, diharapkan bila kaos tersebut dipakai ke mana-mana oleh pembeli mampu menyampaikan pesan kesedihan masyarakat Porong Sidoarjo. Berdasarkan pengamatan penulis terhadap desain gambar dan tulisan “Visit Porong” maka penulis memaknai ikon desain tersebut adalah gambar tangan-tangan yang diangkat ke atas dengan berlatar belakang menara kembar Petronas. Indeks dalam desain kaos tersebut adalah teks atau tulisan “Visit Porong Sidoarjo” dan “Kuala Lumpur yang sebenar-benarnya”. Sedangkan simbol adalah gambar bunga sepatu dan segala bentuk pewarnaan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada desain kaos Cak Cuk Surabaya seri “Visit Porong”, maka dapat dimaknai bahwa para korban lumpur panas Sidoarjo menanti bantuan dari pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab, namun hingga saat ini belum nampak kejelasan atas penderitaan mereka, maka mereka sepakat bersatu untuk menuntut hak-hak mereka yang terabaikan. Dengan membuka objek wisata dadakan disekitar tanggul lumpur, selain sebagai salah satu cara untuk mendapatkan penghasilan, secara tidak sadar mereka sebenarnya mengajak khalayak dan pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab untuk ikut prihatin akan masalah ini.

(11)

1. 1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi dan manusia tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Manusia melakukan hubungan dengan orang lain membutuhkan komunikasi, sehingga komunikasi menjadi sangat penting sejak awal kehadirannnya bagi manusia. Komunikasi dalam penyampaiannya dapat dilakukan dengan cara mengemas informasi yang berupa pesan-pesan sehingga menarik dan dapat bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan manusia, baik itu secara materiil maupun spiritual.

Tindakan komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai macam cara, baik secara langsung dengan bertatap muka maupun dengan menggunakan media. Timbulnya komunikasi dengan media dibutuhkan untuk menyebarluaskan pesan yang ingin dikomunikasikan atau disampaikan kepada khalayak yg lebih luas. Berbagai macam jenis dan pilihan media dapat digunakan untuk menyebarluaskan pesan, mulai dari media elektronik hingga media cetak.

Pesan yang baik dan tepat tentu harus sesuai dengan fungsi-fungsi komunikasi yang ada, yaitu berfungsi untuk menginformasikan, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Mengutip pernyataan dari Mc. Luhan bahwa setiap media adalah pesan (medium is the message) seiring

(12)

dengan perkembangan jaman, semakin beragam pula media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, termasuk menggunakan media kaos.

Kehadiran kaos di Indonesia sendiri baru menampakan perkembangan singnifikan sehingga merambah ke segenap pelosok pedesaan sekitar awal tahun 1970. ketika itu wujudnya masih konvesional. Berwarna putih, bahan terbuat dari katun tipis dan halus, melekat ketat di badan dan hanya untuk kaum pria. Selanjutnya, tidak hanya di Amerika dan Eropa, di Indonesia pun kaos sudah menjadi media berekspresi, bahkan saat ini kaos juga menjadi media alternatif untuk berpromosi. Kaos yang berwarna putih itu diberi gambar vinyet, dan waktu itu sempat menjadi mode di kalangan anak muda Indonesia. Berikutnya vinyet digeser oleh tulisan-tulisan yang berwarna-warni yang yekniknya seprti sablon (www.kaos-oblong.blogspot.com).

(13)

menggambarkan kondisi masyarakat Surabaya pada umumnya. Komposisi warna dan gambar yang meramaikan desain kaos Cak Cuk Surabaya, setidaknya dapat menjadi magnet bagi siapa saja untuk sejenak melihat dan tak jarang pula ada yang tertarik untuk membelinya. Sehingga disini, tulisan dan gambar yang ada di kaos merupakan salah satu media komunikasi yang bersifat individu sekaligus sosial.

Ketika masyarakat Indonesia telah mengalami difusi sosial yang sangat luas akibat pembangunan, modernisasi, dan globalisasi, maka sangat sulit masyarakat Indonesia memiliki kepekaan terhadap permasalahan bangsa dan negaranya sendiri. Inilah yang kemudian mengakibatkan munculnya masalah-masalah sosial. Dalam hal ini yang dimaksud dengan masalah sosial adalah perbedaan antara das sollen (yang seharusnya, yang kita inginkan) dan das sein (yang nyata, yang terjadi). Misalnya saja, ketika sebuah bangsa mengharapkan pemimpin yang sangat sensitif terhadap aspirasi rakyat, ternyata bangsa tersebut menemukan pemimpin yang hanya sensitif terhadap aspirasi golongannya sendiri. Akibatnya timbul perbedaan antara yang ideal dan yang real ( Rakhmat, 2000:55).

(14)

Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 27 Mei 2006. Ada yang menyatakan bahwa lumpur Lapindo meluap karena kegiatan PT Lapindo di dekat lokasi itu.

Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006 dengan menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas nama Alton International Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai US$ 24 juta. Semburan lumpur panas selama beberapa tahun ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Lokasi semburan lumpur ini tepatnya berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan. Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut.

(15)

Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur)sehingga menyebabkan terganggunya jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi, serta jalur transportasi Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi dan kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.

Dampak Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Pemerintah dianggap tidak serius menangani kasus luapan lumpur panas ini. Masyarakat dan PT LAPINDO adalah korban yang paling dirugikan, di mana mereka harus mengungsi dan kehilangan mata pencaharian tanpa adanya kompensasi yang layak, sementara Lapindo telah mengeluarkan uang sebesar Rp 6 Triliun lebih untuk masalah ini. Pemerintah hanya membebankan kepada Lapindo pembelian lahan bersertifikat dengan harga berlipat-lipat dari harga NJOP yang rata-rata harga tanah dibawah Rp. 100 ribu- dibeli oleh Lapindo sebesar Rp 1 juta dan bangunan Rp 1,5 juta masing-masing permeter persegi. untuk 4 desa (Kedung Bendo, Renokenongo, Siring, dan jatirejo) sementara desa-desa lainnya ditanggung APBN, juga penanganan infrastruktur yang rusak.

(16)

didatangi masyarakat namun kurang banyak diperhatikan oleh pemerintah. Desain ini seakan ingin mengkomunikasikan bahwa di balik tragedi dahsyat ini, sejumlah korban lumpur, khususnya warga asal Jatirejo dan Siring, terpaksa memanfaatkan situasi bencana ini untuk sekadar mendapat tambahan dana. Mereka mencoba berfikir kreatif mencoba memanfaatkan musibah ini unutuk mengais sedikit rejeki, sehingga akhirnya warga Jatirejo dan Siring membuat wisata lumpur karena mengetahui bahwa banyak orang dari berbagai daerah di tanah air yang ingin melihat dari dekat semburan lumpur itu. Orang yang datang berkunjung ke tempat wisata lumpur ini lebih karena ingin bersimpati, merasakan langsung betapa ribuan manusia terusir karena kesalahan fatal di lokasi tambang gas bumi itu. Berbagai cara mereka lakukan agar semakin banyak orang yang berminat untuk melihat wisata buatan tersebut, mulai dari membuat spanduk hingga mengandalkan cerita dari mulut ke mulut yang tujuannya tidak lain untuk mempromosikan wisata baru itu. Disamping memanfaatkan waduk penahan lumpur panas tersebut sebagai tempat wisata, para warga Porong juga melengkapi fasilitas wisata tersebut dengan membuat film dokumenter tentang musibah lumpur panas dan menjualnya kepada wisatawan yang berkunjung sebagai kenang-kenangan setempat.

(17)

sentuhan khas Cak Cuk yang identik dengan kata-kata yang lugas namun tetap terdapat kesan bercanda atau humor. Hal ini dapat terlihat jelas dari desain kaos yang menuliskan Visit Porong – Sidoarjo yang mengdaptasi dari kata-kata Visit Malaysia, dan di bagian bawah terdapat pula kata-kata Kuala Lumpur dengan ukuran besar dengan menggunakan huruf kapital, kemudian dilanjutkan dengan kata “yang sebenar-benarnya” dengan ukuran yang lebih kecil dan terdapat garis bawah pada kata tersebut. Disini kata-kata Kuala Lumpur Yang Sebenar-benarnya merujuk pada klaim bahwa kota Porong Sidoarjo adalah kolam lumpur yang benar-benar terdapat lumpur di kota tersebut, berbeda dengan kota Kuala lumpur Malaysia yang hanya namanya saja yang berarti kolam lumpur namun sudah tidak ada genangan lumpur meski dahulu kota tersebut memang terdapat banyak endapan lumpur dari sungai. Desain tersebut juga dilengkapi dengan visualisasi gambar tangan-tangan yang sedang menengadah ke atas dengan berlatar belakang Menara Kembar Petronas yang merupakan ciri khas kota Kuala Lumpur Malaysia dan menjadi salah satu ikon pariwisata kota tersebut.

(18)

mengambil desain kaos yang telah dan masih diproduksi oleh Cak Cuk Surabaya dalam kurun waktu dua tahun terakhir yaitu antara tahun 2008 hingga 2010 dan dari hasil wawancara singkat peneliti dengan Valent sebagai designer Cak Cuk Surabaya, desain tersebut masih akan terus diproduksi hingga akhir tahun 2010 karena masih banyak yang mencari disain tersebut. Pemilihan desain kaos dan kurun waktu produksi tersebut berdasarkan pertimbangan validitas dan aktualitas data guna memudahkan dalam menghubungkan dengan relitas eksternalnya.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah yang didapat adalah bagaimana Pemaknaan Tulisan dan Gambar pada kaos Cak Cuk Surabaya seri “Visit Porong Sidoarjo”. 1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena pesan apa yang ingin dikomunikasikan melalui desain tulisan dan gambar pada kaos Cak Cuk Surabaya seri “Visit Porong Sidoarjo”.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

(19)
(20)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Menurut Everett M. Rogers definisi komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Cangara;2002,19). Dan ada juga yang mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan untuk mencapai efek tertentu. Individu berkomunikasi untuk mendapat pemaknaan terhadap persepsi mereka. Mulyana (2001;167) mengungkapkan bahwa persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan sekitar kita, dan proses tersebut mempengaruhi kita.

Manusia dalam berkomunikasi menggunakan tanda dan simbol-simbol. Untuk itu setiap individu harus melakukan penafsiran terhadap tanda-tanda (decoding). Untuk itu terdapat studi untuk pemaknaan terhadap tanda-tanda pada umumnya, serta studi tentang system bekerjanya kode-kode atau symbol dalam suatu budaya yang diberi nama “Semiologi” atau “Semiotika”. Dalam hal ini semiotika atau semiologi dibedakan menjadi dua jenis, yakni semiotika komunikasi dan semiotika signifikas. Semiotika komunikasi lebih menekankan pada teori tentang

(21)

produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam factor dalam komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode (system tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan). Sedangkan semiotika signifikasi lebih menekankan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Semiologi adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Sobur;2004,15). Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

2.1.2 Komunikasi Non Verbal

Pengertian komunikasi nonverbal menurut Mark L Knapp, biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwadan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui symbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat nonverbal. (Mulyana,2001:312).

(22)

menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain atau tidak. (Mulyana, 2001:308). Secara garis besar Larry A. Samovar dan

Richard E. Porter membagi pesan-pesan nonverbal manjadi dua kategori besar yakni : pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan prabahasa; kedua, ruang, dan diam. Klasifikasi Larry danRichard ini sejajar dengan klasifikasi John R Wenburg dan William W. Wilmot, yakni isyarat-isyarat nonverbal bersifat publik seperti ukuran ruangan dan faktor-faktor situasional lainnya. (Mulyana,2001:317).

2.1.3 Komunikasi Sebagai Proses Simbolik

(23)

memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikan. Representasi ini berdasar pada kemiripan. Sedangakan indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah merepresentasikan objek lain. Indeks sering disebut sebagai sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari diseburt sebagai gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan hubungan sebab akibat yang mempunyai kedekatan eksistensi. Oleh karena itu pengguanaan lambang, ikon, dan indeks dalam kehidupan manusia merupakan hal yang lazim.

2.1.4 Tulisan dan Gambar Pada Kaos Sebagai Media Alternatif Komunikasi

(24)

dari kenyataan inilah, persaingan dari dunia media menjadi pendorong munculnya kreativitas penciptaan di industri media. Melihat kejenuhan dan rekayasa pesan dari media yang sudah ada, akhirnya membuka peluang besar bagi industri lain yang dapat difungsikan sebagai media.

Saat ini kita hidup dalam dunia multi media. “Multi” tidak hanya dalam keanekaragaman pesan, system penandaan, dan corak wacana yang dilemparkan kepada kita dalam kecepatan tinggi, tetapi juga dalam bentuk media tersebut (Sardar dan Van Loon, 2005:154). Mengutip pernyataan dari Mc. Luhan, bahwa media adalah pesan (medium is the message) seiring dengan perkembangan jaman, semakin beragam pula media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, termasuk menggunakan kaos sebagai media alternatifnya.

Fiske mengemukakan dua mazhab utama dalam studi komunikasi, yang masing-masing mengikuti definisi umum komunikasi sebagai “interaksi social melalui pesan”, masing-masing mazhab itu memahami definisi tersebut dengan sedikit berbeda. Mazhab pertama bisa disebut sebagai mazhab “proses”, karena komunikasi dipandang sebagai suatu proses dimana seseorang menyatakan sesuatu pada orang lain dengan menggunakan satu atau lebih medium atau saluran dengan beberapa efeknya (Fiske, 1990:2 dalam Barnard, 2006:41).

(25)

seseorang untuk “menyatakan” sesuatu kepada orang lain dengan maksud agar terjadinya perubahan pada orang lain itu ( Barnard, 2006:41). Maksudnya, melalui garmen itulah seseorang bermaksud untuk mengkomunikasikan pesannya kepada orang lain. Pesan atau maksud tersebut ditransmisikan melalui garmen dalam proses komunikasi, yang nantinya secara sadar maupun tidak sadar akan diterima oleh receiver (penerima). Hal yang amat penting dari pandangan komunikasi ini adalah maksud pengirim pesan, efisiensi proses transmisi, dan efeknya pada penerima (Barnard, 2006:41).

Mazhab kedua adalah suatu model komunikasi yang berbeda dengan yang pertama. Model ini biasa disebut model ”semiotika” atau ”strukturalis”, model ini memahami komunikasi sebagai ”produksi dan pertukaran makna”. Perbedaannya disini, pada model proses, makna sudah ada sebelum proses pengkomunikasian. Pada model semiotika, proses komunikasilah yang nantinya menghasilkan suatu makna. Seperti yang telah dikemukakan oleh Fiske, model semiotika menaruh perhatian pada cara makna, atau teks, berinteraksi dengan manusia guna menghasilkan makna (Fiske, 1990:2 dalam Barnard, 2006:4).

(26)

pahaman atau kegagaln komunikasi. Bila produksi makna merupakan negosiasi antara pengirim pesan, penerima, pengalaman kultural dan teks, maka tidak mengherankan bila pembaca dengan latar belakang yang berbeda budaya akan menghasilkan makna yang berbeda pula. Mereka yang pembacanya berbeda tidak akan dipandang sebagai bukti kegagalan komunikasif, pendapat seperti ini hanya berlaku pada model semiotika (Barnard, 2006:45). ”Manusia membutuhan barang-barang untuk berkomunikasi dengan menusia lain dan untuk memahami apayang terjadi di sekelilingnya. Memang ini adalah dua kebutuhan, namun sebenarnya tunggal, yani untuk berkomunikasi hanya bisa dibentuk dalam suatu sistem makna yang terstruktur” (Douglas dan Isherwood, 1979:95 dalam Barnard, 2006:44).

Inti dari dua teori di atas menyatakan bahwa pertama, fashion dan pakaian bisa saja digunakan untuk memahami dunia serta banda-benda dan manusia yang ada di dalamnya, sehingga pakaian juga merupakan salah satu fenomena komunikatif. Kedua, menyatakan bahwa sistem makna yang terstruktur, yakni suatu budaya, memungkinkan individu untuk mengkonstruksi suatu identitas melalui sarana komunikasi.

(27)

oblong sekarang ini juga telah menjadi wahana tanda. Kaos sebagaimana pakaian lainnya, membawa pesan dalam sebuah ”teks terbuka” dimana pembaca atau yang melihat bisa menginterpretasikannya. Kaos oblong mengkomunikasikan berbagai lokasi atau identitas sosial, kelompok atau kolektivitas dan banyak juga yang mengkomunikasikan slogan, iklan layanan masyarakat bahkan iklan produk (Antariksa dalam kuci.or.id).

Walaupun dalam pasang surut industri kaos lebih menekankan pada segi bisnis, tetapi pada penelitian ini ditekankan pada aspek komunikasinya. Hal penting yang disoroti pada kaos Cak Cuk Surabaya adalah bagaimana pencipta ide berkomunikasi dengan siapa saja yang mambaca dan melihat hasil karyanya melalui suatu tulisan dan gambar. Tulisan dan gambar diciptakan untuk berkomunikasi denga komunitas sasaran, karena tulisan dan gambar yang digunakan adalah tulisan dan gambar yang dapat memancing perhatian dan terlebih lagi menggunakan tema-tema yang jenaka.

(28)

kelompok, atau bisnis tetapi klaim atas status pemakainnya (Antariksa dalam kuci.or.id).

Dengan semakin tumbuh pesatnya industri periklanan. Kaos merupakan sebuah billboards mini yang cukup efektif untuk mengkomunikasikan sebuah produk, sebagaimana mengkomunikasikan diri atau identitas (Rojek, 2007:7). Seringkali kaos dijadikan sebagi iklan berjalan yang oleh pengiklan kadang-kadang dibagikan secara gratis. Perusahaan-perusahaan sekarang ini memproduksi kaos dengan nama atau logo perusahaan yang tertera di atasnya dan menjualnya di toko-toko pakaian produksi massal yang siap pakai. Bagi sebagian besar pemakainya, tentu mamakai kaos oblong tidak dimaksudkan sebagai iklan melainkan sebagai indikasi status dan pendapatan pemakainya, loyalitas pada suatu produk yang juga merupakan bagian dari identitas diri (Antariksa dalam kuci.or.id).

(29)

2.2 Tulisan

Tulisan juga selalu dianggap memiliki fungsi mistis. Bangsa mesir kuno menyebut sistem tulisan mereka hieroglif sebab sistem ini digunakan untuk mencatat himne dan doa, untuk membuat daftar nama dan gelar para individu dan dewa, dan untuk mencatat berbagai kegiatan komunitas, hieroglif berasal dari bahasa Yunani hieros ”suci” dan glyphein ”mengukir”. Bentuk tulisan paling pertama disebut piktograf; bentuk ini terdiri atas gambar-gambar sebagai representasi objek. Piktograf bersifat begitu naluriah dan fungsional, sosok-sosok yang menunjukkan laki-laki dan perempuan di kamar kecil dan tanda dilarang merokok dalam bangunan-bangunan publik hanyalah dua contoh lazim dari piktograf zaman modern (Marcel Danesi, 2010:154-155).

Perlahan-lahan budaya lisan berubah menjadi tulisan sehingga komunikasi yang tadinya tatap muka beralih ke pertukaran pesan berbentuk simbol-simbol yang dapat dibaca oleh komunitas tertentu. Kini, budaya tulisan menampilkan kata-kata yang dapat dibaca, merupakan cara yang paling baik dan esensial untuk mewariskan nilai budaya pada generasi berikutnya (Liliweri, 2003:146).

(30)

sejalan dengan dengan pendapat para ahli komunikasi bahwa makna kata sangat subjektif. Words don’t mean, people mean. Jadi, kata tidak teriring mana, atau dari semula sudah memiliki makna. Manusialah yang memberikan makna pada kata-kata, tergantung dari cara mereka memakainya. Manusialah yang memiliki makna-makna itu (Sobur, 2004:245).

Teks merupakan salah satu fokus utama dari semiotik. Teks memiliki artian secara luas, baik secara verbal (lisan dan tulisan) maupun yang non verbal. Karena dengan teks, suatu pesan dapat disampaikan penutur atau pengarang lewat suatu kode dan seterusnya kode itu harus diuraikan oleh pendengar atau pembaca (Segers dalam Halliday, 1992:6). Dalam pandangan semiotik, teks tidak dapat ditempatkan sebagai sesuatu yang berdiri sendiri dan eksklusif. Keberadaan teks itu disertai dengan konteks. Konteks dan teks ini merupakan dua hal atau aspek dari proses yang sama (Halliday, 1992:6).

(31)

tekstualitas, yaitu kohesi, koherensi, situasional, dan intertekstualitas. Kohesi bersangkutan dengan syarat kepaduan gramatikal dan leksikal. Kepaduan ini secara langsung akan berkaitan erat dengan koherensi, yakni keutuhan semantis (makna) (Budiman, 2004:79).

Sementara itu yang dimaksud dengan situasionalitas merujuk pada konteks situasional yang menurut Deli Hymes (1974:53-62) mencakup latar (setting and scene – S), pserta (participants – P), tujuan (ends – E), topik dan perubahan topik (act sequences – A), cara tutur (keys – K), sarana tutur (instrumentalities – I), norma (norms – N), serta jenis wacana (genre – G), yang seluruhnya dapat diringkas menjadi akronim SPEAKING. Di satu pihak, sebagai salah satu standar bagi tekstualitas, situasionalitas tentusaja lebih bersangkutan dengan teks lisan yang masih sangat terikat kepada situasi tutur tertentu, sementara di pihak lain, teks tertulis pada umumnya tidak lagi terikat pada konteks situasionalnya (Budiman, 2004:82).

(32)

yang saling bersilangan dan dan saling menetralkan. Ketiga, Kristeva juga mengatakan bahwa ”setiap teks mengambil wujud sebagai suatu mosaik kutipan-kutipan, setiap teks merupakan resapan dan trasformasi dari teks-teks lain”.

Dari sudut pandang semiotik, makna yang diciptakan oleh sistem sosial, dipertukarkan oleh para anggota suatu kebudayaan dalam bentuk teks. Teks, seperti yang telah dikemukakan, adalah suatu contoh proses dan produk dari makna sosial dalam konteks situasi itu. Konteks situasi, tempat teks iutu terbentang, didapatkan melalui suatu hubungan yang sistematis antara lingkungan sosial lingkungan sosial di satu pihak, dengan organisasi bahasa yang berfungsi di lain pihak (Halliday, 1992:16).

2.3 Semiotika Gambar

(33)

Dalam rangka menunjukan konvesionalitas gambar dan untuk memperlihatkan gambar terstrukturkan ke dalam fitur-fitur biner (binary feature), Lindekens (1971) mengusulkan, berdasarkan fakta-fakta eksperimental dan ”akal sehat”, keberadaan sebuah oposisi fotografis primer, yakni diantara yang memudar (the shaded off) dan yang kontras (the contrasted). Pada saat yang bersamaan, dia pun masuk ke dalam eksperimen yang melibatkangambar-gambar geometris yang berfungsi sebagai merek, dengan tujuan untuk menemukan makna-makna plastis yang berbeda (oleh Lindekens disebut sebagai ”intra-ikonis”) pada bentuk-bentuk elementer (Goran Sonesson, Pictorial Semiotics, The Internet Semiotics

Encyclopedia,http://filserver.arthist.lu.se/kultsem/encyclo/pictorial_semiotic

s.html).

Di dalam desain-desain kaos Cak Cuk Surabaya, selain teks tulis umumnya juga mengandung unsur gambar. Keberadaan kedua unsur tersebut berfungsi sebagai pendukung antara satu sama lain. Gambar dalam desain Cak Cuk Surabaya mempunyai peran besar dalam pembentukan makna sistem tanda secara keseluruhan disamping sebagai pendukung humor yang kreatif dan efektif. Melalui semiotik, sebuah gambar dapat diidentifikasi maknanya.

(34)

yang biasa diidentifikasikan oleh gambar. Kekuatan dari gambar adalah kemampuan untuk memanipulasi pesan-pesannya sehingga bisa saja gambar tidak merepresentasikan kenyataan secara jujur, disinilah semiotik berperan. Sesuatu yang tidak dapat digunakan untuk menipu, bukanlah objek penelitian semiotik yang baik.

Kebenaran dari sebuah gambar dapat dilihat berdasarkan tiga sudut pandang. Pertama dari sudut pandang semantik, sebuah gambar yang benar harus memiliki hubungan dengan fakta yang digambarkan. Kemudian dari sudut pandang sintaksis, gambar tetrsebut harus mewakili objek dan dapat menyampaikan sifat dari objek. Yang terakhir dilihat dari sudut pandang pragmatis, yaitu adanya tujuan untuk menipu orang-orang dimana pesan gambar itu di alamatkan.

Menurut Sonneson, kita dapat membedakan jenis gambar menjadi empat kategori, yaitu :

1. Gambar yang dibedakan dari bentuknya, contohnya adalah foto dan lukisan.

(35)

3. Gambar yang dibedakan berdasarkan media atau saluran dimana media tersebut diedarkan, contohnya lewat billboard atau televisi.

4. gambar yang dibedakan karena sifat konfigurasi yang menempati permukaan gambar tersebut (Goran Sonesson, http:// arthist.lu.se/kultsem/sonesson/baksida.html).

Dalam menganalisis sebuah gambar, perlu dipilah-pilah menjadi beberapa bagian atau sub-sub unit yang membentuk satu kesatuan gambar tersebut. Saint Martin membagi menjadi enam bagian atau dimensi : warna, tekstur, ukuran, proses memasukan item ke media gambar, orientasi dan garis batas yang memberi bentuk. Gambar sebagai bentuk dari pikiran yang divisualkan, yang disajikan mengikuti fenomena sebuah pikiran, dan berdasarkan suatu objek yang hanya dapat dilihat melalui sudut pandang tertentu, bukan pada keseluruhan gambar tersebut. Gambar, pada dasarnya signifier dan referent yang sama, atau paling tidak menyerupai.

(36)

Dengan mengacu pada semiotik model Charles Sander Pierce, peristiwa atau fenomena yang diangkat dalam desain kaos, disebut sebagai objek. Selanjutnya, elemen interpretan atau tanda baru sebagai hasil dari interpretasi peneliti tehadap sistem tanda yang terdapat dalam desain pada kaos tersebut.

2.4 Teori-Teori Makna

Ada beberapa pandangan yang menjelaskan kensep makna. Model proses makna Wendell Johnson (1951, dalam Devito, 1997: 123-125) menawarkan sejumlah implakasi bagi komunikasi antar manusia:

1. Makna berubah. Kata – kata relatf statis. Banyak dari kata – kata yang kita gunakan sekarang juga digunakan 200 atau 300 tahun yang lalu. Tetapi makna dari kata – kata ini terus berubah, dan ini khususnya terjadi pada dimensi emosional dari makna. Bandingkanlah, misalnya, makna kata – kata berikut bertahun – tahun yang lalu dan sekarang, hubungan diluar nikah, obat, agama, hiburan, perkawinan, (di Amerika serikat, di terima secara berbeda pada saat ini dan masa – masa yang lalu).

(37)

merasa diawasi dan teraniaya merupakan contoh makna yang tidak mempunyai acuan yang memadai.

3. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna. Berkaitan erat dengan gagasan bahwa embutuhkan acuan adalah masalah komunikasi yang timbul akibat penyingkatan berlebihan tanpa mengaitkannya dengan acuan yang kongkret dan dapat diamati. Bila kit berbicara tentang cinta persahabatan, kebahagiaan. Kebikan, kejahatan dan konsep – konsep lain yang serupatanpa mengaitkannya dengan sesuatu yang spesifik, kita tidak akan bisa berbagi makna dengan lawan bicara. Mengatakan kepada seorang anak untuk ‘manis’ dapat mempunyai banyak makna. Panyingkatan perlu dikaitkan dengan obyek, kejadian dan perilaku nyata.

4. Makna tidak terbatas jumlahnya. Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas. Karena itu kebanyakan kata memiliki banyak makna. Ini bisa menimbulkan sebuah masalah bila sebuah komunikasi. Bila anda ragu sebaiknya anda bertanya dan bukan membuat sebuah asumsi.

(38)

dibenak kita. Karenanya, pemahaman yang sebenarnya pertukaran makna secara sempurna secara sempurna barangkali merupakan tujuan ideal yang ingin dicapai tetapi tidak pernah tercapai.

2.5 Lumpur Lapindo

Lumpur Lapindo atau Banjir Lumpur Panas Sidoarjo adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 27 Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

(39)

soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak yang condong kejadian itu adalah akibat pemboran.

Lokasi tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya - Gempol, jalan raya Surabaya - Malang dan Surabaya - Pasuruan - Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya - Malang dan Surabaya - Banyuwangi,Indonesia

(40)

menampung seluruh luapan lumpur dan akhirnya menjadikan lahan yang terkena dampak menjadi semakin luas.

2.5.1 Dampak

Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT Lapindo, melalui PT Minarak Lapindo Jaya telah mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah masyarakat maupun membuat tanggul sebesar Rp. 6 Triliun.

 Lumpur menggenangi dua belas desa di tiga kecamatan..

 Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja.

 Empat kantor pemerintah tidak berfungsi dan para pegawai juga tidak bekerja.

 Tidak berfungsinya sarana pendidikan serta Markas Koramil Porong.

 Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi.  Pipa air milik PDAM Surabaya patah.

 Meledaknya pipa gas milik Pertamina.

 Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan.

(41)

Penutupan ruas jalan tol ini juga menyebabkan terganggunya jalur transportasi Surabaya - Malang dan Surabaya - Banyuwangi serta kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.

2.5.2 Upaya Penanggulangan

Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur. Namun demikian, lumpur terus menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul dapat jebol, yang mengancam tergenanginya lumpur pada permukiman di dekat tanggul. Jika dalam tiga bulan bencana tidak tertangani, adalah membuat waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektar, dengan mengungsikan 12.000 warga namun rencana itu batal tanpa sebab yang jelas.

Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) memperkirakan, musim hujan bisa membuat tanggul jebol, waduk-waduk lumpur meluber, jalan tol terendam, dan lumpur diperkirakan mulai melibas rel kereta. Ini adalah bahaya yang bakal terjadi dalam hitungan jangka pendek.

(42)

terkemuka. Tim Satu, menangani penanggulangan lumpur, berkutat dengan skenario pemadaman. Tujuan jangka pendeknya adalah memadamkan lumpur dan mencari penyelesaian cepat untuk jutaan kubik lumpur yang telah terhampar di atas tanah.

Jika skenario penghentian lumpur terlambat atau gagal maka tanggul yang disediakan tidak akan mampu menyimpan lumpur panas sebesar 126,000 m3 per hari. Pilihan penyaluran lumpur panas yang tersedia pada pertengahan September 2006 hanya tinggal dua. Skenario ini dibuat jika luapan lumpur adalah kesalahan manusia, seandainya luapan lumpur dianggap sebagai fenomena alam, maka skenario yang wajar adalah 'bagaimana mengalirkan lumpur kelaut' dan belajar bagaimana hidup dengan lumpur.

Rapat Kabinet pada 27 September 2006 akhirnya memutuskan untuk membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur, untuk memberikan tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur tersebut dan sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain. Banyak pihak menolak rencana pembuangan ke laut ini, karena dapat mengakibatkan produksi tambak mengalami kegagalan panen.

(43)

Madura dan sekitarnya. Alternatif yang sudah dikaji adalah dengan memisahkan air dari endapan lumpur lalu membuang air ke laut. Lumpur itu mengandung 70 persen air, sisanya bahan endapan. Kalau air bisa dibuang ke laut, tentu danau penampungan tak perlu diperlebar, dan tekanan pada tanggul bisa dikurangi.

Kritik pun ditujukan kepada Pemerintah karena dianggap tidak serius menangani kasus luapan lumpur panas ini. Masyarakat adalah korban yang paling dirugikan, di mana mereka harus mengungsi dan kehilangan mata pencaharian tanpa adanya kompensasi yang layak. Pemerintah hanya membebankan kepada Lapindo pembelian lahan bersertifikat dengan harga berlipat-lipat dari harga NJOP yang rata-rata harga tanah untuk 4 desa (Kedung Bendo, Renokenongo, Siring, dan jatirejo), sementara desa-desa lainnya ditanggung APBN, juga penanganan infrastruktur yang rusak. PT Lapindo Brantas Inc sendiri lebih sering mengingkari perjanjian-perjanjian yang telah disepakati bersama dengan korban. Dari 12.883 buah dokumen Mei 2009 hanya 400 buah dokumen yang telah dibayarkan karena status tanah yang lainnya masih belum jelas.

2.5.3 Wisata Lumpur Lapindo

(44)

mencoba memanfaatkan musibah ini unutuk mengais sedikit rejeki, sehingga akhirnya warga Jatirejo dan Siring membuat wisata lumpur karena mengetahui bahwa banyak orang dari berbagai daerah di tanah air yang ingin melihat dari dekat semburan lumpur itu.

Istilah 'wisata' jelas tidak pas karena di sini para pengunjung tidak beroleh kelegaan rohani. Orang yang datang berkunjung ke tempat wisata lumpur ini lebih karena ingin bersimpati, merasakan langsung betapa ribuan manusia terusir karena kesalahan fatal di lokasi tambang gas bumi itu. Berbagai cara mereka lakukan agar semakin banyak orang yang berminat untuk melihat wisata buatan tersebut, mulai dari membuat spanduk hingga mengandalkan cerita dari mulut ke mulut yang tujuannya tidak lain untuk mempromosikan wisata baru di Sidoarjo.

(45)

2.6 Angkat Tangan

Di dalam Kamus Bahasa Indonesia tidak memberikan makna pada kata yang mengalami pergeseran arti. Tetapi berdasarkan proses pembentukannya dapat kita pahami makna kata tersebut. Dari kata dasar tangan yang berarti : anggota badan dari siku sampai ke ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung jari untuk melakukan berbagai macam pekerjaan; kekuasaan; pengaruh; perintah.

Sedangkan contoh dalam penggunaan adalah angkat tangan yang mempunyai makna : mengangkat kedua belah tangan ke atas seperti ketika orang mulai shalat; mengacungkan tangan ke atas tanda menunjukkan diri; mengangkat tangan seperti meminta bantuan; menyerah (tidak akan melawan lagi); takluk; tidak sanggup menghadapi; putus asa. (http://kamusbahasaindonesia.org/tangan/mirip).

2.7 Sejarah Awal Nama Kuala Lumpur

(46)

timah dibuka di Pudu dan Batu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti lumpur sendiri adalah salah satu jenis tanah lunak dan berair; atau tanah becek. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kuala_Lumpur).

2.8 Bunga Sepatu

Bunga atau kembang sepatu ( Hibiscus Rosa Sinensis Linn ) adalah salah satu jenis bunga yang hanya bisa ditemukan di daerah yang beriklim tropis dan subtropics seperti di negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Brazil, dan lain-lain. Bunga ini terkenal mempunyai dua varian warna yang akrab kita jumpai, yaitu bunga yang berwarna merah dan berwarna putih layaknya warna bendera Indonesia. Namun ada pula hasil modifikasi dengan teknik hybrid yang berwarna kuning, oranye, merah muda, merah, dan ungu dengan kelopak tunggal dan berganda.

(47)

2.9 Menara Kembar Petronas

Menara PETRONAS adalah dua buah pencakar langit kembar di Kuala Lumpur, Malaysia yang sempat menjadi gedung tertinggi di dunia dilihat dari tinggi pintu masuk utama ke bagian struktur paling tinggi.

Menara ini dirancang oleh Adamson Associates Architects, Kanada bersama dengan Cesar Pelli dari Cesar Pelli of Cesar Pelli & Associates Architects Amerika serikat yang selesai dibangun setinggi 88 lantai pada

1998 dengan desain Interior yang merefleksikan budaya Islam yang mengakar di Malaysia. Pada 17 Oktober 2003, Taipei 101 mengambil rekor menara kembar ini.Tetapi Menara Kembar Petronas tetap memegang gelar menara kembar tertinggi di dunia.

2.9.1 Desain dan Bangunan

Cesar Pelli juga merancang gedung Miglin-Beitler Skyneedle (atau disebut pula Miglin-Beitler Tower) setinggi 609,58 m di Chicago, Amerika Serikat yang selesai pada tahun 1988 yang tampak mempunyai kemiripan dengan Menara Petronas.

(48)

menggunakan motif yang lazim digunakan dalam Seni Islam mengingat budaya Islam sudah menjadi ciri khas Malaysia.

Di antara kedua menara dibangun sebuah jembatan (Skybridge atau Jejantas Udara) yang menghubungkan kedua menara pada lantai 41 dan 42. Jembatan ini adalah tujuan kunjungan turis yang datang ke Menara Petronas dengan jumlah tiket yang terbatas (sekitar 1200 buah). Selain itu, jembatan ini juga digunakan untuk evakuasi apabila terjadi keadaan darurat di sebuah menara sehingga penghuninya bisa pindah ke menara yang aman. Sebagaimana bangunan tinggi lain, Menara PETRONAS pun bisa bergoyang bila diterpa angin sehingga pembangunan jembatan pun tidak dipasang secara kaku pada kedua menara.

(49)

2.10 Penggunaan Warna Dalam Tanda

Kita sering menggunakan warna untuk menunjukan suasana emosional, cita rasa, afisiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita. Sebagian besar orang mungkin tidak pernah berpikir tentang betapa beraneka warnanya dunia tempat hidup mereka atau bertanya-tanya dalam hati bagaimana warna yang beraneka ragam itu ada di bumi ini. Mungkin mereka juga tidak pernah berfikir seprti apa jadinya jika dunia tanpa warna. Sepanjang sejarah seni, warna menjadi daya tarik utama bahkan seniman manapun. Beberapa dari mereka mengabdikan hidupnya untuk mempelajari warna, bahkan mereka juga mempercayai bahwa warna-warna tersebut dapat mempengaruhi kehidupan jasmani dan rohani manusia. Warna bisa menjadi ’sekutu’ yang mengesankan bagi seniman dalam media visual apapun (Mc.Cloud, 2000:185).

Hal tersebut terjadi karena kita hidup di dalam dunia warna bukan dunia yang hitam dan putih, melalui warna yang ekspresifsebuah hasil karya visual dapat menjadi sebuah sensasi yang ’memabukan’. Misalnya warna-warna sephia dalam seni fotografi dapat memberi kesan yang mendalam serta dapat lebih menghidupkan karya-karya fotografi yang ditunjukan untuk menyatakan suatu kritik sosial.

(50)

panjang gelombang 460 nanometer. Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar antara 380-780 nanometer. Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti interpretasi otak terhadap campuran tiga warna primer cahaya yaitu merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru akan menghasilkan interpretasi warna magenta. Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda. Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip warna merah.

(51)

hitam. Di dalam sistem RGB, nilai ini ditentukan oleh penambahan komponen merah, biru, dan hijau dalam komposisi yang tepat sama walaupun tidak harus penuh seratus persen (http://id.wikipedia.org/wiki/Warna).

2.11 Pemahaman Warna

Dari referensi yang dimiliki oleh peneliti, terdapat beberapa simbolisasi makna yang terdapat pada warna, yaitu :

1. Merah

Melambangkan kesan energi, kekuatan, hasrat, erotisme, keberanian, simbol dari api, pencapaian tujuan, darah, resiko, ketenaran, cinta, perjuangan, perhatian, perang, bahaya, kecepatan, panas, kekerasan. Warna ini dapat menyampaikan kecenderungan untuk menampilkan gambar dan teks secara lebih besar dan dekat. warna merah dapat mengganggu apabila digunakan pada ukuran yang besar. Merah cocok untuk tema yang menunjukkan keberanian seseorang dan energi.

2. Putih

(52)

kesederhanaan, kesempurnaan, kebersihan, cahaya, takbersalah, keamanan, persatuan. Warna putih sangat bagus untuk menampilkan atau menekankan warna lain serta memberi kesan kesederhanaan dan kebersihan.

3. Hitam

Melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar (underground), modern music, harga diri dan anti kemapanan. Sangat tepat untuk menambahkan kesan misteri. latar belakang warna hitam dapat menampilkan perspektif dan kedalaman. Sangat bagus untuk menampilkan karya seni atau fotografi karena membantu penekanan pada warna-warna lain.

4. Biru

(53)

memberi kesan tenang dan menekankan keinginan. Biru tidak meminta mata untuk memperhatikan. Obyek dan gambar biru pada dasarnya dapat menciptakan perasaan yang dingin dan tenang. Warna Biru juga dapat menampilkan kekuatan teknologi, kebersihan, udara, air dan kedalaman laut. Selain itu, jika digabungkan dengan warna merah dan kuning dapat memberikan kesan kepercayaan dan kesehatan.

5. Hijau

Menunjukkan warna bumi, penyembuhan fisik, kelimpahan, keajaiban, tanaman dan pohon, kesuburan, pertumbuhan, muda, kesuksesan materi, pembaharuan, daya tahan, keseimbangan, ketergantungan dan persahabatan. Dapat digunakan untuk relaksasi, menetralisir mata, memenangkan pikiran, merangsang kreatifitas.

6. Kuning

(54)

aktivitas mental dan menarik perhatian, Sangat efektif digunakan pada blogsite yang menekankan pada perasaan bahagia dan kekanakan.

7. Merah Muda

Warna Merah Muda menunjukkan simbol kasih sayang dan cinta, persahabatan, feminin, kepercayaan, niat baik, pengobatan emosi, damai, perasaan yang halus, perasaan yang manis dan indah.

8. Ungu

Menunjukkan pengaruh, pandangan ketiga, kekuatan spiritual, pengetahuan yang tersembunyi, aspirasi yang tinggi, kebangsawanan, upacara, misteri, pencerahan, telepati, empati, arogan, intuisi, kepercayaan yang dalam, ambisi, magic atau keajaiban, harga diri.

9. Orange

(55)

mental. Disamping itu warna Orange memberi kesan yang kuat pada elemen yang dianggap penting.

10. Coklat

Menunjukkan Persahabatan, kejadian yang khusus, bumi, pemikiran yang materialis, reliabilitas, kedamaian, produktivitas, praktis, kerja keras. Warna coklat sangat tidak menarik apabila digunakan tanpa tambahan gambar dan ornamen tertentu, coklat harus didukung ornament lain agar menarik.

11. Abu-abu

Mencerminkan keamanan, kepandaian, tenang dan serius, kesederhanaan, kedewasaaan, konservatif, praktis, kesedihan, bosan, profesional, kualitas, diam, tenang.

12. Emas

(56)

2.12 Pendekatan Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama menusia. Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang berarti “tanda” (Sujdiman dan Van Zoest, 1996:vii; Sobur, 2004:16) atau seme, yang berarti “penafsir tanda” (Cobley dan jansz, 1994:4; Sobur, 2004:16). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika (Kurnaiawan, 2001:49; Sobur, 2004:16-17)). ”Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada adanya hal lain. Contohnya asap menandai adanya api (Sobur,2004:17).

(57)

Sementara istilah semiotik yang dimunculkan oleh Charces Sanders pierce, merujuk kepada ”doktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda. Tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun – sejauh terkait pikiran manusia – seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungan dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan tanda-tanda nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian, serta beraneka praktik sosial konvesional lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis bahsa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasar relasi-relasi (Sobur, 2004:13).

(58)

Seperti telah dijelaskan, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan semiotik adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam studi semiotik, yaitu :

1. The sign it self. This consists of the study of different varieties of sign; of the different ways they have of conveying meaning, and of the way they related to the people who use them. For sign are human construct and only be understood is terms of the uses

people put them to.

2. The codes or system into which sign are organized. This study covers the ways that a variety of codes have developed in order to meet the needs of a society or culture.

3. The culture within with these codes and sign operate. (Sobur, 2001:94).

2.13 Semiotika Charles Sanders Pierce

(59)

Konsekuensinya, tanda selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. (Sobur, 2004:41).

ground

objek interpretan

Gambar 2.1 Model Semiotik Pierce

(Fiske, 1990 : 42)

Atas dasar hubungan ini, Peirce membuat klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Sedangkan legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda.

(60)

icon

index symbol Gambar 2.2

Model Kategori Tanda (Fiske, 1990 : 47)

(61)

Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent sign adalah tanda sesuai dengan kenyataan. Sedangkan argument adalah yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu (Sobur, 2004:41).

2.14 Kerangka Berpikir

Setiap individu mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dalam memahami suatu peristiwa objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda pada setiap individu. Begitu juga peneliti dalam memahami tanda dan lambing dalam objek, yang berdasarkan pengalaman dan pengetahuan peneliti.

(62)
(63)

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan semiotik untuk mengetahui system tanda dan gambar yang digunakan pada pemaknaaan desain gambar dan tulisan Visit Porong Sidoarjo pada kaos Cak Cuk Surabaya. Alasan digunakannya metode kualitatif berdasarkan beberapa faktor, yaitu metode kualitatif akan lebih menyesuaikan bila dalam penelitian ditemukan kenyataan ganda, kemudian metode kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, dan metode kualitatif lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola nilai yang dihadapi (Moleong, 1998:5).

Selanjutnya untuk menginterpretasikan objek, harus terlebih dahulu menganalisis sistem tanda komunikasi dalam desain gambar dan tulisan tersebut yang kemudian dijadikan korpus (sampel) dalam penelitian ini. Karena itulah, peneliti menggunakan pendekatan semiotika untuk menganalisa atau menafsirkan makna yang terdapat dalam desain gambar dan tulisan tersebut. Semiotika biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan

(64)

kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Scoles, 1982:ix dalam budiman, 2004:3).

Penelitian dengan menggunakan pendekatan semiotik merupakan penelitian pesan komunikasi yang bersifat deskripsi kualitatif (Rachmad, 1993:32). Dengan menggunakan pendekatan semiotik, penelitian ini bermaksud ingin mengetahui bagaimana makna tanda-tanda dalam desain gambar dan tulisan pada kaos Cak Cuk Surabaya versi “ Visit Porong Sidoarjo”.

3.2 Definisi Operasional Konsep 3.2.1 Tulisan dan Gambar Pada Kaos

Berdasarkan kamus umum bahasa Indonesia, gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan dan sebagainya) yang dibuat dengan cat, tinta, coret, potret dan sebagainya. Sedangkan tulisan adalah suatu hasil menulis, barang apa yang ditulis, cara menulis, karangan (majalah, surat kabar, dan sebagainya).

(65)

3.3 Korpus Penelitian

Korpus dipandang sebagai suatu himpunan terbatas atau juga ”berbatas’ dari unsur yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama, karena itu dapat dianalisis secara keseluruhan. Pada penelitian ini yang menjadi korpus adalah gambar tangan-tangan yang seolah berada di dalam kubangan lumpur yang diangakat ke atas dengan atar belakang Menara Petronas, segala tulisan atau teks, gambar bunga sepatu dan semua bentuk pewarnaan.

Gambar 3.1 Korpus Penelitian

3.4 Unit Analisis

(66)

diintrepretasikan dengan menggunakan acuan kategori tanda yang telah dibuat oleh Pierce, diantaranya adalah:

a. Ikon (Icon)

Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan (Sobur, 2003:41). Ikon yang terdapat pada tulisan dan gambar di kaos Cak Cuk Surabaya versi “ Visit Porong Sidoarjo” : gambar tangan-tangan yang seolah berada di dalam kubangan lumpur yang diangakat ke atas dengan atar belakang Menara Petronas.

b. Indeks (Index)

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu terhadap kenyataan (Sobur, 2003:41-42). Indeks yang terdapat pada tulisan dan gambar di kaos Cak Cuk Surabaya versi “ Visit Porong Sidoarjo” adalah teks bertuliskan Visit Porong Sidoarjo, 28 Mei ’06 pipa Lapindo bocor – banjir lumpur, serta teks Kuala Lumpur yang sebenar-benarnya.

c. Simbol (Symbol)

(67)

semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. (Sobur, 2003:42). Simbol yang terdapat pada tulisan dan gambar di kaos Cak Cuk Surabaya versi “ Visit Porong Sidoarjo” adalah gambar tangan-tangan diangkat ke atas dengan berlatar belakang menara Kembar Petronas, gambar bunga sepatu, teks bertuliskan Visit Porong Sidoarjo, 28 Mei ’06 pipa Lapindo bocor – banjir lumpur, dan juga teks Kuala Lumpur yang sebenar-benarnya, serta semua bentuk pewarnaan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data didalam penilitian ini berasal dari data primer dan sekunder :

1. Data primer, Korpus atau sample data yang dikumpulkan berwujud gambar dan tulisan, yang didokumentasikan secara visual dengan foto. Korpus dikumpulkan secara acak dengan pedoman pada asas kelayakan, yakni peneliti merasa cukup terhadap data bersangkutan, yang dianggap telah merepresentasikan tentang apa yang ingin ditemukan dalam penelitian ini.

(68)

3.6 Teknik Analisis Data

Pertama, data telah dikumpulkan dan dideskripsikan. Kedua, peneliti menelaah makna yang terkandung dalam objek tulisan dan gambar tersebut dengan menggunakan ikon, indeks, dan simbol.

(69)

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Cak Cuk Surabaya

Cak Cuk Surabaya merupakan nama dari sebuah toko yang menjual produk fashion berupa kaos, dimana kaos yang dijual juga diberi merek yang sama dengan nama toko atau counter tersebut. Cak Cuk Surabaya didirikan oleh seorang alumnus angkatan 1993 fakultas ekonomi Universitas Airlangga Surabaya, Dwi Purwo Laksono, atau lebih dikenal dengan panggilan akrab Cak Purwo. Pemilik merupakan orang Surabaya asli yang pada awalnya hanya tertarik untuk coba-coba menjalani bisnis fashion khusus produk kaos.

Ketertarikan tersebut berawal dari kegemaran beliau mengenakan pakaian casual berupa kaos dalam kegiatan sehari-harinya. Kegemarannya travelling juga membuatnya secara tidak sadar mempunyai banyak koleksi kaos khas buah tangan dari kota setempat yang ia kunjungi. Dari sanalah Cak Purwo mulai melirik bisnis fashion kaos dan mendirikan Cak Cuk Surabaya. Dengan menggandeng orang-orang yang kompeten di bidangnya, ia memutuskan sebagai pemodal utama mulai sering mengikuti pameran-pameran kesenian di Balai Pemuda Surabaya sejak

(70)

pertengahan tahun 2004. Pasang surut bisnis ini sama sekali tidak mengurangi keinginannya untuk membuka counter tetap di sebuah tempat. Hingga akhirnya pada tahun 2006 tepatnya pada tanggal 16 Agustus 2006, Cak Cuk Surabaya membuka counter tetap di Royal Plaza lantai 2. Dengan menempati counter kecil itu, merek Cak Cuk Surabaya tetap bisa akrab di kalangan anak muda Surabaya.

Saat membuka bisnis kaos Cak Cuk Surabaya ini, sang pemilik memeng membidik segmen anak muda. Hal ini tak lain disebabkan karena kaos identik dengan “leisure fashion” atau casual fashion”

dengan kata lain pakaian berjenis kaos adalah pakaian non resmi dan anak muda cenderung suka mengenakan pakaian yang santai,

casual dan tidak resmi untuk keseharian mereka. Selain segmen

anak muda, Cak Cuk Surabaya juga membidik wisatawan lokal dari luar Surabaya dan wisatawan mancanegara sebagai alternatif oleh-oleh dari Kota Pahlawan.

(71)

yang sama yaitu permianan kata dan gambar yang desainnya pun masih mengangkat tema Surabaya dan sekitarnya.

Berikut adalah logo dari merek Cak Cuk Surabaya yang terpampang di counter dan juga menjadi label di belakang kaos.

Gambar 4.1

Gambar Logo Usaha Kaos Cak Cuk Surabaya

4.1.2 Lumpur Panas Lapindo

(72)

Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan. Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kesalahan prosedur dalam kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak yang condong kejadian itu adalah akibat pemboran.

(73)

maupun Meneg Lingkungan Hidup yang mengatakan lumpur di Sidoarjo ini berbahaya, menyebabkan dibuat tanggul diatas tanah milik masyarakat, yang karena volumenya besar sehingga tidak mungkin menampung seluruh luapan lumpur dan akhirnya menjadikan lahan yang terkena dampak menjadi semakin luas.

Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

 Lumpur menggenangi dua belas desa di tiga kecamatan..

 Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja.

 Empat kantor pemerintah tidak berfungsi dan para pegawai juga tidak bekerja.

 Tidak berfungsinya sarana pendidikan serta Markas Koramil Porong.

 Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi.  Pipa air milik PDAM Surabaya patah.

 Meledaknya pipa gas milik Pertamina.

 Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan.

(74)

Penutupan ruas jalan tol juga menyebabkan terganggunya jalur transportasi Surabaya - Malang dan Surabaya - Banyuwangi serta kota-kota lain di bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto) dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.

Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan membuat tanggul namun lumpur terus menyembur setiap hari, sehingga sewaktu-waktu tanggul dapat jebol dan mengancam permukiman di dekat tanggul. Sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk memadamkan lumpur berikut menanggulangi dampaknya. Tiap tim terdiri dari perwakilan Lapindo, pemerintah, dan sejumlah ahli dari beberapa universitas terkemuka. Tim Satu, menangani penanggulangan lumpur, berkutat dengan skenario pemadaman. Tujuan jangka pendeknya adalah memadamkan lumpur dan mencari penyelesaian cepat untuk jutaan kubik lumpur yang telah terhampar di atas tanah.

(75)

kesalahan manusia, seandainya luapan lumpur dianggap sebagai fenomena alam, maka skenario yang wajar adalah 'bagaimana mengalirkan lumpur kelaut' dan belajar bagaimana hidup dengan lumpur.

Rapat Kabinet pada 27 September 2006 akhirnya memutuskan untuk membuang lumpur panas Sidoardjo langsung ke Kali Porong. Keputusan itu dilakukan karena terjadinya peningkatan volume semburan lumpur, untuk memberikan tambahan waktu untuk mengupayakan penghentian semburan lumpur tersebut dan sekaligus mempersiapkan alternatif penanganan yang lain. Banyak pihak menolak rencana pembuangan ke laut ini, karena dapat mengakibatkan produksi tambak mengalami kegagalan panen.

(76)

Kritik pun ditujukan kepada Pemerintah karena dianggap tidak serius menangani kasus luapan lumpur panas ini. Masyarakat adalah korban yang paling dirugikan, di mana mereka harus mengungsi dan kehilangan mata pencaharian tanpa adanya kompensasi yang layak. Pemerintah hanya membebankan kepada Lapindo pembelian lahan bersertifikat dengan harga berlipat-lipat dari harga NJOP yang rata-rata harga tanah untuk 4 desa (Kedung Bendo, Renokenongo, Siring, dan jatirejo), sementara desa-desa lainnya ditanggung APBN, juga penanganan infrastruktur yang rusak. PT Lapindo Brantas Inc sendiri lebih sering mengingkari perjanjian-perjanjian yang telah disepakati bersama dengan korban. Dari 12.883 buah dokumen Mei 2009 hanya 400 buah dokumen yang telah dibayarkan karena status tanah yang lainnya masih belum jelas.

(77)

Istilah 'wisata' jelas tidak pas karena di sini para pengunjung tidak beroleh kelegaan rohani. Orang yang datang berkunjung ke tempat wisata lumpur ini lebih karena ingin bersimpati, merasakan langsung betapa ribuan manusia terusir karena kesalahan fatal di lokasi tambang gas bumi itu. Berbagai cara mereka lakukan agar semakin banyak orang yang berminat untuk melihat wisata buatan tersebut, mulai dari membuat spanduk hingga mengandalkan cerita dari mulut ke mulut yang tujuannya tidak lain untuk mempromosikan wisata baru di Sidoarjo.

Disamping memanfaatkan waduk penahan lumpur panas tersebut sebagai tempat wisata, para warga Porong juga melengkapi fasilitas wisata tersebut dengan membuat film dokumenter tentang musibah lumpur panas dan menjualnya kepada wisatawan yang berkunjung sebagai kenang-kenangan setempat. Selain menjadi pemandu wisata, tukang ojek, penjual VCD lumpur, penjual es atau makanan kecil, para warga korban lumpur juga bekerja sebagai tukang parkir. Sekali parkir Rp 2.000, sedangkan Parkir mobil Rp 5.000.

4.2 Penyajian Data

(78)

pengamatan terhadap objek tersebut. Di dalam visualisasi gambar dan tulisan tersebut telah terjadi proses komunikasi secara visual kepada masyarakat terhadap apa yang dikreasikan melalui desain gambar yang dibuat. Tulisan kalimat “ Visit Porong” dan “Kuala Lumpur Yang Sebenar-benarnya” disertai oleh gambar tangan-tangan yang diangkat ke atas dan berlatar belakang Menara Kembar Petronas adalah merupakan serangkaian tanda yang dapat dimaknai, karena objek ini tidak dapat berdiri sendiri tanpa makna. Selanjutnya akan dianalisis berdasarkan landasan teori Charles S. Pierce. Untuk mengetahui apa yang terkandung dalam objek gambar tersebut.

Charles S. Pierce membagi tanda menjadi 3 kategori yaitu ikon, indeks, simbol. Untuk melihat pengungkapan peristiwa serta apa pesan yang disampaikan dalam gambar iklan tersebut, sistem tanda dalam iklan tersebut dibagi berdasarkan pembagian fungsi tanda dari Pierce.

Gambar 4.2

(79)

4.3 Pemaknaan Desain Gambar dan Tulisan Pada Kaos Cak Cuk Seri “Visit Porong” dalam konteks Charles Sanders Pierce

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis semiotika Charles Sanders Pierce, dalam pendekatan semiotik model Charles S. Pierce, diperlukan adanya 3 unsur utama yang bisa digunakan sebagai model analisis, yaitu objek, tanda, dan interpretant. Menurut Charles Sanders Pierce salah satu bentuk tanda adalah kata, sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretant adalah tanda yang ada dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.

Dalam Desain Gambar dan Tulisan Pada Kaos Cak Cuk Versi “Visit Porong”, dapat dibagi beberapa unsur berdasarkan unit analisis dalam penelitian ini :

1. Tanda dalam objek tersebut adalah setiap bentuk makna yang bisa ditimbulkan oleh desain gambar tersebut.

2. Objek tersebut adalah keseluruhan desain gambar tersebut.

Gambar

Gambar 3.1  Korpus Penelitian
Gambar Logo Usaha Kaos Cak Cuk Surabaya Gambar 4.1
Gambar 4.2 Gambar Desain Kaos Cak Cuk Seri “Visit Porong”
gambar dan tulisan pada Keseluruhan dari desain kaos Cak Cuk Surabaya
+2

Referensi

Dokumen terkait