• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Manajemen Sekolah dalam Meningkatan Mutu Pembelajaran di SD Negeri Purwosari 1 Sayung Demak T2 942014060 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Manajemen Sekolah dalam Meningkatan Mutu Pembelajaran di SD Negeri Purwosari 1 Sayung Demak T2 942014060 BAB IV"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN HASIL PENGEMBANGAN

4.1 Profil Sekolah

Sekolah Dasar Negeri Purwosari 1 merupakan sekolah berstatus negeri yang beralamat di Desa Purwosari Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah. SDN Purwosari 1 berdiri pada tahun 1958 berada di wilayah Daerah Binaan (Dabin) 1 dengan status di Dabin sebagai SD Imbas. SDN Purwosari 1 saat ini di pimpin oleh Ibu Sri Sukeksi ,S.Pd dengan status akreditas Sekolah adalah Sanagat Baik (A).

Visi dan misi SDN Purwosari 1 Sayung Demak disusun dengan mempertimbangkan keadaan sekolah, harapan pemangku kepentingan, dan tantangan dalam lingkungan strategis pendidikan di sekolah, agar sasaran dan program pengembangan sekolah dapat tercapai lebih rialistis dan konsisten dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan yang efektif, efisien, akuntabel, dan demokratis

Profil SD Negeri Purwosari 1, Kec. Sayung Kab. Demak di bawah ini kami susun dengan sistematika sebagai berikut : (1) identitas sekolah, (2) visi, misi, dan rencana strategis, (3) sarana dan prasarana, (4) keadaan siswa, (5) keadaan guru, (6) tingkat kelulusan, (7) prestasi siswa, (8) kondisi pekerjaan orang tua siswa.

4.1.1 Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SD Purwosari 1, Kec. Sayung Kab. Demak Alamat Sekolah : Jln. Raya Sayung - Demak No 34

Desa : Purwosari 1

Kecamatan : Sayung Kabupaten : Demak Provinsi : Jawa Tengah Status Sekolah : Negeri

(2)

Luas tanah : 2.588 M2 Luas bangunan : 644 M2

4.1.2 Visi, Misi, Tujuan dan Rencana Strategi

a. Visi

Membentuk Generasi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berbudi Pekerti Luhur, Cerdas, Terampil dan Berwawasan Luas.

b. Misi

• Menumbuhkan Sikap dan Perilaku yang baik sesuai Norma yang berlaku. • Meningkatkan Kemampuan Peserta Didik dalam bidang IPTEK.

• Mengembangkan Ketrampilan Peserta Didik agar siap terjun di Masyarakat. • Menghasilkan Lulusan yang Berkualitas.

4.1.3 Tujuan

• Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Cetered Learning) antara lain CTL, PAKEM, serta layanan bimbingan dan konsel

• Meraih kejuaraan dalam bidang Olimpiade tingkat Kabupaten. • Memperoleh kejuaraan dalam olimpiade SAINS tingkat Kabupaten.

• Melestarikan budaya daerah melalui MULOK Bahasa Daerah dengan indikator 85 % siswa mampu berbahasa Jawa sesuai dengan konteks.

• Menjadikan 85 % siswanya memiliki kesadaran terhadap kelestarian lingkungan sekitar.

• Memiliki jiwa cinta tanah air yang diinternalisasikan lewat kegiatan Paskibra dan Pramuku.

• Meraih kejuaraan dalam beberapa cabang olahraga di tingkat Kabupaten. • Memiliki jiwa toleransi antar beragama dan melaksanakan ibadah sesuai

dengan agama yang dianut. 4.1.4 Rencana Strategi

(3)

• Pembiasaan sholat berjamaah di Mushola sekolah sepulang sekolah.

• Mengadakan kerjasama dengan lembaga keagamaan / pengajian di lingkungan sekolah.

• Mengadakan kegiatan ekstra kurikuler, yang meliputi : BTA, Pramuka, UKS, dan Olah Raga prestasi.

• Memberikan jam belajar tambahan secara teratur dan berkesinambungan. • Melaksanakan program pembiasaan penerapan hidup sehat untuk

mewujudkan situasi lingkungan sekolah yang tertib, bersih, sehat,nyaman, indah, aman dan menyenangkan.

2) Meningkatkan kemampuan guru dalam penguasaan metode dan teknik mengajar melalui :

• Pelatihan/penataran yang diselenggarakan oleh dinas • Rapat rutin bulanan

• Kegiatan KKG/KKKS baik tingkat Gugus maupun Kecamatan. • Memberi kesempatan bagi guru yang ingin melanjutkan studinya.

3) Mengusahakan kesejahteraan pegawai sekolah, baik kesejahteraan finansial maupun mental, misalnya melalui :

 Usulan kenaikan pangkat / gaji tepat waktu.

4.1.5Sarana dan Prasarana

(4)

Keadaan Sarana dan Prasarana Tabel 4.1 Keadaan Gedung

Tabel 4.2 Keadaan

Infrastruktur No Nama Barang Jumlah B KondisiRR RB tuhanKebu Kurang

1 Kantor SD 1 1 - - 1

-2 Ruang Belajar/Kelas 10 7 3 - 12

-3 Ruang Perpustakaan 1 1 - - 1

-4 Ruang UKS - - - - 1 1

5 Ruang Laborat - - - - 1 1

6 Ruang Pelayanan BP 1 - 1 - 1

-7 Ruang Komputer - - - - 1 1

8 Ruang Guru 1 1 - - 1

-9 Gudang - - - - 1 1

10 Toilet Karyawan 2 2 - - 2

-11 Toilet Siswa 6 2 - 4 6

-12 Mushola - - - - 1 1

13 Almari Kelas 12 6 6 - 12

-14 Almari Kantor 5 2 3 - 6 1

15 Meja Guru Kelas 12 5 7 - 12

-16 Kantin Sekolah - - - - 1 1

17 Toilet tamu 1 1 - - 1

-18 Kursi Guru Kelas 12 5 7 - 12

-19 Meja Belajar Siswa 324 235 89 - 350 26

20 Bangku/Kursi Anak 352 298 54 - 372 20

Keterangan : B = Baik

RR = Rusak Ringan RB = Rusak Berat

No Nama Barang Jumlah Kondisi

B RR RB

1 Pagar Depan 1 1 -

-2 Pagar Samping 1 1 -

-3 Pagar Belakang - - -

(5)

-4.1.5Keadaan Siswa

Keadaan siswa SD Purwosari 1, Kec. Sayung Kab. Demak elatif stabil berkisar 350 – 370 tiap tahunnya. Rincian data jumlah siswa dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.3 Keadaan Siswa

5 Kran air 15 9 6

6 Tempat Sampah Plastik 13 1 12

(6)
(7)
(8)

4.1.5 Prestasi Sekolah

Sebenarnya untuk Prestasi sekolah tidak begitu mengecewakan jika dibandingkan dengan Sekolah –Sekolah lain khususnya di wilayah Kecaatan Sayung, namun demikian kalau kita runtut jauh ke belakang sekitar 4 – 5 tahun sangat mengalami penurunan, sehingga peneliti sangat tertarik untuk membuat program Sekolah yang nantinya diharapkan bisa memulihkan prestasi sekolah melalui “ team work “ para guru yang dikembangkan dalam penelitian ini. Di sini saya sajikan prestasi yang diperoleh para Siswa melalui berbagai event lomba yang secara resmi diadakan secara rotin oleh Dinas Pendidikan pada setiap tahunnya.

Tabel 4.6 kondisi orang tua. Secara keseluruhan sebagai berikut:

Tabel 4.7 1 Th 2015 Lomba LK TIKI Putri Kecamatan 1 2 Th 2015 LombaMaca Pat Islam Kecamatan 2 3 Th 2015 Lomba LK TIKI Putra Kabupaten 2 4 Th 2015 Lomba Cipta Puisi Kabupaten 2 5 Th 2015 LombaMaca Pat. Putri Kecamatan 1 6 Th 2015 Lomba Cerita Isalmi Kecamatan 1 7 Th 2016 LombNyanyi Tunggal Kecamatan 1 8 Th 2016 Lomba Cipta Puisi Kecamatan 1 9 Th 2016 Lomba Kriya Anyam Kecamatan 1 10 Th 2016 L. Mapsi Kewirausaha Kecamatan 1

(9)

4.2

Proses dan

Hasil

Penelitian

Pengembangan

Menurut Sugiyono (2014), langkah-langkah penelitian R & D terdiri dari 10 langkah sebagai berikut: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) Revisi produk, dan (10) Produksi masal. Pada penelitian ini hanya dibatasi sampai 7 langkah yaitu: ) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain produk, (4) Validasi desain, (5) Revisi desain, (6) Uji coba produk, (7) Revisi produk.

4.2.1 Tahap Potensi Masalah

SDN Purwosari memiliki 16 tenaga pengajar yang terdiri 1 kepala sekolah, 8 guru kelas Pegawai Negeri Sipil (PNS), 1 guru kelas Calon PNS, 4 guru kelas honorer, 1 Bahasa Inggris, 1 Olahraga dan 2 Pendidikan Agama Islam. 1 orang petugas perpustakaan dan 1

orang untuk penjaga sekolah. Jadi jumlah keseluruhan tenaga pendidik ada 18 guru, dengan kualifikasi pendidikan S2 berjumlah 1 orang, S1 PGSD berjumlah 8 orang, D2 ada 2 orang dan 1 orang berpendidikan SMA.sebagai penjaga sekolah yang telah memiliki sertifikat pendidik ada 11 dan guru yang termasuk dalam guru K2 ada 2.

Bangunan sekolah terbagi menjadi tiga lokasi yakni menghadap barat dan menghadap timur maupun ke selatan dengan halaman sekolah yang kurang luas. Gedung sekolah yang dimiliki SDN Purwosari 1 terdiri dari 12 ruang kelas yang semua kelas paralel, 1 ruang gabungan untuk ruang kantor guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, 1gedung perpustakaan, 1 gabungan ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan ruang ibadah. Jumlah siswa 372, dengan perincian; laki-laki 186 siswa, sedangkan perempuan 186 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 berikut.

Penelitian awal dilakukan dengan wawancara yang dilaksanakan dengan teknik purposive terhadap 3 orang narasumber yakni Kepala Sekolah (KS), guru kelas 4 dan guru kelas 5 (guru kelas tinggi) yang dilakukan di SDN Purwosari 1 Sayung Demak. Wawancara dengan narasumber Kepala Sekolah (inisial SK) dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2016; wawancara dengan narasumber guru kelas 6 (inisial NM) dilakukan pada tanggal 8 Maret 2016; dan wawancara dengan narasumber guru kelas 5 (inisial SH) dilaksanakan pada tanggal 12 Maret 2016. Data yang tidak ditemukan melalui wawancara, ditemukan dan dilengkapi melalui data

1 PNS 19 3,8%

2 TNI / POLRI 9 1,5%

3 PEDAGANG 108 22,7%

4 TANI 84 18,9%

5 BURUH 152 53%

(10)

hasil studi literatur pustaka, studi teoritik dan studi teoritik dilakukan dengan mengkaji literatur, pustaka, regulasi selingkung dan regulasi legal formal.

Masalah manajemen masih belum tertata

Manajemen pembelajaran merupakan proses mengelola yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalian (pengarahan) dan pengevaluasian kegiatan yang berkaitan dengan proses membelajarkan siswa dengan mengikutsertakan berbagai faktor di dalamnya guna mencapai tujuan. Dalam mengelola pembelajaran, guru sebagai manajer melaksanakan berbagai langkah kegiatan mulai dari merencanakan pembelajaran, mengorganisasikan pembelajaran, mengarahkan dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan.

Model manajemen pembelajaran dalam mempersiapkan anak untuk menghadapi ujian dan lomba – lomba yang selama ini dilaksanakan di SDN Purwosari 1 belum mampu memberikan hasil yang memuaskan bahkan dibandingkan empat lima tahun yang lalu malah cenderung menurun . Sistem perencanaan yang kurang baik menjadikan pengorganisasian kurang padu, sehingga pelaksanaan tidak konsisten meskipun pengarahan dan pengawasan sudah dilaksanakan secara kontinyu dampaknya tujuan pembelajaran belum tercapai secara efektif dan efisien.

Pada kegiatan perencanaan pembelajaran, pendidik belum mampu menentukan tujuan pembelajaran dengan baik melalui pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yakni tujuan yang ingin dicapai setelah terjadinya proses-kegiatan pembelajaran. Padahal pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari aspek, yaitu apa yang dilakukan peserta didik dan apa yang dilakukan pendidik, sehingga untuk mendapatkan proses pembelajaran yang berkualitas dan maksimal, maka dibutuhkan adanya perencanaan yang baik.

Pada kegiatan pengorganisasian pembelajaran, pendidik belum mampu mengumpulkan dan menyatukan berbagai macam sumber daya dalam proses pembelajaran. Pendidik masih menggunakan model pengajaran berbasis teacher centered bukan student centered. Pendidik juga belum mau menggunakan media belajar dalam upaya mengembangkan ilmu pengetahuannya. Sehingga kemampuan mensinergikan antara berbagai sumberdaya yang ada dengan tujuan yang akan dicapai belum terwujud.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari proses perencanaan, karena perencanaan pembelajaran dalam proses penentuan tujuan pembelajaran pada RPP belum sempurna maka pelaksanaan pembelajaran tidak bisa berjalan dengan konsisten.

(11)

perangkat pembelajaran yang telah awal di buat belum menentukan tujuan yang benar maka pembelajaran belum tercapai secara maksimal..

4.2 Paparan Data

Kebijakan Sekolah dalam Peningkatan Kualitas Belajar dan Prestasi SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak

Peningkatan kualitas Pembelajaran dan lulusan merupakan salah satu indikator tercapainya tujuan dari pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas lulusan dan Pembelajaran, diperlukan kerjasama antarpersonel sekolah dan didukung dengan kertesediaan sumber daya manusia serta fasilitas pembelajaran yang memadai. Demikian halnya yang dilakukan SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak yang secara berkala melaksanakan program peningkatan kualitas lulusan dan Pembelajaran. Terkait dengan kebijakan sekolah dalam peningkatan kualitas lulusandan hasil kejuaraan dalam lomba, Sri Sukeksi kepala SD Negeri Purwosari1 mengungkapkan:

“Salah satu indikator kualitas sekolah terlihat dari kualitas lulusandan hasil kejuaraan dalam mengikuti lomba. Kualitas lulusan pada umumnya hanya dilihat dari nilai hasil Ujian. Nilai yang relatif tinggi umumnya dimaknai bahwa kualitas lulusannya baik begitu pula semakin banyak memboyong piala kejuaraan . SD Negeri Purwosari 1 menilai kualitas lulusan bukan hanya pada nilai akademik yang diperoleh rapi juga pada aspek lain, yaitu keterampilan, budi pekerti, semangat relegius, dan jiwa nasionalisme atau karakter bangsa. Hal itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional maupun visi misi sekolah yang disepakati bersama segenap stakeholder. Untuk mencapai tujuan di atas, segenap guru dilibatkan secara aktif dan berjenjang. Kita sadari bahwa kualitas lulusan maupun hasil lomba tidak hanya ditentukan oleh guru kelas VI dan kelas V saja, tapi ditentukan dan diwarnai oleh jenjang kelas di bawahnya. Hal itu karena kemampuan dan kepribadian siswa dipengaruhi oleh proses pendidikan yang diikuti mulai kelas I sampai kelas VI”.

(12)

kualitas karena lulusan tidak hanya ditentukan oleh guru kelas VI dan kualitas hasil lomba tidak hanya ditentukan oleh guru kelas V saja, tetapi ditentukan dan diwarnai oleh jenjang kelas di bawahnya.

Faktor lain yang sangat signifikan dalam peningkatan kualitas lulusan adalah kebijakan yang diambil oleh sekolah. Kebijakan yang diambil tentunya melalui sebuah proses sehingga nantinya diambil sebuah kesepakatan bersama dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan SD Negeri Purwosari 1. Hal tersebut diungkapkan oleh Sri Sukeksi kepala sekolah yang menyatakan:

“Proses penetapan kebijakan sekolah dimulai pada saat sekolah menentukan visi, misi, dan tujuan sekolah. Penentuan visi, misi, dan tujuan sekolah dirumuskan bersama oleh kepala sekolah, dewan guru, komite sekolah, dan pengawas TK/SD. Perumusan ini didahului oleh analisis SWOT secara bersama-sama sehingga diperoleh gambaran tentang profil sekolah yang nyata (terlampir). Dari visi, misi, dan tujuan inilah tergambar profil lulusan yang diharapkan. Harapan ini disosialisasikan kepada seluruh wali murid untuk mendapat dukungan dan pemahaman bersama. Hal ini penting karena peran orang tua sangat strategis dalam mendukung program-progran sekolah”.

Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan pernyataan Nur Munifah guru kelas VI yang mengatakan:

Proses penetapan kebijakan di sekolah kami antara lain adalah: a. Kepala sekolah menjelaskan visi, misi, dan tujuan sekolah.

b. Guru menetapkan kontrak belajar di kelasnya masing-masing dan dikoordinasikan dengan kepala sekolah dan komite sekolah.

c. Guru melaksanakan kegiatan secara tertib dan terprogram sesuai kontrak belajar.

d. Setiap semester guru melaporkan kemajuan belajar kepada kepala sekolah dan orang tua untuk ditindaklanjuti.

(13)

f. Kualitas pembelajaran di setiap kelas akan meningkatkan mutu Pembelajaran dan mutu lulusan, hal itu karena 12 kelas di SD merupakan satu rangkaian utuh.

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa proses pengambilan kebijakan peningkatan kualitas sekolah diawali dengan penentuan visi, misi, tujuan, dan program sekolah yang dirumuskan secara bersama-sama sesuai dengan hasil analisis SWOT yang dilakukan sebelumnya. Hasil tersebut kemudian disosialisasikan kepada orang tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara tidak langsung orang tua siswa terlibat dalam proses pengambilan kebijakan dalam peningkatan kualitas lulusan.

Informasi tersebut diperkuat dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis tentang proses pengambilan kebijakan peningkatan kualitas lulusan. Dapat dideskripsikan bahwa pada awal tahun pelajaran, diadakan rapat yang dihadiri oleh seluruh wali murid dan komite sekolah. Pada kesempatan ini, kepala sekolah menyampaikan program dan kebijakan sekolah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. Setelah itu, setiap guru diberi kesempatan untuk berkomunikasi dengan wali murid sesuai kelas masing-masing. Guru menyampaikan secara tertulis materi apa saja yang akan dipelajarai, buku yang digunakan, keterampilan apa saja yang harus dikuasai, sikap sikap apa saja yang harus dikembangkan sesuai kelas masing-masing. Hal ini dikenal dengan “kontrak belajar Guru – Orang Tua.

Berdasarkan kesepakatan ini, guru melaksanakan pembelajaran dan proses pendidikan lainnya sedangkan orang tua melakukan pengawasan. Selama proses berlangsung, orang tua dapat melakukan konsultasi perihal perkembangan belajar anaknya serta hambatan dan kemajuan yang dicapai. Pada setiap akhir semester guru memberikan laporan hasil belajar yang dicapai. Laporan ini selain berupa nilai- nilai hasil belajar juga laporan perihal keterampilan dan sikap apa yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai.

(14)

Dalam proses pengambilan kebijakan peningkatan kualitaspembelajaran dan kualitas lulusan, kontribusi masing-masing pihak yang terlibat sangat berpengaruh terhadap hasil atau kebijakan yang ditetapkan. Dalam hal ini Nur Munifah guru kelas VI mengatakan:

“Peran kepala sekolah dalam pengambilan kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran dan lulusan antara lain a) Kepala sekolah bersifat demokratis dalam mengambil kebijakan sekolah dengan melibatkan guru dan komite sekolah; b) Kepala sekolah memberi kebebasan berkreasi dan berinovasi bagi guru dalam mengembangkan pembelajaran dengan berpedoman pada kontrak belajar, karakteristik siswa, kondisi sosial budaya, dan panduan isi KTSP; Kepala sekolah menunjukkan semangat belajar tinggi dengan memberikan kebebasan seluas - luasnya untuk para guru melanjutkan studi S-2, hal ini memotivasi guru untuk mengembangkan diri”.

Pendapat tersebut diperkuat dengan pernyataan Sri Sukeksi kepala SD Negeri Purwosari 1 yang menuturkan:

“Kepala sekolah sebagai leader dan manager memegang peran penting dalam penentuan kebijakan sekolah. Hal itu karena kepala sekolah merupakan pengambil keputusan dan pihak pertama yang mempertanggungjawabkan suatu kebijakan. Karena itu menurut saya, setidaknya ada tiga jenis keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh kepala sekolah, yaitu : (1) keterampilan teknis, yakni keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, metode, dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu; (2) keterampilan manusiawi yakni keterampilan yang menunjukkan kemampuan seorang manajer di dalam bekerja dengan orang lain secara efektif dan efisien; (3) keterampilan konseptual yakni keterampilan yang berkenaan dengan cara kepala sekolah memandang sekolah, keterkaitan sekolah dengan struktur di atasnya dan dengan pranata-pranata kemasyarakatan, serta program kerja sekolah secara keseluruhan”.

Lebih lanjut beliau menyatakan:

“Saya senantiasa berusaha untuk mencapai ketiga hal tersebut, namun seberapa jauh saya telah mencapainya, orang lain tentu yang lebih tahu. Saya juga berusaha untuk menjadi kepala sekolah yang baik, terutama dalam mengambil keputusan. Pengalaman bekerja sebagai guru dengan berbagai tipe kepala sekolah membuat saya dapat mengambil pelajaran tentang pola kepemimpinan yang baik. Pengalaman bekerjasama dengan guru dan karyawan di SD Negeri Purwosari 1 juga bahan berharga dalam mengambil keputusan. Namun, sekali lagi, saya tidak bisa menilai diri saya sendiri, tapi satu hal yang pasti, saya akan selalu belajar dari setiap pengalaman”.

(15)

Komite Sekolah merupakan mitra utama bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah. Setiap kebijakan sekolah selalu dirumuskan, dipertimbangkan, atau setidaknya dikonsultasikan dengan komite sekolah. Hal itu karena mereka adalah representasi dari wali murid dan warga masyarakat. Dengan adanya komite sekolah maka kebijakan sekolah akan mendapat dukungan dan pemahaman oleh segenap wali murid dan masyarakat. Terkait dengan peran komite sekolah, Sri Sukeksi kepala SD Negeri Purwosari 1 mengungkapkan bahwa:

“Setidaknya ada 4 peran komite sekolah, yaitu: (1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan kebijakan pendidikan; (2) Pendukung (supporting agency) baik finansial, fikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan; dan (4) Penengah (mediating agency) antara pemerintah dengan masyarakat”.

Keterangan tersebut diperkuat dengan dokumen yang diperoleh penulis berupa struktur organisasi komite sekolah. Dari analisis dokument yang dilakukan diketahui bahwa susunan komite SD Negeri Purwosari 1 terdiri dari 9 orang dengan rincian 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, 1 orang bendahara, dan 6 orang kepala bidang. Mereka terdiri dari unsur guru, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan perangkat desa. Mereka bekerja untuk periode waktu 4 tahun sesuai SK Kepala Sekolah dan bekerja dengan berpedoman pada AD/ART.

Lebih lanjut dalam wawancaranya, Sri Sukeksi kepala sekolah menegaskan bahwa:

“Pada umumnya, komite hanya dilibatkan dalam proses penentuan kebijakan sekolah berkaitan dengan pemungutan dana dari wali murid atau pembangunan sarana fisik sekolah. Di SDN Purwosari1, komite sekolah juga dilibatkan dalam hal terkait peningkatan kualitas lulusan. Pelaksanaannya dengan menerima dan menyalurkan masukan dari wali murid terkait pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dimaklumi karena umumnya orang tua enggan berkonsultasi langsung dengan guru, tapi lebih suka melalui mediasi komite sekolah. Pada akhir tahun pelajaran, komite juga memberi tanggapan dan evaluasi atas kualitas lulusan berdasarkan standar yang telah disepakati bersama. Masukan ini dijadikan kritik membangun untuk meningkatkan kinerja pada tahun pelajaran selanjutnya”.

Paparan data di atas menunjukkan bahwa komite sekolah berperan aktif dalam kebijakan peningkatan kualitas lulusan dengan melaksanakan 4 perannya dengan baik. Komite tidak hanya terlibat dalam pengambilan kebijakan tetapi juga dalam usaha peningkatan kualitas lulusan yang diimplementasikan dalam bentuk menerima dan menyalurkan masukan dari wali murid terkait pembelajaran dan hasil belajar siswa dan memberi tanggapan dan evaluasi atas kualitas lulusan berdasarkan standar yang telah disepakati bersama pada akhir tahun pelajaran.

(16)

membantu agar kontrak itu dapat dicapai anak. Selain itu orang tua juga diharapkan menyediakan fasilitas belajar yang dibutuhkan anak sehingga mereka dapat berkembang optimal. Peran secara khusus dalam pengambilan kebijakan telah terwakili oleh komite sekolah.

Selain itu, orang tua juga diharapkan memberikan saran dan masukan bagi kemajuan sekolah. Saran dapat disampaikan langsung kepada kepala sekolah, guru, komite sekolah, atau melalui kotak saran yang tersedia di sekolah. Ini penting karena kemajuan sekolah, khususnya dalam pembelajaran ditentukan oleh kerjasama yang harmonis antara sekolah, orang tua, dan masyarakat.

Personel lain yang memberikan kontribusi baik dalam penentuan kebijakan peningkatan kualitas lulusan adalah guru. Nur Munifah guru kelas VI menuturkan:

“Peran guru dalam penentuan kebijakan peningkatan kualitas Pembelajaran dan lulusan antara lain adalah a) ikut serta dalam membahas kebijakan tentang peningkatan kualitas lulusan dengan memberikan usulan kepada kepala sekolah; b) guru melakukan sosialisasi kebijakan sekolah kepada siswa dan orang tua untuk dipedomani dan diupayakan pencapainnya; c) guru melaksanakan pembelajaran dan pembinaan kepada siswa sesuai program yang memperhatikan keseimbangan kognitif, afektif, dan psikomotor”.

Dari keterangan di atas diketahui bahwa peran guru dalam kebijakan peningkatan kualitas lulusan adalah terlibat dalam pengambilan kebijakan, melakukan sosialisasi, dan melaksanakan pembelajaran serta pembinaan kepada siswa.

Hasil wawancara tersebut diperkuat dengan observasi yang dilakukan oleh penulis. Dapat dideskripsikan bahwa guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kurikulum KTSP yang telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekolah dan kebutuhan peserta didik. Guru melaksanakan pembelajaran dengan penuh tanggung jawab tanpa harus beranggapan peserta didik masih berada pada tingkat terendah sekalipun. Dalam pembelajaran, guru menggunakan model dan metode pembelajaran yang bervarisi sesuai dengan materi dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran.

Untuk mengatahui sejauh mana kemampuan guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya dalam kegiatan belajar mengajar, kepala sekolah melakukan pembinaan dan pengawasan. Hal tersebut diperkuat dengan dokumen yang diperoleh peneliti berupa pelaksanaan supervisi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah. Informasi ini semakin diperkuat dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sri Sukeksi kepala SD Negeri Purwosari 1 berikut ini.

(17)

Dalam proses pembelajaran maupun di luar jam pelajaran segenap warga sekolah melakukan pembinaan agar siswa selalu berperilaku baik, sopan, bersih, tertib, dan taat beribadah. Intinya, bahwa kebijakan peningkatan kualitas lulusan dilakukan secara sinergis dan paralel oleh semua guru dan di semua jenjang kelas. Penekanannya bukan hanya pada aspek kognitif, tapi juga aspek afektif dan aspek psikomotorik secara simultan. Hal itu dicapai melalui pembinaan, pengawasan, dan keteladanan”.

Keterangan di atas menunjukkan bahwa salah satu faktor penting dalam kebijakan peningkatan kualitas lulusan di SD Negeri Purwosari 1 adalah peningkatan kualitas guru karena guru merupakan tokoh sentral dalam kegiatan belajar mengajar. kebijakan peningkatan kualitas pembelajaran dan lulusan dilakukan secara sinergis dan paralel oleh semua guru dan di semua jenjang kelas. Penekanannya bukan hanya pada aspek kognitif, tapi juga aspek afektif dan aspek psikomotorik secara simultan. Hal itu dicapai melalui pembinaan, pengawasan, dan keteladanan.

Peningkatan kualitas guru tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pengawasan tetapi juga pembinaan yang dilakukan melalui berbagai kegiatan pengembangan profesionalisme guru. Berdasarkan observasi, dapat diketahui bahwa setiap hari Sabtu, semua guru mengikuti KKG di gugus sekolah. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Nur Munifah guru kelas VI yang menyatakan:

“Upaya yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru antara lain adalah:

a. Setiap guru harus meningkatkan kemampuannya dengan cara individu, diskusi dengan teman sejawat, maupun melalui kegiatan KKG.

b. Kepala sekolah senantiasa mengevaluasi kompetensi setiap guru melalui supervisi terprogram.

c. Kepala sekolah memberi penghargaan bagi guru atau karyawan yang kinerjanya baik melalui promosi dan kesempatan mengembangkan diri”.

Hal senada diungkapkan oleh Sri Sukekesi kepala sekolah yang mengungkapkan:

(18)

“Selain itu guru wajib memahami kompetensi yang harus dimiliki seorang guru profesional. Mulai dari kompetensi profesional, paedagogik, sosial, dan kepribadian (terlampir). Selanjutnya secara berkala, guru diajak melakukan refleksi diri tentang kompetensi apa yang telah dimiliki dan kompetensi mana yang masih harus dipelajari. Faktor lain yang cukup penting dari upaya peningkatan kompetensi dan profesionalisme adalah masalah kesejahteraan. Di sini sekolah bersama komite berusaha meningkatkan kesejahteraan melalui pemberian honor, promosi, pengadaan fasilitas pembelajaran, dan berbagai insentif lainnya”.

Keterangan dari informan di atas dan hasil observasi menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan dalam peningkatan kualitas profesionalisme guru adalah melalui kegiatan pengawasan dan pembinaan melalui kegiatan KKG dan kegiatan pengembangan seperti seminar dan pelatihan. Aspek lain yang diperhatikan sekolah untuk meningkatkan kualitas adalah kesejahteraan guru yang ditingkatkan melalui pemberian honor, promosi, pengadaan fasilitas pembelajaran, dan berbagai insentif lainnya.

Sri Sukeksi kepala sekolah menuturkan bahwa:

“Pengawasan atau supervisi dilaksanakan dalam suasana kemitraan terhadap guru kelas atau guru mata pelajaran. Bentuknya ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Bersifat langsung dilaksanakan dua kali dalam satu bulan. Satu kali untuk supervisi administrasi dan satu kali untuk supervisi pembelajaran dengan format tersedia ( terlampir)”.

Supervisi administrasi untuk menjamin bahwa proses pembelajaran telah didukung oleh perencanaan, analisis, evaluasi, dan dokumentasi yang memadai. Supervisi pembelajaran dilakukan dengan mengikuti/melihat action guru dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil kedua evaluasi ini dijadikan dasar untuk memperbaiki kualitas pembelajaran berikutnya.

Suasana kemitraan dalam supervisi perlu dijaga agar guru tidak merasa diawasi atau dicurigai. Saya berusaha menyadarkan bahwa supervisi bukan untuk mencari kesalahan, tapi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran sesuai tuntutan profesionalisme sebagai guru. Dengan kesadaran ini, maka kehadiran saya di kelas dipandang sebagai “mitra” bukan sebagai “polisi”.

(19)

Observasi selanjutnya penulis laksanakan terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang ada di SD Negeri Purwosari 1. Dapat dideskripsikan bahwa sekolah memiliki bangunan yang dalam kondisi bagus dan didukung dengan fasilitas pembelajaran lain yang memadai serta alata peraga yang relatif lengkap. Terkait dengan upaya sekolah dalam meningkatakn kualitas sarana prasarana sekolah, Sri Sukeksi kepala sekolah yang menyatakan:

“Kualitas pembelajaran dan hasil belajar di Sekolah Dasar juga dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana belajar. Sarana dan prasarana (sarpras) belajar di SD Negeri Purwosari 1 relatif telah memadai. Sarpras tersebut ada yang merupakan bantuan pemerintah dan ada pula yang merupakan swadaya sekolah. Pada tahun 2014 SD Negeri Purwosari 1 telah mendapat bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) sehingga gedung sekolah dalam kondisi bagus dan alat belajar/ alat peraga juga relatif lengkap. Pada tahun 2013 SD Negeri Purwosari 1 juga mendapat bantuan 1 unit perpustakaan dengan sarana pendukungnya”.

Pendapat senada diungkapkan oleh Nur Munifah guru kelas VI yang menyatakan:

“Yang dilakukan dalam pengelolaan sarana prasarana sekolah ialah bahwa a) sekolah berusaha melengkapi sarana prasarana (sarpras) yang diperlukan guna menunjang pembelajaran yang berkualitas; b) Sarpras tersebut ada yang dibiayai oleh dana pemerintah (DAK atau BOS) dan ada pula yang, melalui swadaya wali murid (sumbangan/iuran); c) Sarana belajar bukan hanya sebagai media menyampaikan informasi, tapi penting untuk merangsang siswa berpikir aktif dalam menemukan sendiri ilmu pengetahuan yang dipelajari”.

Berdasarkan infromasi di atas diketahui bahwa pada tahun 2015 SD Negeri Purwosari 1 mendapatkan bantuan dana sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki pagar depan dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Lebih lanjut Sri Sukeksi kepala sekolah menyatakan:

“Sarpras yang dibutuhkan untuk peningkatan mutu tapi belum tersedia diupayakan oleh sekolah melalui dana BOS maupun iuran dari wali murid. Masalah sarpras bukan hanya masalah pengadaan tapi juga pemanfaatan, perawatan, dan pengadministrasian. Untuk itu di SD Negeri Purwosari 1 ada petugas khusus yang mengelola perpustakaan maupun pengelola sarana belajar lainnya. Data sarpras yang dimiliki SD Negeri Purwosari 1 dicatat dan dilaporkan setiap tahun dalam bentuk laporan inventaris barang”.

(20)

“Jika ada sarana yang dibutuhkan dan tidak disediakan oleh pemerintah, maka komite mengadakan rapat dengan orang tua murid atau perwakilannya untuk membahas pengadaannya”.

Untuk meningkatkan kualitas sarana prasarana dalam menunjang kebijakan peningkatan kualitas lulusan, tidak hanta berhubungan dengan pengadaan tapi juga pemanfaatan, perawatan, dan pengadministrasian. Untuk itu di SD Negeri Purwosari 1 ada petugas khusus yang mengelola perpustakaan maupun pengelola sarana belajar lainnya. Dengan demikian diharapkan sarana parasarana yang ada dapat dikelola dengan baik sehingga dapat digunakan dengan optimal dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan.

4.3 Pembuatan Perencanaan Pembelajaran Khusus dalam Peningkatan Kualitas

Prestasi di SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak

Faktor lain yang tidak kalah penting dalam peningkatan kualitas lulusan adalah pembelajaran. Untuk itu, guru dan personel lain yang terlibat dalam pembelajaran melakukan perencanaan pembelajaran khusus untuk siswa. Sulastri guru kelas VI menyatakan:

“Perencanaan pembelajaran khusus dalam peningkatan kualitas lulusan antara lain adalah a) Silabus dan RPP disusun bersama dalam kegiatan KKG di gugus; b) Silabus dan RPP yang ada disisipi materi pembinaan nasionalisme, budi pekerti, dan penguatan nilai-nilai keagamaan; c) Silabus dan RPP disusun dan diarahkan untuk mencapai tujuan penguasaan materi serta pembinaan kepribadian/budi pekerti”.

Perencanaan Pembelajaran pada dasarnya terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

(21)

fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Sri Sukeksi , kepala sekolah menuturkan:

“Ada kekhususan dari Silabus dan RPP yang digunakan di SDN Purwosari 1, yaitu adanya muatan Pembinaan Nasionalisme dan Karakter Bangsa yang dimasukkan secara khusus dalam silabus dan RPP (terlampir). Jadi, melalui cara ini nilai-nilai nasionalisme diasupkan atau disisipkan dalam mata pelajaran yang sesuai. Diharapkan nilai-nilai dan jiwa nasionalisme tertanam secara alamiah, wajar, disukai, dan tidak terkesan sebagai indoktrinasi. Nilai-nilai nasionalisme yang diintegrasikan dalam mata pelajaran merupakan nilai dasar yang dapat disesuaikan sifat dan jenis mata pelajaran yang diikuti.

Bedasarkan hasil wawancara dan dokumen yang diperoleh penulis diketahui bahwa kekhususan dari Silabus dan RPP yang digunakan di SD Negeri Purwosari 1, yaitu adanya muatan Pembinaan Nasionalisme dan Karakter Bangsa yang dimasukkan secara khusus dalam silabus dan RPP. Diharapkan nilai-nilai dan jiwa nasionalisme tertanam secara alamiah, wajar, disukai, dan tidak terkesan sebagai indoktrinasi.

Dalam perencanaan tersebut, beberapa faktor penting dalam pembelajaran menjadi perhatian guru, yaitu materi dan penggunaan metode pembelajaran. Berhubungan dengan materi pembelajaran dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan lulusan, Sri Hati Selaku Guru kelas V dan Nur Munifah Selaku guru kelas VI menyatakan:

“Salah satu karakteristik materi pembelajaran dalam peningkatan kualitas lulusan adalah bahwa materi pelajaran mengacu pada standar isi yang dijabarkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan guru memperkaya materi dengan memasukkan nilai-nilai nasionalisme dan budi pekerti dalam setiap pembelajaran di kelas maupun di luar kelas”.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang diungkapkan oleh Sri Sukeksi kepala sekolah berikut ini.

(22)

luar jam sekolah. Ketiga ranah tersebut menjadi acuan bagi guru dalam memilih materi. Materi pembelajaran yang memuat aspek kognitif dan afektif dipadukan oleh guru dalam proses pembuatan Rencana Pembelajaran. Prinsipnya, merupakan perpaduan antara materi pelajaran dengan nilai-nilai nasionalisme. Sedangkan pembinaan secara praktik dilakukan melalui kegiatan terprogram”.

Dari keterangan informan di atas dan hasil analisis dokumen yang dilakukan oleh penulis diketahui bahwa materi pembelajaran memuat aspek kognitif dan afektif dipadukan oleh guru dalam proses pembuatan Rencana Pembelajaran. Prinsipnya, merupakan perpaduan antara materi pelajaran dengan nilai-nilai nasionalisme dan budi pekerti dalam setiap pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, dapat dideksripsikan bahwa dalam kegiatan pembelajaran peningkatan kualitas lulusan, guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi. Mulai dari ceramah bervariasi, diskusi, dan tanya jawab. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah dengan modelcooperative learning. Dengan digunakannya model dan metode pembelajaran yang variatif, diharapkan siswa tidak akan jenuh untuk mengikuti pelajaran, tetapi menjadi lebih tertarik dan bersemangat dalam belajar serta lebih mudah memahami materi yang diberikan.

Berhubungan dengan metode pembelajaran dalam peningkatan kualitas pembelajaran dan lulusan, Sri Sukeksi kepala sekolah mengungkapkan:

“Metode mengajar dapat kita bedakan dalam dua jenis, yaitu:

a. Metode yang bersifat ekpositorik di mana guru mengolah secara tuntas

pesan/materi sebelum disampaikan di kelas sehingga peserta didik tinggal

menerima saja.

b. Metode yang bersifat heuristik, di mana peserta didik mengolah sendiri

pesan/ materi dengan pengarahan dari guru.

(23)

ketentuan ini, guru bebas berkreasi memilih metode yang dianggap sesuai dengan sifat materi dan tujuan pelajaran”.

Sementara itu, Nur Munifah guru kelas VI menyatakan:

“Dalam penggunaan metode pembelajaran peningkatan kualitas lulusan, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan:

a. Guru bebas menggunakan metode sesuai karakteristik materi pelajaran, kemampuan guru, alokasi waktu, dan sarana belajar yang tersedia.

b. Guru perlu menekankan pada pemakaian metode yang mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.

c. Guru perlu menggunakan metode secara bervariasi untuk melayani beragamnya tipe belajar siswa di kelas.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis, selain perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, sekolah juga telah mempersiapkan program berupa perencanaan pembelajaran dalam menghadapi UN. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran tambahan di luar pembelajaran efektif. Sri Sukeksi kepala sekolah mengungkapkan:

“Untuk memperlancar jalannya pembelajaran dalam peningkatan kualitas lulusan, kami beserta guru telah menentukan jadwal pelaksanaan pembelajaran di luar jam efektif untuk siswa kelas VI dalam menghadapi UN. Dalam satu minggu, siswa diwajibkan untuk mengikuti tambahan pelajaran selama tiga hari yaitu hari Senin sampai dengan hari Rabu mulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB. Jam tambahan tidak dilakukan full 1 minggu agar siswa dapat beristirahat dan dapat fokus pada pembelajaran lainnya. Untuk materi yang berupa soal-soal latihan berasal dari sekolah, soal-soal UN tahun lalu, soal-soal dari gugus sekolah, soal-soal tryout tingkat kecamatan dan soal-soal tryout tingkat kabupaten”.

Keterangan di atas menunjukkan bahwa perencanaan pembelajaran lain yang dilakukan adalah adanya program kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar jam pembelajaran efektif untuk kelas VI dalam menghadapi UN. Dengan program tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi UN.

(24)

“Penyusunan Silabus dan RPP pada dasarnya merupakan tangung jawab guru secara mandiri. Namun agar waktu dan konsentrasi guru lebih terfokus pada pelaksanaan pembelajaran dan pembinaan kemampuan siswa, maka penyusunan silabus dan RPP dilakukan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang diadakan di gugus setiap hari Sabtu. Dengan Silabus dan RPP guru kelas sejenis dalam lingkungan gugus dapat saling bekerjasama menciptakan pembelajaran bermutu. Mereka juga bisa bersama-sama memecahkan kendala pembelajaran yang terjadi”.

Berdasarkan observasi, dapat dideskripsikan bahwa pembinaan secara praktik dilakukan melalui kegiatan terprogram. Kegiatan terprogram yaitu kegiatan sekolah yang dilaksanakan secara terencana dan dilaksanakan dengan waktu yang sudah ditentukan. Misalnya upacara bendera, peringatan hari besar nasional, peringatan hari besar agama, pentas seni, jumat bersih dan jumat beramal, pengumpulan dan penyaluran zakat fitrah, halal bi halal, karya wisata, pramuka, olah raga, kesenian (seni tari, seni drama), dan kegiatan sekolah lainnya.

Kegiatan terprogram dilaksanakan dalam lingkup yang lebih khusus sebagai berikut:

4.3.1 Di Kelas, yaitu melalui proses belajar setiap mata pelajaran yang dirancang sebelumnya. Setiap kegiatan mengembangkan aspek kognitif,afektif dan psikomotor. Kegiatan ini untuk mengembangkan nilai-nilai tertentu seperti kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air dan gemar membaca.

4.3.2 Di Sekolah, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah,dan tenaga kependidikan di sekolah tersebut. Kegiatan ini direncanakan awal tahun. Misalnya lomba vocal grup/koor antarkelas yang bertemakan cinta tanah air, pagelaran seni budaya bertemakan cinta tanah air, lomba olah raga antarkelas, pameran karya siswa, lomba pidato/baca puisi antarkelas bertemakan perjuangan.

Produk Yang Dibuat ( Program yang dirancang )

(25)

yang lebih efektif,efisien dan tepat guna. Hal ini dimaksutkan untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran guna menunjang mutu pembelajaran dan lulusan yanag lebih memadai sesuai dengan harapan dan keinginan semua pihak. Produk atau program sekolah yang telah disepakati semua pihak dibentuk Team Work Teacher dari komponen gurun yang ada. Karena kemampuan, karakteristik dan skil guru mempunyai kelebihan yang berbeda - beda maka dibentuk “Team Work Teacher” yang dirancang sesuai karakreistik, skil dan intelektual para guru. Guna pengembangan kemajuan pendidikan untuk meningkatakan mutu pembelajran dibuat SK Kepala sekolah

4.6.1 Draf Sikap Dasar Bagi Siswa

Terkait dengan sikap dasar yang dirancang melalui kegiatan rutinitas siswa akan membawa anak lebih tertib, disiplin dan terarah sesuai harapan para guru.Guna pengotimalan pelaksanaan kegiatan rutinitas ini dibuat tabel yang harus diisi oleh semua siswa secara teratur , yang akan dimintakan tanda tangan baik guru maupun orang tua di rumah. Harapannya anak menjalankan intrusi ini dengan penuh tanggung jawab dan anak akan patuh sesuai perintah dan belomba untuk mencari yang terbaik dan terbanyak dibanding dengan teman lainnya. Ini mengajak anak berkompetisi secara sehat dan positif. Kompetisi antar anak yang positif tentunya membawa dampak yang siknifikan dalam perkembangan anak ke depan yang lebih bermartabat.

Adanya pemantapan dan pelaksnaan sikap dasar yang dibangun dan dikembangan oleh masing - masing guru, utamanya di SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, membawa dampak kemajuan terkait dengan pembelajaran yang dilakukan guru. Dan pada akhirnya akan mengangkat prestasi dan mutu kelulusan anak - anak SD Negeri Purwosari 1.

Tabel 4.10

SIKAP DASAR ANAK KELAS LIMA

NO INDIKATOR TGL PENGUJI PARAF

ORTU KET

NAMA TTD

1 Menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar

2 Memasarkan hasil karaya seni 3 Memberikan

(26)

4.6.2

untuk menciptakan dan merancang metode yang lain dari pada yang lain yang tentunya sangat menarik bagi anak didik.

Ahmadi (2010:61) dalam bukunya menuliskan tujuh dosa guru dalam mengajar yaitu : 1. Mengambil jalan pintas dalam mengajar

2. Menunggu peserta didik berprilaku negatif baru ditegur 3. Memberikan pemaksaan saat membina peserta didik 4. Mengabaikan keunikan peserta didik saat mengajar 5. Merasa paling pandai sehingga malas belajar 6. Tidak adil ( diskriminatif )

7. Memaksa hak peserta didik.

(27)

masalah, akan tetapi membuat strategi elegan yang membuat anak didik tidak merasa takut dan bosan di kelas.

Di sisni kami membuat strategi cara produk metode mengajar yang diberi nama

Stop & Stop “

Sebenarnya metode ini cukup sederhana dan tanpa menggunakan alat khusus. Urutannya adalah :

1. Guru mengatakan Stop, maka peserta didik berhenti pada saat itu juga. Apapun alasannya, tanpa aktifitas.

2. Guru Mengatakan Stop & Stop secara tiba - tiba, anak harus menaruh tangan di atas meja ,tangan kiri di atas tangan kanan.

3. Guru mengataka RILEKS ,situasi harus berubah anak bebas beraktifitas sesuai yang diinginkannya.

4. Guru Mengatakan MUTE, kelas boleh bergerak apa sajasal tidak ada suara , boleh berkomunikasi tetapi tidak boleh bersuara, namun bisa berkomunikasi secara tertulis

5. Disaat guru mengatakan RILEKS,situasi kembali normal.

Guru bisa mengolaborasi tata urutannya sesuai situasi dan kondisi kelas. Disaat anak sudah memahami situasi yang dikehendaki guru ,maka seterusnya guru mengajarkanmateri pokok yang disiapkan situasi kelas akan terkendali dan tenang. Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan anak akan melanggar aturan yang dimainkan. Kalau terjadi seperti ini maka guru wajib memberi sangsi atau hukuman yang mendidik.

Tabel 4.11

(28)

Pelaksanaan methode stop and stop yang telah dicobakan kepada anak - anak, langkah pertama membentuk berfariasi,

selain disesuaikan

dengan karakter anak

dan kondisi kelas,

sehingga

praktik di lapangan

atau di kelas lebih mengena. Utamanya penerapan ini dilakukan atau dicobakan bagi anak - anak :

1. Anak yang akan dipersiapkan untuk menghadapi lomba- lomba yang diadakan oleh dinas terkait. Yang diselenggarakan secara rutinitas pada setiap tahunnya.

2. Anak kelas VI yang akan menghadapi ujian,baik ujian sekolah mupun ujian Nasional. Dari pelaksanaan penelitian di atas untuk ke depannya akan dilanjutkan untuk melangkah ke kels - kelas berikutnya. Dan pada akhirnya nantinya akan dilaksanakan pada semua kelas di SD Negeri Purwosari 1 Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak.

Selanjutnya kepala sekolah membuat surat keputusan terkait pelaksanaan program terkait.

Kepala Sekolah Menetapkan

1 Nama Metode Stop And Stop

2 Sasaran Semua tingkatan

3 Waktu Tidak ada batasan waktu

4 Alat dan bahan Tidakmemerlukan alat dan bahan 5 Jumlah Peserta Tidak ada batasan hanya sesuai dengan

kelas yang banyak peserta didik 6 Tujuan Metode - melatih konsentrasi anak

- melatih anak seportif - melatih anak disiplin

- menjadikan anak aktif dan atraktif 7 Tips Guru dituntut tegas menggunakan

(29)

Pertama :Pembagian tugas guru dalam kegiatan belajar mengajar dan tugas-tugas lain dalam tahun pelajaran 2015/2016 seperti dalam lampiran keputusan ini.

Kedua :Menugaskan guru dalam surat lampiran untuk melaksanakan tugas Kegiatan pembimbingan siswa.

Ketiga :segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan keputusan ini dibebankan pada anggaran yang sesuai.

Keempat :Apabila ada kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan kembali sebagai mana mestinya.

Kelima : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkannya.

Diitetapkan di Purwosari Pada tanggal ...

Kepala Sekolah

SRI SUKEKSI, S.Pd

Nip. 19611227 198405 2 001

Tembusan :

1. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Demak 2. Kepala Dep dan Kebudayaan Kec.Sayung. 3. Pengawas TK/SD wilaya Dabin 1

4. Arsip

Lanjutan Surat Pembagian Tugas darim kepala Sekolah

Tabel 4.13

PEMBAGIAN TUGAS DALAM MEMBIMBING SISWA

TAHUN PELAJARAN : 2015 / 2016

TUGAS DALAM BIMBINGAN SISWA

(30)

Ditetapkan

LCC,Sinopsis, Les Ujian , Bhs. Jawa ,Pramuka Kreatifitas dll 6 Zuhri Hamid,

S.Pd.I

Guru PAI Mapsi, Tilawah, Tartil , Kaligrafi, Pramuka

7 Adnan Widodo, S,Pd

Guru Penjas

Gambar

Tabel 4.1Keadaan Gedung
Tabel 4.3Keadaan Siswa
Tabel 4.4Keadaan Tingkat Kelulusan
Tabel 4.6Prestasi Sekolah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Selasa Tanggal Lima Belas Bulan Juli Tahun Dua Ribu Empat Belas , melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Nunukan dengan

Merancang mesin press sampah plastik sesuai dengan..

Dengan simulasi ini, akan diperoleh jumlah order stok produk AS, Simpati, IM3, Mentari, dan XL yang optimum sehingga total laba yang diperoleh Graha Cellular menjadi

[r]

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menempuh Ujian Akhir. Program Studi Diploma III

Seseorang yang gagal dalam adaptasi secara posit if dikatakan mengalami gangguan mental.... Jelaskan hubungan kesehat an ment al dengan

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Februari 2014.. Arie Setiawan Prasida, 3) Michael Bezaleel Wenas. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771,