• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH : Interpretasi Sifat dan Karakter Ayah dalam Patung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH : Interpretasi Sifat dan Karakter Ayah dalam Patung."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan subjek yang menarik apabila dijadikan sebagai pembahasan dalam berbagai kajian keilmuan. Pada dasarnya manusia mengikuti hukum yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Manusia dilahirkan, tumbuh “regenerasi” hidup dalam dinamika kehidupan dan akhirnya mati sebagai garis batas akhir dimana ia hidup dialam semesta ini.

Manusia dilahirkan dengan dibekali potensi utama yakni akal dan fikiran. Potensi ini terus berkembang sejalan dengan pertambahan usia dan proses pendidikan yang ditempuh dilingkungannya, sehingga tidak mengherankan apabila manusia dapat menghadirkan dan sekaligus menjadi pelaku kebudayaan.

Menurut Soekamto (1990: 188 ) dalam kamus besar Bahasa Indonesia bahwa :

“kata kebudayaan berasal dari kata sanksekerta buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi yang memiliki arti budi atau akal, kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal”.

Senada dengan pernyataan Santoso (1982) yang menyatakan bahwa : “Melalui kebudayaan manusia dapat berkreasi untuk menuangkan ide-idenya dalam suatu karya seni. Hal tersebut didasarkan atas pandangan selama ini, bahwa bidang kesenian adalah salah satu cabang dari kebudayaan sebagai mana kita ketahui bersama, berbagai macam kesenian hadir ditengah-tengah kita, baik dari segi jenis, wujud, gaya, corak, aliran dan lainnya, hal ini menjadi sebuah pertanda bahwa kesenian senantiasa diproduksi oleh semua kelompok manusia, sekalipun kebudayaan mereka sederhana”. (Budhi Santoso; 1982)

(2)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupannya manusia mulai belajar dari alam, lingkungan, dan orang orang disekitarnya, melalui proses interaksi dan interpretasi.

Interpretasi ini adalah pemaknaan atau penafsiran dari kehidupan. Interpretasi merupakan bagian dari suatu presentasi atau penggambaran informasi yang diubah untuk menyesuaikan dengan suatu kumpulan simbol spesifik. Informasi itu dapat berupa lisan, tulisan, gambar, matematika, atau berbagai bentuk bahasa lainnya. Makna yang kompleks dapat timbul sewaktu penafsir baik secara sadar ataupun tidak melakukan rujukan silang terhadap suatu objek dengan menempatkannya pada kerangka pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas, tujuan interpretasi biasanya adalah untuk meningkatkan pengertian.

Menurut The Liang Gie (1976) dalam suatu penciptaan karya seni secara teoritis dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

“Fase pertama, si seniman menghadapi alam, bersatu didalam gerak alam tersebut dan menemui nilai. Nilai ini, untuk suatu penciptaan seni adalah nilai transcendental, bukan alam dalam ungkapan fenomenal. Pada fase yang kedua seniman berusaha untuk merealisasikan nilai transidental tersebut dalam bentuk materi, agar nilai-nilai tersebut dapat diungkapkan oleh orang lain, fase ini adalah transformal, yaitu menterjemahkan nilai-nilai rohaniah kedalam bahasa jasmaniah. Maka pada fase yang kedua ini menyatukan pengalaman-pengalaman yang personal menjadi pengalaman yang sosial”.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam diri seniman ada kata hati untuk mengenal lingkungan dan masyarakatnya secara dekat, untuk bersatu padu dengannya. Dalam karya penciptaan ini penulis ingin membuat sebuah karya seni patung dengan sebuah tema kehangatan tangan seorang ayah.

Kata “Ayah” atau ”Bapak”,”Bapa”, diterjemahkan dari bahasa Ibrani „ab(alef ,qames-bet) kata „ab dalam bahasa aram abba, sedankan kata „ab itu sendiri memiliki berbagi arti disamping ayah, yakni kakek, nenek moyang suku bangsa, pemula atau pendiri suatu kelompok atau sebagainya.

(3)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tenda. Bagi orang Ibrani kuno diantaranya mewakili ide rumah atau keluarga. Gabungan kedua huruf mati itu berarti “kekuatan keluarga”. Ayah adalah kekuatan keluarga, sebagai mana tiang untuk menyangga tenda. Jika tiang itu runtuh, maka runtuh lah tenda itu. Begitu pula jika ayah tidak memerankan fungsi secara baik, maka runtuh lah keuarga itu. Itulah konsep orang Ibrani mengenai ayah.

Pada zaman dahulu fungsi ayah sangatlah penting dalam beberapa hal, dia sebagai pemimpin pasukan keluarga, ayah sebagai penyedia keturunan untuk melanjutkan garis keluarga, dia juga mengajarkan firman Tuhan kepada anggota keluarganya. Sehingga fungsi ayah tidak hanya sebagai penopang kekuatan fisik, dan keberlangsungan keluarga secara jasmaniah, tapi juga sebagai pendukung rohani keluarga. Sebagai mahluk berbudaya penulis berusaha berkomunikasi melalui kreasinya dengan salah satu cabang seni rupa yaitu seni patung, dengan mengetengahkan tema AYAH DALAM KARYA SENI PATUNG.

Bagi penulis sendiri sosok seseorang ayah yang paling dibanggakan dan dirindukan, sehingga mendorong penulis terjun dalam dunia kesenirupaan. Sosok yang memberikan kasih sayang yang tulus dan menghidupi keluarganya. Namun tentu saja untuk memahami maksud yang diutarakan melalui bahasa visual maupun bahasa verbal dari sebuah proses penghayatan.

B. Rumusan Masalah Penciptaan

Berdasarkan latar belakang di atas banyak sekali faktor yang mempengaruhi masyarakat yang berbudaya dan berkesenian. Tetapi dalam penciptaan ini dibatasi pada kehangatan tangan seorang ayah, dan penciptaan ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana sikap tangan seorang ayah yang kuat, memberi peringatan, tegas, bantuan dan berdoa melalui penempatan patung?

2. Bagaimana membuat sikap tangan seorang ayah yang kuat, peringatan, tegas, bantuan dan berdoa melalui proses pembuatan patung kertas.

(4)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Tujuan Penciptaan

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penciptaan karya tersebut adalah sebagai berikut.

1. Menghadirkan sikap tangan seorang ayah yang kuat, memberi peringatan, tegas, bantuan dan berdoa melalui penempatan patung 2. Membuat sikap tangan seorang ayah yang kuat, peringatan, tegas,

bantuan dan berdoa melalui proses pembuatan patung kertas.

3. Menghadirkan unsur visual dan prinsip – prinsip estetika pada patung

D. Manfaat Karya Cipta

1. Manfaat bagi penyusun adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan kemampuan dan pendalaman dalam berkarya.

b. Sebagai media penyampaian ide gagasan untuk kepuasan batin akan kehidupan melalui pengungkapan dalam sebuah patung.

2. Manfaat bagi institusi adalah sebagai bahan kajian untuk mata kuliah yang bersangkutan dengan seni murni khususnya seni patung.

3. Manfaat bagi dunia kesenirupaan adalah : a. Seni Patung.

Diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam dunia kesenirupaan, dalam bentuk-bentuk kehidupan sebagai subject matter dan bentuk-bentuk lainnya yang mendukung nilai-nilai artistik dan estetik dan memaksimalkan pesan dan kesan visual.

b. Pendidikan Seni Rupa

Sebagai kajian dan apresiasi seni rupa dalam pendidikan seni rupa terhadap hal-hal baru dan proses penciptaannya.

4. Memanfaat bagi masyarakat adalah sebagai media apresiasi seni rupa dalam memberikan sikap, anggapan, rasa, asa dan tujuan masyarakat.

E. Kajian Sumber Penciptaan

(5)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

inovasi dan eksperimen. Melakukan pendalaman teori-teori melalui pengkajian buku-buku sumber dan internet.

F. Proses Penciptaan

` Tangan sosok seorang ayah yang akan ditampilkan dalam karya yang digarap, dengan menampilkan gaya surealis supaya mudah di pahami oleh banyak orang.

F. Teknik Pengerjaan

Dalam proses pembuatan patung penulis menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Pembuatan sketsa 2. Pembuatan rangka 3. Penutupan kertas 4. Penutupan tanah liat 5. Pembentukan model 6. Penempelan kertas

7. Pembelahan kertas untuk pembuangan model 8. Penyambungan

9. Pendempulan 10.Pengamplasan 11.Melapisi kertas 12.Terakhir finishing

G. Media

Alat-alat dan Bahan

(6)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1

8 Penyangga patung Ram nyamuk

9 Penggaris Styrofoam

10 Lakban Tanah liat

11 Pisau dan cutter

12 Tang

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, kajian sumber penciptaan, metode penciptaan, dan sistematika penulisan laporan penciptaan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

(7)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

Bab ini menjelaskan proses perancangan sampai proses akhir dengan memperlihatkan bahan dan teknik.

BAB IV VISUAL ANALISIS KARYA

Bab ini menjelaskan ekpresi dan pesan karya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

PROSES DAN TEHNIK PENCIPTAAN

Seni memiliki sifat dasar kreatif, individual, perasaan, abadi dan universal. Pengertian kreatif adalah kemampuan seseorang untuk mengubah sesuatu menjadi baru. Karya seni terlahir dari seniman yang kreatif, sebuah hasil akhir karya seni bermula dari proses. Proses yang matang dan maksimal akan menghasilkan suatu karya yang diharapkan oleh pembuat karya. Selain proses ada juga faktor pendukung keberhasilan sebuah karya yaitu: mempersiapkan media secara maksimal dan bahan yang di butuhkan.

Pada proses perwujudan karya ini, penulis menampilkan hasil dari pengungkapan ide atau gagasan yang memvisualisasikan ”Kehangatan Tangan Seorang Ayah” dalam karya seni patung. Dalam memvisualisasikan karya ini penulis menekankan pada objek tangan yang dihubungkan dengan kehidupan. Diwujudkan melalui elemen-elemen seni patung dan prinsip-prinsip estetika, dimana dalam penggambaran objek karya dengan bentuk nyata.

Berdasarkan uraian diatas penulis telah mempersiapkan ide atau gagasan untuk membuat karya seni sebagai tugas akhir studi, berupa patung tangan dengan menggunakan bahan dari kertas. Dengan harapan dapat menjadi karya seni yang diterima oleh masyarakat dan diharapkan bisa dipahami oleh apresiator.

A. Kontemplasi

“Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk mencipatakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna manfaat tujuan.” (djuriatun.blogspot.com).

(9)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membuka kenangan-kenangan hangat bersama ayah pada waktu kecil dan penulis merasa yakin bahwa bentuk patung tangan yang dibuat nanti bisa menyampaikan kasih sayang ayah terhadap anak-anaknya.

B. Stimulus

Menurut wikipedia (2013 hlm: 1) “Stimulus atau rangsang adalah istilah yang digunakan psikologi untuk menjelaskan suatu hal yang merangsang terjadinya respon tertentu. Rangsang merupakan informasi yang dapat

diindera oleh panca indera.”

Dalam hal ini penulis melakukan kegiatan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung bagaimana perlakuan kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya. Tidak hanya itu penulis juga membuka ingatan penulis pada masa kecil ketika masih bisa bertemu dengan ayah. Penulis juga melakukan pencarian informasi dari berbagai sumber seperti : lingkungan sekitar, buku dan internet. Pencarian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk struktur anatomi tangan dan gerakan-gerakan tangan yang bisa menyampaikan bahasa tubuh.

C. Pengolahan Ide

(10)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Bagan I Proses Penciptaan

Bagan I. Proses Penciptaan Sumber : Dokumen penulis

(11)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan patung ini adalah : a. Ampelas

Dipergunakan untuk menghaluskan bekas dempulan dan penghalusan pada pernisan tahap satu.

Gambar 3.1 Ampelas Sumber : Dokumentasi penulis

b. Penyangga Patung

Terbuat dari kayu yang dipergunakan untuk menyangga rangka patung (model).

(12)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Ember

Dipergunakan untuk wadah air dan campuran lemkayu, untuk membasahi kertas.

Gambar 3.3 Ember Sumber : Dokumentasi penulis

d. Gunting

Di pergunakan untuk memotong kertas, kawat dan ram nyamuk.

(13)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Gergaji

Dipergunakan untuk memotong styrofoam dan kayu untuk rangka model patung.

Gambar 3.5 Gergaji Sumber : Dokumentasi penulis

f. Palu

Dipergunakan untuk merakit rangka dan membuat base kotak.

(14)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Kawat Pemotong Tanah

Dipergunakan untuk memotong model tanah liat pada bagian patung.

Gambar 3.7 Kawat pemotong Sumber : Dokumentasi penulis

h. Kuas

Dipergunakan untuk melapisi pernis pada patung.

(15)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i. Penggaris

Di pergunakan uuntuk pembesaran gambar dari sketsa , pembuatan rangka dan lain lain.

Gambar 3.9 Penggaris Sumber : Dokumentasi penulis

j. Lakban

Dipergunakan untuk pembuatan rangka dan penyambung kertas pada tahap awal.

(16)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

k. Pisau dan Cutter

Dipergunakan untuk memotong styrofoam.

Gambar 3.11 Pisau dan Cutter

Sumber : Dokumentasi penulis

l. Tang

Dipergunakan untuk memotong kawat pada rangka patung.

Gambar 3.12 Tang Sumber : Dokumentasi penulis

2. Bahan

(17)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Air

Dipergunakan untuk membasahi kertas, membasahi tanah liat dan campuran lem kayu.

Gambar 3.13 Air Sumber : Dokumentasi penulis b. Kayu Reng

Dipergunakan untuk membuat rangka model dan menyangga model.

(18)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Kertas

Dipergunakan untuk menyusun lapisan-lapisan sebagai bahan utama material patung. Yakni kertas koran, kertas daur ulang pelepah pisang danHVS. Kertas koran dipergunakan untuk melapisi rangka model.

Gambar 3.15 Kertas Sumber : Dokumentasi penulis

d. Kawat Tali

Dipergunakan untuk mengikat ram kawat dan dipergunakan rangka base.

Gambar 3.16 Kawat behel/beton

(19)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Lem Kayu

Dipergunakan untuk menempelkan sobekan kertas.

Gambar 3.17 Lem kayu

Sumber : Dokumentasi penulis

f. Paku

Dipergunakan untuk membuat rangka patung.

(20)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Pernis

Digunakan untuk melapisi patung supaya tahan air

Gambar 3.19 Pernis Sumber : dokumentasi penulis

h. Ram Kawat

Dipergunakan untuk base patung.

(21)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i. Styrofoam

Dipergunakan untuk membuat dalaman base.

Gambar 3.21 Styrofoam

Sumber : Dokumentasi penulis j. Tanah Liat

Dipergunakan untuk menutupi rangka patung dan diolah menjadi model, patung yang sempurna.

(22)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penjelasan :

(23)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Bagan II Proses Pengerjaan

(24)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Proses Pengerjaan

Dalam pengerjaan pembuatan patung tangan ini dibagi menjadi 8 tahap : 1. Membuat gambar rancangan patung

2. Membuat rangka yang dibuat untuk model 3. Membuat model dari tanah liat

4. Menempelkan kertas pada model

5. Pembelahan patung untuk mengambil tanah liat pada patung 6. Menyambungkanseluruh bagian patung

7. Pembuatan base

8. Pelapisan patung dan base dengan kertas daur ulang

Gambar 3.23 Sketsa rangka utama patung Sumber : Dokumentasi penulis

Penjelasan:

Pembuatan model sekaligus menjadi cetakan positif yang akan di tutupi berlapis-lapis kertas sebagai bahan utama patung.

TANAH LIAT SAMBUNGAN (SELOTIP KERTAS)

RENG KAYU (SEBAGAI RANGKA

PATUNG)

KERTAS KORAN PENYANGGA

PATUNG PENYANGGA

(25)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.24 sketsa pembuatan base patung Sumber : dokumemtasi penulis

Penjelasan

Pembuatan base terakhir setelah patung tangan jadi.

Proses Pengerjaan

1. Rangka Kayu

Rangka kayu merupakan tahapan awal dalam pembuatan patung yang terbuat dari reng kayu dan dibentuk seperti tulang tangan namun tidak terlalu detail hanya emngikuti sendi tangan saja. Reng kayu dibagi menjadi 3 bagian, pertama dari sikut sampai bagian atas sepanjang 25 cm. Kedua dari sikut sampai pergelangan tangan sepanjang 35 cm. Ketiga pergelangan tangan sepanjang 10 cm. Ketiga bagian tersebut disambung dengan paku mengikuti persendian tangan, kemudian disimpan di atas dudukan patung.

(26)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.25 Rangka kayu Sumber : Dokumentasi penulis

2. Penutupan Rangka dengan Kertas Koran

Penutupan rangka dengan kertas koran dilakukan setelah rangka kayu selesai, bertujuan agar patung model tidak terlalu berat dan memiliki ronggadi dalamnya.

(27)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.27 Rangka dan kertas koran Sumber : Dokumentasi penulis

(28)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Penutupan Rangka dengan Tanah Liat

Dalam tahapan ini tanah liat yang sudah kalis sedikit demi sedikit ditempelkan ke rangka dan secara perlahan dibentuk sesuai dengan keinginan.

Gambar 3.29 Rangka yang ditutup tanah liat Sumber : Dokumentasi penulis

(29)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.31 Rangka yang tertutup tanah liat Sumber : Dokumentasi penulis

(30)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Penutupan Model (Cetakan Positif) dengan Kertas

Dalam tahapan ini tanah liat dibiarkan lembab agar lebih mudah dalam proses pembentukan. Kertas dirobek dengan cara sembarang dan ukuran yang tidak terlalu besar ataupun kecil, kemudian dicelupkan pada air yang sudah dicampur lem. Setelah itu tempelkan sobekan kertas tersebut ke rangka agar menjadi tebal. Dalam tahap penempelan kertas sebaiknya jangan terburu-buru, lakukan sedikit demi sedikit dengan cara dijemur terlebih dahulu kemudian ditempel lagi sesuai dengan ketebalan yang diinginkan.

(31)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.34 Penutupan kertas tahap II Sumber : Dokumentasi penulis

(32)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. PembelahanPatung

Pembelahan patung dilakukan setelah kertas benar-benar kering. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan tanah liat yang ada di dalam patung tersebut agar tidak menempel pada tanah.

Gambar 3.36 Pencopotan patung dari penyangga Sumber : Dokumentasi penulis

(33)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Pengambilan Cetakan Positif

Pengambilan cetakan positif dilakukan dengan cara patung dibelah menjadi dua bagian kemudian tanah liat yang ada dibagian dalam dikeluarkan, dalam pengambilan tanah liat tersebut bisa menggunakan alat seperti sendok dan pisau,

Gambar 3.38 Pengambilan tanah (model) Sumber : Dokumentasi penulis

(34)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Penyambungan Bagian Patung dan Penjemuran Patung

Penyambungan dilakukan ketika belahan bekas tanah liat yang sudah dikeluarkan ditutup kembali dengan sobekan kertas. Setelah itu dijemur dengan cara digantung agar patung tidak berubah bentuk.

Gambar 3.40 penjemuran patung Sumber : Dokumentasi penulis

8. Pembuatan Base Patung

(35)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.41 Pembuatan base

Sumber : Dokumentasi penulis

(36)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.43 pemasangan ram nyamuk pada base

Sumber : Dokumentasi penulis

Gambar 3.44 pelapisan kertas pada base

(37)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.45 patung dan base yang sudah menyambung Sumber : Dokumentasi penulis

(38)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9. Pengeluaran Tanah Liat dariBase

Proses pelepasan tanah liat pada mengunakan teknik yang serupa pada teknik pelepasan model pada patung tangan. Dengan cara pembelahan base patung lalu di keluarkan tanah liatnya, kemudian direkat kan kembali.

10.Pembuatan Base Kotak

Pembuatanbase kotak yang terbuat dari papan lapis dan dilapisi oleh kertas hvs.

Gambar 3.47 pelapisan kertas pada base kotak Sumber : Dokumentasi penulis

(39)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11.Pelapisan Kertas Daur Ulang

Pada tahap ini penulis tidak memberikan warna dari cat akan tetapi warna yang ditimbulkan dari kertas daur ulang. Tahapan ini sama dengan tahapan penempelan kertas pada patung. Kertas daur ulang tersebut disobek bertujuan untuk menyembunyikan sambungan dan membuat lem leih merekat.

Gambar 3.49 pelapisan kertas daur ulang pada patung Sumber : Dokumentasi penulis

(40)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.51 pelapisan kertas daur ulang pada patung Sumber : Dokumentasi penulis

12.Proses Vernis Patung

Pemernisan dilakukan pada tahap akhir dengan tujuan agar patung terlihat lebih mengkilat.

(41)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan visualisasi karya pada bab sebelumnya, maka dapat dirumuskan simpulan hasil penciptaan seperti tercantum di bawah ini:

1. Sikap tangan seorang ayah dalam patung-patung tersebut adalah mengepal, menunjuk, mengulurkan tangan dan sikap berdoa. Gestur tangan tersebut memvisualisasikan karakter seorang ayah dalam mendidik anak-anaknya. 2. Karya patung dibuat dengan menggunakan teknik papermache dimulai

dengan pembuatan sketsa, pembuatan rangka, penutupan kertas, penutupan tanah liat, pembentukan model, penempelan kertas, pembelahan kertas untuk pembuangan model, penyambungan, pendempulan, pengamplasan, melapisi kertas dan terakhir finishing

3. Pada saat memvisualisasikan sikap kehangatan tangan seorang ayah pada patung penulis menggunakan unsur-unsur visual dan prinsip-prinsip bentuk pada patung seperti garis, bidang, ruang, warna, tekstur, bentuk, yang diatur oleh komposisi unity, balance dan rythme.

B. Saran

Berakhirnya proses pembuatan tugas akhir ini dan terciptanya karya seni patungkertas dengan tema kehangatan seorang ayah yang berjumlah lima karya ini menyisakan pesan dan kesan sebagai pembelajaran. Banyak nilai yang bisa diambil dari setiap proses, baik itu proses berkarya maupun ketika menggarap penulisannya. Pada BAB V ini penyusun mengajukan beberapa saran, antara lain sebagai berikut :

a. Semoga bisa menjadi bahan referensi dalam pembuatan karya seni patung. b. Dalam pembuatan patung kertas alangkah baiknya tidak terlalu terburu

(42)

Rendi Yogaswara, 2015

KEHANGATAN TANGAN SEORANG AYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Teknik paper mache dapat di gunakan sebagai salah satu alternative dalam pembuaatan karya patung kertas.

Gambar

Gambar 3.1 Ampelas
Gambar 3.6 Palu
Gambar 3.7  Kawat pemotong
Gambar 3.9 Penggaris   Sumber : Dokumentasi penulis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar 2 yang diamati adalah limbah yang berada pada kolam pengolahan pertama yang dicampur dengan limbah 2 atau limbah yang baru keluar dari pengolahan tandan kelapa sawit,

Kerjasama bidang politik antara Malaysia dan Amerika Serikat memang memiliki peranan karena pasca pencanangan Malaysian Vision 2020 negara ini menghadapi berbagai

Kolom berpacking ini berfungsi untuk memperlama waktu kontak antar cairan dan membuat bentuk aliran menjadi lapisan-lapisan (layer) bukan.. Proses pengamatan terhadap sampel

Pada saat gaya apung lebih besar dari berat total balon, maka pada saat itu pula secara perlahan-lahan balon udara akan naik.. Awak balon yang berada di keranjang(basket)

berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu berbagai aktivitas dan fungsi yang berada di bagian area suatu kota kota (luas area terbatas, harga tanah mahal,

Havigurst dari Universitas Chicago mulai mengembangkan konsep developmental task (tugas perkembangan) pada tahun 1940an, yang menggabungkan antara dorongan

Tujuan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pengguna jampersal terhadap pelayanan kesehatan di Klinik Pendidikan Sari Mulia

A. Menjadi Ketua Umum Pimpinan Organisasi Penyelenggara Pertinas Bakti Husada V 2016 adalah Kwartir Nasional Gerakan Pramuka c.q. Pimpinan Saka Bakti Husada Tingkat Nasional