Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR
PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari
syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Program Studi Teknik Elektro Departemen Pendidikan Teknik Elektro
Oleh
Kinanti Wulandari
E.5051.1003074
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
EVALUASI SISTEM PROTEKSI
PETIR PADA SALURAN UDARA
TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150
KV
Oleh Kinanti Wulandari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Elektro pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Kinanti Wulandari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Sistem Tenaga Listrik (STL) tidak terlepas dari gangguan, baik gangguan internal maupun gangguan eksternal, salah satu gangguan eksternal yang paling sering terjadi adalah petir. Geografis Indonesia yang dilalui garis khatulistiwa, menjadikan Indonesia beriklim tropis, hal ini mengakibatkan Indonesia memiliki hari guruh rata-rata per tahun yang sangat tinggi. Berdasarkan data dari BMKG Bandung, pada tahun 2013-2014 terdapat peningkatan jumlah hari guruh yang cukup tinggi, yaitu 199 hari guruh pada tahun 2013 dan 477 hari guruh pada tahun 2014. Kenaikan hari guruh tersebut berdampak pada kerapatan jumlah sambaran petir. Sambaran petir pada saluran transmisi tegangan tinggi dapat menyebabkan terganggunya penyaluran tenaga listrik yang berakibat terjadinya lompatan api pada isolator di menara transmisi. Terganggunya isolator dapat disebabkan oleh kegagalan perisaian (Shielding
Failure) dan backflashover (tegangan api balik) pada menara transmisi. Kegagalan suatu
sistem perisaian dapat diketahui dengan menggunakan metode elektrogeometris sedangkan
back flashover menggunakan metode gelombang berjalan. Pada penelitian ini dilakukan
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
The Electric Power System can not be separated from disturbances, both internal and external. One of The most often external disturbance is lightning. Indonesia which geographically passed by the equator has a tropical climate that causing Indonesia has a high thunderstorm days per year. Based on the data from BMKG Bandung, in 2013-2014 there is an increasing number of thunderstorm days, 199 thunderstorm days in 2013 and 477 thunderstorm days in 2014. The increasing days of thunderstorm make an impact on the density number of lightning strikes. Lightning strikes on high-voltage transmission line can cause disturbances of electrical power which impact the sparks on the insulator in the transmission tower. Disturbances of the insulator can be caused by a Shielding Failure and back flashover on transmission towers. The failure of a shielding system can be determined by using the electrogeometric method and back flashover using traveling wave method. This study evaluate the AA tower SUTT 150 kV Rancaekek-Cikasungka, the results obtained value of 0.07 shielding failure disruption / 100 km / year, and the number of lightning / km / year is 425 strokes / 100 km / year. The evaluation results showed that the SUTT 150 kV tower is now well protected.
29
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah:
1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji
teorema-teorema yang mendukung dalam pemecahan masalah yang diteliti.
Teorema-teorema tersebut didapat baik dari jurnal ilmiah, hasil penelitian
sebelumnya, maupun dari buku-buku referensi yang mendukung penelitian ini
antara lain buku Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja karya Hutauruk.
Selain itu, studi literatur dilakukan untuk mendapatkan data-data yang
diinginkan.
2. Observasi, yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian
yang didapatkan dari lapangan. Data-data tersebut didapat dari hasil survey
yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) APP Bandung.
3. Diskusi, yaitu melakukan konsultasi dan bimbingan dengan dosen,
pembimbing diPT. PLN (Persero) APP Bandung, dan pihak-pihak lain yang
dapat membantu terlaksananya penelitian ini.
3.2Tahapan Penelitian
Langkah - langkah yang sistematis dalam penelitian harus diperhatikan. Hal
tersebut berguna untuk memberikan arahan yang untuk mempermudah
pemahaman tujuan yang ingin dicapai dalam proses penelitian. Langkah-langkah
30
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
31
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
32
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Diagram alir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menghitung tinggi rata-rata kawat tanah dan kawat fasa di atas tanah
2. Menghitung tegangan lompatan api dan isolator pada 6µdetik sebagai acuan perhitungan radius amplop korona
3. Menghitung radius amplop korona untuk kegagalan perisaian (Shielding Failure)
4. Menghitung radius ekivalen kawat tunggal dari kawat berkas tanpa korona sebagai acuan perhitungan radius korona dari konduktor berkas
5. Menghitung nilai radius korona dari konduktor berkas
6. Menghitung impedansi surja kawat fasa
7. Menghitung arus kilat minimum yang mengakibatnya lompatan api karena kegagalan perisaian
8. Menghitung jarak sambaran minimum dari arus kilat. Jarak sambaran minimum merupakan nilai jarak terkecil yang menjadi salah satu faktor untuk menhitung lebar daerah tidak terlindung
9. Menghitung daerah tidak terlindung (Xs) dari sambaran petir. Lebar daerah tidak terlindung ideal adalah Xs=0, yang artinya tidak menyisakan celah pada kawat yang menjadi kemungkinan tersambarnya petir
10.Menghitung sambaran maksimum. Sambaran maksimum adalah nilai sambaran yang berada diatas nilai Critical Flashover Rate
11.Menghitung probabilitas arus sama atau melebihi Imin dan Imaks. Apabila arus melebihi batas Imaks , maka perlu adanya penanganan lebih jauh karena arus yang dapat ditahan oleh isolator wajar nya mempunyai nilai dibawah dari nilai Basic Insulation
33
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
34
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diagram alir dari flow chart Backflashover tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah kemungkinan lompatan api kritis (Critical Flashover Rate) sebagai batas acuan tegangan yang masih dapat ditahan sehingga tidak terjadi backflashover
2. Menghitung impedansi surja kawat tanah dan faktor gandengan
3. Menghitung impedansi surja menara
4. Menghitung koefisien terusan a pada puncak menara dan pantulan b yang datang dari dasar menara
5. Menghitung tegangan puncak menara, hal ini diperlukan apabila ada petir yang menyambar pada ujung menara
6. Menghitung koefisien pantualan d pada dasar menara
7. Menghitung tegangan pada isolator
8. Menghitung daerah yang dilindungi oleh kawat tanah
9. Menghitung jumlah sambaran kilat (NL) yang dinyatakan dalam jumlah sambaran/100km/tahun
35
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.3 Data Penelitian
Gambar 3.4 Konfigurasi SUTT 150 kV
A. Menara
Jarak antara kawat tanah 1 & 2 (a12) 5,561 m
Jarak vertikal anatara kawat tanah dengan kawat fasa (htp) 2,9 m
Tinggi menara (rata-rata) 35,3 m
B. Kawat Tanah
Material Galvanized Steel Wire
Jumlah 2 buah
Diameter 9,6 mm
Ukuran 55 mm2
Andongan (Sag) 4,567 m
C. Konduktor
36
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu D. Isolator
Material Keramik
Berkas 12 buah
Panjang 1,6425 m
51
Kinanti Wulandari, 2015
EVALUASI SISTEM PROTEKSI PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian Skripsi ini dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis, kemungkinanlebar daerah tidak terlindung adalah
0,481 dan gangguan kilat karena perisaian adalah 0,07
gangguan/100km/tahun.
2. Dengan nilai isokeraunik level 156 hari guruh, di dapatkan jumlah sambaran
kilat/km/tahun yaitu 425 sambaran/100km/tahun, dan jumlah sambaran kilat
pada saluran transmisi adalah 0.
3. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa menara SUTT 150 kV yang terpasang
saat ini sudah termasuk dalam kategori baik dan sudah terproteksi secara
baik.
5.2 Saran
1. Diperlukannya perbaikan letak groundwire dengan menggeser lengan menara
sehingga mendapatkan sudut yang ideal. Namun dibutuhkan biaya yang
cukup banyak, sehingga penambahan finial air dapat dipertimbangkan.
2. Dikarenakan cuaca yang terjadi saat ini menyebabkan meningkatnya hari
guruh yang cukup tinggi, sebaiknya PT.PLN melakukan evaluasi ulang
terhadap beberapa menara transmisi, mengingat pentingnya fungsi transmisi
dalam penyaluran daya.
3. Gangguan akibat sambaran petir tidak dapat untuk ditiadakan melainkan