UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII
SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Disusun Oleh
YATI SURYATI
NIM. 1308081
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH PASCASARJANA
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung)
Oleh :
YATI SURYATI NIM. 1308081
DISETUJUI OLEH :
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P. NIP. 196206071983031002
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan IPS
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Penerapan
Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS (search, solve, create, and share)
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik” (Studi
Kuasi Eksperimen pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2
Soreang Kabupaten Bandung) beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya
saya sendiri dan saya tidakmelakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK
(Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2 Soreang Kabupaten Bandung)
Oleh : YATI SURYATI
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)
pada Program Studi Pendidikan IPS
@ Yati Suryati 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
“Sesu
ngguhnya disamping kesukaran ada kemudahan
Apabila engkau telah selesai (mengerjakan suatu pekerjaan),
Maka bersusah payahlah (mengerjakan yang lain),
Dan kepada Tuhanmu berserahlah”.
( Surah Al-Insyirah : 6,7,8 )
Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang
kamu dustakan?
( Surah Ar-Rahmaan : 13 )
Karya Tulis ini kupersembahkan sebagai tanda bakti
kepada ayahanda dan ibunda tercinta, dan wujud kasih sayang
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Yati Suryati (1308081). Penerapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kraetif Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Pada Pembelajaran IPS di Kelas VIII SMP Negeri 2 Sore ang Kabupaten Bandung).
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan pada pembelajaran IPS di sekolah yang selama ini masih berpusat pada pendidik, kurang melibatkan peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran dan materi pembelajaran belum mampu dikaitkan dengan realita kehidupannya sehingga kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create and share) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian The Non Ekuivalen Pre-test Post-test Control Group Design. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VIII pada salah satu SMP Negeri di Soreang tahun ajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan: pertama, terdapat perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan berpikir kreatif peserta didik baik pada kelas kontrol yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional maupun pada kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share). Kedua, terdapat peningkatan yang lebih tinggi kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas eksperimen yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share) dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas kontrol yang belajar dengan menggunakan metode konvensional.
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Yati Suryati. (1308081). The Implementation of Problem Solving M ethode with SSCS (search, solve, craete and share) Type to increase Creative Thinking Skill among the Students (quassy experiment study in learning IPS in grade 8 SMPN 2 Soreang Kabupaten Bandung)
Supervisor: Prof. Dr. H. Agus Rahayu, M.P.
The research is prompted by problems in social studies teaching and learning, namely the nature of teaching and learning that is teacher-centered, a lack of students’ active
engagement, and a lack of learning materials relevant to students’ real life, thereby the teaching and learning has not been really effective in developing students’ creative thinking skills. The research is subjected to determine the method implementation effectivity of problem solving of SSCS (search, solve, create and share) type in increasing creative thinking skills. It adopted quasi-experimental method with non equivalent pre-test post-test control group design. The subject of the research is eight grade students of one state junior high school in Soreang for the school year of 2014/2015. The instruments employed were in the forms of essay questions on creative thinking skills. The research results show that: First, there was a difference in the creative thinking skills pre-test and post-test scores in both control class students treated with conventional learning method and experimental class students treated with SSCS (search, solve, create, and share) problem-solving learning method. Second, there was higher improvement in the creative thinking skills of experimental class students treated with SSCS (search, solve, create, and share) problem-solving learning method than that of the control class students treated with conventional learning method.
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
4. Kemampuan Berpikir Kreatif 27
5. Teori Belajar Yang Melandasi Metode Pemecahan Masalah 33 6. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial 39
7. Penelitian Yang Relevan 46
B. Kerangka Pemikiran 48
C. Hipotesis Penelitian 51
BAB III METODE PENELITIAN 52
G. Prosedur, Alur Penelitian dan Skenario Pembelajaran 61
H. Teknik Analisis Data 66
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN 70
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian 70
B. Deskripsi Hasil Penelitian 72
C. Skala Tanggapan Peserta didik dan Guru 85
D. Pembahasan Hasil 89
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 107
A. Simpulan 107
B. Rekomendasi 108
DAFTAR PUSTAKA 109
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel. Halaman
1.1 Analisis Soal Pra Penelitia Mata Pelajaran IPS Kelas VIII
Semester 1 Tahun Pelajaran 2014-2015 SMPN 2 Soreang 3
2.1 Tahapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS yang
dikembangkan Pizzini dan Shepardson (1991) 18
2.2 Aktivitas Peserta Didik pada Metode Pemecahan Masalah
Tipe SSCS 21
2.3 Keterampilan Proses Berpikir Kompleks 28
3.1 Desain Penelitian 52
3.2 Distribusi Sampel Penelitian 54
3.3 Tahapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS
yang dikembangkan Pizzini dan Shepardson (1991) 55
3.4 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif 57
3.5 Rekapitulasi Analisis Soal Uraian Kemampuan Berpikir Kreatif 60
3.6 Skenario Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 64
4.1 Jumlah Siswa SMPN 2 Soreng Tahun Ajaran 2014-2015 70
4.2 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 72
4.3 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen 73
4.4 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemampuan
Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 74
4.5 Rata-Rata Skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen 74
4.6 Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif 76
4.7 Hasil Uji Normalitas Postes Kemampuan Berpikir Kreatif 77
4.8 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretes Kemampuan
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.9 Hasil Uji Homogenitas Nilai Postes Kemampuan Berpikir Kreatif 78 4.10 Hasil Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 79
4.11 Hasil Uji Paired Samples Test Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas kontrol 80
4.12 Hasil Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas
eksperimen 81
4.13 Hasil Uji Paired Samples Test Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen 81
4.14 Hasil Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol dan
kelas Eksperimen 82
4.15 Hasil Uji Independen Samples Test Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen 83
4.16 Rekapitulasi Uji Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta
Didik 85
4.17 Persentase Hasil Skala Tanggapan Peserta Didik Berdasarkan
Respon Positif dan Negatif 86
4.18 Persentasi Hasil Skala Tanggapan Guru Berdasarkan Respon
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Keterkaitan empat fase dalam Model Pembelajaran Pemecahan
Masalah Tipe SSCS 20
2.2 Bagan Kerangka Pemikiran 51
3.1 Alur Penelitian 63
4.1 Rata- rata Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir Kreatif
Peserta Didik Kelas Kontrol dn Kelas Eksperimen 73
4.2 Rata-rata skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemamuan
Berpikir Kreatif Kelas Kontrol 75
4.3 Rata-rata skor Pretes dan Postes Tiap Indikator Kemamuan
Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen 75
4.4 Rata-rata N Gain Hasil tes kemampuan berpikir kreatif 76
4.5 Persentase Hasil Skala Tanggapan Peserta Didik Respon
Positif dan negatif 86
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran B. Uji Coba Instrumen Soal Kemampuan Berpikir Kreatif
B.1. Uji Coba Validitas Soal Uraian Kemampuan Berpikir 139 Kreatif Peserta Didik
B.2. Uji Coba Reiliabilitas Soal Uraian Kemampuan 140 Berpikir Kreatif Peserta Didik
B.3. Uji Coba Tingkat Kesukaran Soal Uraian 145 Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik
B.4. Uji Coba Daya Pembeda Soal Uraian 146 Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik
. Lampiran C. Kisi-Kisi dan Instrumen
C.1. Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik 147 C.2. Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Berpikir 148
Kreatif Peserta Didik
C.3. Kisi-kisi soal Kemampuan Berpikir Peserta Didik 152 C.4. Kisi-Kisi Instrumen Skala Tanggapan Peserta Didik 154 C.5. Instrumen Skala Tanggapan Peserta Didik 155 C.6. Kisi-Kisi Instrumen Skala Tanggapan Guru 157 C.7. Instrumen Skala Tanggapan Guru 158
Lampiran D. N-Gain Skor Total Pretes dan Postes Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik
D.1. Skor Total Pretes dan Postes Kemampuan Berpikir 160 Kreatif Peserta Didik Kelas Kontrol dan Eksperimen
D.2. Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta 161 Didik Kelas Kontrol
D.3. Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta 162 Didik Kelas Kontrol
D.4. Skor Pretes Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta 163 Didik Kelas Eksperimen
D.5. Skor Postes Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta 164 Didik Kelas Eksperimen
D.6. Hasil Perhitungan N-Gain, Normalitas, dan 165 Uji Hipotesis
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Lampiran E.Foto Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
E.1. Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperiman 187 E.2. Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol 188
Lampiran F.Administrasi Perijinan
F.1. Surat Permohonan Ijin Melakukan Penelitian 189 F.2. Surat Keterangan Ijin Penelitian di SMPN 2 Soreang 190
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu jalur utama dalam upaya mempersiapkan
generasi muda sebagai sumber daya manusia yang berkualitas untuk menyambut
dan menghadapi perkembangan jaman yang semakin kompetitif. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan
pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia tersebut adalah melalui pendidikan dan sebagai salah satu upaya
pokoknya, pendidikan ini harus dilaksanakan sebaik mungkin.
Pelaksanaan pendidikan yang berkualitas adalah sesuatu yang tidak bisa
ditawar lagi. Tujuan pendidikan nasional yang dijabarkan dalam Undang-undang
RI No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan, Pasal 3 yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Dan dalam pelaksanaannya, tujuan pendidikan nasional di atas tidak terlepas dari Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 (BNSP, 2006, hlm. 244) menegaskan bahwa “proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif”. Pendidikan dalam konteks resmi dapat diartikan sebagai suatu usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Ilmu pengetahuan,
2
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesanggupan seseorang berpikir tentang dirinya dan lingkungannnya. Orang yang
mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik adalah orang yang akan mampu
mengubah kondisi keluarganya, daerahnya dan kelak di kemudian hari akan
mampu mengubah negaranya ke arah yang lebih baik di mana dia tinggal (BNSP,
2006, hlm. 244).
Pendidikan merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat
komponen-komponen yang saling berkaitan erat. Banyak hal yang menjadi
permasalahan dan tantangan dalam dunia pendidikan, misalnya tantangan bagi
lembaga pendidikan untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas, adanya beberapa mata pelajaran yang dianggap sulit sehingga menjadi
momok bagi sebagian peserta didik, kurang efektifnya metode pembelajaran yang
selama ini dipakai oleh pendidik, kurang tersedianya media dan sarana yang
cukup memadai untuk mendukung proses pembelajaran, serta gaya belajar dan
tipe-tipe yang berbeda dari setiap peserta didik. Semua tantangan dan
permasalahan yang dihadapi ini menuntut pemecahan agar dapat menghasilkan
pembelajaran yang bermutu dan memberi dampak yang efektif dan efisien. Untuk
itulah diperlukan adanya inovasi dalam dunia pembelajaran, yang dapat
memberikan jawaban bagi permasalahan yang ada.
Berdasarkan Survey UNESCO, terhadap kualitas pendidikan di
Negara-negara berkembang di Asia Pacific, salah satu faktor rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para pendidik dalam menggali
potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah
memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki peserta didiknya.
Tersedia di website
http://rintikilmu.blogspot.com/2013/09/kasus-fenomena-terkait-masalah-kualitas.html. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan
peserta didik bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang
nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk kreatif. Sebagaimana pendapat dari Joyce (2009, hlm. 7) tentang pembelajaran adalah : “Cara penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan peserta didik dalam
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kharismatik dan persuasif. Lebih jauh, pendidik yang sukses adalah mereka yang
melibatkan para peserta didik dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan
sosial, dan mengajarkan mereka bagaimana mengerjakan tugas-tugas tersebut secara kognitif “
Tes pra penelitian yang dilakukan pada mata pelajaran IPS kelas VIII
materi semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 melalui karateristik berpikir kreatif
pada peserta didik kelas VIII F dan VIII I yang berjumlah 80 menunjukkan
kemampuan berpikir kreatif masih rendah. Tes pra penelitian tersebut terdiri dari
5 soal uraian yang mencakup karateristik orisinalitas, kelancaran, keluwesan dan
elaborasi. Tes yang dilakukan penulis terhadap 80 orang peserta didik ini
ditunjukkan dengan tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Analisis Soal Pra Penelitian Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015 SMPN 2 Soreang
Sumber : Persentase skor pra penelitian
Tabel di atas memperlihatkan bahwa peserta didik kelas VIII memiliki
kemampuan mengelaborasi sebanyak 26,25%, kemampuan kelancaran 18,25%,
kemampuan orisinalitas sebanyak 20%, dan kemampuan keluwesan sebanyak
30%. Hal tersebut dapat menggambarkan bahwa proses berpikir kreatif peserta
didik kelas VIII dalam materi IPS semester 1 Tahun ajaran 2014/2015 di SMP
Negeri 2 Soreang masih rendah. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik
SMPN 2 Soreang juga dinyatakan masih rendah berdasarkan hasil rata-rata nilai
ulangan harian semester ganjil 2014/2015 pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial, yang ditunjukkan dari perolehan nilai yaitu kelas VIII E 60,9, VIII F 61,8,
VIII G 61,1, VIII H 62 dan VIII I 58. Nilai ini dinyatakan rendah karena lebih
kecil dari nilai maksimal IPS yang diharapkan pada semester ganjil tahun ajaran Aspek yang
di ukur
Elaborasi Kelancaran Orisinalitas Keluwesan
4
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2014/2015 yaitu 70. Nilai rata-rata ulangan harian pada semester ganjil ini
dijadikan tolok ukur kemampuan berpikir kreatif peserta didik, karena salah satu
alasannya ketidaksesuaian jawaban-jawaban mereka disebabkan kurang terbiasa
menuliskan ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang kreatif, sehingga mereka
hanya terpaku pada jawaban-jawaban dengan kalimat yang ada pada buku atau
berasal dari penjelasan pendidik. Sementara hasil pengamatan peneliti di lapangan
masih banyak pendidik yang menerapkan pembelajaran dengan cara yang terlalu
menekankan pada peguasaan sejumlah informasi atau konsep semata dan
cenderung lebih pada bagaimana materi pelajaran dapat tersampaikan pada peserta
didik agar pada saat ujian nanti mereka dapat menjawab soal-soal yang diberikan
pendidik.
Selain itu penumpukan konsep pada peserta didik dapat saja kurang
bermanfaat atau bahkan tidak bermanfaat sama sekali apabila hal tersebut hanya
dilakukan pendidik dalam model satu arah. Meskipun konsep itu penting tapi yang
paling penting adalah bagaimana konsep itu dipahami peserta didik. Arends
(dalam Trianto, 2007, hlm. 66)` : ‘it is strange that we expect students to learn yet
seldom teach then about learning, we expect student to solve problems yet seldom
teach then about problem solving’, yang berarti dalam mengajar pendidik selalu menuntut peserta didik untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang
bagaimana mereka untuk belajar, pendidik juga menuntut peserta didik untuk
menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana mereka seharusnya
menyelesaikan masalah. Proses pembelajaran seharusnya diarahkan agar peserta
didik mampu mengembangkan kemampuan untuk memahami apa yang
dipelajarinya melalui kemampuan berpikirnya. Berpikir merupakan suatu aktivitas
manusia dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Dengan berpikir
maka manusia mampu menyusun pengetahuan yang bermanfaat bagi
kehidupannya. Untuk itu dalam proses pembelajaran seharusnya peserta didik
diarahkan kepada peningkatan kemampuan berpikir.
Kemampuan berpikir sebagai hasil belajar dalam pembelajaran IPS
diupayakan untuk menekankan pada penguatan pemahaman konsep dan
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memecahkan masalah secara logis dan rasional. Hasil pembelajaran akan kuat
tersimpan dalam memori peserta didik jika ia memahami apa yang mereka pelajari
bukan menghafal apa yang mereka pelajari. IPS sebagai mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah bertujuan membekali peserta didik agar mampu menguasai
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang tepat dan bermanfaat.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditekankan
pengajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered learning) yang
bertujuan agar peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, namun
kenyataannya di lapangan pembelajaran yang berpusat pada pendidik masih
sangat dominan dan peran pendidik dalam mentransfer ilmu kepada peserta didik
masih sangat besar. Akibatnya ada beberapa masalah yang menonjol dalam proses
pembelajaran di sekolah antara lain :
1. Banyak peserta didik mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap
materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak
memahaminya.
2. Sebagian besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa
yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan atau dimanfaatkan.
3. Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik karena
mereka biasa diajarkan dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan
metode ceramah (Depdiknas, 2006).
Cara mengajar yang cenderung tidak melibatkan peserta didik dalam
pembelajaran tidak dapat membentuk peserta didik menjadi pribadi yang kreatif,
mandiri dan percaya pada kemampuan diri, misalnya saja ketika mereka
dihadapkan pada permasalahan ketidakmampuan orang tua untuk membiayai
mereka melanjutkan sekolah, sebagian besar dari mereka yang kurang berpikir
kreatif lebih memilih untuk berhenti sekolah dengan alasan membantu orangtua
mereka. Tapi pada sisi lain, justru sebaliknya peserta didik yang kreatif akan
mencari jalan keluar bagaimana agar dia tetap dapat membantu usaha orangtuanya
6
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikemukakan oleh Treffinger dalam Semiawan, dkk (1984, hlm. 37) ”bahwa
dengan belajar secara kreatif peserta didik dapat menciptakan
kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak diramalkan
sebelumnya.
Salah satu indikator rendahnya tingkat efektivitas proses pembelajaran
adalah rendahnya kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang mengakibatkan
mereka kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan pendidik di kelas.
Kelemahan peserta didik tersebut merupakan refleksi penggunaan model maupun
metode pembelajaran yang tidak tepat.
“Kreativitas sangat perlu dikembangkan pada peserta didik sekolah tingkat menengah. Kreativitas peserta didik akan berkembang jika kemampuan berpikir
kreatif peserta didik dikembangkan pula dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Kemampuan berpikir kreatif adalah suatu bentuk pemikiran terbuka yang menjajaki berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah” (Munandar, 1999, hlm. 9). Diharapkan dengan dikembangkannya kemampuan
peserta didik dalam berpikir kreatif, maka peserta didik akan mampu
memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan berbagai alternatif
pemecahan masalah. Sehingga peserta didik belajar untuk berpikir secara
divergen bukan secara konvergen. Alasan pentingnya kreativitas dipupuk dan
dikembangkan dalam diri peserta didik di sekolah, adalah :
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemikiran kreatif, dan perilaku kreatif harus dipupuk sejak dini (Munandar, 2002, hlm. 43-44).
“Kreativitas adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif, sehingga untuk menjadi kreatif dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar” (Slameto, 2010,
hlm. 138). Sementara menurut Sagala (2010) “Pembelajaran adalah proses belajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan
penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran”. Berpikir kreatif tidak hanya
dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode pembelajaran tertentu, namun
semua metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik dalam proses
belajar mengajar diasumsikan dapat mendorong peningkatan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik.
Setiap peserta didik memiliki potensi kreatif yang dapat dikembangkan di
dalam kelas. Fisher (dalam Irwan, 2011, hlm. 4) mengatakan bahwa creative
thingking does not occur in a vacuum: it need some stimulus, some content to
work on, yang berarti bahwa berpikir kreatif atau kreativitas peserta didik akan
muncul apabila ada stimulus. Sementara Munandar (2009) mengemukakan
bahwa perkembangan optimal dari keterampilan berpikir kreatif berhubungan
dengan cara mengajar guru. Sejalan dengan hal itu Ruseffendi (dalam Irwan,
2011, hlm. 66) mengatakan bahwa “kreativitas peserta didik dapat dikembangkan
apabila dilatih melakukan eksplorasi, penemuan dan pemecahan masalah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas bahwa cara mengajar guru yang
memberikan stimulus atau rangsangan akan mampu mengembangkan kemampuan
kreativitas peserta didik salah satunya apabila peserta didik dilatih untuk
melakukan eksplorasi, penemuan dan pemecahan masalah”.
Potensi kreatif akan berkembang di lingkungan kondusif, peserta didik
sebaiknya diberikan kesempatan untuk terlibat aktif dalam proses pengajuan dan
pemecahan masalah. Pendapat Munandar (2009, hlm. 19) menjelaskan bahwa
kreativitas peserta didik dapat dikembangkan dengan menggunakan strategi 4P,
yaitu Pribadi, Pendorong, Proses dan Produk. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
8
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diperlukan dorongan ataupun dukungan baik dari lingkungan keluarga maupun
sekolah.
Terkait dengan pembelajaran IPS di kelas VIII, dalam Standar Kompetensi
memahami kegiatan perekonomian Indonesia, dengan kompetensi dasar
mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber
daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya
penanggulangannya, maka dianggap perlu mengembangkan model, metode
maupun pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, bukan lagi
cara-cara konvensional. Sesungguhnya ada banyak pendekatan pembelajaran IPS
yang berpusat pada peserta didik dapat dikembangkan oleh para pendidik.
Merujuk pada pendapat Sapriya (2009), pendekatan-pendekatan pembelajaran IPS
itu meliputi : a) pendekatan inkuiri (inquiry approach) atau model inkuiri sosial;
b) keterampilan berpikir (thinking skills) : kecakapan berpikir kreatif (creative
thinking) atau keterampilan berpikir kreatif (creative thinking skill), dan
keterampilan berpikir kritis (critikal thinking) atau keterampilan berpikir kritis
(critical thinking skill); c) keterampilan memecahkan masalah (problem solving);
dan d) proses pengambilan keputusan (decision making process).
“Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang bertujuan meningkatkan perilaku kreatif, menggerakkan potensi kreativitas peserta didik seperti berpikir
kreatif dan menimbulkan berbagai getaran penemuan terhadap hal-hal yang sebelumnya belum diketahui atau belum dipahami” (Handani, 2012, hlm. 7). Pembelajaran kreatif merupakan pembelajaran yang bertujuan mendorong peserta
didik untuk berpikir dan bertindak kreatif atau mengembangkan kreativitas diri
peserta didik yang dalam penerapannyan membutuhkan model, metode atau
pendekatan pembelajaran yang tepat.
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran yang tadinya berpusat
pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student centered) diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk terlibat
secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Dalam proses
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, mereka memperoleh kesempatan
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperoleh pemahaman yang mendalam (deep learning) dan pada akhirnya
dapat meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik.
Pembelajaran yang inovatif dengan pendekatan berpusat pada peserta
didik (student centered learning) memiliki keragaman metode pembelajaran yang
menuntut partisipasi aktif dari peserta didik. Metode- metode tersebut antara lain
adalah:
(a) berbagi informasi ;
(b) belajar dari pengalaman (experience Based);
(c) pembelajaran melalui pemecahan masalah (problem solving based).
Metode pemecahan masalah (problem Solving) dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses pemecahan masalah
secara ilmiah (Sanjaya, 2007, hlm. 118). Menurut Handani (2012, hlm. 13)
terdapat tiga ciri utama dari metode pembelajaran pemecahan masalah, yaitu:
(1) Metode pemecahan masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran,
artinya dalam implementasi pemecahan masalah ada sejumlah kegiatan yang
harus dilakukan peserta didik.
(2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Metode ini
menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.
(3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah.
Mengacu pada paparan di atas, penelitian ini menerapkan metode
pembelajaran pemecahan mesalah tipe SSCS (search, solve, create and share)
yang dikembangkan Pizzini. Metode ini pertama kali diperkenalkan pada tahun
1987 yang meliputi empat fase penyelesaian masalah yang urutannya dimulai
dengan menyelidiki masalah (fase search), merencanakan pemecahan masalah
(fase solve), mengkontruksi pemecahan masalah (fase create), dan diakhiri
dengan mengkomunikasikan penyelesaian masalah yang diperolehnya (fase
share).
Melalui proses pemecahan masalah ini, Pizzini yakin bahwa para peserta
didik akan mampu menjadi eksplorer, menghasilkan penemuan-penemuan
10
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mampu menjadi penguji baru yang inovatif, mau berlatih bagaimana menetapkan
pilihan yang bijaksana dan sebagai komunikator yang dapat mengembangkan
metode dan teknik komunikasi untuk bertukar pendapat dan interaksi. Hal ini
dijelaskan oleh Pizzini (dalam Handani, 2012, hlm. 14) bahwa :
“The SSCS Problem Solving Model is designed to expand and apply
science concepts and critical thinking skills, using a holistic problem solving model. SSCS involves students in exploring new situations, considering intriguing questions, and solving realistic problems. Using the SSCS problem solving model, student become actively involved in the aplication of conten, concepts and higher order thinking skills. The SSCS model estabhilishes a context for the development and use of higher order thinking skills and results in the conditions necessary for the transfer of thinking skills from one subject area to another,” .
Penerapan pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve,
create and share) memiliki kelebihan jika digunakan sebagai salah satu metode
pilihan dalam pembelajaran IPS salah satunya yakni dapat mengembangkan
kemampuan berpikir dalam memahami konsep-konsep yang ada pada materi IPS
serta mampu meningkatkan daya berpikir kreatif peserta didik karena dalam
metode ini peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri permasalahan yang
dipelajarinya, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis
hingga mereka mampu menarik kesimpulan dari permasalahan yang sedang
diupayakan pemecahannya sampai pada mengkomunikasikan hasil dari apa yang
mereka temukan dengan pemecahan masalah tersebut. Disamping itu penerapan
metode pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create and share) ini pada
materi ketenagakerjaan dalam pembelajaran IPS di kelas VIII, khususnya dalam
standar kompetensi memahami kegiatan perekonomian Indonesia, dengan
kompetensi dasar mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja
sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam
upaya penanggulangannya, hal mana materi ini merupakan salah satu materi yang
bersifat fenomena dan permasalahannya biasanya ditemukan peserta didik di
lingkungan sekitarnya. Kata kerja mendeskripsikan pada kompetensi dasar
tersebut di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa kata kerja operasional yang
akan menuntun peserta didik beserta pendidik untuk melakukan proses
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam menyelidiki sesuatu, membangkitkan minat bertanya dan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang nyata. Oleh karena itu dipandang perlu adanya
penelitian untuk menerapkan metode pemecahan masalah dengan pendekatan
SSCS (search, solve, create and share) pada pembelajaran IPS khususnya materi
ketenagakerjaan untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik pada sekolah menengah pertama.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan sebagai
berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan berpikir
kreatif peserta didik pada kelas kontrol yang belajar dengan menggunakan
metode pembelajaran konvensional ?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan berpikir
kreatif peserta didik pada kelas eksperimen yang belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search,
solve, create, and share)?
3. Apakah terdapat peningkatan yang lebih tinggi kemampuan berpikir kreatif
peserta didik yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share) pada kelas
eksperimen dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik
yang belajar dengan menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan keefektifan
metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and
share) terhadap kemampuann berpikir kreatif peserta didik.
12
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Mengetahui adanya perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan
berpikir kreatif peserta didik pada kelas kontrol yang belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui adanya perbedaan hasil pretes dengan postes kemampuan
berpikir kreatif peserta didik pada kelas eksperimen yang belajar dengan
menggunakan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search,
solve, create, and share).
3. Mengetahui adanya peningkatan yang lebih tinggi kemampuan berpikir
kreatif peserta didik yang belajar dengan menggunakan metode pembelajaran
pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share) pada kelas
eksperimen dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik
yang belajar dengan menggunakan metode konvensional pada kelas kontrol.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara
lain:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi
pengembangan ilmu pengetahuan. Terutama dalam pengembangan proses belajar
mengajar khususnya penggunaan model, metode maupun pendekatan dalam
pembelajaran IPS dengan unsur kajiannya dalam konteks peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi sesuai dengan pelaksanaan kurikulum yang berlaku pada saat ini,
yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik serta sebagai
masukan atau acuan bagi penelitian yang sejenis atau sifatnya lebih luas.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
pendidik pada bidang studi IPS berupa penambahan perbendaharaan baik model,
metode maupun pendekatan pembelajaran yang lebih variatif, salah satunya
penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve,
create, and share) bagi peserta didik sekolah menengah pertama. Sedangkan bagi
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metode pembelajaran yang dapat digunakan sekolah untuk menambah wawasan,
sehingga keterampilan pendidik dalam menggunakan dan mengaplikasikan model
maupun metode pembelajaran bertambah khususnya pada jenjang pendidikan
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi experimental research), karena data yang diperoleh berasal dari lingkungan yang telah ada. Menurut Gozhali (2008, hlm. 17) “peneliti akan menggunakan quasi experimental jika datanya berasal dari suatu lingkungan yang
telah ada atau dari suatu kejadian yang timbul tanpa intervensi langsung si peneliti”.
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas
dan variabel terikat. Sebagai variabel bebas yaitu metode pembelajaran
pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create and share) sedangkan
variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kreatif.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Pretest Postest Control Group Design
(Arikunto, 2002). Desain ini dipilih dengan alasan bahwa kelas eksperimen dan
kelas kontrol diperkirakan memiliki kondisi yang sama dan kemampuan peserta
didiknya serta subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi diterima apa
adanya. Selain itu, pemilihan desain ini dengan pertimbangan bahwa kelas yang
ada telah terbentuk sebelumnya dan peserta didik telah mendaftar sesuai dengan
aturan sekolah (kurikulum) yang ada, sehingga tidak lagi dilakukan
pengelompokan secara acak. Rancangan quasi eksperiment ditunjukkan pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
Eksperimen T1 X1 T2
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber : Arikunto (2002)
Keterangan :
T1 = pretest untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik
sebelum menggunakan Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah tipe
SSCS pada pembelajaran IPS.
X 1 = kelompok eksperimen dengan perlakuan pembelajaran menggunakan
Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah tipe SSCS pada
pembelajaran IPS.
X 2 = kelompok kontrol dengan perlakuan pembelajaran menggunakan
Metode Pembelajaran Konvensional pada pembelajaran IPS.
T2 = postes untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik
setelah menggunakan Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah tipe
SSCS pada pembelajaran IPS.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah SMP Negeri 2 Soreang yang
berada di wilayah Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi penelitian di SMP
Negeri 2 Soreang dilakukan setelah peneliti melakukan studi awal penelitian di
sekolah tersebut.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2
Soreang Kabupaten Bandung sebanyak 80 orang
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
nonrandom sampling, yaitu mengambil kelompok kelas dari populasi secara tidak
acak. Hal ini dilakukan setelah memperhatikan bahwa populasi bersifat homogen.
Subjek dalam penelitian ini diambil sebanyak dua kelas yaitu kelas VIII F
sebagai kelas eksperimen dan VIII I sebagai kelas kontrol. Pemilihan kelas
dilakukan secara tidak acak dari kelas VIII A-J karena berdasarkan informasi yang
54
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak berbeda (relatif homogen). Jumlah peserta didik dalam dua kelas tersebut
seluruhnya berjumlah 80 orang yang terbagi ke dalam dua kelas yang relatif
homogen dengan jumlah masing-masing peserta didik sebanyak 40 orang.
Susunan sebaran sampel penelitian dijelaskan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pembelajaran dengan metode
pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (Search, Solve, Create and Share)
dan metodel pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikatnya adalah
kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
Agar tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam penafsiran maka perlu
dijelaskan mengenai definisi dari variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian
ini. Definisi operasional variabel yang dimaksud adalah:
1. Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS
Metode pembelajaran pemecahan masalah Tipe SSCS (Search, Solve, Create and
Share) adalah metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan pemecahan
masalah (problem solving) yang didesain untuk mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif terhadap konsep ilmu. Metode ini pertama kali dikembangkan
oleh Pizzini pada tahun 1988 yang diterapkan pada mata pelajaran sains (IPA).
Selanjutnya Pizzini, Abel dan Shepardson (dalam Irwan , 2011, hlm. 55)
menyempurnakan metode ini untuk pelajaran matematika. Metode SSCS
(Search, Solve, Create and Share) ini mengacu kepada empat langkah
penyelesaian masalah yang diawali dengan menyelidiki masalah (search), kedua
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalah (create), dan keempat diakhiri dengan mengkomunikasikan penyelesaian
yang diperolehnya (share). Berikut pemaparan dari tiap fase/tahapnya.
Tabel 3.3
Tahapan Metode Pemecahan Masalah Tipe SSCS yang dikembangkan Pizzini dan Shepardson (1991)
Fase/Tahap Langkah Penyelesaian masalah
1.Search Fase Search meliputi kegiatan penyelidikan awal tentang suatu masalah yang diberikan kepada mereka. Selama fase pencarian ini, peserta didik dapat meletakkan ide-ide mereka dalam sebuah daftar apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan sebagai hasil dari penyelidikan mereka secara mendalam terhadap masalah yang ada. Peserta didik juga dapat mempersempit daftar dan memilih satu pada dua pertanyaan guna penyelidikan lebih lanjut. Sejalan dengan pendapat Pizzini, Abel dan Shepardson sebelumnya, Awang dam Ramly (2008, hlm. 22) mengatakan bahwa fase Search dalam model pembelajaran ini menyangkut hal-hal seperti : memahami soal atau kondisi yang diberikan kepada peserta didik, yang meliputi apa yang diketahui, apa yang ditanyakan atau apa kira-kira soal yang akan dibuat dari kondisi yang ada. Pada fase ini, peserta didik melakukan observasi dan investigasi terhadap kondisi tersebut, membuat pertanyaan-pertanyaan kecil, serta menganalisis informasi yang ada sehingga terbentuk kesimpulan ide.
2. Solve Pada fase ini, peserta didik menghasilkan dan melaksanakan rencana untuk mencari solusi dari soal yang ada atau membuat soal sendiri, mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif, membentuk hipotesis yang dalam hal ini berupa dugaan jawaban, memilih metode untuk memecahkan masalah, mengumpulkan data dan menganalisis, serta menyelesaikannya (Pizzini, 1991, hlm. 8)
3.Create Pada fase ini, peserta didik menciptakan produk yang berupa solusi masalah berdasarkan dugaan yang telah dipilih pada fase sebelumnya. Pada tahap ini peserta didik menguji dugaan yang dibuat apakah benar atau salah. Disamping itu, peserta didik menampilkan hasil sekreatif mungkin dan jika perlu peserta didik dapat menggunakan grafik, poster atau model (Pizzini, Abel dan Shepardson, 1988).
56
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menambah pemahaman peserta didik sendiri. Sejalan dengan pendapat Pizzini dkk di atas, Awang dan Ramly (2008, hlm. 22) menambahkan bahwa pada fase ini peserta didik mengartikulasikan pemikiran mereka, menerima umpan balik dan mengevaluasi solusi. Dengan adanya diskusi ini, peserta didik akan menguji hasil temuan serta mengembangkan
Fase/Tahap Langkah Penyelesaian masalah
argumennya dalam membuktikan suatu pernyataan. Pertanyaan-pertanyaan seperti : Apakah anda selalu bekerja seperti ini?,
Metode pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah umumnya,
yaitu didominasi oleh metode ceramah saat menyajikan materi
ketenagakerjaan (permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai
sumber daya dalam kegiatan ekonomi serta peranan pemerintah dalam upaya
penanggulangannya), tanya jawab dan diskusi dimana pendidik cenderung
lebih aktif sebagai sumber informasi bagi peserta didik dan mereka cenderung
pasif dalam menerima pelajaran., serta menjawab semua permasalahan yang
diajukan peserta didik.
3. Kemampuan Berpikir Kreatif
Torrance (2002, hlm. 42) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai „the process of forming ideas or hypotheses, testing them, and comunicating the
results “. Berdasarkan definisi tersebut bahwa dalam proses berpikir kreatif
selalu melalui tahapan mendesain atau merencanakan suatu ide dan gagasan,
kemudian menguji ide dan gagasan tersebut sampai pada tahapan
mengkomunikasikan hasil pengujian gagasan dan ide tersebut. Guilford dan
Torrance (dalam Filsaime, 2008, hlm. 21) menentukan empat karateristik
berpikir kreatif sebagai berikut:
1) Keterampilan berpikir lancar (fluency),
2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility),
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4) Keterampilan memperinci (elaboration).
D. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (1998) “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis”. “Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen teknik tes”. Arikunto (1998) menjelaskan bahwa “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bekal yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian dan menjawab
pertanyaan penelitian digunakan alat tes berupa soal uraian terbuka untuk
kemampuan berpikir kreatif. Tes ini diberikan pada tes awal (pretest) yaitu tes
yang dilakukan sebelum perlakuan dan tes akhir (postest) setelah perlakuan. Hal
ini dilakukan karena peneliti ingin mengamati sejauh mana perbedaan hasil
belajar tersebut terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan pada kelas
eksperimen. Pretest dilaksanakan untuk mengukur kemampuan awal peserta
didik, sementara postest dilakukan setelah perlakuan pada kelas eksperimen.
Berikut pedoman penskoran untuk kemampuan berpikir kreatif yang
dimodifikasi oleh Bosch (dalam Irwan, 2011, hlm. 28) dimana pemberian skor
untuk masing-masing aspek tersebut diadaptasi antara 0 sampai 4. Pedoman
pemberian skor untuk masing-masing kriteria berpikir kreatif secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 3.4
Tabel 3.4
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
58
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Elaborasi
(elaboration)
Memberi jawaban yang benar dan terinci
Terdapat kesalahan dalam jawaban tapi disertai perincian yang lengkap
Terdapat kesalahan dalam jawaban tapi disertai perincian yang kurang lengkap
Terdapat kesalahan dalam jawaban dan tidak disertai perincian tetapi penyelesaiannya belum lengkap/selesai
Memberikan sebuah ide yang relevan tapi dengan pemecahannya yang salah
1
Keluwesan (flexibility)
Memberikan jawaban lebih dari satu cara, proses perhitungan dan hasilnya benar
Memberikan jawaban lebih dari satu cara tapi hasilnya ada yang salah karena terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan
Memberikan jawaban dengan satu cara, proses penghitungan dan hasilnya benar
Memberikan jawaban hanya satu cara tetapi ada proses perhitungannya ada yang salah
4
Memberi jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan dan hasilnya benar
Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya salah
Memberi jawaban dengan caranya sendiri, proses perhitungan sudah terarah tetapi tidak selesai
Memberi jawaban dengan caranya sendiri tetapi tidak dapat dipahami
4
3
2
1
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya sebagai pendukung dalam penelitian ini digunakan pula skala
tanggapan yang disusun untuk mengetahui sejauh mana peserta didik dan guru
memberikan tanggapannya terhadap metode pembelajaran pemecahan masalah
tipe SSCS (search, solve, create and share) yang digunakan pada kelas
eksperimen diawali dengan pembuatan kisi-kisi yang selanjutnya dibuat menjadi
butir-butir pernyataan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).
E. Uji Coba Instrumen
Suatu tes mempunyai ciri yang baik apabila alat pengukur tersebut
memenuhi persyaratan tes, yaitu validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas,
dan ekonomis (Arikunto, 2003). Selain itu, suatu soal dikatakan baik apabila
mempunyai taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal yang baik
(Arikunto, 2003).
Maka dari itu instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data pada
subjek penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba pada kelas yang bukan
subjek penelitian, kemudian dilakukan analisis data meliputi daya pembeda,
tingkat kesukaran, reliabilitas, dan validitas butir soal. Butir soal tersebut
dianalisis menggunakan program anates versi 4,0 untuk program uraian. Uji coba
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan instrumen tersebut
untuk digunakan pada penelitian.
1. Validitas
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes untuk
mengukur suatu konsep tertentu (Arikunto, 2010). Alat ukur yang baik harus
memiliki kesahihan yang baik. Menurut Kusnendi (2008) “Valid artimya secara
empiris masing-masing indikator tepat mengukur variabel yang di ukur”. Suatu
instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen
60
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud” (Fathurokhman, 2014, hlm. 46).
Berdasarkan hasil uji coba soal terhadap validitas soal (Lampiran B1),
maka validasi 10 soal kemampuan berpikir kreatif peserta didik hasilnya dapat di
lihat pada Tabel 3.5.
2. Tingkat Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran ini dimaksudkan untuk mengetahui sukar
atau mudahnya soal yang digunakan. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran uji
coba 10 soal kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Lampiran B2) hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 3.5.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda soal yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
soal ini dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.(Arikunto, 2003). Berdasarkan hasil analisis daya pembeda
10 soal kemampuan berpikir kreatif peserta didik (Lampiran B3) hasilnya dapat di
lihat pada Tabel 3.5.
4. Reliabilitas
Untuk memperoleh data yang dapat dipercaya, instrumen penelitian yang
digunakan harus reliabel. Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa
instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen itu sudah baik (Arikunto, 2003).Dari hasil uji coba instrumen soal
uraian diperoleh data hasil perhitungan reliabilitas soal untuk kemampuan berpikir
kreatif yaitu sebesar 0,79 (katagori tinggi) dapat dilihat pada (Lampiran B3). Dari
hasil pengolahan uji coba 10 soal uraian kemampuan berpikir kreatif peserta didik
dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
Rekapitulasi Analisis Soal Uraian Kemampuan Berpikir Kreatif
Yati Suryati, 2015
PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TIPE SSCS (SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRAETIF PESERTA DIDIK
Uni versitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Sangat
Berdasarkan hasil analisis dari sepuluh butir soal uji coba instrumen
kemampuan berpikir kreatif, maka peneliti menentukan sebanyak empat soal
uraian kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari indikator kemampuan berpikir
keaslian (orisionality) (soal no. 3), kemampuan berpikir keluwesan (fleksibelity)
(soal no.5), kemampuan berpikir memperinci (elaboration) (soal no.8), dan
kemampuan berpikir kelancaran (fluency) (soal no.9) yang digunakan peneliti
sebagai alat untuk mengambil data dan terlebih dahulu melakukan revisi dengan
bimbingan dosen pembimbing sebelum akhirnya digunakan untuk mengambil
data pada subjek penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data kemampuan berpikir kreatif peserta didik dijaring dengan
menggunakan soal uraian sebanyak empat butir soal yang mewakili
indikator-indikatornya. Sementara tanggapan siswa dan guru terhadap penggunaan metode
pembelajaran pemecahan masalah tipe SSCS (search, solve, create, and share)
dijaring juga dengan menggunakan instrumen skala tanggapan siswa dan guru,
yang masing-masing secara berurutan terdiri dari 15 pernyataan terbuka tentang
tanggapan peserta didik dan 18 pernyataan terbuka tentang tanggapan pendidik.
Penilaiannya menggunakan Skala Likert Sangat Setuju (ST), Setuju (S), Tidak