ANALISIS KEMUNCULAN ASPEK KETERPADUAN DAN PENGUASAAN KONSEP TERPADU SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI
KTSP DAN KURIKULUM 2013
Rika Solihah 1103141
ABSTRAK
Penetapan penggunaan pendekatan terpadu pada siswa sekolah dasar termuat dalam KTSP dan Kurikulum 2013. Pada KTSP diberlakukan untuk siswa dari kelas 1 sampai dengan kelas 3 yang dikenal dengan pembelajaran tematik. Sedangkan pada Kurikulum 2013 diberlakukan dari kelas 1 sampai dengan kelas enam. Guru sebagai pelaksana kurikulum mempunyai peranan penting dalam mentransformasikan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum sesuai dengan petunjuknya kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan fakta tersebut maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana kemunculan aspek keterpaduan yang dilakukan oleh guru dan pencapaian penguasaan konsep terpadu siswa kelas IV SD melalui KTSP dan Kurikulum 2013 pada IPA konsep sumber daya alam. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan metode deskriptif dengan sampel dua SD yang menggunakan KTSP dan dua SD Kurikulum 2013. Instrumen yang digunakan berupa software videograph untuk menganalisis kemunculan aspek keterpaduan dan tes penguasaan konsep terpadu berupa soal pilihan ganda. Berdasarkah hasil observasi kemunculan aspek keterpaduan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik KTSP maupun Kurikulum 2013 cenderung sama dalam memunculkan aspek keterpaduan. Sedangkan perhitungan t’ untuk tes penguasaan konsep terpadu KTSP lebih baik daripada Kurikulum 2013. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa pembelajaran terpadu tidak hanya dalam kurikulum 2013 saja, tetapi dalam KTSP pun yang kurikulumnya masih bidang studi pembelajaran terpadu dapat dimunculkan.
ANALISIS KEMUNCULAN ASPEK KETERPADUAN DAN PENGUASAAN KONSEP TERPADU SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI
KTSP DAN KURIKULUM 2013
Rika Solihah 1103141
ABSTRACT
Integrated approach used in elementary school students and contained in KTSP and 2013 curriculum. KTSP applaied to students from grade 1 to grade 3, and used thematic learning. Where as in 2013 curriculum used by grade 1 to grade 6. Teacher as curriculum implemantor had important part to transformed values in curriculum with suitable process to student in learning process. Based on problems, the goals of this study are to determine of integrations aspect done by teacher and the achievment of an integrated concept on forth grade that used KTSP and curriculum 2013 at the sains concept of natural resources. This reseach was conducted qualitative descriptive method that uses sample of two elementary KTSP and two elementary curriculum 2013. Instrument used in the from of videograph software to analyze the emergence integration aspect and multiple choice quetions. Based on the results emergence integration aspects both KTSP and curriculum 2013 are still a little in revealing integration aspects. While, calculation of t 'to test integrated concept of KTSP better than 2013 curriculum. The conclusion of this study is integrated learning can be rise in 2013 curriculum and KTSP.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem dalam pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional, diterbitkan Undang-Undang Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang memuat tujuan pendidikan, yaitu “Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Kurikulum pendidikan dasar disusun dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa, kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.
Hal tersebut sesuai dengan landasan teori pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Gestalt (dalam Sanjaya, 2010, hlm. 242) bahwa belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Psikologi Gestalt sangat peduli terhadap perkembangan anak secara total tanpa memilih dan memilah antara unsur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain itu proses perancangan pembelajaran terpadu menurut Yani (2014, hlm. 115) mirip dengan pembelajaran bermakna (meaningful learning) karena berusaha mengaitkan berbagai konsep yang tersebar di antara mata pelajaran yang dipelajari. Hasil rancangan pembelajaran terpadu akan membentuk suatu skema yang berisi keterkaitan antar mata pelajaran dalam bentuk jaring tema. Bagi guru akan nampak seperti mind map tetapi bagi siswa akan memperoleh pengetahuan secara tidak terpilah akan
tetapi terasa utuh dan kebulatan pengetahuan (holistik).
Dalam proses pelaksanaanya Drake dan Burns (dalam Abidin, 2014, hlm. 211) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu dapat disajikan dalam tiga jenis integrasi yaitu multidisipliner, interdisipliner dan transdisipliner. Integrasi multidisipliner terdiri dari beberapa pendekatan yaitu intradisipliner, fusi (menyatukan keterampilan, pengetahuan dan sikap), layanan belajar, sentra belajar dan unit berbasis tema. Integrasi interdisipliner menekankan pada konsep dan keterampilan antar disiplin ilmu. Integrasi transdisipliner menekankan penggunaan berbagai keterampilan-keterampilan disipliner dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dari teori Drake dan Burns tersebut, ada beberapa aspek yang bisa digunakan untuk mengobservasi kemunculan aspek keterpaduan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Integrasi hakikat IPA (keterampilan proses sains dan sikap ilmiah), 2. Hubungan IPA dengan mata pelajaran lainnya,
3. Hubungan IPA dengan kehidupan sehari-hari dan potensi daerah.
tidak mungkin lagi menguasai pengetahuan alam sempai mendetail. Karena itu diperlukan kerja sama antar bidang, yang dinamakan dengan paradigma holistik. Menurut Wonoraharjo (2011, hlm. 202) wawasan manusia yang mencakup keluasan pengertian serta keberadaan “pihak lain” mempunyai pengertian dan pemahaman sendiri. Sistem kompleks alam dapat dipahami dari kacamata berbagai disiplin ilmu, tidak mungkin mengkaji sistem kompleks dari satu pendekatan saja. Dengan memberikan soal terpadu ini, diharapkan dapat melatih siswa untuk mengembangkan gaya berpikir yang meluas dan sikap menghargai bidang kajian lainnya karena memang selalu dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia baik di bidang keilmuan maupun dalam kehidupannya sehari-hari.
Observasi kemunculan aspek keterpaduan dan penguasaan konsep terpadu dalam penelitian ini akan dilakukan pada sekolah yang menggunakan Kurikulum yang berbeda yaitu KTSP dan Kurikulum 2013. Kedua Kurikulum ini sama-sama menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu, namun dilaksanakan pada jenjang kelas yang berbeda. Dalam Kurikulum 2013 pembelajaran terpadu dilaksanakan pada semua jenjang kelas, dengan pertimbangan pengalaman belajar dalam Kurikulum sebelumnya, yang cenderung disipliner, sarat beban materi kognitif, dan over lapping antar materi yang sama di mata pelajaran berbeda. Pengembang Kurikulum 2013 meyakini bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan sebagai salah satu model pengajaran yang efektif (highly effective teachingmodel). Selain itu, menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(dalam Samsuri, 2013, hlm. 5) pembelajaran tematik terpadu dianggap mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik.
implementasi suatu Kurikulum baru. Untuk mengimplementasi kurikulum baru, idealnya paling tidak 50 persen dari keseluruhan sekolah, dan untuk rintisan idealnya paling tidak 10 persen. Angka yang 3,5 persen itu idealnya untuk uji coba. Oleh karena itu, wajar apabila ada angggapan bahwa implementasi Kurikulum 2013 ibarat orang berlari sambil membetulkan tali sepatu. Artinya sudah diimplementasikan meski persiapannya belum selesai.
memahami pembelajaran tematik terpadu dalam hal mempersiapkan materi pembelajaran tematik terpadu, kesulitan untuk membuat rancangan pembelajaran tematik terpadu dan belum tepat dalam menggunakan strategi dalam proses pembelajaran terpadu. Jadi walaupun pemerintah telah memberikan fasilitas berupa buku panduan guru, ternyata guru masih merasa kesulitan dalam hal mengikuti langkah-langkah pembelajaran terpadu yang ada dalam buku panduan guru. Sehingga guru harus memikirkan cara menyampaikan pembelajaran agar terlaksana secara utuh tidak terlihat pemisah antar mata pelajaran.
Sebagaimana Kurikulum 2013, pada KTSP juga terdapat intruksi pembelajaran terpadu, yaitu dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006, dalam struktur KTSP pembelajaran pada kelas I sampai dengan III sekolah dasar dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”. Pada Kurikulum ini pemerintah tidak memberikan buku panduan untuk guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu, guru diberikan kewenangan untuk menentukan tema dan kompetensi yang akan dipadukan dalam pembelajarannya. Oleh karena itu banyak ditemukan kesulitan baik dalam persiapan maupun pelaksanaan pembelajaran terpadu di KTSP. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pudjiastuti (2011) terdapat beberapa permasalah dalam penerapan pembelajaran tematik di kelas awal sekolah dasar. Pertama, permasalahan persiapan pembelajaran tematik antara lain : (1) Guru kesulitan dalam mengembangkan tema dan contoh tema tidak selalu sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa; (2) Guru kesulitan dalam melakukan pemetaan Kompetensi Dasar yang terkait dengan tema; (3) Guru kesulitan dalam merumuskan keterpaduan berbagai mata pelajaran pada langkah pembelajaran dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kedua, permasalahan pelaksanaan pembelajaran tematik antara lain : (1) Bahan ajar yang tersedia masih menggunakan pendekatan mata pelajaran sehingga menyulitkan guru memadukan materi sesuai tema; (2) Bahan ajar tematik masih bersifat nasional sehingga beberapa materi kurang sesuai dengan kondisi lingkungan belajar siswa.
Kurikulum 2013 dengan penerapannya di lapangan. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan data empirik baik untuk pemerintah maupun praktisi di bidang pendidikan tentang implementasi pembelajaran terpadu yang digunakan di KTSP dan Kurikulum 2013. Pada penelitian ini kegiatan pembelajaran yang akan diobservasi adalah tentang materi sumber daya alam, karena materi ini terdapat dalam dalam KTSP dan Kurikulum 2013. Selain itu pemilihan materi sumber daya alam didasarkan atas pertimbangan lain, pertama pada saat ini kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber daya alam dirasakan masih kurang, hal tersebut terbukti dengan masih banyaknya eksploitasi sumber daya alam yang bersifat desdruktif oleh manusia. Kedua, materi sumber daya alam bersifat kontekstual bagi siswa karena sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, melalui materi sumber daya alam, siswa diharapkan lebih mengenal potensi alam yang ada di daerahnya, memahami tentang konsep sumber daya alam, memberikan pengalaman tentang cara memanfaatkan sumber daya yang baik serta mendidik siswa untuk mencintai dan menanamkan kesadaran untuk menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap alam dan lingkungannya.
Berdasarkan fenomena pembelajaran terpadu dalam KTSP dan Kurikulum 2013 di atas, peneliti tertarik menganalisis kemampuan guru untuk memunculkan aspek-aspek keterpaduan dalam pembelajaran IPA dan mengetahui pencapain penguasaan konsep siswa terhadap pembelajaran terpadu yang telah dilakukan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, “Bagaimana kemunculan aspek keterpaduan dalam kegiatan pembelajaran IPA dan pencapaian penguasaan konsep terpadu siswa SD kelas IV yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013?”
Sedangkan pertanyaan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kemunculan aspek keterpaduan dalam kegiatan pembelajaran
IPA di kelas IV sekolah dasar yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan kemunculan aspek keterpaduan dalam kegiatan
pembelajaran IPA di kelas IV sekolah dasar yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013 melalui analisis video.
2. Mendeskripsikan pencapaian konsep terpadu siswa kelas IV sekolah dasar yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013 melalui soal penguasaan konsep terpadu.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil studi ini dapat dijadikan bukti empiris tentang pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada sekolah dasar yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013, ditinjau dari kemampuan guru dalam memunculkan aspek-aspek terpadu dalam pembelajaran dan kemampuan penguasaan konsep terpadu siswa dalam mengaitkan konsep IPA dengan konsep mata pelajaran lainnya. Sehingga hasil analisis pada penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi oleh guru agar kekurangan-kekurangan yang ditemukan dapat diperbaiki dan ditindaklanjuti. Penilitian ini juga diharapkan dapat membantu pemerintah untuk melihat kenyataan di lapangan tentang penerapan keterpaduan di sekolah yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013 dan dapat dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan pada langkah implementasi Kurikulum 2013.
E. Struktur Organisasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kemunculan aspek keterpaduan dan penguasaan konsep terpadu pada sekolah yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013. Berdasarkan hal tersebut metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode tersebut dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya berdasarkan fakta di lapangan terkait dengan kemunculan aspek keterpaduan dalam pembelajaran IPA di sekolah-sekolah yang menerapkan KTSP dan Kurikulum 2013. Data yang terkumpul dianalisis dan diinterpretasikan, kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan kondisi yang terjadi pada subyek penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukandi kelas IV pada empat Sekolah Dasar di Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon.Pada tahun pelajaran 2013/2014 Kurikulum 2013 baru diterapkan pada beberapa sekolah saja, begitu pula dengan kota Cirebon hanya terdapat 4 sekolah yang menggunakan kurikulum 2013 sedangkan sekolah lainnya masih menggunakan KTSP. Berdasarkan pada kenyataan tersebut maka peneliti memilih 2 sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 dan 2 sekolah yang menggunakan KTSP. Keempat sekolah tersebut berada dalam satu wilayah dan berdekatan satu sama lain sehingga memudahkan proses penelitian, mengingat proses pembelajaran yang akan diamati dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan. Dengan demikian penentuan sekolah-sekolah tersebut akan sesuai dengan tujuan dari penelitian ini.
C. Definisi Operasional
1. Aspek keterpaduan adalah aspek yang diharapkan muncul dalam pembelajaran IPAyaitu : integrasi hakikat IPA; hubungan antara IPA dengan mata pelajaran lainnya; hubungan IPA dengan kehidupan sehari-hari dan potensi daerah. Aspek-aspek tersebut diadopsi dari teori Drake dan Burns (dalam Abidin, 2014, hlm. 210) yang memaparkan tiga jenis integrasi dalam pembelajaran terpadu yaitu multidisipliner, interdisipliner dan transdisipliner. Kemunculan aspek tersebut dilakukan dengan cara menganalisis video guru yang melaksanakan pembelajaran. Aspek kemunculan itu sendiri kemudian dianalisis dengan menggunakan software videograph yang dioperasikan dengan windows 7 pada laptop.
2. Penguasaan konsep terpadu adalah pencapaian penguasaan konsep siswa dalam mengaitkan konsep IPA dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPS dengan menggunakan topik sumber daya alam. Pencapaian penguasaan konsep ini diukur dengan menggunakan soal yang dirancang berdasarkan dimensi proses kognitif untuk pengetahuan faktual yang dikembangkan oleh Anderson dan Karthwohl (2010, hlm. 100-102) yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi dengan jumlah 19 soal. Soal diberikan sebanyak satu kali kepada siswa setelah semua pembelajaran yang ditargetkan dilakasanakan.
D. Instrumen Penelitian
1. Observasi kemunculan aspek keterpaduan
menekankan penggunaan berbagai keterampilan-keterampilan disipliner dalam konteks kehidupan sehari-hari. Peneliti mengamati kemunculan aspek keterpaduan dalam pembelajaran tersebut. Untuk mendapatkan hasil pengamatan yang lebih mendalam, peneliti menggunakan software videograph, dengan software ini peneliti dibantu untuk menganalisis kemunculan aspek keterpaduan
dalam pembelajaran, dengan cara memasukkan aspek dan indikator ke dalam kolom kriteria kemudian melakukan koding dengan cara menandai kriteria yang muncul dalam rentang waktu 20 detik. Hasil koding di eksport ke spss versi 20 sehingga menghasilkan tabulasi koding. Setelah itu dilakukan analyze untuk menghasilkan data koding dalam bentuk tabel frekuensi dan persen serta diagram lingkaran.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kemunculan Aspek Terpadu
No Integrasi Jenis Aspek Indikator
1. Multidisipliner Integrasi hakikat IPA dalam pembelajaran
a. Terdapat keterampilan proses sains dalam pembelajaran yang dilakukan
b. Terdapat pengembangan sikap ilmiah dalam pembelajaran yang dilakukan
2. Interdisipliner Memuat hubungan antara IPA dengan mata pelajaran lainnya
a. Terdapat tujuan dari berbagai mata pelajaran yang telah ditetapkan, yang disampaikan pada kegiatan awal atau awal kegiatan inti
b. Terdapat contoh keterkaitan konsep mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran lainnya
c. Terdapat pertanyaan yang menunjukkan keterkaitan konsep mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran lainnya
d. Terdapat penjelasan materi yang menunjukkan keterkaitan konsep mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran lainnya e. Terdapat penugasan yang menunjukkan keterkaitan konsep
mata pelajaran IPA dengan mata pelajaran lainnya 3. Transdisipliner Memuat hubungan
pembelajaran IPA dengan kehidupan sehari-hari dan potensi daerah setempat
a. Terdapat proses penggalian informasi tentang materi sumber daya alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa
b. Terdapat keterkaitan antara materi sumber daya alam dengan potensi sumber daya alam di daerahnya
2. Soal penguasaan konsep terpadu
Tabel 3.2 Dimensi Proses Kognitif
No Dimensi Proses Kognitif Definisi 1. Mengingat
Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
Mengenali Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka
panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut Mengingat kembali Mengambil pengetahuan yang relevan dari memori
jangka panjang 2. Memahami
Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru).
Menafsirkan Mengubah satu bentuk gambaran jadi bentuk lain Mencontohkan Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep
atau prinsip
Mengklasifikasikan Menentukan sesuatu dalam suatu kategori Merangkum Mengabstraksikan tema umum atau poin pokok Menyimpulkan Membuat kesimpulan yang logis Dari informasi yang
diterima
Membandingkan Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya
Menjelaskan Membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem 3. Mengaplikasikan
Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
Mengeksekusi Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier Mengimplementasik
an
Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier
4. Menganalisis Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
Membedakan Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting
Mengorganisasi Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur
Mengatribusikan Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud dibalik materi pelajaran
5. Mengevaluasi Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar.
Memeriksa Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk; menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktikan
Mengkritik Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan krteria eksternal; menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Terpadu
SUB KONSEP
DIMENSI
JML Mengingat Memahami Mengapli
kasikan menganalisis
Meng evaluasi m en ge na li M en gi ng at ke m ba li m en co nto hk an m en gk la si fik as i m er an gk um m en yi m pu lk an m em ba nd ing ka n m en ge ks ek us i m en gi m pl em en ta si kan m em be da ka n m en go rg an is as i m en ga tr ibu si m em er ik sa m en gk riti k
Sumber daya alam yang
terkandung dan
pemanfaatannya a. SDA yang terdapat di
daerah tertentu (sunga dan laut) dan
pemanfaatannya b. SDA yang berasal dari
tumbuhan, hewan, dan benda tak hidup dan pemanfatannya (sandang, pangan, paapan) 13, 14, 17, 23
3 9 1,
2 16,
22
19,
24 20
4,1 5,2 1,3 0
10 18 5,1
1 21
Pengolahan SDA denganMenggunakanTek nologi (Sederhana dan Modern)
a. Jenis teknologi yang digunakan dalam pengolahan SDA b. SDA yang dapat diolah
dengan menggunakan teknologi sederhana dan modern c. Proses pengolahan
SDA
25 27 26, 6 7
12, 28,
29
8 9
JUMLAH
4 2 1 1 3 2 1 3 4 4 1 1 2 1
30
6 8 7 6 3
Sebelum digunakan dalam penelitian, soal penguasaan konsep terpadu ini diujicoba terlebih dahulukepada sekelompok siswa kelas IV SD di salah satu SD di kota Cirebon. Jumlah siswa yang mengikuti uji coba ini sebanyak 24 orang. Analisis uji boba yang dilakukan berupa validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Analisis yang dilakukan menggunakan software spss versi 20 dan Microsoft exel.
a. Analisis Validitas Tes
terdapat dalam Arikunto (2009, hlm. 75) yakni dapat dilihat pada tabel 3.4 sebagai berikut.
Tabel 3.4. Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas Instrumen
Koefisien Validitas Interpretasi Validitas Sangat Rendah (Sangat Baik)
Rendah (Kurang)
Cukup (Cukup)
Tinggi (Baik)
Sangat Tinggi
b. Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas soal dihitung dengan menggunakan software SPSS. Untuk menginterpretasikan koefisen reliabilitas digunakan tolak ukur Guilford (Suherman, 2003, hlm.139) yakni dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5. Klasifikasi Interpretasi Koefisien Reliablitias
Koefisien Reliabilitas Interpretasi Derajat Reliabilitas
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
c. Analisis Daya Pembeda
Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus (Suherman, 2003, hlm. 160), yaitu:
Keterangan:
= daya pembeda
= jumlah benar untuk kelompok atas = jumlah benar untuk kelompok bawah = jumlah siswa kelompok atas
Tabel 3.6. Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda
Besarnya Daya Pembeda (DP) Interpretasi
DP Sangat jelek
0,00 Jelek
0,20 Cukup
0,40 Baik
0,70 Sangat baik
d. Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus (Suherman dan Kusumah, 1990, hlm.231):
Keterangan:
= indeks kesukaran
= jumlah benar untuk kelompok atas = jumlah benar untuk kelompok bawah = jumlah siswa kelompok atas
= jumlah siswa kelompok bawah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal (Suherman dan Kusumah, 1990, hlm.213) yang dapat dilihat pada Tabel 3.7 sebagai berikut.
Tabel 3.7. Kriteria Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran (IK) Interpretasi IK Terlaku sukar
0,00 Sukar
0,30 Sedang
0,70 Mudah
Terlalu mudah
Tabel 3.8. Rangkuman Interpretasi Hasil Uji Coba Butir Soal
No. Validitas
Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Keterangan
rxy Kriteria DP Kriteria IK Kriteria
1 0,446 Valid (cukup) 0,667 Baik 0,667 Sedang Digunakan 2 0,487 Valid (cukup) 0,667 Baik 0,667 Sedang Digunakan 3 0,643 Valid (tinggi) 0,5 Baik 0,417 Sedang Digunakan 4 0,515 Valid (cukup) 0,5 Baik 0,25 Sukar Digunakan 5 0,482 Valid (cukup) 0,667 Baik 0,333 Sedang Digunakan 6 0,433 Valid (cukup) 0,5 Baik 0,75 Mudah Digunakan 7 0,452 Valid (cukup) 0,5 Baik 0,25 Sukar Digunakan 8 0,027 Tidak Valid 0,167 Jelek 0,147 Sedang Tidak Digunakan 9 0,548 Valid (cukup) 0,5 Baik 0,75 Mudah Digunakan 10 0,012 Tidak Valid 0 Jelek 0,333 Sukar Tidak Digunakan 11 0,532 Valid (cukup) 0,667 Baik 0,667 Sedang Digunakan 12 0,173 Tidak Valid 0,333 Cukup 0,667 Sedang Tidak Digunakan 13 0,004 Tidak Valid 0 Jelek 0,667 Sedang Tidak Digunakan 14 0,402 Valid (cukup) 0,333 Cukup 0,667 Sedang Digunakan 15 0,302 Tidak Valid 0,333 Cukup 0,833 Mudah Tidak Digunakan 16 0,402 Valid (cukup) 0,5 Baik 0,25 Sukar Digunakan 17 0,254 Tidak Valid 0,667 Baik 0,667 Sedang Tidak Digunakan 18 0, 300 Tidak Valid 0,5 Baik 0,25 Sukar Tidak Digunakan 19 0,462 Valid (cukup) 0,667 Baik 0,5 Sedang Digunakan 20 0,467 Valid (cukup) 0,5 Baik 0,25 Sukar Digunakan 21 0,532 Valid (cukup) 0,333 Cukup 0,833 Mudah Digunakan 22 0,104 Tidak Valid 0,167 Jelek 0,25 Sukar Tidak Digunakan 23 0,548 Valid (cukup) 0,333 Cukup 0,833 Mudah Digunakan 24 0,132 Tidak Valid 0,333 Cukup 0,333 Sedang Tidak Digunakan 25 0,429 Valid (cukup) 0,667 Baik 0,667 Sedang Digunakan 26 0.590 Valid (cukup) 0,667 Baik 0,667 Sedang Digunakan 27 0,500 Tidak Valid 0,333 Cukup 0,5 Sedang Tidak Digunakan 28 0,402 Valid (cukup) 0,333 Cukup 0,667 Sedang Digunakan 29 0,418 Valid (cukup) 0,333 Cukup 0,833 Mudah Digunakan 30 0,134 Tidak Valid 0,167 Jelek 0,25 Sukar Tidak Digunakan
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data dikumpulkan melalui observasi, tes, wawancara dan studi dokumentasi.
Tabel 3.9. Teknik Pengumpulan Data
No Aspek yang diungkap Teknik
Pengumpulan
Instrumen Sumber
Data 1. Penguasaan konsep terpadu siswa SD kelas IV
yang menggunakan KTSP dan kurikulum Tes Soal Siswa
2. Kemunculan aspek keterpaduan pada
pembelajaran IPA di kelas IV yang
menggunakanKTSP dan Kurikulum 2013 Observasi
Transkip data, Video,
Observasi
Guru
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengambilan kesimpulan sebagaiman yang diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Menentukan dan merumuskan masalah tentang pembelajaran terpadu yang diterapkan pada sekolah yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013. b. Studi literatur dan kepustakaan mengenai keterpaduan dan analisis materi
muber daya alam dalam dokumen KTSP dan Kurikulum 2013.
c. Melakukan observasi pada sekolah-sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian dan menetapkan jadwal pada kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Dalam hal ini observasi dilakukan pada empat sekolah dasar, yaitu dua sekolah dasar yang menggunakan KTSP dan dua sekolah dasar yang menggunakan Kurikulum 2013.
d. Menyusun instrumen penelitian, berupa lembar observasi untuk mengobservasi kemunculan aspek keterpaduan dan soal untuk mengukur penguasaan konsep terpadu siswa kelas IV di sekolah yang menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013.
f. Melakukan perbaikan instrument lembar observasi dan soal dari hasil judgement dengan cara memperbaiki cara penulisan dan mengkaji kembali
teori yang berkaitan dengan kedua instrumentesebut.
g. Melakukan uji coba soal pada siswa kelas IV di sekolah yang lain sebelum dilakukan tes pada sekolah penelitian yaitu pada tanggal 21 April tahun 2014. h. Melakukan uji validitas, realibilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
terhadap hasil uji coba soal dengan menggunakan program spss versi 20 dan microsoft exel untuk mendapatkan soal yang layak dipakai.
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang menjadi sampel pada tanggal 23 April sampai dengan 16 Mei tahun 2014. Observasi di sekolah yang menggunakan KTSP dilakukan sebanyak 3 pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing 2 jam pelajaran. Sedangkan di sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013 observasi dilakukan sebanyak 5 pertemuan dengan alokasi waktu masing-masing 6 jam pelajaran.
b. Mendokumentasikan proses pembelajaraan yang dilakukan oleh guru dalam bentuk video. Dokumentasi video ini menggunakan dua kamera yang terdiri dari, satu kamera yang diarahkan kepada guru dan satu kamera yang diarahkan kepada siswa. Kamera tersebut dioperasikan oleh dua orang tenaga ahli. Hasil rekaman yang sudah berbentuk file diunduh ke perangkat laptop, file video tersebut harus menempuh proses convert terlebih dahulu agar dapat digunakan pada software videograpf.
c. Memberikan soal penguasaan konsep terpadu kepada siswa. Setelah semua pembelajaran yang dijadwalkan selesai, soal diberikan satu kali pada pertemuan dan hari yang berbeda.
3. Tahap pengolahan data dan pengambilan kesimpulan
a. Menganalisis kemunculan aspek keterpaduan dengan menggunakan software videograph, aspek dan indikator kemunculan keterpaduan dumasukkan ke
kolom kriteria dalam sorftware tersebut. Hasil koding yang telah selesai di eksport ke software SPSS versi 20 untuk memperoleh persentase dan diagram
tabel agar terlihat perbandingan kemunculan aspek keterpaduan di KTSP dan Kurikulum 2013.
b. Menganalisis pencapaian penguasaan konsep terpadu dengan cara memeriksa jawaban siswa, melakukan tabulasi, mengkategorikan jawaban siswa menurut tingkatan kognitif dan nilai siswa menurut rentang nilai.
c. Melihat kecenderungan dan membahas hasil temuan penelitian d. Menarik kesimpulan
e. Menyusun laporan
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis data observasi
Data observasi di deskripsikan dengan bantuan analisis video yang menggunakan software videograph. Adapun langkah-langkah analisis video dengan videograph adalah sebagai berikut.
a. Software videograph di operasikan di laptop dengan window 7.
b. Hasil rekaman video berbentuk file di convert supaya dapat digunakan pada software videograph.
c. Membuka aplikasi videograph kemudian menuliskan kode untuk setiap aspek dan indikator yang akan di observasi dalam video pembelajaran.
d. Mengamati semua kegiatan guru apa adanya dari video tanpa diedit ataupun dipotong, kemudian memberikan kode pada aspek keterpaduan yang muncul e. Menuliskan kejadian yang barkaitan dengan kemunculan aspek terpadu
sebagai bahan mendeskripsikan kemunculan aspek keterpaduan dalam pembelajaran
f. Data dalam video ditransfer ke software SPSS versi 20 untuk dianalisis frekuensi kemunculan aspek keterpaduan.
2. Analisis soal penguasaan konsep terpadu
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N = Skor maksimum dari tes tersebut
Selanjutnya dilakukan penafsiran penguasaan konsep terpadu siswa berdasarkan perhitungan di atas. Penafsiran dilakukan berdasarkan kategori menurut Depdiknas (2007).
Tabel 3.10. Interpretasi Rentang Nilai
Rentang Nilai
Pencapaian Skala 100 Skala 10
80 – 100 8,0 – 10,0 Tinggi 60 – 79 6,0 – 7,9 Sedang 40 – 59 4,0 – 5,9 Rendah
a. Analisis Hasil Tes Penguasaan Konsep Terpadu
Analisis uji kesamaan rerata hasil tes bertujuan memeriksa ada tidaknya perbedaan yang signifikan penguasaan konsep terpadu antara kelas KTSP dan kurikulum 2013. Jenis uji statistik kesamaan rerata tergantung pada normalitas dan homogenitas suatu data. Jika data memenuhi syarat normalitas dan homogenitas, maka uji kesamaan rerata menggunakan Uji-t. Apabila salah satu syarat dari kedua syarat tadi tidak dipenuhi, maka peneliti melakukan uji non-parametrik dari uji t’. Untuk mengetahui normal tidaknya dan homogen tidaknya suatu data, maka dilakukan uji normalitas pada siswa kelas KTSP maupun siswa kelas Kurikulum 2013.
1) Uji Normalitas penguasaan konsep terpadu
penguasaan konsep terpadu perserta didik dilihat berdasarkan tes dari kedua kelompok penelitian, yaitu kelas KTSP dan Kurikulum 2013. Setelah diperoleh data hasil skor penguasaan konsep terpadu akan dilakukan pengujian normalitas menggunakan bantuan Software SPPS 20. Penerimaan normalitas data didasarkan ada hipotesis berikut:
Ho: Data tes penguasaan konsep terpadu berdistribusi normal H1: Data tes penguasaan konsep terpadu tidak berdistribusi normal
Untuk mengambil keputusan dilakuakan dengan cara membandingkan nilai 2
hitung dengan 2tabel. Dengan ketentuan jika 2hitung 2tabel maka Ho diterima atau
jika 2hitung 2tabel maka Ho ditolak. Hasil pengujian normalitas tes penguasaan konsep terpadu pada KTSP dan Kurikulum 2013 dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.14 berikuti ini.
Tabel 3.11. Uji Normalitas tes penguasaan konsep terpadu
Tests of Normality
Perlakuan Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
penguasaan konsep terpadu
KTSP .152 51 .005
Kurikulum
2013 .120 51 .066
Dari hasil perhitungan 2, untuk data skor tes kelas KTSP diperoleh 2hitung sebesar 0,152 dengan sampel 51 orang (n=51) pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh 2tabel 0,228. Dengan demikian, ternyata 2hitung = 0,160< 2tabel = 0,246 maka H0 diterima. Artinya hipotesis diterima, maka kesimpulannya sampel dari kelas KTSP berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Sedangkan skor prates kelas kurikulum 2013 2hitung sebesar 0,120 dengan sampel 51 orang (n=51) pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh 2tabel tabel 0,228. Dengan demikian, ternyata 2hitung = 0,120< 2tabel = 0,228 maka H0 diterima. Artinya hipotesis diterima, maka kesimpulannya sampel dari kelas kurikulum 2013 berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas Tes Penguasaan Konsep Terpadu
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians terhadap data tes penguasaan konsep terpadu untuk kelas KTSP dan kurikulum 2013 dengan menggunakan bantuan Software SPSS 20 yaitu menggunakan Uji Levene. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data memiliki varian yang homogen atau tidak. Penerimaan homogenitas data didasarkan pada hipotesis berikut:
Ho: Data tes penguasaan konsep terpadu bervariansi homogen H1: Data tes penguasaan konsep terpadu tidak bervariansi homogen
diterima jika F(1-α)(n1-1) < F < F1/2α(n1-1)(n2-1), dan H1 ditolak jika F ≥ F1/2α(v1,v2). Hasil pengujian homogenitas tes penguasaan konsep terpadu pada kelompok KTSP dan kurikulum 2013 dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini:
Tabel 3.12. Uji Homogenitas tes penguasaan konsep terpadu
Test of Homogeneity of Variances
Penguasaan Konsep Terpadu
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.604 1 100 .208
H. Alur Penelitian
Studi Literatur Rumusan masalah
Penyusunan Instrumen
Judgement Instrumen
Uji Kelayakan Instrumen Uji coba Instrumen
Pengumpulan Data
Observasi pembelajaran dengan menggunakan video
Tes Soal Terpadu
Analisis Data
Temuan dan Pembahasan
Kesimpulan
Menyusun Laporan
Perbaikan Instrumen Survay, Perizinan dan Jadwal
Video Soal
Durasi dan persentase kemunculan aspek keterpaduan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kemunculan aspek keterpaduan dan penguasaan konsep terpadu siswa kelas IV SD melalui KTSP dan kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa, Pertama, dari hasil persentase rata-rata KTSP cenderung sama dengan sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013. Baik KTSP maupun Kurikulum 2013 masih sedikit dalam memunculkan aspek keterpaduan, hal tersebut terlihat dari persentase rata-rata kemunculan hanya di bawah 15%. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kemampuan guru dalam memunculkan aspek keterpaduan baik di KTSP maupun Kurikulum 2013 cenderung sama walaupun kurikulum yang digunakan berbeda. Kedua, dari hasil uji t’ dapat disimpulkan bahwa penguasaan konsep terpadu yang menggunakan KTSP lebih baik daripada skor penguasaan konsep terpadu siswa yang menggunakan kurikulum 2013. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa pembelajaran terpadu tidak hanya dalam kurikulum 2013 saja, tetapi dalam KTSP pun yang pembelajarannya masih bidang studi pembelajaran terpadu dapat dimunculkan.
B.Implikasi
Setelah dilakukan penelitian ini guru menjadi lebih termotivasi untuk dapat memunculkan aspek keterpaduan dalam pembelajaran mengingat karakteristik siswa sekolah dasar yang masih memandang sesuatu secara keseluruhan dan melalui pembelajaran terpadu ini guru dapat melatih siswa berpikir secara holistik dalam menghadapi suatu masalah.
C.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.Bandung: PT. Refika Aditama
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2010).Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen.Yogyakarta: PustakaPelajar
Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Asy’ari, Muslichach. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat. Jakarta: Depdiknas
Asy’ari, M. 2007. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Aziz, S. (2014) Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dan Keterampilan Berfikir Kritis Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek. S2 Thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Beane, J.A. (1997). Curriculum Integration: Designing The Core of Democratic Education. New York: Teachers College Press
BSNP. (2006). Standar Kompetensi dan Kopetensi Dasar Tingkat SD/MI. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Campbell, N.A. danJane B.R. (2010). Biologi. Jakarta: Erlangga
Dahar, R. W. (2011). Teori-teoriBelajardanPembelajaran.Bandung: Erlangga Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.
Depdiknas. (2007). Kemampuan Kognitif. [online]. Tersedia: http://education-vionet.blogspot.com/2012/04/pengertian-kemampuan-kognitif.html. [12 Juli 2015]
Dewi, K. et. al. (2013).Pengembangan Perangkat Pembelajaran Ipa Terpadu dengan Setting Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kinerja Ilmiah Siswa. [On Line]. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan IPA (Volume 3 Tahun 2013). Tersedia: http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnalipa/article/view/548. [18 Mei 2015]
Firman, H & Widodo, A. (2008). Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Fogarty, R. (1991). How To Integrated the Curriculum. Illinois: IRI/Sky Publishing, Inc.
Giarty, S. (2014). Peningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Negeri Bengle 2 Menggunakan Model Pembelajaran POEWA. Skripsi FKIP UNS. Tidak diterbitkan
Hendriani, Y. (2010). Pengaruh Pembelajaran Ipa Terpadu Terhadap Pengembangan Literasi Sains Siswa Smpn 3 Cimahi Dan Smpn 1 Lembang. [ On Line]. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam Bandung. Tersedia: https://mgmpipadepok.files.wordpress.com/2010/09/ipa-terpadu.pdf. [18 Mei 2015]
Ikshan, M. (2006). Pembelajaran MIPA Berbasiskan Budaya. Tersedia:http://www.teknologipendidikan. [21 Mei 2015]
Jumadi. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya. Makalah Workshop FPMIPA UNY. [on line]. Tersedia: http://www.google.co.id/uFsystem%2Ffiles%2Fpengabdian%2Fjumadi-mpd-dr%2Fpembelajaran-kontekstual.pdf. [1 Juni 2015]
Jaedun, A. dan Ishartiwi. (2010). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Sebagai Sumber Belajar Alternatif. Makalah pada “Diklat Pemanfaatan Sumber Belajar yang Kreatif”. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Ishartiwi,%20M.Pd.,%2 0Dr.%20/Bahan%20Pengayaan%20Makalah%20Sumber%20Belajar.pdf. [18 Juni 2015}
Johnson, E. B. (2007). Contextual Teaching and Learning: What Tt is and
Why it’s here to Stay. United States of America: Corwin Press, INC.
Kemdikbud.(2013). Tema 8. Indahnya Negeriku Kurikulum 2013. Jakarta: Kemdikbud
Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual :Konsep dan Aplikasi. Bandung: RefikaAditama
Kurniawan, D. (2011). PembelajaranTerpadu: Teori, PraktikdanPenilaian. Bandung: CV PustakaUtama
Laksmi, Ni P, dkk. (2013). Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi MasyarakatBermuatan Kearifan Lokal Tri Hita Karana Terhadap Sikap Ilmiah Siswa Kelas IvbSd Negeri 1 Ubud .Jurnal Mimbar PGSD Vol 1 (2013).Tersedia:http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/vie w/681. [18 Mei 2015]
Mahfuddin, A. (2014). Pembelajaran Tematik. Jurnal Allemania, Vol. 3, No. 2 Januari 2014
Majid, A. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Maryeni. dkk. (2014). Analisis Tingkat Pemahaman Guru Sekolah Dasar Tentang Pembelajaran Terpadu Pada Kurikulum 2013. Jurnal Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Tersedia: download.portalgaruda.org/article.php?article=288730&val=7239&title=P EMAHAMAN GURU SEKOLAH DASAR TENTANG PEMBELAJARAN TERPADU PADA KURIKULUM 2013.[18 Mei 2015]
Musfah, J .(2012). PendidikanHolistik.Jakarta: KencanaPrenada Media Group Nasution. (2009). Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Ningsih, C. K.. dkk. (2014) Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Media Benda Asli Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Semester I Di Gugus Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaJurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014).Tersedia:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=13877 4&val=1342&title=. [25 Mei 2015]
Nugraha. A. (2005). Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Permendikbud No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Permendikbud No. 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
Pratomo, S. (2010). Sumber Daya Alam dan Pencemaran Polusi. [online].Tersediadi:http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/PENDIDIKAN_LI NGKUNGAN_UNTUK_SD/BBM_5.pdf.
Pudjiastuti, A. (2011). Permasalahan Penerapan Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar. Disertasi, Universitas Negeri Malang. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/disertasi/article/view/10880
Rochintaniawati, D. dkk. (2006). Kebutuhan Guru Sekolah Dasar Di Cimahi Dan KabupatenBandung Dalam Melangsungkan Pembelajaran IPA.JURNAL PENDIDIKAN DASAR, VOL.7, NO.1, 2006: 50-60 50 http://journal.unnes.ac.id [15 Juli 2015]
Rostiawaty, S & Aris M. (2008). Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV SD. Jakarta: Pusat Pembukuan Depdiknas
Rusmana, A. (2011). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa SD. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia
Rustaman, N.Y. (2003). Peranan Pertanyaan Produktif dalam Pengembangan KPS dan LKS. Bahan Seminar dan Lokakarya bagi Guru. Bandung: UPI Press
Samsuri. (2013). Kebijakan Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013. Pengantar Kuliah Umum Universitas Negeri Malang. Tersedia:
Shafwatul, A.R. (2013). Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Nyata, Virtual, Dan Gabungan Dalam Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri Terhadap Pencapaian Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SD.(Tesis). SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Sari, N. R. (2010). Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar.Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia
Sa’ud, U. S. (2011). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Setiawan, H. (2013). Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Ipa Kelas III Sd. Jurnal Untan Vol 2, No 9 (2013). Tersedia: http://jurnal. untan.ac.id/ index.php/jpdpb/article /view/ 3280. [18 Mei 2015]
Shipiwelas, H. (2013). Peningkatan Keterlibatan Siswa Secara Aktif Dalam Pembelajaran Ipa Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV . Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013)
Subrata, I. N., et.al. (2002) Upaya Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Kualitas Hasil Belajar Siswa SekolahDasar Melalui Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Keterampilan Proses. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.2 Th. XXXV April 2002.
Susiani, L .(2010). Perbandingan Pembelajaran Terpadu Model Connected Dan Webbed Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengkaitkan Konsep Ipa Dan Keterampilan Berinkuiri Peserta Didik Kelas Iii Sekolah Dasar.. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman, A. (2010). Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam. [Online]. Tersedia http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_Pengetahuan_Alam#Pengertian IPA. [07 Januari 2015]
Suherman, E & Kusumah,YS. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijaya Kusuma
Suryanti. dkk. (2009) Pembelajaran Kontekstual Sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas V SD Laboratorium Unesa dalam Memahami Materi Panas. Pendidikan Dasar Vol 7, No 1, (2006). Tersedia:http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal_dikdas/article/view/50 36 [10 Juli 2015]
Proses Sains Siswa Sekolah Dasar, Tarmidzi, 0808 119. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI
Tim MKU PLH. (2014). Pendidikan Lingkungan Hidup.Pusbang MKU/MKDK: Universitas Negeri Malang
Tirtarahardja, Umar, S. L. La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan: Jakarta: Rineka Cipta.
Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Usman S.. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Wahyuni, Ni L.E.P. et. al. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Berorientasi Budaya Lokal Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus IX Kecamatan Banjar. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Tersedia: http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_pendas/article/view/934 /685. [24 mei 2015]
Widayanto.(2009). Pengembangan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Siswa Kelas X Melalui Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009) 1-7. Universitas Negeri Semarang (Unnes), Semarang, Indonesia, 50229 Wibowo, F. C. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Proyek
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kreatif. S2 Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia
Wonoraharjo, S. (2011). Dasar-dasarSains: MenciptakanMasyarakatSadarSains. Jakarta: PT. Indeks
Wulandari, I. U. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan KPS Siswa SD. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Yanthi, N. (2012).Pembelajran inkuiri terbimbng untk meningkatkan KPS dan sikap ilmiah siswa SD. Tesis SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan