ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN
BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
(Studi Pendidikan IPS di SD di Kabupaten Sleman)
DISERTASI
Oleh:
ANWAR SENEN, M.Pd NIM: 1101141
S E K O L A H P A S C A S A R J A N A
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
(Studi Pendidkan IPS di SD di Kabupaten Sleman)
DISERTASI
Oleh: Anwar Senen, M.Pd. NIM. 1101141
TELAH DISETUJUI DAN DISAHKAN
PROMOTOR/KETUA PENGUJI
Prof. Dr. Idrus Affandi, SH. NIP. 19540404 198101 1 002
KO PROMOTOR/SEKRETARIS PENGUJI
Prof. Dr. Hj. Rochiati Wiriatmadja, MA.
ANGGOTA PROMOTOR/ANGGOTA PENGUJI
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGUJI
Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd., MA. NIP. 19620702 198601 1 002
PENGUJI
Prof. Dr. Djoko Soerjo, MA.
Mengetahui, Kaprodi P IPS
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Model Pengembangan Karakter Toleran Berbasis Kearifan Lokal Jawa Melalui Pendekatan Kontekstual (Studi Pendidikan IPS di SD di Kabupaten
Sleman)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri.
Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2015
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Anwar Senen. This research is titled, “A Model of Tolerant Character Development Based on Javanese Local Wisdom through Contextual Approach”
(A Study of Social Studies Education in PrimarySchools in Sleman Regency). The background to the research is the phenomena of social conflicts in various regions, especially in Sleman Regency, Yogyakarta Special Region, due to intolerance between one individual and another individual, or a group and another group. The problem is formulated in the question of how a model of tolerant character development in the teaching and learning of social studies based on Javanese local wisdom through contextual approach can improve the awareness of tolerance among primary school students in Sleman Regency. The present research aims to produce a model of tolerant character development in the teaching and learning of social studies based on Javanese local wisdom through contextual approach. It was conducted in primary schools in Sleman Regency, Yogyakarta. The research itself was conducted using Research and Development (R&D) method. Research results prove that: 1) The teaching and learning using the model of tolerant character development in social studies based on Javanese local wisdom through contextual approach could improve the awareness of tolerance among primary school students in Sleman Regency; 2) The model of tolerant character development in social studies teaching and learning based on Javanese local wisdom through contextual approach could improve students’ learning results; 3) There were differences in learning results, where students in the suburban area improved better than those in the city and urban areas; and 4) Teachers in general had the competence of using the model of tolerant character development in social studies teaching and learning based on Javanese local wisdom through contextual approach. From these results, the research recommends the following: 1) The model can be used as a reference for teaching and learning based on local wisdom, adjusted to the local culture in the whole Archipelago; 2) Practical books on Javanese local wisdom values should be made
fo teachers’ and students’ reference; and 3) For the policy makers, the
professionalism of teachers should be improved in using this developed model.
Keywords: Tolerant character education, Javanese local wisdom, Contextual
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Anwar Senen. Penelitian ini berjudul, “Model Pengembangan Karakter Toleran Berbasis Kearifan Lokal Jawa Melalui Pendekatan Kontekstual (Studi Pendidikan IPS di SD di Kabupaten Sleman)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena konflik sosial diberbagai daerah khususnya di Kabupaten Sleman DIY karena saling memaksakan kehendak (intoleransi) antara satu individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain. Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana mengembangkan model pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kesadaran bertoleransi pada siswa tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Sleman. Kajian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk model pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar di Kabupaten Sleman DIY. Studi ini, dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Research and Develepment (R&D). Hasil penelitian ini, membuktikan bahwa: 1) Pembelajaran menggunakan model pengembangan karakter toleran dalam pendidikan IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kesadaran bertoleransi siswa SD di Kabupaten Sleman; 2) Model pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa; 3) Ada perbedaan, di mana siswa di sekolah daerah pinggiran meningkat lebih baik daripada siswa di sekolah daerah perkotaan dan di sekolah daerah urban; 4) Para guru pada umumnya memiliki kompetensi menggunakan model pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual. Dari hasil penelitian ini dapat diberikan rekomendasi seperti berikut: 1) Model ini dapat dijadikan rujukan pada pembelajaran yang berbasis kearifan lokal disesuaikan dengan budaya setempat di seluruh Nusantara; 2) Perlu pembuatan buku-buku praktis tentang nilai-nilai kearifan lokal Jawa guna referensi guru dan siswa; 3) Bagi pengambil kebijakan, SDM guru perlu ditingkatkan profesionalitasnya menggunakan model yang dikembangkan ini.
Kata kunci: Pendidikan karakter toleran, Pendidikan IPS, kearifan lokal Jawa,
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas karunia-Nya,
penelitian ini dapat diselesaikan. Terimakasih peneliti ucapkan kepada Ibu, istri,
dan anak-anak yang selama ini telah memberikan dukungan untuk dapat
menyelesaikan studi ini. Ucapan terimakasih juga peneliti sampaikan kepada:
1. Direktur Pascasarjana UPI Bandung dan jajarannya yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menimba ilmu pada
kampus kebanggan tercinta ini.
2. Prof. Dr. H. Idrus Affandi, SH. sebagai Promotor yang telah memberikan
dua buku dan sejumlah artikel tulisan beliau yang diperlukan sebagai
referensi, memberikan koreksi di tengah kesibukan akademis, dan
rekomendasi pada pelaksanaan penelitian hingga selesainya dalam bentuk
tulisan disertasi ini.
3. Prof. Dr. Hj. Rochiati Wiriaatmadja, MA. sebagai Ko-Promotor yang telah
meminjamkan buku dan memberikan Buku Ajar Filsafat yang diperlukan
sebagai referensi, memberikan koreksi dengan cermat dan tajam sehingga
banyak solusi yang diperlukan pada pelaksanaan penelitian di lapangan
dan dalam penulisan disertasi ini.
4. Dr. Nana Supriatna, M.Ed. sebagai Anggota Promotor yang telah
meminjamkan buku yang diperlukan sebagai referensi, memberikan
koreksi, memberikan motivasi, dan memberikan solusi pada ketajaman
tema-fokus penelitian hingga selesainya penulisan disertasi ini.
5. Prof. Dr. Suwarno, M.Pd. sebagai expert yang telah memberikan koreksi,
revisi, arahan dan meminjamkan buku beliau yang dibutuhkan guna
referensi kearifan lokal Jawa.
6. Prof. Dr. Djoko Soerjo, MA. Ahli Sejarah Sosial Budaya Indonesia yang
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat Jawa melalui wawancara sehingga peneliti menemukan
pemahaman yang cukup memadai untuk kesempurnaan penulisan disertasi
ini. Dan, memberikan arah ketajaman kajian dalam membahas hasil
penelitian.
7. Prof. Dr. Dadang Supardan, MPd. dan Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MSi
selaku Komisi Disertasi yang telah memberikan koreksi untuk
kesempurnaan disertasi ini.
8. Kepala Bapeda Pemda Kabupaten Sleman DIY dan jajarannya, yaitu
Kepala UPT Pendidikan Godean, Kepala UPT Pendidikan Minggir,
Kepala UPT Pendidikan Depok, dan para Pengawas sekolah, para Kepala
Sekolah beserta para Guru dan staf sekolah yang terlibat penelitian, yang
telah memberikan bantuan serta dukungan sebagai mitra peneliti hingga
penelitian dapat diselesaikan dengan lancar.
9. Kaprodi Pendidikan IPS beserta para Dosen yang telah memberikan
pengalaman akademis yang sangat berguna dalam meningkatkan
pengetahuan serta wawasan bagi peneliti untuk meningkatkan profesi
akademik, dan Civitas Akademika UPI Bandung yang telah memberikan
akses kemudahan untuk memperlancar penelitian hingga selesainya
penulisan disertasi ini.
10.Teman-teman mahasiswa Pendidikan IPS Pascasarjana UPI Bandung dan
berbagai pihak yang belum disebutkan dalam tulisan ini, yang telah
berkontribusi baik langsung atau tidak langsung guna kelancaran
penelitian hingga selesainya dalam bentuk penulisan disertasi ini.
Suatu kehormatan bagi peneliti bisa mendapatkan arahan, bimbingan,
koreksi, dan dukungan dari berbagai pihak yang disebutkan di atas. Teriring do’a
kepada berbagai pihak tersebut, “Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa
memberikan balasan yang barokah dan dijadikan amal jariyah, setimpal dengan budi baik yang telah diberikan kepada peneliti”. Terimakasih.
Peneliti,
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
NIM. 1101141
DAFTAR ISI
PERNYATAAN--- i
ABSTRACT --- ii
ABSTRAK --- iii
KATA PENGANTAR--- iv
DAFTAR ISI --- vi
DAFTAR GAMBAR --- xi
DAFTAR TABEL --- xii
DAFTAR GAMBAR DIAGRAM--- xiv
DAFTAR LAMPIRAN--- Xv BAB I : PENDAHULUAN--- 1
A. Latar Belakang Penelitian --- 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian--- 11
C. Perumusan Masalah Penelitian--- 11
D. Tujuan Penelitian --- E. Manfaat Penelitian--- F. Partisipasi Studi--- G. Struktur Organisasi--- 12 13 14 15 BAB II : KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN--- 17
A. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial--- 17
1. Hakekat Pendidikan IPS --- 2.Tujuan Pendidikan IPS--- 18 23
3.Nilai-Nilai dalam Pendidikan IPS --- 29
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Pendekatan/Metode/Struktur Pendidikan IPS Guna
Mengembangkan Karakter Toleran.---
6. Paradigma Pengembangan Karakter Toleran dalam
Pendidikan IPS---
33
36
B. Membangun Keharmonisan Bermasyarakat
Berbangsa Indonesia dengan spirit Bhinneka
Tunggal Ika Berdasarkan Pancasila Melalui
Pendidikan IPS--- 38
1. Kearifal Lokal Sebagai Sumber Nilai dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Indonesia---
2. Bhinneka Tunggal Ika sebagai Pemersatu Bangsa
Indonesia---
3. Membangun Keharmonisan Berbangsa dan
Bernegara Melalui Toleransi---
4. Bahasa Ibu sebagai Bahasa Pengantar Pendidikan
(Moralitas) dalam Proses Pembelajaran IPS---
5. Apresiasi Budaya Lokal di Tengah Keberagaman--
6. Mengembangkan Pendidikan IPS Melalui
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Jawa
dengan Spirit Bhinneka Tunggal Ika---
40
1. Kajian Teoritik Kontak Kebudayaan---
2. Kearifan Lokal Jawa sebagai Sumber
Pembelajaran IPS---
61
67
3. Budaya Jawa Relevansinya dengan Pendidikan IPS
4. Nilai-Nilai Keharmonisan dalam Masyarakat Jawa
5. Pandangan Hidup Masyarakat Jawa---
80
91
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Sikap Hidup Orang Jawa--- 114
D. Pendidikan Karkater Toleran melalui
Pembelajaran IPS--- 117
1. Pendidikan Karakter---
2. Penanaman Nilai (Value) Melalui Pendidikan
Karakter menggunakan Metode Diskusi dan
Bermain Peran---
3. Pendidikan Karakter menggunakan Model
Konsiderasi dalam Pembelajaran IPS ---
4. Pengertian Toleransi---
5. Toleransi dalam Perspektif Budaya Jawa---
117
126
131
136
138
E. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPS 147
1. Tinjauan Filosofis --- 147
2. Belajar dalam Kajian Teoritis---
3. Paradigma Konstruktivistik dalam Pembelajaran
dengan Pendekatan Kontekstual---
4. Pembelajaran IPS dengan Pendekatan
Kontekstual ---
5. Evaluasi dan Penilaian dalam Pembelajaran
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Populasi dan Sampel Penelitian --- 193
C. Definisi Operasional---
D. Instrumen Penelitian---
E. Prosedur Penelitian---
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ---
197
2. Model (Hipotetik) Pengembangan Karakter
Toleran--- 244
3. Efektivitas Model (Hipotetik) melalui Uji
Keterterapan--- 266
4. Perbedaan Hasil Belajar Siswa pada Sekolah di
Daerah Pinggiran, Sub Urban dan Perkotaan--- 295
5. Kompetensi Guru di dalam Meningkatkan
Kesadaran Bertoleransi menggunakan model yang
dikembangkan---
6. Kendala Implementatif dan Faktor Pendukung
Keterlaksanaan Pembelajaran IPS Menggunakan
Model Pengembangan Karakter Toleran---
7. Deskripsi Hasil Uji Validasi Melalui Quasi
Experiment pada Pembelajaran IPS Berbasis
Kearifan Lokal Jawa Menggunakan Model
Pengembangan Karakter Toleran---
1. Fenomena Modernisasi dan Memudarnya
Nilai-nilai Kearifan Lokal Jawa di Kabupaten Sleman----
2. Model Pengembangan Karakter Toleran---
332
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Pendekatan Kontekstual Menggunakan Metode
Diskusi dan Bermain Peran pada Model
Pengembangan Karakter Toleran ---
4. Efektifitas Model Pengembangan Karakter Toleran
5. Perangkat Pembelajaran IPS Berbasis Kearifan
Lokal Jawa Model Pengembangan Karakter
Toleran---
6. Aktivitas Kelas pada Pembelajaran IPS Model
Pengembangan Karakter Toleran---
7. Eksistensi Kearifan Lokal Jawa ---
8. Faktor Pendukung dan Kendala dalam
Melaksanakan Pembelajaran IPS Model
Pengembangan Karakter Toleran---
9. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran IPS
menggunakan Model Pengembangan karakter
Toleran ---
10. Proses Belajar Mengajar IPS Berbasis Kearifan
Lokal Jawa Guna Mengembangkan Karakter
Toleran---
11. Perbedaan Model Pengembangan Karakter Toleran
dalam Pembelajaran IPS Berbasis Kearifan Lokal
Jawa dengan Sejumlah Penelitian Sebelumnya---
12.Padanan (Perbedaan dan Persamaan) Kearifan
Lokal Jawa pada Formulasi “RASA” dalam Ilmu
Keguruan dan Formulasi “TRISNA” dalam Ilmu
Kedokteran ---
13.Pedoman Model Pengembangan Karakter Toleran
dalam Pembelajaran IPS Berbasis Kearifan Lokal
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V SIMPULAN DAN SARAN--- 398
Gambar 2.1 Pendekatan/metode/struktur pendidikan karakter yang digunakan dalam pendidikan IPS.
35
Gambar 2.2 Paradigma model pengembangan karakter toleran
dalam pembelajaran IPS 38
Gambar 2.3 Skema Perkembangan (epistimologis) bahasa Indonesia
dan huruf berdasarkan penjelasan Rosidi dan makna (aksiologis) bahasa menurut Perda Propinsi DIY No.4 Tahun 2011.
52
Gambar 2.4 Komponen-komponen pembelajaran karakter yang baik diadaptasi dari Thomas Lickona (1991: hlm. 53).
124
Gambar 2.5 Pendidikan karakter berbasis budaya berdasarkan Perda Propinsi DIY No 5 Tahun 2011 disandingkan dengan pendidikan karakter Thomas Lickona.
126
Gambar 2.6 Dampak instruksional dan pengiring dari model
berpikir induktif dari Joyce 135
Gambar 2.7 Kerangka pemikiran penelitian 188
Gambar 3.8 PenelitianTindakan Kelas Model Ebbut 208
Gambar 3.9 Langkah-langkah penyusunan perangkat pembelajaran Dick & Carey
217
Gambar 3.10 Hypotetik Model Pengembangan Karakter Toleran pada Pembelajaran IPS
219
Gambar 3.11 Prosedur penelitian model pendidikan nilai untuk mengembangkan karakter toleran siswa
220
Gambar 4.12 Peta Kabupaten Sleman 230
Gambar 4.13 Peta lokasi SD N 1 Godean 240
Gambar 4.14 Alur penyusunan model pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal
Jawa 248
Gambar 4.15 Model pengembangan karakter toleran dalam
pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui
pendekatan kontekstual 263
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
karakter toleran siswa dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal jawa
265
Gambar 4.17 Padanan formulasi “RASA/TRISNA” kearifan lokal Jawa dalam keguruan (toleransi siswa) dan atau dalam
kedokteran (kesembuhan penyakit). 381
Daftar Tabel Halaman
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS kelas V SD Semester I
27
Tabel 2.2 Fungsi pinjaman huruf Arab atau huruf Latin dalam
berbahasa Indonesia berdasarkan penjelasan Rosidi dan makna bahas menurut Perda Propinsi DIY No.4 Tahun 2011.
53
Tabel 2.3 Karakter positif dan negatif dari budaya global dan
kearifan lokal (Jawa) dalam bertoleransi. 80
Tabel 2.4 Klasifikasi simbolik nilai budaya orang Jawa. 89 Tabel 2.5 Butir-butir budaya Jawa disarikan dari Rukmana 107
Tabel 2.6 Stratifikasi pengembangan karakter toleran berbasis
kearifan lokal Jawa 140
Tabel 2.7 Padanan (konsep) keperawatan dan kependidikan
berbasis budaya (kearifan lokal) Jawa. 145
Tabel 2.8 Paradigma pembelajaran menurut NETST (USA) 167
Tabel 2.9 Perbedaan pembelajaran yang berpusat pada guru dan
siswa 168
Tabel 3.10 Sekolah tempat penelitian 195
Tabel 4.11 Perbandingan nilai Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten Sleman. 228
Tabel 4.12 Usaha jasa di kabupaten Sleman 238
Tabel 4.13 Pekerjaan orang tua dan daerah asal siswa kelas PTK 239
Tabel 4.14 Validasi pada uji model melalui PTK 250
Tabel 4.15 Deskripsi komponen aktivitas pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa untuk mengembangkan
karakter toleran siswa. 259
Tabel 4.16 Kode sekolah untuk kelas kontrol 268
Tabel 4.17 Kode sekolah untuk kelas eksperimen 269
Tabel 4.18 Data jumlah siswa pada sekolah Sub Urban/UPT
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.19 Rata-rata hasil belajar pada sekolah Sub Urban 270
Tabel 4.20 Data jumlah siswa pada sekolah perkotaan dan
pinggiran 277
Tabel 4.21 Nilai rata-rata pre-test dan post-test pada sekolah kota
dan pinggiran. 278
Tabel 4.22 Nilai rata-rata kelas eksperimen sekolah perkotaan
dan sekolah pinggiran 282
Tabel 4.23 Nilai rata-rata pre-test dan post-test pada 12 kelas
kontrol uji keterterapan 287
Tabel 4.24 Nilai rata-rata pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen pada sekolah urban, perkotaan, dan
pinggiran 289
Tabel 4.25 Nilai rata-rata pre-test dan post-test kelas eksperimen pada sekolah sub urban, perkotaan, dan pinggiran 291 Tabel 4.26 Nilai rata-rata post-test pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen pada sekolah urban, perkotaan, dan
pinggiran 293
Tabel 4.27 Kenaikan hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen pada sekolah sub urban, perkotaan, dan pinggiran
295
Tabel 4.28 Penilaian terhadap guru selama PBM berlangsung 300
Tabel 4.29 Implementasi pelaksanaan model pengembangan karakter toleran siswa pada pembelajaran IPS berbasis
kearifan lokal Jawa 306
Tabel 4.30 Keterlaksanaan model pengembangan karakter toleran
pada pembelajaran IPS dengan pendekatan
pengajaran induktif.
310
Tabel 4.31 Respon siswa terhadap model yang dikembangkan 314
Tabel 4.32 Respon siswa sekolah di daerah urban, perkotaan, dan
pinggiran terhadap model yang dikembangkan 317
Tabel 4.33 Penilaian pengawas terhadap perangkat pembelajaran 319
Tabel 4.34 Kemanfaatan perangkat pembelajaran bagi guru 321
Tabel 4.35 Penilaian guru terhadap perangkat pembelajaran 322
Tabel 4.36 Perbedaan model pengembangan karakter toleran dengan penelitian pendidikan IPS sebelumnya
371
Tabel 4.37 Indikator “RASA” dalam pengembangan karakter toleran siswa.
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Gambar Diagram Halaman
Diagram 4.1 Perbandingan hasil nilai rata-rata pre-test pada sekolah sub urban
270
Diagram 4.2 Perbandingan hasil rata-rata nilai post-test pada sekolah sub urban
271
Diagram 4.3 Perbandingan rata-rata kenaikan hasil belajar pada sekolah sub urban
271
Diagram 4.4 Perbandingan nilai rata-rata pre-test sekolah perkotaan
dan pinggiran 279
Diagram 4.5 Perbandingan nilai post-test sekolah perkotaan dan
pinggiran 281
Diagram 4.6 Perbandingan nilai pre-test kelas eksperimen pada
sekolah pinggiran dan sekolah perkotaan 283
Diagram 4.7 Perbandingan nilai post-test kelas eksperimen pada
sekolah pinggiran dan sekolah perkotaan 284
Diagram 4.8 Perbandingan rata-rata kenaikan kelas eksperimen
pada sekolah pinggiran dan sekolah perkotaan 285
Diagram 4.9 Perbandingan rata-rata kenaikan hasil belajar kelas
perkotaan dan pinggiran 286
Diagram 4.10 Perbandingan nilai rata-rata pre-test dan post-test pada
12 kelas kontrol uji keterterapan 288
Diagram 4.11 Perbandingan nilai rata-rata pre-test pada kelas kontrol
dan kelas eksperimen 290
Diagram 4.12 Perbandingan nilai rata-rata pre-test dan post-test pada
12 kelas eksperimen uji keterterapan 292
Diagram 4.13 Perbandingan nilai rata-rata post-test pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen 294
Diagram 4.14 Perbandingan kenaikan hasil belajar pada kelas kontrol
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Daftar Lampiran: Halaman
Lampiran 1 RPP--- 420
Lampiran 2 Materi Pembelajaran--- 438
Lampiran 3 Kisi-kisi soal evaluasi --- 448
Lampiran 4 Soal tes--- 450
Lampiran 5 Keterlaksanaan model--- 456
Lampiran 6 Pengelolaan pembelajaran--- 459
Lampiran 7 Penilaian guru terhadap perangkat pembelajaran--- 462
Lampiran 8 Penilaian pengawas--- 464
Lampiran 9 Respon siswa--- 466
Lampiran 10 Profilm sekolsh SD N 1 Godean (tempat PTK) --- 468
Lampiran 11 Jadwal kegiatan penelitian --- 479
Lampiran 12 Silabus--- 484
Lampiran 13 Catatan pelaksanaan PTK --- 486
Lampiran 14 Naskah bermain peran --- 520
Lampiran 15 Surat ijin penelitian dan pernyataan telah selesai penelitian
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
ABSTRAK
Anwar senen. Penelitian ini berjudul, “Model Pengembangan Karakter Toleran Berbasis Kearifan Lokal Jawa Melalui Pendekatan Kontekstual (Studi Pendidikan IPS di SD di Kabupaten Sleman)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena konflik sosial diberbagai daerah khususnya di Kabupaten Sleman DIY karena saling memaksakan kehendak (intoleransi) antara satu individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain. Rumusan masalah penelitian adalah bagaimana mengembangkan model pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kesadaran bertoleransi pada siswa tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Sleman. Kajian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk model pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar di Kabupaten Sleman DIY. Studi ini, dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Research and Develepment (R&D). Hasil penelitian ini, membuktikan bahwa: 1) Pembelajaran menggunakan model pengembangan karakter toleran dalam pendidikan IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kesadaran bertoleransi siswa SD di Kabupaten Sleman; 2) Model pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa; 3) Ada perbedaan, di mana siswa di sekolah daerah pinggiran meningkat lebih baik daripada siswa di sekolah daerah perkotaan dan di sekolah daerah urban; 4) Para guru pada umumnya memiliki kompetensi menggunakan model pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan kontekstual. Dari hasil penelitian ini dapat diberikan rekomendasi seperti berikut: 1) Model ini dapat dijadikan rujukan pada pembelajaran yang berbasis kearifan lokal disesuaikan dengan budaya setempat di seluruh Nusantara; 2) Perlu pembuatan buku-buku praktis tentang nilai-nilai kearifan lokal Jawa guna referensi guru dan siswa; 3) Bagi pengambil kebijakan, SDM guru perlu ditingkatkan profesionalitasnya menggunakan model yang dikembangkan ini.
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh karena maraknya situasi krusial
dalam berbangsa dan bernegara Indonesia yang sungguh memprihatinkan
pada dekade terakhir ini. Banyak kerusuhan dan bentrokan antar warga di
tengah masyarakat yang apabila tidak ada solusi pencegahan akan
membahayakan kesatuan bangsa Indonesia. Pada umumnya, kerusuhan dan
bentrokan ini terjadi diakibatkan oleh saling memaksakan kehendak antara
individu terhadap individu lain atau satu kelompok terhadap kelompok
lainnya.
Banyak kasus bentrokan antar warga yang berujung menjadi konflik
sosial yang membahayakan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dengan
latar belakang politik, ekonomi, etnis, agama, dan lain-lain. Kerusuhan dan
bentrokan yang pernah terjadi di Papua, Ambon, Poso, Aceh, Talangsari
(Lampung), Sampit (Kalimantan), Sampang (Madura), dan di Sleman
(Daerah Istimewa Yogyakarta/DIY) adalah beberapa contoh peristiwa
pemaksaan kehendak antara individu satu kepada individu lain atau satu
kelompok masyarakat kepada kelompok masyarakat lain sehingga berujung
pada konflik sosial yang memprihatinkan. Bentrokan dan kerusuhan di DIY
yang melibatkan isu etnisitas dan agama pada satu tahun terakhir ini cukup
mengusik ketenangan dan kedamaian masyarakat Yogyakarta.
Pada pertengahan tahun 2014 keharmonisan masyarakat di DIY terusik
oleh berbagai peristiwa kekerasan dan bentrokan karena persoalan intoleransi.
Menurut aktivis Makaryo (Masyarakat Anti Kekerasan Yogyakarta) ada 8
kasus kekerasan yang terjadi di Yogyakarta. Delapan kasus kekerasan dan
bentrokan antarwarga tersebut terkait intoleransi dengan latar belakang
agama. Belakangan ini, sejumlah aksi kekerasan tersebut memunculkan
kekhawatiran bahwa identitas Yogyakarta sebagai kota penuh toleransi akan
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2 Ahli Sosiologi dari UGM Muhammad Nadjib Azca, melihat semangat
dan jiwa toleransi di Yogyakarta saat ini semakin hilang. Saat ini, Yogyakarta
jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun silam ketika nuansa budaya santun
benar-benar masih tersemat. Yogyakarta, sebagai kota yang kental dengan
nuansa toleransi sempat diakui oleh UNESCO karena dapat memberikan rasa
nyaman kepada setiap insan yang berada di kota ini. “Tapi saat ini kami
melihat, banyaknya kekerasan yang terjadi telah menggeser budaya santun
yang terbangun. Semuanya serba berakhir dengan kekerasan”, Muhammad
Nadjib Azca dalam paparan diskusi di Ruang Fortagama UGM pada Selasa 3
Juni 2014 mengenai konflik-konflik intoleransi.
Seharusnya permasalahan (konflik sosial) bisa dihindari apabila antara
individu atau kelompok satu dengan lainnya memiliki rasa toleransi dan
empati sehingga bisa saling menghormati dan menghargai adanya perbedaan
yang mereka miliki. Kenyataannya, untuk sebagian warga negara masih perlu
diperjuangkan agar dapat memahami atau memiliki kesadaran tolernsi dalam
hidup berbangsa dan bernegara. Di pemerintahan Orde Baru pendidikan yang
terkait langsung dengan nilai (value) telah diberikan melalui pembelajaran
Agama, PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa), dan Pendidikan
Moral Pancasila atau PKn dari jenjang sekolah dasar sampai di jenjang
sekolah menengah atas. Tiga matapelajaran tersebut menekankan tentang
moral pada pembelajarannya agar siswa dapat menjalani hidup harmonis di
tengah masyarakat yang memiliki banyak perbedaan latar belakang sosial.
Kenyataannya, dari beberapa fakta konflik sosial yang terjadi seperti
telah disebutkan di atas seolah-olah pelajaran moral-nasionalisme yang
diajarkan di sekolah seperti Pendidikan Agama, PSPB, dan Pendidikan Moral
Pancasila atau PKn belum bisa berdampak secara optimal meningkatkan
kesadaran dan sikap siswa untuk bisa hidup harmonis di tengah
masyarakatnya. Hal tersebut kemungkinannya disebabkan pembelajaran
disajikan oleh guru ditekankan pada ranah kognitif saja, sementara pada
aspek ranah afektif yang menekankan pada kesadaran
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 pula, nilai-nilai kearifan budaya lokal setempat yang menghargai humanitas,
demokrasi, dan toleransi nampaknya belum dapat dijadikan sumber
pembelajaran oleh guru. Oleh sebab itulah pendidikan IPS perlu ikut
berkontribusi di dalam menumbuhkan kesadaran moral dan sikap saling
menghormati kepada siswa melalui pengembangan karakter toleran.
Pembelajaran dilaksanakan dengan penekanan pada ranah afektif melalui
pendekatan kontekstual.
Sekolah adalah salah satu tempat untuk memperjuangkan kesadaran
moral bertoleransi bagi generasi muda guna menjaga persatuan dan keutuhan
bangsa Indonesia. Melalui pelajaran IPS, khususnya yang bertema materi
budaya dimungkinkan generasi muda (siswa) mendapatkan pendidikan moral
bertoleransi di tengah-tengah keanekaragaman etnik-budaya di Indonesia.
Terkait dengan tema budaya tersebut, pendekatan kearifan lokal suatu
masyarakat dapat dijadikan sebagai upaya memahami bagaimana memaknai
toleransi guna menciptakan kerukunan dalam berbangsa dan bernegara
Indonesia.
Dalam Perda Propinsi DIY No. 5/2011 (dibaca nomor 5 tahun 2011)
Tentang Ketentuan Umum; Penyelenggaraan Pendidikan, dikatakan bahwa:
“Penyelenggaraan pendidikan berbasis budaya, yang selanjutnya
disebut penyelenggaraan pendidikan, adalah kegiatan pelaksanaan komponen sistem pendidikan berbasis Budaya pada satuan atau program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional untuk mewujudkan karakter bangsa Indonesia yang berbudaya pluralistik, tangguh, unggul dalam kancah dunia, guna mencapai kesejahteraan
bangsa” (Perda Propinsi DIY No. 5/2011: hlm. 4).
Sementara, pada BAB I pasal 2 ayat 2 dikatakan bahwa: “Nilai-nilai luhur
budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diantaranya meliputi: a)
kejujuran; b) kerendahan hati; c) ketertiban/kedisiplinan; d) kesusilaan; e)
kesopanan/kesantunan; f) kesabaran; g) ketjasama; h) toleransi; i)
tanggungjawab; j) keadilan; k) kepedulian; l) percaya diri; m) pengendalian
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
kepemimpinan; dan/atau r) ketangguhan” (Perda Propinsi DIY No. 5/2011: hlm. 6).
Perlu disadari, bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
Indonesia memiliki beraneka ragam etnik, adat istiadat, agama, dan bahasa.
Dari aneka ragam latar belakang sosial-budaya tersebut menjadikan bangsa
kita dikenal dengan kehidupan yang multikultur. Dalam kehidupan
bermasyarakat yang multikultur akan dapat berjalan harmonis dan kuat
apabila setiap warga masyarakat saling menghormati dan menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya yang diyakini oleh masing-masing komponen masyarakat
tersebut.
Antara komponen masyarakat yang satu tidak boleh merasa lebih tinggi
atau merasa superior dari komponen masyarakat lain yang akhirnya dapat
memunculkan sikap memaksakan kehendak terhadap kelompok yang
dianggap inferior. Paham primordialisme yang menjadikan suatu kelompok
masyarakat tertentu merasa memiliki kelebihan dan yang lain merasa
terpinggirkan harus dihilangkan untuk membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara yang kuat dan harmonis. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan
Pancasila dalam hal ini perlu diingatkan kembali kepada generasi muda
(siswa) untuk dijadikan spirit dan pedoman dalam hidup sehari-hari dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dikatakan oleh Sri Sultan HB X (Sabdatama, 19 Agustus 2013) bahwa:
“Filosofi yang baik adalah tidak merasa inferior tetapi juga tidak
merasa superior dengan budaya sendiri. Filosofi ini penting bagi masa depan kebudayaan Indonesia di dunia yang global dan multikultural ini. Alangkah besarnya manfaat jika pluralitas budaya menjadi serat-serat yang saling memperkuat. Dengan demikian suatu resiprokalitas budaya yang sangat kaya akan tercipta. Sehingga kita bukan hanya hidup bersama secara lebih rukun dengan kepekaan akan hak dan kewajiban individual-sosial yang lebih tinggi. Tetapi lebih dari itu, kita juga akan sanggup melaksanakan rencana-rencana pembangunan dengan sedikit
mungkin distorsi, saling curiga dan kesalahmengertian”.
Sejarah telah membuktikan, bahwa kemerdekaan Indonesia dimulai
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5 bahasa dan agama yang berbeda. Ternyata, aneka pluralitas tersebut dapat
dijalin menyatu dan menjadi kekuatan para pemuda untuk bangkit melawan
penjajah dengan diwujudkan melalui jalinan “Sumpah Pemuda” 28 Oktober
1928 yang akhirnya lahirlah negara Indonesia yang merdeka pada 17 Agustus
1945. Bersatunya para pemuda sebagai tulang punggung bangsa dan negara
dari berbagai latar belakang sosial-budaya, golongan, dan agama yang
berbeda tentu tidak lepas dari adanya kesadaran untuk saling menghormati
dan menghargai (toleransi) antara satu dengan yang lain.
Semangat toleransi inilah yang perlu dipupuk kembali kepada generasi
muda. Sekolah memiliki peluang sangat strategis untuk memupuk semangat
toleransi dalam berbangsa dan bernegara guna menciptakan kehidupan yang
kuat dan harmonis. Dalam hal ini, guru IPS berperan cukup besar dapat
membangun sikap toleransi pada generasi muda (siswa) karena materi yang
terkandung di dalamnya memungkinkan guru berpeluang ikut andil melalui
materi yang bertema budaya.
Guru IPS memiliki andil ikut membentengi generasi muda (siswa) dari
pengaruh budaya dari luar yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat
berbangsa dan bernegara dengan bersumber pada nilai-nilai budaya lokal.
Guru harus dapat menjunjung tinggi sifat-sifat dasar kemanusiaan.
Prinsip-prinsip dasar kemanusian tersebut meliputi keadilan, kesetaraan, kearifan, dan
keragaman. Dalam keragaman tercakup berbagai bentuk kemajemukan seperti
agama, etnik, bahasa, adat istiadat, dan sebagainya. Keadilan dan kesetaraan
berlaku untuk berbagai bentuk pluralitas ini. Pendidikan IPS adalah wadah
yang tepat untuk membahasnya, karena di dalam pendidikan IPS –lah
pembinaan kesadaran diri, identitas diri, bahasa, budaya, dibelajarkan dan
ditransformasikan pada siswa. Siswa dalam meraih kesadaran diri, secara
berjenjang akan mampu mengidentifikasi kelompoknya, etnisitasnya, bahasa
ibunya, budaya etniknya dalam menuju kepada peraihan kesadaran nasional
(kebangsaannya) yang menjadi tujuan IPS. Guru IPS harus mampu
membangun jati diri bangsa, antara lain melalui pendekatan kearifan lokal
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6 Masyarakat yang akan dibentuk oleh guru melalui proses pembelajaran
IPS adalah masyarakat yang mendunia yang tetap berpijak pada kearifan
lokal. Dalam kearifan lokal, tumbuh adanya kesadaran keruangan dan
kesadaran waktu. Melalui kesadaran ruang, siswa dapat menyadari dimana
mereka tinggal, sedangkan kesadaran waktu yaitu memahami bahwa mereka
hidup dalam suatu masyarakat yang selalu berubah. Sehingga, pengaruh
globalisasi tidak mencerabut akar budaya yang ada dimasyarakat (Depdiknas:
2007).
Fungsi kearifan lokal, selain sebagai penyaring bagi budaya global yang
berujud nilai-nilai yang berasal dari luar, juga dapat digunakan untuk
meredam gejolak-gejolak yang timbul dari dalam lingkungan sendiri.
Penerapan kembali nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh masyarakat berarti akan
memberikan apresiasi pada kearifan lokal dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Diharapkan kearifan lokal dalam bentuk nilai-nilai luhur bangsa
akan menjadi semangat yang kuat untuk diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai bagian dari norma sosial untuk menjalin keharmonisan
bermasyarakat dan bernegara.
Dapat dimaknai bahwa budaya lokal (nilai-nilai kearifan lokal Jawa)
termasuk salah satu kekayaan budaya nasional yang dapat berkontribusi
memperkuat jiwa dan identitas bangsa Indonesia. Pituduh atau wewaler yang
terkandung dalam kearifan lokal Jawa yang mengatakan, “rukun agawe santosa, crah agawe bubrah” dapat dimaknai, masyarakat Jawa sejak dahulu
kala sudah memiliki pedoman hidup yang konstruktif, visioner, antisipatif,
progresif, kritis, dan berkelanjutan dalam konteks keharmonisan hidup di
tengah keberagaman perbedaan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
Indonesia. “Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah” artinya,
Keharmonisan (bersatu) membuat (membawa) kekuatan, Bercerai-berai
membuat (membawa) kerusakan (kehancuran).
Di dalam kearifan lokal Jawa, tentu saja ada hal yang sudah tidak sesuai
lagi di samping banyak yang masih relevan dengan semangat zaman di era
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
kemakmuran), atau ”alon-alon waton kelakon” (pelan-pelan berpedoman sampai tujuan), atau “manungsa sadrema nglakoni, kadya wayang upamane”
(manusia sekedar menjalani, diibaratkan laksana wayang). Pada konteks
globalisasi yang disemangati oleh nuansa kompetitif dalam mencapai
kemajuan, maka ketiga contoh kearifan lokal Jawa tersebut sudah perlu untuk
dipertimbangkan penggunaannya.
Pituduh atau wewaler atau petatah-petitih Jawa dalam bahasa ibu yang
masih relefan dengan semangat zaman tetap perlu dipertahankan dan dijaga
agar tetap bisa menjadi motor roda pembangunan bangsa. Contohnya, “Tepa
slira” (bisa menghargai orang lain seperti menghargai diri sendiri), atau “Ajining diri seka lathi, ajining raga seka busana” (harga diri/kualitas diri
seseorang dilihat dari ucapan/budi-bahasa/intelektualnya, kegagahan/kekuatan
sesorang dilihat dari apa yang dipakai/hasil karyanya), atau “Desa mawa cara, negara mawa tata” (setiap masyarakat memakai aturannya, Negara memiliki
aturan pemerintahannya), dan lain-lain. Ketiga contoh tersebut, dan banyak
lainnya masih perlu dilestarikan dan dijaga untuk dapat dillaksanakan dengan
baik. Tambunan di Harian KOMPAS, 28 Februari 2015 mengatakan, bahwa:
“Banyak kearifan lokal dan nilai luhur tradisional yang hanya tepat ditransformasikan lewat bahasa ibu. Karena itu pula, banyak kearifan lokal yang sirna bersamaan dengan pudarnya minat bertutur dalam bahasa daerah. Modernisasi memang melukai tradisi. Kita tidak perlu menuding siapa-siapa. Hanya kita, penganut tradisi itu, yang
harus melestarikannya”.
Terkait kearifan lokal yang berujud bahasa daerah atau bahasa ibu,
Tambunan mengkhawatirkan kepedulian masyarakat sudah mulai luntur
terhadap bahasa ibunya. Hal ini didasarkan pada pernyataan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan 2011 bahwa ada 746 bahasa daerah yang
bertahan dan diperkirakan pada akhir abad ke 21 tinggal 75 bahasa daerah (di
Indonesia) yang bertahan. Juga, tidak banyak yang tahu bahwa tgl. 21
Februari telah ditetapkan oleh UNESCO per 17 November 1999 sebagai Hari
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
“Sesungguhnya ini peringatan bagi setiap pemangku kepentingan budaya sebab pelajaran bahasa daerah terpinggirkan dari kurikulum sekolah”.
Sebenarnya, pemerhati dan peneliti ke-bahasa-an yang lebih dikenal
sebagai Sasterawan Indonesia, Ajip Rosidi, telah memberikan kajian cukup
mendalam tentang bahasa ibu sebagai bagian dari kearifan lokal budaya
daerah (bisa dilestarikan melalui pembelajaran di sekolah) yaitu dengan cara
“dijadikan” sebagai bahasa pengantar di sekolah. Rosidi (2012: hlm. 21) berkata,
“Kalau bahasa ibu dijadikan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, niscaya timbul pertanyaan: Bahasa Ibu yang mana? Di Indonesia ada ratusan bahasa ibu, apakah semuanya akan dijadikan bahasa pengantar di sekolah? Dari segi kepraktekan saja, mustahil menjadikan semua bahasa ibu yang ada di Indonesia (konon lebih dari 700 macam!) sebagai bahasa pengantar. Lagi pula tidak semua bahasa ibu mampu dijadikan bahasa pengantar.”
Jadi, perlu ada kriteria untuk menentukan bahasa ibu (kearifan lokal) mana
yang bisa masuk kategori dijadikan sebagai bahasa pengantar di sekolah di
Indonesia kalau akan digunakan sebagai bagian dari proses pendidikan (budi
pekerti/pendidikan nilai) guna membangun karakter toleran siswa (generasi
muda). Atas dasar keperluan, bahasa ibu yang akan digunakan sebagai
bahasa pengantar di sekolah-sekolah, maka, Rosidi (2012: hlm. 21)
memberikan solusi dengan pertimbangan: 1) apakah para pemakai bahasa itu
menghendaki bahasanya dijadikan bahasa pengantar di sekolah-sekolah di
daerahnya; 2) apakah bahasa ibu itu siap untuk dijadikan bahasa pengantar;
3) harus telah tersedia buku-buku yang dapat digunakan sebagai buku
pegangan dalam pelajaran dan juga sebagai buku bacaan; dan tentu 4)
mempunyai guru yang siap (berpendidikan) untuk memberikan pelajaran
dengan bahasa pengantar ibunya.
Di Kabupaten Sleman, untuk mencapai standard (karena belum
mencapai ideal) seperti yang disarankan Ajip Rosidi di atas, berdasarkan
keempat pertimbangan penggunaan bahasa ibu di sekolah sudah bisa
diterapkan. Kendala yang mungkin dialami guru, ada pada referensi praktis
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9 Permasalahannya, dari hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada
sekolah dasar di Kabupaten Sleman di tiga wilayah UPT Pendidikan sebagai
sampel penelitian ini yaitu UPT Pendidikan Kecamatan Minggir, UPT
Pendidikan Kecamatan Godean, dan UPT Pendidikan Kecamatan Depok dari
responden diketahui bahwa: a) Para guru belum ada yang menyajikan materi
IPS dengan berbasis kearifan lokal Jawa khususnya untuk mengembangkan
sikap toleransi, b) Pada umumnya, pembelajaran yang disajikan masih
menekankan pada tujuan bersifat kognitif dan keterampilan analisis dalam
memecahkan permasalahan pembelajaran, c) Pengembangan aspek afektif
yang berujud pada pengembangan kesadaran moral dan perilaku siswa masih
sangat kurang, d) Pada umumnya, guru tidak memahami strategi
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual khususnya pendekatan
kontekstual berbasis kearifan lokal Jawa, e) Pada umumnya para guru belum
memanfaatkan lingkungan sosial siswa sebagai sumber belajar dalam
pendekatan kontekstual, f) Metode pembelajaran yang digunakan masih
standard, yaitu ceramah, diskusi dan tugas rumah, g) Metode pembelajaran
belum mengembangkan pada eksplorasi moral-nilai-sikap siswa yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, h) Evaluasi yang dikembangkan
kurang mengukur pada nilai-sikap, i) Belum mengembangkan kearifan lokal
Jawa khususnya dalam pembelajaran, dan j) Pemanfaatan media
pembelajaran pada umumnya masih menggunakan gambar-gambar yang ada
pada buku pegangan.
Dari temuan pada studi pendahuluan di atas dapat dikatakan bahwa
kearifan lokal Jawa belum pernah dijadikan referensi oleh guru dalam
menyampaikan pembelajaran IPS di sekolah dasar. Seorang Kepala Sekolah
SD dari UPT Depok Sleman mengatakan, “Anak-anak sekarang sudah tidak
tahu dan tidak kenal bahasa Jawa apalagi petatah-petitih Jawa. Para guru
mengajar berdasarkan RPP yang disusun melalui forum KKG masih
menekankan pada aspek kognitif. Referensi hanya dengan buku pegangan
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10 memungkinkan siswa akan lebih mudah memahami makna materi yang
disampaikan oleh guru.
Selain ditemukan beberapa kelemahan pada para guru dalam
melaksanakan pembelajaran IPS seperti telah disebutkan di atas, yang
menggembirakan pada studi pendahuluan juga telah diketahui terdapat
potensi professional guna mendukung perlunya kreativitas-inovasi dalam
proses pembelajaran. Potensi professional guru yang dimaksud antara lain: a)
Para guru telah dapat menyusun RPP dan tujuan pembelajaran yang ingin
dikembangkan berdasarkan pada kurikulum yang sedang berlaku, b) Para
guru telah mengenal dan menggunakan beberapa metode pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan tujuan pembelajaran, c) Para guru telah dapat memilih
materi yang dikembangkan berdasar pada buku pegangan, d) Para guru
bersifat terbuka untuk mendapatkan informasi guna kemajuan pendidikan
sebagai kebutuhan profesional, e) Para guru telah memiliki wadah profesi
dalam KKG guna peningkatan profesionalisme, f) Para guru telah memiliki
pengalaman mengajar minimal 5 tahun, dan g) Para guru merasa perlu
kearifan lokal Jawa dijadikan bagian dari pendekatan pembelajaran IPS.
Hasil temuan pada studi pendahuluan ini diketahui bahwa kearifan
lokal Jawa belum pernah dilaksanakan oleh guru. Ditemukan pula, ada
beberapa kelemahan serta beberapa potensi professional dimiliki oleh guru
dalam mengembangkan pembelajaran IPS. Berdasarkan temuan tersebut maka
peneliti ingin mengembangkan suatu model pembelajaran untuk
meningkatkan nilai toleransi siswa melalui pendekatan kontekstual berbasis
kearifan lokal Jawa. Kearifan lokal Jawa secara kontekstual akan dapat
membantu siswa memahami konsep IPS karena materi pelajaran
dikembangkan dari nilai-nilai budaya yang ada di lingkungan siswa sendiri.
Proses pembelajaran IPS oleh guru dengan menggunakan pendekatan
kontekstual yang bersumber pada kearifan lokal Jawa dimungkinkan akan
membangkitkan motivasi belajar siswa karena konteksnya relevan dengan
kehidupan siswa sehari-hari di masyarakat di mana siswa hidup dan bertempat
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11 B. Identifikasi Masalah Penelitian
Dari uraian latar belakang penelitian di atas, diperoleh gambaran
permasalahan yang ditemukan di lapangan terkait dengan model
pembelajaran yang akan dikembangkan ini. Berbagai permasalahan tersebut
dapat disusun dalam bentuk identifikasi masalah penelitian seperti berikut.
1. Para guru belum ada yang menyajikan materi IPS dengan berbasis
kearifan lokal Jawa untuk pengembangan nilai-sikap- toleransi.
2. Pada umumnya, pembelajaran IPS disajikan masih menekankan
pada ranah kognitif dan psikomotor dengan metode konvensional.
3. Pengembangan ranah afektif yang berujud pada pengembangan
kesadaran moral dan perilaku siswa belum dapat dilaksanakan
secara optimal.
4. Pada umumnya, guru tidak memahami strategi pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual khususnya pada pembelajaran IPS
berbasis kearifan lokal Jawa.
5. Metode pembelajaran yang digunakan masih standard, yaitu
ceramah, diskusi dan tugas rumah. Metode pembelajaran belum
mengembangkan pada eksplorasi nilai-moral-sikap siswa yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
C. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas,
maka masalah umum penelitian ini adalah “Bagaimana mengembangkan
karakter dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui
pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kesadaran bertoleransi pada
siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Sleman DIY?” Masalah umum tersebut
peneliti kembangkan lebih spesifik dalam rumusan masalah secara khusus
agar penelitian ini lebih jelas dan tajam arah pelaksanaannya.
Untuk kepentingan arahan dan fokus penelitian maka rumusan masalah
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12 1. Desain model pengembangan karakter seperti apakah yang efektif
dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui
pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan kesadaran
bertoleransi pada siswa tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten
Sleman DIY?
2. Apakah model pengembangan karakter toleran yang dikembangkan
dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui
pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kesadaran bertoleransi
siswa SD kelas V di Kabupaten Sleman DIY?
3. Seberapa tinggi efektivitas model pengembangan karakter toleran
dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan kontekstual berbasis
kearifan lokal Jawa dapat meningkatkan kesadaran bertoleransi
pada siswa SD kelas V di Kabupaten Sleman D I Y?
4. Adakah perbedaan hasil belajar pada siswa SD kelas V antara
sekolah di daerah pinggiran, daerah sub urban, dan daerah
perkotaan di Kabupaten Sleman dengan menggunakan model
pengembangan karakter toleran dalam pembelajaran IPS melalui
pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Jawa?
5. Sejauh mana kompetensi guru SD kelas V di Kabupaten Sleman
dapat meningkatkan kesadaran bertoleransi siswa dalam
pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa melalui pendekatan
kontekstual menggunakan model yang dikembangkan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menemukan suatu model
pengembangan pendidikan nilai melalui pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa sebagai upaya menanamkan
nilai-sikap toleransi siswa SD kelas V di Kabupaten Sleman DIY. Sedangkan
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13 1. Menghasilkan desain model pengembangan karakter toleran melalui
pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan
lokal Jawa pada siswa SD kelas V di Kabupaten Sleman D I Y.
2. Menggambarkan peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran IPS
menggunakan model pengembangan karakter toleran dengan
pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Jawa pada siswa SD
kelas V di Kabupaten Sleman DIY.
3. Menggambarkan tinggi-rendah efektivitas model pembelajaran IPS
melalui pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal Jawa guna
meningkatkan kesadaran bertoleransi pada siswa SD kelas V di
Kabupaten Sleman D I Y.
4. Menggambarkan perbedaan hasil belajar pada siswa kelas V SD
antara sekolah di daerah pinggiran, daerah sub urban, dan daerah
perkotaan di Kabupaten Sleman menggunakan model pengembangan
karakter toleran dalam pembelajaran IPS melalui pendekatan
kontekstual berbasis kearifan lokal Jawa.
5. Menggambarkan kompetensi guru kelas V SD di Kabupaten Sleman
dapat menyajikan pembelajaran IPS melalui pendekatan kontekstual
berbasis kearifan lokal jawa menggunakan model yang dikembangkan
untuk meningkatkan kesadaran bertoleran siswa.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis:
1. Manfaat teoritis :
- Temuan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan keilmuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (PIPS) berbasis kearifan lokal (Jawa) melalui pendekatan
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14 - Karakter toleran dapat dikembangkan melalui pendekatan
kontekstual untuk menstransformasikan nilai kearifan lokal (Jawa)
dalam proses pembelajaran IPS.
2. Manfaat praktis :
- Secara praktis temuan model pengembangan karakter toleran
melalui pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPS berbasis
kearifan lokal Jawa dapat dijadikan alternatif pembelajaran di
sekolah dasar pada umumnya.
- Model pengembangan karakarter toleran melalui pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa
dapat meningkatkan daya kreativitas guru dalam mengembangkan
materi pembelajaran pada umumnya di kelas.
- Model pengembangan karakarter toleran melalui pendekatan
kontekstual berbasis kearifan lokal Jawa dapat dijadikan model
untuk pembelajaran IPS di wilayah lain dengan berbasis kearifan
lokal etnik lain di SD-SD yang berada di seluruh Nusantara.
- Model pengembangan karakarter toleran melalui pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa
dapat meningkatkan kesadaran siswa untuk hidup saling
menghormati dan menghargai di tengah masyarakat yang banyak
perbedaan latar belakang sosial.
- Model pengembangan karakarter toleran melalui pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
F. Partisipasi Studi
Kajian pendidikan IPS melalui penelitian ini, diharapkan dapat ikut
berkontribusi pada pembelajaran yang mengedepankan pengembangan
karakter moral (bertoleransi) yang bertema budaya (kearifan lokal) guna
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15 berpartisipasi dalam pembangunan nasional menuju kesejahteraan
bermasyarakat berbangsa Indonesia di tengah arus besar globalisasi yang
kompetitif dengan semangat yang di-jiwa-i oleh moral Pancasila.
G. Struktur Organisasi Disertasi
Struktur organisasi disertasi ini ditulis secara berurutan mulai dari:
BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari Sub Bab: A. Latar Belakang
Penelitian; B. Identifikasi Penelitian; C. Perumusan Masalah Penelitian; D.
Tujuan Penelitian; E. Manfaat Penelitian; F. Partisipasi Studi; dan G. Struktur
Organisasi Disertasi.
BAB II tentang KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS PENELITIAN yang terdiri dari Sub Bab: A. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); B. Membangun Keharmonisan
Bermasyarakat Berbangsa Indonesia dengan Spirit Bhinneka Tunggal Ika
Berdasarkan Pancasila Melalui Pendidikan IPS; C. Makna Kearifan Lokal
Jawa dalam Pendidikan IPS; D. Pendidikan Karakter Toleran melalui
Pembelajaran IPS; E. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPS; F.
Penelitian yang Relevan; G. Asumsi Penelitian; H. Kerangka Berpikir; dan H.
Hipotesis Penelitian.
BAB III tentang METODE PENELITIAN yang terdiri dari Sub Bab: A.
Metode dan Desain Penelitian; B. Populasi dan Sampel Penelitian; C. Definisi
Operasional; D. Instrumen Penelitian; E. Prosedur Penelitian; dan F. Teknik
Pengumpulan dan Analisis Data.
BAB IV tentang HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yang
terdiri dari Sub Bab: A. Hasil Penelitian, berisi uraian tentang: 1. Deskripsi
Lapangan; 2. Model (Hipotetik) Pengembangan Karakter Toleran; 3.
Efektivitas Model (Hipotetik) melalui Uji Keterterapan; 4. Perbedaan Hasil
Belajar Siswa pada sekolah di Daerah Pinggiran, Sub Urban, dan Perkotaan;
5. Kompetensi Guru di dalam Meningkatkan Kesadaran Bertoleransi
Menggunakan Model yang Dikembangkan; 6. Kendala Implementatif dan
ANWAR SENEN, 2015
MODEL PENGEMBANGAN KARAKTER TOLERAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL JAWA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
16 Pengembangan Karakter Toleran; dan 7. Deskripsi Hasil Uji Validasi melalui
Quasi Experiment pada Pembelajaran IPS Berbasis Kearifan Lokal Jawa
Menggunakan Model Pengembangan Karakter Toleran.
Sub Bab B. Pembahasan Hasil Penelitian, berisi tentang: 1. Fenomena
Modernisasi dan Memudarnya Nilai-nilai Kearifan Lokal Jawa di Kabupaten
Sleman; 2. Model Pengembangan Karakter Toleran; 3. Pendekatan
Kontekstual Menggunakan Metode Diskusi dan Bermain Peran pada Model
Pengembangan Karakter Toleran; 4. Efektifitas Model Pengembangan
Karakter Toleran; 5. Perangkat Pembelajaran IPS Berbasis Kearifan Lokal
Jawa Model Pengembangan Karakter Toleran: 6. Aktivitas Kelas pada
Pembelajaran IPS Model Pengembangan Karakter Toleran; 7. Eksistensi
Kearifan Lokal Jawa; 8. Faktor Pendukung dan Kendala dalam Melaksanakan
Pembelajaran IPS Model Pengembangan Karakter Toleran; 9. Keunggulan
dan Kelemahan Pembelajaran IPS Menggunakan Model Pengembangan
Karakter Toleran; 10. Proses Belajar Mengajar IPS Berbasis Kearifan Lokal
Jawa Guna Mengembangkan Karakter Toleran; 11. Perbedaan Model
Pengembangan Karakter Toleran dalam Pembelajaran IPS Berbasis Kearifan
Lokal Jawa dengan Sejumlah Penelitian sebelumnya; 12. Padanan (Perbedaan
dan Persamaan) Kearifan Lokal Jawa pada Formulasi “RASA” dalam Ilmu
Keguruan dan Formulasi “TRISNA” dalam Ilmu Kedokteran; dan 13.
Pedoman Model Pengembangan Karakter Toleran dalam Pembelajaran IPS.
BAB V tentang SIMPULAN DAN SARAN yaitu terdiri dari Sub Bab:
A. Simpulan; B. Implikasi; dan C. Saran.
DAFTAR PUSTAKA berisi sejumlah daftar referensi buku, jurnal,
hasil penelitian, artikel ilmiah, surat kabar dan sejumlah referensi yang
diambil dari internet.
DAFTAR LAMPIRAN terdiri dari sejumlah instrumen penelitian
terkait pembelajaran IPS berbasis kearifan lokal Jawa; dokumen photo
penelitian; surat ijin penelitian; surat permohonan wawancara kepada Ahli
Sejarah Sosial Indonesia; pernyataan telah melaksanakan penelitian; dan