• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU

PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh: DEDE IWAN NIM 1005908

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL

TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK

DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU

JALAN MUKA SATU PADA SISWA

KELAS X DI SMA PASUNDAN 8

BANDUNG

Oleh: Dede Iwan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Dede Iwan 2014

(3)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

DEDE IWAN

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR

GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Disetujui dan disahkan oleh,

Pembimbing I

Drs. Sucipto, M. Kes. AIFO NIP.196106121987031002

Pembimbing II

Sufyar Mudjianto, M.Pd NIP. 197503222008011005

Mengetahui, Ketua Program Studi

(4)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Dede Iwan. 1005908. Penerapan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Gerak Dasar Pencak Silat Tepak Tilu Jalan Muka Satu Pada Siswa Kelas X Di SMA Pasundan 8 Bandung. Pembimbing I Drs. Sucipto, M. Kes. AIFO Pembimbing II Sufyar Mudjianto, M. Pd

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan media audio visual terhadap hasil belajar gerak dasar pencak silat tepak tilu jalan muka satu. Pada rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan audio visual terhadap hasil belajar pencak silat tepak tilu jalan muka satu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian Post Only Control Design. Populasi penelitiannya adalah siswa SMA Pasundan 8 Bandung dengan sampel penelitian siswa kelas X SMA Pasundan 8 Bandung sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara random. Instrumen yang digunakan adalah tes. Analisis data uji signifikansi (Uji T) dari hasil pengolahan data uji t diperoleh Thitung = 2,547 > Ttabel = 1,70 dengan demikin Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran menggunakan media audio visual terdapat pengaruh signifikan terhadap hasil belajar pencak silat tepak tilu jalan muka satu. Oleh karena itu direkomendasikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran pencak silat khususnya pada materi seni tepak tilu jalan muka satu di sekolah maupun diluar kegiatan belajar mengajar.

(6)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Pembatasan Penelitian ... 9

F. Definisi Oprasional ... 9

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN... ... 11

A. Media Pembelajaran Video ... 11

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 11

2. Manfaat Media Pembelajaran ... 12

3. Klasifikasi Media Pembelajaran ... 13

4. Pemilihan Media Pembelajaran... 14

5. Media Video ... 15

B. Hasil Belajar ... 16

C. Pembelajaran Pencak Silat ... 17

(7)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pengertian Pencak Silat ... 18

3. Aspek-aspek Pencak Silat ... 19

4. Jurus-jurus Pencak Silat ... 21

5. Hakekat Tepak Tilu ... 22

D. Anggapan Dasar ... 25

E. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Metode Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian ... 28

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

E. Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 37

A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 37

B. Diskusi Penemuan ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

DAFTAR PUSTAKA... 44

(8)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Aspek Penilaian ... 33

4.1 Tabel Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku Tes Hasil Belajar Pencak Silat Tepak Tilu Jalan Muka Satu Kedua Kelompok ... 37 4.2 Tabel Hasil Pengujian Normalitas Liliefors Kedua Kelompok ... 38 4.3 Tabel Hasil Pengujian Homogenitas Menggunakan Uji Kesamaan

Dua Variansi ... 39 4.4 Tabel Hasil Uji Signifikansi Menggunakan

(9)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

(10)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Rangkaian Gerak Pencak Silat Tepak Tilu Jalan Muka Satu ... 46 LAMPIRAN B Berita Acara Penelitian ... 78 Program Pembelajaran Pencak Silat Tepak Tilu Jalan Muka Satu ... 79 Daftar Hadir Kelompok Siswa Menggunakan Media Audio Visual ... 86 Daftar Hadir Kelompok Siswa Tidak Menggunakan Media Audio Visual ... 87 Dokumentasi Treatment Pada Kelompok Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual ... 88 Dokumentasi treatment Pada Kelompok Pembelajaran Tidak Menggunakan Media Audio Visual ... 89 LAMPIRAN C Daftar Nama Tester ... 90 Lembar Penilaian Kelompok Media Audio Visual ... 91

Lembar Penilaian Kelompok Tidak Menggunakan Media Audio Visual ... 92 Dokumentasi Tes Akhir ... 93 LAMPIRAN D Data Tes Akhir Penampilan Pencak Silat Tepak Tilu Kelompok

(11)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Data Tes Akhir Penampilan Pencak Silat Tepak Tilu Kelompok

Pembelajaran Tidak Menggunakan Media Audio Visual ... 95

LAMPIRAN E Uji Normalitas Liliefors Hasil Tes Pada Kelompok Pembelajaran Menggunakan Media Audio Visual ... 96

Uji Normalitas Liliefors Hasil Tes Pada Kelompok Pembelajaran Tidak Menggunakan Media Audio Visual ... 97

LAMPIRAN F Uji Homogenitas Menggunakan Uji Kesamaan Dua Variansi 98 LAMPIRAN G Uji Signifikansi Menggunakan Uji Kesamaan Dua Rata-rata Satu Pihak ... 99

LAMPIRAN H Daftar Tabel Distribusi F ... 102

LAMPIRAN I Daftar Tabel Liliefors ... 103

(12)

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian terpenting dari pendidikan secara keseluruhan, karena bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui hasil jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui hasil jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Hal tersebut didukung oleh Departemen Pendidikan Nasional (2003:6) bahwa tujuan dan fungsi pendidikan jasmani adalah:

1. Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.

3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran Pendidikan Jasmani.

4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, demokratis melalui aktifitas jasmani.

5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, aquatik (aktivitas air), dan pendidikan luar kelas

(outdoor education).

6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.

(13)

2

8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.

9. Mampu mengisi luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif.

Dalam proses pembelajarannya yang bertindak sebagai sumber penyampaian pesan bisa saja guru, buku, atau sumber lainnya. Salah satu sumber penyampaian pesan yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan media. Media merupakan salah satu peralatan atau perlengkapan pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan Bahagia dan Mudjianto (2009:17) yaitu :

Peralatan (apparatus) adalah sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh siswa untuk melakukan kegiatan/aktivitas di atasnya, di bawahnya, di dalam/diantaranya yang relatif yang mudah di pindah-pindahkan. Perlengkapan pendidikan jasmani artinya segala sesuatu yang dapat diguanakan dan dimanfaatkan untuk dilaksanakan, melakukan kegiatan jasmani.

Dalam pembelajaran seorang guru akan lebih mudah dalam mencapai tujuan yang diharapkan apabila menggunakan media atau alat bantu dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran, salah satunya adalah media video. Menurut (Susilana dan Riyana, 2008:51) “media video adalah media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan visual”. Secara umum media video dapat didefinisikan sebagai media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran, baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman suatu materi pembelajaran.

(14)

3

Menurut Sidentop (Abduljabar, 2009:5) mengatakan bahwa:

Dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model pendidikan melalui jasmani, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada akhir abad ke-20 ini menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan keterampilan, pengetahuan dan perkembangan, sosial.

Secara garis besar pendidikan jasmani diartikan sebagai sebagai pendidikan dari, tentang, dan melalui aktivitas jasmani. Dengan kata lain pendidikan jasmani adalah suatu alat untuk mendapatkan perkembangan yang menyeluruh dalam hal kualitas fisik, mental, dan emosional seseoran.

Menurut Baley dan Field (Abduljabar, 2009:7) mendefinisikan bahwa:

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscula, intelektual, sosial, kultular, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktifitas jasman.

Dari pengertian diatas bahwa pendidikan jasmani tidak hanya melakukan gerak tetapi melakukan tiga aspek yang dicapai yaitu asek kognitif, afektif dan psikomotor. Maka dari itu pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan. Dalam pendidikan jasmani untuk mencapai aspek kognitif, afektif dan psikomotor itu dapat dilakukan melalui cabang-cabang olahraga tertentu, karena pedidikan jasmani itu sendiri mencakup berbagai cabang olahraga diantaranya yaitu olahraga pencak silat.

Pencak silat merupakan olahraga beladiri tradisional yang berasal dari Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Pada zaman penjajahan pencak silat dipelajari dan di pergunakan, baik oleh punggawa kerajaan, kesultanan, maupun para pejuang pahlawan penjajah. Pada zaman itu pencak silat diajarkan secara sembunyi-sembunyi, karena jika diketahui para pejuang mempelajari pencak silat akan dilarang oleh para penjajah. Hal ini dikhawatirkan dengan para pejuang mempelajari pencak silat akan digunakan melawan mereka. Dengan kemahiran pejuang mempelajari pencak silat, kekhawatiran penjajah memang terjadi karena semua pahlawan bangsa seperti Tjik Di Tiro Imam Bonjol, Fatahillah (Sultan Cirebon), Diponogoro, dan

(15)

4

Saat ini pencak silat merupakan cabang olahraga yang dimasukan dalam acara Pekan Olahraga Nasional (PON). Menjelang Pekan Olahraga Nasional yang pertama di Solo, para pendekar berkumpul membentuk organisasi pencak silat.

Pada tanggal 18 mei 1948 dibentuklah organisasi Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSSI) di Surakarta yang kemudian menjadi Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang di pimpin oleh Mr. Wongsonegoro, Mariyun Sudirohadiprodjo dan Rachmad Suronegoro dari sejak berdirinya sampai tahun 1973. Tahun 1973 sampai tahun 1977 IPSI dipimpin oleh Tjokropranolo. Sejak tahun 1980, pimpinan harian di pegang IPSI oleh Eddy Marzuki Nalapraya. IPSI telah berhasil melebarkan sayapnya sampai ke seluruh provinsi di Indonesia, bahkan di Belanda, Jerman, Australia, dan Amerika. Pada tahun 1980 terbentuklah Persatuan Pencak Silat antar Bangsa (PERSILAT) yang didukung oleh Negara-negara Asean ialah Indonesia, Malaysia, Singapura dan selanjutnya pada tahun 1985 menetapkan aturan-aturan di bidang olahraga pencak silat PERSILAT.

Seiring berjalannya waktu kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia harus dijaga, dipelihara, dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan Pancasila, meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan nasional, memperkokoh jiwa kesatuan dan kesatuan bangsa serta mampu menjadi penggerak bagi terwujudnya cita-cita bangsa dimasa depan. (TAP. MPR, 1987:105)

Penjelasan UUD 1945 Pasal 32 tentang kebudayaan nasional memberikan

arahan sebagai berikut:

(16)

5

Sejalan dengan itu (Fadilakusumah, dkk 1999:7) mengungkapkan bahwa:

Kebudayaan nasional hakikatnya adalah berupa kebudayaan daerah yang telah mencapai puncaknya. Suku sunda merupakan salah satu suku terbesar di nusantara yang telah menunjukan keadiluhungan budayanya melalui seni bela diri dan seni ibing penca beserta esemble pengiringnya yaitu kendang penca yang tidak hanya sebagai kekayaan Indonesia melainkan mendunia.

Dalam dunia pendidikan kini pencak silat merupakan salah satu bagian dari kurikulum. Hal ini dijelaskan oleh IPSI dalam kongres ke IV di Jakarta yang dikutip oleh Sucipto (2007:34) mengeluarkan keputusan sebagai berikut :

1. Pengesahan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga IPSI.

2. Pengesahan Peraturan Pertandingan Pencak Silat yang akan diterapkan dalam PON VIII tahun1973 di Jakarta.

3. Pengesahan Pengurus Besar IPSI yang baru.

4. Mendesak kepada pemerintah agar pencak silat masuk dalam kurikulum sekolah.

5. Adanya standarisasi pencak silat nasional.Diusahakan terbentuknya Federasi Pencak Silat Internasional.

6. Adanya seminar/musyawarah nasional pencak silat. 7. Kongres IPSI tahun 1977 ditetapkan di Surabaya.

Dengan masuknya pencak silat ke dalam dunia pendidikan merupakan salah satu upaya untuk melestarikan, menjaga, memelihara dan mengembangkan olahraga beladiri tradisional yang di miliki asli dari bangsa Indonesia. Namun dalam kenyataannya olahraga bela diri tradisional ini sangat kurang diminati oleh para pemuda kita khususnya siswa di sekolah. Hal ini merupakan bahan pemikiran untuk para pengajar di sekolah. Contoh masalah pembelajaran pencak silat yang terjadi di sekolah diantaranya siswa kurang antusias serta kurangnya keaktifan

siswa dalam mengikuti pembelajaran tersebut. Pada akhirnya hasil belajar yang diperoleh kurang maksimal dan tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Selain itu, ekstrakurikuler pencak silat yang ada di sekolah pun hanya diikuti oleh beberapa orang saja.

(17)

6

tanah air dan budayanya harus menyadarkan bersama-sama bahwa pencak silat adalah merupakan cabang olahraga beladiri asli dari Indonesia yang perlu kita jaga dan lestarikan. Pada saat ini olahraga beladiri yang paling diminati oleh

masyarakat adalah olahraga yang berasal dari negara lain seperti whu shu, muay thai, karate, takewondo, dan lain-lain.

Salah satu upaya untuk mengembangkan dan melestarikan olahraga pencak silat yaitu mengajarkan beberapa jurus dasar dari pencak silat di sekolah. Bersamaan dengan itu, peneliti ingin meneliti perbandingan antara pembelajaran menggunakan media video dengan pembelajaran konvensional. Mempelajari pencak silat bukan hal yang mudah bagi orang yang awam mengenai cabang olahraga pencak silat.

Pencak silat memiliki beberapa unsur diantaranya yaitu unsur pemenca dan unsur karawitan. Kedua unsur tersebut merupakan kriteria ibing penca. Fadilakusumah, dkk. (1999:8) menjelaskan bahwa “Ibing penca adalah gabungan seluruh potensi gerak gabungan bela diri yang disistematiskan dalam bentuk rangkaian jurus dengan iringan kendang penca”. Perpaduan antara rangkaian jurus dengan kendang pencanya sangat menentukan ke-estetika-an ibing penca. Ibing

penca terjemahan bebasnya berarti “tari penca”. Hal ini sengaja tidak

diterjemahkan menjadi tari penca karena akan menjadi konotasi yang berbeda. Ibing penca bukan layaknya seorang penari yang menujukan tarian tunggal dengan keluwesan, kelemahgemulaian gerak. Sedangkan pengibing penca walau tampil sendiri ia harus melihatkan kesan sedang berhadapan dengan lawan dalam satu pertarungan.

Seorang pemenca harus menjiwai hakikat penca itu sendiri. Dalam hal ini pemenca harus menguasai mengenai falsafah atau norma-normanya. Dikuasainya norma-norma dan falsafah akan berpengaruh pada anggah-ungguh (prilaku atau budi pekerti).

(18)

7

limbung, dan tepak padungdung. Untuk mempermudah mempelajari pencak silat di sekolah peneliti mengajarkan ibing penca tepak tilu, karena tepak tilu merupakan gerakan yang pada umumnya dipelajari dari pencak silat.

Tepak tilu menurut Fadilakusumah, dkk. (1999:10) diartikan bahwa:

Tepak tilu adalah motif tabuhan kendang dalam tempo sedang. Digunakan untuk mengiringi gerak-gerak yang lebih cepat dari tepak dua, menggambarkan kekayaan gerak tangan ataupun kaki. Jadi tidak perlu dalam urutan pertarungan imajiner.

Tepak tilu bukanlah nama jurus melainkan nama motif tabuhan kendang atau tempo yang dijadikan sebagai irama gerak ibing pencak, dimana seorang

pemenca harus menyesuaikan irama gerakannya dengan musik. Dalam irama dibagi lagi kedalam unsur terkecil yaitu bilangan (hitungan), wiletan (ketukan), dan luyu (kesesuaian).

Sejalan dengan itu Fadillahkusumah, dkk. (1999:14) mengatakan bahwa:

Dalam tepak tilu ini dilatih untuk melaksanakan gerak jurus dengan

adeg-adeg yang baik, yaitu kuda-kuda yang benar dan pada setiap gerakan serta

perubahan gerakannya dilaksanakan dengan anteb (mantap) sehingga nampak

payus (pantas).

Tepak tilu memiliki gerak atau jurus yang berbeda sesuai perguruan pencak silat masing-masing. Salah satu rangkaian gerak yang menggunakan tabuhan kendang tepak tilu adalah jalan muka satu.

Pembelajaran pencak silat biasanya di sampaikan melalui metode ceramah dan demonstrasi saja dimana guru sebagai sumber informasi dan memperagakan sehingga siswa menerima informasi tanpa ada peran aktif. Pembelajaran konvensional tersebut kurang menarik sehingga membuat siswa menjadi bosan dalam proses pembelajaran. Akibatnya siswa tidak mendapatkan hasil yang maksimal dalam memahami materi yang diajarkan. Pembelajaran seperti itu mengakibatkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.

(19)

8

video dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran. Hal ini dirasakan penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Sehingga masalah pembelajaran yang dialami siswa dapat

teratasi dengan meningkatnya hasil belajar.

Dengan demikian maka penelitian ini difokuskan pada “Penerapan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Gerak Dasar Pencak Silat Tepak Tilu Jalan Muka Satu Pada Siswa Kelas X di SMA Pasundan 8 Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu, Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan audio visual terhadap hasil belajar pencak silat tepak tilu jalan muka satu pada siswa kelas X di SMA Pasundan 8 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan hal yang ingin dicapai oleh peneliti setelah penelitian ini selesai, sehingga peneliti dapat menemukan kejelasan dan jawaban serta solusi yang berkaitan dengan masalah di atas. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui pengaruh penerapan audio visual terhadap hasil belajar pencak silat tepak tilu jalan muka satu pada siswa kelas X di SMA Pasundan 8 Bandung”.

D. Manfaat Penelitian

Jika penelitian ini tercapai, diharapkan dapat bermanfaat terhadap berbagai pihak. Manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan

pengajaran dalam penyampaian materi pembelajaran pencak silat tepak tilu jalan muka satu pada siswa kelas X di SMA Pasundan 8 Bandung.

2. Secara praktis, memberi wawasan baru dan masukan bagi guru pendidikan

(20)

9

pembelajaran pencak silat tepak tilu sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik.

E. Pembatasan Penelitian

Pembatasan penelitian dilakukan dengan tujuan agar masalah yang akan dibahas tidak menyimpang dari masalah yang sebenarnya. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Ruang lingkup penelitian ini yaitu pengaruh pembelajaran gerak dasar pencak

silat tepak tilu jalan muka satu dengan menggunakan media audio visual. 2. Metode penelian yang digunakan adalah metode eksperimen.

3. Penelitian ini dilakukan pada kegiatan ekstrakulikuler pencak silat dan tempat

pelaksanaan di SMA 8 Pasundan Bandung.

4. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Pasundan 8 Bandung.

Untuk itu penulis akan mengambil dua kelas sebagai sampel untuk membandingkan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, yaitu kelas X. Sedangkan pemilihan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan dengan

Simple Random Sampling.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, maka perlu diperjelas dahulu definisi operasional dari istilah-istilah tersebut:

1. Media audio visual dalam penelitian ini adalah media atau alat bantu yang menyajikan video yang berisi pembelajaran pencak silat tepak tilu jalan muka satu yang ditampilkan dengan alat bantu proyektor.

2. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah psikomotor yang

diukur melalui lembar observasi ranah yang berisi indikator-indikator penilaian gerak dasar pencak silat tepak tilu jalan muka satu.

3. Pencak silat adalah salah satu bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia,

(21)

10

pukulan, dan bantingan. Pencak silat dalam penelitian ini adalah pencak silat tepak tilu jalan muka satu.

4. Tepak tilu adalah motif tabuhan kendang dalam tempo sedang. Digunakan

untuk mengiringi gerak-gerak yang lebih cepat dari tepak dua, menggambarkan kekayaan gerak tangan ataupun kaki. Jadi tidak perlu dalam urutan pertarungan imajiner. (Fadilakusumah, dkk. 1999:10)

G. Struktur Organisasi Skripsi

Bab I Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Pembatasan Penelitian, Definisi Oprasional, dan Struktur Organisasi Skripsi.

Bab II Kajian Pustaka terdiri dari Media Pembelajaran Video, Hasil Belajar, Pembelajaran Pencak Silat, Anggapan Dasar, dan Hipotesis.

Bab III Metode Penelitian terdiri dari Metode Penelitian, Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Instrumen Pengumpulan Data, Pengolahan dan Pengolahan Data

Bab IV Pengolahan dan Analisis Data terdiri dari Hasil Pengolahan dan Analisis Data, Diskusi Penemuan.

(22)

27

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah komponen yang terlibat langsung dalam memecahkan masalah penelitian karena metode penelitian ini merupakansuatu cara untuk memperoleh atau mendapatkan data. Sebagaimana dikatakan Sugiyono (2013:3) bahwa secara umum “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memecahkan suatu masalah menggunakan cara-cara yang sesuai dengan prosedur penelitian sehingga permasalahan terpecahkan dengan baik. Penelitian merupakan salah satu cara ilmiah untuk mencari suatu kebenaran sedangkan metode ilmiah berarti kegiatan penelitian yang didasarkan pada ciri-ciri keilmuan. Sugiyono (2013:3) menyatakan bahwa :

Ciri-ciri keilmuan sebagai berikut, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Ada beberapa macam metode penelitian yang biasa digunakan peneliti untuk memecahkan suatu masalah dalam suatu penelitian, Sugiyono (2013:6) menyebutkan bahwa “Dari segi metode penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian survey, ekspostfacto, eksperimen, naturalistik, policy research,

evaluation research, action research, sejarah, dan research and development (R&D)”.

(23)

28

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertimbangan, bahwa penelitian ini bersifat membandingkan antara hasil gerak dasar pencak silat tepak tilu jalan muka satu dengan menggunakan media audio visual dan tidak menggunakan media audio visual pada siswa SMA Pasundan 8

Bandung kelas X.

Program perlakuan yang telah disusun oleh penulis diberikan kepada kedua kelompok tersebut kemudian menjalani proses perlakuan. Pengukuran dilakukan untuk membandingkan tingkat penguasaan gerak siswa terhadap hasil pembelajaran pecak silat, akibat perlakuan dari pembelajaran pencak silat tepak tilu jalan muka satu dengan menggunakan media audio visual dan tidak menggunkan media audio visual. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah menggunakan media audio visual dan tidak menggunakan media, sedangkan variabel terikat yaitu hasil belajar siswa.

B.Desain Penelitian

Desain penelitian bertujuan untuk membantu peneliti agar penelitian dapat dilaksanakan secara teratur dan tersusun dengan baik. Desain penelitian menjelaskan mengenai hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian eksperimen memiliki berbagai macam desain penelitian, penggunaan desain tersebut disesuaikan dengan aspek penelitian serta pokok masalah yang akan diteliti. Desain dalam penelitian ini adalah Post Only Control Design yakni suatu desain penelitian yang hanya melihat hasil tes akhirnya saja. Menurut Sugiyono (2013:112) bentuk model desain ini sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain Post Only Control Design

Keterangan :

R1 : Kelompok eksperimen

R2 : Kelompok kontrol

X : Perlakuan dengan menggunakan media audio visual O1 : Hasil belajar siswa yang diberi perlakuan

R1 x O1

(24)

29

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

O2 : Hasil belajar siswa yang tidak diberi perlakuan

Berdasarkan desain di atas terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan. Perlakuan yang dimaksud adalah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran pencak silat tepak tilu jalan muka satu. Selanjutnya rancangan atau langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

Gambar 3.2

Langkah-Langkah Penelitian

Berdasarkan bagan di atas langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sampel dari populasi.

2. Memberikan perlakuan dengan menggunakan media video dan tidak

menggunakan media video.

3. Melakukan tes akhir setelah diberi perlakuan kemudian menghitung rata-rata. 4. Menghitung perbedaan antara hasil kelompok eksperimen (menggunakan

media video) dan kelompok kontrol (tidak menggunakan media video) setelah diberi perlakuan.

(25)

30

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C.Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel merupakan komponen yang menjadi sumber data atau

informasi yang diperlukan. Populasi dan sampel merupakan objek dalam suatu penelitian. Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang ditetapkan dan dianggap dapat memberikan informasi atau data yang diperlukan dalam penelitian. Hal ini sesuai pernyataan Sugiyono (2013:117) bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMA Pasundan 8 kelas X semester 1 tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 200 orang.

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti) sebagai sumber data yang dianggap mewakili seluruh populasi secara representatif. Sifat dan karakteristik populasi harus tergambar dalam sampel. Berdasarkan metode penelitian eksperimen yang ciri utamanya adalah sampel dipilih secara acak, maka teknik pengambilan sampel ini adalah Simple Random

Sampling, Sugiyono (2013:120) berpendapat “Simple Random Sampling yaitu

pengambilan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan starata”. Sampel dari penelitian ini adalah dua kelompok kelas X SMA Pasundan 8 yang terbagi atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang terdiri dari 15 siswa kelompok eksperimen dan 15 siswa kelompok kontrol.

D.Instrumen Pengumpulan Data

(26)

31

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedangkan reliabilitas menyangkut akurasi dan konsistensi alat pengumpul data. Dalam sejumlah penelitian, data mempunyai kedudukan yang sangat

penting karena merupakan penggambaran variabel yang diteliti serta berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis.

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen tes. Tes sebagai instrumen pengumpulan data merupakan serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu maupun kelompok. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suntoda, dkk. (2013:1) bahwa “Tes adalah suatu alat ukur atau instrumen yang digunakan untuk memperoleh informasi/data tentang seseorang atau obyek tertentu”. Tes dalam penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai hasil belajar siswa mengenai materi pembelajaran pencak silat yang diberikan. Tes dilakukan setelah selesai pembelajaran.

Tes dilaksanakan berdasarkan petunjuk dan kriteria sebagai berikut: 1. Petunjuk Umum

a. Sebelum tes dimulai, testee diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai

jenis test dan melakukan peregangan.

b. Kepada para testee diberikan juga penjelasan mengenai sistem penilaian dalam test ini.

c. Disarankan agar seluruh testee memakai pakaian olahraga. 2. Petunjuk Pelaksanaan

a. Tes rangkaian gerakan tepak tilu jalan muka satu dengan irama musik,

tujuan tes ini untuk mengetahui hasil belajar siwa berupa kemampuan penguasaan gerak siswa dengan menggunakan media audio visual dan tidak menggunakan media.

b. Pelaksanaan dan perlengkapan, kaset ibing penca tepak tilu, tape recorder,

format penilaian, tester, lapangan.

c. Pengetesan, jumlah pembantu yang bertugas untuk menilai gerakan

(27)

32

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kriteria Penilaian dan Kisi-Kisi Instrumen a. Kriteria Penilaian

1) Wiraga

a) Penilaian teknik dilakukan dengan cara melihat dan menghitung

jumlah gerakan yang benar.

b) Jumlah seluruh gerakan pada rangkaian gerak tepak tilu terdapat

108 gerakan.

c) Gerakan yang benar diberi skor 1, sedangkan gerakan yang salah

diberi skor 0.

d) Nilai teknik diperoleh dengan cara jumlah gerakan dikurangi

kesalahan gerakan (108–kesalahan gerakan).

e) Dari 5 tester diambil 3 skor, karena skor terbesar dan terkecil dari

setiap perolehan nilai testee tidak dipakai. f) Penilaian aspek ini bersifat objektif.

2) Wirasa dan Wirahma (Kemantapan dan Keindahan gerak)

a) Penilaian pada aspek wirasa dilihat dari kemantapan gerakan,

kemantapan penghayatan gerakan, kemantapan tenaga dan stamina setiap siswa. Sedangkan penilaian pada aspek wirahma dilihat dari keindahan gerakan dan kesesuaian gerakan dengan irama musik pengiring Tepak Tilu.

b) Aspek-aspek yang dinilai antara lain: Kecepatan, kekuatan,

kelentukan, dan penjiwaan (ekspresi penghayatan) terhadap gerakan.

c) Rentang skor pada aspek penilaian wirasa antara 50-60. d) Penilaian aspek ini bersifat subyektif.

(28)

33

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Kisi-Kisi Instrumen

Urutan gerakan Melakukan gerakan setiap jurus sesuai urutan.

Ketepatan gerak jurus

Melakukan gerakan yang tepat sesuai ketentuan gerak.

Wirahma

Kemantapan dan ketegasan gerak jurus

Melakukan gerak dengan baik, indah dan bertenaga.

Kesesuaian dengan musik

Melakukan gerakan sesuai dengan musik pengiring.

E.Pengolahan dan Analisis Data

Setelah dilakukan pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data. Analisis data adalah proses mengatururutan data dan mengorganisasikannya ke dalam suatu pola atau suatu uraian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengolah dan menganalisis data tersebut secara statistik. Ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai diterima tidaknya hipotesis. Langkah-langkah pengolahan data tersebut, ditempuh dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus

(29)

34

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

: nilai rata-rata

: jumlah skor yang didapat

n : banyaknya sampel

2. Menghitung standard deviation (simpangan baku) dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

s : simpangan baku n : banyaknya sampel

: jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Menguji normalitas data menggunakan uji normalitas Liliefors. Langkah yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1, X2, …Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…Zn dengan

menggunakan rumus :

( dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku,

(30)

35

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,…Zn . Jika proporsi ini

dinyatakan S(Z1), maka :

d. Menghitung selisih F (Z1) - S(Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan L0

dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol jika L0 yang diperoleh dari

data pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.

4. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel

distribusi dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05.

5. Pengujian signifikan peningkatan hasil pembelajaran. Menguji kesamaan dua

rata-rata (satu pihak). Dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata (satu pihak) dapat menggambarkan bahwa terdapat perbedaan atau tidak mengenai tingkat hasil belajar gerak tepak tilu siswa SMA Pasundan 8 Bandung yang diberikan pembelajaran menggunakan audio visual dengan yang tidak menggunakan media.

Sedangkan syarat untuk menguji perbedaan dua rata-rata, yaitu datanya harus berdistribusi normal dan variansinya homogen. Jika berdistribusi normal

(31)

36

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebelum uji t terlebih dahulu dicari variansi gabungan (s2) melalui rumus sebagai berikut:

Keterangan tanda dalam rumus : t : nilai t yang dicari (thitung)

S2 : simpangan baku gabungan

n

1 : jumlah sampel kelompok 1

n

2 : jumlah sampel kelompok 2

: rata-rata kelompok 1 : rata-rata kelompok 2 S12 : variansi kelompok 1

S22 : variansi kelompok 2

Sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan penelitian, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasional

sederhana. Kriteria pengujian adalah terima Ho jika t <t1-α, dalam hal lain tolak

(32)

43

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan media audio visual berpengaruh secara signifikan terhadap hasil pebelajaran siswa pencak silat tepak tilu jalan muka satu pada siswa kelas X di SMA Pasundan 8 Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis mengemukakan saran-saran yang berkaitan dengan ini sebagai berikut:

Dengan adanya penelitian ini diharapkan penggunaan media audio visual di terapkan dalam pembelajaran, kuhususnya dalam pembelajaran pencak silat tepak tilu jalan muka satu di SMA Pasundan 8 Bandung.

(33)

44

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Amien, S (2010). Media Audio dan Video Untuk Pembelajaran, [Online]. Tersedia:http://benramt.wordpress.com/2010/01/ 18/media-audio-dan-video-untuk-pembelajaran/

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .Jakarta :Rineka Cipta.

Abduljabar, B. (2010). Modul Aplikasi Statistika dalam Pendidikan

Jasmani,Bandung: Redpoint.

Abduljabar, B. (2011). Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan

Olahraga. Bandung. POR UPI

Bahagia, Y dan Mudjianto, S. (2010). Fasilitas dan Perlengkapan Penjas. Bandung. POR UPI

Fadilakusumah, Adil A. (1999). Penca Teori dan Praktek di Sekolah Dasar

Pedoman Untuk Guru. Jawa Barat. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Provisi Daerah Tk I Jawa Barat 1998.

IPSI. (2007). Peraturan Pertandingan Pencak Silat Hasil MUNAS XII

IPSI.Jakarta: Ikatan Pencak Silat Indonesia.

Notosoejitno. (1997). Khazanah Pencak Silat. Jakarta. CV Infomedika

Mahendra, A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI

Sadiman, Arief S, dkk. (2003). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan

dan Pemenfaatannya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Sadiman, Arief S, dkk. (2008). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan

(34)

45

Dede Iwan, 2014

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR GERAK DASAR PENCAK SILAT TEPAK TILU JALAN MUKA SATU PADA SISWA KELAS X DI SMA PASUNDAN 8 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salam, Shoffa A (2013). Penerapan Alat Bantu Audio Visual Terhadap

Pembelajaran Pencak Silat Seni Pareredan Siswa Kelas X Di Sma Negeri 4 Bandung. Bandung

Sucipto, dkk. (2010). pembelajaran Pencak Silat Untuk Mahasiswa POR FPOK

UPI. Bandung: FPOK UPI

Sudjana, N. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suntoda, Andi S. dkk. (20130. Tes Pengukuran Pendidikan Jasmani.Bandung. Redpoint.

Susilana, R dan Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: UPI Press.

Tn. (2003). Kurikulum 2004. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung: UPI.

Waryanto, Nur H. (2007). Penggunaan media audiovisual dalam menunjang

pembelajaran.[Online]. Tersedia:

https://www.google.co.id/search?q=Ronald+Anderson+(1994:103-

105)+&ie=utf-8&oe=utf-8&rls=org.mozilla:en-

Gambar

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Penelitian
Tabel 3.1  Aspek Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kehidupan masyarakat peranan pelayanan sosial adalah mengembangkan kehidupan bagi individu dan kelompok sebagai pengganti fungsi dalam keluarga, sehingga

Anak berkebutuhan khusus atau disebut juga dengan anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seseorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan mental,

adalah hak bagi pasien dalam pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan yang.. diberikan perawat tidak hanya kepada pasien tetapi

trace dari hal-hal yang tidak diinginkan yang diperoleh dari perekaman data di lapangan. Proses editing yang dilakukan pada penelitian ini adalah top mute yang ditunjukkan

Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 2 Selalu Berhemat Energi Selalu Berhemat Energi. Buku Guru SD/MI

Variasi nilai migration aperture pada migrasi kirchoff dalam pengolahan data seismik refleksi 2D di Perairan Alor.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Berdasarkan hasil identifikasi stakeholder yang terlibat dalam perencanaan pembangunan kehutanan di daerah (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Papua Barat

Secara umum penelitian ini telah terbukti memberikan dukungan yang signifikan terhadap konsep maupun temuan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa orientasi