• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VII Studi Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas Vii (Studi Deskripsi Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VII Studi Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas Vii (Studi Deskripsi Di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015)."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN

AQIDAH AKHLAK KELAS VII

(Studi Deskripsi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015)

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh :

Bagus Tri Syukurillah NIM: G000110026 NIRM: 11/X/02.2.1/0899

FAKULTAS AGAM ISLAM

(2)
(3)

“STUDI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VII” (Studi Deskripsi di Madrasah Tsanawiyah

Negeri Jatinom Tahun 2014/2015).

Nama: Bagus Tri S., NIM: G000110026, Fakultas Agama Islam ABSTRAK

Rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh berbagai persoalan, salah satunya adalah kurangnya kompetensi profesional guru. Padahal guru mempunyai tugas yang sangat strategis dalam dunia pendidikan, yaitu mendidik dan mengajar peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru wajib memiliki kompetensi profesional, agar pendidik dapat menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan baik.

Yang menjadi permasalahan Peneliti adalah bagaimana kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tentang kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang bersifat konstruktif bagi kemajuan kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII, serta dapat menjadi bahan agar tercipta suasana baru yang lebih aktif, efektif, efisien, dan kondusif antara pendidik dengan peserta didik dalam pembelajaran di kelas.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan sumber data dari guru Aqidah Akhlak kelas VII, kepala sekolah, siswa, dan dokumen di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah deduktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kompetensi Profesioanal Guru Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 cukup baik. Karena sudah hampir memenuhi semua indikator dari kompetensi profesional guru dan ada satu indikator saja yang belum terpenuhi, yaitu: Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 memiliki penguasaan materi yang sangat baik sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif dan aktif dengan menggunakan berbagai metode, sumber, media, dan alat pembelajaran, dan telah menguasai kompetensi dasar yang sangat baik sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Akan tetapi peningkatan kompetensi profesionalnya kurang maksimal, karena masih belum mengembangkan keprofesioanalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, seperti melakukan penelitian tindakan kelas.

(4)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Profesionalisasi guru telah banyak dilakukan, namun masih dihadapkan berbagai kendala, baik dilingkungan Kementrian Pendidikan dan Budaya maupun dilembaga pencetak guru. Hal ini merupakan salah satu indikator buramnya manajemen pendidikan nasional, khususnya dalam penyiapan calon guru. Sehubungan dengan itu, sudah sewajarnya pemerintah terus berupaya mencari alternatif untuk meningkatkan kualitas dan kinerja profesi guru. Salah satu terobosan yang telah dilakukan adalah melakukan standar kompetensi dan sertifikasi guru.

Madrasah Tsanawiyah Negeri

Jatinom merupakan lembaga

pendidikan formal negeri yang berbasiskan Islam. Sebagai sekolah Islam, Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom memiliki tanggung jawab menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan

pemupukan pengetahuan,

penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlak Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.1 Oleh karena itu kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Akan tetapi

1

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004) (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 135.

masalahnya adalah benarkah guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII yang sudah lulus sertifikasi bekerja secara profesional.

Untuk mengungkap kualitas profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom, penulis tertarik mengadakan penelitian di lembaga pendidikan tersebut yang dirangkum dalam sebuah judul

“STUDI KOMPETENSI

PROFESIONAL GURU MATA

PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VII” (Studi Deskripsi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015).

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah ini maka penulis rumusankan permasalahannya sebagai

berikut: “Bagaimana Kompetensi

Profesioanal Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun

2014/2015”.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk

mengidentifikasi kompetensi

(5)

Tinjauan Pustaka

1. Agus Widiyanto (STAIN

Tuluanggung 2011), dalam skripsinya yang berjudul “Korelasi Kompetensi Profesional guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di Madrasah Aliyah Al Hikmah Langkapan Maron Srengat

Blitar Tahun 2010/2011”.

Mengungkap tentang korelasi antara kompetensi profesional guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam menguasai materi pelajaran dan kompetensi profesional guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan hasil belajar siswa kelas XI pada semester genap di Madrasah Aliyah “Al-Hikmah”.2 2.

Binti Sa’adah (IAIN Sunan Kalijaga

2000), dalam skripsinya yang berjudul

“Pengaruh Profesionalisme Guru

dalam Mengajar PAI Terhadap

Prestasi Belajar Siswa di MTS N Tanjunganom Nganjuk Jawa Timur”.

Mengungkap tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh sifat profesionalisme yang dimiliki oleh guru agama terhadap prestasi belajar siswa.3 3. Dedy Mustadjab (IAIN Sunan Kalijaga 2003), dalam skripsinya yang berjudul “Profesionalisme Guru PAI

2

Agus Widiyanto, Korelasi Kompetensi Profesional guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di Madrasah Aliyah Al Hikmah Langkapan Maron Srengat Blitar Tahun 2010/2011, Skripsi, Fakultas Tarbiyah STAIN Tulungangung, 2011. http://repo.iain-tulungagung.ac.id. Diakses tanggal 29 Januari 2015.

3 Binti Sa’adah,

Pengaruh Profesionalisme Guru dalam Mengajar PAI Terhadap Prestasi Belajar Siswa di MTS N Tanjunganom Nganjuk Jawa Timur, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002. http://digilib.uin-suka.ac.id. Diakses tanggal 29 Januari 2015.

dalam Implementasi KBK”. Skripsi ini

merupakan penelitian literer yang mengungkap tentang bagaimana menjadi guru PAI yang profesional dalam implementasi KBK.4

Setelah penyusun melakukan penelusuran terhadap karya ilmiah terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa belum ada pembahasan secara khusus tentang kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak. Pada dasarnya penulis menemukan pembahasan yang berkaitan dengan profesionalisme guru dan penelitian – penelitian tersebut hanya dibahas secara literer dan kuantitatif. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang kompetensi profesional guru Aqidah Akhlak yang dibahas secara kualitatif dan tidak hanya menekankan kepada kemampuan penguasaan materi, tetapi juga dalam menyusun program pembelajaran, pelaksanaan program pengajaran, serta dalam peningkatan kompetensi profesional. Sehingga hasil penelitian lapangan ini dapat dipaparkan dengan jelas, lengkap, dan utuh.

Tinjauan Teoritik 1. Kompetensi guru

Di dalam pasal 1 ayat (10) UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen, yang dimaksud

kompetensi yaitu: “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen

dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan”. Sedangkan yang dimaksud guru menurut UU RI No. 14 tahun 2005 pasal 1 ayat (1) tentang

4

(6)

Guru dan Dosen, guru adalah

“pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.5

Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.6

Di dalam pasal 10 ayat (1) UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.7

Di dalam pasal 3 ayat (4) sampai dengan ayat (7) PP RI No. 74 tahun 2008 tentang guru, ada beberapa kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru.

a. Kompetensi pedagogik

adalah kemampuan Guru

dalam pengelolaan

pembelajaran peserta didik

yang sekurangkurangnya

meliputi: pemahaman

wawasan atau landasan

kependidikan; pemahaman

terhadap peserta didik;

5

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 3-4.

6

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 55.

7

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang, hlm. 9.

pengembangan kurikulum atau

silabus; perancangan

pembelajaran; pelaksanaan

pembelajaran yang mendidik

dan dialogis; pemanfaatan

teknologi pembelajaran;

evaluasi hasil belajar; dan pengembangan peserta didik

untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang

dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian

adalah sekurang kurangnya mencakup kepribadian yang:

beriman dan bertakwa;

berakhlak mulia; arif dan

bijaksana; demokratis;

mantap; berwibawa; stabil; dewasa; jujur; sportif; menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri;

dan mengembangkan diri

secara mandiri dan

berkelanjutan.

c. Kompetensi sosial adalah

kemampuan Guru sebagai

bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi

kompetensi untuk:

berkomunikasi lisan, tulis,

dan/atau isyarat secara

santun; menggunakan

teknologi komunikasi dan

informasi secara fungsional; bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua

atau wali peserta didik;

bergaul secara santun dengan

masyarakat sekitar dengan

mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan

(7)

persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

d. Kompetensi profesional

adalah kemampuan Guru

dalam menguasai pengetahuan

bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan,

mata pelajaran, dan/atau

kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan konsep dan

metode disiplin keilmuan,

teknologi, atau seni yang

relevan, yang secara

konseptual menaungi atau

koheren dengan program

satuan pendidikan, mata

pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan

diampu.8

Kompetensi profesional

Menurut UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat (4) Profesional adalah “pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber

penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi”.9

Guru profesional adalah guru yang bekerja menurut atau sesuai dengan bidang keahliannya. Sehingga wajar kalau dia diberikan gaji sebagai

8

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm.6- 7.

9

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang, hlm. 3.

bagian dari apresiasi. Apresiasi yang memang sudah selayaknya mereka terima.10 Dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menjelaskan pentingnya profesionalisme, yaitu sebagai berikut:

a. Q.S. As-Shof ayat 3:

           

Artinya: 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan

apa-apa yang tidak kamu kerjakan.11

Ayat tersebut memberikan ancaman dan peringatan terhadap orang yang mengabaikan perbuatannya.

b. Q.S. Al Hasyr ayat 18:

                          

Artinya: 18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

dan hendaklah setiap diri

memperhatikan apa yang telah

diperbuatnya untuk hari esok

(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui apa yang kamu

kerjakan.12 Ayat tersebut memberi

penjelasan bahwa bahwa

profesionalisme harus dimulai dari diri sendiri.

10

Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid Unggul Menjawab Tantangan Masa Depan (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012), hlm. 90.

11

Muhammad Shahib. Al-Qur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata (Bandung: Sygma dan Syamil Quran: 2007), hlm. 551.

12

(8)

Menurut PP RI No. 74 tahun 2008 tentang Guru, pasal 3 ayat (7)

yang dimaksud kompetensi

profesional yaitu:

Kemampuan Guru dalam

menguasai pengetahuan

bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan,

mata pelajaran, dan/atau

kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan konsep dan

metode disiplin keilmuan,

teknologi, atau seni yang

relevan, yang secara

konseptual menaungi atau

koheren dengan program

satuan pendidikan, mata

pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan

diampu.13

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi guru, butir 20 sampai

24 menyatakan kompetensi

profesional yaitu:

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung

mata pelajaran yang

diampu.

b. Menguasai standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

13

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, Tentang, hlm 7.

c. Mengembangkan materi

pembelajaran yang diampu secara kreatif.

d. Mengembangkan

keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan

melakukan tindakan

reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi

untuk mengembangkan

diri.14

Menurut Mulyasa kompetensi profesional dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesioanl guru sebagi berikut:

a.Mengerti dan dapat

menerapkan landasan

kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

b.Mengerti dan dapat

menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.

c.Mampu menangani dan

mengembangkan bidang

studi yang menjadi

tanggung jawabnya.

d.Mengerti dan dapat

menerapkan metode

pembelajaran yang

bervariasi.

e.Mampu mengembangkan

dan menggunakan berbagai alat, media, dan sumber belajar yang relevan.

f. Mampu mengorganisasikan

dan melaksanakan program pembelajaran.

14

(9)

g.Mampu melaksanakan

evaluasi hasil belajar

peserta didik.

h.Mampu menumbuhkan

kepribadian peserta didik.15

Sedangkan secara lebih khusus, kompetensi profesioanl guru dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Memahami Standar

Nasional Pendidikan

b. Mengembangkan

kurikulum tingkat satuan pendidikan

c. Menguasai materi standar

d. Mengelola program

pembelajaran

e. Mengelola kelas

f. Menggunakan media dan

sumber belajar

g. Menguasai landasan

landasan kependidikan

h. Memahami dan

melaksanakan

pengembangan peserta

didik

i. Memahami dan

menyelenggarakan administrasi sekolah

j. Memahami penelitian

dalam pembelajaran

k. Menampilkan keteladanan

dan kepemimpinan dalam pembelajaran

l. Mengembangkan teori dan

konsep dasar kependidikan

m. Memahami dan

melaksanakan konsep

pembelajaran individual.16

Mata pelajaran aqidah akhlak

Mata pelajaran aqidah akhlak ini merupakan cabang dari pendidikan Agama Islam, menurut Zakiyah

15

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Rosdakarya, 2008), hlm. 135.

16

Ibid. hlm. 136-138.

Daradjat pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.17

Aqidah dilihat dari segi bahasa

(etimologi) berarti “ikatan”. Aqidah seseorang, artinya “ikatan seseorang

dengan sesuatu”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqoda-ya’qudu -aqidatan.18

Sedangkan meneurut istilah aqidah yaitu keyakinan atau kepercayaan terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang yang membuat hati tenang. Dalam Islam akidah ini kemudian melahirkan iman, menurut Al-Ghozali, sebagai mana dikutip oleh Hamdani Ihsandan A. Fuad Ihsan, iman adalah mengucapkan dengan lidah mengakui kebenarannya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota.19

Dilihat dari segi bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah

bentuk jama’ dari bentuk dari kata

khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabbiat.20

Kemudian Ibnu Athir

sebagaimana yang diungkapkan oleh Humaidi Tatapangarsa mengatakan hakekat makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia yang tepat

17

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan, hlm. 130.

18

Taufik Yumansyah, Buku Aqidah Akhlak cetakan pertama (Jakarta: Grafindo Media Pratama, 2008), hlm. 3.

19

Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 235.

20

(10)

(sikap dan sifatsifatnya), sedangkan kholqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi

rendah tubuhnya dan lain

sebagainya).21

Adapun secara terminologi ada beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya:

a. Ibnu Maskawaihi

memberikan pengertian

akhlak sebagaimana yang

dukutip oleh Humaidi

Tatapangarsa. Akhlak

adalah keadaan jiwa

seseorang yang

mendorongnya melakukan

perbuatan-perbuatan tanpa

melalui pertimbangan

pikiran terlebih dahulu.22

b. Hamid Yunus sebagaimana

dikutip oleh Asmara

mengatakan: akhlak adalah

sifat-sifat manusia yang

terdidik.23

c. Ahmad Amin dikutip oleh

Asmaran mengatakan:

Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya,

kehendak itu bila

membiasakan sesuatu

disebut akhlak, keadaan

seseorang mendorong untuk

melakukan

perbuatan-perbuatan tanpa melalui

pertimbangan pikiran.24

d. Farid Ma’ruf sebagaimana

dikutip oleh Zahrudin dan

21

Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), hlm. 32.

22

Humaidi Tatapangarsa, Pengantar, hlm. 14.

23

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm.1.

24

Ibid, hlm. 2.

Hasanuddin Sinaga

mengatakan bahwa Akhlak

adalah kehendak jiwa

manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan

pikiran terlebih dahulu.25

e. Abdullah Diros berpendapat bahwa akhlak yakni sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan

kehendak berkombinasi

membawa kecenderungan

pada pemilihan pihak yang benar dan yang jahat. Menurut Diros perbuatan-perbuatan manusia dapat

dianggap sebagai

manifestasi dari akhlak

tersebut apabila dipenuhi

dua syarat yaitu:

Perbuatan-perbuatan yang

dilakukan berulang kali

dalam bentuk yang sama

sehingga menjadi

kebiasaan, dan perbuatan

tersebut bukan karena

tekanan dan dilakukan atas dorongan emosi jiwanya seperti paksaan dari orang

lain menumbulkan

kekuatan, atau bujukan

dengan harapan yang indah

dan lain sebagainya.26

25

Zahrudin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar, hlm.6.

26

(11)

Adapun dasar – dasar aqidah akhlak sebagai berikut:

a. Q.S. Al-Baqarah ayat 285:

                                            

Artinya: 285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang

diturunkan kepadanya dari

Tuhannya, demikian pula

orang-orang yang beriman.

semuanya beriman kepada

Allah, malaikat-malaikat-Nya,

kitab-kitab-Nya dan

rasul-rasul-Nya. (mereka

mengatakan): "Kami tidak

membeda-bedakan antara

seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya",

dan mereka mengatakan:

"Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan

kepada Engkaulah tempat

kembali."27

b.Q.S. Al A’raf ayat 199:

              

Artinya: 199. jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang

mengerjakan yang ma'ruf,

27

Muhammad Shahib. Al-Qur’anulkarim, hlm. 49.

serta berpalinglah dari pada

orang-orang yang bodoh.28

c.Q.S. Al-Qalam ayat 4:

        

Artinya: 4. dan Sesungguhnya

kamu benar-benar berbudi

pekerti yang agung.29

d. Q.S. Al-Ahzab ayat 21:

                         

Artinya: 21. Sesungguhnya

telah ada pada (diri)

Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi

orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan

Dia banyak menyebut Allah.30

Adapun fungsi dan ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak. Fungsi mata pelajaran Aqidah Akhlak di madrasah berfungsi sebagai berikut:

a. Penanaman nilai ajaran

Islam sebagai pedoman

mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan akhirat.

b. Pengembangan keimanan

dan ketakwaan kepada

Allah SWT serta akhlak

mulia peserta didik

seoptimal mungkin, yang

telah ditanamkan lebih

28

Muhammad Shahib. Al-Qur’anulkarim, hlm.176.

29

Muhammad Shahib. Al-Qur’anulkarim, hlm. 564.

30

(12)

dahulu dalam lingkungan keluaraga.

c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkunga fisik dan sosial melalui aqidah akhlak.

d. Perbaikan

kesalahan-kesalan,

kelemahan-kelemahan peserta didik

dalam keyakinan

pengalaman ajaran agama

Islam dalam kehidupan

sehari-hari.

e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari

lingkunganya atau dari

budaya asing yang akan di hadapinya sehari-hari.

f. Pengajaran tentang

informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran siswa untuk

mendalami Aqidah akhlak ke lembaga pendidikan yang

lebih tinggi.31

Fungsi mata pelajaran Aqidah Akhlak yang telah disebutkan diatas, harus diketahui dan dimiliki oleh

peserta didik serta dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik diharapkan dapat menjadi muslim yang kaffah serta berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan masyarakat.

Cakupan pembahasan

kurikulum dan hasil belajar Pendidikan Aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

31

Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah) (Departemen Agama RI, 2003), hlm. 1.

a. Aspek aqidah terdiri atas

keimanan kepada sifat

wajib, mustahil dan jaiz

Allah, keimanan kepada

kitab Allah, rasul Allah,

sifat-sifat dan mu’jizatny,

dan hari Akhir.

b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas Khauf, raja’, taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekat yang kuat, ta’aruf, ta’awun,

tasamuh, jujur, adil,

amanah, menepati janji, dan bermusyawarah.

c. Aspek akhlak tercela

meliputi kufur, syirik,

munafik, namimah, dan

ghibah.32

METODE PENELITIAN

Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau lokasi penelitian, sebagai tempat yang dipilih untuk menyelidiki gejala objektif sebagaimana yang terjadi di lokasi tersebut.33 Pendekatan penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan gambaran tentang situasi atau perilaku sosial secara rinci dan akurat mengenai bagaimana kompetensi profesional guru.34

Tempat dan Subjek Penelitian

Tempat penelitian ini berada di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom

32

Ibid, hlm. 3. 33

Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 96.

34

(13)

yang terletak di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitiannya adalah Guru, Siswa, dan Kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom.

Metode Pengumpulan Data

1. Metode wawancara

Wawancara adalah cara untuk

mengumpulkan data dengan

mengadakan tatap muka secara langsung antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang menjadi sumber data atau objek penelitian.35 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yang pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.36 Tehnik ini digunakan untuk

mendapatkan informasi yang

berkenaan dengan pendapat guru, siswa, dan kepala sekolah tentang kompetensi profesioanal guru.

2. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan.37 Tehnik pengumpulan data dengan dokumentasi ini untuk mendapatkan data melalui dokumen – dokumen. Baik yang berupa RPP, silabus, buku, kalender pendidikan, program semester, prota, profil sekolah dan lain

– lain.

35

Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 89.

36

Lexy J. Moeleong. Metodologi penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 186.

37

Ahmad Tanzeh, Metodologi, hlm. 92.

3. Metode observasi

Obeservasi secara terminologis dimaknai sebagai pengamatan atau peninjauan secara cermat.38 Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.39 Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang profil sekolah dan proses kegiatan belajar mengajar dikelas.

Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Milles dan Hibermen (1992) dengan proses analisis deskriptif kualitatif, yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengamatan data sekaligus reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, atau verifikasi.40 Pengambilan verifikasi menggunakan metode deduktif, yaitu suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.41

38

Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner (Yogyakarta :Paradigma, 2012), hlm. 100.

39

Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), hlm. 117.

40

Milles Mathew B, Hibermen Michael, Analisi Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 16.

41

(14)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII

Dari berbagai macam pendapat tentang kompetensi profesioanal guru, peneliti dalam menganalisis data menggunakan landasan teori dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 butir 20 sampai 24 dan pendapat E. Mulyasa dimana terdapat indikator – indikator kompetensi profesional guru, yaitu sebagai berikut:

1. Menguasai materi, struktur konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.

3. Mengembangkan materi

pembelajaran yang diampu secara kreatif.

4. Mengembangkan keprofesioanalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.

5. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik.

6. Memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi untuk

mengembangkan diri.

Seperti yang dipaparkan pada Bab IV halaman 21 – 33 dalam skripsi bahwasannya guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII sangat memperlihatkan kesiapan dan keseriusannya kepada siswa sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan cara mempersiapkan berbagai perangkat pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guru mata pelajaran Aqidah Akhlak melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pelakasanaan

pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Guru mengajar sesuai dengan langkah – langkah kegiatan pembelajaran, menggunakan berbagai metode, sumber, alat, media pembelajaran, dan teknologi. Dalam kegiatan pembelajaran guru mampu

menguasai materi dan

mengembangkan materi pembelajaran dengan cara mengajak peserta didik untuk diskusi, sehingga dapat

menjadikan peserta didik

mendominasi pembelajaran.

Sedangkan guru hanya menjadi fasilitator saja, yang kemudian di akhir

pembelajaran guru memberi

klarifikasi.

Selain itu pada Bab IV halaman 33 – 34 dalam skripsi menjelaskan bahwa guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII sadar sebagai guru profesional haruslah meningkatkan kompetensi profesional yang dimilikinya dengan berbagai peningkatan. Peningkatan kompetensi profesional yang dilakukan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII kurang maksimal, yaitu dengan sekedar memanfaatkan fasilitas yang disiapkan oleh pihak sekolah, membeli buku, dan mengikuti worksop setahun sekali didalam sekolah.

Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII telah berusaha memenuhi berbagai indikator

– indikator dari kompetensi profesional guru, meskipun dalam pelakasanaannya masih belum maksimal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian dan analisis data yang peneliti lakukan pada bab sebelumnya maka dapat

(15)

Kompetensi Profesioanal Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 cukup baik. Karena sudah hampir memenuhi semua indikator – indikator dari kompetensi profesional guru dan ada satu indikator saja dari kompetensi profesional guru yang beleum terpenuhi. Yaitu sebagai berikut: Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 memiliki penguasaan materi yang sangat baik sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif dan aktif dengan menggunakan berbagai metode, sumber, media, dan alat pembelajaran, dan telah menguasai kompetensi dasar yang sangat baik sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Akan tetapi peningkatan kompetensi profesional guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 kurang maksimal, karena masih belum mengembangkan keprofesioanalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, seperti melakukan penelitian tindakan kelas.

Berikut beberapa saran yang

mudah – mudahan dapat

meningkatkan mutu pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom. Saran – saran tersebut yaitu:

1. Kepada kepala sekolah

Agar melengkapi kembali semua sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai di semua kelas, seperti pengadaan media pembelajaran agar dapat mendukung kegiatan belajaran mengajar Aqidah

Akhlak di kelas dan memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada guru Aqidah Akhlak kelas VII dalam melaksanakan tugas – tugasnya.

2. Kepada guru Aqidah Akhlak kelas VII

Agar mempertahankan dan meningkatkan kembali kompetensi profesional, seperti melakukan penelitian tindakan kelas, agar dapat mempertahankan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalm setiap kegiatan belajar mengajar dikelas, dan agar selalu menambah wawasan keilmuan dengan baik melalui membaca buku – buku, artikel, dan mengikuti berbagai seminar yang berwawasan agama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz, Hamka. 2012. Karakter Guru Profesional Melahirkan

Murid Unggul Menjawab

Tantangan Masa Depan.

Jakarta: Al-Mawardi Prima. Andayani, Dian dan Majid, Abdul.

2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep

Implementasi Kurikulum

2004). Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Asmaran. 1992. Pengantar Studi

Akhlak. Jakarta: Rajawali

Press.

E. Mulyasa. 2008. Standar

Kompetensi dan Sertifikasi Guru.

Bandung: Rosdakarya.

Fathoni, Abdurrahmat. 2006.

Metodologi Penelitian dan

Teknik Penyusunan Skripsi.

Jakarta: PT Rineka Cipta. Hibermen Michael, Milles Mathew B.

1992. Analisi Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Ihsan, Hamdani, Ihsan, A. Fuad. 2007.

Filsafat Pendidikan Islam.

(16)

Kaelan. 2012. Metode Penelitian

Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta:

Paradigma.

Kunandar. 2011. Guru Profesional

Implementasi Implementasi

KTSP dan Persiapan

Menghadapi Sertifikasi Guru.

Jakarta : Rajagrafindo Persada. Moeleong, Lexy J. 2007. Metodologi

penelitian Kualitatif. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008. 2008. Tentang Guru. Jakarta: Sinar Grafika. Shahib, Muhammad. 2007.

Al-Qur’anulkarim Terjemah

Tafsir Perkata. Bandung:

Sygma dan Syamil Quran. Sinaga Hasanudin dan Zahruddin A R.

2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Siregar, Syofian. 2013. Metode

Penelitian Kuantitatif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup. Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi

Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

Tatapangarsa, Humaidi. 1984.

Pengantar Kuliah Akhlak. Surabaya:

PT Bina Ilmu.

Tim Perumus Cipayung. 2003.

Kurikulum Berbasis

Kompetensi, Pengelolaan

Kurikulum Berbasis Madrasah

(Mata Pelajaran Aqidah

Akhlak Untuk Madrasah

Tsanawiyah). Departemen

Agama RI.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. 2008.

Tentang Guru dan Dosen.

Jakarta: Sinar Grafika.

Yumansyah, Taufik. 2008. Buku

Aqidah Akhlak cetakan

pertama. Jakarta: Grafindo

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga yang tinggal di permukiman maupun yang tinggal di perkampungan termasuk dalam kategori pernah, sering dan bahkan cenderung selalu melakukan fungsi

A nak yang sakit merupakan salah satu ujian dari Allah subhanahu wa ta’ala, sebagai seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir wajib bagi kita sebagai orang tua untuk

putus sekolah di Kabupaten Seruyan (sebagai Kabupaten terendah dalam bidang pendidikan di Provinsi Kalimantan Tengah) dan untuk mengetahui upaya yang telah.. dilakukan pemerintah

Perbedaan antara penelitian ini dengan yang akan diteliti adalah terletak pada variabel terikat yaitu interaksi sosial dan variabel bebasnya keterbukaan diri.. Sementara

Keselamatan Kesehatan Kerja yang tidak berjalan dengan baik dan efektif pada suatu perusahaan akan menyebabkan tingginya tingkat kecelakaan dan turunnya produktifitas,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran simulasi pada mata pelajaran menangani

Penelitian ini menggunakan Teori Herzberg karena telah dijelaskan dalam buku Hasibuan(2008:110-111) Teori Herzberg apabila dibandingkan dengan teori Maslow, teori ini tidak

Perkembangan perolehan kecakapan komunikasi tersebut tidak lepas dari peranan keluarga dan sekolah yang melakukan pendampingan dengan memberi stimulasi-stimulasi secara