STUDI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK KELAS VII
(Studi Deskripsi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015)
NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Oleh :
Bagus Tri Syukurillah NIM: G000110026 NIRM: 11/X/02.2.1/0899
FAKULTAS AGAM ISLAM
“STUDI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VII” (Studi Deskripsi di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Jatinom Tahun 2014/2015).
Nama: Bagus Tri S., NIM: G000110026, Fakultas Agama Islam ABSTRAK
Rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh berbagai persoalan, salah satunya adalah kurangnya kompetensi profesional guru. Padahal guru mempunyai tugas yang sangat strategis dalam dunia pendidikan, yaitu mendidik dan mengajar peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru wajib memiliki kompetensi profesional, agar pendidik dapat menjalankan kegiatan belajar mengajar dengan baik.
Yang menjadi permasalahan Peneliti adalah bagaimana kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi tentang kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang bersifat konstruktif bagi kemajuan kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII, serta dapat menjadi bahan agar tercipta suasana baru yang lebih aktif, efektif, efisien, dan kondusif antara pendidik dengan peserta didik dalam pembelajaran di kelas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan sumber data dari guru Aqidah Akhlak kelas VII, kepala sekolah, siswa, dan dokumen di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah deduktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kompetensi Profesioanal Guru Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 cukup baik. Karena sudah hampir memenuhi semua indikator dari kompetensi profesional guru dan ada satu indikator saja yang belum terpenuhi, yaitu: Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 memiliki penguasaan materi yang sangat baik sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif dan aktif dengan menggunakan berbagai metode, sumber, media, dan alat pembelajaran, dan telah menguasai kompetensi dasar yang sangat baik sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Akan tetapi peningkatan kompetensi profesionalnya kurang maksimal, karena masih belum mengembangkan keprofesioanalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, seperti melakukan penelitian tindakan kelas.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Profesionalisasi guru telah banyak dilakukan, namun masih dihadapkan berbagai kendala, baik dilingkungan Kementrian Pendidikan dan Budaya maupun dilembaga pencetak guru. Hal ini merupakan salah satu indikator buramnya manajemen pendidikan nasional, khususnya dalam penyiapan calon guru. Sehubungan dengan itu, sudah sewajarnya pemerintah terus berupaya mencari alternatif untuk meningkatkan kualitas dan kinerja profesi guru. Salah satu terobosan yang telah dilakukan adalah melakukan standar kompetensi dan sertifikasi guru.
Madrasah Tsanawiyah Negeri
Jatinom merupakan lembaga
pendidikan formal negeri yang berbasiskan Islam. Sebagai sekolah Islam, Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom memiliki tanggung jawab menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlak Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa, dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.1 Oleh karena itu kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom sangat diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. Akan tetapi
1
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep Implementasi Kurikulum 2004) (Bandung Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 135.
masalahnya adalah benarkah guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII yang sudah lulus sertifikasi bekerja secara profesional.
Untuk mengungkap kualitas profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom, penulis tertarik mengadakan penelitian di lembaga pendidikan tersebut yang dirangkum dalam sebuah judul
“STUDI KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU MATA
PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KELAS VII” (Studi Deskripsi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015).
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah ini maka penulis rumusankan permasalahannya sebagai
berikut: “Bagaimana Kompetensi
Profesioanal Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun
2014/2015”.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi kompetensi
Tinjauan Pustaka
1. Agus Widiyanto (STAIN
Tuluanggung 2011), dalam skripsinya yang berjudul “Korelasi Kompetensi Profesional guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di Madrasah Aliyah Al Hikmah Langkapan Maron Srengat
Blitar Tahun 2010/2011”.
Mengungkap tentang korelasi antara kompetensi profesional guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam menguasai materi pelajaran dan kompetensi profesional guru mata pelajaran Akidah Akhlak dalam menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan hasil belajar siswa kelas XI pada semester genap di Madrasah Aliyah “Al-Hikmah”.2 2.
Binti Sa’adah (IAIN Sunan Kalijaga
2000), dalam skripsinya yang berjudul
“Pengaruh Profesionalisme Guru
dalam Mengajar PAI Terhadap
Prestasi Belajar Siswa di MTS N Tanjunganom Nganjuk Jawa Timur”.
Mengungkap tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh sifat profesionalisme yang dimiliki oleh guru agama terhadap prestasi belajar siswa.3 3. Dedy Mustadjab (IAIN Sunan Kalijaga 2003), dalam skripsinya yang berjudul “Profesionalisme Guru PAI
2
Agus Widiyanto, Korelasi Kompetensi Profesional guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Hasil Belajar Siswa Kelas XI di Madrasah Aliyah Al Hikmah Langkapan Maron Srengat Blitar Tahun 2010/2011, Skripsi, Fakultas Tarbiyah STAIN Tulungangung, 2011. http://repo.iain-tulungagung.ac.id. Diakses tanggal 29 Januari 2015.
3 Binti Sa’adah,
Pengaruh Profesionalisme Guru dalam Mengajar PAI Terhadap Prestasi Belajar Siswa di MTS N Tanjunganom Nganjuk Jawa Timur, Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002. http://digilib.uin-suka.ac.id. Diakses tanggal 29 Januari 2015.
dalam Implementasi KBK”. Skripsi ini
merupakan penelitian literer yang mengungkap tentang bagaimana menjadi guru PAI yang profesional dalam implementasi KBK.4
Setelah penyusun melakukan penelusuran terhadap karya ilmiah terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa belum ada pembahasan secara khusus tentang kompetensi profesional guru mata pelajaran Aqidah Akhlak. Pada dasarnya penulis menemukan pembahasan yang berkaitan dengan profesionalisme guru dan penelitian – penelitian tersebut hanya dibahas secara literer dan kuantitatif. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang kompetensi profesional guru Aqidah Akhlak yang dibahas secara kualitatif dan tidak hanya menekankan kepada kemampuan penguasaan materi, tetapi juga dalam menyusun program pembelajaran, pelaksanaan program pengajaran, serta dalam peningkatan kompetensi profesional. Sehingga hasil penelitian lapangan ini dapat dipaparkan dengan jelas, lengkap, dan utuh.
Tinjauan Teoritik 1. Kompetensi guru
Di dalam pasal 1 ayat (10) UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, yang dimaksud
kompetensi yaitu: “seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan”. Sedangkan yang dimaksud guru menurut UU RI No. 14 tahun 2005 pasal 1 ayat (1) tentang
4
Guru dan Dosen, guru adalah
“pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.5
Pengertian kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.6
Di dalam pasal 10 ayat (1) UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.7
Di dalam pasal 3 ayat (4) sampai dengan ayat (7) PP RI No. 74 tahun 2008 tentang guru, ada beberapa kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru.
a. Kompetensi pedagogik
adalah kemampuan Guru
dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik
yang sekurangkurangnya
meliputi: pemahaman
wawasan atau landasan
kependidikan; pemahaman
terhadap peserta didik;
5
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 3-4.
6
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Implementasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2011), hlm. 55.
7
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang, hlm. 9.
pengembangan kurikulum atau
silabus; perancangan
pembelajaran; pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik
dan dialogis; pemanfaatan
teknologi pembelajaran;
evaluasi hasil belajar; dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang
dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian
adalah sekurang kurangnya mencakup kepribadian yang:
beriman dan bertakwa;
berakhlak mulia; arif dan
bijaksana; demokratis;
mantap; berwibawa; stabil; dewasa; jujur; sportif; menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri;
dan mengembangkan diri
secara mandiri dan
berkelanjutan.
c. Kompetensi sosial adalah
kemampuan Guru sebagai
bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi
kompetensi untuk:
berkomunikasi lisan, tulis,
dan/atau isyarat secara
santun; menggunakan
teknologi komunikasi dan
informasi secara fungsional; bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua
atau wali peserta didik;
bergaul secara santun dengan
masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan
persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
d. Kompetensi profesional
adalah kemampuan Guru
dalam menguasai pengetahuan
bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan konsep dan
metode disiplin keilmuan,
teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara
konseptual menaungi atau
koheren dengan program
satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.8
Kompetensi profesional
Menurut UU RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat (4) Profesional adalah “pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi”.9
Guru profesional adalah guru yang bekerja menurut atau sesuai dengan bidang keahliannya. Sehingga wajar kalau dia diberikan gaji sebagai
8
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm.6- 7.
9
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang, hlm. 3.
bagian dari apresiasi. Apresiasi yang memang sudah selayaknya mereka terima.10 Dalam Al-Quran terdapat beberapa ayat yang menjelaskan pentingnya profesionalisme, yaitu sebagai berikut:
a. Q.S. As-Shof ayat 3:
Artinya: 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan.11
Ayat tersebut memberikan ancaman dan peringatan terhadap orang yang mengabaikan perbuatannya.
b. Q.S. Al Hasyr ayat 18:
Artinya: 18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu
kerjakan.12 Ayat tersebut memberi
penjelasan bahwa bahwa
profesionalisme harus dimulai dari diri sendiri.
10
Hamka Abdul Aziz, Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid Unggul Menjawab Tantangan Masa Depan (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012), hlm. 90.
11
Muhammad Shahib. Al-Qur’anulkarim Terjemah Tafsir Perkata (Bandung: Sygma dan Syamil Quran: 2007), hlm. 551.
12
Menurut PP RI No. 74 tahun 2008 tentang Guru, pasal 3 ayat (7)
yang dimaksud kompetensi
profesional yaitu:
Kemampuan Guru dalam
menguasai pengetahuan
bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan konsep dan
metode disiplin keilmuan,
teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara
konseptual menaungi atau
koheren dengan program
satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.13
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan kompetensi guru, butir 20 sampai
24 menyatakan kompetensi
profesional yaitu:
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang
diampu.
b. Menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
13
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, Tentang, hlm 7.
c. Mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan
keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi
untuk mengembangkan
diri.14
Menurut Mulyasa kompetensi profesional dapat diidentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesioanl guru sebagi berikut:
a.Mengerti dan dapat
menerapkan landasan
kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
b.Mengerti dan dapat
menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik.
c.Mampu menangani dan
mengembangkan bidang
studi yang menjadi
tanggung jawabnya.
d.Mengerti dan dapat
menerapkan metode
pembelajaran yang
bervariasi.
e.Mampu mengembangkan
dan menggunakan berbagai alat, media, dan sumber belajar yang relevan.
f. Mampu mengorganisasikan
dan melaksanakan program pembelajaran.
14
g.Mampu melaksanakan
evaluasi hasil belajar
peserta didik.
h.Mampu menumbuhkan
kepribadian peserta didik.15
Sedangkan secara lebih khusus, kompetensi profesioanl guru dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Memahami Standar
Nasional Pendidikan
b. Mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan
c. Menguasai materi standar
d. Mengelola program
pembelajaran
e. Mengelola kelas
f. Menggunakan media dan
sumber belajar
g. Menguasai landasan –
landasan kependidikan
h. Memahami dan
melaksanakan
pengembangan peserta
didik
i. Memahami dan
menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami penelitian
dalam pembelajaran
k. Menampilkan keteladanan
dan kepemimpinan dalam pembelajaran
l. Mengembangkan teori dan
konsep dasar kependidikan
m. Memahami dan
melaksanakan konsep
pembelajaran individual.16
Mata pelajaran aqidah akhlak
Mata pelajaran aqidah akhlak ini merupakan cabang dari pendidikan Agama Islam, menurut Zakiyah
15
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Rosdakarya, 2008), hlm. 135.
16
Ibid. hlm. 136-138.
Daradjat pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.17
Aqidah dilihat dari segi bahasa
(etimologi) berarti “ikatan”. Aqidah seseorang, artinya “ikatan seseorang
dengan sesuatu”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqoda-ya’qudu -aqidatan.18
Sedangkan meneurut istilah aqidah yaitu keyakinan atau kepercayaan terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang yang membuat hati tenang. Dalam Islam akidah ini kemudian melahirkan iman, menurut Al-Ghozali, sebagai mana dikutip oleh Hamdani Ihsandan A. Fuad Ihsan, iman adalah mengucapkan dengan lidah mengakui kebenarannya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota.19
Dilihat dari segi bahasa (etimologi) perkataan akhlak adalah
bentuk jama’ dari bentuk dari kata
khuluqun yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabbiat.20
Kemudian Ibnu Athir
sebagaimana yang diungkapkan oleh Humaidi Tatapangarsa mengatakan hakekat makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia yang tepat
17
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan, hlm. 130.
18
Taufik Yumansyah, Buku Aqidah Akhlak cetakan pertama (Jakarta: Grafindo Media Pratama, 2008), hlm. 3.
19
Hamdani Ihsan, A. Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 235.
20
(sikap dan sifatsifatnya), sedangkan kholqu merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna kulit, tinggi
rendah tubuhnya dan lain
sebagainya).21
Adapun secara terminologi ada beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya:
a. Ibnu Maskawaihi
memberikan pengertian
akhlak sebagaimana yang
dukutip oleh Humaidi
Tatapangarsa. Akhlak
adalah keadaan jiwa
seseorang yang
mendorongnya melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa
melalui pertimbangan
pikiran terlebih dahulu.22
b. Hamid Yunus sebagaimana
dikutip oleh Asmara
mengatakan: akhlak adalah
sifat-sifat manusia yang
terdidik.23
c. Ahmad Amin dikutip oleh
Asmaran mengatakan:
Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya,
kehendak itu bila
membiasakan sesuatu
disebut akhlak, keadaan
seseorang mendorong untuk
melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran.24
d. Farid Ma’ruf sebagaimana
dikutip oleh Zahrudin dan
21
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984), hlm. 32.
22
Humaidi Tatapangarsa, Pengantar, hlm. 14.
23
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak (Jakarta: Rajawali Press, 1992), hlm.1.
24
Ibid, hlm. 2.
Hasanuddin Sinaga
mengatakan bahwa Akhlak
adalah kehendak jiwa
manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan
pikiran terlebih dahulu.25
e. Abdullah Diros berpendapat bahwa akhlak yakni sesuatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan
kehendak berkombinasi
membawa kecenderungan
pada pemilihan pihak yang benar dan yang jahat. Menurut Diros perbuatan-perbuatan manusia dapat
dianggap sebagai
manifestasi dari akhlak
tersebut apabila dipenuhi
dua syarat yaitu:
Perbuatan-perbuatan yang
dilakukan berulang kali
dalam bentuk yang sama
sehingga menjadi
kebiasaan, dan perbuatan
tersebut bukan karena
tekanan dan dilakukan atas dorongan emosi jiwanya seperti paksaan dari orang
lain menumbulkan
kekuatan, atau bujukan
dengan harapan yang indah
dan lain sebagainya.26
25
Zahrudin A R dan Hasanudin Sinaga, Pengantar, hlm.6.
26
Adapun dasar – dasar aqidah akhlak sebagai berikut:
a. Q.S. Al-Baqarah ayat 285:
Artinya: 285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang
diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman.
semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (mereka
mengatakan): "Kami tidak
membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya",
dan mereka mengatakan:
"Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan
kepada Engkaulah tempat
kembali."27
b.Q.S. Al A’raf ayat 199:
Artinya: 199. jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma'ruf,
27
Muhammad Shahib. Al-Qur’anulkarim, hlm. 49.
serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh.28
c.Q.S. Al-Qalam ayat 4:
Artinya: 4. dan Sesungguhnya
kamu benar-benar berbudi
pekerti yang agung.29
d. Q.S. Al-Ahzab ayat 21:
Artinya: 21. Sesungguhnya
telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah.30
Adapun fungsi dan ruang lingkup mata pelajaran Aqidah Akhlak. Fungsi mata pelajaran Aqidah Akhlak di madrasah berfungsi sebagai berikut:
a. Penanaman nilai ajaran
Islam sebagai pedoman
mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
b. Pengembangan keimanan
dan ketakwaan kepada
Allah SWT serta akhlak
mulia peserta didik
seoptimal mungkin, yang
telah ditanamkan lebih
28
Muhammad Shahib. Al-Qur’anulkarim, hlm.176.
29
Muhammad Shahib. Al-Qur’anulkarim, hlm. 564.
30
dahulu dalam lingkungan keluaraga.
c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkunga fisik dan sosial melalui aqidah akhlak.
d. Perbaikan
kesalahan-kesalan,
kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan
pengalaman ajaran agama
Islam dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif dari
lingkunganya atau dari
budaya asing yang akan di hadapinya sehari-hari.
f. Pengajaran tentang
informasi dan pengetahuan keimanan dan akhlak, serta sistem dan fungsionalnya. g. Penyaluran siswa untuk
mendalami Aqidah akhlak ke lembaga pendidikan yang
lebih tinggi.31
Fungsi mata pelajaran Aqidah Akhlak yang telah disebutkan diatas, harus diketahui dan dimiliki oleh
peserta didik serta dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik diharapkan dapat menjadi muslim yang kaffah serta berakhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari dan di lingkungan masyarakat.
Cakupan pembahasan
kurikulum dan hasil belajar Pendidikan Aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah meliputi:
31
Tim Perumus Cipayung, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pengelolaan Kurikulum Berbasis Madrasah (Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah) (Departemen Agama RI, 2003), hlm. 1.
a. Aspek aqidah terdiri atas
keimanan kepada sifat
wajib, mustahil dan jaiz
Allah, keimanan kepada
kitab Allah, rasul Allah,
sifat-sifat dan mu’jizatny,
dan hari Akhir.
b. Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas Khauf, raja’, taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekat yang kuat, ta’aruf, ta’awun,
tasamuh, jujur, adil,
amanah, menepati janji, dan bermusyawarah.
c. Aspek akhlak tercela
meliputi kufur, syirik,
munafik, namimah, dan
ghibah.32
METODE PENELITIAN
Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dilapangan atau lokasi penelitian, sebagai tempat yang dipilih untuk menyelidiki gejala objektif sebagaimana yang terjadi di lokasi tersebut.33 Pendekatan penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yaitu dengan menyajikan gambaran tentang situasi atau perilaku sosial secara rinci dan akurat mengenai bagaimana kompetensi profesional guru.34
Tempat dan Subjek Penelitian
Tempat penelitian ini berada di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom
32
Ibid, hlm. 3. 33
Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 96.
34
yang terletak di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitiannya adalah Guru, Siswa, dan Kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom.
Metode Pengumpulan Data
1. Metode wawancara
Wawancara adalah cara untuk
mengumpulkan data dengan
mengadakan tatap muka secara langsung antara orang yang bertugas mengumpulkan data dengan orang yang menjadi sumber data atau objek penelitian.35 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yang pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.36 Tehnik ini digunakan untuk
mendapatkan informasi yang
berkenaan dengan pendapat guru, siswa, dan kepala sekolah tentang kompetensi profesioanal guru.
2. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode mengumpulkan data dengan melihat atau mencatat suatu laporan yang sudah tersedia yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal yang variabelnya berupa catatan.37 Tehnik pengumpulan data dengan dokumentasi ini untuk mendapatkan data melalui dokumen – dokumen. Baik yang berupa RPP, silabus, buku, kalender pendidikan, program semester, prota, profil sekolah dan lain
– lain.
35
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 89.
36
Lexy J. Moeleong. Metodologi penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 186.
37
Ahmad Tanzeh, Metodologi, hlm. 92.
3. Metode observasi
Obeservasi secara terminologis dimaknai sebagai pengamatan atau peninjauan secara cermat.38 Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.39 Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang profil sekolah dan proses kegiatan belajar mengajar dikelas.
Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Milles dan Hibermen (1992) dengan proses analisis deskriptif kualitatif, yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengamatan data sekaligus reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, atau verifikasi.40 Pengambilan verifikasi menggunakan metode deduktif, yaitu suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.41
38
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner (Yogyakarta :Paradigma, 2012), hlm. 100.
39
Syofian Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2013), hlm. 117.
40
Milles Mathew B, Hibermen Michael, Analisi Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 16.
41
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII
Dari berbagai macam pendapat tentang kompetensi profesioanal guru, peneliti dalam menganalisis data menggunakan landasan teori dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 butir 20 sampai 24 dan pendapat E. Mulyasa dimana terdapat indikator – indikator kompetensi profesional guru, yaitu sebagai berikut:
1. Menguasai materi, struktur konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
3. Mengembangkan materi
pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesioanalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
5. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik.
6. Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.
Seperti yang dipaparkan pada Bab IV halaman 21 – 33 dalam skripsi bahwasannya guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII sangat memperlihatkan kesiapan dan keseriusannya kepada siswa sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan cara mempersiapkan berbagai perangkat pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas guru mata pelajaran Aqidah Akhlak melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pelakasanaan
pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Guru mengajar sesuai dengan langkah – langkah kegiatan pembelajaran, menggunakan berbagai metode, sumber, alat, media pembelajaran, dan teknologi. Dalam kegiatan pembelajaran guru mampu
menguasai materi dan
mengembangkan materi pembelajaran dengan cara mengajak peserta didik untuk diskusi, sehingga dapat
menjadikan peserta didik
mendominasi pembelajaran.
Sedangkan guru hanya menjadi fasilitator saja, yang kemudian di akhir
pembelajaran guru memberi
klarifikasi.
Selain itu pada Bab IV halaman 33 – 34 dalam skripsi menjelaskan bahwa guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII sadar sebagai guru profesional haruslah meningkatkan kompetensi profesional yang dimilikinya dengan berbagai peningkatan. Peningkatan kompetensi profesional yang dilakukan guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII kurang maksimal, yaitu dengan sekedar memanfaatkan fasilitas yang disiapkan oleh pihak sekolah, membeli buku, dan mengikuti worksop setahun sekali didalam sekolah.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII telah berusaha memenuhi berbagai indikator
– indikator dari kompetensi profesional guru, meskipun dalam pelakasanaannya masih belum maksimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian dan analisis data yang peneliti lakukan pada bab sebelumnya maka dapat
Kompetensi Profesioanal Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 cukup baik. Karena sudah hampir memenuhi semua indikator – indikator dari kompetensi profesional guru dan ada satu indikator saja dari kompetensi profesional guru yang beleum terpenuhi. Yaitu sebagai berikut: Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 memiliki penguasaan materi yang sangat baik sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif dan aktif dengan menggunakan berbagai metode, sumber, media, dan alat pembelajaran, dan telah menguasai kompetensi dasar yang sangat baik sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Akan tetapi peningkatan kompetensi profesional guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom Tahun 2014/2015 kurang maksimal, karena masih belum mengembangkan keprofesioanalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, seperti melakukan penelitian tindakan kelas.
Berikut beberapa saran yang
mudah – mudahan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran Aqidah Akhlak kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jatinom. Saran – saran tersebut yaitu:
1. Kepada kepala sekolah
Agar melengkapi kembali semua sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai di semua kelas, seperti pengadaan media pembelajaran agar dapat mendukung kegiatan belajaran mengajar Aqidah
Akhlak di kelas dan memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada guru Aqidah Akhlak kelas VII dalam melaksanakan tugas – tugasnya.
2. Kepada guru Aqidah Akhlak kelas VII
Agar mempertahankan dan meningkatkan kembali kompetensi profesional, seperti melakukan penelitian tindakan kelas, agar dapat mempertahankan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalm setiap kegiatan belajar mengajar dikelas, dan agar selalu menambah wawasan keilmuan dengan baik melalui membaca buku – buku, artikel, dan mengikuti berbagai seminar yang berwawasan agama.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Hamka. 2012. Karakter Guru Profesional Melahirkan
Murid Unggul Menjawab
Tantangan Masa Depan.
Jakarta: Al-Mawardi Prima. Andayani, Dian dan Majid, Abdul.
2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep
Implementasi Kurikulum
2004). Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Asmaran. 1992. Pengantar Studi
Akhlak. Jakarta: Rajawali
Press.
E. Mulyasa. 2008. Standar
Kompetensi dan Sertifikasi Guru.
Bandung: Rosdakarya.
Fathoni, Abdurrahmat. 2006.
Metodologi Penelitian dan
Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Hibermen Michael, Milles Mathew B.
1992. Analisi Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Ihsan, Hamdani, Ihsan, A. Fuad. 2007.
Filsafat Pendidikan Islam.
Kaelan. 2012. Metode Penelitian
Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta:
Paradigma.
Kunandar. 2011. Guru Profesional
Implementasi Implementasi
KTSP dan Persiapan
Menghadapi Sertifikasi Guru.
Jakarta : Rajagrafindo Persada. Moeleong, Lexy J. 2007. Metodologi
penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008. 2008. Tentang Guru. Jakarta: Sinar Grafika. Shahib, Muhammad. 2007.
Al-Qur’anulkarim Terjemah
Tafsir Perkata. Bandung:
Sygma dan Syamil Quran. Sinaga Hasanudin dan Zahruddin A R.
2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Siregar, Syofian. 2013. Metode
Penelitian Kuantitatif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup. Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi
Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.
Tatapangarsa, Humaidi. 1984.
Pengantar Kuliah Akhlak. Surabaya:
PT Bina Ilmu.
Tim Perumus Cipayung. 2003.
Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Pengelolaan
Kurikulum Berbasis Madrasah
(Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak Untuk Madrasah
Tsanawiyah). Departemen
Agama RI.
Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. 2008.
Tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Sinar Grafika.
Yumansyah, Taufik. 2008. Buku
Aqidah Akhlak cetakan
pertama. Jakarta: Grafindo