FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB
AL-ISHLAH PURWADADI KABUPATEN SUBANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus
Oleh :
UKEU SUKMAYANTI NIM. 1004918
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN
KOMUNIKASI LISAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB
AL-ISHLAH PURWADADI KABUPATEN SUBANG
Oleh :
Ukeu Sukmayanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ukeu Sukmayanti 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
LEMBAR PENGESAHAN
Ukeu Sukmayanti 1004918
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN PADA SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB
AL-ISHLAH PURWADADI KABUPATEN SUBANG
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I
Dr. Permanarian Somad,M.Pd. NIP: 195404081981032001
Pembimbing II
Dr. Mussyafak Assyari,M.Pd.
NIP: 195505161981011001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Khusus
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B. Fokus Masalah ... 4
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 5
E. Struktur Organisasi ... 5
BAB II KAJIAN TEORI ... 7
A. Konsep Dasar Tunarungu ... 7
1. Pengertian Anak Tunarungu ... 7
2. Klasifikasi Tunarungu ... 10
3. Dampak Dari Ketunarunguan ... 11
B. Konsep Dasar Komunikasi Lisan ... 15
1. Pengertian Komunikasi Lisan ... 15
2. Perolehan Bahasa Lisan Pada Anak Tunarungu ... 18
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Lisan 23 BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A.Pendekatan dan Metode Penelitian ... 30
1. Pendekatan Penelitian ... 30
2. Metode Penelitian... 30
B. Teknik Pengumpulan Data ... 41
1. Observasi ... 41
2.Wawancara ... 42
3. Studi Dokumentasi ... 48
C.Pengolahan dan Analisis Data ... 49
D.Uji Validitas Data Penelitian ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97
A.Kesimpulan ... 97
B.Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... 106
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN KOMUNIKASI LISAN SISWA TUNARUNGU KELAS VII DI SLB AL
ISHLAH PURWADADI KABUPATEN SUBANG
(Studi Kasus Deskriptif Kualitatif Pada Siswa Tunarungu Kelas VII SMPLB di SLB Al-Ishlah Kabupaten Subang)
Komunikasi merupakan hal terpenting dalam pemenuhan kebutuhan manusia, begitupun halnya dengan anak tunarungu, meskipun mereka memiliki hambatan dalam pendengarannya tetapi mereka perlu juga dibina komunikasinya. Walaupun komunikasi lisan bukan satu-satunya alat komunikasi namun berbicara adalah alat komunikasi yang paling epektif dan paling banyak dipahami orang lain, tetapi pada kenyataannya keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu berbeda-beda, ada yang dapat dipahami dan ada yang tidak dapat dipahami, dari keempat siswa kelas VII yang dapat dipahami komunikasi lisannya adalah RA dan yang tidak dapat dipahami PM, EB dan AF, karena itu peneliti ingin sekali dapat mengetahui apa yang menjadi faktor-faktor pendukung maupun faktor-faktor penghambat keterampilan komunikasi lisan mereka, untuk itu peneliti menggunakan metode Desktiptif Kualitatif, dan sebagai objek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII di SLB Al Ishlah Kabupaten Subang. Setelah dilakukan penelitian dengan pengambilan data melalui wawancara terhadap guru, orangtua, teman dan siswa itu sendiri, juga melalui observasi untuk mengamati bagaimana keterampilan komunikasi lisan mereka dan apa yang menjadi faktor-faktor pendukung juga faktor-faktor-faktor-faktor penghambat kemampuan keterampilan komunikasi lisan mereka. Penelitian dilakukan selama 3 (tiga) bulan dan hasil akhir adalah bahwa keterampilan komunikasi lisan mereka dipengaruhi oleh derajat kehilangan pendengaran, penanganan orangtua, kreativitas guru dan pengaruh dari lingkungan pergaulan dan lain sebagainya.
ABSTRACT
FACTORS AFFECTING ORAL COMMUNICATION SKILLS CLASS VII DEAF STUDENT IN DISTRICT SLB AL ISHLAH PURWADADI SUBANG
(Descriptive Qualitative Case Study of Deaf Students in Class VII SMPLB SLB Al-Ishlah Subang)
Communication is the cornerstone of human needs, as do the children with hearing impairment, although they have obstacles in his hearing, but they should also be fostered communication. Although oral communication is not the only means of communication but talking is a communication tool that most epektif and most widely understood other people, but in reality oral communication skills in deaf students is different, no one can understand and there that can not be understood, from the fourth seventh grade students who can understand verbal communication is RA and incomprehensible PM, EB and AF, because the researchers wanted to be able to know what the factors supporting and inhibiting factors of their oral communication skills, to the researchers used a method Qualitative desktiptif, and as an object of research is the students of class VII in SLB Al Ishlah Subang. After doing research with data collection through interviews with teachers, parents, friends and students themselves, as well as through observation to observe how their oral communication skills, and what the factors are also supporting factors inhibiting the ability of their oral communication skills. The study was conducted for 3 (three) months and the end result is that their oral communication skills are influenced by the degree of hearing loss, handling parents, teachers creativity and influence of the social environment and so forth.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan komunikasi lisan dianggap mencerminkan kemampuan
komunikasi lisan seorang anak secara keseluruhan. Komunikasi lisan terdiri dari
berbagai bunyi yang dibuat orang dengan mulut mereka untuk berkomunikasi. Hal
tersebut diukur dengan membandingkan berbagai bunyi yang digunakan
seseorang dengan norma-norma yang ada bagi kelompok seusianya. Tiap anak
pada umumnya belajar berbicara atau berkomunikasi lisan dari ibunya, dan
orang-orang di sekitarnya, makin bertambah usianya, makin terlatih pula daya
mendengar dan menirukan suara-suara yang didengarnya. Dengan
berulang-ulangnya situasi dan pengamatan yang diiringi dengan penangkapan bahasa lisan,
maka tumbuh dan berkembang pula pengertian, apa yang diucapkan oleh orang
lain. Melalui nalurinya mencoba meniru mengucapkan kata dan ujaran yang
didengarnya.
Proses di atas tidak terjadi pada anak tunarungu sejak lahir, ia tidak bisa
membedakan peranan utama pada kata dan kalimat yang tampak dan terbayang
pada ingatannya hanya gerakan bibir dan mimik si pembicara, pada anak
tunarungu yang kehilangan pendengaran sangat berat sedikit harapan ada
dorongan untuk meniru suara karena tidak ada rangsangan pada indera
pendengarannya, apa itu “suara” ia tidak mengerti. Satu-satunya jalan untuk menangkap bahasa adalah melalui indera penglihatannya.
Anak kecil yang mendengar senang meniru bunyi dan suara-suara yang
didengarnya, secepat itu ia tahu dan dapat membuat suara seperti yang
didengarnya walaupun tidak sempurna, peristiwa itu biasa disebut “meraban”.
Selama hidupnya anak beberapa kali mengulang satu kata atau lebih,
menguraikan kata-kata dalam berkomunikasi lisan, sedangkan pada anak
tunarungu mengalami fase meraban sebagai awal perkembangan bicara akan
tetapi perlu adanya stimulus maupun motivasi, karena itu perlu diusahakan agar
anak tunarungu tersebut segera mempergunakan indera penglihatannya sebagai
alat untuk mendapatkan bahasa. Melalui penglihatannya ia harus mencoba meniru
dan menangkap ujaran orang lain, dan mencoba mengujarkannya kembali
(berbicara). Anak tunarungu tidak dapat mengembangkan kemampuan berbahasa
lisannya sendiri tanpa ada orang yang melatih atau menuntunnya, karena itu
perkembangan bahasa bicara selanjutnya memerlukan pembinaan secara khusus
dan intensif, sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan
lainnya, sedangkan setiap orang walaupun dia tunarungu harus berusaha untuk
memiliki keterampilan komunikasi yang dapat dipahami oleh orang lain agar
dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.
Dalam komunikasi lisan, bahasa adalah sesuatu yang diujarkan, hal ini
berarti proses penyampaian pesan yaitu berbicara dan proses penerima pesan yaitu
mendengar, dan pesan harus tersampaikan dengan baik dan dimengerti oleh si
penerima pesan dan ini dapat dinamakan proses berkomunikasi berhasil. Tetapi
pada kenyataan yang terjadi setelah anak tunarungu mulai menginjak
remaja,terlihat berbeda-beda tingkat kemampuan komunikasi lisan mereka. Ada
yang dapat dipahami ada juga yang tidak dapat dipahami, seperti terlihat pada
percakapan antar siswa kelas VII SDLB di SLB Al-Ishlah Purwadadi Kabupaten
Subang yang dilaksanakan pada hari Senin, Tanggal 20 Januari 2014.
Guru : “ Kamu di rumah sama siapa?”
EB : “ Baba, aya, ayi…” (tidak dapat dipahami)
RA : “ Papa, mama…” (dapat dipahami)
Guru :” Kemarin kamu di rumah melakukan apa ?”
EB :” Ui bau, baai, uop..pi..” (tidak dapat dipahami)
RA :” Capu, pel, nyuhi tepatu…” (dapat dipahami)
PM : “ Paih, pel, hapu…”(tidak dapat dipahami)
AF : “ pah..” (tidak dapat dipahami)
3
EB :” au lat bau..”, sambil memegang kepala dan mengisyaratkan dia
sedang bingung. (tidak dapat dipahami)
PM :” pah?” Tanya putri pada EB
EB :” manyiu ,pahap hi pah..” dia menjelaskan dengan isyarat kalau
pinsilnya tidak ada. (tidak dapat dipahami)
RA :” Pincil Ehi euweuh..”. (dapat dipahami)
Guru :” AF, lihat pinsil EB?”
AF :” Buh..ba..bah..”. (tidak dapat dipahami)
Dari percakapan di atas dapat terlihat bahasa lisan mereka sangat bervariasi
ada yang dapat dipahami dan ada juga yang tidak dapat dipahami oleh guru.
Dapat dipahami Tidak dapat dipahami
RA PM
EB
AF
Dari deskripsi di atas dapat terlihat kemampuan komunikasi lisan mereka
berbeda-beda, ada yang dapat dipahami dan ada yang tidak dapat dipahami,
sedangkan derajat kehilangan pendengaran RA dan AF sama diantara 50-60dB
tetapi kemampuan komunikasi lisan mereka berbeda begitu juga PM dan EB,
mereka mengalami kehilangan pendengaran berat sekitar 100-110dB dan mereka
pun mempunyai kemampuan komunikasi lisan yang berbeda, karena hal tersebut
di atas penulis mencoba untuk mengamati mengapa kemampuan komunikasi lisan
mereka tidak sama, apa yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan komunikasi lisan mereka, sehingga dalam penelitian ini penulis
mempelajari skripsi tentang “ Sistem Komunikasi Siswa Tunarungu” (Studi Kasus
Pada Siswa Tunarungu Tingkat SMPLB Kelas LAnjutan 2 di SLB B YP3 ATR 1
B. Fokus Masalah
Adapun yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah tertuju kepada
“Bagaimana Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Lisan Pada Siswa Tunarungu Kelas VII SMPLB di SLB AL-ISHLAH PURWADADI?
Dengan subfokus masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi objektif keterampilan komunikasi lisan pada siswa
tunarungu Kelas VII ?
2. Apa saja yang mempengaruhi sehingga siswa memiliki keterampilan
komunikasi lisan?
3. Apa saja yang menjadi hambatan bagi orangtua dan guru dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu Kelas VII?
4. Upaya upaya apa saja yang dilakukan oleh orangtua dan guru untuk mengatasi
hambatan dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan pada siswa
tunarungu kelas VII?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kemampuan keterampilan komunikasi lisan pada
siswatunarungu kelas VII
2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi
lisan pada siswa tunarungu Kelas VII
3. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat
keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu Kelas VII
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Orangtua
Bagi orangtua hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk
menambah ilmu dalam melayani anak yang mempunyai kebutuhan khusus
2. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan untuk
sekolah dalam pengoptimalan keterampilan komunikasi lisan siswa
tunarungu
b. Bagi SLB B, khususnya SLB AL-ISLAH PURWADADI hasil penelitian ini
dapat menjadi salah satu masukan untuk sekolah dalam pengoptimalan
keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu
E.Struktur Organisasi
Dalam penulisan penelitian deskriptif kualitatif ini tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan pada siswa tunarungu kelas
VII terdiri dari lima Bab.
Dengan penulisan sebagai berikut :
Bab I merupakan Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus
Penelitian yang disertai pertanyaan penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, dan sistematika penulisan. Uraian dalam Bab I ini dimaksudkan
untuk memberikan gambaran secara umum tentang keseluruhan tulisan serta
batasan masalah yang diuraikan oleh penulis pembahasannya.
Bab II menguraikan tentang teori pengembangan dari berbagai pertanyaan
pertanyaan masalah pada fokus penelitian yang diteliti dengan sub bab sebagai
berikut :
A. Konsep Dasar Anak Tunarungu, B. Konsep Dasar Komunikasi Lisan, C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Lisan.
Bab III membahas tentang metodologi Penelitian Kualitatif yang digunakan
susunan penulisannya meliputi Tempat Penelitian, Subjek Penelitian,
Instrumen Penelitian, Tehnik Analisis Data.
Dalam Bab IV membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab hasil
penelitian dan pembahasan ini terdiri dari dua hal utama, yaitu :
1. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan
dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian
yaitu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi
lisan kelas VII SMPLB di SLB AL-ISHLAH Purwadadi kabupaten Subang
2. Pembahasan atau analisis dari data yang dihasilkan dari lapangan dan
mendeskripsikan.
Sedangkan dalam Bab terakhir yaitu Bab V tentang Kesimpulan dan Saran.
Bab kesimpulan dan Saran ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti
terhadap hasil analisis penelitian, penulisannya dengan cara uraian padat. Saran
yang ditulis setelah kesimpulan ditujukan kepada guru dan orangtua, para
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada
permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan siswa kelas VII, sehingga peneliti
memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara mendalam dan tidak
dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam
bentuk kualitatif. Hal ini merujuk pada pendapat Moleong (2005:3) bahwa:
“penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
prilaku yang diamati”
Lebih lanjut Nasution (2002:9) menjelaskan bahwa dalam penelitian
kualitatif, peneliti sebagai instrument penelitian. Peneliti adalah “key instrument”
atau alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri dengan pengamatan atau
wawancara tak berstruktur sehingga dapat menyelami dan memahami makna
interaksi antar manusia secara mendalam dengan dibantu oleh pedoman
wawancara dan observasi.
Alasan pemilihan pendekatan ini, karena sesuai dengan masalah dan
tujuan yang ingin diperoleh dan tidak untuk menguji hipotesis tetapi berusaha
untuk memperoleh gambaran yang nyata dengan kondisi dilapangan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi lisan pada siswa tunarungu.
2. Metode Penelitian
Berdasarkan fokus pembahasan dalam penelitian ini, yakni ingin
mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan,
yang digunakan adalah metode deskrptif dengan menggunakan penelitian
kualitatif. Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian, fenomena-fenomena yang sedang terjadi dan
berhubungan dengan kondisi masa kini. Metode deskriptif berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai kondisi yang ada
dilapangan. (Sukardi, 2004:57).
Dipilihnya metode deskriptif dalam penelitian ini karena metode ini
memfokuskan perhatian pada suatu fenomena yang aktual dan
menggambarkannya secara mendalam sesuai kondisi dilapangan.
a. Lokasi penelitian
Menurut Nasution (2003:43) lokasi penelitian menunjukan pada
pengertian tempat atau lokasi penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu
pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun lokasi penelitian ini
adalah :
Nama Sekolah : SLB AL-Ishlah PUI Purwadadi
Alamat Sekolah : Jl. Pasirbungur No. 66 Purwadadi Subang
Status Sekolah : Swasta
Ijin Operasional : No. 421-9/04/SLB-PPTSP tanggal 15 Mei2008
Status Tanah : Milik PUI
Status Bangunan : Milik PUI
Waktu Belajar : Pagi hari
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kepala sekolah : 1 orang
32
Jumlah guru : 10 orang guru sukwan
A. Keadaan Sarana dan Prasarana
1. Meubeulair dan Alat Rumah Tangga
a. Meja Kepala Sekolah : 1 buah
b. Meja Guru : 4 Buah
c. Meja/Kursi Siswa : 15 Stel
d. Lemari : 2 buah
e. Rak Buku : 1 buah
f. Filling kabinet : 1 buah
g. Kursi tamu : 2 buah
h. Komputer : 3 buah
i. Leptop : 2 buah
j. Infokus : 1 buah
k. Radio/tape : 1 buah
l. Televisi : 1 buah
m. VCD : 1 buah
2. Alat keterampilan
a. Mesin Jahit : 1 Buah
b. Mesin Obras : 1 Buah
B. Kondisi Fisik Sekolah
Luas tanah : 4310 m2
Jumlah, Status Bangunan : 4 lokal
Keadaan bangunan : Rusak sedang
Ruang belajar : 3 lokal
Ruang kantor : 1 lokal
Wc : 1 lokal
Dapur : 1 lokal
C. Keadaan Siswa
Tuna Rungu 14 orang, Tuna Grahita 14 Orang dan Tuna Daksa 8 orang.
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kepala sekolah : 1 Orang
TU : 1 Orang
Jumlah guru : 10 Orang
D. Keadaan Sarana dan Prasarana
1. Meubeulair dan Alat Rumah Tangga
a. Meja Kepala Sekolah : 1 buah
b. Meja Guru : 4 Buah
c. Meja/Kursi Siswa : 15 Stel
d. Lemari : 2 buah
e. Rak Buku : 1 buah
f. Filling kabinet : 1 buah
g. Kursi tamu : 2 buah
h. Komputer : 3 buah
i. Leptop : 2 buah
j. Infokus : 1 buah
k. Radio/tape : 1 buah
l. Televisi : 1 buah
m. VCD : 1 buah
2. Alat keterampilan
a. Mesin Jahit : 1 Buah
b. Mesin Obras : 1 Buah
E. Keadaan Siswa
Penelitian ini ditujukan kepada siswa tunarungu kelas VII SMPLB, terdiri
dari empat (4) siswa tunarungu di SLB AL-ISHLAH Kabupaten Subang, yaitu
terdiri dari :
Nama Lengkap : Rully Aditya Putra
Nama Panggilan : Rully
Derajat Kehilangan Pendengaran : 50-60 dB
Tempat/tanggal lahir : Subang, 13-12-2000
Agama : Islam
Alamat : Kp. Gardu Rt 13/06
Desa Wanakerta - Subang
Usia : 14 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Urutan ke : 1 (satu)
Sekolah : SLB Al-Ishlah Purwadadi
Kelas : VI SDLB
Identitas Orang Tua Ayah
Nama : Agus Taman
Usia : 37 thn
Agama : Islam
36
Desa Wanakerta - Subang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Ibu
Nama : Eti Susilawati
Usia : 32 thn
Agama : Islam
Alamat : Kp. Gardu Rt 13/06
Desa Wanakerta - Subang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Nama Lengkap : Putri Maloka Argadireja
Nama Panggilan : Putri
Derajat Kehilangan Pendengaran : 100-110dB
Tempat/tanggal lahir : Subang, 22-10-2001
Agama : Islam
Alamat : Dusun Cidangder Rt.12/03
Pasirbungur- Subang
Usia : 13 thn
Sekolah : SLB Al-Ishlah Purwadadi
Kelas : VI SDLB
Identitas Orang Tua Ayah
Nama : Drs. Apit Argadirejdja (Alm)
Usia : -
Agama : Islam
Alamat : Dusun Cidangder Rt.12/03
Pasirbungur- Subang
Pendidikan : DIPLOMA IV/STRATA 1
Pekerjaan : -
Ibu
Nama : Hj. Titiek Sunarti
Usia : 47 thn
Agama : Islam
Alamat : Dusun Cidangder Rt.12/03
Pasirbungur- Subang
Pendidikan : DIPLOMA III/SARJANA MUDA
38
Nama Lengkap : Ekky Berliana
Nama Panggilan : Ekky
Derajat Kehilangan Pendengaran : 100-110 dB
Tempat/tanggal lahir : Subang, 02 Juni 1999
Agama : Islam
Alamat : Desa Pagon
Kecamatan Purwadadi-Subang
Usia : 15 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak Urutan ke : 1 (satu) dari 2 bersaudara
Sekolah : SLB Al-Ishlah Purwadadi
Kelas : VI SDLB
Identitas Orang Tua Ayah
Nama : Dadang Suganda
Usia : 38 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Desa Pagon, Kecamatan Purwadadi
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu
Nama : Nunung
Usia : 33 Tahun
Agama : islam
Alamat : Desa Pagon, Kecamatan Purwadadi
Pendidikan : SLTA
Nama Lengkap : Agni Fauziah
Nama Panggilan : Agni
Derajat Kehilangan Pendengaran : 50-60 dB
Tempat/tanggal lahir : Subang, 13-07-1998
Agama : Islam
Alamat : Kp. Jambe Anom Rt 07/02
Desa Purwadadi Barat - Subang
Usia : 16 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Urutan ke : 3 (tiga)
Sekolah : SLB Al-Ishlah Purwadadi
Kelas : VII
Identitas Orang Tua Ayah
Nama : Oman Nurohman
Usia : 47 thn
Agama : Islam
Alamat : Kp. Jambe Anom Rt 07/02
40
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu
Nama : Eti Suhaeti
Usia : 42 thn
Agama : Islam
Alamat : Kp. Jambe Anom Rt 07/02
Desa Purwadai Barat - Subang
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Subjek penelitian sebagaimana yang dikemukakan oleh Spradley (1979)
dalam Basrowi & Suwandi (2008: 93) merupakan sumber informasi, sedangkan
moleong (2005) mengemukakan bahwa subjek penelitian ialah orang dalam pada
latar penelitian. Sedangkan subjek penelitian yang menjadi sampel penelitiannya
seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1996:32) bahwa:
“Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa,
manusia, situasi yang diobservasi. Sering sampel dipilih secara purposive
bertalian dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering pula responden
diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi
kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan seterusnya.
Cara ini lazim disebut snawball sampling yang dilakukan secara
berurutan”.
Jadi subjek penelitian kualitatif adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran
penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposive
yang berhubungan dengan tujuan tertentu. Berdasarkan uraian tersebut, maka
subjek yang diteliti akan ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan
masalah dan tujuan penelitian atau purposive. Subjek penelitian tersebut terdiri
B.Teknik Pengumpulan Data
Pada pelaksanaan penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan
peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan terhadap :
a. Anak, yaitu mengamati keterampilan komunikasi lisan masing-masing anak
dilihat dari cara dia berkomunikasi melalui berbicara dengan guru, teman dan
lingkungan sekitar dalam percakapan sehari-hari di sekolah.
b. Guru, yaitu mengamati perlakuan guru terhadap siswa dalam
mengembangkan komunikasi lisannya di sekolah dan metode yang digunakan
dalam berkomunikasi dengan siswa
c. Peralatan yang menunjang,yaitu mengamati peralatan yang menunjang
dalam pengembangan komunikasi lisan anak, seperti ABM, fasilitas belajar
BKPBI, artikulasi dsb.
d. Kondisi anak, melihat catatan yang ada di sekolah mengenai derajat
kehilangan pendengaran, tingkat kecerdasan, dan mengamati motivasi belajar
siswa.
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap
objek penelitian untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas tentang kehidupan
sosial yang wajar dan sebenarnya sukar diperoleh dengan metode-metode lain
(Nasution, 1997:122). Observasi merupakan suatu aktifitas penelitian dalam
rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui
proses pengamatan langsung terhadap objek penelitian dilapangan.
Observasi merupakan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial
yang terjadi dengan melakukan pengamatan dan pencatatan untuk mendapatkan
gambaran yang nyata mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
lisan siswa tunarungu. Peneliti melakukan observasi mengenai faktor-faktor apa
yang mempengaruhi komunikasi lisan pada siswa tunarungu kelas VII di SLB
42
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap :
a. Anak, dengan cara bertanya kepada anak sehingga dapat diketahui sejauh
mana kemampuan keterampilan mereka dalam berkomunikasi lisan.
b. Orangtua, yaitu dengan memberikan instrumen dan bertanya secara langsung
kepada orang tua mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pola asuh
orangtua dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan anak,
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan komunikasi lisan
anak, dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh orangtua dalam mengatasi
hambatan-hambatan tersebut
c. Guru, memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada guru mengenai metode
komunikasi yang digunakan dalam berkomunikasi dengan siswa,
hambatan-hambatan yang dihadapi dalam mengembangkan keterampilan komunikasi
lisan siswa dan upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi
hambatan-hambatan tersebut.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk memperoleh informasi dan data yang faktual. Berkaitan dengan hal
tersebut, Basrowi dan Suwandi, (2008:127) menjelaskan bahwa wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara sebagai pengaju pertanyaan dan yang diwawancarai
sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.
Adapun tujuan dari wawancara seperti yang dikemukakan oleh Nasution
(1997:73), yaitu:
“tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, tentang bagaimana pandangannya tentang dunia,
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
( Studi Deskriptif kualitatif di SLB AL-ISHLAH KAB. SUBANG )
44
INSTRUMEN WAWANCARA
Topik Subjek Pertanyaan Wawancara
Topik I Rully A,Agni F, Putri M, Ekky B
Siapakah namamu?
Rumahmu dimana?
Kamu punya adik?siapa namanya?
Kamu punya kakak? Siapa namanya?
Kamu suka apa?
Kamu suka makanan apa?
Siapa nama ibumu?
Siapa nama ayahmu?
Berapa umurmu?
Kamu suka lihat sepak Bola? Dimana?
Di rumah suka apa saja?
Siapa nama teman di rumah?
Apakah temanmu bisa mendengar
Kamu sering mengobrol dengan ibu?
Kamu sering mengobrol dengan bapak?
Kamu sering ngobrol dengan teman?
Topik 2 Orang Tua Dengan siapa anak ibu bergaul di rumah? Dengan sesama anak tunarungu atau anak
pada umumnya?
Siapa saja yang lebih dekat dengan
anak?ibu atau bapak?ataukah saudara yang
lainnya?dan bagaimana selama ini mereka
berkomunikasi dengan anak ibu?
Apakah anak ibu dari sejak kecil sudah
bergaul dan sering menggunakan alat
Upaya apa yang sudah ibu lakukan agar
anak dapat berkomunikasi lisan?
Apakah ibu sudah melakukan percobaan
seperti melatih pernafasan anak?
Dengan cara apa ibu melatih pernafasan
anak?
Apakah ibu juga sudah melakukan cara lain
selain melatih pernafasan?
Seperti apa latihan yang selama ini sudak
dilakukan oleh anak dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi
lisannya?
Selain latihan-latihan apa saja yang sudah
dilakukan oleh ibu untuk mengembangkan
komunikasi anak?
Hambatan Apa saja yang ibu hadapi dalam
mengembangkan komunikasi lisan anak?
Sementara itu apa yang ibu lakukan
46
Topik 3 Guru Bagaimana pendekatan ibu kepada siswa pada saat mengajar?
Metode komunikasi apa yang digunakan
pada siswa?
Apakah siswa belajar artikulasi dan BKPBI
secara khusus dan berkesinambungan?
Bagaimana cara ibu menanamkan motivasi
belajar setiap siswa?
Siapakah yang paling bersemangat belajar
di anatara siswa kelas VII?
Di sekolah metode komunikasi apa yang
paling utama diajarkan pada anak
tunarungu?
Siapakah di antara anak tunarungu yang
paling senang belajar berkomunikasi lisan?
Upaya-upaya apa saja yang sudah dilakukan
oleh ibu agar siswa dapat berkomunikasi
lisan dengan baik?
Apakah ibu sudah melatih pernafasan pada
siswa ? berkelanjutankah latihan tersebut?
mengembangkan keterampilan komunikasi
lisannya?
Selama ini hambatan apa saja yang ibu
temui untuk mengembangkan komunikasi
lisan anak dan upaya-paya apa yang ibu
lakukan untuk mengatasi hambatan
tersebut?
Topik 4 Teman Bagaimana cara kamu mengobrol dengannya?
Apakah dia mengerti ketika kamu
mengucapkan sesuatu padanya tanpa
menggunakan isyarat atau gerak tubuh?
Apakah dia sering mengajak mengobrol?
Apa yang dilakukannya ketika kamu tidak
mengerti saat dia mengungkapkan sesuatu?
Apakah dia banyak bertanya tentang
sesuatu yang ingin diketahuinya saat
bermain?
Apakah dia selalu ingin belajar berbicara
48
3. Studi Dokumentasi
Dilakukan dengan cara pengumpulan, menganalisis dokumen-dokumen,
catatan-catatan yang penting dan berhubungan serta dapat memberikan data-data
untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian. Berkaitan dengan hal
tersebut, Basrowi dan Suwandi (2008:158) mengatakan bahwa metode ini
merupakan suatu cara pengumpulan data yang mengahasilkan catatan-catatan
penting yang berhubungan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data
yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan.
Dalam penelitian ini, studi dokumentasi diperoleh dari data primer dan
sekunder, sumber yang berupa data primer berupa kata-kata atau tindakan yang
dapat diperoleh dari situasi alami yang terjadi dilingkungan sekolah, baik dari
guru mapun para siswa. Data sekunder berupa dokumen tertulis dan foto-foto.
Studi dokumenter dilakukan terhadap dokumen-dokumen tertulis
misalnya: 1) buku data siswa, 2) catatan mengenai derajat kehilangan
pendengaran dan tingkat kecerdasan,3)arsip-arsip lain yang ada disekolah,
terutama yang berhubungan dengan penelitian. Dokumentasi ini digunakan tidak
hanya berfungsi sebagai data pelengkap dari data yang diperoleh melalui sumber
data primer, akan tetapi digunakan untuk menjelaskan, menguji, menafsirkan,
menganalisis data yang berkaitan dengan fokus penelitian.
4. Studi Literatur
Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang disebut dengan kajian
pustaka, yaitu mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis
sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya yaitu untuk
mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti, karena teori
benar dan sesuai dengan kerangka berfikir ilmiah. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi tambahan yang dapat menunjang masalah yang akan
diteliti. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan literatur yang
berkaitan erat dengan keterampilan komunikasi lisan..
C.Pengolahan dan Analisis Data
Menurut Sugiono (2010:244), mengemukakan bahwa: analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sisematis dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melaksanakan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain. Untuk data yang
diperoleh hasil wawancara, observasi, catatan peneliti, kajian litelatur dan studi
dokumentasi akan diolah serta dianalisis sehingga data-data tersebut dapat
memiliki arti agar dapat menjawab pertanyaan yang terdapat dalam rumusan
masalah penelitian tersebut.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang peneliti dapatkan, yaitu dari
hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan studi literatur maka peneliti
melakukan prosedur pengolahan dan analisis dari hasil pengumpulan data.
Dimana proses analisis data ini dimulai dengan menelaah, memeriksa seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi, dokumentasi,
studi literatur. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel.
D.Uji Validitas Data Penelitian
Validitas data dilakukan untuk membuktikan kesesuian apa yang telah
diamati dengan fakta yang sesungguhnya terjadi dilapangan, validitas data dalam
penelitian ini dilakukan melalui teknik :
50
Untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjang masa
observasi sangat diperlukan karena dengan waktu yang lebih lama dilapangan
peneliti akan mengetahui keadaan secara mendalam serta dapat menguji absah
tidaknya suatu data penelitian baik yang disebabkan oleh peneliti itu sendiri atau
oleh subjek penelitian. Usaha peneliti dalam memperpanjang masa observasi yaitu
dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu
seefisien mungkin, misalnya dengan melakukan pertemuan berupa percakapan
informal, hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih memahami kondisi sumber data.
2. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan kembali secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka
peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan
itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka,
peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa
yang diamati.
3. Triangulasi
Triangulasi menurut sugiono (2010:372) merupakan ’pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu’.
Menurut sugiono (2010:247) ada tiga macam triangulasi antara lain:
a. Triangulasi sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data yang diperoleh dari melalui beberapa sumber.
b. Triangulasi teknik yaitu, yaitu untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda.
c. Triangulasi waktu dilaksanakan dalam rangka pengujian kredibilitas yang
dapat dilakukan dengan cara pengecekan wawancara, observasi dalam waktu
dan situasi yang berbeda.
E.Prosedur Penelitian di Lapangan
Dalam setiap proses penelitian kualitatif batas antara satu tahapan dengan
perubahan sepanjang penelitian dilaksanakan. Mengenai tahap penelitian, yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap penelitian sebagai berikut:
1. Tahap Pra penelitian:
Tahap ini meliputi berbagai studi kepustakaan, membuat desain penelitian,
melaksanakan bimbingan intensif, menentukkan lokasi penelitian, mengurus
perizinan, dan menyiapkan kelengkapan kegiatan penelitian lapangan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tahap ini diawali dengan survey pendahuluan ke lokasi penelitian untuk
memperoleh gambaran awal yang sesuai dengan fokus kajian penelitian. Setelah
itu, peneliti mempelajari latar lokasi (setting) subjek yang diteliti, melakukan
pengamatan, wawancara, membuat catatan lapangan, mengambil pola kejadian
secara langsung, dan mengumpulkan berbagai dokumen yang relevan. Dalam
kegiatan ini juga peneliti melakukan kegiatan analisis data secara bertahap.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Tahap analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan telah
terkumpul. Pada tahap ini peneliti mencoba untuk mengelola dan menganalisis
data yang telah diperoleh dari berbagai sumber. Sugiono (2010:335) menyatakan
bahwa:
“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam ketegori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari , serta membuat kesimpulan sehingga akan
mudah dipahami oleh diri sendiri ataupun orang lain”.
Dalam penelitian ini, pengelolaan dan analisis data dilakukan melalui
proses menyusun, mengkategorikan, menghitung serta mencari kaitan isi dan data
yang telah diperoleh dengan maksud mendapatkan maknanya. Untuk
memudahkan analisis, Nasution (1996:14) menjelaskan bahwa: ”dalam penelitian
52
atau tema, jadi ada penemuan dan kelak dapat dikembangkan menjadi sebuah
teori”.
Adapun proses berjalannya analisis data menurut Sieddel (Moleong,2008:248)
adalah sebagai berikut :
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
c. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan
mengenai studi tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan
komunikasi Lisan Pada SiswaTunarungu Kelas VII”” (Studi Deskriptif Kualitatif
di SLB AL ISHLAH Kabupaten Subang) dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
A. Kesimpulan
1. Kondisi Objektif Keterampilan Komunikasi Lisan Siswa Tunarungu Kelas VII di SLB Al Ishlah
Siswa-siswi kelas VII di SLB AL ISHLAH mempunyai keterampilan
komunikasi yang beragam, dari keempat siswa-siswi tersebut keterampilan
komunikasi lisannya ada yang dapat dipahami oleh guru yaitu RA dan ada
juga yang tidak dapat dipahami oleh guru yaitu PM, EB dan AF, tetapi
siswa yang komunikasi lisannya dapat dipahami, bahasa yang digunakan
banyak menggunakan bahasa sunda sehingga anak tunarungu yang lain
yang hanya menguasai bahasa Indonesia kurang mengerti apa yang
disampaikan oleh temannya tersebut, seperti pada saat dia mengatakan
pada temannya kata “wawah” yang artinya baju, temannya yang hanya
mengerti bahasa Indonesia tidak mengerti apa yang diucapkan siswa
tersebut walaupun siswa tersebut berbicara dengan baik, sedangkan
keterampilan komunikasi lisan siswa yang lainnya yaitu yang tidak dapat
dipahami dalam pengucapannya tetapi dalam penguasaan bahasanya
cukup bagus sehingga pada saat orang tidak mengerti bahasa yang
diucapkan dia menulisnya, walaupun bicaranya tidak dapat dipahami tetapi
dalam berkomunikasi dia selalu menggunakan alat bicaranya sehingga
lama kelamaan orang yang di sekitarnya agak mengerti apa yang dia
98
komunikasi lisan siswa yang lainnya yang juga tidak dapat dipahami, dia
berbicara hanya seperti meraban saja seperti ba,ba,baa tau ah,uh dsb. Dia
sangat sulit untuk mengucapkan kata apalagi kalimat, dia dalam
berkomunikasi lisan sangat tidak dapat dimengerti oleh orang di
sekelilingnya ditambah lagi penguasaan bahasanya sangat kurang,
sehingga menambah kesulitan dia untuk berkomunikasi lisan, dan untuk
subjek yang keempat lebih tidak dipahami dari subjek ketiga, dimana
apapun yang disampaikan oleh orang lain dia selalu mengikuti ucapan
akhir dari lawan bicaranya dan tidak mengerti apa yang diungkapkan
lawan bicaranya. Jadi, kondisi objektif kemampuan keterampilan
komunikasi lisan pada siswa kelas VII sangat beragam, ada yang dapat
dipahami dan tidak dapat dipahami sedangkan kondisi kehilangan
pendengaran mereka sama, dua siswa sama-sama kehilangan pendengaran
sedang dan dua siswa kehilangan pendengaran berat.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi lisan siswa kelas VII di SLB Al Ishlah
a. Faktor Internal, yaitu:
1). Derajat kehilangan pendengaran
Berpengaruh kepada keterampilan komunikasi lisan anak, dimana
anak yang kehilangan pendengaran ringan cenderung lebih mudah
untuk belajar mengucapkan kata-kata, karena dengan dibantu ABM
maka dia dapat memanfaatkan sisa pendengarannya untuk
memperoleh kata-kata. Di sini siswa kelas VII yang berjumlah
empat orang, dua anak mengalami kehilangan pendengaran sedang
yaitu RA dan AF, dan yang lainnya mengalami kehilangan
pendengaran berat, yaitu EB dan PM.
2). Tingkat Kecerdasan
Tingkat kecerdasan sangat berpengaruh pula dalam pemerolehan
bahasa anak sehingga mempermudah dalam berkomunikasi lisan,
dalam keberhasilan komunikasi lisan dalam mencapai tujuan, dan
anak yang memiliki kecerdasan tinggi tentu akan mudah dalam
mempelajari suatu bahasa. RA dilihat dari nilai rata-rata hasil
belajar dan informasi dari guru merupakan siswa yang mempunyai
tingkat kecerdasan tinggi begitu pula dengan PM, sedangkan EB
dan AF dilihat dari nilai rata-rata belajar dan informasi dari guru,
tingkat kecerdasannya lebih rendah dari RA dan PM.
3). Motivasi Belajar
Ini pun sangat berpengaruh kepada keterampilan komunikasi lisan
anak, karena anak yang rajin berlatih dan belajar tentu akan sangat
selalu bersemangat belajar untuk memperkaya kosakatanya, sehingga
kemampuan berbahasanya akan semakin berkembang dan tentu saja hal
itu akan berdampak pada kemampuan keterampilan komunikasi
lisannya. Disini yang mempunyai motivasi belajar tinggi dalam
pelajaran berbahasa yaitu RA dan PM, sedangkan EB dan AF dalam
mata pelajaran yang berhubungan dengan bahasa maupun latihan
berbicara sering mengeluh malas dan kurang bergairah.
b. Faktor Eksternal, yaitu :
1). Faktor penanganan dari orangtua
Orangtua yang melakukan penanganan dari sejak usia dini secara
cepat dan tepat akan sangat berpengaruh pada keterampilan komunikasi
lisan anak, seperti mencari penyebab apa yang menjadikan anak
kehilangan pendengaran, sehingga mungkin akan mencari solusinya,
setelah diketahui melalui beberapa pemeriksaan para ahli maka akan
disimpulkan bagaimana keputusan terakhir, apa yang terjadi pada anak ,
apakah anak harus melakukan operasi pada alat pendengarannya
ataukah anak harus menggunakan ABM sehingga mungkin langkah
selanjutnya adalah melakukan terapi wicara pada anak, selain itu peran
orangtua dalam memperlakukan anak, dimana anak diajak
100
membiasakan anak untuk berkomunikasi secara lisan atau hanya dengan
isyarat, begitu pula bimbingan orangtua saat di rumah seperti
mengajarkan kata-kata pada anak pada setiap kesempatan, atau dengan
cara menempel gambar beserta tulisan namanya di setiap dinding atau
pintu rumah, tentu semua itu akan mempunyai kontribusi yang cukup
besar pada kekayaan bahasa anak tersebut.
Dari hasil wawancara tampak bahwa orangtua yang berusaha
menangani anak dengan baik yaitu RA dan PM, dimana dengan segala
cara orangtua memberikan perhatian dan tindakan-tindakan
semampunya untuk membantu anak dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi lisannya, berbeda dengan orangtua dari EB dan AF yang
asrah dengan keadaan dan tidak berusaha memberi tindakan apapun,
mereka hanya memperlakukan anak dengan diam saja.
2). Penanganan Guru
Orang kedua yang terdekat bagi anak selain orangtua adalah guru,
dimana guru sangat berperan dalam pendidikan komunikasi anak, anak
yang sejak dini mendapat pendidikan tentu berbeda dengan anak yang
terlambat mendapatkan pendidikan, selain itu juga guru akan selalu
melatih, bagaimana anak yang kehilangan pendengaran dapat
mengoptimalkan sisa pendengarannya, baik itu dengan menggunakan
fasilitas lengkap maupun dengan media dan metode yang sederhana,
dan apabila latihan BKPBI dan artikulasi itu dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, tentu akan memberi dampak yang positif pada
komunikasi anak tunarungu baik yang kurang dengar maupun anak
yang kehilangan pendengaran total. Tetapi semua usaha yang dilakukan
oleh guru akan sia-sia apabila siswanya sama sekali tidak mempunyai
motivasi belajar, sehingga apapun yang guru perintahkan siswa tidak
mau mengikuti dengan sungguh-sungguh. Dan guru di SLB Al-Ishlah
ini mengemukakan jika siswa kelas VII yang motivasi belajarnya cukup
tinggi yaitu RA dan PM, sedangkan siswa yang lainnya lebih terlihat
tetapi mereka selalu terlihat murung dan kurang aktif dalam proses
belajar.
3). Faktor Lingkungan (saudara,teman)
Teman juga berpengaruh pada keterampilan komunikasi lisan
karena dapat menimbulkan kebiasaan dalam berkomunikasi, seperti bila
anak setiap hari berkomunikasi secara lisan dengan lawan bicaranya
maka dia akan terbiasa berkomunikasi lisan tapi jika anak terbiasa
lawan bicaranya berkomunikasi dengan menggunakan isyarat, maka
anak akan terbiasa menggunakan isyarat dalam berkomunikasinya,
begitu pula untuk anak tunarungu yang tidak diperbolehkan berteman
mungkin akan tertinggal kemampuan keterampilan komunikasinya
berbeda dengan anak yang bergaul atau berteman, karena dengan secara
langsung maupun tidak langsung anak yang mempunyai teman atau
bergaul akan meniru atau mengikuti kebiasaan temannya, untuk itu
usahakan agar anak bergaul juga dengan anak pada umumnya, agar dia
memperoleh bahasa dari orang-orang di sekelilingnya.
Siswa kelas VII ternyata semuanya selain di sekolah mereka bergaul
dengan anak-anak normal, tetapi menurut teman dan saudara-saudara
yang sering bersama dengan mereka AF tidak pernah berbicara, dia
sangat pendiam dan jika diberi pertanyaan dengan bahasa lisan dia tidak
mengerti dengan isyaratpun harus berulang-ulang, sedangkan RA
menurut teman-temannya , dia sangat supel dan percaya diri, dia selalu
berbicara walaupun kalimat yang digunakan pendek-pendek, sedangkan
PM juga sering berbicara hanya sangat tidak dipahami bahasanya tetapi
dia menjelaskan dengan tulisan dan EB tidak jauh berbeda dengan AF
yang jarang bicara hanya EB selalu menggunakan bahasa isyarat dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya.
4). Terapi Wicara
Anak tunarungu berbeda dengan anak pada umumnya karena
hambatan dalam pendengarannya maka anak tunarungu harus dilatih
102
umumnya yang dapat berkembang sendiri tanpa harus melalui proses
latihan. Sehingga kemampuan berbahasa lisan anak tunarungu yang
memperoleh latihan dari sejak dini akan berbeda dengan kemampuan
berbahasa lisan anak tunarungu yang tidak pernah memperoleh latihan
berbicara. RA dan PM pernah melakukan terapi wicara walaupun hanya
sebentar sedangkan EB dan AF belum pernah melakukan terapi wicara
hanya pernah ke THT dan setelah itu tidak melakukan apa-apa lagi.
3. Hambatan-Hambatan yang dihadapi oleh orangtua dan guru
a. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi oleh Orang Tua adalah :
1). Ekonomi,
faktor ekonomi sangat berpengaruh pada penanganan anak, karena
orangtua tidak dapat memberikan pelayanan yang terbaik pada anak
dikarenakan karena kurangnya biaya, seperti tidak dapat membelikan
ABM, tidak dapat membawa ke terapi, dan kurangnya perhatian karena
sibuk mencari nafkah.
2). Tempat tinggal terpencil,
karena jauhnya jarak ke tempat terapi menjadikan orang tua sulit untuk
membawa anak secara teratur dibawa ke tempat terapi, selain biaya, tentu
saja harus mengorbankan waktu dan tenaga dan itu tidak mudah bagi
orangtua yang mempunyai tempat tinggal terpencil untuk mengembangkan
komunikasi lisan anak ke tempat terapi wicara atau yang lainnya.
3). Kurangnya pengetahuan,
bagi orangtua yang awam terhadap anak tunarungu tentu saja sulit untuk
memberikan pelayanan terbaik pada anaknya, bingung harus berbuat apa
dan akhirnya memberikan penanganan yang salah yang tidak sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
4) Lingkungan yang tidak mendukung,
kadang ada orangtua yang menginginkan anaknya berkomunikasi sama
dengan anak pada umumnya yaitu dengan menggunakan bahasa lisan dan
bahasa isyarat dalam beromunikasi tetapi lingkungan yang tidak
mendukung yang selalu menggunakan gerak tangan saja dapat
menghambat apa yang diinginkan oleh orangtua.
b. Hambatan-Hambatan yang Dihadapi Oleh Guru Adalah :
1) Bahasa, siswa yang di rumahnya menggunakan bahasa yang
berbeda dengan yang digunakan di sekolah, merupakan suatu
penghambat juga, misalnya, siswa di rumah menggunakan bahasa sunda
ketika guru menyampaikan materi pada siswa dengan bahasa Indonesia
anak kurang mengerti, seperti halnya pada Rully, dia artikulasinya bagus
dalam berbicarapun masih dapat dimengerti hanya dalam penggunaan
bahasa lebih banyak bahasa sunda seperti mengucapkan “baju”,dia
mengucapkan “wawah”, mengucapkan “tidak ada”, dia mengucapkan “euweuh”, mengucapkan “mandi”, dia mengucapkan “ibak” dsb. Bagi
guru mungkin masih bisa diatasi tetapi bila Rully berbicara dengan
temannya yang tidak mengerti bahasa sunda itu menjadi penghambat
dalam pencapaian komunikasi.
2). Fasilitas, sebenarnya lebih bagus apabila dalam latihan artikulasi
maupun latihan optimalisasi pendengaran, ada ABM untuk siswa, ada
ruangan kedap suara, ada alat-alat musik, speech trainer atau pun sarana
lainnya yang menunjang untuk latihan, tetapi walaupun fasilitas tidak
lengkap bukan berarti tidak ada latihan untuk siswa, tetapi guru harus
kreatif atau mencari fasilitas penggantinya.
3). Kurang kerja sama antara guru dan orangtua, hal in pun menghambat
apa yang ingin dimaksimalkan oleh guru, tanpa adnya bantuan dari
orangtua, apapun yang dilakukan oleh guru akan terasa sangat sulit,
karena, waktu yang dimiliki oleh guru untuk melatih siswanya sangat
terbatas, sehingga orangtua perlu membantu memaksimalkan
kemampuan anak, memenuhi kebutuhan anak dan mengatasi hambatan
yang dihadapi secara bersama-sama.
4). Malas, terkadang siswa malas untuk mengikuti perintah yang
104
terlaksana karena anak itu sendiri tidak mau mengikuti, misalnya ketika
dilatih berbicara, siswa mengeluh capek atau merasa sakit jika harus terus
menerus berbicara, itu terjadi karena mungkin alat bicaranya jarang
digunakan.
5). Guru mengalami kesulitan ketika mengajarkan kata-kata sifat kepada
siswa tunarungu, karena tidak dapat ditunjukan bentuk konkritnya
berbeda dengan kata benda yang bias dibantu dengan gambar atau
langsung menunjukan bendanya.
4. Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan dalam mengembangkan keterampilan komunikasi lisan siswa tunarungu kelas VII di SLB Al Ishlah
a. Upaya yang dilakukan oleh orangtua
Banyak orangtua yang dapat menerima kekurangan yang ada pada anak
dan tidak sedikit juga yang kurang menerima kekurangan yang ada pada
anak dan akhirnya mentelantarkannya tanpa memberikan pelayanan
yang khusus, begitupun pada keterampilan komunikasi lisan anak
tunarungu, ada orangtua yang benar-benar mengupayakan anaknya
untuk berkomunikasi lisan dengan baik ada pula yang membiarkannya
untuk berkomunikasi hanya dengan isyarat saja, upaya-upaya yang
dilakukannya seperti :
1). Membiasakan anak untuk selalu berkomunikasi secara lisan/berbicara
2). Membawa anak ke terapi wicara dan untuk yang di daerah terpencil
berusaha dengan melatih bicara di rumah dan di sekolah
3). Memasangkan ABM, bila tidak mampu membeli, mengajukan
permohonan bantuan melalui sekolah
4). Selalu mengajarkan kata-kata setiap harinya
5). Memeriksakan kondisi pendengaran anak kepada ahlinya
6). Mencari informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai media untuk
bagaimana mengembangkan keterampilan komunikasi lisan anak.
b. Upaya yang dilakukan oleh guru
1).Selalu berkomunikasi dan bekerja sama dengan orangtua dalam
meningkatkan keterampilan komunikasi lisan anak
2).Melakukan latihan artikulasi semaksimal mungkin
3).Selalu kreatif dalam menciptakan tehnik maupun alat untuk berlatih
BKPBI
4).Selalu mengajak siswa mengobrol pada setiap ada waktu dan
kesempatan
5).Terus melatih pengucapan kata-kata dan memperkaya kosakata
B.Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan diatas maka melalui
skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa saran kepada pihak-pihak yang
terkait dengan hasil penelitian ini, terutama pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Untuk Sekolah
a. Lebih ditingkatkan lagi pelayanan untuk siswa tunarungu dengan
meningkatkan fasilitas untuk pembelajaran BKPBI dan Artikulasi serta
berusaha untuk memakaikan ABM kepada siswa yang derajat kehilangan
pendengarannya berat..
b. Lebih ditingkatkan lagi kerjasama antara guru dan orangtua dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi anak juga upaya untuk
mengatasi hambatan dalam meningkatkan keterampilan komunikasi lisan
anak..
2. Untuk Kepala Sekolah
Terus berupaya untuk lebih mengembangkan kemempuan komunikasi
pada diri siswa khususnya dilingkungan sekolah dengan menambah strategi
yaitu:
a. Kepala sekolah harus lebih berinovasi dalam membuat rencana kegiatan
106
b. Lebih ditingkatkan lagi dalam melakukan kerjasama dengan berbagai pihak
seperti orangtua, murid, dan tenaga kependidikan lainnya dalam
memecahkan masalah yang dihadapi tentang keterampilan komunikasi
siswa.
c. Memberikan kesempatan kepada guru-guru dalam pelatihan atau diklat
serta seminar-seminar dalam rangka meningkatkan kualitas dan profesional
guru.
1. Untuk seluruh staf guru khususnya guru Bahasa Indonesia
Guru memegang peranan sentral dalam keberhasilan dalam bahasa untuk
berkomunikasi, maka dari itu guru diharapkan terus melakukan pembinaan,
pengarahan, dan inovasi dalam pembelajaran supaya dapat mengembangkan
komunikasi siswa terutama komunikasi lisan, seperti :
a. Lebih dapat menciptakan suasana belajar yang memungkinkan untuk siswa
berlatih komunikasi terutama komunikasi lisan, terus memperkaya
perbendaharaan kata-kata, agar anak lebih memahami bahasa yang
digunakan terutama bahasa Indonesia.
b. Terus menumbuhkan motivasi belajar siswa terutama dalam berkomunikasi,
dan menyelaraskan komunikasi mereka sesuai dengan tingkat kemampuan
berbahasa dan derajat kehilangan pendengaran mereka..
2. Untuk Orang Tua
Bagi semua orangtua anak tunarungu diharapkan agar dapat membantu
para guru untuk melatih kemampuan komunikasi anak tunarungu dengan cara
bekerja sama dengan guru untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan anak
dan bersama sama berupaya untuk meningkatlkan keterampilan komunikasinya
terutama komunikasi lisan, dan sebaiknya orangtua tidak selalu pasrah dengan
keadaan yang ada tetapi harus terus berusaha meminimalkan kekurangan atau
5. Untuk Siswa
Siswa diharapkan terus belajar dengan tekun dan penuh disiplin demi
meningkatkan keterampilan komunikasi terutama komunikasi lisan.
Biasakanlah diri kita untuk senatiasa berusaha belajar dan jauh dari rasa malas,
dalam melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk guru bila sedang berada di
sekolah dan sesuai petunjuk orangtua bila di rumah, membiasakan bertanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan, berhati-hati dalam memilih teman
pergaulan karena dapat memberikan pengaruh pada diri kita.
6. Untuk Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi
bagi peneliti lainnya yang respek pada terhadap permasalahan pengembangan
pendidikan, khususnya yang berhubungan optimalisasi peranannya dalam
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Bunawan, I. dan yuwati (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama.
Dinas Pendidikan Luar Biasa(2009), Bahan Ajar Praktis Pelaksanaan Program
Khusus BKPBI. Bandung : Dinas Pendidikan Luar Biasa
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (2011).Media Pembelajaran untuk Anak
Dengan Gangguan Pendengaran. Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Barat.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983/1984) Pendidikan Anak
Tunarungu. Jakarta ; Depdikbud
Kuswandi, D. (2006). Bina Komunikasi Persepsi Bunyi Dan Irama.Bandung: Bintang Putera Perdana
Laura Dyer,MCD,CCC-SLP (2009)Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer.
Muhaimin Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya, 1993), 226-228.
Rusyani E,Modul 1. Konsep Dasar Artikulasi Dan Optimalisasi Fungsi
Pendengaran
Sadjaah, E dan Sukarja,D(1995).Bina Bicara, Persepsi Bunyi Dan Irama. Bandung: Depdikbud
Saadjah, E dan Sukardja, D. (1996). Artikulasi dan teori bunyi. Jakarta
Somad, P. dan Hernawati, T. 1996. Ortipedagogik Anak Tunarungu. Bandung