• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM SMK BERSTANDAR ISO 9001:2008 PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DALAM IMPLIKASI BIDANG TEKNOLOGI DAN REKAYASA : Studi Kasus pada SMK Negeri Program Keahlian Teknik Audio Video di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM SMK BERSTANDAR ISO 9001:2008 PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DALAM IMPLIKASI BIDANG TEKNOLOGI DAN REKAYASA : Studi Kasus pada SMK Negeri Program Keahlian Teknik Audio Video di Kota Bandung."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

DI LABORATORIUM SMK BERSTANDAR ISO 9001:2008 PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DALAM IMPLIKASI BIDANG TEKNOLOGI DAN REKAYASA

(Studi Kasus pada SMK Negeri Program Keahlian Teknik Audio Video di Kota Bandung)

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Doktor Program Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

oleh

TUTI SUARTINI

0907796

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Contoh Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S3

==================================================================

MODEL IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

DI LABORATORIUM SMK BERSTANDAR ISO 9001:2008 PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DALAM IMPLIKASI BIDANG TEKNOLOGI DAN REKAYASA

(Studi Kasus pada SMK Negeri Program Keahlian Teknik Audio Video di Kota Bandung)

Oleh Tuti Suartini

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Tuti Suartini 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2004

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN DISERTASI

TUTI SUARTINI

MODEL IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

DI LABORATORIUM SMK BERSTANDAR ISO 9001:2008 PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DALAM IMPLIKASI BIDANG TEKNOLOGI DAN REKAYASA

(Studi Kasus pada SMK Negeri Program Keahlian Teknik Audio Video di Kota Bandung)

disetujui dan disahkan oleh panitia disertasi: Promotor

Prof. Dr. H. Mukhidin, S.T., M.Pd.

NIP. 1953111011980021001 KoPromotor

Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, MSIE. NIP. 195512041981031002

Anggota

Dr. Enjang Akhmad Juanda, M.Pd., M.T. NIP. 195508261981011001

Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan

(4)

vi

Tuti Suartini, 2014

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Model Pembelajaran di Laboratorium ... 10

1. Landasan Filosofis ... 17

2. Landasan Pedagogik ... 23

3. Landasan Psikologis ... 27

4. Landasan Sosial ... 29

5. Landasan Yuridis ... 32

B. Model Implementasi Pembelajaran di Laboratorium ... 35

1. Tahap Perencanaan Pembelajaran ... 42

2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran di Laboratorium ... 45

3. Tahap Penilaian Pembelajaran di Laboratorium ... 54

C. Program Keahlian Teknik Audio Video ... 57

(5)

vii

E. Penelitian yang Relevan ... 76

F. Kerangka Pemikiran ... 82

G. Premis-Premis Penelitian ... 85

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 86

A. Pendekatan Penelitian ... 86

B. Prosedur Penelitian ... 88

C. Teknik Pengumpulan Data ... 95

D. Validasi Data ... 98

E. Teknik Analisis Data ... 102

F. Sumber Data ... 106

G. Teknik Pengambilan Sampel, Lokasi, dan Tempat Penelitian ... 107

H. Instrumen Penelitian ... 109

I. Perencanaan Logistik ... 111

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 112

A. Hasil Penelitian ... 112

1. Deskripsi Implementasi Pembelajaran di Laboratorium SMK ... 112

2. Desain Awal Model Implementasi Pembelajaran di Laboratorium SMK ... 113

2.1Perencanaan Pembelajaran ... 116

2.2Pelaksanaan Pembelajaran ... 124

2.3Penilaian Pembelajaran ... 154

B. Desain Model Implementasi Pembelajaran di Laboratorium SMK ... 160

1. Grup Fokus SMK Negeri 4 Bandung ... 162

2. Grup Fokus SMK Negeri 6 Bandung ... 165

(6)

viii

Tuti Suartini, 2014

1. Persepsi Peserta Didik ... 173

2. Persepsi Guru ... 178

E. Pembahasan ... 183

1. Analisis Tahap Perencanaan Pembelajaran di laboratorium SMK ... 184

2. Analisis Tahap Pelaksanaan Pembelajaran di Laboratorium SMK ... 189

3. Analisis Tahap Penilaian Pembelajaran di Laboratorium SMK ... 190

F. Temuan Penelitian ... 191

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 197

A. Kesimpulan ... 197

B. Rekomendasi ... 199

(7)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kategori Ruangan Laboratorium Mapping Sekolah di Jawa Barat... 5

Tabel 1.2. Kategori Ruang Praktek di Jawa Barat ... 5

Tabel 2.1. Elemen-elemen Kunci dalam Pembelajaran Suistanability ... 28

Tabel 2.2. Tingkat Kualifikasi Metoda Pembelajaran Praktik Inkuiri Sains ... 44

Tabel 2..3 Perimbangan Teori dan Praktek pada Bidang Kejuruan ... 69

Tabel 2.4. Komponen Manajemen Ruang Pembelajaran ... 75

Tabel 3.1. Implementasi model Pembelajaran di Laboratorium ... 97

Tabel 3.2. Interview Protocol Kedekatan Group Fokus IQA ... 106

Tabel 3.3. Daftar SMK Negeri Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video di Jawa Barat ... 109

Tabel 3.4. Lokasi Sampel Penelitian... 110

Tabel 3.5. Instrumen Fokus Penelitian ... 111

Tabel 4.1. Kompetensi Kejuruan Teknik Audio Video ... 118

Tabel 4.2. Pengorganisasian Bahan Pelajaran pada Silabus di SMK Negeri 4 Bandung ... 126

Tabel 4.3. Implementasi Model Pembelajaran di Laboratorium di SMK Negeri 4 Bandung ... 128

Tabel 4.4. Data Penilaian Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di Laboratorium ... 132

Tabel 4.5. Sarana Pembelajaran di SMKN 4 Bandung pada Program ... 134

Tabel 4.6. Daftar Inventaris Peralatan Gudang ... 135

Tabel 4.7. Daftar Alat-Alat Tangan untuk Merakit dan Memasang Pesawat Elektronika pada KompetensiKeahlian Teknik Audio Video ... 136

Tabel 4.8. Daftar Untuk Menginstalasi Pesawat-Pesawat Untuk Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video ... 137

Tabel 4.9 Alat-Alat Ukur Untuk Memahami Sinyal Audio Video di SMK Negeri 4 ... 139

(8)

x

Tuti Suartini, 2014

Teknik Audio Video SMK Negeri 6 ... 144

Tabel 4.12. Data Penilaian Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SMKN 6 Bandung ... 148

Tabel 4.13. Pengorganisasian Bahan Pembelajaran pada Silabus di SMK N 6 Bandung ... 150

Tabel 4.14. Penilaian Hasil Uji Kompetensi Keahlian di SMK Negeri 4 Bandung ... 154

Tabel 4.15. Deskripsi Penilaian Hasil Kegiatan Pembelajaran di laboratorium SMK Negeri 6 Bandung ... 156

Tabel 4.16. Penilaian Hasil Uji Kompetensi Keahlian di SMK Negeri 6 Bandung ... 158

Tabel 4.17. Perhitungan Nilai Praktek ... 159

Tabel 4.18. Kedekatan Sejumlah Fokus Penelitian SMKN 4 ... 162

Tabel 4.19. Kedekatan Sejumlah Fokus Penelitian SMKN 6 ... 166

Tabel 4.20. Tanggapan Peserta Didik terhadap Kegiatan Pembelajaran di Laboratorium SMK ... 173

Tabel 4.21. Data Angket Siswa ... 176

Tabel 4.22. One-Sample Test untuk Implemetasi Pembelajaran di Laboratorium ... 176

Tabel 4.23. Deskripsi Pemilihan Implementasi Tujuan Pembelajaran di SMK ... 179

Tabel 4.24. Implementasi Pembelajaran di Laboratorium SMK dalam Implikasi Bidang Teknologi dan Rekayasa ... 180

(9)

ii

Tuti Suartini, 2014

ABSTRAK

Disertasi ini berjudul : “Model Implementasi Pembelajaran di Laboratorium SMK Berstandar ISO 9001:2008 pada Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video dalam Implikasi Bidang Teknologi dan Rekayasa.” (Studi Kasus pada SMK Negeri Program Keahlian Teknik Audio Video di Kota Bandung)

Teknologi dan rekayasa saat ini, berkembang begitu cepatnya pada bidang komunikasi audio video. Penelitian ini adalah penelitian field of inquiry dengan menggunakan pendekatan Research and Development (R&D) melalui metoda deskripsi dan interpretasi penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan pengolahan data menggunakan teknik analisis IQA. Tujuannya adalah untuk menghasilkan model desain implementasi dalam upaya optimalisasi kegiatan pembelajaran di laboratorium SMK pada kegiatan pembelajaran kompetensi keahlian teknik audio video berdasarkan standar proses pembelajaran dalam implikasi perkembangan teknologi dan rekayasa. Penelitian ini dilakukan melalui kajian fenomena apa yang terjadi dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang telah memiliki kualifikasi ISO 9001:2008 yaitu SMK Negeri 4 dan SMK Negeri 6 di kota Bandung pada kompetensi keahlian teknik audio video. Dari hasil penelitian berdasarkan pengolahan data menggunakan teknik analisis IQA terhadap affinitas (kedekatan) fokus komponen implementasi pembelajaran dalam standar proses pembelajaran Permen No.47 Tahun 2007 sebagai jaminan mutu penerapan ISO 9001:2008 yang di eksplorasi diperoleh model implementasi pembelajaran di laboratorium secara optimal yang terdiri dari 11 langkah implementasi pembelajaran laboratorium SMK teori dan praktek berbeda dan 10 langkah dalam implementasi pembelajaran di laboratorium SMK teori dan praktek terintegrasi. Model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK merupakan kompetensi keahlian berdasarkan orientasi kegiatan pembelajaran teori dan praktek dalam kualifikasi dari kondisi laboratorium SMK yang belum dapat dikatakan memadai untuk pembelajaran sesuai kompetensi keahlian teknik audio video. Jaminan model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK dalam standar ISO 9001:2008 perlu disertai adanya desain laboratorium standar ISO/ IEC 17025 video dan adanya pusat trainning center kerjasama SMK, industri dan LPTK untuk meningkatkan kualifikasi dari tingkat kejuruan rendah menjadi tingkat kejuruan kompleks.

(10)

iii

Tuti Suartini, 2014

Model Implementasi Pembelajaran Di Laboratorium SMK Berstandar ISO ABSTRACT

Title of Dissertation: “Learning Implementation Model in Audio Video Competency Technical Skills at the ISO 9001-2008 Standard Vocational Laboratory on the Implications of Technology and Engineering “Case Study on The SMK Audio Video Engineering Skills Program in Bandung”

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Implementasi pembelajaran memasuki era globalisasi tahun 2015, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia dewasa ini menghadapi tantangan berat dalam menghadapi perkembangan teknologi dan rekayasa, termasuk program keahlian Teknik Audio Video. Permasalahannya adalah program pembelajaran di sekolah kejuruan selalu tertinggal dibanding dengan perkembangan teknologi dan rekayasa yang berkembang terutama di masyarakat industri dan dunia usaha. Karena itu, membutuhkan bentuk pembelajaran yang tidak cukup hanya didesain dalam ruangan belajar yang berbentuk ruang kelas untuk pembelajaran pengetahuan dan ruang praktek yang hanya untuk latihan, tetapi harus dapat digunakan untuk memperoleh pengalaman belajar melalui eksperimen yang mendekatkan peserta didik dengan tuntutan dunia kerja yang akan dihadapi oleh peserta didik. Implementasi standar sarana prasarana dalam Permen No. 40 Tahun 2008 untuk program keahlian Teknik Audio Video saat ini dihadapkan pada perubahan teknologi dari analog ke digital yang memerlukan redesain sarana prasarana dan perubahan orientasi dari standar proses pembelajaran teori dan praktek di bengkel ke orientasi teori dan praktek di laboratorium.

(12)

sesuai rencana Dirjen Pembinaan SMK yang akan meningkatkan 400 SMK menjadi berstandar internasional pada tahun 2020. Hal ini tentunya perlu disertai adanya pengembangan implementasi pembelajaran di laboratorium untuk menjamin pengendalian mutu pembelajaran di SMK agar dapat menghadapi tuntutan perubahan teknologi baik untuk teknologi lokal, nasional, maupun global. Hal ini sesuai dengan tuntutan Standar Nasional Pendidikan (SNP) No. 19 Tahun 2005 bahwa “proses kegiatan pendidikan untuk mewujudkan pasal 36 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 harus memperhatikan tuntutan dunia kerja, perkembangan teknologi dan seni, dan dinamika perkembangan global.”

Permasalahan dalam program keahlian Teknik Audio Video saat ini adalah

masih rendahnya kualitas pendidikan dan kesulitan sekolah untuk memenuhi kompetensi lulusan SMK dalam menghadapi kompetensi abad 21 dalam perkembangan teknologi dan rekayasa, terutama dalam pengetahuan dan kualitas produk lulusan SMK memenuhi tuntutan dunia kerja. Implementasi pembelajaran yang tertuang dalam kurikulum KTSP 2006 dimana perbandingan kegiatan praktek dengan teori adalah 70% berbanding 30%, meskipun dalam beberapa kasus angka perbandingan itu pelaksanaannya bisa menjadi 60% berbanding 40%. Hal ini menunjukkan perlu adanya fleksibilitas dalam perbadingan kegiatan proses pembelajaran teori dan praktek pada program keahlian Teknik Audio Video agar proses pembelajaran dapat menghadapi atau sejalan dengan perubahan teknologi digital Audio Video yang berkembang.

(13)

9001:2008 dalam pembelajaran di laboratorium masih dapat dikatakan menjadi tidak cukup memadai untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi yang sangat pesat, karena yang menjadi ukuran bermutu pada sekolah yang diberikan oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) adalah nilai dari kualitas implementasi 8 standar nasional pendidikan dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) (Permendiknas No. 13 Tahun 2009). SNP ini tertuang pada Permen No. 19 Th 2005 yang memuat standar isi, proses, dan kompetensi lulusan (pasal 35 ayat 1). Demikian pula dalam manajemen dari ISO 1901:2008 merupakan sekolah standar adanaya jaminan mutu implementasi pelayanan dalam implementasi pembelajaran yang berkualitas sesuai SNP. Sedangkan jaminan adanya pelayanan di laboratorium adalah ISO/IEC 17025 yang merupakan standar mutu manajemen laboratorium. Sehingga untuk menghadapi implikasi teknologi dan rekayasa yang berkembang di dunia industri dan usaha, maka pembelajaran masih menghadapi kendala dalam memenuhi standar sarana prasarana dalam hal laboratorium audio video yang sesuai dengan kompetensi keahlian Teknik Audio Video yang ada di dunia industri dan dunia usaha.

(14)

upaya memenuhi tuntutan kualitas pembelajaran. Model implementasi pembelajaran di laboratorium dapat menghasilkan tenaga kerja terdidik atau peserta didik yang berkualitas dalam suatu kompetensi keahlian. Dalam definisi pendidikan vokasi dan kejuruan sebagai suatu jenis pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu. Menurut Murnomo (2010:78) bahwa “untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah menyusun kurikulum kegiatan belajar mengajar yang harus lebih didominasi oleh kegiatan praktik, baik praktikum yang dilakukan di laboratorium, bengkel, kebun percobaan, maupun ruang studio.”

(15)

sangat terkait dengan tidak jelasnya pengembangan fasilitas pembelajaran di laboratorium yang tidak didesain untuk program keahlian Teknik Audio Video di SMK. Gambaran kondisi sarana prasarana ini, untuk pembelajaran program keahlian di SMK di Jawa Barat yang didesain dengan kategori ruangan laboratorium hanya untuk bidang sains seperti pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kategori Ruangan Laboratorium berdasakan Mapping Sekolah di Jawa Barat

No. Nama Ruangan

Semua

Rusak Rusak Berat Rusak Ringan Jml Luas (m2) Jml Luas disebut ruangan praktek seperti pada tabel 1.2.

Tabel 1.2. Kategori Ruang Praktek di Jawa Barat

No. Kategori Ruang Nama Ruangan Jml Luas

1. Ruang Praktek Teknik Audio-Video 3 183 2. Ruang Praktek Teknik Elektronika Industri 9 665 3. Ruang Praktek Teknik Elektronika Komunikasi 10 661 4. Ruang Praktek Teknik Informatika Komersial 3 609 5. Ruang Praktek Teknik Instalasi Listrik 5 348 6. Ruang Prakviek Teknik Listrik Industri 4 360 7. Ruang Praktek Teknik Listrik Jaringan 1 79

(16)

Berdasarkan tabel 1.1 dan 1.2, istilah kategori ruangan laboratorium dan kategori ruangan praktek tentunya akan membedakan kualitas kondisi kelengkapan, manajemen pengelolaan ruangan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Ruangan praktek untuk program keahlian Teknik Audio Video yang ada pada mapping hanya berjumlah 3 (tiga) ruang praktek yang

digunakan untuk pembelajaran pembelajaran praktikum. Seiring dengan program keahlian Teknik Audio Video yang dihadapkan pada perubahan teknologi dari analog ke digital, maka peneliti melakukan kajian untuk menemukan model implementasi pembelajaran di laboratorium di SMK terkait dengan pentingnya peranan pembelajaran di laboratorium pada pendidikan di SMK.

Permasalahan tersebut sangat penting, karena dalam penjaminan mutu suatu produksi, adalah adanya laboratorium pendidikan, yang bukan hanya sekedar ruang praktek. Fasilitas pembelajaran melalui optimalisasi peran laboratorium dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pengalaman belajar melalui eksperimen dan latihan. Hal ini seperti dikemukan oleh Rahayuningsih (2005:14) yang mengatakan bahwa “pembelajaran di laboratorium sering dijumpai kebiasaan negatif yang dilakukan siswa, pelaksanaan kegiatan tidak sebanding dengan fungsi praktikum terhadap jumlah waktu yang dikerjakan pada kegiatan pembelajaran di laboratorium.” Hal ini tentunya tidak seharusnya terjadi, karena adanya pembelajaran di laboratorium adalah untuk meningkatkan kemampuan koginitif, afektif, dan psikomotor.

(17)

teknologi dan rekayasa pada dunia industri dan usaha di masyarakat. Maka fokus penelitian yang akan peneliti lakukan adalah untuk mengetahui gambaran mengenai implementasi pembelajaran di laboratorium SMK dalam melaksanakan standar proses pendidikan sebagai upaya dalam menghasilkan kompetensi lulusan sesuai dengan yang diharapkan oleh dunia kerja dan industri.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian permasalahan di atas, maka pembelajaran di laboratorium yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran di laboratorium SMK masih belum menggambarkan standar pembelajaran laboratorium yang berorientasi pada dunia kerja di bidang teknologi kejuruan.

2. Pelaksanaan pembelajaran di laboratorium SMK masih belum dapat mengikuti perkembangan teknologi.

3. Kualitas lulusan pendidikan kejuruan di SMK yang berstandar ISO 9001:2008 masih belum menunjukkan performa kecakapan atau kemampuan kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia usaha atau industri.

C. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

Adapun permasalahan di atas yang menjadi fokus penelitian ini adalah melakukan eksplorasi untuk menghasilkan “Model Optimalisasi Implementasi Pembelajaran Laboratorium di SMK pada Kompetensi Keahlian Teknik Audio

(18)

1. Bagaimanakah model implementasi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ?

2. Bagaimanakah model implementasi tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran di laboratorium ?

3. Bagaimanakah model implementasi evaluasi pembelajaran di laboratorium untuk menentukan kriteria penilaian pada peserta didik ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK ini terkait dengan pesatnya perkembangan teknologi dan rekayasa pada bidang Teknik audio video yang perlu adanya model kedudukan dan fungsi kegiatan pembelajaran di laboratorium untuk dapat menghadapi perkembangan teknologi. Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi sebagai upaya mengembangan komponen-komponen pembelajaran dalam desain model : 1. Implementasi perencanaan pembelajaran di laboratorium untuk program

kompetensi keahlian Teknik Audio Video di SMK dalam menghadapi tantangan perkembangan teknologi.

2. Untuk menentukan orientasi pelaksanaan pembelajaran berbasis laboratorium dalam model pembelajaran untuk menghadapi perkembangan teknologi. 3. Untuk mengetahui sejauhmana penilaian terhadap hasil kegiatan pembelajaran

(19)

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan untuk menemukan kedudukan dan fungsi laboratorium di SMK yang berstandar ISO 9001:2008 model pembelajaran pada program kompetensi keahlian Teknik Audio Video dalam implikasi teknologi dan rakayasa.

2. Manfaat Praktis

a. Dalam upaya untuk memberikan kejelasan komponen dalam implementasi pembelajaran di laboratorium yang harus ditingkatkan oleh sekolah, guru, civitas sekolah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik.

b. Memberikan sumbangan informasi tentang desain model implementasi pelaksanaan pembelajaran di laboratorium, dan untuk memberikan fleksibilitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran di laboratorium dalam menghadapi perubahan teknologi dan rekayasa.

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (R&D) untuk menyempurnakan program pengembangan pembelajaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan tujuan penelitian untuk mengatasi permasalahan isi program pendidikan kejuruan yang selalu berada di langkah belakang, bahkan cepat usang (out of date) dibanding dengan perkembangan dan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri, maka menjadi penting adanya model pembelajaran yang yang dapat menghadapi hal tersebut. Tantangan adanya Asean Free Labour Association (AFLA), maka lulusan SMK menghadapi persaingan penguasaan

kompetensi keahlian yang harus relevan dengan yang dibutuhkan dunia kerja/industri. Dalam metode pendekatan penelitian Reseach and Development (R&D) yang digunakan adalah untuk dapat menjadi penghubung atau memutuskan kesenjangan antara penelitian dasar dan penelitian terapan dengan penggunaan beberapa metode, yaitu metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.

Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) untuk menghasilkan model implementasi di laboratorium menggunakan penelitian field of inquiry dengan pendekatan kualitatif interpretif atau kuantitatif verifikasional.

(21)

mengacu pada Hasan, (2010: 225) bahwa “implementasi merupakan penerapan sistem, dokumentasi yang telah dirancang dan dibuat oleh perusahaan/sekolah.”

Dalam pendekatan penelitian dan pengembangan dilakukan dengan pendekatan interpretif untuk menganalisis bagaimana fenomena realita implementasi laboratorium di SMK sebagai sarana dan fasilitas pembelajaran. Penelitian interpretif ini tidak menempatkan objektivitas sebagai hal terpenting seperti yang dikemukan oleh Efferin et al. (2004;9) bahwa “demi memperoleh pemahaman mendalam, maka subjektivitas para pelaku harus digali sedalam mungkin, hal ini memungkinkan terjadinya tradeoff antara objektivitas.Pendekatan interpretif berasal dari filsafat Jerman yang menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi, dan pemahaman di dalam ilmu sosial.

Dalam penelitian awal digunakan metode deskriptif, untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada, mencakup (1) kondisi produk-produk yang sudah ada sebagai bahan perbandingan atau bahan dasar untuk produk yang akan dikembangkan; (2) kondisi pihak pengguna guru dan peserta didik; (3) kondisi faktor pendukung dan penghambat mencakup unsur manusia, sarana, dan prasarana, biaya pengelolaan, dan lingkungan. Sedangkan untuk mengevaluasi uji coba pengembangan digunakan metode evaluatif suatu model implementasi pembelajaran. Model yang dikembangkan melalui uji coba berdasarkan hasil evaluasi proses aktivitas kegiatan pembelajaran pada SMK.

(22)

parameter secara acak terhadap komponen-komponen dalam model pembelajaran. Pembelajaran di laboratorium menunjukkan adanya ilmu pengetahuan sebagai penggerak pembelajaran untuk menguasai suatu kompetensi keahlian dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar, mampu menuntun peserta didik untuk mencari tahu, bukan diberi tahu (discovery learning), mampu menekankan pembelajaran melalui eksperimen dan latihan, sehingga pengetahuan, keterampilan, berfikir logis, sistematis, dan kreatif menjadi suatu kompetensi keahlian yang sesuai kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan di dunia industri dan dunia usaha.

Pemilihan model paradigma yang digunakan pada penelitian dan pengembangan adanya pendekatan kualitatif berdasarkan Mc.Millan & Schumacer (2001:109) yang mengatakan: “bahwa pendekatan kualitatif ada dengan asumsi multi plurealities yang secara sosial dibangun melalui persepsi individu dan kolektif pada saat melihat situasi yang sama.” Selain dengan metoda pendekatan deskripsi interpretasi maka untuk mengetahui implementasi pembelajaran di laboratorium SMK dengan menggunakan data-data hasil penilaian hasil evaluasi pembelajaran yang diperoleh di lapangan secara kuantitatif.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur pendekatan ini memfokuskan pada sifat subjektif dari social world untuk mengembangkan kerangka berpikir objek permasalahan tentang

(23)

pengembangan yang menggunakan langkah-langkah umum menurut Borg & Gall (1983:775) dari 10 langkah menjadi 3 tahap dalam model prosedur seperti berikut:

Tahap Pengembangan

Ya

Tidak

Tahap Pendahuluan Tahap Pengujian

Revisi  Menuntun peserta didik

untuk mencari tahu, bukan  Materi pembelajaran di

SMK out of date

 Standar Prasarana No.40

Tahun 2008

(24)

Gambar 3.1 Paradigma Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Model Implementasi Pembelajaran Laboratorium di SMK Penjelasan dari langkah-langkah penelitian dan pengembangan model implementasi pembelajaran di laboratorium pada gambar 3.1. di atas digunakan berdasarkan desain penelitian dengan epistemologi meliputi obyektivisme, kontruktivisme, dan subyektivisme. Hal ini berdasarkan pengertian epistemonologi

yang dikemukan Barnadib (1986: 6) bahwa “epistemologi memberikan landasan, pemikiran mengenai kurikulum.” Kurikulum ini diimplementasikan ke dalam kegiatan pembelajaran. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Hal pemilihan epistemologi ini dibutuhkan seperti yang dikemukan oleh Crotty (1998:8) menyatakan bahwa "epistemologi adalah cara pemahaman dan menjelaskan bagaimana kita tahu apa yang kita ketahui.” Adapun penjelasan langkah-langkah pada gambar 3.1 dimaksud adalah:

a. Tahap Pendahuluan

Dalam tahap pendahuluan merupakan research an information collecting yang dilakukan melalui observasi, kajian pustaka untuk merumuskan

tujuan penelitian kedalam rumusan teori model pembelajaran laboratorium sebagai landasan empiris seperti berikut:

1. Tinjauan Lapangan

(25)

dengan melakukan ke laboratorium dan kelas di SMK. Penelitian awal ini dianalisis guna memperoleh informasi awal kegiatan pembelajaran di laboratorium SMK sebagai bagian untuk melakukan pengembangan dan pengambilan data melalui observasi dengan melihat kondisi riil di lapangan mengenai kondisi lingkungan sekolah, kelas, dan ruang, alat dan bahan di laboratorium.

2. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka adalah melakukan penelaahan landasan filsafat, padegogik, psikologi, sosial, yurudis tentang fungsi dan peranan pembelajaran di laboratorium dalam pendidikan kejuruan khususnya di SMK. Model implementasi pembelajaran merupakan rumusan urutan pola tahapan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam aktivitas proses pembelajaran laboratorium SMK. Dalam tahap ini dilakukan untuk merumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam model implementasi pembelajaran di laboratorium. Dalam metode untuk mengumpulkan dan menganalisis data untuk membahas konsep makna dan membahas konsep realita. Adapun faktor-faktor yang ditampilkan dalam penelitian kegiatan pembelajaran di laboratorium ini meliputi resources (guru), sikap (disposisi atau attitude) peserta didik, dan manajemen laboratorium di sekolah dalam standar proses pembelajaran Permen No.41 Th 2007.

3. Standar Penjaminan Mutu Pembelajaran

Tujuan penelitian ini adalah going exploring yang melibatkan indepth and caseoriented study berdasarkan eksplorasi tentang model implementasi

(26)

implementasi perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembelajaran laboratorium di SMK yang berstandar ISO 9001:2008 yang mengacu pada Permen No.40 Tahun 2008 dan permen No.3 Tahun 2010. Tujuan yang dimaksudkan adalah mengembangkan model implementasi pembelajaran di laboratorium berdasarkan eksplorasi implementasi pembelajaran di laboratorium dalam terpenuhinya alat, bahan sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran. Pendekatan saintifik (mengamati, menelaah, dan menalar) merupakan pendekatan pembelajaran di laboratorium yang memerlukan desain ruangan laboratorium yang lengkap sesuai kompetensi keahalian yang akan dicapai peserta didik.

Aktivitas di laboratorium dapat menuntun peserta didik dalam model pembelajaran discovery learning menekankan pada kemampuan eksperimen dan latihan bagi peserta didik di SMK dalam memahami pengetahuan, keterampil dan kemampuan berfikir logis, sistematis, dan kreatif dalam ruang lingkup program keahlian Teknik Audio Video.

4. Pengumpulan Data

(27)

apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai menemukan model implemetasi pembelajaran di laboratoriu SMK. Pengumpilan data dilakukan dalam konteks evaluasi untu merencanakan desain model pembelajaran di laboratorium yang akan dicapai dari program dan rumusan tujuan program pendidikan SMK dalam salah satu 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yaitu standar proses pembelajaran di SMK melalui Permen No.41 Tahun 2007.

b. Tahap Pengembangan

Pada tahap pengembangan ini adalah mendesain awal format pengembangan produk awal adalah untuk menentukan fokus penelitian tentang model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK yang meliputi:

1. Tahap Planning

Dalam tahap ini adalah menyusun rencana komponen pembelajaran yang aktivitas kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi yang tersusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran di laboratorium SMK. Tahap perencanaan melakukan verifikasi dan evaluasi terhadap implementasi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaram (RPP) di SMK dalam proses kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi adalah keputusan guru dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik tentang apa hasil yang tidak dicapai, apa yang dilakukan setelah melaksnnakan pembelajaran praktek dan teori di laboratorium.

2. Tahap Develop Preleminary Form of Product

(28)

kompetensi, dasar kompentensi, dan kompentensi kejuruan yang memiliki karakteristik materi yang memerlukan model pembelajaran di laboratorium, melakukan evaluasi dan penilaian terhadap kelayakan alat, bahan, dan ruangan sarana prasarana laboratorium pembelajaran untuk program keahlian Teknik Audio Video di SMK.

c. Tahap Pengujian

Dilakukan pada dua sekolah yang melibatkan SMK pada program keahlian Teknik Audio Video untuk melalui data hasil wawancara, observasi dan angket dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan kedekatan group focus : System Influence Diagram (SID) yang meliputi :

1. Revisi produk

Dilakukan berdasarkan hasil validasi data tentang deskripsi model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK. Hasil validasi data lapangan tersebut diperoleh melalui informasi kualitatif dan kuantitatif tentang program yang dikembangkan dalam model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK. Validasi dilakukan dengan melakukan justifikasi dari tenaga ahli, pembimbing yang berpengalaman untuk menilai model pembelajaran. Dalam Sugiyono (2012:302) bahwa “validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang.”

2. Desiminasi dan implementasi

(29)

pengembangan program model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK dalam bentuk program software yang dapat digunakan dalam mengembangkan program kegiatan pembelajaran di SMK.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, digunakan untuk mendapatkan informasi awal yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian pada SMK yang memiliki standar ISO 9001:2008. Pengumpulan data meliputi dokumen, wawancara, observasi, angket, pada guru, siswa, pimpinan sekolah, dan personal laboratorium sebagai bagian yang terlibat dalam suatu proses pembelajaran.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Interactive Qualitative Analysis (IRQ) untuk kajian dan penelaahan catatan, laporan, arsip dan peristiwa yang terekam sesuai fokus penelitian dan analisis dokumen. Peneliti melakukan hubungan langsung dengan sampel yang telah dipilih melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi/kepustakaan dan adanya peer observer untuk menilai kegiatan pembelajaran.

1. Observasi

(30)

digunakan untuk mengamati guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di laboratorium. Implementasi model pembelajaran di laboratorium dalam penelitian di SMK menggunakan indikator pendekatan atau strategi gaya mengajar menurut Al-Shauili (2001:45) seperti pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Implementasi Model Pembelajaran Di Laboratorium (Descriptors of laboratory instructional style)

Model Pembelajaran Deskrispsi

Outcomes Pendekatan Prosedur

Ekspositori Ditentukan Deduktif Mengingat

Inquiri Underdetermined Induktif Siswa memecahkan

masalah

Discovery Predetermined Induktif Mengingat

Problem –based Predetermined Dedutif Siswa memecahkan

masalah.

U.Chem.Ed. 2001.5 2. Wawancara

Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2012:231) dikatakan bahwa “a meeting of two persons to exchange information and idea throught question

and responses, resulting in communication and joint construction of meaning

about a topic.

Wawancara pertama sebelum penelitian dilaksanakan adalah studi pendahuluan tentang implementasi ISO 9001:2008 pada SMK Negeri 12. Untuk selanjutnya dilakukan pada SMK Negeri 4, 6, di Kota Bandung pada SKKD Teknologi dan Rekayasa yang telah memiliki standar ISO 9001:2008.

(31)

1. Penetapan obyek yang akan diwawancara peranan guru, personal laboratorium, dan pimpinan sekolah dalam implementasi pembelajaran di laboratorium SMK.

2. Penetapan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan adalah SKKD teknologi berbasis elektronika.

3. Interview porotocol : mengawali dan membuka alur wawancara.

4. Inteviews : melakukan wawancara dengan mengkonfirmasi ikhtisar hasil

wawancara dengan melakukan System Influency Diagram (SID) dengan : focus group interview, interview to interview dan Acrosss constituencies.

5. Menuliskan hasil wawancara pada catatan lapangan (field note).

6. Mengindetifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang untuk mendapatkan informasi-informasi implementasi pembelajaran di laboratorium yang dapat dilaksanakan di sekolah yang meliputi:

 Implementasi pembelajaran praktek di sekolah.  Peranan guru dalam pembelajaran di laboratorium.

 Kesiapan rencana pelaksanaan pembelajaran praktek dan teori.  Kondisi sarana laboratorium untuk pembelajaran praktek dan teori.

3. Dokumentasi

(32)

Bogdan (dalam Sugiyono, 2012:240). “In most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first

person narrative produced by an individual which describes his ar her own

actions, experience.” Maka dokumen-dokumen yang akan digunakan pada penelitian berupa tulisan, gambar, dan catatan penting yang terkait dengan obyek penelitian tentang laboratorium tentang standar penjaminan mutu ISO 9001:2008 di SMK .

Dokumentasi implementasi pembelajaran di laboratorium meliputi: dokumen Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), modul dan jobsheet untuk pembelajaran di laboratorium, ketersedian alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Angket

Angket yang digunakan pada penelitian ini sebagai alat persepsi kredibilitas data wawancara, observasi, dan dokumentasi yang diimplementasikan pada pembelajaran laboratorium. Angket yang digunakan adalah tanggapan siswa terhadap aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di laboratorium.

D. Validitas Data 1. Kriteria data

(33)

173) yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).

Kredibilitas dalam penerapan kriterium keabsahan yang diajukan untuk memperoleh data implementasi pembelajaran di laboratorium dimaksud untuk mengusahakan agar hasil penelitian dapat dicapai kebenarannya oleh peneliti untuk kenyataan ganda yang sedang diteliti atau kepercayaan penemuan yang dapat dicapai atau dengan kata lain konsep peneliti dengan konsep koresponden. Transferability melihat sampai sejauhmana hasil penelitian implementasi

pembelajaran di laboratorium dapat digunakan dalam situasi yang lain. Kriteria yang digunakan untuk memenuhi kriteria dilakukan dalam konteks (setting) kegiatan pelaksanaan pembelajaran di SMK yang dapat ditransfer ke dalam model implemetasi pembelajaran yang memiliki tipologi yang sama. Dependenbilitas (dependability) digunakan untuk menilai ketelitian terhadap kesalahan dalam mengkonseptualisasikan rencana penelitiannya, pengumpulan data, dan pengintepretasian.

Teknik yang digunakan adalah dependability audit dengan meminta dependent dan independent auditor untuk mereview aktivitas peneliti.

(34)

2. Teknik pemeriksaan data

Teknik pemeriksaan data yang digunakan untuk mencapai kredibilitas implementasi pembelajaran di laboratorium SMK. Metoda triangulasi yang digunakan dalam penelitian adalah untuk mengecek: (1) derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian melalui beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan dengan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Memanfaatkan penyidik atau peneliti untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Teori dimaksud adalah fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan hanya satu informasi, tetapi harus ada pebanding lain dilakukan melalui :

(1) Triangulasi, ada empat cara menurut Patton (2000:103) dalam melaksanakan triangulasi yaitu memanfaatkan sumber, metoda, penyidik dan teori. Gabungan teknik pengumpulan data seperti gambar 3.2.

Gambar 3.2 Triangulasi Data

Sumber yang diperoleh pada gambar 3.2 untuk mengecek keabsahan diproses melalui kegiatan : (1) membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang secara umum

Wawancara Angket Dokumentasi

/Observasi

(35)

dengan apa yang dikatakan secara khusus; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; (4) membandingkan dan persfektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang biasa; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. Fase-fase penentuan dilakukan kan dalam tiga fase yaitu :

3. Pertama Tahap orientasi dengan mendapatkan informasi tentang apa yang penting untuk ditemukan, atau orientasi dan peninjauan.

4. Kedua, tahap eksplorasi dengan menemukan sesuatu secara eksplorasi terfokus.

5. Tahap ketiga, tahap member check dengan mengecek temuan menurut prosedur yang tepat dan memperoleh laporan akhir.

Data yang digunakan berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan personil sekolah, siswa dan mahasiswa yang melakukan Pratek Latihan Profesi (PLP), selanjutnya diberikan angket kepada siswa dan dilakukan verifikasi dengan data dokumentasi/observasi.

(1) Member check dalam proses kegiatan penelitian dilakukan melalui kolaboratif peneliti, peneliti mitra, dan siswa berdasarkan data atau informasi yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan angket.

(36)

(3) Pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy checks), refential adequacy adalah menampung data dan menyesuaikan tugas dan

kritik tertulis untuk keperluan evaluasi.

(4) Analisis kasus negatif (negative case analysis).

Negatif case analysis teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan contoh dan

kasus yang tidak sesuai dengan pola kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembandingan.

(5) Pengamatan terus-menerus (persistent observation).

(6) Persistencce observation ketelitian/ketekunan dalam pengamatan akan menghasilkan kedalaman data yang diinginkan sehingga didapat data yang dibutuhkan.

(7) Perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat (prolonged engagement), teknik ini untuk mendapatkan data penelitian yang kredibel untuk digunakan sebagai interprestasi data tentang faktor yang memilki keterkaitan dalam implementasi pembelajaran di laboratorium.

E. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini menggunakan format teknik analisis Interactive Qualitative Analysis (Northcutt, 2004:45). Model implementasi pembelajaran di SMK di

interpretasikan melalui informasi yang muncul. Teknik analisis data ini meliputi : 1. Tahap pengembangan model implementasi pembelajaran di laboratorium

(37)

memilih kata kunci pada pernyataan yang telah dipilih dengan cara memberikan garis penanda. Menguraikan arti yang ada dalam pernyataan-pernyataan signifikan dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium dalam pencapaian kompetensi lulusan SMK. Dengan kata kunci yang dapat untuk mengidentifikasi berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Kumpulan-kumpulan makna yang terumuskan ke dalam aspek-aspek pembelajaran di laboratorium dari seluruh kategori yang ada dengan membandingkan pada standar perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan untuk mencari persamaan diantara kategori tersebut.

(38)

di lapangan selanjutnya dilakuan analisis data melalui pada tahapan alur prosedur seperti pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Desain Teknik Analisis Data

Gambar 3.3 merupakan desaian tahap perencanaan untuk menghasilakan pola hubunganan kedekatan komponen pembelajaran yang akan dimapping sesuai data yang muncul dalam model IRQ untuk mengungkapkan Sistem Influency Diagram (SID) dalam kegiatan model implementasi pembelajaran di laboratorium

yang dilaksanakan guru, personil sekolah, dan peserta didik. Komponen dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan oleh guru, dan sekolah merupakan realitas di lapangan sebagai sebagai dalam memecahkan masalah-masalah untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di laboratorium SMK. Adapun langkah-langkah analisis data kualitatif digunakan meliputi :

a) Mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Peneliti mencoba memahami fenomena gambaran konsep pembelajaran di laboratorium dengan cara memperkaya informasi melalui studi literatur dan dokumen kurikulum yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

(39)

c) Membaca seluruh deskripsi fenomena yang telah disampaikan oleh semua partisipan.

d) Membaca kembali transkrip hasil wawancara dan mengutip pernyataan-pernyataan yang bermakna dari semua partisipan.

Tahap pelaksanaan adalah gambaran fenomena kegiatan pembelajaran yang dapat dilaksanakan secara optimal di SMK berdasarkan sejumlah komponen pedomam wawancara (protocol interview) dan dilakukan berdasarkan Miles dan Huberman (1994: 12) bahwa “tahapan penelitian kualitatif meliputi : 1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, dan 4) pengambilan keputusan dan verifikasi.”

2. Tahap Pengujian

Pengolahan data Interractive Quality Analysis adalah untuk mempertajam dan menjelaskan makna affinitas (kedekatan) komponen-komponen dalam kegiatan model implementasi pembelajaran di laboratorium. Pada tahap pengujian peneliti dilakukan analisis data berdasarkan Interview Protocol terhadap dua grup fokus kedekatan komponen pembelajaran yang diperoleh dari di SMK Negeri 4 dan SMK Negeri 6 Bandung, seperti pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Interview Protocol Kedekatan Group Fokus

SMK Negeri 4 SMK Negeri 6 Keterangan

Kedekatan grup fokus

(40)

Praktek 5. Praktek 6. Eksplorasi

7. Kompetensi Keahlian 8. Refleksi

Pada tahap pengujian pada tabel 3.2 dilakukan deskripsi komponen-komponen tersebut di atas menjadi sebuah deskripsi dalam bentuk hasil penelitian yang digunakan untuk melakukan pengujian berdasarkan deskripsi data kuantitatif tentang implementasi pembelajaran di SMK. System Influency Diagram (SID) untuk mendapatkan gambaran hasil observasi, yang kemudian

digunakan untuk pedoman wawancara. Informasi yang diperoleh merupakan suatu siklus yang memiliki kedekatan (affinitas) sehingga diperoleh suatu diagram model hubungan kedekatan atau pola implementasi grup kedekatan komponen dalam proses implementasi pembelajaran di laboratorium SMK. Pada tahap pengujian ini merupakan validasi deskripsi hasil penelitian. Peneliti menemui partisipan untuk pengumpulan data kembali kepada partisipan dan membacakan kisi-kisi hasil analisis penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah gambaran model implementasi pembelajaran di laboratorium yang diperoleh sebagai hasil penelitian sesuai dengan keadaan yang dialami partisipan sebagai revisi produk untuk ditambahkan ke dalam deskripsi akhir.

F. Sumber Data

(41)

tertentu terkait dengan masalah penelitian implementasi pembelajaran di laboratorium. Hal ini seperti yang dikemukan oleh Lexi Maleong (2001: 112) bahwa “sumber data adalah kata-kata, tindakan selebihnya adalah data tambahan dokumen dan lain-lain.” Adapun jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu data yang diambil dari lokasi atau lapangan yaitu :

a. Dokumen Kurikulum KTSP 2006 yang digunakan oleh SMK sebagai pedoman untuk menyusun silabus yang telah dilaksanakan di SMK hingga tahun 2012.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru mata pelajaran produktif program keahlian Teknologi dan Rekayasa pada sekolah yang telah bersertifikat ISO 9001:2008.

c. Aktivitas implementasi pembelajaran guru dan peserta didik d. Penilaian pembelajaran yang digunakan di sekolah.

2. Data sekunder yaitu data yang digunakan peneliti dari sumber kepustakaan dan media perantara yaitu dokumen, jurnal, dan peraturan pemerintah tentang standar nasional pendidikan.

G. Teknik Pengambilan Sampel, Lokasi, dan Tempat Penelitian

(42)

Populasi SMK di wilayah Jawa Barat digunakan untuk deskripsi dalam penelitian awal dilakukan dengan menggunakan sampel purposive pada SMK Negeri kompetensi keahlian Teknik Audio Video pada program keahlian teknik elektronika dalam bidang keahlian Teknologi dan Rekayasa yang telah berstandar ISO 9001:2008. Berdasarkan SMK Negeri yang menyelenggarakan kompetensi keahlian Teknik Audio Video yang berakreditasi A pada data pokok Direktorat Pembinaan SMK seperti tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3.Daftar SMK Negeri Kompetensi Keahlian Teknik Audio Video di Jawa Barat

NO NAMA

SEKOLAH STATUS ALAMAT TELP

1 SMK NEGERI 1 CARIU

Negeri Jl. Babakan Raden No. 807 Cariu, Babakan Raden, Cariu Kabupaten Bogor, Cariu, Kab. Bogor 16840

(021)89961013

2 SMK NEGERI 7 BALEENDAH

Negeri Siliwangi Km 15, Manggahang, Bale Endah, Kab. Bandung 40375

(022)85936539

3 SMK NEGERI 2 GARUT

Negeri Suherman No. 90 Po.Box 103 Tarogong Kaler, Jati, Tarogong Kaler, Kab. Garut 44151

(0262)233141

4 SMK NEGERI 1 MAJA

Negeri Jl. Pasukan Sindang Kasih, Maja Selatan, Maja, Kab. Majalengka 45461

(0233)282480

5 SMK NEGERI 1 SUMEDANG

Negeri Mayor Abdurakhman No. 209, Situ, Sumedang Utara, Kab. Sumedang 45323

(0261)202056

6 SMK NEGERI 1 PURWAKARTA

Negeri Jl. Raya Industri Km.4 Purwakarta, Babakan Cikao, Babakancikao, Kab. Purwakarta 41151

(0264)200163

7 SMK NEGERI 3 KARAWANG

Negeri Perumahan Griya Kondang Asri, Kondang Jaya, Karawang Timur, Kab. Karawang 41371

(0267)8166055

8 SMK NEGERI 1 SETU

Negeri Jl. Mt Haryono No. 71a Setu Kabupaten Bekasi, Ciledug, Setu, Kab. Bekasi 17320

(021)82611193

9 SMK NEGERI 2 BOGOR

Negeri Jl. Pangeran Sogiri No. 404 Tanah Baru Bogor, Tanah Baru, Kota Bogor Utara, Kota Bogor 16154

(0251)8652085

10 SMK NEGERI 4 BANDUNG

Negeri Jl. Kliningan No.6, Buah Batu, Turangga, Lengkong, Kota Bandung 40264

(022)7303736

11 SMK NEGERI 6 BANDUNG

Negeri Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Cisaranten Kidul, Gedebage, Kota Bandung 40295

(022)7563293

12 SMK NEGERI 2 DEPOK

Negeri Jl. Abdul Wahab Pintu 2 Telaga Golf, Sawangan Lama, Sawangan, Kota Depok 16511

(43)

Tabel 3.3. Kompetensi Teknik Audio Video tersebut diatas dari total jumlah SMK yang mencapai 1663 SMK Negeri dan Swasta yang berbeda penyelenggaraan. Berdasarkan fokus penelitian untuk mengeksplorasi model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK, maka sampel yang digunakan untuk eksplorasi adalah studi kasus pada dua SMK di kota Bandung yaitu SMK Negeri 4 dan SMK Negeri 6 kota Bandung yang menyelenggarakan program keahlian Teknik Audio Video, karena SMK telah memiliki standar ISO 9001:2008. Bidang Teknik Audio Video adalah salah satu bidang dalam implikasi bidang teknologi dan rekayasa berkembang sangat pesat dengan adanya konversi dari teknologi analog ke teknologi digital.

Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling (tidak menggunakan prinsip random), tetapi secara sampling aksidental. Teknik pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu di lokasi penelitian dengan peneliti di SMK dengan pertimbangan purposive sampling. Subyek penelitian dengan sampel purposive sampling yang dimaksud adalah SMK Negeri pada kompetensi keahlian Teknik

Audio Video sebagai dua SMK Negeri telah memiliki standar ISO 9001:2008 dan

memiliki model pembelajaran di laboratorium yang berbeda, dimana SMK Negeri 4 sebelumnya untuk pembelajaran praktek dilakukan di BLPT yang berlokasi seperti pada tabel 3.4.

Tabel 3.4 Lokasi Sampel Penelitian 13 SMK NEGERI 2

TASIKMALAYA

Negeri Jl. Noenoeng Tisnasaputra Tasikmalaya, Kahuripan, Tawang, Kota Tasikmalaya 46115

(44)

NO NAMA SEKOLAH STATUS ALAMAT TELP

Berdasarkan pedoman penelitian pendekatan kualitatif instrumen penelitian adalah peneliti. Pengumpulan data tentang implementasi pembelajaran di laboratorium melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan pengalaman peneliti sebagai instruktur program PLPG serta sebagai pembimbing program PLP. Instrumen model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK yang dikembangkan berdasarkan instrumen fokus penelitian seperti pada tabel 3.5.

Tabel 3.5 Instrumen Fokus Penelitian

No. Faktor-faktor

Penelitian

Instrumen Indikator Sumber

data

dokumentasi 1. Merencanakan dan mengadakan alat dan bahan

(45)

untuk pembelajaran di laboratorium

evaluasi kegiatan praktikum 2. Prosedur penilaian

peserta didik dalam kelancaran kegiatan

pembelajaran di laboratorium.

Proses pengumpulan data pada tabel 3.5 berdasarkan faktor yang dideskripsikan dalam penelitian dan peran peneliti sebagai instrumen dalam perspektif nilai, disiplin, strategi, metodologi, cek internal untuk mengamati indikator yang dilaksanakan dalamTeknik pengumpulan data pada penelitian ini, instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dengan menggunakan faktor penelitian Pengembangan faktor-faktor penelitian ditempuh melalui beberapa cara antara lain : (a) mendefinisikan secara operasional setiap gejala atau fenomena yang diteliti; (b) menyusun indikator gejala atau fenomena; (c) menyusun pedoman instrumen; (d) mengembangkan; dan (e) menggunakan instrumen sebagai alat untuk menjaring data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

I. Perencanaan Logistik.

Perencanaan perlengkapan (logistik) dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu:

a) Mempertimbangkan kebutuhan logistik awal secara keseluruhan sebelum pelaksanaan proyek;

(46)

d) Mengidentifikasi logistik untuk kegiatan-kegiatan setelah kunjungan lapangan; dan

(47)

B AB V

K ESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil eksplorasi model implementasi pembelajaran di

laboratorium SMK dipolakan dalam dua model yaitu : Model implementasi di laboratorium SMK Negeri 4 Kota Bandung dengan 11 langkah komponen pembelajaran untuk pencapaian pembelajaran teori dan praktek yang berbeda tujuan pembelajaran dan model implementasi pembelajaran di laboratorium SMK Negeri 6 dengan 10 langkah komponen pembelajaran di laboratorium untuk tujuan pembelajaran teori dan praktek secara terintegrasi.

Dengan memberikan nilai parameter terhadap kedua model implementasi pembelajaran di laboaratorium sesuai kapabilitas sekolah diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Model penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran di SMK dapat ditentukan berdasarkan orientasi laboratorium yang ada sesuai kemampuan fasilitas di sekolah dan acuan yang dituntut oleh kurikulum.

(48)

198 a. Model implementasi pembelajaran praktek, implementasi teori, dan kompentensi keahlian berorientasi kondisi kesiapan laboratorium, alat dan bahan.

b. Model implementasi tahap pelaksanaan pembelajaran terintegrasi teori dan praktek berorientasi kualifikasi tingkat kejuruan yang akan dicapai dalam proses kegiatan pembelajaran.

3. Model ini digunakan untuk menentukan kriteria ketuntasan minimum (KKM) adalah implementasi evaluasi pembelajaran model mastery learning. Sehingga seluruh peserta didik dapat lulus dengan nilai teori, praktek, dan uji kompetensi sangat baik dengan nilai rata-rata di atas KKM telah ditentukan oleh sekolah.

Berdasarkan kesimpulan di atas kualifikasi tingkat kejuruan dari hasil kegiatan pembelajaran dan kompetensi keahlian menunjukkan kualifikasi tingkat kejuruan rendah, sesuai dengan standar kompetensi kejuruan dalam kurikulum spektrum KTSP Tahun 2009, sedangkan dalam kompetensi keahlian teknik audio video dalam implikasi bidang teknologi dan rekayasa memerlukan kualifikasi

tingkat kejuruan kompleks. Walaupun demikia, berdasarkan persepsi perserta didik memberikan tanggapan positif terhadap aktivitas implementasi pembelajaran di

laboratorium, sedangakan berdasarkan persepsi ekspetasi guru dan pihak sekolah

terhadap peralatan dan bahan mengatakan belum memadai untuk menghadapi tuntutan

(49)

B. Rekomendasi

Dari kesimpulan hasil penelitian merekomendasikan model implementasi di laboratorium dapat menjadi model fleksibilitas untuk dapat meningkatkan kualifikasi

tingkat kejuruan rendah ke kualifikasi tingkat kejuruan kompleks . Dengan melalui

indentifikasi indikator pembelajaran di laboratorium orientasi untuk kegiatan pembelajaran terintegrasi teori dan praktek maka penting adanya desain laboratorium kompetensi keahlian di SMK untuk mengatasi kesenjangan Tenologi di SMK dengan dunia industri/usaha, Sedangkan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan rekayasa di dunia usaha dan industri perlu kembali adanya training center untuk menjiad pusat pelatihan kerjasama SMK, Industri, dan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) untuk membangun tenaga kerja yang memiliki kompetensi keahlian yang dibutuhkan sesuai kebutuhan steakholder. Sehingga model implementasi pembelajaran di laboratorium dapat dilaksanakan melalui adanya :

1. Model implementasi perencanaan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan kompetensi keahlian beorientasi laboratorium dapat fleksibel mengikuti perkembangan dunia industri/usaha dapat dilaksanakan di sekolah

2. Model implementasi tahap pelaksanaan pembelajaran di laboratorium dapat mengikuti perkembangan teknologi dan rekayasa.

(50)

200 DAFTAR PUSAKA

Adisendjaja,Y.H. Kegiatan Praktikum Dalam Pendidikan Sains. [online].Tersedia di:http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/1955121 91980021YUSUF_HILMI_ADISENDJAJA/KEGIATAN_PRAKTIKUM _Dlm_PEND.SAINS.pdf.

Al-Shuaili, A. J. (2001). Learning in the laboratory; some thoughts from the literatur. the Royal Society of Chemistry, hlm 49.

Blank, W.E. (1982). Handbook For Developing Competency Based Training Programs. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Block, J.H. (1971). Mastery learning : Theory and Practice. New York : Holt. Rinehart and Wiston. Inc.

Barbara, Matiru, A. M. (1995). Teach your best: a handbook for university lecturers/German Foundation for International Development;. Germany: German Foundation for International Development (DSE).

Barnadib, I. (1994). Filasafat Pendidikan : Sistem dan Metoda, Yogyakarta: Andi Offset.

Bates, G. (1978). The role of the laboratory in secondary school Science programs, in M.B. Rowe (Ed.), What research says to the science teacher. Washington, D.C.:National Science Teachers Association, vol. I (pp. 55-82).

Barbara Martinu, A. M. (1995). Teach Your Best - A Handbook for University. German: German Foundation For International Development (DSE). Bernice Mc Carthy, D. M. (2006). Teaching Around the 4MAT® Cycle:

Designing Instruction for Diverse Learners. India: Sage Publication The United State Amerika.

Borg and Gall (1983). Educational Research, An Introduction. New York and London. Longman Inc.

Butler, JD (1968) Four Philosophies and Their Practice in Education and Religion (2nd.ed.) New York: Harper & Row.

(51)

Bruce, Joice. & Weil, M. (2009). Model of Teaching. New Jersey USA: Allyn and Bacon.[terjemahan : Achmad Fawaid & Ateilla Mirza September

2009].

Calhoun, C.C. dan Finch, A.V. (1982). Vocational Education : Concept and Operations. California : Wads Worth Publishing Company.

Crotty, Michel (1998)., The Foundation of Social Research : Meaning And Persfective In The Research Process, London : Sage Publication.

Curtis, T.E. & Bidwell, W.W. (1976). Curriculum and Instruction for Emerging Adolescents. New York : State University of New York at Albany.

Calfrey, C. Calhoun, A. V. (2006). Vocational education: concepts and operations. Universitas Michigan: Wadsworth Pub. Co., 1982. Carroll, J. B. (1963). A model of School Learning. Teacher College Record.

Curtis, R. Finch, J. R. (1979). Curriculum Development in Vocational and Technical Education. Boston London sydney: Allyn and Bacon.

D. Kaukias, K. B. (2009, Juni). Using Laboratory and Circuit Simulation IT Tools in an undergraduate Course in Analog Electronics. Journal Of Science

Education and Technology, hlm 546-555.

Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar . Jakarta : Erlangga.

Davies, I. ( 1971). The Management of Learning. London: McGraw-Hil.

Depatermen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, (2003). Dokumen Standar Kompetesi Nasional Bidang Keahlian Telekomunikasi.

Dick, L and Carey, A. (1996). The Systematic Design of Instruction, 4th ed. New York: Harper Collins Publishing.

Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal. (2008). Proses Pembelajaran di Kelas, Laboratorium, dan di Lapangan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(52)

202 Rahayuningsih, E. dkk. (2005). Pembelajaran di laboratorium. Yogyakarta: Pusat

Pengembangan Pendidikan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Efferin, et al. (2004). Metode Penelitian untuk Akuntansi. Malang: Bayumedia Publishing.

Finch, C.R. & Crunkilton, J.R. (1979). Curiculum Development in Vocational and Technical Education. Boston: Alyn and Bacon, Inc.

Finch, C.R & Crunkilton, J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education : Planning,Content and Implementation. Boston : Allyn and Bacon, Inc.

Grounlund, N.E. (1977). Constructing Achievement Test. Englewood Ciffs : Prentice-Hall. Inc.

Hadi, A. (2007). Pemahaman dan Penerapan ISO/IEC 17025:2005. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Uama.

Hamalik, O. (1991). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA . Bandung: Sinar Baru.

Hasan, B. (2010). Perencanaan Bidang Studi. Bandung: Pustaka Ramadhan. Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta : PPLPTK.

Helmut Nolker, E. S. (1983). Pendidikan Kejuruan. Jakarta: Gramedia.

Hofstein, A. &. L. (1982). The role of the laboratory in science teaching, Review of Educational Research: Neglected Aspects of Research , 52(2), 201-217. Hofstein, A. & L. (2010). The laboratory in science education: Foundations for

The Twenty-First Century. Science Education, November 2010 pp. 28-54. Data Pokok [on line] Tersedia di:

http://education.stateuniversity.com/pages/2338/Prosser-Charles-1871-1952.html. n.d.http://datapokok.ditpsmk.net/# [Diakses 24 Nopember 2012]

Davies., I.K. (1999). Management of Learning : Education, Computer, and Sustainability : A Procedure Model for Instructional Design toward and Education for sustanaibility. Australia: Adavaced Research in Computer.

(53)

James H. Block, R. B. (1976). Mastery learning, Review of Reseach Education Amerika , vol 5 pp.3-49.

Kamlaskar H, Y. (2009). Assesing Effectiveness Of Interactive Electronics LAB Simulation Leaner's Perfective. Turkish Online Journal of Distance Educations- TOJDE , Volume 10.

Koffofel, B. D. (2013). Conceptual understanding about electrical circuits in secondary vocational engieering education: Combining traditional instruction with inquiri learning a virtual lab. Journal of Engineering Education, Netherland , p1-33.

Konstanntinos, Baltzis, K. B. ( 2009). Using Laboratory Experiments and Circuit Simulations IT Tools in an Undergraduate Course in Analog Electronics. Journal of Science Education and Tecnology, December 2009 Vol 18, No.6 pp 546-555.

Kurikulum KSTP (2008), Jakarta: DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL.

Lindberg, A. D. (2012). Informed Design of Educational Tecnologies in Higher Education. United States of America: Information Sciences Reference IGI Global.

Maleong, L. J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Mamlock-Naaman, A. H. (2007). The laboratory in Science Education : The State of the Art. The Royal Society of Chemistry , 8(2) 105-107.

Martin, F. N. (2004). European Perpectives on Learning at Work. Luxembourg: European Centre for the Development of Vocational Trainning

Mc.Millan, James H. & Schumacher, S. (2001). A Research in Education : Conceptual Intruduction. New York: Addison Westley Longman

Inc.

McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2001). Research in education: A conceptual introduction (5th ed.). New York: Longman.

Michael Strong, J. G. (2011). Do We Know a Successful Teacher When We See One? Experiments in the Identification of Effective Teachers. Journal of Teacher Education American Association of Colleges for Teacher Education, Sage , XX(X) 1–16.

(54)

204 Longman.Inc.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muriel Ney, C. M. (2009). Learning In The Laboratory:An Interactional, Factual And Conceptual Experience. European Science Education Reseach Association Conference (p. 2). Istanbul : Turkey: ESERA.

Murnomo, A. (Edisi April 2010). Empat Langkah Strategis Membangun Kualitas. Lembaran Ilmu Kependidikan , hlm 75-82.

Muxller, Y. S. (2000). Vocational Secondary Education Where diversion and where safety net? European Societies , hlm 29-59.

Northcutt, Norvell, D. M. (2004). Interractive Quality Analysis. New Delhi : Sage Publications.

Pardjono & Windiyati, H. (2012) Implementasi Pembelajaran Berbasis

Kompetensi di SMK, Cakrawala Pendidikan, Yogyakarta: PPs Universitas Negeri Yogyakarta, Juni 2012, Th. XXXI, hlm 337-350.

Patton, M. Q. (2000). Qualitative Evaluation Methods. Bavery Hill: Sage Publication.

Percival, F.& Ellington, H. (1984). A Handbook of Educational Technology, Physical: Publisher Hardcover ISBN 13: 9780850385694.

Peraturan Menteri Pendidikan No 47 Tahun 2007. (2007). Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan No. 70 Tahun 2013. (2013).Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007.(2007). Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Gambar

Tabel 1.2. Kategori Ruang Praktek di Jawa Barat
Tabel 3.1  Implementasi Model Pembelajaran Di Laboratorium (Descriptors of laboratory instructional style)
Gambar 3.2 Triangulasi Data
Tabel 3.2 Interview Protocol Kedekatan Group Fokus
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apabila saudara tidak hadir atau tidak dapat menunjukkan semua dokumen asli sampai dengan batas waktu tersebut diatas, maka perusahaan saudara dianggap mengundurkan

Untuk mengukur daya saing industri pariwisata dapat menggunakan variabel daya saing dengan menggunakan kedelapan indikator diantaranya Human Tourism Indicator (HTI),

Untuk mengukur daya saing industri pariwisata dapat menggunakan variabel daya saing dengan menggunakan kedelapan indikator diantaranya Human Tourism Indicator (HTI),

PENERAPAN PEND EKATAN INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PAD A PEMBELAJARAN IPA KONSEP PENGGOLONGAN D AN D AUR HID UP HEWAN.. Universitas Pendidikan Indonesia |

200!, Evaluasi Kinerja Terminal Terboyo Semarang, Tugas Akhir, Jurusan Teknik sipil. Fakultas Teknik Sipil

Selain itu harga dan tempat juga memiliki kaitan dengan kepuasan, karena harga dan tempat merupakan suatu titik penentu pertemuan terhadap produk yang ditawarkan, selain

[r]

[r]