SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur
Oleh :
FIRDAUS NAUFAL 0642010103
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik
dan tepat waktu. Dengan ini penulis mengambil judul dalam penyusunan proposal
penelitian yaitu Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah Sektor Informal Di
Gresik ( Studi kasus Usaha Mikro Campina Scoop Counter )
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
dukungan dalam penyusunan proposal ini. Terutama sekali penulis ucapkan terima kasih
kepada Dr.Jojok D, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Selain itu penulis juga
menyampaikan terima kasih atas segala bantuannya kepada :
1. Ibu Hj. Suparwati, Dra, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Nurhadi, Drs, M.Si. selaku PLH. Kaprogdi sekretaris program studi Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Kedua orang tua penulis, atas segala doa, dorongan, semangat dan juga kasih
sayang serta kesabaran yang tiada henti dalam mendukung menyelesaikan
proposal penelitian ini.
4. Bapak Taufik Arizal selaku pemilik CSC Ahmad Yani, Bapak Syafiudin pemilik
kekurangan baik dalam segi teknis maupun segi materi penyusunannya, untuk itu
penulis senantiasa bersedia dan terbuka menerima saran maupun kritik yang
tentunya bersifat membangun dalam penyempurnaan proposal penelitian ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, serta besar harapan dari penulis
semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Surabaya, Juni 2011
KATA PENGANTAR………..i
DAFTAR ISI………...………...iii
DAFTAR GAMBAR…...vi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Fokus Penelitian...4
1.3 Perumusan Masalah...5
1.4 Tujuan Penelitian...5
1.5 Kegunaan Penelitian...5
BAB II KAJIAN PUSTAKA...6
2.1 Tinjauan Pustaka...6
2.1.1 Usaha Mikro Kecil Menengah...6
2.1.1.1 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah...8
2.1.1.2 Kriteria Usaha Kecil dan Menengah Berdasarkan Perkembangan...10
2.1.1.3 Keunggulan dan Klelemahan Usaha Kecil Menengah...11
2.1.1.4 Hakikat, Bentuk dan Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah...14
2.1.2 Manajemen Strategi...15
2.1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan...35
2.1.6 Profit...37
2.2 Kerangka Berfikir...39
BAB III METODE PENELITIAN...43
3.1 Metode Penelitian...43
3.2 Batasan Masalah Penenelititan...46
3.3 Lokasi Penelitian...47
3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel...47
3.5 Subyek dan Informan Penelitian...49
3.6 Teknik Pengumpulan data...49
3.7 Teknik Analisis Data...51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...58
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian………...58
4.1.1 Usaha Mikro Sektor Informal Campina Scoop Counter di kota Gresik secara umum……....………...61
4.2 Hasil Penelitian………...62
4.2.1 Penyajian Data………62
4.3 Pembahasan………...…….71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...81
5.1 Kesimpulan...81
5.2 Saran...84
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
FIRDAUS NAUFAL
ABSTRAKSI
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok salah satu pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi (http://www.depkop.go.id/) dan juga menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu upaya mengurangi pengangguran. Itu artinya, usaha mikro yang memiliki omset penjualan kurang dari satu milyar, dan usaha kecil memiliki omset penjualan pada kisaran satu milyar, serta usaha menengah dengan omset penjualan di atas satu milyar pertahun, memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembangunan bangsa ini.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati. Dalam penelitian ini digunakan 3 responden dengan menggunakan wawancara mendalam. Dimana responden ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Dari hasil strategi bisnis usaha mikro kecil dan menengah sektor informal (studi kasus usaha mikro Campina Scoop Counter di kota Gresik) yang diamati dalam penelitian menunjukkan bahwa didalam mengelola keuangan, para pemilik atau owner Campina Scoop Counter masih melakukan pencatatan keuangan secara tradisional (manual) dalam artian mereka belum memisahkan antara keuangan pribadi dan usaha. Dari sisi strategi produksi, para pedagang kurang berusaha melakukan inovasi pada menu yang mereka sajikan kepada konsumen. Dalam aspek pemasaran, para pedagang lebih bersikap pasif dalam memasarkan produk mereka. Sedangkan didalam sumber daya manusia merekrut tenaga kerja, mereka mengambil tenaga kerja dari anggota keluarga mereka sendiri dan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi maka dianalisis menggunakan analisis SWOT yang singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
1.1 Latar Belakang
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, usaha kecil selalu
digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena
sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam
kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Usaha kecil
yang merupakan salah satu pilar perekonomian nasional, akhir-akhir ini
banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena kemampuannya
bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi dan menyerap tenaga kerja sangat
membantu kelangsungan roda perekonomian di negara kita.
Sektor informal merupakan unit usaha kecil maka modal yang
diperlukan juga kecil bahkan sistem pengolahannya sangat sederhana.
Meskipun dengan modal kecil tersebut orang-orang yang bekerja di sektor
informal mampu mempertahankan hidupnya.
Karena usaha kecil dianggap masyarakat mampu untuk membuka
lapangan pekerjaan baru bagi masyarkat yang bergerak dibidang sektor
informal, maka masyarakat mulai berpikir untuk menjalankan usaha kecil
yang memiliki inovasi dalam menjalankan kegiatan bisnis usaha kecilnya.
Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM adalah suatu kegiatan ekonomi yang
memiliki basis dari kalangan masyarakat dengan keterjangkauan modal yang
menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods) khususnya yang
tidak tahan lama (non-durable consumer goods). Kelompok barang ini
dicirikan bila seandainya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat,
permintaan terhadap barang ini tidak meningkat banyak, begitu juga
sebaliknya jika pendapatan masyarakat merosot sebagai akibat dari krisis
maka permintaan pun tidak berkurang banyak. Kedua, mayoritas usaha kecil
lebih mengandalkan pada pembiayaan non-banking dalam aspek pendanaan
usaha. Saat perbankan terpuruk akibat krisis, usaha kecil inti tidak
terpengaruhi. Ketiga, umumnya usaha kecil melakukan spesialisasi yang ketat
yaitu hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja (kebalikan dari
konglomerasi).
Saat ini UMKM mengarah pada pasar persaingan sempurna, di mana
kondisi keluar masuk pasar kerap terjadi. Spesialisasi dan struktur pasar
tersebut membuat UMKM cenderung fleksibel dalam memilih dan berganti
usaha. Keempat, terbentuknya usaha kecil informal baru akibat banyaknya
pemutusan hubungan kerja di masa-masa krisis. Selain itu, daya tahan
UMKM tercipta karena mereka tidak banyak memiliki ketergantungan pada
faktor eksternal seperti utang dalam valuta asing dan bahan baku impor dalam
melakukan kegiatan usahanya karena umumnya UMKM menggunakan bahan
baku dari sumber alam lokal.
Semakin banyaknya UMKM mengakibatkan ketatnya persaingan
membuat pelaku bisnis yang lebih unggul, dituntut untuk terus berinovasi
agar tetap mampu bertahan menghadapi persaingan. Oleh karena itu,
diperlukan tidak hanya itu terbukanya pasar di dalam negeri yang juga
merupakan ancaman bagi UMKM dengan semakin banyaknya barang dan
jasa yang masuk dari luar akibat dampak globalisasi, manajemen
membutuhkan suatu strategi yang terpadu untuk menghadapi persaingan agar
dapat mengantisipasi dampak dari suatu kejadian dan mampu bertindak
proaktif atau inovatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
bersaing yang dapat dilakukan dengan menerapkan strategi pemasaran yang
tepat.
UMKM yang ada di kota Gresik bergerak pada agen-agen koran,
kedai kopi, percetakan dan sablon, pedagang kaki lima, mebel dan lain lain.
Tetapi pada penelitian ini objek penelitiannya adalah UMKM yang bergerak
pada Usaha Mikro Sektor Informal yaitu Campina Scoop Counter yang
berada di kota Gresik.
Meskipun keberadaan Usaha Mikro Sektor Informal tersebut kelihatan
kurang tertata akan tetapi Usaha Mikro Sektor Informal juga banyak
membantu masyarakat atau konsumen yang hendak membeli es krim dengan
harga yang relatif lebih terjangkau. Tidak hanya itu, kehadiran Campina
Scoop Counter juga bisa membantu pemerintah dalam mengurangi
pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat ekonomi kelas
menengah ke bawah.
Campina Scoop Counter yang berada di berbagai daerah kota Gresik
melayani penjualan produk es krim dengan merek Campina, yang
penyajianya dengan cara scooping ke dalam wadah tertentu (cone, wafle, cup,
dasar es krim. Campina Scoop Counter ini termasuk salah satu usaha kecil
menengah yang keberadaannya semakin banyak dan berkembang di berbagai
jalan kota Gresik, hal ini mengakibatkan para pengusaha melakukan strategi
bisnis masing-masing agar konsumen mau dan suka membeli es krim dan
aneka makanan lain di counter tempat pedagang menjual produknya.
Pemberian pelayanan pada konsumen, harga yang terjangkau, tempat yang
strategis merupakan hal-hal yang diperhatikan konsumen dalam memilih
tempat yang cocok dan sesuai, sehingga konsumen merasa puas dan
pengusaha dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam memasarkan
makanannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka penulis ingin
mengetahui bagaimana strategi bisnis yang dilakukan Usaha Mikro Sektor
Informal Campina Scoop Counter yang berada di kota Gresik, khususnya
CSC yang berada di Jalan Ahmad Yani, Jalan Arief Rahman Hakim, dan
Jalan Kemuteran.
1.2 Fokus Penelitian
Sebagai situasi sosial, pada Jalan Ahmad Yani, Jalan Arief Rahman
Hakim, dan Jalan Kemuteran di Gresik yang ditetapkan sebagai tempat
(place) terdapat (actor) yang menjual (activity), es krim dan aneka makanan
lainya, fokus penelitian diarahkan pada strategi bisnis yang dilakukan oleh
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang didepan, maka perumusan masalah dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
” Bagaimanakah Strategi Bisnis yang dilakukan Owner CSC Jalan Arief
Rahman Hakim, CSC Jalan Ahmad Yani, dan CSC Jalan Kemuteran di kota
Gresik? ”
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
” Untuk mengetahui dan menganalisis Strategi bisnis yang dilakukan Owner
CSC Jalan Ahmad Yani, CSC Jalan Arief Rahman Hakim, dan CSC Jalan
Kemuteran di kota Gresik”.
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi perusahaan (Owner) dalam meningkatkan
kinerjanya, serta sebagai referensi dalam pengambilan keputusan bisnis.
2. Sebagai referensi peneliti selanjutnya khusunya Ilmu Administrasi Bisnis
yang berkaitan dengan UMKM sektor informal.
3. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang mengambil
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Usaha Mikro Kecil Menengah
Di Indonesia sendiri belum terdapat batasan dan kriteria yang baku
mengenai usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria
menurut fokus permasalahan yang dituju:
Menurut Suhardjono (2003 : 33) dalam buku Manajemen Perkreditan
Usaha Kecil dan Menengah ada dua definisi usaha kecil yang di kenal di
Indonesia adalah di Indonesia adalah sebagai berikut:
Pertama, definisi usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1995 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/9/Bkr tahun 2001
tentang Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil
penjualan tahunan maksimal Rp.1 miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp. 200 juta.
Kedua, menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil
identik dengan industry kecil dan industry rumah tangga. BPS
mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjaannya, yaitu industri
rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang, industri kecil dengan pekerja 5-19
orang, industri menengah dengan pekerja 20-99 orang, industri besar dengan
pekerja 100 orang atau lebih. Biro Pusat Statistik Indonesia – BPS (1988)
dengan sembilan belas orang yang terdiri atas termasuk pekerja kasar yang
dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga. Perusahaan industri yang
memiliki tenaga kerja kurang dari lima orang diklasifikasikan sebagai industri
rumah tangga.
Usaha Mikro (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003,
tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil): Usaha produktif milik
keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia, Memiliki hasil penjualan
paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Usaha Kecil (Menurut UU No. 9/1995,
tentang Usaha Kecil): Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang
berbentuk badan usaha orang orang perorangan, badan usaha yang tidak
berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi,
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan
Usaha Menengah atau Besar, Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki
hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahuna.
Sedangkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Stanley dan Morse di
dalam buku Suryana ( 2006 :119) adalah industri yang menyerap tenaga
kerja 1-9 orang termasuk industri kerajinan rumah tangga. Industri kecil
menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan industri
Usaha Produktif (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang
Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil):Usaha pada semua sektor ekonomi
yang dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM): Usaha Mikro adalah
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan
yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah
usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang.
2.1.1.1 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai
berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua
Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu
Miliar Rupiah) 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki,
Menengah atau Usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan
usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum,
termasuk koperasi.
Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2008
tentang usaha mikro kecil menengah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut
adalah:
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit
lebih. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan
UKM, di masing-masing Provinsi atau Kabupaten/Kota.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah / 15/ 04/ 2010).
Sedangkan usaha skala mikro pada tahun 2010 sudah mencapai 50,70 juta
unit.(http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article
&id=129/17/08/2010)
2.1.1.2 Kriterian Usaha Kecil dan Menengah Berdasarkan Perkembangan:
Selain berdasarkan Undang-undang tersebut, dari sudut pandang
perkembangannya Usaha Kecil dan Menengah dapat dikelompokkan dalam
beberapa kriterian Usaha Kecil dan Menengah yaitu:
1. Livelihod Activities (aktifitas kehidupan), merupakan Usaha Kecil
Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari
nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.
2. Micro Enterprice (usaha mikro), merupakan usaha kecil menangah yang
memiliki sifat pengerajin akan tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise (usaha kecil), merupakan usaha kecil
menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima
4. Fast Moving Enterprise (usaha yang bergerak cepat), merupakan usaha
kecil menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan
melakukan transformasi menjadi usaha besar. Sumber : Depkop_Website
http://.wordpress.com/9-7-2010.
2.1.1.3 Keunggulan Dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah
Menurut Subanar (2001:6) Pada kenyataannya, usaha kecil mampu
tetap bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan
inflasi maupun bebagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi dan proteksi,
Industri kecil di Indonesia mampu menambah nilai devisa bagi negara.
Sedangkan sektor informal mampu berperan sebagai buffer (penyangga)
dalam perekonomian masyarakat lapisan bawah.
Secara umum perusahaan skala kecil baik perorangan maupun kerja
sama memiliki keunggulan dan daya tarik seperti:
1. Pemilik merangkap Manajer Perusahaan yang bekerja sendiri (merangkap
semua fungsi manajerial seperti marketing, finance dan administrasi).
2. Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam peraturan
dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya UMKM di
Indonesia.
3. Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja yang
tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yg tidak terlalu
mahal.
4. Dalam banyak pengerjaaan produk tertentu, perusahaan besar banyak
sendiri oleh mereka (perusahaan besar) maka margin-nya menjadi tidak
ekonomis.
5. Merupakan pemerataan kosentrasi dari kekuatan – kekuatan ekonomi
dalam masyarakat.
Menurut Suryana (2006:120-121) Usaha kecil memiliki kekuatan dan
kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain:
1. Memiliki kebebasan untuk bertindak.
Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk baru, teknologi baru, dan
perubahan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk
menyesuaikan dengan keadaan yang berubah tersebut. Sedangkan pada
perusahaan besar, tindakan tersebut susah dilakukan.
2. Fleksibel.
Perusahaan kecil dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. Bahan
baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya
menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal.
3. Tidak mudah goncang.
Karena bahan baku kebanyakan lokal dan sumber daya lainnya bersifat
lokal, maka perusahaan kecil tidak rentan terhadap fluktasi bahan impor.
Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan ke dalam
dua aspek, antara lain:
a. Kelemahan Struktural,yaitu kelemahan dalam strukturnya,misalnya
kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam
teknologi, kesulitan mencari pemodalan, tenaga kerja masih lokal, dan
terbatasnya akses pasar.
b. Kelemahan Kultural. Kelemahan kultural berdampak terhadap terjadinya
kelemahan struktural. Kelemahan struktural mengakibatkan kurangnya
akses informasi dan lemahnya bebagai persyaratan lain guna memperoleh
akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku.
Menurut Subanar (2001:8) Berbagai kendala yang menyebabkan
kelemahan serta hambatan bagi pengelola suatu UMKM di antaranya masih
menyangkut faktor intern dari UMKM itu sendiri serta beberapa faktor
ekstern, seperti:
1. Umumnya pengelola small-business merasa tidak memerlukan ataupun
tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, Analisis
Perputaran Uang Tunai/Kas, serta berbagai penelitian lain yang di
perlukan suatu aktivitas bisnis.
2. Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntansi
yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur Organisasi dan
pendelegasian wewenang, serta alat-alat kegiatan manajerial lainnya
(perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang umumnya
diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yg profit-oriented.
3. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan
pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten
dengan ketentuan – order/ pesanan, yang mengakibatkan klaim atau
produk yang di tolak.
5. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat berapa
kebutuhan modal kerja, sebagai akibat tidak adanya perencanaan kas.
Maka dapat disimpulkan kekuatan dari mendirikan perusahaan
berskala kecil adalah Memiliki kebebasan untuk bertindak., Fleksibel., Tidak
mudah goncang dan adapun kelehamannya seperti kelemahan Struktural dan
Kelemahan Kultural
2.1.1.4 Hakikat, Bentuk Dan Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah
Menurut Subanar (2001 : 3-4) Hakikat UMKM yang ada secara
umum di kelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan khusus yang meliputi:
a. Industri Kecil
Industri kerajinan rakyat, industri cor logam, konveksi dan berbagai
industri lainnya.
b. Perusahaan Berskala Kecil
Koperasi, Restoran, Toko Bunga, Jasa Profesi, dan lainnya.
c. Sektor Informal
Agen barang bekas, kios kaki lima, pedagang kaki lima, dan lainnya.
Menurut Subanar (2001:4) berdasarkan bentuk usahanya, maka UKM
terdapat di Indonesia dapat di golongkan ke dalam 2 sebagai berikut:
1. Usaha Perseorangan
Usaha perseorangan bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau pihak
lain (dalam hal ini konsumen) dengan dukungan harta kekayaan
perusahaan yang merupakan milik perusahaan dari pengusaha yang
relatif kecil. Pada umumnya lebih mudah untuk didirikan, karena tidak
memerlukan persyaratan yang rumit dan bertahap seperti bentuk-bentuk
usaha lainnya.
2. Usaha Persekutuan/Partnership
Usaha persekutuan berusaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan dalam
memperoleh laba. Merupakan bentuk kerja sama dari beberapa orang
yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kewajiban-kewajiban
usaha persekutuannya. Bentuk pertanggung jawaban dan pola
kepemimpinannya berbeda-beda menurut bentuk-bentuk persekutuan
yang di bentuk.
2.1.2 Manajemen Strategi
Dalam kondisi lingkungan bisnis yang dinamis, semakin cepat terjadi
perubahan maka persaingan usaha juga menjadi ketat. Untuk menghadapi hal
itu, suatu usaha bisnis perlu suatu strategi bisnis untuk memenangkan
persaingan agar kelangsungan hidup usahanya tetap terjamin.
Strategi menempatkan parameter-parameter sebuah organisasi dalam
pengertian menentukan tempat bisnis dan cara bisnis untuk bersaing. Strategi
menunjukkan arahan umum yang hendak ditempuh oleh suatu organisasi
(perusahan) untuk mencapai tujuannya. Strategi ini merupakan rencana besar
dan penting. Setiap organisasi yang dikelola secara baik memiliki strategi,
walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit.
Menurut Andrew dalam Anoraga (2004 ; 339), Strategi adalah pola
untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan
bisnis yang dianut atau yang akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan
menjadi jenis apa perusahaan ini. Sedangkan definisi strategi menurut
Chandler dalam Rangkuti (2004 ; 3) Strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program
tidak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Dalam manajemen strategi, (Mintzberg dalam Suryana, 2001 :
129-130) mengemukakan strategi yaitu perencanaan (plan), pola (patern), posisi
(position), perspektif (perspectife) dan permainan atau taktik (play).
1. Strategi adalah perencanaan (Plan)
Konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan atau acuan
gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan dimasa depan
yang belum dilaksanakan. Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang
telah dilakukan dimasa lampau, misalnya pola-pola perilaku bisnis yang
telah dilakukan dimasa lampau.
2. Strategi adalah Pola (Patern)
Strategi adalah pola “strategy is patern”, yang selanjutnya disebut
sebagai “intended strategy”, karena belum terlaksana dan berorientasi ke
masa depan atau disebut juga sebagai “realized strategy” kerena telah
dilakukan oleh perusahaan.
3. Strategi adalah Posisi (Position)
Devinisi ketiga adalah strategy I position, yaitu menempatkan produk
tertentu dipasar yang dituju. Strategi sebagai posisi cenderung melihat
pelanggan dan melihat keluar yaitu meninjau berbagai aspek lingkungan
eksternal.
4. Strategi adalah Perspektif (perspectife)
Jika dalam pola dan posisi cenderung melohat kebawah dan keluar, maka
sebaliknya dalam perspektif cenderung melihat kedalam keadaan yaitu
kedalam organisasi dan keatas yaitu melihat grand visison dari
perusahaan.
5. Strategi adalah Permainan atau taktik (play)
Strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya pesaing. Suatu
merk misalnya mengeluarkan merk kedua agar posisinya tetap kukuh dan
tidak tersentuh, karena merk-merk pesaing akan sibuk melawan merk
kedua tersebut.
Umar (2003 ; 54) mendefinisikan bisnis merupakan seluruh kegiatan
yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan
mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.
Sedangkan Boone dan Kurtz (2001 ; 67) mendefinisikan bisnis terdiri dari
semua aktifitas yang bertujuan mencari laba dan perusahaan yang
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh sebuah sistem ekonomi.
Sebagian bisnis menghasilkan barang-barang berwujud seperti mobil, sereal
untuk makan pagi dan chip computer, sebagian lainnya memproduksi jasa
seperti asuransi, konser musik, penyewaan mobil dan penginapan.
Strategi bisnis menurut Ohmae dalam Anoraga (2004 ; 339) Strategi
perencanaan strategi adalah untuk memungkinkan suatu perusahaan
memperoleh, seefisien mungkin, kedudukan paling akhir yang dapat
dipertahankan dalam menghadapi pesaing-pesaingnya. Jadi strategi
perusahaan merupakan upaya mengubah kekuatan perusahaan yang
sebanding dengan kekuatan pesaing-pesaingnya, dengan cara yang paling
efisien.
2.1.3 Strategi Fungsional
Dalam dunia bisnis, istilah strategi adalah pola sasaran, maksud atau
tujuan dan kebijakan, serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan
itu, yang dinyatakan dengan cara menetapkan bisnis yang dianut atau yang
akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa
perusahaan ini.
(Andrew, dalam Anoraga. 2004; 339).
Menurut Porter dalam Rangkuti (2004; 6) ada tiga strategi yang dapat
dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing yaitu :
1. Cost leadership
2. Diferensiasi
3. Fokus
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pesaingnya jika dia dapat memberikan harga jual yang
lebih murah daripada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai atau
kualitas produk yang sama. Harga jual yang yang lebih rendah dapat dicapai
efisiensi produksi, penggunaan teknologi, kemudahan akses dengan bahan
baku, dan sebagainya.
Perusahaan juga dapat melakukan strategi diferensiasi dengan
menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada konsumennya, misalnya
persepsi terhadap keunggulan kinerja produk, inovasi produk, pelayanan yang
baik, dan brand image yang lebih unggul. Selain itu, strategi fokus juga dapat
diterapkan untuk memperoleh keuntungan bersaing sesuai dengan segmentasi
dan pasar sasaran yang diharapkan.
Pada dasarnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe
strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis.
1. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh
manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro
misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga,
strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai
keuangan, dan sebagainya.
2. Strategi investasi, merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.
Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang
agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan,
strategi pembangunan kembali suatu divisi baru, dan sebgainya.
3. Strategi bisnis, disebut juga strategi bisnis secara fungsional karena
strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya
strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi,
strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan
Secara rinci strategi bisnis atau fungsional dijelaskan sebagai berikut :
1. Strategi di Bidang Produksi atau Operasi
Perumusan dan penetapan strategi dibidang produksi atau operasi
penting dilakukan untuk dijadikan sebagai tuntutan kerja para manajer.
Pengalaman menunjukkan bahwa ada dua komponen yang biasanya menjadi
perhatian utama. Yang pertama adalah sarana dan prasarana kerja, kedua
adalah cara pengadaan sarana dan prasarana.
Menurut Keown, dkk (2000 : 750-751), manajemen persediaan
melibatkan control asset yang digunakan dalam proses produksi atau
diproduksi untuk dijual dalam kegiatan bisnis perusahaan biasa. Tujuan
menyimpan persediaan adalah untuk memisahkan operasi perusahaan, artinya
membuat masing-masing fungsi bisnis independent dari fungsi lain agar
penundaan atau penghentiaan dalam suatu area tak mempengaruhi produksi
dan penjualan produk akhir.
Adapun beberapa tipe persediaan umum yaitu :
a. Persediaan bahan baku, terdiri atas bahan baku dasar yang dibeli dari
perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi produksi perusahaan.
Barang-barang ini bias meliputi baja, kayu, minyak bumi, atau bahan
yang sudah dimanufakturkan seperti kawat, poros peluru atau ban yang
tak diproduksi perusahaan sendiri. Tanpa merinci bentuk persediaan
bahan baku, semua perusahaan manufaktur secara definisi menyimpan
persediaan bahan baku dengan tujuan untuk memisahkan fungsi produksi
dari fungsi pembeliaan, artinya membuat kedua fungsi independent dari
penundaan produksi. Jika pengiriman terlambat, perusahaan dapat
memenuhi kebutuhan bahan bakunya dengan mencarikan persediaannya.
b. Persediaan barang dalam proses, terdiri atas barang setengah jadi yang
membutuhkan tambahan pekerjaan sebelum mnjadi barang jadi. Semakin
kompleks dan panjang produksinya, semakin besar investasi dalam
persediaan barang dalam proses. Tujuan persediaan barang dalam proses
adalah memisahkan berbagai operasi dalam proses produksi agar
kegagalan mesin dan penghentian pekerjaan dalam suatu operasi tak kan
mempengaruhi operasi lain.
c. Persedian barang jadi, terdiri atas barang yang telah selesai produksinya
tetapi belun dijual. Tujuan persediaan barang jadi adalah memisahkan
fungsi produksi dan penjualan agar tidak perlu memprodiksi barang
sebelum penjualam terjadi, penjualan dapat dilakukan langsung dari
persediaan.
2. Strategi di Bidang Keuangan
Manajemen keuangan merupakan bagian dari perusahaan yang
fungsinya adalah mengorganisasikan perolehan dana, menggunakan dana,
dan sekaligus mengendalikan dana tersebut dalam rangka
memaksimalkan nilai perusahaan. Dana dapat diperoleh dari berbagai
sumber, yaitu dari sumber internal dan eksternal. Selanjutnya dana yang
didapat tersebut dikendalikam melalui manajemen kas, yang pada tahapan
selanjutnya dana tersebut akan diinvestasikan baik untuk investasi jangka
panjang maupun investasi jangka pendek untuk memperoleh laba. (Umar,
Secara garis besar sumber dana dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu :
a. Sumber internal, misalnya laba, depresiasi, dan amortisasi.
b. Sumber eksternal, misalnya pinjaman jangka pendek (seperti kredit
leveransir, kredit rekening Koran), pinjaman jangka menengah
(seperti KMK permanent, KIK, dan leasing), pinjaman jangka
panjang (seperti kredit hipotik dan kredit obligasi)
c. Modal sendiri, misalnya saham preferen dan dividen.
Menurut Suryana (2001 : 95-96), dalam perencanaan dan pengunaan
dana ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam merancang
penggunaan biaya, meliputi : (1) Biaya awal; (2) Proyeksi atau rancangan
keuangan yang mencakup pembukuan neraca harian, proyeksi atau
rancangan neraca pendapatan (income statements), proyeksi atau
rancangan neraca aliran kas (cash flow statements); (3) analisis pulang
pokok. Biaya awal (start up cost) adalah biaya yang diperlukan ketika
perusahaan akan berdiri. Biaya awal perusahaan yang baru berdiri pada
umumnya meliputi biaya awal yang tidak terduga, biaya administrasi (gaji
karyawan dan peralatan kantor), biaya (sewa) bangunan, biaya asuarnsi,
serta biaya tambahan atau biaya secara umum.
3. Strategi di Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia (human resources management),
yaitu fungsi untuk menarik, mengembangkan dan mempertahankan para
karyawan andal dalam rangka mejalankan aktivitas yang diperlukan untuk
memenuhi tujuan organisasi (Boone dan Kurtz, 2022 : 318). Tanggung
kebutuhan tenaga kerja, perekrutan dan penyeleksian, pelatihan dan
pengevaluasian kinerja, tunjangan serta kompensasi, dan pemberhentian
karyawan. Dalam melaksanakan tugas ini, para manajer sumber daya
manusia memenuhi tujuan tersebut dengan (1) menyediakan karyawan
yang andal dan terlaith untuk organisasi (2) memaksimalkan keefektifan
karyawan dalam organisasi, (3) memenuhi kebutuhan masing-masing
karyawan dengan memberikan kompensasi, peluang untuk berkembang
dan meningkatkan karier tunjangan dan kepuasaan kerja.
Manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan atas pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan
pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan secara terpadu. Tugas manajemen sumber daya
manusia untuk mengelola unsur manusia secara baik agar memperoleh
tenaga kerja yang mencintai dan puas akan pekerjaannya (Umar, 2005 :
331)
Kualitas, sikap dan perilaku sumber daya manusia sangat dipengaruhi
oleh perkembangan sosial, politik, kebudayaan, dan lain-lain. Oleh karena
itu, kebijakan sumber daya manusia terpengaruh oleh faktor-faktor
eksternal, antara lain berupa perkembangan pendidikan, jumlah
penawaran tenaga kerja, perkembangan social, perburuhan, adapt, agama,
budaya, dan sitem nilai masyarakat lainnya. Sedangkan faktor-faktor
internal sumber daya manusia akan dipengaruhi oleh manajemen sumber
pengarahan, dan pengendalian sumber daya manusia. Fungsi kedua, yaitu
fungsi operasional yang terdiri atas pengadaan, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan
kerja. Fungsi ketiga yaitu kedudukan manajemen sumber daya manusia
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu
(Umar, 2005 : 137).
4. Strategi Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan
mencapai laba maksimal. Kegiatan atau aktivitas pemasaran tidak hanya
sekedar menjual barang dan jasa tetapi juga merupakan suatu kegiatan
pemasaran. Pemasaran juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui proses pertukaran.
Pemasaran juga merupakan suatu upaya untuk menyalurkan barang dan
jasa dari produsen ke konsumen.
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana
perorangan atau kelompok memperoleh yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui pembuatan dan pertukaran produk dan nilai dengan
pihak lain. Kegiatan pemasaran harus dapat memberikan kepuasan kepada
konsumen agar konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap
perusahaan serta menarik minat konsumen untuk membeli produknya.
Ma’ruf (2005 : 242) menjelaskan bahwa strategi pemasaran terdiri
dari : primary target market, positioning, merchandising, sales
seperti : rencana pergantian system operasional, prioritas rekrutmen dan
pelatihan SDM.
Sedangkan menurut Madura (2001 : 17) strategi pemasaran
difokuskan pada target pasar. Karakteristik produk, penentuan harga,
distribusi dan promosi.
Dari kedua pendapat tersebut maka akan diuraikan tentang strategi
pemasaran sebagai berikut :
a. Target Pasar : Pemasaran yang efektif adalah yang dapat menjelaskan
segmen masyarakat yang menjadi sasaran utamanya. Segmen pasar
yang jelas memungkinkan perusahaan memilih strategi yang tepat.
(Ma’ruf, 2005 : 242). Dalam menjelaskan (Madura 2001 : 17) profit
pelanggan atau karkteristik dari pelanggan khusus (berdasarkan jenis
kelamin, umur, hobi dan sebagainya ) harus di dientifikasikan. Ini
menolong dalam menetukan target pasar, yang terdiri dari pelanggan
yang pantas untuk profil pelanggan.
b. Karakteristik Produk : Karakteristik produk harus digambarkan, yang
menekankan apa yang menjadikan produk tersebut lebih diminati
daripada produk sejenis yang ditawarkan oleh pesaing. Suatu produk
mungkin diminati karena lebih mudah dipakai, lebih efektif, atau lebih
awet. Apapun keunggulan kompetitif produk ini dari produk sejenis
dari pesaing harus dijelaskan. (Madura, 2001 : 17) atau meurut
(Ma’ruf 2005 : 242) sebagai upaya menempatkan citra perusahaan di
benak masyarakat. Citra adalah persepsi masyarakat terhadap
citra mereka di masyarakat, tetapi banyak faktor lain yang
menentukan citra mereka sendiri. Orang mencari sifat tertentu dalam
citra. Harus ada pesan tunggal yang menunjukkan keunggulam utama
dan posisi produk. Pesan itu harus unik sehingga tidak dikacaukan
dengan pesan serupa dari pesaing. Pesan itu juga harus memiliki
kekuatan emosional untuk membangkitkan perasaan selain pikiran
pembeli (Kotler, 2001 : 401)
c. Penentuan Harga : Penawaran harga yang di usulkan dari produk
harus diumumkan. Harga produk serupa yang dijual pesaing harus
pula disebutkan. Harga akan mempengaruhi permintaan untuk produk.
(Madura, 2001 : 17). Perusahaan tidak menetapkan harga tunggal
melainkan suatu struktur harga yang mencerminkan perbedaan
permintaan secara geografis dan biaya, kebutuhan segmen pasar,
waktu pembelian, tingkat pemesanan dan faktor lainnya. Sebagai
akibat dari pemberian diskon, potongan dan dukungan promosi,
perusahaan jarang memperoleh laba yang sama dari masing-masing
unit yang dijualnya.
d. Distribusi : Cara produk yang akan didistribusikan kepada pelanggan.
Beberapa produk dijual langsung ke pelanggan, ada juga yang
didistribusikan lewat pengecer. (Madura, 2001 : 17)
e. Promosi : Dunia perdagangan amat memerlukam promosi yang teratur
dan dikomunikasikan terus menerus. Secara periodik, promosi
dipasang dengan tujuan membuat perusahaan dan produk “terasa
produk direncanakan dalam bentuk frekuensi penayangan iklan dalam
tahun pertama, kedua, hingga tahun ke lima. Komunikasi media
bellow-the-line seperti brosur dan media berita (publisitas/ public
relation) juga direncanakan. (Ma’ruf 2005 : 224) Bauran promosi
(promotion mix) merupakan kombinasi dari beberapa unsure promosi,
yang lazimnya adalah iklan, Sales promotion ,personal selling, dan
publisitas.
f. Pemasangan iklan di media massa seperti : media cetak, media
elektronik dan media luar ruang. Sedangkan yang terkait dengan sales
promotion seperti : sales discount, clearing sales, best buy,
bellow-the-line, in-store promotion, undian berhadiah, kupon, kontes/festival,
lomba (dikaitkan dengan belanja) dan kuiz. Adapun publisitas terkait
dengan public relations (PR) seperti : marketing public relations
(MPR) yang berkaitan dengan citra produk, corporate public relation
(CPR) yang berkaitan dengan citra perusahaan, Bazar dan lomba.
Adapun personal selling adalah upaya penjualan yan dilakukan oleh
para karyawan (pramuniaga, salesman/saleswomen dan staf lain)
(Ma’ruf, 2005 : 184)
2.1.4 Analisis SWOT
Hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalam
pendekatannya menggunakan analisis SWOT. Karena dengan menggunakan
analisis SWOT maka perusahaan akan dapat mengetahui apakah perusahaan
sebenarnya telah muncul dari bentuk yang paling sederhana, yaitu dalam
rangka menyusun strategi untuk mengalahkan pesaing sampai menyusun
strategi untuk memenangkan persaingan bisnis, dengan konsep cooperation
dan competition.
Terkait dengan permasalahan dalam penelitian, maka penjelasan
masalah analisis SWOT sangat perlu, dimana SWOT adalah kependekan dari
Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats yang dalam bahasa
Indonesia artinya adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Kekuatan dan kelemahan berkaitan dengan diri dalam menyusun rencana
strategis, baik organisasi dan karyawannya, jaringan pemasoknya, sistem
operasionalnya, maupun citra yang dimilikinya. Sedangkan peluang dan
ancaman berkaitan dengan pasar, pesaing-pesaingnya, dan lingkungan makro
seperti terjadinya peristiwa bencana alam seperti banjir, kebakaran, dan
lain-lain.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika
yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). (Rangkuti, 2004 ; 19).
Konsep dasar pendekatan SWOT ini, tampaknya sederhana sekali
yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Sun Tzu (1992) dalam Rangkuti
(2004;10), bahwa “apabila kita telah mengenal kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, dan mengetahui kelemahan kekuatan dan kelemahan lawan, sudah
Dalam perkembangannya, analisis SWOT tidak hanya dipakai untuk
menyusun strategi secara umum, melainkan banyak dipakai untuk
penyusunan strategi perencanaan bisnis (Strategis Business Planning) yang
bertujuan untuk menyusun strategi jangka pendek yaitu kemampuan untuk
bertahan dan mengejar laba maupun tujuan jangka panjang yaitu untuk
kelangsungan hidup usahanya, sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat
dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan, berikut semua
perubahannya dalam menghadapi pesaing.
Dengan demikian sudah lama terlibat atau baru masuk dalam dunia
bisnis, tiap usaha pasti memerlukan perencanaan bisnis yang akurat, sehingga
dapat memusatkan perhatian posisi di bisnis tersebut, mengetahui ke arah
mana perusahaan akan pergi, bagaimana mencapainya serta tindakan apa
yang perlu dilakukan agar dapat memaksimalkan kekuatan dan merebut
peluang yang ada sehingga berhasil. Karena itu perencanaan bisnis yang baik
merupakan alat yang sangat berguna untuk menjalankan bisnis secara efisien
dan efektif.
Selain sebagai alat atau pedoman dalam menjalankan bisnis,
perencanaan bisnis juga sangat berguna untuk disampaikan kepada pemberi
dana, misalnya pihak bank maupun lembaga keuangan lainnya, sehingga
dapat diketahui dengan cepat, untuk apa saja dana tersebut dipakai dan
bagaimana arah pengembangannya selanjutnya.
Rencana strategis pada dasarnya adalah usaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan : “Dimana kita sekarang ?” “Kemana kita hendak menuju ?” dan
adalah jawaban yang bersifat strategis. Untuk itu pertanyaan dan jawabannya
adalah penuntun untuk suatu rencana pemasaran strategis. Rencana
pemasaran strategis berisikan sasaran-sasaran jangka panjang berupa citra,
target penjualan, dan laba yang dihasilkan dari analisis situasi lingkungan
berikut peluang dan ancamannya (analisis SWOT). Rencana itu juga
berisikan strategi dan pelaksanaannya serta ditutup proyeksi keuangan.
Susunan rencana pemasaran biasanya didahului oleh sebuah penjelasan
ringkas yang disebut executive summary yang memuat kandungan rencana
pemasaran secara garis besar (Ma’ruf, 2005 : 234)
Terkait dengan masalah “ancaman lingkungan” maka (Kotler 2000 :
102) menjelaskan bahwa ancaman lingkungan adalah tantangan akibat
kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan yang akan
mengurangi penjualan atau laba bila tidak dilakukan tindakan pemasaran
defensif.
Dengan menggambarkan ancaman yang dihadapi unit bisnis, maka ada empat
kemungkinan hasilnya, yakni :
1. Bisnis ideal adalah yang peluang utamanya besar dan ancaman utamanya
kecil
2. Bisnis spekulatif adalah yang peluang utama maupun ancaman utamanya
besar
3. Bisnis matang/dewasa adalah yang peluang utama dan ancaman utamanya
kecil
4. Bisnis bermasalah adalah yang peluangnya kecil dan ancamannya besar
Karena itulah, untuk menghadapi adanya “ancaman” maka setiap
bisnis harus menetapkan strategi mencapai tujuan dengan jelas. Tujuan
menunjukkan apa yang ingin dicapai unit bisnis, sedangkan strategi
menunjukkan bagaimana cara mencapainya walaupun banyak strategi. Porter
yang dikutip Kotler (2000 : 106) telah merangkumnya menjadi tiga tipe
generik yang memberikan titik awal bagi pemikiran strategis.
a. Keunggulan biaya keseluruhan : Di sini bisnis berusaha keras mencapai
biaya produksi dan distribusi terendah, sehingga harganya lebih rendah
daripada pesaingnya dan mendapatkan pangsa pasar yang besar.
Perusahaan yang menerapkan strategi ini harus terampil dalam rekayasa,
pembelian, pemanufakturan, maupun distribusi fisik, dan tidak perlu
terlalu terampil dalam pemasaran.
b. Diferensiasi : Di sini bisnis berkonsentrasi pada upaya mencapai kinerja
superior dalam bidang manfaat pelanggan yang diinginkan sebagian besar
pasar. Perusahaan dapat berjuang untuk menjadi pemimpin pelayanan
(service leader), pemimpin kualitas (quality leader), pemimpin gaya
(style leader), pemimpin teknologi (technology leader). Dan lain-lain,
namun sulit untuk menjadi semuanya. Perusahaan akan membina
kekuatannya yang memberikan keunggulan kompetitif dalam satu atau
lebih manfaat. Jadi perusahaan yang ingin meraih keunggulan kualitas
harus membuat atau membeli komponen terbaik, memadukannya dengan
baik, memeriksanya dengan teliti, dan seterusnya.
c. Fokus : Di sini bisnis menfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar
mengidentifikasi kebutuhan segmen ini dan mengejar keunggulan biaya
atau diferensiasi dalam segmen sasaran tersebut.
Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada kerangka
secara logika untuk memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities) dan secara bersamaan juga dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi harus
menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam situasi saat ini, yang dalam hal ini untuk
analisis situasinya adalah analisis SWOT.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja dari usaha mikro
sektor informal dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.
Kedua faktor tesebut harus dipertimbangkan dalam analisis SOWT. SWOT
adalah singkatan dari lingkungan Internal Streghts dan Weaknesses serta
lingkungan Eksternal Oppoertinities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis.
Analisi SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang
(Opportunies) dan Ancaman (treaths) dengan faktor internal Kekuatan
2.1.5 Penjualan
Penjualan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi
perusahaan. Kegiatan ini sangat erat kaitannya untuk mencapai tujuan bagi
sebuah perusahaan. Semakin banyak perusahaan menjual produknya, maka
perusahaan akan memperolaeh laba yang sebanyak-banyaknya.
Menurut alma (2000 : 71), Penjualan harus menghormati dan
memperlakukan setiap pelanggan seperti seorang raja. Penjual harus
menyediakan diri, membantu dan melayani pelanggan tanpa merasa jenuh
dan mengeluh, melayani pelanggan seperti diharapkan sehingga merasa puas.
Menurut Gregorius (2002 : 712), penjualan dalam suatu program yang
terdiri dari atas kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan
mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen,
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan
salah satu kegiatan perusahaan untuk memasarkan produknya kepada
konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan laba sebanyak-banyaknya guna
menjang pertumbuhan perusahaan.
Bagi perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam
penjualan, yaitu:
1. Mencapai volume penjualan
2. Mendapatkan laba
2.1.5.1 Proses Penjualan
Menurut Alma (2000:52), Salah satu aspek yang ada dalam penjualan
adalah penjualan dengan berhadapan dengan calon pembelinya. Masalah
tersebut menjadi titik berat pembahasan tentang proses penjualan.
Tahap-tahap dalam penjualan antara lain :
1.Persiapan Sebelum Penjualan
Tahap pertama dalam proses penjualan adalah mengadakan
persiapan-persiapan sebelum melakukan penjualan. Di sini, kegiatan yang dilakukan
adalah mempersiapkan tenaga penjualan dengan meberikan pengertian
tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik
penjualan yang harus dilakukan.
2.Penentuan Lokasi Potensial
Dengan menggunakan data pembeli yang lalu maupun sekarang,
penjual dapat melakukan karakteristiknya, misalkan lokasi. Oleh karena itu
pada tahap ini ditentukan lokasi dari segmen pasar yang menjadi sasaran.
Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang yang
secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan.
Dari konsumen yang ada dapat pula ditentukan komsumen manakah yang
sudah menggunakan produk-produk saingan.
3.Pendekatan Pendahuluan
Sebelum melakukan penjualan, penjual harus mempelajari semua
masalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai
pembelinya. Selain itu, perlu juga mengetahui tentang produk atau merk
informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya
kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan pembeli, kesukaan, dan
sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan
terhadap pasarnya.
4.Melakukan Penjualan
Penjualan yang dilakukan bermula dari usaha untuk memikat
perhatian calon konsumen, kemudian diusahakan untuk mengetahui daya
tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya
kepada pembeli.
5.Pelayanan Sesudah Penjualan
Sebenarnya kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan
pembeli telah dipenuhi, tetapi masih perlu dilanjutkan dengan memberikan
pelayanan atau servis kepada mereka. Beberapa pelayanan yang diberikan
oleh penjual sesudah penjualan dilakukan antara lain berupa pemberian
garansi, pemberian jasa reparasi, latihan tenaga-tenaga operasi dan cara
penggunaannya serta pengantaran barang ke rumah.
2.1.5.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Dalam perusahaan, manajer penjualan harus menyusun struktur
organisasi yang dapat menciptakan komunikasi secara efektif. Bertanggung
jawab untuk menciptakan dan mempertahankan jaringan distribusi yang
efektif.
Di dalam penentuan kebijaksanaannya manajemen penjualan
1. Modal yang diperlukan
2. Kemampuan merencanakan dan membuat produk
3. Kemampuan menggunakan cara-cara promosi yang tepat
4. Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat
5. Kemampuan memilih penyalur yang tepat
Sedangkan di dalam prakteknya, kegiatan penjualan itu dipengaruhi oleh :
1. Kondisi dan kemampuan penjual
Transaksi jual beli atau pemindahan hak milik secara komerisal atas
barang dan jasa melibatkan pembeli sebagai pihak kedua untuk
meyakinkan pembeli agar penjualan mencapai sasaran yang diharapkan,
maka penjual harus memperhatikan :
a. Barang yang ditawarkan
b. Harga produk
c. Syarat penjualan, seperti pembayaran, pengantaran, pelayanan
sesudah penjualan, garansi dan sebagainya.
2. Kondisi Pasar
Kondisi pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar
penjualan, pasar pemerintah atau pasar internasional
b. Kelompok pembeli atau segmen pasar
c. Daya beli konsumen
d. Frekwensi pembelinya
3. Modal
Untuk sebuah produk baru yang belum dikenal oleh calon pembeli,
penjual harus memperkenalkan barangnya. Untuk melaksanakan
diperlukan adanya sasaran dan usaha, semua itu apabila penjual memiliki
modal.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh
bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang orang-orang tertentu
atau ahli di bidang penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil
dimana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga menangani
fungsi-fungsi lain. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerjanya
lebih sedikit, system organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah
yang dihadapi, serta sarana yang dimilikinya juga tidak sekompleks
perusahaan besar.
5. Faktor Lain
Misalnya periklanan, peragaan, kampanye atau pemberian hadiah.
Namun untuk melakukannya diperlukan dana yang tidak sedikit. Bagi
perusahaan yang memiliki modal banyak bukan suatu masalah, sedangkan
bagi perusahaan yang memiliki modal sedikit, kegiatan ini jarang
dilakukan. Alma (2000:59)
2.1.6 Profit
Profit adalah laba/keuntungan. Dalam melakukan motif ekonomi para
kegiatannya baik produksi atau jasa. Prinsip dasar yang biasanya dipakai
adalah modal yang digunakan haruslah kembali penuh ditambah lagi dengan
untung yang dicapai. Jika seorang produsen sangat mengerti apa selera pasar
yang sedang disenangi maka kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih banyak akan bisa terwujud. Dan biasanya bagi produsen yang bisa
memprediksi keinginan, kebutuhan, dan selera masyarakat ia juga bisa
menahan suatu barang yang memang sangat dicari oleh konsumen dan
menjadikannya barang yang langka, hal ini akan membuat harga menjadi
naik, dan keuntungan bisa dicapai lebih banyak.
Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan
dalam menjalankan aktivitasnya. Pihak manajemen selalu merencanakan
besar laba setiap periode, yang ditentukan melalui target yang harus dicapai.
Penentuan target penjualan ini penting guna untuk mencapai tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Disamping itu dengan adanya target yang
harus dicapai, pihak manajemen akan termotivasi secara optimal. Penentuan
target laba sangat penting agar para manajemen perusahaan termotivasi untuk
bekerja secara maksimal dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.
Pencapaian terget minimal yang dibutuhkan sudah merupakan prestasi
tersendiri bagi mereka, apalagi mamapu melampaui target yang telah
ditetapkan. Sebaliknya apabila target tidak tercapai, hal ini merupakan
kesalahan yang harus di cari jalan keluar penyebabnya. Lebih dari itu,
pencapaian terget laba merupakan ukuran untuk menentukan karier pihak
manajemen kedepan. Dalam praktiknya, laba yang diperoleh perusahaan
a. laba kotor (gross profit)
b. laba bersih (net profit)
Artinya adalah laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya
yang menjadi beban perusahaan. Atau laba keseluruhan yang pertama kali
perusahaan peroleh. Sementara itu, laba bersih merupakan laba yang telah
dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu
periode tertentu. (Kasmir 302 : 303)
2.2 Kerangka Berfikir
Di dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai berbagai macam
strategi bisnis yang dijalankan para pelaku usaha masing-masing, dimana
dalam menjalankan aktifitas bisnisnya dilakukan secara seefektif dan seefisen
mungkin sehingga perusahaan dapat meningkatkan daya saing dengan
perusahaan lainnya.
Dengan adanya latar belakang seperti itu maka dibutuhkan adanya
strategi bisnis yang meliputi keuangan, sumber daya manusia, pemasaran dan
produksi untuk menjalankan kegiatan bisnisnya.
Dengan diterapkannya strategi bisnis yang tepat, maka akan
menghasilkan keuntungan (profit) yang besar. Dengan kondisi yang seperti
ini perusahaan akan mampu mengembangkan usahanya dan usaha itu akan
Telah dikemukan sebelumnya bahwa fokus penelitian diarahkan pada
Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Sektor Informal yang
peneliti fokuskan pada Strategi Bisnis Usaha Mikro Sektor Informal Campina
Scoop Counter di kota Gresik. Strategi bisnis tersebut antara lain:
a. Startegi di Bidang Pemasaran
Strategi di bidang pemasaran adalah penuntun agar aktivitas
pemasaran kemiskinan bukan hanya terhadap strategi utama yang telah
ditentukan, melainkan juga terhadap strategi berbagai bidang lainnya.
Dan mempunyai 4 aspek sering dikenal dengan marketing mix atau
bauran pemasaran yaitu: aspek produk, aspek promosi, aspek place, aspek
price. Dengan strategi pemasaran akan dapat diketahui segmen pasar yang
dituju, pengembangan dan inovasi produk, pendistribusian produk.
b. Strategi di Bidang Produksi
Strategi produksi adalah sebagai proses yang secara
berkesinambungan dan efektif menjalankan fungsi-fungsi manajemen
untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien untuk
mencapai tujuan perusahaan. Strategi produksi ini digunakan untuk
mengetahui cara memproduksi barang dan jasa bahan baku dan alat-alat
yang akan digunakan dalam proses produksi. Sebagai usaha mikro kecil
dan menengah biasanya hanya mengandalkan bahan baku lokal yang
mudah diperoleh.
c. Strategi di Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia
Strategi manajemen Sumber Daya Manusia adalah sebagai
pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasikan, pemeliharaan,
dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan
organisasi perusahaan secara terpadu. Adapun dari aspek tenagan kerja,
usaha kecil dan menengah mempunyai kelebihan yaitu adanya motivasi
yang kuat untuk mempertahankan usahanya, supply tenaga kerja yang
melimpah dengan upah yang murah. Sedangkan kelemahannya adalah
kualitas sumber daya manusia rendah baik dilihat dari tingkat pendidikan
formal maupun ditinjau dari kemampuan untuk melihat peluang bisnis,
tingkat produktivitasnya rendah, etos kerja dan disiplin rendah,
penggunaan tenaga kerja cenderung eksplotatif dengan tujuan untuk
mengejar target, sering mengandalkan anggota keluarga sebagai pekerja
tidak dibayar. Untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas,
maka perlu juga diperhatikan kesadaran akan pentingnya konsistensi
mutu dan standarisasi produk.
d. Strategi di Bidang Keuangan
Strategi keuangan adalah untuk menciptakan neraca, rugi-laba, dan
arus kas yang positif. Dalam penelitian ini, strategi keuangan digunakan
untuk mengetahui sumber dan jumlah modal usaha, sistem pengelolaan
keuangan yang diperoleh dari hasil penjualan, serta keuntungan dan
kerugian yang dialami selama mejalankan usaha. Strategi-strategi tersebut
sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas
produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi,
memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru, serta memperbaiki
Terkait dengan permasalahan bisnis penjelasan analisis SWOT sangat
perlu karena analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(Weaknesses) dan ancaman (Threats)
Secara sistematis ditunjukkan dalam bagan kerangka berpikir Strategi
Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Usaha Mikro
Sektor Informal Campina Scoop Counter di Gresik) sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Organisasi Bisnis
UMKM Sektor Informal
Strategi Bisnis: 1.Pemasaran 2.Produksi 3.MSDM 4.Keuangan
Tujuan Organisasi Bisnis
- Keuntungan - Pertumbuhan - Kontinuitas Usaha Analisis
SWOT
3.1 Metode Penelitian
Pada penelitian ini penulis tidak menguji antara hubungan variabel
sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. penelitan ini difokuskan
pada strategi bisnis yang dilakukan oleh Usaha Mikro Sektor Informal
Campina Scoop Counter ( CSC ) jalan Ahmad Yani, CSC jalan Arief
Rahman Hakim, dan CSC jalan Kemuteran di kota Gresik, sehingga peneliti
akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan dalam
penelitian kualitatif yang bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat
dipisah-pisahkan) yang dipandang sebagai realitas sosial dan lebih menekankan pada
proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antara variabel
pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi
(recopical/interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel indenpenden
dan dependennya (Sugioyono, 2008 :7).
Dalam penelitian ini peneliti sebagi instrument penelitian dan sebagai
instrument harus mencakup segi respontif, dapat menyesuaikan diri,
menekankan kebutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data
secepatnya dan memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi,
mengihtisarkan serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (natural setting),
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu
data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data
yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh
karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi,
tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif
dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di
tempat lain, manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh
berbeda dengan tempat penelitian (Sugiyono,2008 : 1-3).
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam
Sugiyono (2008 : 9-10) adalah sebagai berikut :
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen
kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau
outcome.
5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang
teramati).
Dalam penelitian kualitatif, hubungan antara peneliti dengan yang
diteliti bersifat independen. Dalam penelitian kualitatif peneliti kualitatif
peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data
participant observation (observasi berperanserta) dan in-depth interview
(wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber
data. Dalam penelitian kualitatif kedudukan manusia atau peneliti sebagai
instrument penelitian sekaligus merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analis, penafsir data, dan menjadi pelapor hasil
penelitiannya. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen yang mencakup
segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan
diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya, dan memanfaatkan
kesempatan untuk mengklasifikasikan dan pengikhtisarkan, dan
memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tak lazim (Guba dan
Lincoln dalam Moleong, 2002 : 121-124). Strategi-strategi tersebut yang
digunakan oleh usaha mikro sektor informal untuk mengelola bisnis yang
dijalankannya mulai dari awal didirikannya usaha tersebut hingga bisa
bertahan sampai saat ini. Strategi bisnis juga dapat digunakan sebagai usaha
mikro sektor informal untuk mengembangkan usahanya di masa yang akan
datang.
Setelah strategi bisnis antara lain strategi produksi, strategi, keuangan,
strategi manajemen sumber daya manusia, dan strategi pemasaran diketahui
Dokumen terkait
Determinan Pendapatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Jember; Dufi Rusanti; 100810201058; 2014; 74 halaman;
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian Sosialisasi penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Menengah (SAK EMKM) untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh market orientation terhadap kinerja bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.. Meskipun pemilik dan karyawan UMKM
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh market orientation terhadap kinerja bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.. Meskipun pemilik dan karyawan UMKM
“Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam Mengembangankan Usahanya (Study Pada Industri Tenun Ikat di Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan)”7. Dalam kesempatan
14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang disertai ketentuan
Optimalisasi dan pemanfaatan wakaf yang besar tersebut dapat digunakan untuk Inkubator Bisnis dan Teknologi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Sidoarjo, maka tidak
Lies Maria Hamzah, Devi Agustien Pengaruh Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Terhadap Pendapatan Nasional Pada Sektor UMKM Di Indonesia Jurnal Ekonomi Pembangunan |