• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BISNIS USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INFORMAL ( Studi Kasus Pada Usaha Mikro Campina Scoop Counter Di Gresik ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI BISNIS USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INFORMAL ( Studi Kasus Pada Usaha Mikro Campina Scoop Counter Di Gresik )."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur

Oleh :

FIRDAUS NAUFAL 0642010103

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan baik

dan tepat waktu. Dengan ini penulis mengambil judul dalam penyusunan proposal

penelitian yaitu Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah Sektor Informal Di

Gresik ( Studi kasus Usaha Mikro Campina Scoop Counter )

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan

dukungan dalam penyusunan proposal ini. Terutama sekali penulis ucapkan terima kasih

kepada Dr.Jojok D, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan. Selain itu penulis juga

menyampaikan terima kasih atas segala bantuannya kepada :

1. Ibu Hj. Suparwati, Dra, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Nurhadi, Drs, M.Si. selaku PLH. Kaprogdi sekretaris program studi Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Kedua orang tua penulis, atas segala doa, dorongan, semangat dan juga kasih

sayang serta kesabaran yang tiada henti dalam mendukung menyelesaikan

proposal penelitian ini.

4. Bapak Taufik Arizal selaku pemilik CSC Ahmad Yani, Bapak Syafiudin pemilik

(3)

kekurangan baik dalam segi teknis maupun segi materi penyusunannya, untuk itu

penulis senantiasa bersedia dan terbuka menerima saran maupun kritik yang

tentunya bersifat membangun dalam penyempurnaan proposal penelitian ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih, serta besar harapan dari penulis

semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Surabaya, Juni 2011

(4)

KATA PENGANTAR………..i

DAFTAR ISI………...………...iii

DAFTAR GAMBAR…...vi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Fokus Penelitian...4

1.3 Perumusan Masalah...5

1.4 Tujuan Penelitian...5

1.5 Kegunaan Penelitian...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA...6

2.1 Tinjauan Pustaka...6

2.1.1 Usaha Mikro Kecil Menengah...6

2.1.1.1 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah...8

2.1.1.2 Kriteria Usaha Kecil dan Menengah Berdasarkan Perkembangan...10

2.1.1.3 Keunggulan dan Klelemahan Usaha Kecil Menengah...11

2.1.1.4 Hakikat, Bentuk dan Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah...14

2.1.2 Manajemen Strategi...15

(5)

2.1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan...35

2.1.6 Profit...37

2.2 Kerangka Berfikir...39

BAB III METODE PENELITIAN...43

3.1 Metode Penelitian...43

3.2 Batasan Masalah Penenelititan...46

3.3 Lokasi Penelitian...47

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel...47

3.5 Subyek dan Informan Penelitian...49

3.6 Teknik Pengumpulan data...49

3.7 Teknik Analisis Data...51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...58

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian………...58

4.1.1 Usaha Mikro Sektor Informal Campina Scoop Counter di kota Gresik secara umum……....………...61

4.2 Hasil Penelitian………...62

4.2.1 Penyajian Data………62

4.3 Pembahasan………...…….71

(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...81

5.1 Kesimpulan...81

5.2 Saran...84

DAFTAR PUSTAKA

(7)

Oleh:

FIRDAUS NAUFAL

ABSTRAKSI

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok salah satu pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi (http://www.depkop.go.id/) dan juga menciptakan peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu upaya mengurangi pengangguran. Itu artinya, usaha mikro yang memiliki omset penjualan kurang dari satu milyar, dan usaha kecil memiliki omset penjualan pada kisaran satu milyar, serta usaha menengah dengan omset penjualan di atas satu milyar pertahun, memiliki peran yang sangat besar dalam proses pembangunan bangsa ini.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati. Dalam penelitian ini digunakan 3 responden dengan menggunakan wawancara mendalam. Dimana responden ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Dari hasil strategi bisnis usaha mikro kecil dan menengah sektor informal (studi kasus usaha mikro Campina Scoop Counter di kota Gresik) yang diamati dalam penelitian menunjukkan bahwa didalam mengelola keuangan, para pemilik atau owner Campina Scoop Counter masih melakukan pencatatan keuangan secara tradisional (manual) dalam artian mereka belum memisahkan antara keuangan pribadi dan usaha. Dari sisi strategi produksi, para pedagang kurang berusaha melakukan inovasi pada menu yang mereka sajikan kepada konsumen. Dalam aspek pemasaran, para pedagang lebih bersikap pasif dalam memasarkan produk mereka. Sedangkan didalam sumber daya manusia merekrut tenaga kerja, mereka mengambil tenaga kerja dari anggota keluarga mereka sendiri dan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi maka dianalisis menggunakan analisis SWOT yang singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

(8)

1.1 Latar Belakang

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, usaha kecil selalu

digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena

sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam

kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Usaha kecil

yang merupakan salah satu pilar perekonomian nasional, akhir-akhir ini

banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan karena kemampuannya

bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi dan menyerap tenaga kerja sangat

membantu kelangsungan roda perekonomian di negara kita.

Sektor informal merupakan unit usaha kecil maka modal yang

diperlukan juga kecil bahkan sistem pengolahannya sangat sederhana.

Meskipun dengan modal kecil tersebut orang-orang yang bekerja di sektor

informal mampu mempertahankan hidupnya.

Karena usaha kecil dianggap masyarakat mampu untuk membuka

lapangan pekerjaan baru bagi masyarkat yang bergerak dibidang sektor

informal, maka masyarakat mulai berpikir untuk menjalankan usaha kecil

yang memiliki inovasi dalam menjalankan kegiatan bisnis usaha kecilnya.

Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM adalah suatu kegiatan ekonomi yang

memiliki basis dari kalangan masyarakat dengan keterjangkauan modal yang

(9)

menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods) khususnya yang

tidak tahan lama (non-durable consumer goods). Kelompok barang ini

dicirikan bila seandainya terjadi peningkatan pendapatan masyarakat,

permintaan terhadap barang ini tidak meningkat banyak, begitu juga

sebaliknya jika pendapatan masyarakat merosot sebagai akibat dari krisis

maka permintaan pun tidak berkurang banyak. Kedua, mayoritas usaha kecil

lebih mengandalkan pada pembiayaan non-banking dalam aspek pendanaan

usaha. Saat perbankan terpuruk akibat krisis, usaha kecil inti tidak

terpengaruhi. Ketiga, umumnya usaha kecil melakukan spesialisasi yang ketat

yaitu hanya memproduksi barang atau jasa tertentu saja (kebalikan dari

konglomerasi).

Saat ini UMKM mengarah pada pasar persaingan sempurna, di mana

kondisi keluar masuk pasar kerap terjadi. Spesialisasi dan struktur pasar

tersebut membuat UMKM cenderung fleksibel dalam memilih dan berganti

usaha. Keempat, terbentuknya usaha kecil informal baru akibat banyaknya

pemutusan hubungan kerja di masa-masa krisis. Selain itu, daya tahan

UMKM tercipta karena mereka tidak banyak memiliki ketergantungan pada

faktor eksternal seperti utang dalam valuta asing dan bahan baku impor dalam

melakukan kegiatan usahanya karena umumnya UMKM menggunakan bahan

baku dari sumber alam lokal.

Semakin banyaknya UMKM mengakibatkan ketatnya persaingan

membuat pelaku bisnis yang lebih unggul, dituntut untuk terus berinovasi

agar tetap mampu bertahan menghadapi persaingan. Oleh karena itu,

(10)

diperlukan tidak hanya itu terbukanya pasar di dalam negeri yang juga

merupakan ancaman bagi UMKM dengan semakin banyaknya barang dan

jasa yang masuk dari luar akibat dampak globalisasi, manajemen

membutuhkan suatu strategi yang terpadu untuk menghadapi persaingan agar

dapat mengantisipasi dampak dari suatu kejadian dan mampu bertindak

proaktif atau inovatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan

bersaing yang dapat dilakukan dengan menerapkan strategi pemasaran yang

tepat.

UMKM yang ada di kota Gresik bergerak pada agen-agen koran,

kedai kopi, percetakan dan sablon, pedagang kaki lima, mebel dan lain lain.

Tetapi pada penelitian ini objek penelitiannya adalah UMKM yang bergerak

pada Usaha Mikro Sektor Informal yaitu Campina Scoop Counter yang

berada di kota Gresik.

Meskipun keberadaan Usaha Mikro Sektor Informal tersebut kelihatan

kurang tertata akan tetapi Usaha Mikro Sektor Informal juga banyak

membantu masyarakat atau konsumen yang hendak membeli es krim dengan

harga yang relatif lebih terjangkau. Tidak hanya itu, kehadiran Campina

Scoop Counter juga bisa membantu pemerintah dalam mengurangi

pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat ekonomi kelas

menengah ke bawah.

Campina Scoop Counter yang berada di berbagai daerah kota Gresik

melayani penjualan produk es krim dengan merek Campina, yang

penyajianya dengan cara scooping ke dalam wadah tertentu (cone, wafle, cup,

(11)

dasar es krim. Campina Scoop Counter ini termasuk salah satu usaha kecil

menengah yang keberadaannya semakin banyak dan berkembang di berbagai

jalan kota Gresik, hal ini mengakibatkan para pengusaha melakukan strategi

bisnis masing-masing agar konsumen mau dan suka membeli es krim dan

aneka makanan lain di counter tempat pedagang menjual produknya.

Pemberian pelayanan pada konsumen, harga yang terjangkau, tempat yang

strategis merupakan hal-hal yang diperhatikan konsumen dalam memilih

tempat yang cocok dan sesuai, sehingga konsumen merasa puas dan

pengusaha dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam memasarkan

makanannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka penulis ingin

mengetahui bagaimana strategi bisnis yang dilakukan Usaha Mikro Sektor

Informal Campina Scoop Counter yang berada di kota Gresik, khususnya

CSC yang berada di Jalan Ahmad Yani, Jalan Arief Rahman Hakim, dan

Jalan Kemuteran.

1.2 Fokus Penelitian

Sebagai situasi sosial, pada Jalan Ahmad Yani, Jalan Arief Rahman

Hakim, dan Jalan Kemuteran di Gresik yang ditetapkan sebagai tempat

(place) terdapat (actor) yang menjual (activity), es krim dan aneka makanan

lainya, fokus penelitian diarahkan pada strategi bisnis yang dilakukan oleh

(12)

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang didepan, maka perumusan masalah dalam

penelitian adalah sebagai berikut :

” Bagaimanakah Strategi Bisnis yang dilakukan Owner CSC Jalan Arief

Rahman Hakim, CSC Jalan Ahmad Yani, dan CSC Jalan Kemuteran di kota

Gresik? ”

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

” Untuk mengetahui dan menganalisis Strategi bisnis yang dilakukan Owner

CSC Jalan Ahmad Yani, CSC Jalan Arief Rahman Hakim, dan CSC Jalan

Kemuteran di kota Gresik”.

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Sebagai masukan bagi perusahaan (Owner) dalam meningkatkan

kinerjanya, serta sebagai referensi dalam pengambilan keputusan bisnis.

2. Sebagai referensi peneliti selanjutnya khusunya Ilmu Administrasi Bisnis

yang berkaitan dengan UMKM sektor informal.

3. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya yang mengambil

(13)

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Usaha Mikro Kecil Menengah

Di Indonesia sendiri belum terdapat batasan dan kriteria yang baku

mengenai usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria

menurut fokus permasalahan yang dituju:

Menurut Suhardjono (2003 : 33) dalam buku Manajemen Perkreditan

Usaha Kecil dan Menengah ada dua definisi usaha kecil yang di kenal di

Indonesia adalah di Indonesia adalah sebagai berikut:

Pertama, definisi usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 9

Tahun 1995 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/9/Bkr tahun 2001

tentang Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil

penjualan tahunan maksimal Rp.1 miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp. 200 juta.

Kedua, menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil

identik dengan industry kecil dan industry rumah tangga. BPS

mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjaannya, yaitu industri

rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang, industri kecil dengan pekerja 5-19

orang, industri menengah dengan pekerja 20-99 orang, industri besar dengan

pekerja 100 orang atau lebih. Biro Pusat Statistik Indonesia – BPS (1988)

(14)

dengan sembilan belas orang yang terdiri atas termasuk pekerja kasar yang

dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga. Perusahaan industri yang

memiliki tenaga kerja kurang dari lima orang diklasifikasikan sebagai industri

rumah tangga.

Usaha Mikro (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003,

tentang Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil): Usaha produktif milik

keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia, Memiliki hasil penjualan

paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Usaha Kecil (Menurut UU No. 9/1995,

tentang Usaha Kecil): Usaha produktif milik Warga Negara Indonesia, yang

berbentuk badan usaha orang orang perorangan, badan usaha yang tidak

berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi,

bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan

Usaha Menengah atau Besar, Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.

200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki

hasil penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahuna.

Sedangkan klasifikasi yang dikemukakan oleh Stanley dan Morse di

dalam buku Suryana ( 2006 :119) adalah industri yang menyerap tenaga

kerja 1-9 orang termasuk industri kerajinan rumah tangga. Industri kecil

menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan industri

Usaha Produktif (Menurut Keputusan Menkeu No. 40/KMK.06/2003, tentang

Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil):Usaha pada semua sektor ekonomi

yang dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan

(15)

tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM): Usaha Mikro adalah

usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah

usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana

diatur dalam Undang-Undang.

2.1.1.1 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai

berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua

Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2.

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu

Miliar Rupiah) 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki,

(16)

Menengah atau Usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan

usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum,

termasuk koperasi.

Menurut undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2008

tentang usaha mikro kecil menengah dengan kriteria-kriteria sebagai berikut

adalah:

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah).

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus

juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah).

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

(17)

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit

lebih. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan

UKM, di masing-masing Provinsi atau Kabupaten/Kota.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kecil_dan_Menengah / 15/ 04/ 2010).

Sedangkan usaha skala mikro pada tahun 2010 sudah mencapai 50,70 juta

unit.(http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article

&id=129/17/08/2010)

2.1.1.2 Kriterian Usaha Kecil dan Menengah Berdasarkan Perkembangan:

Selain berdasarkan Undang-undang tersebut, dari sudut pandang

perkembangannya Usaha Kecil dan Menengah dapat dikelompokkan dalam

beberapa kriterian Usaha Kecil dan Menengah yaitu:

1. Livelihod Activities (aktifitas kehidupan), merupakan Usaha Kecil

Menengah yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari

nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.

2. Micro Enterprice (usaha mikro), merupakan usaha kecil menangah yang

memiliki sifat pengerajin akan tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.

3. Small Dynamic Enterprise (usaha kecil), merupakan usaha kecil

menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima

(18)

4. Fast Moving Enterprise (usaha yang bergerak cepat), merupakan usaha

kecil menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan

melakukan transformasi menjadi usaha besar. Sumber : Depkop_Website

http://.wordpress.com/9-7-2010.

2.1.1.3 Keunggulan Dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah

Menurut Subanar (2001:6) Pada kenyataannya, usaha kecil mampu

tetap bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan

inflasi maupun bebagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi dan proteksi,

Industri kecil di Indonesia mampu menambah nilai devisa bagi negara.

Sedangkan sektor informal mampu berperan sebagai buffer (penyangga)

dalam perekonomian masyarakat lapisan bawah.

Secara umum perusahaan skala kecil baik perorangan maupun kerja

sama memiliki keunggulan dan daya tarik seperti:

1. Pemilik merangkap Manajer Perusahaan yang bekerja sendiri (merangkap

semua fungsi manajerial seperti marketing, finance dan administrasi).

2. Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam peraturan

dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya UMKM di

Indonesia.

3. Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja yang

tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yg tidak terlalu

mahal.

4. Dalam banyak pengerjaaan produk tertentu, perusahaan besar banyak

(19)

sendiri oleh mereka (perusahaan besar) maka margin-nya menjadi tidak

ekonomis.

5. Merupakan pemerataan kosentrasi dari kekuatan – kekuatan ekonomi

dalam masyarakat.

Menurut Suryana (2006:120-121) Usaha kecil memiliki kekuatan dan

kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain:

1. Memiliki kebebasan untuk bertindak.

Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk baru, teknologi baru, dan

perubahan mesin baru, usaha kecil bisa bertindak dengan cepat untuk

menyesuaikan dengan keadaan yang berubah tersebut. Sedangkan pada

perusahaan besar, tindakan tersebut susah dilakukan.

2. Fleksibel.

Perusahaan kecil dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. Bahan

baku, tenaga kerja dan pemasaran produk usaha kecil pada umumnya

menggunakan sumber-sumber setempat yang bersifat lokal.

3. Tidak mudah goncang.

Karena bahan baku kebanyakan lokal dan sumber daya lainnya bersifat

lokal, maka perusahaan kecil tidak rentan terhadap fluktasi bahan impor.

Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan ke dalam

dua aspek, antara lain:

a. Kelemahan Struktural,yaitu kelemahan dalam strukturnya,misalnya

kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahan dalam

(20)

teknologi, kesulitan mencari pemodalan, tenaga kerja masih lokal, dan

terbatasnya akses pasar.

b. Kelemahan Kultural. Kelemahan kultural berdampak terhadap terjadinya

kelemahan struktural. Kelemahan struktural mengakibatkan kurangnya

akses informasi dan lemahnya bebagai persyaratan lain guna memperoleh

akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku.

Menurut Subanar (2001:8) Berbagai kendala yang menyebabkan

kelemahan serta hambatan bagi pengelola suatu UMKM di antaranya masih

menyangkut faktor intern dari UMKM itu sendiri serta beberapa faktor

ekstern, seperti:

1. Umumnya pengelola small-business merasa tidak memerlukan ataupun

tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, Analisis

Perputaran Uang Tunai/Kas, serta berbagai penelitian lain yang di

perlukan suatu aktivitas bisnis.

2. Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntansi

yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur Organisasi dan

pendelegasian wewenang, serta alat-alat kegiatan manajerial lainnya

(perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang umumnya

diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yg profit-oriented.

3. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan

pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten

dengan ketentuan – order/ pesanan, yang mengakibatkan klaim atau

produk yang di tolak.

(21)

5. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat berapa

kebutuhan modal kerja, sebagai akibat tidak adanya perencanaan kas.

Maka dapat disimpulkan kekuatan dari mendirikan perusahaan

berskala kecil adalah Memiliki kebebasan untuk bertindak., Fleksibel., Tidak

mudah goncang dan adapun kelehamannya seperti kelemahan Struktural dan

Kelemahan Kultural

2.1.1.4 Hakikat, Bentuk Dan Jenis Usaha Mikro Kecil Menengah

Menurut Subanar (2001 : 3-4) Hakikat UMKM yang ada secara

umum di kelompokkan ke dalam 3 (tiga) golongan khusus yang meliputi:

a. Industri Kecil

Industri kerajinan rakyat, industri cor logam, konveksi dan berbagai

industri lainnya.

b. Perusahaan Berskala Kecil

Koperasi, Restoran, Toko Bunga, Jasa Profesi, dan lainnya.

c. Sektor Informal

Agen barang bekas, kios kaki lima, pedagang kaki lima, dan lainnya.

Menurut Subanar (2001:4) berdasarkan bentuk usahanya, maka UKM

terdapat di Indonesia dapat di golongkan ke dalam 2 sebagai berikut:

1. Usaha Perseorangan

Usaha perseorangan bertanggung jawab kepada pihak ketiga atau pihak

lain (dalam hal ini konsumen) dengan dukungan harta kekayaan

perusahaan yang merupakan milik perusahaan dari pengusaha yang

(22)

relatif kecil. Pada umumnya lebih mudah untuk didirikan, karena tidak

memerlukan persyaratan yang rumit dan bertahap seperti bentuk-bentuk

usaha lainnya.

2. Usaha Persekutuan/Partnership

Usaha persekutuan berusaha mencapai tujuan-tujuan perusahaan dalam

memperoleh laba. Merupakan bentuk kerja sama dari beberapa orang

yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kewajiban-kewajiban

usaha persekutuannya. Bentuk pertanggung jawaban dan pola

kepemimpinannya berbeda-beda menurut bentuk-bentuk persekutuan

yang di bentuk.

2.1.2 Manajemen Strategi

Dalam kondisi lingkungan bisnis yang dinamis, semakin cepat terjadi

perubahan maka persaingan usaha juga menjadi ketat. Untuk menghadapi hal

itu, suatu usaha bisnis perlu suatu strategi bisnis untuk memenangkan

persaingan agar kelangsungan hidup usahanya tetap terjamin.

Strategi menempatkan parameter-parameter sebuah organisasi dalam

pengertian menentukan tempat bisnis dan cara bisnis untuk bersaing. Strategi

menunjukkan arahan umum yang hendak ditempuh oleh suatu organisasi

(perusahan) untuk mencapai tujuannya. Strategi ini merupakan rencana besar

dan penting. Setiap organisasi yang dikelola secara baik memiliki strategi,

walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit.

Menurut Andrew dalam Anoraga (2004 ; 339), Strategi adalah pola

(23)

untuk mencapai tujuan itu, yang dinyatakan dengan cara seperti menetapkan

bisnis yang dianut atau yang akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan

menjadi jenis apa perusahaan ini. Sedangkan definisi strategi menurut

Chandler dalam Rangkuti (2004 ; 3) Strategi merupakan alat untuk mencapai

tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program

tidak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

Dalam manajemen strategi, (Mintzberg dalam Suryana, 2001 :

129-130) mengemukakan strategi yaitu perencanaan (plan), pola (patern), posisi

(position), perspektif (perspectife) dan permainan atau taktik (play).

1. Strategi adalah perencanaan (Plan)

Konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan atau acuan

gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan dimasa depan

yang belum dilaksanakan. Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang

telah dilakukan dimasa lampau, misalnya pola-pola perilaku bisnis yang

telah dilakukan dimasa lampau.

2. Strategi adalah Pola (Patern)

Strategi adalah pola “strategy is patern”, yang selanjutnya disebut

sebagai “intended strategy”, karena belum terlaksana dan berorientasi ke

masa depan atau disebut juga sebagai “realized strategy” kerena telah

dilakukan oleh perusahaan.

3. Strategi adalah Posisi (Position)

Devinisi ketiga adalah strategy I position, yaitu menempatkan produk

tertentu dipasar yang dituju. Strategi sebagai posisi cenderung melihat

(24)

pelanggan dan melihat keluar yaitu meninjau berbagai aspek lingkungan

eksternal.

4. Strategi adalah Perspektif (perspectife)

Jika dalam pola dan posisi cenderung melohat kebawah dan keluar, maka

sebaliknya dalam perspektif cenderung melihat kedalam keadaan yaitu

kedalam organisasi dan keatas yaitu melihat grand visison dari

perusahaan.

5. Strategi adalah Permainan atau taktik (play)

Strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya pesaing. Suatu

merk misalnya mengeluarkan merk kedua agar posisinya tetap kukuh dan

tidak tersentuh, karena merk-merk pesaing akan sibuk melawan merk

kedua tersebut.

Umar (2003 ; 54) mendefinisikan bisnis merupakan seluruh kegiatan

yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang

perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan

mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.

Sedangkan Boone dan Kurtz (2001 ; 67) mendefinisikan bisnis terdiri dari

semua aktifitas yang bertujuan mencari laba dan perusahaan yang

menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh sebuah sistem ekonomi.

Sebagian bisnis menghasilkan barang-barang berwujud seperti mobil, sereal

untuk makan pagi dan chip computer, sebagian lainnya memproduksi jasa

seperti asuransi, konser musik, penyewaan mobil dan penginapan.

Strategi bisnis menurut Ohmae dalam Anoraga (2004 ; 339) Strategi

(25)

perencanaan strategi adalah untuk memungkinkan suatu perusahaan

memperoleh, seefisien mungkin, kedudukan paling akhir yang dapat

dipertahankan dalam menghadapi pesaing-pesaingnya. Jadi strategi

perusahaan merupakan upaya mengubah kekuatan perusahaan yang

sebanding dengan kekuatan pesaing-pesaingnya, dengan cara yang paling

efisien.

2.1.3 Strategi Fungsional

Dalam dunia bisnis, istilah strategi adalah pola sasaran, maksud atau

tujuan dan kebijakan, serta rencana-rencana penting untuk mencapai tujuan

itu, yang dinyatakan dengan cara menetapkan bisnis yang dianut atau yang

akan dianut oleh perusahaan, dan jenis atau akan menjadi jenis apa

perusahaan ini.

(Andrew, dalam Anoraga. 2004; 339).

Menurut Porter dalam Rangkuti (2004; 6) ada tiga strategi yang dapat

dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing yaitu :

1. Cost leadership

2. Diferensiasi

3. Fokus

Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pesaingnya jika dia dapat memberikan harga jual yang

lebih murah daripada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai atau

kualitas produk yang sama. Harga jual yang yang lebih rendah dapat dicapai

(26)

efisiensi produksi, penggunaan teknologi, kemudahan akses dengan bahan

baku, dan sebagainya.

Perusahaan juga dapat melakukan strategi diferensiasi dengan

menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada konsumennya, misalnya

persepsi terhadap keunggulan kinerja produk, inovasi produk, pelayanan yang

baik, dan brand image yang lebih unggul. Selain itu, strategi fokus juga dapat

diterapkan untuk memperoleh keuntungan bersaing sesuai dengan segmentasi

dan pasar sasaran yang diharapkan.

Pada dasarnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan tiga tipe

strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis.

1. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh

manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro

misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga,

strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai

keuangan, dan sebagainya.

2. Strategi investasi, merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi.

Misalnya apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang

agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan,

strategi pembangunan kembali suatu divisi baru, dan sebgainya.

3. Strategi bisnis, disebut juga strategi bisnis secara fungsional karena

strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya

strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi,

strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan

(27)

Secara rinci strategi bisnis atau fungsional dijelaskan sebagai berikut :

1. Strategi di Bidang Produksi atau Operasi

Perumusan dan penetapan strategi dibidang produksi atau operasi

penting dilakukan untuk dijadikan sebagai tuntutan kerja para manajer.

Pengalaman menunjukkan bahwa ada dua komponen yang biasanya menjadi

perhatian utama. Yang pertama adalah sarana dan prasarana kerja, kedua

adalah cara pengadaan sarana dan prasarana.

Menurut Keown, dkk (2000 : 750-751), manajemen persediaan

melibatkan control asset yang digunakan dalam proses produksi atau

diproduksi untuk dijual dalam kegiatan bisnis perusahaan biasa. Tujuan

menyimpan persediaan adalah untuk memisahkan operasi perusahaan, artinya

membuat masing-masing fungsi bisnis independent dari fungsi lain agar

penundaan atau penghentiaan dalam suatu area tak mempengaruhi produksi

dan penjualan produk akhir.

Adapun beberapa tipe persediaan umum yaitu :

a. Persediaan bahan baku, terdiri atas bahan baku dasar yang dibeli dari

perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi produksi perusahaan.

Barang-barang ini bias meliputi baja, kayu, minyak bumi, atau bahan

yang sudah dimanufakturkan seperti kawat, poros peluru atau ban yang

tak diproduksi perusahaan sendiri. Tanpa merinci bentuk persediaan

bahan baku, semua perusahaan manufaktur secara definisi menyimpan

persediaan bahan baku dengan tujuan untuk memisahkan fungsi produksi

dari fungsi pembeliaan, artinya membuat kedua fungsi independent dari

(28)

penundaan produksi. Jika pengiriman terlambat, perusahaan dapat

memenuhi kebutuhan bahan bakunya dengan mencarikan persediaannya.

b. Persediaan barang dalam proses, terdiri atas barang setengah jadi yang

membutuhkan tambahan pekerjaan sebelum mnjadi barang jadi. Semakin

kompleks dan panjang produksinya, semakin besar investasi dalam

persediaan barang dalam proses. Tujuan persediaan barang dalam proses

adalah memisahkan berbagai operasi dalam proses produksi agar

kegagalan mesin dan penghentian pekerjaan dalam suatu operasi tak kan

mempengaruhi operasi lain.

c. Persedian barang jadi, terdiri atas barang yang telah selesai produksinya

tetapi belun dijual. Tujuan persediaan barang jadi adalah memisahkan

fungsi produksi dan penjualan agar tidak perlu memprodiksi barang

sebelum penjualam terjadi, penjualan dapat dilakukan langsung dari

persediaan.

2. Strategi di Bidang Keuangan

Manajemen keuangan merupakan bagian dari perusahaan yang

fungsinya adalah mengorganisasikan perolehan dana, menggunakan dana,

dan sekaligus mengendalikan dana tersebut dalam rangka

memaksimalkan nilai perusahaan. Dana dapat diperoleh dari berbagai

sumber, yaitu dari sumber internal dan eksternal. Selanjutnya dana yang

didapat tersebut dikendalikam melalui manajemen kas, yang pada tahapan

selanjutnya dana tersebut akan diinvestasikan baik untuk investasi jangka

panjang maupun investasi jangka pendek untuk memperoleh laba. (Umar,

(29)

Secara garis besar sumber dana dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu :

a. Sumber internal, misalnya laba, depresiasi, dan amortisasi.

b. Sumber eksternal, misalnya pinjaman jangka pendek (seperti kredit

leveransir, kredit rekening Koran), pinjaman jangka menengah

(seperti KMK permanent, KIK, dan leasing), pinjaman jangka

panjang (seperti kredit hipotik dan kredit obligasi)

c. Modal sendiri, misalnya saham preferen dan dividen.

Menurut Suryana (2001 : 95-96), dalam perencanaan dan pengunaan

dana ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam merancang

penggunaan biaya, meliputi : (1) Biaya awal; (2) Proyeksi atau rancangan

keuangan yang mencakup pembukuan neraca harian, proyeksi atau

rancangan neraca pendapatan (income statements), proyeksi atau

rancangan neraca aliran kas (cash flow statements); (3) analisis pulang

pokok. Biaya awal (start up cost) adalah biaya yang diperlukan ketika

perusahaan akan berdiri. Biaya awal perusahaan yang baru berdiri pada

umumnya meliputi biaya awal yang tidak terduga, biaya administrasi (gaji

karyawan dan peralatan kantor), biaya (sewa) bangunan, biaya asuarnsi,

serta biaya tambahan atau biaya secara umum.

3. Strategi di Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia (human resources management),

yaitu fungsi untuk menarik, mengembangkan dan mempertahankan para

karyawan andal dalam rangka mejalankan aktivitas yang diperlukan untuk

memenuhi tujuan organisasi (Boone dan Kurtz, 2022 : 318). Tanggung

(30)

kebutuhan tenaga kerja, perekrutan dan penyeleksian, pelatihan dan

pengevaluasian kinerja, tunjangan serta kompensasi, dan pemberhentian

karyawan. Dalam melaksanakan tugas ini, para manajer sumber daya

manusia memenuhi tujuan tersebut dengan (1) menyediakan karyawan

yang andal dan terlaith untuk organisasi (2) memaksimalkan keefektifan

karyawan dalam organisasi, (3) memenuhi kebutuhan masing-masing

karyawan dengan memberikan kompensasi, peluang untuk berkembang

dan meningkatkan karier tunjangan dan kepuasaan kerja.

Manajemen sumber daya manusia didefinisikan sebagai perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan atas pengadaan,

pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan

pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan

organisasi perusahaan secara terpadu. Tugas manajemen sumber daya

manusia untuk mengelola unsur manusia secara baik agar memperoleh

tenaga kerja yang mencintai dan puas akan pekerjaannya (Umar, 2005 :

331)

Kualitas, sikap dan perilaku sumber daya manusia sangat dipengaruhi

oleh perkembangan sosial, politik, kebudayaan, dan lain-lain. Oleh karena

itu, kebijakan sumber daya manusia terpengaruh oleh faktor-faktor

eksternal, antara lain berupa perkembangan pendidikan, jumlah

penawaran tenaga kerja, perkembangan social, perburuhan, adapt, agama,

budaya, dan sitem nilai masyarakat lainnya. Sedangkan faktor-faktor

internal sumber daya manusia akan dipengaruhi oleh manajemen sumber

(31)

pengarahan, dan pengendalian sumber daya manusia. Fungsi kedua, yaitu

fungsi operasional yang terdiri atas pengadaan, pengembangan,

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan

kerja. Fungsi ketiga yaitu kedudukan manajemen sumber daya manusia

dalam rangka pencapaian tujuan organisasi perusahaan secara terpadu

(Umar, 2005 : 137).

4. Strategi Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh

perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan

mencapai laba maksimal. Kegiatan atau aktivitas pemasaran tidak hanya

sekedar menjual barang dan jasa tetapi juga merupakan suatu kegiatan

pemasaran. Pemasaran juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui proses pertukaran.

Pemasaran juga merupakan suatu upaya untuk menyalurkan barang dan

jasa dari produsen ke konsumen.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana

perorangan atau kelompok memperoleh yang mereka butuhkan dan

inginkan melalui pembuatan dan pertukaran produk dan nilai dengan

pihak lain. Kegiatan pemasaran harus dapat memberikan kepuasan kepada

konsumen agar konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap

perusahaan serta menarik minat konsumen untuk membeli produknya.

Ma’ruf (2005 : 242) menjelaskan bahwa strategi pemasaran terdiri

dari : primary target market, positioning, merchandising, sales

(32)

seperti : rencana pergantian system operasional, prioritas rekrutmen dan

pelatihan SDM.

Sedangkan menurut Madura (2001 : 17) strategi pemasaran

difokuskan pada target pasar. Karakteristik produk, penentuan harga,

distribusi dan promosi.

Dari kedua pendapat tersebut maka akan diuraikan tentang strategi

pemasaran sebagai berikut :

a. Target Pasar : Pemasaran yang efektif adalah yang dapat menjelaskan

segmen masyarakat yang menjadi sasaran utamanya. Segmen pasar

yang jelas memungkinkan perusahaan memilih strategi yang tepat.

(Ma’ruf, 2005 : 242). Dalam menjelaskan (Madura 2001 : 17) profit

pelanggan atau karkteristik dari pelanggan khusus (berdasarkan jenis

kelamin, umur, hobi dan sebagainya ) harus di dientifikasikan. Ini

menolong dalam menetukan target pasar, yang terdiri dari pelanggan

yang pantas untuk profil pelanggan.

b. Karakteristik Produk : Karakteristik produk harus digambarkan, yang

menekankan apa yang menjadikan produk tersebut lebih diminati

daripada produk sejenis yang ditawarkan oleh pesaing. Suatu produk

mungkin diminati karena lebih mudah dipakai, lebih efektif, atau lebih

awet. Apapun keunggulan kompetitif produk ini dari produk sejenis

dari pesaing harus dijelaskan. (Madura, 2001 : 17) atau meurut

(Ma’ruf 2005 : 242) sebagai upaya menempatkan citra perusahaan di

benak masyarakat. Citra adalah persepsi masyarakat terhadap

(33)

citra mereka di masyarakat, tetapi banyak faktor lain yang

menentukan citra mereka sendiri. Orang mencari sifat tertentu dalam

citra. Harus ada pesan tunggal yang menunjukkan keunggulam utama

dan posisi produk. Pesan itu harus unik sehingga tidak dikacaukan

dengan pesan serupa dari pesaing. Pesan itu juga harus memiliki

kekuatan emosional untuk membangkitkan perasaan selain pikiran

pembeli (Kotler, 2001 : 401)

c. Penentuan Harga : Penawaran harga yang di usulkan dari produk

harus diumumkan. Harga produk serupa yang dijual pesaing harus

pula disebutkan. Harga akan mempengaruhi permintaan untuk produk.

(Madura, 2001 : 17). Perusahaan tidak menetapkan harga tunggal

melainkan suatu struktur harga yang mencerminkan perbedaan

permintaan secara geografis dan biaya, kebutuhan segmen pasar,

waktu pembelian, tingkat pemesanan dan faktor lainnya. Sebagai

akibat dari pemberian diskon, potongan dan dukungan promosi,

perusahaan jarang memperoleh laba yang sama dari masing-masing

unit yang dijualnya.

d. Distribusi : Cara produk yang akan didistribusikan kepada pelanggan.

Beberapa produk dijual langsung ke pelanggan, ada juga yang

didistribusikan lewat pengecer. (Madura, 2001 : 17)

e. Promosi : Dunia perdagangan amat memerlukam promosi yang teratur

dan dikomunikasikan terus menerus. Secara periodik, promosi

dipasang dengan tujuan membuat perusahaan dan produk “terasa

(34)

produk direncanakan dalam bentuk frekuensi penayangan iklan dalam

tahun pertama, kedua, hingga tahun ke lima. Komunikasi media

bellow-the-line seperti brosur dan media berita (publisitas/ public

relation) juga direncanakan. (Ma’ruf 2005 : 224) Bauran promosi

(promotion mix) merupakan kombinasi dari beberapa unsure promosi,

yang lazimnya adalah iklan, Sales promotion ,personal selling, dan

publisitas.

f. Pemasangan iklan di media massa seperti : media cetak, media

elektronik dan media luar ruang. Sedangkan yang terkait dengan sales

promotion seperti : sales discount, clearing sales, best buy,

bellow-the-line, in-store promotion, undian berhadiah, kupon, kontes/festival,

lomba (dikaitkan dengan belanja) dan kuiz. Adapun publisitas terkait

dengan public relations (PR) seperti : marketing public relations

(MPR) yang berkaitan dengan citra produk, corporate public relation

(CPR) yang berkaitan dengan citra perusahaan, Bazar dan lomba.

Adapun personal selling adalah upaya penjualan yan dilakukan oleh

para karyawan (pramuniaga, salesman/saleswomen dan staf lain)

(Ma’ruf, 2005 : 184)

2.1.4 Analisis SWOT

Hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalam

pendekatannya menggunakan analisis SWOT. Karena dengan menggunakan

analisis SWOT maka perusahaan akan dapat mengetahui apakah perusahaan

(35)

sebenarnya telah muncul dari bentuk yang paling sederhana, yaitu dalam

rangka menyusun strategi untuk mengalahkan pesaing sampai menyusun

strategi untuk memenangkan persaingan bisnis, dengan konsep cooperation

dan competition.

Terkait dengan permasalahan dalam penelitian, maka penjelasan

masalah analisis SWOT sangat perlu, dimana SWOT adalah kependekan dari

Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats yang dalam bahasa

Indonesia artinya adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Kekuatan dan kelemahan berkaitan dengan diri dalam menyusun rencana

strategis, baik organisasi dan karyawannya, jaringan pemasoknya, sistem

operasionalnya, maupun citra yang dimilikinya. Sedangkan peluang dan

ancaman berkaitan dengan pasar, pesaing-pesaingnya, dan lingkungan makro

seperti terjadinya peristiwa bencana alam seperti banjir, kebakaran, dan

lain-lain.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats). (Rangkuti, 2004 ; 19).

Konsep dasar pendekatan SWOT ini, tampaknya sederhana sekali

yaitu sebagaimana dikemukakan oleh Sun Tzu (1992) dalam Rangkuti

(2004;10), bahwa “apabila kita telah mengenal kekuatan dan kelemahan diri

sendiri, dan mengetahui kelemahan kekuatan dan kelemahan lawan, sudah

(36)

Dalam perkembangannya, analisis SWOT tidak hanya dipakai untuk

menyusun strategi secara umum, melainkan banyak dipakai untuk

penyusunan strategi perencanaan bisnis (Strategis Business Planning) yang

bertujuan untuk menyusun strategi jangka pendek yaitu kemampuan untuk

bertahan dan mengejar laba maupun tujuan jangka panjang yaitu untuk

kelangsungan hidup usahanya, sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat

dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan, berikut semua

perubahannya dalam menghadapi pesaing.

Dengan demikian sudah lama terlibat atau baru masuk dalam dunia

bisnis, tiap usaha pasti memerlukan perencanaan bisnis yang akurat, sehingga

dapat memusatkan perhatian posisi di bisnis tersebut, mengetahui ke arah

mana perusahaan akan pergi, bagaimana mencapainya serta tindakan apa

yang perlu dilakukan agar dapat memaksimalkan kekuatan dan merebut

peluang yang ada sehingga berhasil. Karena itu perencanaan bisnis yang baik

merupakan alat yang sangat berguna untuk menjalankan bisnis secara efisien

dan efektif.

Selain sebagai alat atau pedoman dalam menjalankan bisnis,

perencanaan bisnis juga sangat berguna untuk disampaikan kepada pemberi

dana, misalnya pihak bank maupun lembaga keuangan lainnya, sehingga

dapat diketahui dengan cepat, untuk apa saja dana tersebut dipakai dan

bagaimana arah pengembangannya selanjutnya.

Rencana strategis pada dasarnya adalah usaha menjawab

pertanyaan-pertanyaan : “Dimana kita sekarang ?” “Kemana kita hendak menuju ?” dan

(37)

adalah jawaban yang bersifat strategis. Untuk itu pertanyaan dan jawabannya

adalah penuntun untuk suatu rencana pemasaran strategis. Rencana

pemasaran strategis berisikan sasaran-sasaran jangka panjang berupa citra,

target penjualan, dan laba yang dihasilkan dari analisis situasi lingkungan

berikut peluang dan ancamannya (analisis SWOT). Rencana itu juga

berisikan strategi dan pelaksanaannya serta ditutup proyeksi keuangan.

Susunan rencana pemasaran biasanya didahului oleh sebuah penjelasan

ringkas yang disebut executive summary yang memuat kandungan rencana

pemasaran secara garis besar (Ma’ruf, 2005 : 234)

Terkait dengan masalah “ancaman lingkungan” maka (Kotler 2000 :

102) menjelaskan bahwa ancaman lingkungan adalah tantangan akibat

kecenderungan atau perkembangan yang tidak menguntungkan yang akan

mengurangi penjualan atau laba bila tidak dilakukan tindakan pemasaran

defensif.

Dengan menggambarkan ancaman yang dihadapi unit bisnis, maka ada empat

kemungkinan hasilnya, yakni :

1. Bisnis ideal adalah yang peluang utamanya besar dan ancaman utamanya

kecil

2. Bisnis spekulatif adalah yang peluang utama maupun ancaman utamanya

besar

3. Bisnis matang/dewasa adalah yang peluang utama dan ancaman utamanya

kecil

4. Bisnis bermasalah adalah yang peluangnya kecil dan ancamannya besar

(38)

Karena itulah, untuk menghadapi adanya “ancaman” maka setiap

bisnis harus menetapkan strategi mencapai tujuan dengan jelas. Tujuan

menunjukkan apa yang ingin dicapai unit bisnis, sedangkan strategi

menunjukkan bagaimana cara mencapainya walaupun banyak strategi. Porter

yang dikutip Kotler (2000 : 106) telah merangkumnya menjadi tiga tipe

generik yang memberikan titik awal bagi pemikiran strategis.

a. Keunggulan biaya keseluruhan : Di sini bisnis berusaha keras mencapai

biaya produksi dan distribusi terendah, sehingga harganya lebih rendah

daripada pesaingnya dan mendapatkan pangsa pasar yang besar.

Perusahaan yang menerapkan strategi ini harus terampil dalam rekayasa,

pembelian, pemanufakturan, maupun distribusi fisik, dan tidak perlu

terlalu terampil dalam pemasaran.

b. Diferensiasi : Di sini bisnis berkonsentrasi pada upaya mencapai kinerja

superior dalam bidang manfaat pelanggan yang diinginkan sebagian besar

pasar. Perusahaan dapat berjuang untuk menjadi pemimpin pelayanan

(service leader), pemimpin kualitas (quality leader), pemimpin gaya

(style leader), pemimpin teknologi (technology leader). Dan lain-lain,

namun sulit untuk menjadi semuanya. Perusahaan akan membina

kekuatannya yang memberikan keunggulan kompetitif dalam satu atau

lebih manfaat. Jadi perusahaan yang ingin meraih keunggulan kualitas

harus membuat atau membeli komponen terbaik, memadukannya dengan

baik, memeriksanya dengan teliti, dan seterusnya.

c. Fokus : Di sini bisnis menfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar

(39)

mengidentifikasi kebutuhan segmen ini dan mengejar keunggulan biaya

atau diferensiasi dalam segmen sasaran tersebut.

Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada kerangka

secara logika untuk memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities) dan secara bersamaan juga dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan

strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan

kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi harus

menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman) dalam situasi saat ini, yang dalam hal ini untuk

analisis situasinya adalah analisis SWOT.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja dari usaha mikro

sektor informal dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.

Kedua faktor tesebut harus dipertimbangkan dalam analisis SOWT. SWOT

adalah singkatan dari lingkungan Internal Streghts dan Weaknesses serta

lingkungan Eksternal Oppoertinities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis.

Analisi SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang

(Opportunies) dan Ancaman (treaths) dengan faktor internal Kekuatan

(40)

2.1.5 Penjualan

Penjualan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi

perusahaan. Kegiatan ini sangat erat kaitannya untuk mencapai tujuan bagi

sebuah perusahaan. Semakin banyak perusahaan menjual produknya, maka

perusahaan akan memperolaeh laba yang sebanyak-banyaknya.

Menurut alma (2000 : 71), Penjualan harus menghormati dan

memperlakukan setiap pelanggan seperti seorang raja. Penjual harus

menyediakan diri, membantu dan melayani pelanggan tanpa merasa jenuh

dan mengeluh, melayani pelanggan seperti diharapkan sehingga merasa puas.

Menurut Gregorius (2002 : 712), penjualan dalam suatu program yang

terdiri dari atas kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan

mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen,

sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan merupakan

salah satu kegiatan perusahaan untuk memasarkan produknya kepada

konsumen dengan tujuan untuk mendapatkan laba sebanyak-banyaknya guna

menjang pertumbuhan perusahaan.

Bagi perusahaan, pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam

penjualan, yaitu:

1. Mencapai volume penjualan

2. Mendapatkan laba

(41)

2.1.5.1 Proses Penjualan

Menurut Alma (2000:52), Salah satu aspek yang ada dalam penjualan

adalah penjualan dengan berhadapan dengan calon pembelinya. Masalah

tersebut menjadi titik berat pembahasan tentang proses penjualan.

Tahap-tahap dalam penjualan antara lain :

1.Persiapan Sebelum Penjualan

Tahap pertama dalam proses penjualan adalah mengadakan

persiapan-persiapan sebelum melakukan penjualan. Di sini, kegiatan yang dilakukan

adalah mempersiapkan tenaga penjualan dengan meberikan pengertian

tentang barang yang dijualnya, pasar yang dituju, dan teknik-teknik

penjualan yang harus dilakukan.

2.Penentuan Lokasi Potensial

Dengan menggunakan data pembeli yang lalu maupun sekarang,

penjual dapat melakukan karakteristiknya, misalkan lokasi. Oleh karena itu

pada tahap ini ditentukan lokasi dari segmen pasar yang menjadi sasaran.

Dari lokasi ini dapatlah dibuat sebuah daftar tentang orang-orang yang

secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan.

Dari konsumen yang ada dapat pula ditentukan komsumen manakah yang

sudah menggunakan produk-produk saingan.

3.Pendekatan Pendahuluan

Sebelum melakukan penjualan, penjual harus mempelajari semua

masalah tentang individu atau perusahaan yang dapat diharapkan sebagai

pembelinya. Selain itu, perlu juga mengetahui tentang produk atau merk

(42)

informasi perlu dikumpulkan untuk mendukung penawaran produknya

kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan pembeli, kesukaan, dan

sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai pendekatan pendahuluan

terhadap pasarnya.

4.Melakukan Penjualan

Penjualan yang dilakukan bermula dari usaha untuk memikat

perhatian calon konsumen, kemudian diusahakan untuk mengetahui daya

tarik mereka. Dan akhirnya penjual melakukan penjualan produknya

kepada pembeli.

5.Pelayanan Sesudah Penjualan

Sebenarnya kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan

pembeli telah dipenuhi, tetapi masih perlu dilanjutkan dengan memberikan

pelayanan atau servis kepada mereka. Beberapa pelayanan yang diberikan

oleh penjual sesudah penjualan dilakukan antara lain berupa pemberian

garansi, pemberian jasa reparasi, latihan tenaga-tenaga operasi dan cara

penggunaannya serta pengantaran barang ke rumah.

2.1.5.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan

Dalam perusahaan, manajer penjualan harus menyusun struktur

organisasi yang dapat menciptakan komunikasi secara efektif. Bertanggung

jawab untuk menciptakan dan mempertahankan jaringan distribusi yang

efektif.

Di dalam penentuan kebijaksanaannya manajemen penjualan

(43)

1. Modal yang diperlukan

2. Kemampuan merencanakan dan membuat produk

3. Kemampuan menggunakan cara-cara promosi yang tepat

4. Kemampuan menentukan tingkat harga yang tepat

5. Kemampuan memilih penyalur yang tepat

Sedangkan di dalam prakteknya, kegiatan penjualan itu dipengaruhi oleh :

1. Kondisi dan kemampuan penjual

Transaksi jual beli atau pemindahan hak milik secara komerisal atas

barang dan jasa melibatkan pembeli sebagai pihak kedua untuk

meyakinkan pembeli agar penjualan mencapai sasaran yang diharapkan,

maka penjual harus memperhatikan :

a. Barang yang ditawarkan

b. Harga produk

c. Syarat penjualan, seperti pembayaran, pengantaran, pelayanan

sesudah penjualan, garansi dan sebagainya.

2. Kondisi Pasar

Kondisi pasar dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar

penjualan, pasar pemerintah atau pasar internasional

b. Kelompok pembeli atau segmen pasar

c. Daya beli konsumen

d. Frekwensi pembelinya

(44)

3. Modal

Untuk sebuah produk baru yang belum dikenal oleh calon pembeli,

penjual harus memperkenalkan barangnya. Untuk melaksanakan

diperlukan adanya sasaran dan usaha, semua itu apabila penjual memiliki

modal.

4. Kondisi Organisasi Perusahaan

Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh

bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang orang-orang tertentu

atau ahli di bidang penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil

dimana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga menangani

fungsi-fungsi lain. Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerjanya

lebih sedikit, system organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah

yang dihadapi, serta sarana yang dimilikinya juga tidak sekompleks

perusahaan besar.

5. Faktor Lain

Misalnya periklanan, peragaan, kampanye atau pemberian hadiah.

Namun untuk melakukannya diperlukan dana yang tidak sedikit. Bagi

perusahaan yang memiliki modal banyak bukan suatu masalah, sedangkan

bagi perusahaan yang memiliki modal sedikit, kegiatan ini jarang

dilakukan. Alma (2000:59)

2.1.6 Profit

Profit adalah laba/keuntungan. Dalam melakukan motif ekonomi para

(45)

kegiatannya baik produksi atau jasa. Prinsip dasar yang biasanya dipakai

adalah modal yang digunakan haruslah kembali penuh ditambah lagi dengan

untung yang dicapai. Jika seorang produsen sangat mengerti apa selera pasar

yang sedang disenangi maka kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan

yang lebih banyak akan bisa terwujud. Dan biasanya bagi produsen yang bisa

memprediksi keinginan, kebutuhan, dan selera masyarakat ia juga bisa

menahan suatu barang yang memang sangat dicari oleh konsumen dan

menjadikannya barang yang langka, hal ini akan membuat harga menjadi

naik, dan keuntungan bisa dicapai lebih banyak.

Laba atau keuntungan merupakan salah satu tujuan utama perusahaan

dalam menjalankan aktivitasnya. Pihak manajemen selalu merencanakan

besar laba setiap periode, yang ditentukan melalui target yang harus dicapai.

Penentuan target penjualan ini penting guna untuk mencapai tujuan

perusahaan secara keseluruhan. Disamping itu dengan adanya target yang

harus dicapai, pihak manajemen akan termotivasi secara optimal. Penentuan

target laba sangat penting agar para manajemen perusahaan termotivasi untuk

bekerja secara maksimal dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.

Pencapaian terget minimal yang dibutuhkan sudah merupakan prestasi

tersendiri bagi mereka, apalagi mamapu melampaui target yang telah

ditetapkan. Sebaliknya apabila target tidak tercapai, hal ini merupakan

kesalahan yang harus di cari jalan keluar penyebabnya. Lebih dari itu,

pencapaian terget laba merupakan ukuran untuk menentukan karier pihak

manajemen kedepan. Dalam praktiknya, laba yang diperoleh perusahaan

(46)

a. laba kotor (gross profit)

b. laba bersih (net profit)

Artinya adalah laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya

yang menjadi beban perusahaan. Atau laba keseluruhan yang pertama kali

perusahaan peroleh. Sementara itu, laba bersih merupakan laba yang telah

dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu

periode tertentu. (Kasmir 302 : 303)

2.2 Kerangka Berfikir

Di dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai berbagai macam

strategi bisnis yang dijalankan para pelaku usaha masing-masing, dimana

dalam menjalankan aktifitas bisnisnya dilakukan secara seefektif dan seefisen

mungkin sehingga perusahaan dapat meningkatkan daya saing dengan

perusahaan lainnya.

Dengan adanya latar belakang seperti itu maka dibutuhkan adanya

strategi bisnis yang meliputi keuangan, sumber daya manusia, pemasaran dan

produksi untuk menjalankan kegiatan bisnisnya.

Dengan diterapkannya strategi bisnis yang tepat, maka akan

menghasilkan keuntungan (profit) yang besar. Dengan kondisi yang seperti

ini perusahaan akan mampu mengembangkan usahanya dan usaha itu akan

(47)

Telah dikemukan sebelumnya bahwa fokus penelitian diarahkan pada

Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Sektor Informal yang

peneliti fokuskan pada Strategi Bisnis Usaha Mikro Sektor Informal Campina

Scoop Counter di kota Gresik. Strategi bisnis tersebut antara lain:

a. Startegi di Bidang Pemasaran

Strategi di bidang pemasaran adalah penuntun agar aktivitas

pemasaran kemiskinan bukan hanya terhadap strategi utama yang telah

ditentukan, melainkan juga terhadap strategi berbagai bidang lainnya.

Dan mempunyai 4 aspek sering dikenal dengan marketing mix atau

bauran pemasaran yaitu: aspek produk, aspek promosi, aspek place, aspek

price. Dengan strategi pemasaran akan dapat diketahui segmen pasar yang

dituju, pengembangan dan inovasi produk, pendistribusian produk.

b. Strategi di Bidang Produksi

Strategi produksi adalah sebagai proses yang secara

berkesinambungan dan efektif menjalankan fungsi-fungsi manajemen

untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien untuk

mencapai tujuan perusahaan. Strategi produksi ini digunakan untuk

mengetahui cara memproduksi barang dan jasa bahan baku dan alat-alat

yang akan digunakan dalam proses produksi. Sebagai usaha mikro kecil

dan menengah biasanya hanya mengandalkan bahan baku lokal yang

mudah diperoleh.

c. Strategi di Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia

Strategi manajemen Sumber Daya Manusia adalah sebagai

(48)

pengadaan, pengembangan kompensasi, pengintegrasikan, pemeliharaan,

dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan

organisasi perusahaan secara terpadu. Adapun dari aspek tenagan kerja,

usaha kecil dan menengah mempunyai kelebihan yaitu adanya motivasi

yang kuat untuk mempertahankan usahanya, supply tenaga kerja yang

melimpah dengan upah yang murah. Sedangkan kelemahannya adalah

kualitas sumber daya manusia rendah baik dilihat dari tingkat pendidikan

formal maupun ditinjau dari kemampuan untuk melihat peluang bisnis,

tingkat produktivitasnya rendah, etos kerja dan disiplin rendah,

penggunaan tenaga kerja cenderung eksplotatif dengan tujuan untuk

mengejar target, sering mengandalkan anggota keluarga sebagai pekerja

tidak dibayar. Untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas,

maka perlu juga diperhatikan kesadaran akan pentingnya konsistensi

mutu dan standarisasi produk.

d. Strategi di Bidang Keuangan

Strategi keuangan adalah untuk menciptakan neraca, rugi-laba, dan

arus kas yang positif. Dalam penelitian ini, strategi keuangan digunakan

untuk mengetahui sumber dan jumlah modal usaha, sistem pengelolaan

keuangan yang diperoleh dari hasil penjualan, serta keuntungan dan

kerugian yang dialami selama mejalankan usaha. Strategi-strategi tersebut

sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas

produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi,

memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru, serta memperbaiki

(49)

Terkait dengan permasalahan bisnis penjelasan analisis SWOT sangat

perlu karena analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats)

Secara sistematis ditunjukkan dalam bagan kerangka berpikir Strategi

Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Usaha Mikro

Sektor Informal Campina Scoop Counter di Gresik) sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Organisasi Bisnis

UMKM Sektor Informal

Strategi Bisnis: 1.Pemasaran 2.Produksi 3.MSDM 4.Keuangan

Tujuan Organisasi Bisnis

- Keuntungan - Pertumbuhan - Kontinuitas Usaha Analisis

SWOT

(50)

3.1 Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis tidak menguji antara hubungan variabel

sehingga tidak ada pengukuran variabel X dan Y. penelitan ini difokuskan

pada strategi bisnis yang dilakukan oleh Usaha Mikro Sektor Informal

Campina Scoop Counter ( CSC ) jalan Ahmad Yani, CSC jalan Arief

Rahman Hakim, dan CSC jalan Kemuteran di kota Gresik, sehingga peneliti

akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini dikarenakan dalam

penelitian kualitatif yang bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat

dipisah-pisahkan) yang dipandang sebagai realitas sosial dan lebih menekankan pada

proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antara variabel

pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi

(recopical/interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel indenpenden

dan dependennya (Sugioyono, 2008 :7).

Dalam penelitian ini peneliti sebagi instrument penelitian dan sebagai

instrument harus mencakup segi respontif, dapat menyesuaikan diri,

menekankan kebutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data

secepatnya dan memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi,

mengihtisarkan serta memanfaatkan kesempatan mencari respon yang tidak

(51)

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (natural setting),

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu

data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data

yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh

karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi,

tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi dalam penelitian kualitatif

dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan di

tempat lain, manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh

berbeda dengan tempat penelitian (Sugiyono,2008 : 1-3).

Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam

Sugiyono (2008 : 9-10) adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah

eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen

kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul

berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau

outcome.

(52)

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang

teramati).

Dalam penelitian kualitatif, hubungan antara peneliti dengan yang

diteliti bersifat independen. Dalam penelitian kualitatif peneliti kualitatif

peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data

participant observation (observasi berperanserta) dan in-depth interview

(wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber

data. Dalam penelitian kualitatif kedudukan manusia atau peneliti sebagai

instrument penelitian sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analis, penafsir data, dan menjadi pelapor hasil

penelitiannya. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen yang mencakup

segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan

diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya, dan memanfaatkan

kesempatan untuk mengklasifikasikan dan pengikhtisarkan, dan

memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tak lazim (Guba dan

Lincoln dalam Moleong, 2002 : 121-124). Strategi-strategi tersebut yang

digunakan oleh usaha mikro sektor informal untuk mengelola bisnis yang

dijalankannya mulai dari awal didirikannya usaha tersebut hingga bisa

bertahan sampai saat ini. Strategi bisnis juga dapat digunakan sebagai usaha

mikro sektor informal untuk mengembangkan usahanya di masa yang akan

datang.

Setelah strategi bisnis antara lain strategi produksi, strategi, keuangan,

strategi manajemen sumber daya manusia, dan strategi pemasaran diketahui

(53)

Referensi

Dokumen terkait

Determinan Pendapatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Jember; Dufi Rusanti; 100810201058; 2014; 74 halaman;

HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian Sosialisasi penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Menengah (SAK EMKM) untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh market orientation terhadap kinerja bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.. Meskipun pemilik dan karyawan UMKM

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh market orientation terhadap kinerja bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.. Meskipun pemilik dan karyawan UMKM

“Strategi Bisnis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam Mengembangankan Usahanya (Study Pada Industri Tenun Ikat di Parengan Kecamatan Maduran-Lamongan)”7. Dalam kesempatan

14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang disertai ketentuan

Optimalisasi dan pemanfaatan wakaf yang besar tersebut dapat digunakan untuk Inkubator Bisnis dan Teknologi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Sidoarjo, maka tidak

Lies Maria Hamzah, Devi Agustien Pengaruh Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Terhadap Pendapatan Nasional Pada Sektor UMKM Di Indonesia Jurnal Ekonomi Pembangunan |