• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN AIR TANAH DENGAN PROSES MICRO BUBBLE GENERATOR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGOLAHAN AIR TANAH DENGAN PROSES MICRO BUBBLE GENERATOR."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGOLAHAN AIR TANAH DENGAN PROSES

MICRO BUBBLE GENERATOR

O l e h :

REZA SURYA NUGRAHA

1052010007

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM

SURABAYA

(2)

PENGOLAHAN AIR TANAH DENGAN PROSES

MICRO BUBBLE GENERATOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST.)

Program Studi Teknik Lingkungan.

Oleh :

REZA SURYA NUGRAHA

1052010007

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J ATIM

SURABAYA

(3)

PENGOLAHAN AIR TANAH DENGAN PROSES

MICRO BUBBLE GENERATOR

oleh :

REZA SURYA NUGRAHA

1052010007

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Program Studi Teknik Lingkungan

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal : ...2014

Pembimbing I Penguji I

Ir. Putu Wesen, MS.

NIP. 19520920 198303 1 00 1 Ir. Tuhu Agung Rachmanto, MT.

NIP. 19620501 198803 1 00 1 Penguji II

Pembimbing II

Dr. Ir. Munawar Ali, MT. NIP. 19600401 198803 1 00 1

Penguji III Firra Rosariawari, ST. MT

NPT. 3 7504 04 0196 1

Okik Hendriyanto C., ST. MT. NPT. 3 7507 99 0172 1

Mengetahui,

Dekan Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur, Atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa saya dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengolahan Air Tanah Dengan Proses

Micro Bubble Generator.

Adapun tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai tanggung jawab

untuk memberikan hasil setelah secara langsung melakukan penelitian serta

sebagai salah satu usaha memenuhi salah satu syarat penting kelulusan mahasiswa

strata satu Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Selama menyelesaikan tugas ini, saya telah banyak memperoleh

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ir. Naniek Ratni J.A.R., Mkes. selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan

Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Dr. Ir. Munawar Ali, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Lingkungan.

3. Ir. Tuhu Agung Rachmanto, MT selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang

selalu memberi waktu dan kesempatan untuk membimbing saya.

4. Firra Rosariawari, ST.MT selaku Dosen Pembimbing II yang membing

saya di dalam menjalankan penilitian.

5. Teruntuk orang tua tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungan

disetiap waktu.

6. Bapak Afan yang telah membuatkan alat untuk penelitian yang saya

lakukan.

7. Teman – teman mahasiswa Teknik Lingkungan yang telah memberi

semangat dan dukungan.

8. Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan tambahan.

9. Sahabat dan teman-teman yang selalu membantu dalam proses penelitian

di laboratorium riset.

(5)

Kepada para pembaca, kritik dan sarannya yang membangun akan kami

terima demi perbaikan penulisan seperti kata pepatah tiada gading yang tak retak

dan saya masih sangat menyadari bahwa tugas skripsi saya ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih dan mohon maaf

yang sebesar-besarnya apabila di dalam penyusunan laporan ini terdapat kata-kata

yang kurang berkenan atau kurang dipahami oleh para pembaca.

Surabaya, 9 Oktober 2013

(6)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……….. i

Daftar Isi ………. . iii

Daftar Tabel ………. v

Daftar Gambar ………. vi

Intisari ... vii

Abstract ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 2

I.3 Tujuan Penelitian ... 2

I.4 Manfaat Penelitian ... 2

I.5 Ruang Lingkup ... 2

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 4

II.1 Tinjauan Umum ... 4

II.1.1 Aerasi ... 9

II.1.2 Oksigen Terlarut/dissolved oxygen (DO) ... 14

II.1.3 Besi/Ferrum (Fe) ... 15

II.1.4 Mangan/manganese (Mn) ... 16

II.2 Landasan Teori ... 17

II.2.1 Micro Bubble Generator (Spherical Ball) ... 17

II.2.2 Prinsip Kerja Micro Bubble Generator Metode Spherical Ball ... 17

II.2.3 Teori Mekanika Fluida ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

III.1. Kerangka Penelitian ... 23

(7)

III.3. Cara Kerja ... 26

III.4. Variabel ... 26

III.5. Analisis ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

IV.1. Hasil Penelitian ... 28

IV.2. Pembahasan ………. 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

V.1 Kesimpulan ... 35

V.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ion-ion yang terdapat di perairan ... 5

Tabel 2.2 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 .. 7

Tabel 2.3 Konsentrasi Oksigen Terlarut Jenuh Pada Tekanan 760mmHg ... 11

Tabel 2.4 Tekanan Uap Air Yang Berkontak Dengan Udara ... 12

Tabel 4.1 Pengaruh Rasio Debit Air Dengan Tekanan Udara Terhadap

Peningkatan Oksigen Terlarut ... 29

Tabel 4.2 Nilai Kandungan Besi (Fe) Setelah Proses Aerasi Terbaik ………... 31

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi Micro Bubble Generator Type Spherical Ball ... 18

Gambar 2.2 a) Aliran Pipa ... 19

b) Aliran Kanal-Terbuka... 19

Gambar 2.3 Ilustrasi Jenis Aliran ... 20

Gambar 2.4 Grafik Tekanan Pengukuran Dan Tekanan Mutlak... 22

Gambar 3.1 Bagan Kerangka Penelitian ………. 23

Gambar 3.2 Bagan Alur Percobaan………....…………... 24

Gambar 3.3 Mekanisme Proses Aerasi ………. 25

Gambar 3.4. Detail Micro Bubble Generator Type Spherical Ball ……… 25

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Variabel Dengan Respon Berbagai Variabel ………. 30

(10)

INTISARI

Air sumur yang berlokasi di Perumahan Sedati Agung Sidoarjo, menjadi

media untuk proses penambahan oksigen terlarut dengan proses aerasi. Proses

aerasi menggunakan micro bubble generator yang menghasilkan gelembung-gelembung kecil yang akan efektif dalam proses injeksi udara. Hasil dari

penambahan oksigen pada air sumur diujikan untuk mengetahui persentase (%)

penurunan besi (Fe) dan mangan (Mn) dari pengolahan dengan variasi waktu

sampling.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan bak kontak berbentuk balok,

suplay air dari pompa air dengan suction head 9 meter dan discharge head 24

meter dan total head 33 meter dengan 220 volt/50hz/1HP dan 2850 RPM.

Sedangkan suplay injeksi udara menggunakan kompresor yang mempunyai

volume 7 liter dan 220 volt/0,75HP/2850 RPM. Dengan variasi waktu sampling

dari 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit, 60 menit dan 90

menit. Kemudian alat ukur oksigen terlarut menggunakan DO meter dan hasil

terbaik selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk diketahui penurunan dari

masing-masing perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah oksigen terlarut naik dari

sampel awal sampai waktu sampling akhir. Lama waktu efektif yang terbaik untuk

menaikkan jumlah oksigen terlarut pada waktu sampling 5 menit sampai 15 menit.

Sedangkan pada waktu sampling 20 menit sampai dengan 90 menit adalah titik

jenuh dari proses aerasi dengan menggunakan micro bubble generator.

(11)

ABSTRACT

Water wells are located in the Housing Sedati Agung Sidoarjo, a media to

the process of adding dissolved oxygen to the aeration process. Aeration process

using micro bubble generator that produces small bubbles that will be effective in the air injection process. The results of the addition of oxygen in the water wells

tested to determine the percentage (%) decrease in iron (Fe) and manganese (Mn)

of the processing time of sampling variation.

Research was conducted by using a tub-shaped box beams, the supply of

water from the water pump with a suction head of 9 meters and 24 meters

discharge head and total head of 33 meters with 220 volt/50hz/1HP and 2850

RPM. While the supply of air injection using a compressor that has a volume of 7

liters and 220 volts / 0.75 HP/2850 RPM. With the variation of the sampling time

of 5 minutes, 10 minutes, 15 minutes, 20 minutes, 25 minutes, 30 minutes, 60

minutes and 90 minutes. Then the dissolved oxygen measuring devices using the

DO meter and the best results were then analyzed in the laboratory to note the

decline of each treatment.

The results showed that the amount of dissolved oxygen increased from

the initial sample to the end of the sampling period. The length of time that is best

effective to increase the amount of dissolved oxygen at the sampling time 5

minutes to 15 minutes. While the sampling time 20 minutes to 90 minutes is the

saturation point of the aeration process using micro bubble generator.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Air adalah salah satu komponen utama penunjang kehidupan seluruh

makhluk hidup. Pencemaran dan penurunan kualitas air karena peningkatan

aktivitas manusia akan berdampak membahayakan kelangsungan hidup berbagai

jenis biota air dan akan mengancam kehidupan manusia.

Sering dijumpai masalah bahwa kualitas air, khususnya air tanah yang

digunakan masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum. Air tanah

sering mengandung zat besi (Fe) dan mangan (Mn) yang cukup besar. Kandungan

Fe dan Mn dalam air menyebabkan warna air menjadi kuning kecoklatan dan

menimbulkan bau yang kurang enak.

Salah satu metode untuk memperbaiki kualitas air adalah dengan

meningkatkan kadar oksigen dalam air. Micro Bubble Generator (MBG) jenis Spherical Ball adalah salah satu alat yang mampu melarutkan oksigen kedalam air melalui gelembung-gelembung udara ukuran mikro yang dihasilkannya.

Dari variabel yang dilakukan oleh Michio Sadatomi dkk. dihasilkan besar

gelembung 0,49mm dengan debit udara masuk 0,98lt/min dan besar gelembung

0,12mm saat debit udara masuk 0,24lt/min. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa

air dimasukkan ke dalam pipa inlet dengan memberikan tekanan pada air,

kemudian memberikan tekanan udara ke dalam pipa tersebut. Dari penelitian ini

dapat ditentukan persamaan kekekalan massa dan energi. Bahwa kecepatan air di

pipa outlet harus lebih besar daripada kecepatan air di pipa inlet. Sedangkan untuk

udara, jika tekanan kurang dari tekanan atmosfir maka udara akan otomatis

tersedot kedalam aliran air. Pada penelitian kedua yang dilakukan oleh Takahiro

Arakawa dkk. maka dapat disimpulkan bahwa sistem generator micro bubble

secara kontinyu dapat mencampur dan mengefisiensikan reaksi dengan cepat

untuk mencapai peningkatan kinerja dalam sistem mikrofluida. Diameter

gelembung berkisar antara 110 m sampai 220 m. Sedangkan untuk penelitian

(13)

2

dijelaskan bahwa generator micro bubble yang akurat dan tepat sangat penting

untuk micromachining Dalam penelitian ini, model mathematical telah

dikembangkan untuk memprediksi diameter alat micro bubble generator yang

dibuat. Dan dapat dibandingkan juga pada aerasi konvensional yaitu dengan cara

Spray Aerator dapat menghasilkan gelembung berdiameter 15-30mm. Maka alat

Micro Bubble Generator (MBG) akan digunakan untuk meremoval besi (Fe) dan mangan (Mn) dalam air sumur.

Dalam penelitian ini, kecepatan liquid harus selaras dengan kecepatan gas

untuk menghasilkan gelembung-gelumbung kecil. Untuk dapat menciptakan

gelembung yang baik dapat dilakukan dengan pengaturan debit menggunakan

valve, sedangkan pengaturan tekanan udara dapat diatur melalui pengaturan

kompresor.

I.2. Rumusan Masalah

Apakah alat Micro Bubble Generator (MBG) efektif untuk meningkatkan koefisien perpindahan massa oksigen.

I.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah :

1.Mengetahui Micro Bubble Generator (MBG) tipe Spherical Ball

untuk meningkatkan oksigen terlarut.

2.Menurunkan kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn) dalam air

tanah.

I.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilakukan penelitian ini adalah :

1.Micro Bubble Generator ini dapat menjadi alternatif proses aerasi

yang lebih efektif daripada proses aerasi yang telah ada.

2.Menjadi metode alternatif dalam penurunan kandungan besi (Fe)

dan mangan (Mn) pada air tanah.

I.5. Ruang Lingkup

Untuk membatasi agar dalam penelitian masalah nantinya tidak

(14)

3

1.Penelitian dilakukan di laboratorium riset jurusan teknik

lingkungan fakultas teknik sipil dan perencanaan UPN “Veteran”

JATIM

2.Sampel yang digunakan berupa air sumur yang didapatkan di

daerah Sedati Agung Juanda.

3.Melakukan penelitian untuk mengetahui jumlah peningkatan

oksigen terlarut dan penurunan parameter besi (Fe) dan mangan

(Mn).

4.Hasil analisa oksigen terlarut dilakukan di laboratorium riset

jurusan teknik lingkungan fakultas teknik sipil dan perencanaan

UPN “Veteran” JATIM dan hasil analisa besi (Fe) dan mangan

(Mn) dilakukan di Balai Riset Dan Standardisasi Industri

(15)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

II.1. Tinjauan Umum

Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari, sehingga kualitas air

harus memenuhi syarat fisik, kimia, mikrobiologis dan radioaktifitas. Air

dibutuhkan untuk keperluan umum, sebagian air baku untuk menyediakan air

bersih diambil dari air tanah. Sumber air tanah di alam secara kuantitas relative

tetap karena melalui proses siklus hidrologi air. Namun demikian sering dijumpai

sumber tanah yang banyak mengandung unsure logam terutama besi (Fe) dan

mangan (Mn). Keberadaan unsure besi (Fe) dan mangan (Mn) dalam air tanah

pada umumnya dipengaruhi oleh struktur pembentuk lapisan batuan yang berada

di atasnya.

Dalam beberapa parameter fisik yang digunakan untuk menentukan

kualitas air meliputi suhu, kekeruhan, warna, daya hantar listrik, jumlah zat padat

terlarut, rasa dan bau.

a. Bau

Air yang bau dapat member petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis

dapat disebabkan oleh adanya algae dalam air tersebut. b. Jumlah zat padat terlarut

Padatan terlarut total (Total Dissolved Solid atau TDS) merupakan bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 mm – 10-3 mm) yang

berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada

kertas saring berdiameter 0,45 (Rao, 1992 dalam Effendi, 2003). TDS

biasanya disebabkan oleh bahan anorganik berupa ion-ion yang terdapat di

(16)

5

Tabel 2.1. Ion-ion yang terdapat di perairan

Ion Utama (Major Ion) (1,0 – 1000 mg/liter)

Ion Sekunder (Secondary Ion) (0,01 – 10 mg/liter)

1. Sodium (Na) 1. Besi (Fe) 2. Kalsium (Ca) 2. Strontium (Sr) 3. Magnesium (Mg) 3. Kalium (K) 4. Sulfat (SO4) 4. Karbonat (CO3) 5. Bikarbonat (HCO2) 5. Nitrat (NO3) 6. Klorida (Cl) 6. Fluorida (F)

7. Boron (B)

8. Silika (SiO2)

Sumber : Todd, 1970 dalam Effendi, 2003

c. Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat

didalam air. Kekeruhan disebabkan adanya bahan organik dan anorganik yang

tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun bahan

anorganik dan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain (APHA,

1976: Davis dan Cornwell, 1991 dalam Effendi 2003). Zat anorganik yang

menyebabkan kekeruhan dapat berasal dari pelapukan batuan dan logam,

sedangkan zat organik berasal dari lapukan hewan dan tumbuhan. Bakteri dapat

dikategorikan sebagai materi organic tersuspensi yang menambah kekeruhan air.

d. Rasa

Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang berasa

menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Efek

yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan manusia tergantung pada penyebab

timbulnya rasa.

e. Suhu

Suhu sebaiknya sejuk atau tidak panas, agar tidak terjadi pelarutan zat kimia pada

saluran/pipa yang dapat membahayakan kesehatan, menghambat reaksi-reaksi

biokimia didalam saluran/pipa, mikroorganisme pathogen tidak mudah

(17)

6

Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi,

volatilisasi serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas O2, CO2,

N2, CH4 dan sebagainya) (Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003). Peningkatan suhu

juga menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh

mikroba. Kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah

20 - 30 .

f. Warna

Air sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk mencegah

keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna.

Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Warna pada air

disebabkan oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan organik, ion-ion metal

alam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan tanaman air.

Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan oksida

mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi

sebanyak 0,3 mg/l dan kadarv mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat

menimbulkan warna pada perairan (peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003).

g. DHL (Daya Hantar Listrik)

Daya hantar listrik (DHL) merupakan kemampuan suatu cairan untuk

menghantarkan arus listrik (disebut juga konduktivitas). DHL pada air merupakan

ekspresi numerik yang menunjukkan kemampuan suatu larutan untuk

menghantarkan arus listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-garam terlarut

yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula DHL. Besarnya nilai DHL bergantung

kepada kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun

relatifnya.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 yang mengatur

tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air telah menetapkan standar baku

mutu air bersih yang menunjukkan suatu air bersih telah memenuhi persyaratan

kesehatan. Untuk logam besi (Fe) mempunyai standar baku mutu 1,0 mg/l.

Sedangkan untuk mangan (Mn) mempunyai standar baku mutu 0,5 mg/l. Apabila

(18)

7

memenuhi syarat dan harus dilakukan pengolahan sebelum dipakai untuk

keperluan sehari-hari terutama untuk dikonsumsi.

Berikut ini daftar tabel dengan standar baku mutu parameter yang lain

menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990

Tabel 2.2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990

Persyaratan air minum Persyaratan air bersih Parameter Satuan Kadar

(19)
(20)

9

digunakan untuk mengurangi atau menurunkan kadar logam besi dan mangan

pada air. Dalam literatur banyak dijumpai istilah yang berkaitan dengan aerasi

yang tentunya pengertian dari literatur satu dengan yang lain belum tentu sama.

Pengertian-pengertian istilah aerasi dari masing-masing literatur secara umum

dapat didefinisikan sebagai berikut :

a. Menurut Scott (dalam Benefield, 1982)

Aerasi adalah suatu proses dimana air dibawa pada kontak langsung dengan udara

untuk mengubah konsentrasi substansi volatile yang terkandung dalam air.

b. Menurut O’Connor (dalam Benefield, 1982)

(21)

10

Sehingga pengertian aerasi disini dapat diartikan sebagai suatu proses dimana gas,

biasanya udara dan air berada di dalam suatu kontak antara satu dengan yang lain

dengan tujuan untuk memindahkan zat-zat yang mudah menguap dalam air. Dan

zat-zat yang mudah menguap tersebut meliputi oksigen, karbon dioksida,

nitrogen, hidrogen sulfida, methan, dan berbagai komponen anorganik yang

menyebabkan bau dan rasa dalam proses aerasi. (Popel, 1974)

Aerasi merupakan istilah lain dari transfer gas, lebih dikhususkan pada

transfer gas oksigen atau proses penambahan oksigen ke dalam air. Keberhasilan

proses aerasi tergantung pada besarnya nilai suhu, kejenuhan oksigen,

karakteristik air dan turbulensi air.

Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen ke

dalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air, dalam campuran

tersuspensi lumpur aktif dalam bioreaktor dan melepaskan kandungan gas-gas

yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air (Awaluddin, 2007).

Dalam proses aerasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

perpindahan oksigen, diantaranya sebagai berikut (Benefield, 1990) :

1. Suhu

Koefisien transfer gas (KLa) meningkat seiring dengan kenaikan suhu, karena suhu

dalam air akan mempengaruhi tingkat difusi, tegangan permukaan dan kekentalan

air. Kemampuan difusi oksigen meningkat dengan peningkatan suhu, sedang

tegangan permukaan dan kekentalan menurun seiring dengan kenaikan suhu.

2. Kejenuhan Oksigen

3. Konsentrasi jenuh oksigen (Cs) dalam air tergantung pada suhu dan tekanan

parsial oksigen yang berkontak dengan air. Secara teoritis konsentrasi oksigen

terlarut dalam air pada tekanan 760mmHg dapat diketahui melalui tabel 1

(22)

11

Tabel 2.3. Konsentrasi Oksigen Terlarut Jenuh Pada Tekanan 760 mmHg

Suhu DO

23 8,68 24 8,53 25 8,38 26 8,22 27 8,07 28 7,92 29 7,77 30 7,63

Sumber : Benefield, 1980

Dan nilai Cs pada tekanan barometrik dapat ditentukan dengan persamaan berikut

(Benefield, 1990) :

Cs = ( Cs )760 ……… [2.1]

P menyatakan tekanan barometrik dalam mmHg dan p menyatakan tekanan jenuh

uap air pada suhu air yang diaerasi. Tekanan jenuh uap air pada berbagai suhu

disampaikan pada tabel 2.

4. Karakteristik Air

Dalam praktek ada perbedaan nilai KLa untuk air bersih dengan KLa air limbah

yang mengandung materi tersuspensi, surfaktan (detergen) dalam larutan dan

perbedaan temperatur. Faktor-faktor ini juga mempengaruhi nilai Cs.

5. Turbulensi Air

Turbulensi akan menurunkan derajat tahanan liquid – film, laju perpindahan masa oksigen karena terjadi percepatan laju pergantian permukaan bidang kontak, yang

(23)

12

Tabel 2.4. Tekanan Uap Air Yang Berkontak Dengan Udara

Suhu kerjanya berdasarkan daya gravitasi. Air yang akan diaerasi akan mengalir secara

gravitasi karena beda ketinggian dari step satu ke step yang lain dalam cascade aerator. Pada tiap step akan terjadi kontak antara logam dalam air dengan oksigen sehingga terjadi reaksi oksidasi. Pada dasarnya aerator ini terdiri atas 4 – 6 step, setiap step kira-kira ketinggian 30 cm dengan kapasitas kira-kira 0,01 m3/detik per

m2, untuk menghilangkan putaran (turbulen) guna menaikkan efisiensi aerasi,

hambatan sering ditepiperlatan pada setiap step. Keuntungan cascade ini adalah tidak memerlukan perawatan.

b. Multiple Plat Form Aerator

Merupakan proses aerasi dengan menjatuhkan air dari lempengan berbentuk

lingkaran, yang disusun bertingkat dari lingkaran dengan diameter paling kecil

seterusnya berurutan ke bawah hingga lempengan yang paling besar. Air yang

jatuh dari lempengan satu ke lempengan yang lain akan terjadi kontak udara

dengan air yang mengandung logam sehingga terjadi reaksi oksidasi yang

(24)

13

c. Spray Aerator

Terdiri atas nosel penyemprot yang tidak bergerak (Stationary Nozzles), dihubungkaan dengan kisi lempengan yang mana air disemprotkan ke udara

sekeliling pada kecepatan 5 – 7 m/detik. Spray aerator sederhana pengeluran air melalui bawah batang-batang pendek dari pipa yang panjangnya 25 cm dan

diameter 15 – 30 mm. Piringan melingkar ditempatkan beberapa sentimeter di

bawah setiap ujung pipa, sehingga bisa terbentuk selaput air tipis melingkar yang

selanjutnya menyebar menjadi tetesan-tetesan air yang halus.

d. Pneumatic System

Merupakan proses aerasi dengan menyemprotkan atau menginjeksikan udara

melalui dasar dari bak air yang akan diaerasi, gelembung udara hasil injeksi udara

melalui dasar bak aerasi akan naik ke atas dan akan kontak dengan logam dalam

air sehingga terjadi reaksi.

e. Multiple Tray Aerator

Jenis aerator ini terdiri atas 4 – 8 nampan (tray) dengan dasarnya penuh lubang. Melalui pipa berlubang air dibagi rata melalui atas tray, dari sini percikan-percikan kecil turun ke bawah dengan kecepatan kira-kira 0,02 m3/detik per m2

permukaan nampan (tray). Tetesan kecil menyebar dan dikumpulkan kembali pada setiap nampan (tray) berikutnya.

Besi atau mangan masuk ke dalam air oleh karena reaksi biologis pada

kondisi reduksi atau anaerobik (tanpa oksigen). Jika air yang mengandung besi

atau mangan dibiarkan terkena udara atau oksigen maka reaksi oksidasi besi atau

mangan akan timbul dengan lambat dan membentuk endapan atau gumpalan

koloid dari oksida besi atau oksida mangan yang tidak diharapkan. Endapan

koloid ini akan menempel atau tertinggal dalam sistem perpipaan, menyebabkan

noda pada cucian pakaian, serta dapat mennyebabkan masalah pada sistem pipa

distribusi disebabkan karena dapat menyokong tumbuhnya mikroorganisme

seperti crenothrix dan clonothrix yang dapat menyumbat perpipaan serta dapat menimbulkan rasa atau bau logam pada air minum. Standar kualitas air bersih di

Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

(25)

14

diperbolehkan maksimum 1 mg/ltd an kadar mangan maksimum yang

diperbolehkan 0,5 mg/lt.

II.1.2. Oksigen Ter larut/Dissolved oxygen (DO)

Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang

berasal dari fotosintesa dan absorbs atmosfer/udara. Untuk mengetahui kualitas air

dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter

kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik, jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic yang

mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen

memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen

terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.

Selain itu, oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan oleh organism

aerobik dan anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk

mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien

yang ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi

anaerobik oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia

menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi

dan reduksi inilah maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu

mengurangi beban pencemaran pada perairan.

Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial

gas-gas yang ada di udara maupun yang ada di air, salinitas serta persenyawaan

unsur-unsur mudah teroksidasi di dalam air. Kelarutan tersebut akan menurun

apabila suhu dan salinitas meningkat, oksigen terlarut dalam suatu perairan juga

akan menurun akibat pembusukkan-pembusukkan dan respirasi dari hewan dan

tumbuhan yang kemudian diikuti dengan meningkatnya CO2 bebas serta

menurunnya pH.

Oksigen (O2) dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter

lain seperti karbon dioksida, alkalinitas, suhu, pH, dan sebagainya. Oksigen (O2)

(26)

15

karbon (C) yang diperoleh dari bahan organik yang berasal dari ganggang yang

mati maupun oksigen dari udara.

II.1.3. Besi/Ferrum (Fe)

Besi adalah susunan berkala yang mempunyai symbol Fe dan nomor atom

26 dengan berat atom 55,845, berat jenis 7,86, mempunyai titik lebur 2450 ° C,

terletak pada periode 4 dan termasuk logam golongan VII. Memiliki konfigurasi

electron (Ar) 3d6 4s2.Besi dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada

semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada di

dalam air dapat bersifat:

a) Terlarut sebagai Fe2+ (ferro) atau Fe3+ (ferri)

b) Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar, seperti

Fe2O3, FeO, Fe(OH)3 dan sebagainya

c) Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang inorganik, seperti tanah

liat.

Besi di alam dapat ditemui dalam bentuk pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3),

magnetite (Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite (HFeO2), dan ochre [Fe(OH)3] (Cole, 1988 dan Moore, 1991). Di dalam air senyawa besi umumnya dalam

bentuk senyawa garam ferri atau garam ferro (valensi 2). Senyawa ferro dalam air

yang sering dijumpai adalah FeO, FeSO4, FeCO3, Fe(OH)2, FeCl2 dan lainnya,

sedangkan senyawa ferri yang sering dijumpai yakni FePO4, Fe3O3, FeCl3,

Fe(OH)3 dan lainnya. Senyawa besi pada umumnya sukar larut dan cukup banyak

terdapat di dalam tanah. Kadang-kadang besi juga terdapat sebagai senyawa

siderite (FeCO3) yang bersifat mudah larut dalam air (Cole, 1988 dalam Effendi,

2003).

Pada air pemukaan jarang ditemui kadar besi lebih dari 1 mg/l, tetapi

dalam air tanah kadar besi dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi yang tinggi dapat

dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur. Hal itu juga dapat ditemui

pada air permukaan yang mengandung besi lebih banyak.Kadar besi dalam air

tersebut juga dapat disebabkan karena adanya pipa-pipa saluran air yang berkarat.

Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti air tanah, besi berada

(27)

16

dan terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut pada pH 6 sampai

8 (kelarutan hanya di bawah beberapa g/l), bahkan dapat menjadi ferihidroksida

Fe(OH)3 atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa

mengendap.

Menurut Y.P Tirta Dharma (2002), kehadiran ion Fe2+ yang terlarut dalam

air dapat menimbulkan gangguan-gangguan seperti :

a. Rasa dan bau logam yang amis pada air, disebabkan karena bakteri

mengalami degradasi.

b. Besi dalam konsentrasi yang lebih besar mg/l, akan memberikan suatu rasa

pada air yang menggambarkan rasa metalik, astrinogent atau obat.

c. Mengakibatkan pertumbuhan bakteri besi (Crenothrix dan Gallionella) yang berbentuk filamen.

d. Menimbulkan warna kecoklat-coklatan pada pakaian putih.

e. Meninggalkan noda pada bak-bak kamar mandi dan peralatan lainnya (noda

kecoklatan disebabkan oleh besi).

f. Dapat mengakibatkan penyempitan atau penyumbatan pipa.

g. Endapan logam ini juga yang dapat memberikan masalah pada system

penyediaan air secara individu (sumur)

II.1.4. Mangan/manganese (Mn)

Mangan (Mn), merupakan kation logam yang memiliki karakteristik kimia

serupa dengan besi. Merupakan unsur pertama logam golongan VIIB, dengan

berat atom 54,94 g/mol, nomor atom 25, berat jenis 7,43 g/cm3, titik lebur 1247 °

C dan titik didihnya 2032 ° C. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Didalam tanah, Mn4+ berada dalam bentuk senyawa mangan dioksida yang sangat tak terlarut di dalam air dan mengandung karbon

dioksida. Pada kondisi reduksi (anaerob) akibat dekomposisi bahan organik

dengan kadar yang tinggi, Mn4+ pada senyawa mangan dioksida mengalami

reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mn2+ berikatan dengan nitrat, sulfat, dan

klorida serta larut dalam air. Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem

pengolahan air, senyawa mangan dan besi berubah-ubah tergantung derajat

(28)

17

pada umumnya mempunyai valensi dua yang larut dalam air. Oleh karena itu di

dalam sistem pengolahan air, senyawa mangan dan besi valensi dua tersebut

dengan berbagai cara oksidasi menjadi senyawa yang memiliki valensi yang lebih

tinggi yang tidak larut dalam air sehingga dapat dengan mudah dipisahkan secara

fisik. Toksisitas mangan relatif sudah tampak pada konsentrasi rendah. Dengan

demikian tingkat kandungan mangan yang diizinkan dalam air yang digunakan

untuk keperluan domestik sangat rendah, yaitu dibawah 0,05 mg/lt. Mangan

biasanya muncul dalam air sumur sebagai Mn(HCO3)2, MnCl2, atau MnSO4.

Kadar mangan pada kerak bumi sekitar 950 mg/kg, sumber alami mangan

mica[K(Mg,Fe)3(AlSi3O10)(OH)2], dan amphibole[(Mg,Fe)7Si8O22(OH)2].

II.2. Landasan Teori

Dalam penelitian ini teori-teori yang mendukung akan dijelaskan pada

landasan teori.

II.2.1. Micro Bubble Gener ator (Spherical Ball)

Micro Bubble Generator (MBG) adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghasilkan gelembung udara di dalam air dengan ukuran diameter kecil serta

untuk mengoptimalkan tingkat dan jumlah transfer oksigen. Micro bubble dapat

dihasilkan dengan beberapa metoda dengan karakteristik yang berbeda-beda.

Metoda tersebut antara lain dengan elektrolityc microbubble generator, porous plate (PP), ventury tube type bubble generator, dan spherical body in a flowing water tube. Pemanfaatan dari teknologi micro bubble ini telah meluas ke berbagai bidang industri. Pada industri perikanan alat ini digunakan untuk meningkatkan

kadar oksigen pada tambak atau kolam. Manfaat lain adalah untuk meningkatkan

kualitas air yang terpolusi buangan limbah pabrik.

II.2.2. Prinsip Kerja Micro Bubble Gener ator Metode Spherical Ball

Prinsip kerja utama dari micro bubble generator metode spherical ball

adalah menciptakan beda tekanan antara tekanan udara luar dengan tekanan fluida

dalam pipa sampai titik tekanan vakum sehingga udara (gas) terhisap masuk

(29)

18

Secara lebih jelas konstruksi dari alat ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Apabila suatu aliran fluida bertekanan dialirkan melalui pipa tersebut maka akan

terjadi pertambahan kecepatan partikel fluida pada saat melewati daerah sekitar

bola, pertambahan kecepatan ini dikarenakan penyempitan penampang saluran

oleh bola dan pertambahan panjang lintasan partikel fluida saat menyusuri

permukaan bola. Kecepatan tertinggi terjadi pada daerah puncak bola.

Berdasarkan persamaan massa dan energy (persamaan Bernoulli), peningkatan

kecepatan aliran akan diikuti dengan penurunan tekanan sehingga daerah sekitar

puncak bola memiliki tekanan lebih rendah dari pada daerah inlet pipa.

Apabila tekanan didalam pipa lebih rendah dibandingkan dengan tekanan

atmosfer, maka udara secara otomatis akan terhisap kedalam aliran fluida, melalui

lubang-lubang kecil pada Test Section yaitu daerah yang bertekanan rendah. Dikarenakan aliran yang terjadi pada daerah downstream adalah turbulen dan terdapat tegangan geser, udara yang masuk tersebut akan terpecah menjadi micro

bubble dengan jumlah yang sangat banyak.

Gambar. 2.1. Konstruksi Micro Bubble Generator Type Spherical Ball

(Sadatomi, 2004)

Ilustrasi di atas menggambarkan aliran air bertekanan masuk dari sisi inlet

pipa. Aliran air akan bertambah kecepatannya saat melewati bola karena

penyempitan penampang aliran dan pertambahan panjang lintasan partikel air saat

menyusuri dinding bola. Pertambahan kecepatan menyebabkan tekanan disekitar

(30)

19

terhisap masuk melalui lubang intake disekitar bola dan membentuk

gelembung-gelembung kecil yang keluar dari sisi outlet pipa.

II.2.3. Teori Mekanika Fluida

Mekanika fluida adalah ilmu yang mengkaji perilaku dari zat-zat cair dan

gas dalam keadaan diam ataupun bergerak. Secara khusus, fluida didefinisikan

sebagai zat yang berdeformasi secara terus-menerus selama dipengaruhi suatu

tegangan geser. Tegangan geser terbentuk oleh gaya tangensial yang bekerja pada

sebuah permukaan.

Banyak kriteria yang digunakan untuk mengklasifikasikan aliran fluida.

Sebagai contoh; aliran dapat digolongkan sebagai aliran steady dan unsteady,

satu-dua-atau tiga dimensi, aliran compressible atau incompressible, dan salah

satu klasifikasi yang terpenting adalah klasifikasi yang menggolongkan apakah

aliran itu laminar atau turbulen.

A. Aliran Viskos Dalam Pipa

Perbedaan utama antara saluran tertutup dan terbuka adalah : mekanisme

dasar yang menggerakkann fluida.

a) Untuk aliran tertutup, gravitasi mungkin memiliki arti penting jika pipa tidak

horizontal, namun gaya penggerak utamanya adalah gradien tekanan sepanjang

pipa. Jika pipa tidak terisi penuh, tidak mungkin untuk menjaga perbedaan

tekanan P1-P2.

b) Untuk saluran terbuka, hanya gravitasi yang menjadi gaya penggeraknya

(31)

20

B. Aliran Laminar dan Turbulen

Aliran fluida di dalam sebuah pipa mungkin merupakan aliran laminar atau

turbulen. Osborne Reynolds (1842-1912), adalah orang pertama kali

membedakan dua klasifikasi aliran ini dengan menggunakan sebuah peralatan

sederhana seperti pada ilustrasi gambar dibawah.

Sifat-sifat laminar dan turbulen ini dapat diamati dengan menginjeksikan zat

pewarna yang mengambang dalam sebuah pipa beraliran seperti ditunjukkan pada

gambar. Untuk “laju aliran yang cukup kecil” guratan zat pewarna (sebuah

garis-gurat) akan tetap berupa garis yang terlihat jelas selama mengalir, dengan hanya

sedikit saja menjadi kabur karena difusi molekuler dari zat pewarna ke air di

sekelilingnya. Untuk suatu “laju aliran sedang” yang lebih besar, guratan zat

pewarna berfluktuasi menurut waktu, ruang dan olakan putus-putus dengan

perilaku tak beraturan muncul di sepanjang guratan. Sementara itu untuk “laju

aliran yang cukup besar” guratan zat pewarna akan segera kabur dan menyebar di

seluruh pipa dengan bola yang acak. Ketiga karakteristik ini, yang masing-masing

disebut sebagai aliran laminar, transisi, turbulen. Bisa disebut juga aliran turbulen dicirikan dari adanya ketidakteraturan lokal dalam medan aliran yang dipengaruhi

oleh sifat-sifat mekanik seperti kecepatan, tekanan atau temperatur.

(32)

21

Salah satu parameter tak berdimensi yang biasanya juga digunakan untuk

mensifati tipe aliran adalah bilangan Reynolds (Re), Re adalah perbandingan

antara efek inersia dan viskos dalam aliran. Dari hasil analisa, dapat diketahui

bahwa aliran pada pipa tergantung terhadap angka Reynolds (Reynolds Number), ……… [2.2]

Dimana V adalah kecepatan rata-rata di dalam pipa. Artinya, aliran di dalam

sebuah pipa adalah laminar, transisi, atau turbulen jika bilangan Reynoldsnya

“Cukup kecil”, “Sedang”, “Cukup besar”; D adalah diameter dalam pipa. Jika Re

2100 biasanya aliran bersifat laminar dan jika Re 2100 biasanya aliran

bersifat turbulen.

C. Pengukuran Tekanan

Tekanan (pressure) dinyatakan sebagai gaya per satuan luas. Dengan demikian, satuan tekanan sama dengan tegangan (stress), dan pada umumnya tekanan dapat dianggap sebagai sejenis tegangan juga. Tekanan absolut (absolute pressure) diukur relatif terhadap suatu keadaan hampa sempurna (tekanan nol mutlak), atau gaya per satuan luas yang bekerja pada dinding penampung fluida.

Tekanan relatif atau tekanan pengukuran (gage pressure) adalah selisih antara tekanan absolut dan tekanan atmosfer setempat.

Tekanan mutlak selalu positif, tetapi tekanan pengukuran dapat positif

maupun negatif, tergantung pada apakah tekanan tersebut di atas tekanan atmosfer

(bernilai positif) atau dibawah tekanan atmosfer (bernilai negatif). Sebuah tekanan

negatif disebut juga sebagai tekanan hisap atau hampa. Misalnya, tekanan mutlak 10 psi (abs) dapat dinyatakan sebagai pengukuran -4,7 psi (gage), jika tekanan

atmosfer setempat adalah 14,7 psi, atau dengan cara lain dinyatakan sebagai

(33)

22

Gambar 2.4 Grafik Tekanan Pengukuran Dan Tekanan Mutlak

D. Pembentukan Gelembung

Gaya yang bekerja pada pembentukan gelembung adalah :

a) Gaya apung (Bouyanncy Force) ( )

b) Gaya tegangan permukaan cairan (Surface Tension Force) ( )

c) Momentum flux udara (Inersia Force) ( )

d) Gaya seret (Drag Force) ( )

Pembentukan gelembung (bubble) terdiri dari 2 tahap : 1) Tahap pengembangan (Expansion Stage)

2) Tahap pelepasan (Detachment Stage)

Selama tahap pengembangan, gelembung mengembang kearah radial sebagai

hasil dari injeksi gas, melalui nosel tunggal, dimana jejak pembentukan

gelembung dempet pada ujung nosel. Pada akhir tahap ekspansi ditentukan oleh

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Kerangka Penelitian

Berikut adalah diagram alir penelitian yang akan dilakukan :

Gambar 3.1. Bagan Kerangka Penelitian Per masalahan

Kurangnya pemanfaatan air tanah yang masih mengandung Besi (Fe) dan Mangan

(Mn) terlalu tinggi sebagai air bersih

Persiapan Alat dan Bahan pembuatan dan perancangan alat

Micro Bubble Generator

Pelaksanaan penelitian

Uji konsentrasi Besi (Fe) dan Mangan (Mn) pada proses aerasi yang terbaik dari

uji peningkatan transfer oksigen dengan Micro Bubble Generator

Analisa data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Uji peningkatan jumlah oksigen yang ada pada air sumur dengan

(35)

24

III.2. Bahan dan Peralatan

III.2.1. Bahan

Sampel ( Air Tanah/Sumur daerah Juanda)

III.2.2. Peralatan

1. Micro Bubble Generator

2. Pompa

3. Kompresor

4. DO meter

5. Bak reaktor

6. Bak penampung

Gambar 3.2. Bagan Alur Percobaan

Air sampel (Air sumur)

Pompa Bak Penampung

Micro Bubble Generator

(36)

25

Gambar 3.3. Mekanisme Proses Aerasi

(37)

26

III.3. Cara Kerja

Penelitian yang dilakukan terdiri dari empat tahap yaitu : persiapan alat,

proses transfer gas, dan pengujian jumlah peningkatan kandungan oksigen terlarut

dengan menggunakan DO meter serta pengujian besi (Fe) dan mangan (Mn) pada proses aerasi terbaik. Penelitian ini menggunakan sistem batch.

Dengan dimensi bak kontak yang diketahui, maka debit bukaan valve di

rencanakan dengan ditandai pada sudut busur. Maka waktu tinggal air di dalam

bak kontak dapat diketahui. Dengan adanya waktu tinggal dan volume bak maka

dapat di tentukan debit air sesuai bukaan valve dalam sudut busur.

III.4. Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen

dan variabel independen.

III.4.1. Variabel dependen

a) Volume air sampel dalam bak 0,044 m3

b) Suhu air 250C

c) Dimensi bak :

1. Panjang = 58cm = 0,58m

2. Lebar = 29cm = 0,29m

3. Tinggi = 26cm = 0,26m

d) Dimensi micro bubble generator :

(38)

27

III.5. Analisis

Analisis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah nilai

peningkatan oksigen terlarut yang ada dalam air sumur dan untuk menurunkan

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang proses aerasi dengan pembentukkan gelembung

kecil atau yang disebut dengan micro bubble untuk memaksimalkan peningkatan oksigen terlarut pada air sumur di daerah Juanda. Dengan meningkatnya oksigen

terlarut yang ada dalam air sumur diharapkan proses aerasi ini dapat menurunkan

parameter-parameter yang terdapat pada air sumur khususnya logam seperti Besi

(Fe) dan Mangan (Mn).

IV.1. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini, dimensi bak kontak telah diketahui untuk menjadi

acuan dalam proses mencari debit air yang di inginkan, dan bak kontak

mempunyai volume sebesar 0,044 m3. Sebagai variabel, debit harus di variasi kan

pada bukaan valve yang di inginkan dengan tekanan udara yang sesuai dengan

debit air sehingga dapat membentuk gelembung kecil (micro bubble). Sedangkan hasil analisa awal kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn) setelah di ujikan dapat

diketahui sebesar 0,2549 mg/lt untuk kandungan besi sedangkan <0,0224 mg/lt

untuk kandungan mangan.

Variasi yang digunakan rasio debit air dengan tekanan udara. Pada valve

90° pada busur maka debit yang dihasilkan 0,000404 m3/dt dengan menambahkan

tekanan udara 10 psi, pada valve 80° menghasilkan debit 0,000389 m3/dt dengan

menambahakan tekanan udara 9 psi, pada valve 70° menghasilkan debit 0,000379

m3/dt dengan menambahkan tekanan udara 8 psi, pada valve 60° menghasilkan

debit 0,000358 m3/dt dengan menambahkan tekanan udara 7 psi, pada valve 50°

menghasilkan debit 0,000328 m3/dt dengan menambahkan tekanan udara 6 psi

dan variasi waktu sampling adalah 0 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit,

25 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit.

Dengan ditentukannya debit berdasarkan bukaan valve menurut sudut

busur, maka dapat digambarkan pada grafik debit air. Untuk menghasilkan

(40)

29

Dengan telah di dapatkannya rasio debit air dengan tekanan udara

sehingga membentuk gelembung kecil atau disebut micro bubble, maka untuk mendapatkan hasil oksigen terlarut yang baik harus diberikan waktu kontak antara

air dengan udara. Waktu yang di ambil adalah 0 menit sebagai sampel awal, 5

menit, 10 menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit

sebagai waktu sampling. Diharapkan dengan semakin lama waktu sampling air

dengan udara maka jumlah kandungan oksigen terlarut dalam air semakin tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian peningkatan oksigen terlarut dalam air sumur dengan

variasi rasio debit air dengan tekanan udara dan waktu sampling dapat dilihat pada

tabel 4.1. 0,0000404 0,0000432 0,0000474 0,0000511 0,0000547 t0 5.4 mg/lt 5.3 mg/lt 5.3 mg/lt 5.4 mg/lt 5.3 mg/lt

Hasil penelitian dari tabel diatas tersebut didapatkan dengan menggunakan

alat testing lab DO meter. Dengan memvariasikan debit air/tekanan udara yang telah ditentukan sebelumnya dengan waktu sampling, maka diperoleh grafik

peningkatan oksigen terlarut dalam air sumur sesuai dengan rasio debit air dengan

tekanan udara dan waktu sampling.

Berdasarkan tabel pengaruh rasio debit air dengan tekanan udara terhadap

peningkatan oksigen terlarut diatas dapat dibentuk hasil grafik hubungan variabel

dengan respon pada berbagai variabel peningkatan oksigen terlarut berdasarkan

(41)

30

Gambar 4.1. Grafik Hubungan Antara Variabel Dengan Respon Berbagai

Variabel

Dari hasil jumlah oksigen terlarut yang tertera pada tabel 4.1. dan gambar

4.3. dapat diketahui bahwa setiap waktu sampling oksigen terlarut yang ada dalam

air sumur naik.

Setalah mendapatkan hasil DO Dissolved Oxygen pada percobaan diatas dapat dilihat dari kelima grafik proses aerasi di atas saat debit air 0,000379 m3/dt

dan tekanan udara 8 psi ( Q3 / P3 ) adalah proses terbaik dari kelima proses aerasi

tersebut. Dan proses yang terbaik tersebut dilakukan pengujian penurunan besi

dan mangan untuk mengetahui seberapa besar penurunan besi dan mangan di saat

aerasi terbaik. Berikut ini adalah tabel 4.2 nilai penurunan kandungan besi yang

(42)

31

Tabel 4.2. Nilai kandungan besi (Fe) setelah proses aerasi terbaik

Waktu Sampling (menit)

Besi (Fe) mg/lt 0 0.2549 5 0.2472 10 0.2356 15 0.2229 20 0.2146 25 0.2086 30 0.1938 60 0.1211 90 0.0773

Setelah di dapat hasil penurunan berdasarkan tabel 4.2 dapat di buat grafik

dari nilai penurunan kandungan besi :

Gambar 4.2. Grafik Nilai Penurunan Kandungan Besi (Fe) Pada Air Sumur

Dilihat dari penurunan kandungan besi (Fe) yang terdapat pada air sumur

(43)

32

mg/lt pada saat waktu sampling 90 menit. Dengan demikian kandungan besi (Fe)

yang ada pada air sumur dapat diturunkan dengan proses aerasi MBG.

Dari hasil penurunan kandungan besi (Fe) pada gambar 4.2. dapat dihitung

persen penyisihan dari waktu sampling 5 menit sampai dengan 90 menit. Pada

waktu sampling 5 menit persen penyisihan 3,02%, 10 menit persen penyisihan

7,57%, 15 menit persen penyisihan 12,56%, 20 menit persen penyisihan 15,81%,

25 menit persen penyisihan 18,16%, 30 menit persen penyisihan 23,98%, 60

menit persen penyisihan 52,50% sedangkan 90 menit persen penyisihan 69,68%.

Untuk percobaan kedua, parameter yang di turunkan adalah kandungan

mangan (Mn) yang terdapat pada air sumur dengan proses aerasi yang sama. Dan

hasil dari proses aerasi dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.3. Nilai kandungan mangan (Mn) setelah proses aerasi terbaik

Waktu Sampling

menit yaitu mempunyai nilai < 0,0224 mg/lt. Ketetapan nilai kandungan mangan

dikarenakan nilai kandungan mangan yang sangat kecil, sehingga pembacaan nilai

kandungan mangan tidak terdeteksi oleh alat.

IV.2. Pembahasan

Setelah dilakukan percobaan transfer oksigen atau aerasi dengan alat micro

bubble generator dapat dilihat bahwa kelima hasil aerasi dapat meningkatkan

jumlah oksigen yang terdapat pada air sumur. Dari kelima proses aerasi, hasil

(44)

33

pengujian untuk menurunkan kandungan besi (Fe) dan mangan (Mn). Jumlah nilai

kandungan besi (Fe) dalam air sumur setelah proses aerasi dapat turun dari 0,2549

mg/lt pada sampel awal menjadi 0,0773 mg/lt saat waktu sampling 90 menit

sedangkan nilai kandungan mangan (Mn) adalah tetap, hal ini dikarenakan nilai

kandungan mangan yang sangat kecil, sehingga pembacaan nilai kandungan

mangan tidak terdeteksi oleh alat.

Kadar oksigen yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi

manusia. Keberadaan logam yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi

sistem respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut

rendah maka terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi dalam air. Air

beroksigen akan memiliki kadar zat besi dan mangan yang rendah. Alasannya zat

besi dan mangan bereaksi dengan oksigen untuk membentuk senyawa yang tidak

bisa dilarutkan dalam air. Masalah besi dan mangan yang paling mungkin terjadi

adalah dari air sumur dengan kandungan karbonat tinggi dan kadar oksigen

rendah.

Besi atau mangan masuk ke dalam air oleh karena reaksi biologis pada

kondisi reduksi atau anaerobik (tanpa oksigen). Dalam proses aerasi, transfer

oksigen merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengurangi atau

menurunkan kandungan logam-logam dan pencemar lain yang ada dalam air

sumur. Dalam penelitian ini, fungsi transfer oksigen untuk menurunkan

kandungan logam besi (Fe) dan mangan (Mn). Aerator yang digunakan pada

penelitian ini adalah micro bubble generator. Micro bubble generator adalah

reaktor pembentuk gelembung kecil yang efektif jika di fungsikan untuk aerasi,

karena dengan gelembung kecil tersebut akan lama tinggal di dalam air dan akan

mengoptimalkan untuk mengontakkan oksigen dengan air agar besi dan mangan

yang ada di dalam air sumur bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa ferri

(Fe valensi 3) serta mangan oksida yang relatif tidak larut di dalam air.

Dalam proses aerasi, meningkatnya oksigen terlarut dapat menurunkan

parameter besi dan mangan. Hal ini dibuktikan dengan rumus kimia sebagai

(45)

34

a) 4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ===> 4 Fe(OH)3 + 8 H+

b) 2 Mn2+ + O2 + 2 H2O ===> 2 MnO2 + 4 H+

Untuk mengoksidasi setiap 1 mg/lt zat besi dibutuhkan sekitar 0,14 mg/lt oksigen

dan setiap 1 mg/lt mangan dibutuhkan sekitar 0,29 mg/lt. Dalam proses penelitian

ini, dapat dilihat dari gambar 4.3 bahwa transfer oksigen yang optimum pada saat

waktu sampling 5 menit sampai dengan 15 menit. Tingkat pH air sangat

berpengaruh dalam proses oksidasi besi dan mangan dengan udara, tetapi proses

tersebut hanya efektif untuk dijalankan pada 15 menit pertama proses oksidasi.

Walaupun proses dijalankan hingga 90 menit, tetapi penurunan konsentrasi zat

besi dan mangan tidak sedrastis waktu sampling 15 menit pertama. Hal ini

disebabkan karena kondisi bak kontak dalam keadaan jenuh pada saat waktu

sampling 20 menit sampai 90 menit. Dalam kondisi jenuh, air di dalam bak

kontak terlihat keruh penuh dengan gelembung-gelembung kecil tetapi tidaklah

maksimal dalam menurunkan zat besi dan mangan karena kadar oksigen biasanya

lebih rendah daripada kadar jenuhnya. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa untuk volume bak kontak 0,044 m3 peningkatan oksigen terlarut yang baik

ada pada waktu sampling 5 menit sampai dengan 15 menit. Jika diingkan waktu

kontak yang lebih lama maka dianjurkan untuk memperbesar volume bak kontak

agar dapat menunda kondisi jenuhnya oksigen dalam bak kontak. (Tatsumi Iwao,

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan serta merujuk pada hasil dan pembahasan

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses aerasi terbaik pada saat debit air 0,000379 m3 dengan tekanan udara

8 psi menghasilkan 7,6 mg/lt oksigen terlarut dalam air sumur.

2. Jumlah oksigen yang besar serta waktu kontak yang lebih lama

menyebabkan terjadinya peningkatan oksigen yang diharapkan dapat

menyisihkan besi (Fe) dan mangan (Mn) dalam air sumur.

3. Proses aerasi dengan micro bubble generator menunjukkan transfer

oksigen yang lebih baik daripada proses aerasi konvensional lainnya.

Karena gelembung udara yang dihasilkan berukuran kecil dan kontak

antara air dan udara terjadi lama.

V.2. Sar an

Melihat hasil penelitian ini yang masih jauh dari sempurna maka dapat

ditarik saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini pada proses aerasi dilakukan dengan skala kecil yang terdiri

dari pompa, kompresor, volume bak kontak. Jadi untuk mendapatkan

kemampuan dan hasil yang baik maka proses aerasi dilakukan dengan

skala besar dan bisa di aplikasikan untuk proses aerasi skala industri.

2. Pada proses penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menggunakan

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2002, “Environmental Health Criteria 228”, Principles and Methods for The Assesment of Risk From Essential Trace Elements. Geneva : World

Health Organization.

Anonim, 2002, “Pelatihan Operator IPA Penghilangan Besi dan Mangan”, Modul IPA 009, Yayasan Pendidikan Tirta Dharma. Yogyakarta.

Arakawa, Takahiro, dkk, 2007, “Micro Bubble Formation with Organic Membrane in a Multiphase Microfluidic System”, Nano Science and Nano Engineering, Waseda University. Japan.

Awaluddin, N. 2007. Teknologi Pengolahan Air Tanah Sebagai Rumah Tangga. Pekan Apresiasi Mahasiswa LEM-FTSP UII Seminar “Peran Mahasiswa

Dalam Aplikasi Keteknikan Menuju Globalisasi Teknologi”. Universitas

Islam Indonesia.

Benefield, Larry D., 1982, “Process Chemistry For Water and Wastewater Treatment”, Prentice Hall Inc., New Jersey.

Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air (Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan), KAANISIUS, Yogyakarta.

Mathew, Ronnie dan Sundaram, Murali M., 2011, “Modeling and Fabrication of Micro Tools by Pulsed Electrochemical Machining”, Micro and Nano Manufacturing Laboratory, School of Dynamic System, University of

Cincinnati. USA.

Metcalf and Eddy, 2003, “Wastewater Engineering Treatment and Reuse”, 4th Edition, Mc.Graw – Hill Inc., Singapore.

Poppel, H.J. 1974, “Aeration and Gas Transfer”, Delft University of Technology, Department of Civil Eng Dev of Sanitary Engineering.

(48)

Sadatomi. Michio, dkk, 2004, “Performance of a New Micro Bubble Generator with a Spherical Body in a Flowing Water Tube”, Department of Mechanical Engineering and Materials Science, Kumamoto University,

Japan.

Sadatomi. Michio, dkk, 2011, “Micro Bubble Generation Rate and Bubble Dissolution Rate into Water by a Simple Multi Fluid Mixer with Orifice and Porous Tube”, Graduate School of Science and Technology, Kumamoto University. Japan.

Gambar

Tabel 2.1. Ion-ion yang terdapat di perairan
Tabel 2.2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990
Tabel 2.3. Konsentrasi Oksigen Terlarut Jenuh Pada Tekanan 760 mmHg
Tabel 2.4. Tekanan Uap Air Yang Berkontak Dengan Udara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan meningkatnya konsentrasi boron di perairan dan kebutuhan untuk pengolahan air laut, yang mengandung senyawa ini dalam jumlah besar, pengembangan teknologi