SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi dan Bisnis
Pr ogr a m Studi Akuntansi
Oleh :
DWI PUSPITO CHANDRA DHARMAWAN
0713215028 / FEB / AK
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH CASH POSITION, GROWTH DAN ROA
TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh :
DWI PUSPITO CHANDRA DHARMAWAN
0713215028 / FEB / AK
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal : 29 Agustus 2014
Pembimbing Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dra. Ec. Tituk Diah Widajantie, Maks Dr. Hero Priono, SE.MSi.Ak.
Sekr etaris
Dra. Ec. Tituk Diah Widajantie, Maks
Anggota
Dra. Ec. Sari Andayani, Maks
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
PENGARUH CASH POSITION, GROWTH DAN ROA
TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI
BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan :
Dwi Puspito Chandr a Dharmawan 0713215028 / FEB / AK
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Tituk Diah Widajantie, Maks
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkam puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-NYA yang di berikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh cash Position, Growth dan ROA terhadap dividend payoutratio pada perusahaan manufaktur di Bur sa Efek Indonesia”
Penysunan skripsi ini di tujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesemmembangun dari patan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada semua ihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spritual maupun materiil, Khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur
2. Bapak Prof. Dr. Samsul Huda, SE, Msi, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Hero Priono, SE, Msi, Ak, Selaku Ketua Program Studi kuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang di susun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr Wb
Surabaya, Agustus 20014
Peneliti
DAFTAR ISI
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 14
2.2.2. Analisis Laporan Keuangan ... 15
2.2.2.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ... 15
2.2.2.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan ... 16
2.2.3. Cash Position ... 17
2.2.6.1. Pengertian Dividen Payout Ratio (DPR) ... 22
2.2.9. Pengaruh ROA Terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR) ... 28
2.4. Kerangka Konseptual ... 29
2.5. Hipotesis ... 30
BAB DJ METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 31
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 32
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.3.1. Jenis data ... 33
3.3.2. Pengumpulan Data ... 34
3.3.3. Sumber Data ... 34
3.4. Uji Normalitas ... 34
3.5. Uji asumsi Klasik ... 34
3.6. Teknik Analisis Data Dan Ui Hipotesis ... 36
DAFTAR TABEL
Dwi Puspito Chandr a
Abstrak
Alasan dipilihnya sektor industri otomotif karena sektor ini lebih stabil bahlwi semakin meningkat dilihat dari jumlah penjualan kendaraan dari periode ke periode semakin meningkat. Walaupun pernah terjadi penurunan penjualan karena imbas dari krisis ekonomi, tetapi tidak menutup kemungkinan kelancaran produksi di perusahaan ini meningkat karena sangat dibutuhkan konsumen. Dalam aktivitas dipasar modal, pars investor memiliki harapan dari investasi yang dilakukannya, yaitu yang berupa capital gain dan dividen. Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang sangat mudah terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi. Hal tersebut dikarenakan kegiatan perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi melalui proses produksi.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012 sebanyak 148 perusahaan manufaktur.. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 72 laporan keuangan perusahaan manufaktur. Teknik sampel yang digunakan purposive sampling, yaitu menyeleksi obyek penelitian berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu data yang berupa dokumentasi perusahaan yang diserahkan ke Bursa Efek Indonesia. Sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Berdasarkan dari hasil penelitian diperoleh : 1. Cash Position berpengaruh terhadap dividen payout ratio perusahaan manufaktur yang go public di BEI. 2. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan mengalami peningkatan yang berdampak pada dividen payout ratio perusahaan manufaktur yang go public di BEI 3. Profitabilitas Semakin besar keuntungan yang diperoleh payout akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen payout ratio perusahaan manufaktur yang go public di BEI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan
data-data kuantitatif atas semua transaksi yang telah dilakukan oleh perusahaan, selain
itu laporan keuangan adalah media untuk menyampaikan informasi sebagai
bentuk pertanggungjawaban atas wewenang yang diterimanya dalam mengelola
sumber daya perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan antara lain
pihak internal maupun pihak eksternal. Pihak internal yaitu manajemen. Pihak
eksternal adalah pemegang saham, kreditor, pemerintah, karyawan, pemasok,
konsumen, dan masyarakat umum lainnya. Laporan keuangan dapat
menggambarkan keadaan perusahaan, karena dalam laporan keuangan tersebut
banyak mengandung informasi yang sangat dibutuhan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan, terutama informasi mengenai laba perusahaan.
Investasi di pasar modal merupakan penanaman modal dibidang aset
keuangan yang pada dasarnya mengharapkan suatu hasil atas efek yang dibeli.
Walaupun demikian, perlu diperhatikan bahwa pilihan investasi selalu hams
mempertimbangkan tingkat harapan keuntungan di satu sisi dan tingkat risiko di
sisi lain.Tingkat harapan keuntungan dapat berupa dividen yang dibayarkan
perusahaan.Dividen pada prinsipnya adalah keuntungan perusahaan yang
Penetapan pembagian dividen menjadi masalah menarik karena akan
memenuhi harapan investor. Oleh karena itu perlu pertimbangan-pertimbangan
antara lain : perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin
lebih menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat
pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran
dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan faktor kebijakan dividen
(Brigham 2005 dalam Andriyani 2008).
Kebijakan dividen ialah keputusan perusahaan apakah laba yang diperoleh
dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk
laba atau retained earning guna pembiayaan investasi dimasa yang akan
datang.Persentase laba yang dibayarkan perusahaan dalam bentuk dividen tunai
pada pemegang saham disebut dengan rasio pembayaran dividen atau yang sering
disebut Dividend Payout Ratio (Sartono, 2001). Dividend payout ratio memiliki
informasi yang berguna bagi perusahaan dan para pemegang saham. Bagi
perusahaan, informasi yang terkandung dalam dividend payout ratio digunakan
untuk mempertimbangkan dalam penetapan pembagian jumlah dividen.
Bagi pemegang saham, informasi yang terkandung dalan dividend payout
ratio digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi. Kebijakan dividen penting untuk memenuhi harapan para pemegang
saham terhadap dividen, di satu sisi juga tidak harus menghambat pertumbuhan
perusahaan karena dividen merupakan pendapatan pemegang saham dari laba
yang diperoleh perusahaan. Kebijakan dividen dapat meningkatkan nilai
3
menanamkan saham pada perusahaan. Oleh karena itu, dalam menentukan
kebijakan pembayaran dividen perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai
faktor yang mempengaruhinya.
Cash Position merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum
mengambil keputusan menetapkan besarnya dividen. Gitman (2003) dalam
Rosdini (2009) menyebutkan bahwa salah sate faktor yang mempengaruhi
kebijakan dividen adalah posisi kas. Perusahaan yang memiliki posisi kas kuat,
semakin besar pula kemampuan membayar dividen. Namun hal tersebut tidak
dapat dijadikan patokan dasar dalam penentuan besaran dividen karena untuk
meningkatkan likuiditas yang dalam hal ini adalah posisi kas, perusahaan hams
menurunkan dividend payout ratio memperkecil aliran kas keluar. Myers dan
Bacon (2002) menyatakan jika Cash Position berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap DPR. Sedangkan Prihantoro (2003) menyebutkan secara parsial posisi
kas berhubungan secara positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio
(DPR).
Pertumbuhan perusahaan merupakan harapan dari pihak internal maupun
pihak eksternal perusahaan, pertumbuhan perusahaan diharapkan dapat
memberikan sinyal positif adanya kesempatan untuk berinvestasi. Bagi investor,
prospek perusahaan yang memiliki potensi tumbuh tinggi memberikan
keuntungan karena investasi yang ditanamkan diharapkan dapat memberikan
return yang tinggi di masa yang akan datang.Wibowo,(2012).
asset yang dimiliki pada masa lalu. Dan kemudian dianalisis untuk
memproyeksikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa mendatang.
Dengan semakin besar ROA maka menunjukkan semakin baiknya tingkat
profitabilitas perusahaan tersebut, yang ditunjukkan dengan tingkat kembalian
investasi yang besar terkait dengan kinerja perusahaan yang semakin baik. Hanafi
(2004) menjelaskan jika perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas
yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Tingkat besaran
ROA suatu perusahaan akan berpengaruh pada besarnya dividen yang dibayarkan
Alasan dipilihnya sektor industri otomotif karena sektor ini lebih stabil
bahkan semakin meningkat dilihat dari jumlah penjualan kendaraan dari periode
ke periode semakin meningkat. Walaupun pernah terjadi penurunan penjualan
karena imbas dari krisis ekonomi, tetapi tidak menutup kemungkinan kelancaran
produksi di perusahaan ini meningkat karend sangat dibutuhkan konsumen
sebagai alat transportasi untuk kelancaran aktifitas setiap harinya sehingga
prospeknya menguntungkan di masa sekarang maupun di masa yang akan
datang.Oleh karena itu, menarik bagi para investor untuk menanamkan sahamnya
pada perusahaan otomotif dan mengharap pembayaran dividen yang tinggi.
Industri otomotif di Indonesia kini telah berkembang pesat. Makin banyaknya
kuantitas • perusahaan otomotif merupakan salah satu bukti, bahwa industri
otomotif menarik banyak pihak. Perkembangan industri ini dapat diukur dengan
banyak card, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar
5
market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang
dalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo dari lebih satu tahun.
Dalam aktivitas dipasar modal, para investor memiliki harapan dari
investasi yang dilakukannya, yaitu yang berupa capital gain dan dividen.
Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan
perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya
menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan
mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka
lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap
perusahaan, sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan, pilihan
untuk membagikan laba dalam bentuk dividen akan mengurangi sumber dana
intemalnya, sebaliknya jika perusahaan menahan Iabanya dalam bentuk laba
ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar
yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitag perusahaan sehingga
mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus
akan memperkecil resiko perusahaan.
Bagi para investor yang bersedia mengambil resiko memiliki pandangan
bahwa semakin tinggi tingkat resiko suatu perusahaan, akan semakin tinggi pula
tingkat keuntungan yang diharapkan sebagai hasil atau imbalan terhadap resiko
tersebut. Selanjutnya dividen yang diterima pada saat ini akan mempunyai nilai
yang lebih tinggi dari pada capital gain yang akan diterima dimasa yang akan
Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio
(DPR) yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai,artinya
besar kecilnya DPR akan mempengaruhi keputusan investasi pars pemegang
saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.
Pertimbangan mengenai DPR ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja
keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan
tersebut akan mampu menetapkan besarnya DPR sesuai dengan harapan
pemegang saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk
tetap eksis dan berkembang.
Berikut akan disajikan dividen payout ratio perusahaan manufaktur yang
listed di BEI selama periode tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1
7
Tabel 1.1. Data dividend payout Ratio Perusahaan Manufaktur yang listed di BEI
Tahun 2010-2012
14 Radiant Utama Interinsco Tbk. 48.03 76.83 19.92 15 Resource Alam Indonesia Tbk. [S] 30.12 55.53 32.88
Rata-Rata 28.1 30.36861 26.34806
Pertumbuhan - 0.08 -0.13
Sumber: BEI,2014.
Berdasarkan uraian data diatas menunjukkan bahwa dividen perusahaan
manufaktur yang go publik di Bursa Efek Indonesia cenderung menurun
meskipun di tahun 2011 ada peningkatan tetapi dibawah yang pernah dicapai di
Pertumbuhan perusahaan disini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen (Tampubolon, 2005). Semakin cepat tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang
diperlukan untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan
dana untuk waktu mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan
labanya daripada memba'arkannya sebagai dividen kepada pemegang saham.
Dari sisi profitabilitas apabila harga saham naik, maka banyak investor
yang tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (investornya
meningkat), dengan meningkatnya investor maka laba perusahaan juga akan
meningkat. Dividen diambil dari laba bersih. Oleh karena itu, profitabilitas akan
mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar
keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai
dividen, berdasarkan data di atas bahwa cenderung menurun.
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang sangat mudah
terpengaruh oleh fluktuasi ekonomi. Hal tersebut dikarenakan kegiatan
perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi
melalui proses produksi. Sehingga rentan terhadap fluktuasi ekonomi seperti
perubahan harga bahan baku, harga bahan bakar maupun perubahan nilai tukar
rupiah terhadap US Dollar. Menurut data dari Indonesian Capital Market
Directory terdapat 148. BEI,(2012)
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil
judul " Pengaruh Cash Position, Growth Dan ROA Terhadap Dividen Layout
9
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah cash position berpengaruh terhadap dividen payout ratio perusahaan
manufaktur yang go publik di BEI?
2. Apakah growth berpengaruh terhadap dividen payout ratio perusahaan
manufaktur yang go publik di BEI?
3. Apakah ROA berpengaruh terhadap dividen payout ratio perusahaan
manufaktur yang go publik di BEI?.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat disusun tujuan dalam
penelitian ini yaitu :
1. Untuk menganalisis pengaruh cash position terhadap dividen payout ratio
perusahaan manufaktur yang go publik di BEI.
2. Untuk menganalisis pengaruh growth terhadap di-kiden payout ratio
perusahaan manufaktur yang go publik di BEI.
3. Untuk menganalisis pengaruh roa terhadap dividen payout ratio manufaktur
yang go publik di BEI.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat atau kegunaan yang dapat disumbangkan dari penelitian ini
1. Bagi Investor
Untuk memberikan informasi mengenai kebijakan dividen dan nilai
perusahaan manufaktur melalui analisis laporan keuangan kepada investor
perusahaan-perusahaan mana saja yang memiliki peluang untuk
menanamkan modalnya.
2. Informasi ini berguna untuk memperdalam pengetahuan tentang teori investasi
dan memberi masukan dan solusi terhadap problematika yang ada.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini :
1. Mandaqie, Mur ni dan Lioew.(2014) Judul penelitian "Roa, Roe, Npm
Pengaruhnya Terhadap Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Perbankan Dan
Financial Institusi Yang Terdaftar Di Bei Periode 2010-2012". Permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah: Return on asset (ROA), return on
equity (ROE) dan net profit margin (NPM) secara simultan terhadap dividend
payout ratio (DPR) pada perusahaan perbankan dan financial institusi yang
terdaftar di BEI. 2. Return On Asset (ROA) secara parsial terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR) pada perusahaan perbankan dan financial institusi yang
terdaftar di BEI. 3. Return on equity (ROE) secara parsial terhadap Dividend
Payout Ratio (DPR) pada perusahaan perbankan dan fin6cial institusi yang
terdaftar di BEI. 4. Net Profit Margin (NPM) secara parsial berpengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan perbankan dan
financial institusi yang terdaftar di BEI.
• Hipotesis: 1. bahwa Return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan
net profit margin (NPM) secara simultan terhadap dividend payout ratio
• Hasil dalam penelitian ini adalah 1.Return On Asset, Return On Equity,
Net Profit Margin secara simultan berpengaruh t dan F terhadap Dividend
Payout Ratio. 2. Return On Asset secara parsial (Uji-t) berpengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio. 3. Return on Equity, secara parsial (Uji-t)
tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. 4. Net Profit Margin
secara parsial (Uji-t) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
2. Utaminingsih, Anggraini dan Sulistowati. (2010). Judul penelitian
"Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen
dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening" SNA.10
Padang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: apakah profitabilitas, leverage, dan growth serta pengaruh tidak
langsung melalui penerapan good corporate governance terhadap kebijakan
dividen.
• Hipotesis: 1. bahwa profitabilitas, leverage, dan growth berpengaruh
terhadap Kebijakan Dividen dengan Good Corporate Governance sebagai
Variabel Intervening. 2. Bahwa good corporate governance sebagai
variable intervieneing terhadap kebijakan dividen.
• Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur
(path analysis).
• Hasil dalam penelitian ini adalah membuktikan pengaruh tidak langsung
antara profitabilitas, leverage, dan growth terhadap kebijakan dividen
melalui good corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan.
13
menambahkan penerapan good corporate governance sebagai variabel
intervening sebagai kontribusi dalam penelitian ini. Hasil analisis
menunjukkan bahwa dengan analisis regresi berganda tidak ada satupun
variabel independen dan variabel kontrol yang secara statistik berpengaruh
terhadap kebijakan dividen. Begitu pula dengan pengujian path analysis
yang menyatakan bahwa profitabilitas, leverage, dan growth tidak
mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen dengan good corporate
governance sebagai variabel intervening.
3. Danica dan Marlina, (2009). Judul penelitian "Analisis Pengaruh Cash
Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Assets Terhadap Dividend
Payout Ratio". Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut: Apakah Cash Position (CP), Debt to Equity Ratio (DER) dan
Return on Assets (ROA) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
Dividend Payout Ratio perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
• Hipotesis: 1. bahwa Cash Position (CP), Debt to Equity latio (DER) dan
Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio
(DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
• Hasil dalam penelitian ini adalah 1.berdasarkan hash uji simultan (uji
statistik F) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel (DPR)Variabel
Cash Position (CP) dan ROA signifikan terhadap Dividen Payout Ratio
(DPR) sedangkan variabel bebas yang lain, yaitu Debt to Equity Ratio
2.1.1. Perbedaan Penelitian
Berikut adalah gambaran mengenai perbedaan penelitian terdahulu dengan
sekarang:
Tabel 2.1. : Tabel Perbedaan Penelitian Terdahulu Dan Penelitian Sekarang No. Nama Peneliti Variabel
1 . Mandaqie, Murni dan
2 . Utaminingsih, Anggraini dan Sulistowati. (2010).
3 . Danica dan Marlina, (2009). Variabel Bebas :
- Cash Position (CP), - Debt to Equity Ratio (DER) - Return on Assets (ROA)
Variabel dependen: DPR
4 . Rusdiyanto, Falah Ahmad (2014) Variabel Bebas : - Perspektif)(euangan - Perspektif Pelanggan
- Perspektif Proses Bisnis Internal
- Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 5 Dharmawan, Chandra Puspito
Dwi,(2014)
Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
15
Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban pengelola perusahaan
oleh manajemen atas cumber daya yang dipercayakan padanya. Laporan keuangan
(financial statements) yang sering disajikan adalah (1) Neraca, (2) Laporan
laba-rugi, (3) Laporan arus kas, (4) Laporan ekuitas pemilik atau pemegang saham, dan
(5) Catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan juga merupakan bagian
integral dari setiap laporan keuangan (Kieso, 2007: 2).
Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank (Martono, 2002 : 62)
secara umum adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajib'an dan
modal bank pada waktu tertentu
b. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan
yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu
c. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam
aktiva, kewajiban dan modal suatu bank
d. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode
2.2.2. Analisis Lapor an Keuangan
2.2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Secara harfiah analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu
analisis dan laporan keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini maka dapat
dijelaskan dari arti masing-masing kata. Kata analisis adalah memecahkan atau
menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan
berarti : "Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan
lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang
tepat".
Informasi yang diperoleh dari hubungan-hubungan ini menambah visi dari
sisi lain, memperdalam informasi dari data yang ada yang terdapat dalam suatu
laporan keuangan konvensional, sehingga lebih bermanfaat bagi para pengambil
keputusan.
2.2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Prastowo dan Juliaty, (2005 : 57-58), tujuan dilakukannya analisis
laporan keuangan yaitu :
a. Untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan
murni, terkaan dan intuisi; mengurangi dan meimpersempit lingkup
ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan
keputusan.
b. Agar memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dan
berguna dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian fungsi yang
pertama clan yang terutama dari analisis laporan keuattan adalah untuk
mengkonversi data menjadi informasi.
c. Dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif
17
d. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa yang
akan datang.
e. Sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau
masalah lainnya atau alat evaluasi terhadap manajemen.
2.2.3. Cash Position
2.2.3.1. Pengertian Cash Position
Posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus
dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan untuk menentukan besarnya
dividend yang akan dibayarkan kepada pars pemegang saham. Pembayaran
dividend merupakan arus kas keluar, sehingga semakin kuat posisi kas
perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividend.
Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan
labs bersih setelah pajak. Sutrisno,(2010).
Cash Position adalah jumlah kas yang ada diperusahaan, dana investasi
atau bank yang dimiliki dalam suatu waktu tertentu. Posisi kas merupakan salah
satu rasio likuiditas yang merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek. Bagi perusahaan, posisi kas yang besar sering
merupakan sinyal yang kuat dari kekuatan keuangan, sementara posisi kas kecil
adalah tanda peringatan yang potensial.
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting
yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan
perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen (Riyanto,
2001: 202).
Hal ini dikarenakan kas sangat dibutuhkan untuk pembiayaan operasional.
Namun terlalu besar posisi kas, jugs dianggap sebagai sinyal yang buruk, karena
dana yang dimiliki menghasilkan return yang kecil. Menurut Baker, Veit, and
Powell (1999) dalam Myers and Bacon (2002) menemukan adanya hubungan
yang negatif antara diantara posisi kas dengan dividend payout ratio (DPR).
Karena untuk meningkatkan likuiditas, perusahaan perlu menurunkan DPR. Cash
Position dalam penilitian ini dirumuskan: Marlina,(2009).
Cash Position =
2.2.4. Pertumbuhan Aktiva (Growth)
2.2.4.1. Pengertian Pertumbuhan Aktiva (Growth)
Weston dan Brigham (1986; 475) mengatakan perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal.
Floating cost pada emisi saham biaya adalah lebih tinggi dibanding emisi
obligasi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
cenderung lebih banyak menggunakan hutang (obligasi) dibanding perusahaan
yang lambat.
Menurut Hermeindito Kaaro, (2003:430) Pertumbuhan total aktiva
cenderung berdampak positif terhadap leverage perusahaan. Konsep ini
didasarkan pada dua argumentasi. Pertama, berdengan pertumbuhan penjualan
yang setiap upaya (termasuk biaya) yang dilakukan secara langsung membawa
19
horison waktu lebih panjang dari pertumbuhan penjualan. Sedangkan yang kedua,
investasi pada aktiva membutuhkan waktu sebelum siap dioperasikan sehingga
aktivitas yang dilakukan tidak langsung terkait dengan penerimaan.
Oleh karena itu, peningkatan aktiva atau aset peusahaan dilakukan bila
perusahaan terdapat prospek yang bagus. Kebutuhan dana internal tidak
mencukupi akan mendorong perusahaan menggunakan hutang. Oleh karena itu
pertumbuhan aktiva cenderung berdampak positif terhadap struktur modal
perusahaan yang menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan
Yuke dan Hadri serta penelitian yang dilakukan oleh Kartini dan Tulus..
Dalam penelitian ini growth diukur dengan pertumbuhan asset, dimana
Asset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasional
perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan
semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan
meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap s\perusahaan, maka
proporsi hutang semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini
didasarkanpada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam
perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang,
1997). growth dalam penilitian ini dirumuskan: Erna Susilawati (2000).
2.2.5. Return on asset (ROA)
2.2.5.1. Pengertian Return on Asset (ROA)
Menurut Sartono (2001) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
modal sendiri. Sedangkan menurut Munawir (2002) menyatakan bahwa
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba untuk
periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dari kemampuan
perusahaan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan membandingkan
antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva perusahaan
tersebut. Tingkat profitabilitas yang tinggi mengindikasikan bahwa kinerja suatu
perusahaan berjalan dengan baik, sedangkan apabila tingkat profitabilitas yang
rendah menunjukkan bahwa kinerja dan suatu perusahaan kurang baik dan
akibatnya kinerja yang dilakukan oleh manajer tampak buruk dimata investor.
Menurut Riyanto (2001), mengklasifikasikan angka-angka rasio profitabilitas
sebagai berikut:
Profitabilitas merupakan rasio yang menghubungkan laba dari penjualan
dan investasi. Macam-nriacam rasio profitabilitas antara lain : Riyanto (2001),
a. Profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan menggunakan rasio margin
laba kotor dan margin laba bersih.
b. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi, menggunakan dua
pengukuran yaitu ROI (Return On Investment) dan ROA (Return On Asset)
dimana ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam
21
Adapun rumus ROA adalah sebagai berikut: Riyanto,(2000)
ROA = × 100%
Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan Mara
keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan
kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan
(operatimg asset). Operating Asset adalah semua aktiva kecuali wvestasi jangka
panjang dan aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha
memperoleh penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan. Pengukuran
kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan atas modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan
laba.
2.2.5.2. Keunggulan ROA (Return On Asset)
Keunggulan ROA diantaranya adalah sebagai berikut: (Sri Sudarsi, 2002).
1. ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya
mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
2. ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai
absolut.
3. ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit
organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit
usaha.
2.2.5.3. Kelemahan ROA (Return On Asset)
1. Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer
divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang
menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek
tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara
keseluruhan.
2. Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek
dan bukan tujuan jangka panjang.
3. Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek,
tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka
panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan,
pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang
relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka
panjang.
21.6. Dividen Payout Ratio (DPR)
2.2.6.1. Pengertian Dividen Payout Ratio (DPR)
Menurut Gitman (2003) dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian
investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang
saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang.
Karena retained earnings (saldo laba) adalah salah satu bentuk pendanaan
internal, maka keputusan mengenai dividen dapat mempengaruhi kebutuhan
pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas
yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan
23
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang diberikan kepada pemegang
saham (pemilik modal sendiri). Laba Bersih (Net Earnings) ini sering disebut
sebagai: "Laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa" (earnings available to
common stockholders disingkat EAC). Selain dibagi kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen, laba bersih itu ditahan di dalam perusahaan untuk
membiayai operasi selanjutnya dan disebut sebagai Laba Ditahan (Retained
Earnings). Aziz dan Suwaldiman,(2006)
2.2.6.2. Teori Kebijakan Dividen
Dividen merupakan adalah pembayaran dari perusahaan kepada para
pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah
kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan,
berupa penentuan besamya dividen yang akan dibagikan dan besarnya saldo laba
yang ditahan untuk kepentingan perusahaan (Sutrisno, 2001). Dalam banyak hal,
dividen sering diperlakukan sebagai pertimbangan terakhir setelah pertimbangan
investasi dan pertimbangan pembiayaan lainnya, sehiagga timbul the residual
value theory of dividend. Disamping itu, ada juga yang mempertimbangkan
pembagian dividen kas untuk mengurangi masalah keagenan.
Gitman (2003) memberikan definisi kebijakan dividen sebagai suatu
perencanaan tindakan perusahaan yang harus dituruti ketika keputusan dividen
harus dibuat.
Dengan demikian, kebijakan dividen merupakan penggunaan laba bersih
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba yang diperolehnya dalam
bentuk dividen, maka akan mengurangi retained earnings dan selanjutnya
mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih
untuk menahan laba yang diperolehnya, maka kemampuan pembentukan dana
internal akan semakin besar.
Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai Dividend
Payout Ratio (DPR). Karena kelebihan laba bersih di atas dividen itu menjadi laba
ditahan maka keputusan DPR inclusive keputusan mengenai laba ditahan.
Sepintas, para pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba
bersih yang dibagikan sebagai dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila
DPR ini semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut, padahal pendanaan
dengan menggunakan laba ditahan (internal financing) ini mempunyai cost of
capital yang paling kecil dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Aziz
dan Suwaldiman,(2006)
Dengan demikian, keputusan dividen akan mengacu pada suatu kebijakan
dividen (dividend policy) yang optimal, terutama disesuaikan dengan konsep
tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
2.2.6.3. Dividend Payout Ratio
Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dibagikan kepada pemegang
saham. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang
saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. Kebijakan
25
suatu perusahaan. Kebijakan ini akan melibatkan dua pihak yang mempunyai
kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham, dan pihak
kedua perusahaan itu sendiri. Wardani dan Hermuningsih, (2009)
Kebijakan Dividen bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Hipotesis
kebijakan dividen dan bird in the hand theory menurut Gordon (1962) dalam
Wardani dan Hermuningsi, (2009) yang menyatakan bahwa dividen yang tinggi
dapat meningkatkan nilai perusahaan. Bird in the hand theory menyatakan bahwa
pemegang saham lebih menyukai dividen yang tinggi karena memiliki kepastian
yang tinggi dibandingkan capital gain.
Dividend Payout Ratio merupakan indikasi atas persentase jumlah
pendapatan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang
saham dalam bentuk kas (Gitman, 2003).
Dividend Payout Ratio =
2.2.6.4. Teori Sinyal
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan
untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar, dimana perusahaan mengetahui lebih
banyak mengenai perusahaan itu sendiri dan prospek yang akan datang daripada
pihak luar (investor, kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi informasi
asimetri adalah memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa
mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al. 2000 dalam Ratna
Candra Sari dan Zuhrohtun, 2006).
Teori sinyal mengembangkan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi
lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan
lain Sinyal yang valid merupahan informasi yang bemilai ekonomis. Apabila yang
mengeluarkan sinyal adalah perusahaan yang tidak berkualitas, maka informasi
yang disampaikan tidak bemilai ekonomis. Investor hams menganalisis informasi
ring tersedia untuk menentukan sinyal tersebut valid atau tidak valid supaya tidak
dibodohi emiten (Tarjo dan Jogiyanto, 2003:132).
2.2.7. Pengaruh Cash Position Terhadap Dividen Payout Ratio
Cash Position merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum
mengambil keputusan menetapkan besarnya dividen. Kacena besarnya dividen
yang akan dibayarkan akan sangat dipengaruhi oleh besarnya posisi kas pada
suatu perusahaan. Kadang posisi kas yang besar dipandang sebagai sebuah
keunggulan, namun bagi investor hal tersebut bisa saja dianggap sinyal buruk
karena tidak dapat memanfaatkan kas dengan maksimal yang berakibat kecilnya
return dan berdampak pada DPR. Myers and Bacon (2002).
Kebijakan pembayaran dividen tergambar pada dividend payout rationya
yaitu merupakan persentasi laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai.
27
tergantung pada cash position yang tersedia karena pembayaran dividen
merupakan aliran kas keluar, sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti
semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan merupakan arus keluar, sehingga posisi
likuiditas atau posisi kas perusahaan penting untuk dipertimbangkan sebelum
perusahaan membagikan dividennya. Semakin kuat posisi likuiditas atau kas
perusahaan maka semakin besar kemampuannya membayar dividen (Riyanto,
2001:202).
2.2.8. Pengaruh Growth Ter hadap Dividen Payout Ratio
Tingkat pertumbuhan asset perusahaan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen (Tampubolon, 2005). Semakin cepat tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang
diperlukan untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan
dana untuk waktu mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan
labanya daripada membayarkannya sebagai dividen kepada pcmegang saham.
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar
kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayaipertumbuhanya.
Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya
daripada dibayarkan sebagai deviden. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat
pertumbuhan yang mapan, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan
dana yang berasal dari pasar modal atau cumber dana ekstern lainya, maka
Wahyudi dan Baidori (2008) mengungkapkan pertumbuhan pada total asset
yang besar akan menurunkan pembayaran deviden kepada pemegang saham
karena pengelola perusahaan memanfaatkan laba yang diperoleh perusahaan
untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang ada, sehingga semakin
besar pertumbuhan pada total asset akan mengakibatkan perusahaan menurunkan
pembayaran deviden.
2.2.9. Pengaruh ROA Terhadap Dividen Payout Ratio
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh
perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen adalah merupakan
sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan
dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak
dibagikan kepada para pemegang saham, adalah keuntungan setelah perusahaan
memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan Profitabilitas adalah
tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan
operasionalnya.
Return on asset diukur dari profitabilitas/ laba bersih setelah pajak (earning
after tax) terhadap total investasinya yang mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam
rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Partington (1989) dan Widodo
(2002) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor terpenting yang
dipertimbangkan oleh manajemen dalam dividen payout ratio. Semakin besar
ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat
29
return yang diterima oleh investor dapat berupa pendapatan dividen dan capital
gain. Dengan demikian meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan
dividen.
Menurut Smoothing Theory yang dikembangkan oleh Lintner (1956),
jumlah dividen bergantung akan keuntungan perusahaan sekarang dan dividen
tahun sebelumnya. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan
membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividen (Sudarsi, 2002).
Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi pula arus kas
dalam perusahaan, dan diharapkan perusahaan akan membayar dividen yang lebih
tinggi (Jensen, Solberg, dan Zorn, 1992) dalam Fitri Ismiyanti dan Mahadwartha
(2005).
Return on Asset (ROA) adalah rasio perbandingan Net Income dengan total
aset. ROA menunjukkan kemampuan perusahaan., dalam menghasilkan laba
dengan aset yang dimiliki pada masa lalu. Dan kemudian dianalisis untuk
memproyeksikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa mendatang.
Semakin tinggi keuntungan yang diterima perusahaan, maka berpengaruh pada
tingginya ketersediaan dana pada perusahaan yang dialokasikan untuk dividen.
Hal ini akan berpengaruh pada besarnya DPR perusahaan.
2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, hipotesa yang diajukan dan
landasan teori yang ada akan di uji beberapa variable yang mempengaruhi
Analisis Regresi Linear Berganda
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, landasan teori
yang digunakan, penelitian terdahulu dan kerangka pikir maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Diduga bahwa Cash position berpengaruh terhadap dividen payout ratio
perusahaan manufaktur yang go publik di BEI tahun 2010-2012.
2. Diduga bahwa Growth berpengaruh terhadap dividen payout ratio
perusahaan-manufaktur yang go publik di BEI tahun 2010-2012.
3. Diduga ROA berpengaruh terhadap dividen payout ratio perusahaan
manufaktur yang go publik di BEI tahun 2010-2012. Cash position (X1)
Growth (X2)
ROA (X3)
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variable
Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka
variable yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Variabel Dependen Y (Var iabel Ter ikat)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.
a. Kebijakan dividen (Y1) Kebijakan dividen yang dimaksud dal=
penelitian ini adalah kebijakan pembagian dividen per tahun pada
perusahaan Manufaktur yang go publik. Dividend Payout Ratio
merupakan indikasi atas persentase jumlah pendapatan yang diperoleh
yang didistribusikan kepada pemilik atau pemegang saham dalam bentuk
kas (Gitman, 2003).
=
DPR diukur menggunakan Skala rasio
2. Variabel Independen X (Var iabel Bebas)
Variable bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lainnya dalam
penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah:
a. Cash position (X1) jumlah kas yang ada diperusahaan, dana investasi atau
bank yang dimiliki dalam suatu waktu tertentu. Posisi kas merupakan
=
b. Growth (X2) growth diukur dengan pertumbuhan asset, dimana Asset
menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Erna Susilawati (2000).
Growth= Total assett- total assett-1 total aseett-1
c. ROA (X3) Merupakan hubungan antara pendapatan dan biaya yang
dihasilkan dengan menggunakan aset perusahaan, baik lancar maupun
tetap, dalam aktivitas produksi. Sedangkan menurut Mardiyanto
(2009:54), profitabilitas merupakan mengukur kesanggupan perusahaan
untuk menghasilkan laba. Adapun rumus ROA.adalah sebagai berikut:
Growth= Total assett-total assett-1 total aseett-1
3.2 Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan atau
individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto dan Subagyo,
2000: 107). Target dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 sebanyak
33
b. Sampel
Menurut Djarwanto dan Subagyo, (2000: 108) sampel adalah sebagian dari
populasi yang karakteristik hendak diteliti, dan dianggap bisa mewakili
keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit dari jumlah populasinya). Teknik
sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu menyeleksi
obyek penelitian berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh
sampel (Sumarsono, 2002: 52). Kriteria yang digunakan adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar dan mempublikasikan laporan
keuangan secara konsisten dan lengkap di BEI selama tahun 20102012
2. Memiliki kelengkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur
selama periode penelitian 2010-2012.
3. Membagikan dividen yang ada di dalam catatan atas laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan yang tidak secara lengkap
mengungkapkan hal ini, maka laporan keuangan tersebut dikeluarkan
dari sampel penelitian.
Berdasarkan kriteria yang disebutkan di atas maka sampel dalam
penelitian ini adalah data keuangan dari 24 perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia, tahun 2010-2012.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
3.3.2. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang dipergunakan adalah:
a. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data dan dokumen
perusahaan yang ada kaitannya dengan penelitian.
3.3.3.Sumber data
Sumber data yang diambil dari Bursa Efek Indonesia berupa :
1. Laporan keuangan sektor perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2012.
2. ICMD tahun 2010-2012
3.4. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti
sebaran normal atau tidak, (Sumarsono, 2002:40). Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan metode Kolmogorov
Smimov. Fungsi pengujian suatu data dikategorikan berdistribusi normal atau
tidak adalah sebagai alat kesimpulan populasi berdasarkan data sampel.
Sampel yang diteliti dikatakan berasal dari populasi yang berdistribusi
normal jika nilai probabilitas atau signifikan (sig) lebih besar daripada tingkat
kesalahan yang ditetapkan (α = 0,05). Jika nilai probabilitas atau signifikan (sig)
lebih kecil daripada tingkat kesalahan yang ditetrapkan (α = 0,05), maka sampel
yang diteliti berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
3.5. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi,
35
menggunakan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien yang terbaik
linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiassed Estimator), si fat dari BLUE
itu sendiri adalah :
1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan dalam uji signifikan
buku terhadap a dan
2. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran
3. Unbiassed : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksiran parameter
diperoleh dari sampel besar kira - kira lebih mendekati nilai
parameter sebenarnya
4. Estimator : e diharapkan sekecil mungkin
Untuk menghasilkan model persamaan regresi yang BLUE (Best Linier
Unbiassed Estimator) maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang disebut :
1) Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara kesalahan pengganggu
(residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul pada data observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain, masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari
satu observasi ke observasi lainnya. Uji untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi dapat digunakan uji Durbin Watson (DW test) dibantu dengan
membandingkan nilai pada table statistic d dari Durbin Watson yang
2) Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
heterokedastisitas adalah dengan menggunakan uji rank spearman yaitu
dengan membandingkan antara residu dengan seluruh variabel bebas.
Menurut (Santoso, 2002 : 301) deteksi adanya heterokedastisitas adalah :
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.
3) Multikolinieritas
Multikoliner adalah terjadinya hubungan linier antar variabel bebas dalam
persamaan regresi tinier berganda. Apabila ternyata ada hubungan linier antar
variabel bebas, maka persamaan regresi linier berganda tersebut terjadi
multikolinier. Menurut Santoso,(2002:206), untuk mendeteksi atau pedoman
suatu model regresi yang bebas multikolinieritas dapat dilihat ciri-cirinya
sebagai berikut :
a. Mempunyai nilai VIF (Varian Infloating Factor) kurang dari angka 10.
b. Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1.
3.6. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh kemudian disusun kembali, dikelompokkan dengan
tujuan analisis. Setelah dikelompokkan kemudian diolah sesuai dengan diagram
kerangka pikir. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
37
Berdasarkan pernyataan diatas, maka model persamaan yang digunakan
adalah :
Analisis Regresi Linier Berganda :
Yi = bo +b1 Xi + b2 X2 + b3 X3 + e ... (Anonim, 2003 : L-21)
Keterangan :
Y = Dviden payout ratio (DPR)
X1 = cash position
X2 = Growth
x3 = ROA
bo = Konstanta atau Intercep
b1, b2, b3 = Koefisien Regresi Variabel X1, X2, X3
e = Standart error.
3.6.1. Uji Hipotesis
Prosedur pengujian hipotesis statistiknya adalah :
1. Uji hipotesis yang pertama adalah Uji F, Untuk memprediksi keakuratan atau
kecocokan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilakukan
dengan menggunakan uji F, dengan prosedur sebagai berikut :
a. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat
bebas (n - k), dimana n :jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.
b. Kriteria Keputusan :
Uji Kecocokan Model ditolak jika a > 0,05
2. Uji hipotesis yang kedua adalah Uji t, untuk melihat pengaruh masing-masing
variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat dengan prosedur sebagai
berikut :
a. Ho : β1 … β4 = 0 (tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat)
Ha : β1 … β4 ≠ 0 (ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel
terikat)
b. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat
bebas (n - k), dimana n = jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.
c. Dengan uji t hit :
=
( ) ……… (Anonim, 2003: L-21)
Keterangan :
thit = hasil t perhitungan
β = koefisien regresi
se = standart error βi
d. Kriteria pengujian :
1. Apabila tingkat signifikasi < 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima,
berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
2. Apabila tingkat signifikan > 0,05 maka Ho diterit4 dan Hi ditolak,
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1. Per kembangan Industri Manufaktur
Perkembangan industri manufaktur tidak terlepas dari peran industri kecil
dan menengah. Industri kecil dan menengah memberikan kontribusi penting
kepada pertumbuhan ekonomi, terutama perluasan kesempatan kerja. Jumlah
industri kecil dan menengah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia pada
tahun 2004 diperkirakan lebih dari 3,0 juta unit. Potensi ekspomya juga cukup
besar walaupun kontribusinya masih rendah. Dari data yang tersedia, peranan
ekspor industri kecil dan menengah tahun 2003 barn mencapai 10,0 persen dari
total ekspor non migas
Di tahun 2013 ini, banyak pihak yang lebih merasa optimistis dengan
perkembangan industri manufaktur dunia. Selain kondi9i perekonomian amerika
dan eropa yang makin membaik, sektor industri manufaktur di negara berkembang
juga semakin pesat perkembangannya. Dengan begitu walaupun masih ada
bayang-bayang krisis ekonomi global, diharapkan industri manufaktur dunia lebih
kreatif dalam mengatasi permasalahan ini.
Sementara di Indonesia ini, prospek perkembangan industri manufaktur
begitu pesat. Optimisme itu merujuk pada krisis moneter pada tahun 1998 yang
industri manufaktur di Indonesia. Namun, yang perlu diingat di sini adalah
tantangan untuk thun 2013 ini lebih berat ke depannya. Salah satu faktor yang
paling memicu adalah kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik) sebesar 15% yang itu
akan berpengaruh pada daya saing industri baik di sektor domestic maupun pasar
ekspor.
Tantangan berat lain yang harus dihadapi oleh Indonesia addlah
"ASEAN-China Free Trade Area" yang telah diberlakukan semenjak Januari 2010 yang lalu.
Hal itu menyebabkan berbagai produk manufaktur dari china memasuki pasar
Indonesia dengan deras. Berbagai produk elektronik yang berharga murah pun
menggerogoti pangsa pasar produk lokal Indonesia. Demikian juga produk
lainnya, seperti besi, baja, tekstil, dan barang-barang basil industri lainnya.
Melemahnya permintaan impor dan negara Eropa clan Amerika Serikat
yang masih mengalami masalah ekonomi, juga menyebabkan china melakukan
ekspansi besar-besaran ke seluruh negara Asia termasuk Indonesia. Walaupun
tidak semua sektor industri manufaktur yang mengalami ancaman dari China,
namun ini tetap saja harus menjadi perhatian serius.
Dewasa ini industri popok bayi tersebut memiliki pasdr lebih dari Rp5
triliun. Bahkan, Procter and Gamble melakukan investasi pembangunan pabrik
baru senilai USD1 miliar. Jika ini belum termasuk dalam sektor industri yang
41
industri manufaktur kita. Itulah sebabnya maka saya yakin yang terjadi saat ini
adalah industry led growth, yaitu pertumbuhan ekonomi kita, justru dipimpin oleh
sektor industri manufaktur.
4.2. Deskr ipsi Hasil Penelitian
4.2.1. Cash Position (X1)
Jumlah kas yang ada diperusahaan, dana investasi atau bank yang dimiliki
dalam suatu waktu tertentu. Posisi kas merupakan salah satu rasio likuiditas yang
merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek.Marlina,(2009). Berikut data cash position perusahaan maufaktur tahun
Tabel 4.1. Cash Position Perusahaan Tahun 2010-2012 (Dalam prosen %) Indocement Tunggal Prakasa Tbk. [S] 1.45 1.91 2.20 Indofood Sukses Makmur Tbk. [S] 1.55 1.90 2.79
Kalbe Farina Tbk. [5] 1.42 1.50 1.05
Lion Metal Works Tbk. [5] 3.86 3.30 2.37
Lionmesh Prima Tbk. [S] 0.16 0.57 83.43
Mandom Indonesia Tbk. [5] 0.98 0.64 0.90
Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.05 0.49 0.22
Mustika Ratu Tbk. [S] 3.32 2.29 1.94
Radiant Utama Interinsco Tbk. 3.81 22.10 2.40 Resource Alam Indonesia Tbk. [5] 0.54 0.96 0.32
Cash Positon perusahaan manufaktur pada tahun 2010-2012 cenderung
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya modal dalam
perusahaan pada tahun tersebut. Semakin tinggi cash position suatu perusahaan,
maka semakin besar dana mampu menghasilkan return yang besar bagi pemegang
saham.
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting
43
besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh
karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau
likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen
4.2.2.Growth (X2)
Pertumbuhan total aktiva cenderung berdampak positif terhadap leverage
perusahaan. Konsep ini didasarkan pada dua argumentasi. Pertama, berdengan
pertumbuhan penjualan yang setiap upaya (termasuk biaya) yang dilakukan secara
langsung membawa implikasi pada penerimaan, pertumbuhan aktiva perusahaan
lebih mencerminkan horison waktu lebih panjang dari pertumbuhan penjualan.
Sedangkan yang kedua, investasi pada aktiva membutuhkan waktu sebelum siap
dioperasikan sehingga aktivitas yang dilakukan tidak langsung terkait dengan
penerimaan. Berikut table perkembangan Growth Perusahaan manufaktur 2010-
Tabel 4.2 Pertumbuhan Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2012 (Dalam ribuan(Rp)
Per usahaan Gr owth Tahun
2010 2011 2012
Aneka Tambang (Persero) Tbk. [S] 12218889 15201234 19708540
Asahimas Flat Glass Tbk. [5] 2372656 2690594 3115420
Astra International Tbk. [5] 112856999 1.54E+08 1.82E+08
Gudang Garam Tbk. 30741678 39088704 41509324
Indo Tambangraya Megah Tbk. [5] 9783379 14313601 14420135
Indocement Tunggal Prakasa Tbk. [5] 15346145 18151330 22755159
Indofood Sukses Makmur Tbk. [5] 47275954 53585932 59324206
Kalbe Farma Tbk. [5] 7032496 8274553 9417956
Lion Metal Works Tbk. [5] 303899 365815 433496
Lionmesh Prima Tbk. [5] 78199 98018 128547
Mandom Indonesia Tbk. [Si 1047237 1130864 1261572
Multi Bintang Indonesia Tbk. 993464 1137081 1220812
Mustika Ratu Tbk. [5] 386351 422492 455472
Radiant Utama Interinsco Tbk. 594951 985921 1176578
Resource Alam Indonesia Tbk. [5] 527244 977892 1003760
Selamat Sempurna Tbk. [5] 1067102 1136857 1441203
Semen Gresik (Persero) Tbk. [5] 15562998 19601602 26579083
Sucaco Tbk. [5] 1157612 1455620 1486920
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. [5] 8722698 11507103 12728980
Tempo Scan Pacific Tbk. [5] 3589595 4250373 4632984
Unilever Indonesia Tbk. [5] 8701261 10482311 11984978
Adaro energy 40600920 51315457 64714115
PT. Goodyear Indonesia Tbk. 1146356 1186114 1198260
Harum energy Tbk 2288913 4645147 5208641
Rata-rata 13516542 17316067 20340839
Sumber: data diolah, (Lampiran 1)
Berdasarkan table diatas bahwa pertumbuhan perusahaan manufaktur pada
tahun 2010-2012 cenderung mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan dengan
men ingkatnya total asset pada tahun tersebut. Semakin cepat tingkt pertumbuhan
suatu perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan untuk
membiayai pertumbuhan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu
mendatang maka perusahaan lebih senang untuk menahan labanya daripada
45
4.2.3. Profitabilitas (ROA) (X3)
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono,
2001). Berikut ini data ROA perusahaan manufaktur tahun 2010-2012:
Tabel 4.3 : Data Profitabilitas (ROA) Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2012 (Dalam prosen%)
Astra International Tbk. [S] 15.07 13.73 12.48
Gudang Garam Tbk. 13.71 12.68 9.8
Indo Tambangraya Megah Tbk. [S] 18.73 34.6 28.97
Indocement Tunggal Prakasa Tbk. [S] 21.01 19.84 20.93
Indofood Sukses Makmur Tbk. [S] 8.32 9.13 8.06
Kalbe Farma Tbk. [5] 19.11 18.41 18.85
Lion Metal Works Tbk. [5] 12.71 14.36 19.69
Lionmesh Prima Tbk. [5] 9.4 11.12 32.11
Mandom Indonesia Tbk. [5] 12.55 12.38 11.92
Multi Bintang Indonesia Tbk. 52.25 52.25 55.74
Mustika Ratu Tbk. [5] 6.32 6.6 6.75
Radiant Utama Interinsco Tbk. 2.16 0.33 2.46
Resource Alam Indonesia Tbk. [S] 31.49 46.04 22.73
Selamat Sempurna Tbk. [S] 15.45 19.29 18.63
Semen Gresik (Persero) Tbk. [5] 23.51 20.12 18.54
Sucaco Tbk. [S] 5.27 7.54 11.42
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. [5] 22.92 26.84 22.86
Tempo Scan Pacific Tbk. [S] 13.78 13.8 13.71
Dapat diartikan bahwa profitabilitas perusahaan manufaktur pada tahun
penelitian mengalami peningkatan. Perusahaan yang memperoleh keuntungan