• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOASSAY BEBERAPA FORMULA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP Pseudococcus sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIOASSAY BEBERAPA FORMULA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP Pseudococcus sp."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BIOASSAY BEBERAPA FORMULA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP Pseudococcus sp.

Wiratno

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan Jalan Kol. H. Barlian No. 83 KM. 6 Palembang Telp. 0711 7923554 wiratno@litbang.deptan.go.id

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk menguji toksisitas beberapa formula insektisida nabati terhadap kutu putih, Pseudococcus sp. Penelitian dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai Januari 2011 di Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. Bahan aktif yang diunakan sebagai insektisida nabati adalah minyak jarak pagar (Jatropha curcas L.), serai wangi (Cymbopogon nardus L.), dan minyak cengkeh (Syzygium aromaticum L.). Serangga uji yang digunakan adalah kutu putih, Pseudococcus sp hasil pembiakan di rumah kasa. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan. Pengujian dilakukan dengan menyelupkan daun jarak pagar yang terserang serangga uji selama dua detik ke dalam larutan uji. Konsentrasi yang diuji adalah 0, 1, 3, dan 9%. Pengamatan dilakukan terhadap kematian serangga uji sejak satu jam setelah perlakuan (JSP) dan diulang setiap 24 jam hingga tidak ada lagi kematian serangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga minyak nabati yang diuji efektif mengendalikan serangga uji pada konsentrasi satu persen. Formula yang paling efektif adalah insektisida nabati berbasis minyak cengkeh, diikuti minyak jarak pagar, dan serai wangi dengan tingkat kematian berturut-turut 94; 93; dan 73%, pada 24 JSP.

Kata kunci: Bioassay, Cymbopogon nardus, Pseudococcus sp., Jatropha curcas, Syzygium aromaticum

PENDAHULUAN

Insektisida nabati adalah salah satu jenis pestisida alami berbahan aktif senyawa sekunder tumbuhan (Regnault_Roger, 1997). Insektisida ini berfungsi antara lain sebagai penolak (Thorsell et al., 2006), penghambat nafsu makan (Nathan et al., 2006), dan sebagai pembunuh serangga hama (Opolot et

al., 2006) Insektisida ini mudah terurai (Regnault-Roger, 2005; Ujvary, 2001), dan toksisitasnya rendah

sehingga relatif lebih aman terhadap mahluk hidup (Regnault-Roger, 2005). Selain itu insektisida nabati tidak menyebabkan resistensi karena bahan aktifnya tersusun dari kompleks campuran bahan aktif yang berbeda-beda (Regnault_Roger, 1997).

Pemanfaatan senyawa sekunder tanaman sebagai bahan aktif insektisida nabati didasari pada fungsinya bagi tanaman yang secara alamiah digunakan untuk perlindungan tanaman dari serangan hama. Saat ini dilaporkan lebih dari 1.500 tanaman menghasilkan senyawa sekunder yang berpotensi dikembangkan sebagai bahan aktif insektisida nabati (Grainge and Ahmed, 1988). Tanaman-tanaman tersebut umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae (Prakash and Rao, 1997). Tiga dari berbagai spesies tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan baku insektisida nabati diantaranya adalah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.), serai wangi (Andropogon

nardus L.), dan cengkah (syzygium aromaticum L.).

Tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang mengandung asam lemak antara lain triaglycerols dan pentacyclic triterpene acids yang dapat berfungsi sebagai bahan aktif insektisida. Bahan-bahan tersebut terbukti memiliki efektivitas tinggi terhadap hama kapas (Helicoverpa armigera, Pectinophora gossypiella,

(2)

(Callosobruchus maculatus, dan Sitophilus zeamais), serta ulat sutera (Bombix mori) (Soetopo, 2007). Serai wangi (Cymbopogon nardus L.) sebelumnya dikenal sebagai tanaman obat tradisional dan kosmetik namun saat ini diketahui dapat dimanfaatkan sebagai pestisida (Jeong-Kyu et al., 2005; Trongtokit

et al., 2005). Komponen utama minyak serai wangi adalah sitronellal, sitronellol dan geraniol

(Sastrohamidjojo, 2004). Geraniol dan sitronellal bersifat insektisidal (Daswir dan Indra, 2006) dan dapat mengusir nyamuk (Kardinan, 2003; Tjitrosoepomo, 2005). Sifat penolakan minyak serai wangi disebabkan senyawa aldehid yang terlarut di dalamnya (Hubagyo dan Losowinarto, 1995). Selain itu senyawa sitronellal menyebabkan dehidrasi sehingga dapat menyebabkan kematian serangga sasaran.

Cengkeh awalnya dimanfaatkan sebagai bahan rempah, obat-obatan dan bahan parfum yang nilai jualnya tinggi. Saat ini cengkeh telah dimanfaatkan pula sebagai bahan baku pestisida nabati yang potensial. Hal ini dikarenakan komponen utama minyak cengkeh berupa senyawa eugenol yang bersifat insektisida. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak cengkeh terbukti mampu mengendalikan

Tribolium castaneum, Sythopyllus zeamais, Dermanyssus gallinae (Kim et al., 2004) dan Iodes ricinus dan Stegobium paniceum (Thorsell et al., 2006).

Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji toksisitas minyak jarak pagar, serai wangi, dan cengkah terhadap kutu putih, Pseudococcus sp. Hama ini dipilih sebagai serangga yang perlu dikendalikan mengingat kutu putih merupakan hama yang bersifat polifag menyerang berbagai jenis tanaman penting seperti ubi kayu, kentang, tomat, lada, jeruk, kedelai, kopi, cokelat, dan tebu. Gejala kerusakan pada tanaman berupa daun menguning, gugur, tanaman tumbuh kerdil, dan kematian tanaman. Secara tidak langsung, hama ini merusak tanaman karena mampu menjadi vektor beberapa penyakit tanaman. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan menjadi dasar pemilihan tanaman potensial untuk dikembangkan sebagai bahan aktif insektisida nabati khusunya untuk mengendalikan kutu putih.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai Januari 2011 di Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Bahan penelitian adalah minyak jarak pagar (Jatropha curcas), serai wangi (Cymbopogon nardus), dan minyak cengkeh (Syzygium aromaticum). Serangga uji adalah kutu putih,

Pseudococcus sp., hasil pembiakan di rumah kasa pada tanaman jarak pagar. Minyak nabati diformulasikan

dengan melarutkan 20 bagian minyak nabati di dalam 70 bagian etanol dan 10 bagian tween 20, kemudian diaduk hingga semua material terlarut sempurna. Konsentrasi uji diperoleh dengan melarutkan formula sederhana tersebut dengan air bersih. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 10 perlakuan dan tiga ulangan. Konsentrasi yang diuji adalah 0, 1, 3, dan 9%. Pengujian dilakukan dengan metode pencelupan daun (Lowery et al., 2005) yang terserang serangga uji (20 ekor) sekitar dua detik dalam larutan uji. Setelah dikering anginkan selama 10 menit, daun dimasukkan ke dalam cawan petri. Pengamatan dilakukan terhadap kematian kutu putih sejak satu jam setelah perlakuan dan diulang setiap 24 jam hingga tidak ada kematian.

(3)

diamati.

Hasil bioassay menunjukkan bahwa formula insektisida nabati berbasis minyak jarak pagar, cengkeh, dan serai wangi efektif membunuh serangga uji dan berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Efektifitas formula sudah terlihat sejak satu jam setelah perlakuan (JSP) dengan tingkat kematian yang cukup tinggi. Seluruh serangga uji pada perlakuan kontrol tidak ada kematian. Hal ini mengindikasikan bahwa pemilihan metode penelitian sudah tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Mortalitas serangga uji pada perlakuan formula berbasis minyak jarak pagar, cengkeh, dan serai wangi pada pengamatan satu JSP serta pada konsentrasi uji satu persen berturut-turut adalah 73,6; 92,5; dan 55,1%. Pada pengamatan berikutnya persentase kematian meningkat menjadi 93,0; 93,9; dan 72,9%. Data tersebut mengindikasikan bahwa ketiga formula yang diuji efektif mengendalikan kutu putih. Khusus untuk formula berbasis minyak jarak pagar dan minyak cengkeh, penggunaan konsentrasi uji satu persen sudah efektif mengendalikan hama ini.

Persentase kematian serangga uji pada perlakuan formula insektisida nabati berbasis minyak serai wangi pada konsentrasi 3 dan 9% ternyata lebih tinggi dari pada persentase kematian serangga pada tingkat konsentrasi uji satu persen yaitu berturut-turut mencapai 64,4 dan 100% pada satu JSP dan meningkat menjadi 86,4 dan 100% pada 24 JSP. Sedangkan kematian serangga uji pada konsentrasi tiga persen pada formula berbasis jarak pagar dan cengkeh pada periode pengamatan yang sama telah mencapai 100% (Tabel 1). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa knock down efek formula pestisida berbasis minyak nabati yang diuji terhadap kutu putih sangat cepat, sehingga formula tersebut berpotensi dimanfaatkan sebagai pengendali kutu putih, Pseudococcus sp. Berdasarkan hasil dari ketiga formula yang diuji formula berbasis minyak cengkeh yang paling efektif , diikuti minyak jarak pagar dan serai wangi.

(a) (b)

Gambar 1. Kelompok Pseudococcus sp yang dipelihara pada tanaman jarak pagar (a), dan Pseudococcous hidup yang lapisan lilinnya telah dihilangkan (b)

(4)

Tabel 1. Kematian Pseudococcus sp. pada 1 dan 24 jam setelah aplikasi (JSA) insektisida nabati berbasis minyak jarak pagar, cengkeh, dan serai wangi

Bahan aktif insektisida nabati Konsentrasi (%)

1 JSA 24 JSA

Rata-rata Stdv Rata-rata Stdv

Kontrol 0 0,0 d 0,0 0,0 d 0,0

Minyak jarak pagar

1 73,6 abc 41,3 93,0 a 12,1 3 100 a 0,0 100 a 0,0 9 96,1 ab 6,8 96,1 ab 6,8 Minyak cengkeh 1 92,5 ab 12,9 93,9 ab 10,6 3 100 a 0,0 100 a 0,0 9 100 a 0,0 100 a 0,0

Minyak serai wangi

1 55,1 bc 16,4 72,9 bc 16,5

3 64,4 b 25,1 86,4 b 12,4

9 100 a 0,0 100 a 0,0

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf 95%

KESIMPULAN

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formula pestisida nabati berbasis minyak cengkeh, serai wangi, dan jarak pagar efektif mengendalikan kutu putih, Pseudococcus sp. Konsentrasi insektisida yang efektif dan efisien adalah satu persen. Tingkat efektifitas tertinggi terdapat pada formula berbasis minyak cengkeh, diikuti minyak jarak pagar dan minyak serai wangi.

DAFTAR PUSTAKA

Daswir dan Indra K. 2006. Pengembangan Tanaman Serai wangi di Sawah Sumatera Barat. Jurnal Pengembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat 18(1): 12-15.

Jeong-Kyu KIM, Chang-Soo KANG, Jong-Kwon LEE, Young-Ran KIM, Hye-Yun HAN, Hwa Kyung YUN. 2005. Evaluation of Repellency Effect of Two Natural Aroma Mosquito Repellent Compounds, Citronella and Citronellal, Entomological Research 35(2): 117–120.

Grainge M and Ahmed S. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties. New York: John Wiley and Sons. 470 p. Hubagyo dan Losowinarto. 1995. Pengaruh Insektisida Sintetis dan Cairan Tanaman Rempah terhadap Serangan Kutu Daun Myzus persicae pada Tanaman Kentang. Bull.Penel. Hort 27(4).

Kardinan A. 2003. Tanaman Pengusir dan Pembasmi Nyamuk. Agromedia Pustaka: Jakarta.

Kim S-I, Yi J-H, Tak J-h, dan Ahn Y-J. 2004. Acaricidal activity of plant essential oils against Dermanyssus gallinae (Acari: Dermanyssidae). Veterinary Parasitology 120(4): 297-304.

Lowery DT, MJ Smirle, RG Fottit, CL Zurowski, and EHB Peryea. 2005. Baseline Succeptibillities to Imidacloprid for Green Apple Aphid and Spirea Aphid (Homoptera; Aphididae) Colected from Apple in the Pacific Northwest. J.

(5)

Regnault-Roger C. 2005. New insecticides of plant origin for the third millenium. In: Regnault_Roger BJR, Philogene C, Vincent. C, editors. Biopesticides of plant Origin: Lavoisier Publishing Inc. p 17-35.

Regnault_Roger C. 1997. The potential of botanical essential oils for insect pest control. Integrated Pest Management Reviews 2(1):25-34.

Sastrohamidjojo. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta. Gajah Mada University Press

Soetopo D. 2007. Potensi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Sebagai Bahan Pestisida Nabati. Prosiding Lokakarya Nasional-III. Inovasi Teknologi Jarak Pagar Untuk Mendukung Program Desa Mandiri Energi. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat: Malang

Thorsell W, Mikiver A, dan Tunon H. 2006. Repelling properties of some plant materials on the tick Ixodes ricinus L. Phytomedicine 13(1-2):132-134.

Tjitrosoepomo G. 2005. Taksonomi tumbuhan Obat-obatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta, 447 p.

Trongtokit Y, Rongsriyan Y, Komalamisra N, Apiwathnasom L. 2005. Comparative repellency of 38 essential oils against mosquito bites, Phytother Res 19(4): 303-309.

Ujvary I. 2001. Pest control agents from natural products, Handbook of Pesticide Toxicology. Krieger R, editor. San Diego: Academic Press. San Diego.

Gambar

Gambar 1. Kelompok Pseudococcus sp yang dipelihara pada tanaman jarak pagar (a), dan  Pseudococcous hidup yang  lapisan lilinnya telah dihilangkan (b)
Tabel 1. Kematian Pseudococcus sp. pada 1 dan 24 jam setelah aplikasi (JSA) insektisida nabati berbasis minyak jarak  pagar, cengkeh, dan serai wangi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis, dapat dilihat perbedaan antara puncak endotermik yang dihasilkan oleh KPE kitosan-pektin dengan polimer asalnya yaitu kitosan dan pektin.. Hal tersebut

Penulis mencoba membuat prototype alat pendingin ruangan yang berbasis mikrokontroler ATmega8535.Sistem pendingin ini dapat memberikan kemudahan kepada manusia

Source: State Electricity Company of East Java Distribution, APJ Madiun, UPL Mantingan Number of Electricity Consumer by Fare Classification PT.. PLN

Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Indonesia diharapkan menjaga stabilitas moneter melalui pengawalan terhadap inflasi, karena hasil penelitian baik dalam jangka pendek

Pernyataan lain menyatakan bahwa penurunan nyeri oleh teknik relaksasi nafas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan relaksasi nafas dalam untuk mengendalikan nyeri

Terdapat tiga sasaran uji coba aplikasi yang telah dilakukan yaitu dua orang ahli gizi menghasilkan persentase sebesar 81%, kemudian uji coba aplikasi oleh lima

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah studi fasa forsterit dengan bahan dasar serbuk silika amorf dari hasil pemurnian pasir silika Tanah Laut dan serbuk

Dalam kaitannya dengan hubungan gender, ajaran agama- agama tersebut, tampaknya konstatasi Huntington tersebut kurang tepat, sebab di dalam masyarakat Protestan, seperti