• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Tindakan Kelas Pkn pendekatan konteksrual model kooperatif dalam pembelajaran PPKn Kelas IV pada pokok bahasan Kerajinan Kerajinan Semester 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penelitian Tindakan Kelas Pkn pendekatan konteksrual model kooperatif dalam pembelajaran PPKn Kelas IV pada pokok bahasan Kerajinan Kerajinan Semester 2"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap dan perilaku sehari-hari yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Pancasila dan Kearganegaraan di Sekolah Dasar memberikan bekal kepada siswa agar dapat memiliki nilali luhur yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan menanamkan agar peserta didik cinta pada tanah airnya.

Kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional, baik pada masa sekarang maupn pada masa yang akan datang perlu sekali ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan dengan hal itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keungguulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran berdasarkan nilai-nilai pancasila (Jalal dan Supriadi, 2001 : 63). Rumusan visi itu juga telah dijabarkan dalam GBHN tahun 1999 yang telah menetapkan misi pendidikan sebai berikut :

(2)

Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sedang melakukan upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang dirasa belum mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan pengembangan sitem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar siswa (pelajar) dan kegiatan mengajar guru (pengajar) guna mencapai tujuan pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran didalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan menimalkan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan , ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan.

(3)

anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini, diharapkan dapat mendorong munculnya lima bentuk cara belajar siswa; (1) siswa dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2) siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) siswa dapat menerapkan konsep dan informasi di depan; (4) siswa dapat mengkoordinasikan konsep dan informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) siswa dapat mentransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002)

Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi menempatkan guru sebagi subyek dan pusat sumber balajar sebagaimana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki, terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada batas kemampuan untuk memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru dalam mendatangkan persoalan (Nur, 2001).

(4)

hal ini guru ingin memperbaiki keadaan terebut dengan mencobakan suatu strategi pembelajaran yang akan membuat siswa dapat belajar aktif dimana siswa lebih berpartisipasi aktif sehingga kegiatan siswa dalam belajar jauh lebih dominan daripada kegiatan guru dalam mengajar.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut diatas, maka dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kooperatif model kooperatif sebagai solusinya.

1.2 Identifikasi Masalah

Prestasi Belajar yang baik merupakan suatu dambaan dan harapan semua pihak baik guru, siswa, orang tua murid maupun penyelenggara pendidikan, Seseorang yang memiliki motivasi prestasi yang tinggi akan memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan orang memiliki motivasi prestasi rendah (Morgan dalam Kristian 1995)

(5)

1.3 Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan didepan, berikut ini dikemukakan rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Apakah pendekatan kooperatif model kooperatif dalam pembelajaran PPKn pada bahasan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto?

2. Apakah peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran PPKn pada pokok bahasan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pendekatatan model kooperatif dalam pembelajaran

PPKn pada bahasan Kerajinan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.

(6)

meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto?

1.5 Manfaat penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Sebagai sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan ketrampilan, dan wawasan berpikir kritis guna melatih kemampuan memahami dan menganalisa masalah-masalah pendidikan secara sistematis dan konstruktif.

2. Memberikan masukan kepada guru sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar.

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan spesifik untuk membantu agar dapat bekerja sama dengan baik, misalnya mejadi pendengar yang baik, memberi penjelasan yang baik, mengajukan pertanyaan dengan benar, dan sebagainya. (Wikandari, Sugianto, 1999:19).

Beberapa kalimat guru yang mendorong siswa untuk bekerja kooperatif adalah : Diskusikan dengan teman kalian tugas yang diberikan. Yakinlah bahwa dengan bekeja sama kalian dapat menyelesaikan dengan baik.

Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) beberapa cirri pembelajaran yang meggunakan model kooperatif diuraikan sebagai berikut :

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dan siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

(8)

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama yang dapat dilakukan guru. Langkah-langkah tersebut digambarkan pada tabel 2:1 berikut ini:

Tabel 2.1

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuandan memotivasi siswa

Fase 2

Menyajikan informasi

Fase 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Fase 5 Evaluasi

Fase 6

Memberi penghargaan

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau

masing-masing kelompok

(9)

Dalam kegiatan pembelajaran faktor waktu dan tempat juga sangat mempengaruhi. Secara umum pembelajaran kooperatif mengajukan tuntutan lebih kuat pada sumber daya waktu daripada model pembelajaran lain (Ibrahim, dkk, 2000 : 35). Pembelajaran kooperatif memerlukan waktu lebih lama bagi siswa untuk berinteraksi mengenai ide-ide penting daripada waktu yang telah diperlukan untuk menyajikan ide-ide secara langsung pada siswa. Untuk itu guru harus dapat merencanakan secara realistik tentang persyaratan waktu untuk meminimalkan jumalah waktu yang terbuang. Demikian juga pengaturan ruangan harus dilakukan secara khusus agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efisien dan memberi suasana nyaman bagi guru dan siswa.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif. Beberapa variasi pembelajaran kooperatif yang paling ekstensif dideskripsikan, diantaranya tipe STAD (Student Team Achienement

Divinisions) Jigsaw, TAI (Team Assited Individualization), CIRC (Cooperative

Intregrated Rading and Composition), Penelitian Kelompok (Group

Investigation). Penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Untuk selanjutnya disebut model pembelajaran kooperatif STAD.

(10)

yang mempunyai kemapuan lebih untuk membantu siswa dengan kemampuan kurang agar meningkatkan prestasinya, karena perindividu sangat menentukan skor tim.

Menurut Slavin dalam Ibrahim dkk, (2000 : 256) prosedur penskoran digambarkan dalam tabel dihalaman berikut :

Tabel 2.2

Langkah Penskoran Pembelajaran Kooperatif

Langkah Perilaku Siswa

Langkah 1

Menetapkan skor langkah Langkah 2

Menghitung skor kuis terkini Langkah 3

Menghitung skor perkembangan

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis yang lalu.

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini.

Siswa mendapatkan poin

perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka.

Tabel 2.3

Skala Pemberian Poin Pembelajaran Kooperatif

Uraian Poin

Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar

10 poin dibawah sampai 1 poin dibawah skor dasar Skor dasar sampai 10 poin diatas skor dasar Lebih dari 10 poin diatas skor dasar

Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor dasar)

(11)

Skor tim diperoleh diumumkan secara tertulis, dan tim yang mengalami peningkatan, diberi penghargaan atau ganjaran yang sesuai. Hal ini membuat hubungan antara bekerja dengan baik dan mendapatkan pengakuan menjadi jelas bagi siswa, dan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Skor tim di hitung dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap anggota tim dan membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang mengerjakan kuis. Untuk menghitung skor tim, huru perlu mencatat nilai perkembangan anggota tim pada lembar skor kuis.

2.2Motif-Motif dan Motivasi Berprestasi

Apakah yang mendorong orang malakukan atau tidak melakukan tergantung pada diri seseorang tersebut. Berarti sesuatu itulah yang harus kita raih agar seseorang bisa melakukan hal-hal yang positif dan berguna bagi dirinya maupun orang lain.

(12)

Sehubungan dengan uraian tersebut diatas, maka Wood Worth kemudian menggolongkan/ membagai motif-motif menjadi 3 golongan :

1. Kebutuhan-kebutuhan Organis : yakni motif-motif yang berhubungan

dengan kebutuhan bagiab dalam tubuh (kebutuhan organis) misalnya, lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan bergerak dan beristirahat, dan sebagainya.

2. Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency motives) ialah

motif-motif yang timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan kegiatan yang cepat dan kuat dari kita. Dalam hal ini motif ini timbul bukan atas kemauan kita, tetapi karena perangsang dari luar yang menarik bagi kita. Contoh : Di waktu kita sedang asyik belajar, sekonyong-konyong terdengar suara/ teriakan “tolong”. Seketika itu juga terdorang untuk keluar dan melakukan sesuatu.

3. Motif Obyektif : ialah motif yang diarahkan/ ditunjukkan ke suatu objek

atau tujuan tertentu disekitar kita. Motif ini timbul karena ada dorongan dari dalam diri kita (kita menyadari). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan.

Motif-motif itu dapat dibedakan menjadi dua : a) motif intrinsik, dan b) motif ekstrinsik. Disebut motif intrinsik jika yang mendorong untuk bertindak ialah nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri.

(13)

dipelajarinya, malainkan agar suapaya lulus ujian, atau supaya orang tuanya senang. Anak tersebut mendapat motif ekstrinsik.

Perlu diingat, bahwa perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sehari-hari, banyak yang didorong motif-motif ekstrinsik, tetapi juga banyak pula yang didorong oleh motif-motif instrinsik, atau oleh keduanya sekaligus. Meski demikian, yang paling baik terutama dalam hal belajar ialah motif intrinsik. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi pada murid-muridnya. Usahakan agar motivasi dalam belajar siswa-siswa itu ilah motivasi instrinsik.

Dengan motif/ motivasi instrinsik anak atau orang itu aktif sendiri, bekerja sendiri tanpa dorongan./ suruhan atau paksaan orang lain (Purwanto, 1990 : 65)

Selanjutnya apakah motif dan motivasu itu sama? Memang pengertian motif dan motivasi keduanya sukar dibedakan secara tegas. Motif menunjukkan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu atau

mau bertindak. Sedangkan motivasi adalah “pendorongan” suatu

usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya uitnuk bertindak melakukan sesuatu, sehinga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi prestasi adalah keinginan atau kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu sebaik-baiknya.

(14)

akan gagal, dan keinginan memperoleh nilai yang lebih tinggi, (Panjaitan : 1997).

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar Mengajar

Untuk memahami kegiatan yang disebut “belajar” perlu dilakukan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang dilihat didalam kegiatan belajar itu. sebagai suatu proses tentu harus ada yang diproses (masukan/ input) dan hasil dan pemrosesan (keluar/ output). Jadi dalam hal ini kita dapat mengalisis kegiatan belajar itu dengan pendekatan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus kita dapat melihat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi prose dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar diatas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah. Dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu.

Dalam proses belajar mengajar (teaching learning process). Terhadap/ didalam proses belajar mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor

INSTRUMENTAL INPUT

RAW INPUT

ENVIROMENTAL INPUT

OUT PUT TEACHING/

(15)

lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (inveronmental input) dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental inpuut) guna menunjang pencapaian keluaran yang dikehendaki (output). Bergbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu. (Purwanto, 1996 : 106).

2.4 Cara-Cara Belajar Yang Baik

Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah soal yang mudah. Adanya bermacam-macam faktor yang dapat mempengaruhi dan keberhasilan belajar. Disamping faktor yang ada didalam diri seseorang, banyak pula faktor yang mendorong yang berasal dari luar diri seseorang.

Dr. Rudolf Pinier mengemukakan 10 macam metode didalam belajar sebagai berikut :

1. Metode keseluruhan kepada bagian (whole to part method). Yakni di dalam mempelajari sesuatu kita mulai dari keseluruhan kemudian baru mendetail kepada bagian-bagain.

2. Metode keseluruhan lawan bagian (whole versus part method). Untuk bahan-bahan pelajaran yang skupnya tidak terlalu luas, tepat dipergunakan metode, keseluruhan seperti menghafal syair, membaca buku cerita pendek, dan lain-lain. Untuk bahan yang sifatnya nonverbal, seperti keterampilan, mengetik, menulis dan sebagainya. Tepat menggunakan metode bagian.

(16)

sangat luas, atau sukar-sukar, seeperti akuntansi, dan bahan pelajaran lain pada umumnya.

4. Metode resitasi (resitation method). Metode ini dapat digunakan untuk semua bahan pelajaran yang bersifat verbal maupun non verbal.

5. Jangkan waktu belajar (lenggth of practice periods). Dari hasil eksperimen ternyata bahwa jangka waktu yang produktif seperti menghafal, mengetik, mengerjakan soal latihan dan sebagainya adalah 20 – 30 menit. Jangka waktu yang lebih dari itu untuk belajar yang memerlukan konsentrasi perhatian yang relatif kurang produktif.

6. Pembagaian waktu belajar (distribution of practice periods). Untuk belajar yang efektif diperlukan pembagian waktu belajar. Menurut “hukum Jost” tentan belajar, 30 menit 2x sehari selama 6 jam (360

menit) tanpa berhenti.

7. Membatasi keluapaan (counteract forgetting). Bahan pelajaran yang telah kita pelajari sering mudah dan lekas dilupakan. Maka untuk jangan sampai mudah dilupakan, dalam belajar perlu adanya “Ulangan” ataub

review pada waktu tertentu atau setelah/ pada akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan.

8. Menghafal (cramming). Metode ini berguna terutama jika tujuannya untuk dapat menguasai serta memproduksi kembali dengan cerpat bahan-bahan pelajaran yang luas dalam wamtu yang relatif singkat.

(17)

dengan daya ingat terhadap pengetahuan itu. Hal ini disebabkan oleh adanya bermacam-macam faktor seperti yang telah dibicarakan terdahulu.

10. Retroactive inhibition. Berbagai pengetahuan yang telah kiyta

miliki itu, di dalam diri kita seolah-olah merupakan unit-unit yang selalu berkaiatan satu sama lain. Bahkan sering pula yang satu mendesak/ menghambat yang lain. Inilah yang disebut retroactive inhibition. Untuk menghindari jangan sampai terjadi retroactive inhibition itu, disarankan agar dalam belajar jangan mencampur aduk, dalam arti beberapa mata pelajaran dipelajari dalam suatu waktu sekaligus.

Beberapa saran untuk membiasakan belajar yang efesien : 1) Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti

2) Usahakan adanya tempat belajar yang memadai

3) Jaga kondisi fisik jangan sampai mengganggu konsentrasi dan keaktifan mental.

4) Rencanakan dan ikutilah jadwal waktu untuk belajar

5) Selingilah belajar dengan waktu-waktu istirahat yang teratur.

6) Carilah kalaimat-kalaimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf.

7) Selama belajar gunakan metode pengulangan dalam hati.

(18)

10) Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) penelitian dirancang dalam bentuk siklus tindakan. Dalam siklus tindakan terdiri atas empat kegiatan, yakni rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2009, siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2009, siklus 3 dilaksanakan pada tangal 21 Maret 2009.

3.2Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di sekolah Dasar Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto Kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2008/2009. Subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV sebanyak 25 siswa.

3.3Sumber Data

Sumber Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

(20)

2. Guru, tentang aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran PPKn melalui Pendekatan kooperatif pada pokok bahasan Kerajinan Kelas IV semester 2 tahun pelajaran 2008/2009. SDN Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.

3. Dokumen tentang nilai hasil belajar siswa.

3.4Prosedur Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument penelitian, pengamatan (observasi), catatan lapangan, dan dokumentasi. Pengamatan difokuskan pada pelaksanaan pembelajaran PPKn melalui Pendekatan kooperatif pada pokok bahasan Kerajinan. Catatan lapangan dilakukan dengan mencatat peristiwa nyata yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar baik secara diskriktif maupun reflektif. Dokumentasi berupa kegiatan mendokumenkan data verbal tertulis dan foto.

3.5Analisis Data

(21)
(22)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus, dengan hasil sebagai berikut :

Siklus 1

1. Perencanaan

Perencanaan tindakan meliputi kegiatan menyusun rencana pembelajaran (RP) atau scenario pembelajaran melalui pendekatan kooperatif model kooperatif. Sebagai pendamping guru menggunakan lembar kegiatan siswa (LKS) yang menekankan pada aktivitas mengamati, menganalisis, menyimpulakan dan mengkomunikasikannya kepada teman sebaya. Membuat lembar observasi untukmemantau kegiatan pembelajaran, membuat alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa.

2. Pelaksanaan

(23)

dikerjakan, anggota kelompok yang sudah menguasai diminta menjelasakan pada anggota kelompoknya sampai anggota dalam kelompok itu mengerti atau memahami, guru berkeliling membimbing, mengawasi dan langsung menilai proses pembelajaran terhadap siswa, setelah usai, lewat juru bicara mempresentasikan hasil pembahasan dikelompoknya, kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya, guru memberikan penjelasan (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan, pada akhir pertemuan diadakan evalusi.

3. Observasi

Selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, observasi dilaksanakan secara kolaborasi oleh dua pengamat, yakni guru kelas dan Kepala sekolah dengan menggunakan instrument yang meliputi : aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif kooperatif.

a. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran :

1) Aktivitas Guru

(24)

Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus pertama ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.1

Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran Model Kooperatif Siklus Pertama

No Kategori Aktivitas Guru Kemunculan

1. Menyampaikan pendahuluan 20,05 %

2. Menjelaskan materi/ mendemonstrasikan ketrampilan 25,72 % 3. Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 4,50 % 4. Memberi latihan terbimbing dalam kelompok

kooperatif

7,35 % 5. Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan

umpan balik bagi siswa yangbertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas.

22,98 %

6. Resitasi/ Tanya jawab 7,45 %

7. Membantu siswa melakukan refleksi 11,90 %

(25)

memberi motivasi siswa dalam kelompok kooperatif sebanyak 4,28%. Dalam hal ini guru memberi dorongan tentang pentingnya kerja bersama dalam kelompok dan system penilaian dalam pembelajaran kooperati. Selama siswa bekerja kooperatif guru selalu memberi bimbingan dalam kelompok-kelompok tersebut. Aktivitas bimbingan guru yang mencul sebanyak 7,35%. Selama kegiatan pembelajaran kooperatif guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan meminta siswa yang lain untuk menjawabnya. Guru mengklarifikasikan pemahaman siswa yang kurang jelas. Aktivitas Tanya jawab yang muncul sebanyak 7,45%. Di akhir pembelajaran guru membantu siswa melakukan refleksi (11,90%). Guru meminta siswa dari beberapa kelompok menyampaikan catatan kecil tentang materi yang telah diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Refleksi yang dibuat siswa bisa berbeda, dan bagi siswa yang refleksinya kurang lengkap bisa menambah dari siswa yang lain yang lebih lengkap.

2) Aktivitas siswa

(26)

Aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 4.2

Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran Model Kooperatif Siklus Pertama

No Kategori Aktivitas Siswa Kemunculan

1. Memperhatikan penjelasan guru 21,54 %

2. Membaca/ mengerjakan LKS (buku siswa, LKS, Soal)

7,14% 3. Bekerja dalam kelompok kooperatif 7,5 % 4. Mendemontrasikan kegiatan yangada dalam LKS 20,10% 5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok kooperatif 11,41%

6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa 14,74%

7. Merefleksikan materi pelajaran 12,74%

Sejalan dengan aktivitas guru, aktivitas dominant siswa adalah mendengarkan penjelasan guru (21,54%) dan mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS (20,01%). Penjelasan guru menyangkut devinisi dan konsep kerajinan dengan berbagai ilustrasi, guru berusaha memancing siswa agar mengingat pengertian Kerajinan. Kemudian mengaitkan pengertian kerajinan yang telah dikuasai oleh siswa dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari.

(27)

Pada tahap ini, pengamat menilai kegiatan pembelajaran adalah guru aktif menjelaskan pada siswa aktif mendengarkan penjelasan guru. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya penjelasan guru yangbanyak didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode ceramah (langsung), melainkan perpaduan penjelasan dari metode dempntrasi dan metode Tanya jawab.

b. Data prestasi belajar siswa

Data prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3

Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Pertama

Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat

1 25 Hebat

2 -

3 20 Baik

4 20 Baik

5 -

(28)

predikat hebat, kelompok 3 dan kelompok 4 dengan predikat baik sedangkan kelompok 2 dan kelompok 5 tidak mendapatkan predikat.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1, diperoleh hasil temuan sebagai berikut :

a. Terdapat keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. b. Siswa aktif mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS

c. Guru aktif memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas.

d. Terdapatnya kesulitan siswa dalam belajar secara kooperatif sehingga masih bersikap menonjolkan diri. Hal ini karena kurangnya aktivitas guru dalam mengelola pembelejaran untuk memotivasi dalam kelompok kooperatif dan memberikan latihan bimbingan dalam kelompok kooperatif.

Siklus 2

1. Perencanaan

(29)

latihan terbimbing dan lebih banyak memberi kesempatan siswa untuk berinisiatif dan menemukan konsep, (d) guru akan lebih banyak memberi contoh yang aplikasi dengan kehidupan nyata siswa agar terbiasa bersikap positif, dan (e) guru berusaha menyesuaikan tingkat kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia.

2. Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi berupa pertanyaan kepada siswa tentang perlunya memiliki kesadaran Kerajinan dalam berbicara dan bekerja. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan meminta siswa duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta siswa mengerjakan LKS tersebut sambil mengingatkan kepada siswa tentang pentingnya bekerja kooperatif. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan LKS kurang lebih 10 menit. Kemudian guru meminta beberapa siswa mengerjakan hasil kerja kelompoknya di papan tulis, dilanjutkan dengan diskusi dan Tanya jawab. Setelah selesai guru membantu siswa melakukan refleksi. Di akhir pembelajaran guru memberikan kuis.

3. Observasi

Berikut ini data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran : b. Data hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa

(30)

Data hasi pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus kedua ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran kooperatif Model Kooperatif Siklus Pertama

No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan

1. Menyampaikan pendahuluan 17

2. Menjelaskan materi/ mendemontrasikan ketrampilan

22,10

3. Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 12,42 4. Memberi latihan terbimbing dalam kelompok

kooperatif

12,5 5. Memeriksa siswa dan pemahaman

memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas

15,75

6. Resitasi/ Tanya jawab 14,25

7. Membantu siswa melakukan refleksi 10

(31)

umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasikan materi yang kurang jelas (15,75%). Meski sudah dengan sadar bermaksud mengurangi dominasi aktivitasnya, tetapi karena pertanyaan siswa yang beruntun akhirnya guru tetap menjelaskan, mnedemontrasikan, dan memberikan umpan balik pada siswa. Akibatnya, dominasi waktu untuk siklus ini tidak banyak berubah. Perubahan terjadi pada usaha guru memotivasi siswa untuk bekerja dalam kelompok kooperatif (12,42%), lebih meningkat dari siklus sebelumnya hanya 7,5%. Ini dilakukan oleh guru secara ketika beberapa siswa masih mempertanyakan aspek-aspek yang mempengaruhi kesadaran Kerajinan Bangsa Indonesia. Guru banyak memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelum bertanya kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup.

(32)

jawaban yang samapun juga dikomunikasikan. Bagi peneliti sampai pada siklus kedua ini suasana belajar mengajar induktif dengan suasana ceria sudah mulai tampak. Hal yang akan dimaksimalkan pada siklus ketiga adalah suasana belajar dalam kelompok kooperatif, karena menurut hemat peneliti ini merupakan kunci belajar secara induktif.

2) Aktivitas siswa

Dalam kegiatan pembelajaran siswa sudah disiapkan untuk mengikuti kegiatan belajar. Hal ini tampak antusias siswa dalam menjawab pertanyaan apersepsi yang dilontarkan gur, juga ketika siswa diminta untuk melakukan kegiatan pratikum siswa berebut mengacungkan tangan untuk melakukan pratikum, serta siswa segera duduk dalam kelompok kooperatifnya ketika guru minta.

Berikut data aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.5

Aktivitas SiswaKegiatan Pembelajaran Siklus Kedua

No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan

1. Memperhatikan penjelasan guru 6

2. Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)

14

3. Bekerja dalam kelompok kooperatif 12,5 4. Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam

LKS

12,5 5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok kooperatif

(33)

6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa

20,5

7. Merefleksikan materi pelajaran 12

Aktivitas siswa sudah menunjukkan kesesuaian dengan aktivitas guru. Aktivitas dominant siswa yang mencul adalah menyajikan hasil pengamatan dalam kelompok kooperatif (22,5%), berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa (20,5%), dan bekerja dalam kelompok kooperatif (22,5%). Aktivitas donminan ini menunjukkan bahwa suasana belajar dalam kelompok kooperatif telah berjalan. Demikian pula prestasi didepan kelas terhadap hasil diskusi pada kelompok kooperatif didepan kelas terhadap diskkusi pada kelompok kooperatif juga sudah berjalan.

c. Data prestasi belajar siswa

Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus kedua Tabel 4.6

Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Kedua Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat

1 30 Super

2 20 Baik

3 25 Hebat

4 20 Baik

5 20 Baik

(34)

%) yangbelajar tuntas. Sedang dari kuis kedua ini diperoleh jumlah kelompok yang meraih predikat meningkat menjadi lima kelompok (pada kuis pertama hanya 3 kelompok). Kelompok yang meraih predikat tersebut adalah kelompok 1 dengan predikat super, kelompok 2 dengan predikat baik, kelompok 3 dengan predikat hebat, kelompok 4 dan kelompok 5 dengan predikat baik.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi pada siklus dua menunjukkan kemajuan dengan temuan adanya peningkatan aktivitas guru dalam membimbing kelompok belajar untuk memotivasi siswa agar mereka dapat bekerja secara kooperatif dengan teman sekelompoknya. Hal ini berarti suasana disskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup dan arus diskusi menyebar, tidak tampak siswa yang ingin menonjolkan diri. Namun pada siklus ini masih terdapat kekurangannya yaitu keberaniaan siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi.

Siklus 3 1. Perencanaan

(35)

kesulitan dan jumlah butir soal dengan waktu yang tersedia, (c) guru lebih memotivasi siswa agar tidak ragu-ragu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas, dan (d) guru berusaa lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisis data dan mengembangkannya.

2. Pelaksanaan

Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan memberi apersepsi kepada siswa dengan menanyakan materi pelajaran yang lalu dan sekarang. Kemudian memancing siswa dengan bertanya apakah pentingnya kerajinan dalam kehidupan sehari-hari. Guru menginformasikan bahwa pada hari itu siswa akan belajar tentang membiasakan berkata dan bekerja dengan jujur. Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajatan. Pada waktu itu siswa sudah duduk dalam kelompok kooperatif. Guru membagi LKS dan meminta siswa dengan kelompok sekelompoknya untuk pengerjaan LKS tersebut.

3. Observasi a. Aktivitas guru

Berikut disajikan data hasil pengamatan kegiatan pembelajaran. 1) Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada siklus 3

(36)

Tabel 4.7

Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Kooperatif Siklus Ketiga

No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan

1. Menyampaikan pendahuluan 18,75

2. Menjelaskan materi/ mendemontrasikan ketrampilan

25,05 3. Memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif 6,20 4. Memberi latihan terbimbing dalam kelompok

kooperatif

25,02 5. Memeriksa siswa dan pemahaman

memberikan umpan balik bagi siswa yang bertanya dan mengklarifikasi materi yang kurang jelas

9,35

6. Resitasi/ Tanya jawab 6,28

7. Membantu siswa melakukan refleksi 9,35

Dari tabel diatas dapat dikeahui bahwa pada siklus ketiga terdapat perbedaan penggunaan waktu yang mencolok. Dominasi waktu digunakan oleh guru untuk menjelaskan ketrampilan dan memberikan latihan terbimbing pada kelompok kooperatif yang masing-masing mengambil waktu 25,05%. Aktivitas lain, memotivasi siswa (6,20%), memerikasa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik (9,35%), resitasi/ Tanya jawab (6,28%) dan membantu siswa melakukan refleksi (9,35%).

(37)

waktu secara keseluruhan tiap siklus. Pada siklus 1 pendahuluan mengambil waktu 25,75 %, siklus kedua 17% dan siklus ketiga 18,7%. Tampak bahwa setiap siklus waktu yang dibutuhkan kurang dari 20%, tidak sampai mengambil seperlima keseluruhan waktu. b. Aktivitas siswa

Pada siklus ketiga tampak bahwa siswa lebih siap mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketika guru masuk siswa sudah siap duduk dalam kelompok kooperatifnya. Begitu juga ketika menjawab pertanyaan, apersepsi guru siswa tampak antusia dan berebut mengacungkan tangan untuk melakukan demontrasi didepan kelas.

Tabel 4.5

Aktivitas Siswa Kegiatan Pembelajaran Siklus Kedua

No Kategori Aktivitas Siswa %Kemunculan 1. Memperhatikan penjelasan guru 12

2. Membaca/ mengerjakan (buku siswa, LKS, Soal)

15,60

3. Bekerja dalam kelompok kooperatif 9,40 4. Mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam

LKS

15,67 5. Menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi

kelompok kooperatif

25

6. Berdiskusi/ Tanya jawab antara guru dan siswa

12,5

7. Merefleksikan materi pelajaran 9,38

(38)

kelompok kooperatif (25%), membaca/ mengerjakan LKS (15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada pada LKS (15,67%).

b. Data prestasi belajar siswa

Berikut ini data tentang prestasi belajar siswa pada siklus ketiga Tabel 4.9

Skor Prestasi Belajar Siswa Siklus Ketiga Kelompok Skor Perkembangan 1 Predikat

1 30 Super

2 25 Baik

3 25 Hebat

4 30 Baik

5 30 Baik

Dari hasil kuis ketiga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa . Dari 25 siswa yang mengikuti kuis, yang mendapatkan nilai diatas 65 sebanyak 23 siswa Ini berarti pembelajaran siklus ketiga ada 23 siswa (92 %) yang belajar tuntas. Kelompok satu, kelompok empat dan kelompok lima dengan predikat super, kelompok ketiga dengan predikat hebat, kelompok kedua dengan predikat baik. Hal ini berate ada peningkatan predikat kelompok.

4. Refleksi

(39)

dalam membimbing kelompok kooperatif dalam mengerjakan tugas. Namun hal ini masih terdapat kelemahan pada aktivitas siswa pada saat diskusi kelas, siswa belum terampil menyeleksi pendapat. Masih banyak pendapat yang mengulang pendapat kawan meskipun reaksinya berbeda.

A. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus 1 sampai dengan siklus tiga menunjukkan adanya kearah peningkatan peningkatan aktivitas belajar siswa untuk mencapai tujuan penelitian.

Pada siklus satu, aktivitas guru menonjolkan dalam kegiatan pembelajaran dalam menyampaikan pendahuluan (20%). Tahap pendahuluan ini memerlukan waktu yang cukup banyak karena didalamnya terdapat beberapa sub aktivitas operasional, yaitu (a) identifikasi kemampuan awal siswa, (b) pemberian apersepsi, (c) menyampaikan tujuan pembelajran dan (d) menjelaskan tahapan kerja untuk tatap muka pada pertemuan itu.

(40)

Aktivitas guru yang lain adalah memeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan balik bagi siswa yang bertanya, dan mengklarifikasikan materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan materi yang kurang jelas (22,85%). Hanya saja dalam mengklarifikasikan materi yang kurang jelas guru tampak memaksakan pemahaman kepada siswa sejalan dengan kegiatan guru dalam pembelajaran, siswa aktif dalam mendengarkan penjelasan guru (21,42%). Penelasan guru yang banyak didengarkan siswa bukanlah penjelasan dari metode ceramah langsung melainkan perpaduan penjelasan diskusi, demontrasi dan Tanya jawb. Siswa aktif dalam mendemontrasikan kegiatan yang ada pada lembar kegiatan siswa (LKS) dengan melakukan eksperimen. Eksperimen yang dilakukan oleh siswa termasuk dari pembelajaran kontekstual, yang mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri (self regulated learners) dengan cara memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba(trial and error), sehingga pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses informasi, memecahkan masalah dan memanfaatkannya(Depdikbud, 2002).

(41)

diskusi dengan cara berbagi (sharing), berkomunikasi dan menanggapi konsep dan keputusan penting.

Hasil dari lembar kegiatan siswa (LKS) disajikan oleh beberapa kelompok. Beberapa siswa secara bergantian menuliskan hasil pengamatannya, dan siswa kelompok lain menanggapi. Kegiatan ini berlangsung keadaan siswa dan guru sangat antusias. Banyak siswa aktif dalam kegiatan Tanya jawab, bahkan beberapa siswa tetap ingin memberikan pendapatnya meskipun jawaban tersebut ternyata sama dengan kelompok sebelumnya. Hanya kelemahannya keaktifan siswa tersebut masih tampak menonjolkan diri sendiri dan bukan mewakili kelompoknya. Ini dipengaruhi oleh kurangnya guru dalam memotivasi siswa dalam bekerja kooperatif dan kurangnya guru dalam memberikan latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif.

Di akhir pembelajaran guru memberi kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa. Nilai yang diperoleh siswa masih belum maksimal karena dari 25 siswa yang dapat menuntaskan belajarnya masih 15 siswa.

(42)

informasi dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa (Depdikbud, 2002).

Aktivitas dominant guru yang lain adlah memmeriksa pemahaman siswa dan memberi umpan balik bagi siswa yangbertanya, dan mengklarivikasikan materi yang kurang jelas. Guru berusaha agar contoh yang diberikan termasuk dalam konteks yang digunakan siswa dan dapat mengembangkan sikap positif siswa. Terdapat peningkatan aktivitas guru memotivasi siswa dalam kelompok kooperatif (menjadi 7,5% dari 4,28% pada siklus pertama) dan memberi latihan terbimbing dalam kelompok kooperatif (menjadi 12,5 % dari 7,15% pada sikluls pertama).

Berdasarkan indikator pembelajaran kooperatif, langkah guru membentuk kelompok belajar dan memotivasi siswa bekerja kooperatif. Guru memotivasi agar mereka berdiskusi dengan teman sekelompok sebelumnya bertanya kepada guru. Langkah ini tampaknya berhasil, sehingga suasana diskusi dalam kelompok kooperatif lebih hidup latihan terbimbing yang muncul 12,5 % dilakukan guru dalam menjelaskan materi. Guru meminta beberapa siswa untuk membantu pelaksanaan eksperimen, serta memancing siswa untuk membuat simpulan dari eksperimen tersebut.

(43)

Di akhir pembelajaran guru memberikan kuis untuk mengukur prestasi belajar siswa. Hasil kuis pada siklus dua terdapat peningkatan dari 15 siswa yang tuntas belajar pada siklus satu menjadi 20 siswa yang tuntas.

Pada siklus tiga kegiatan guru yang menonjol pada pembelajaran siklus ini adalah memberi latihan terbimbing dalam kelompok kecil (25,05%). Hal ini sejalan dengan aktivitas siswa dalam menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok kooperatif (25%) membaca/ mengerjakan LKS (15,60%), dan mendemontrasikan kegiatan yang ada dalam LKS (15,67%).

Aktivitas siswa menyajikan hasil pengamatan dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus dua. Siswa sudah tampak percaya diri dan diskusi tampak hidup karena keberanian dari siswa lain untuk menanggapi. Siswa juga sudah tampak bekerja kooperatif, tidak ada yang menonjolkan diri. Hanya saja kelemahan dari kegiatan ini adalah siswa kurang bisa menyeleksi jawaban, sehingga tetap berpendapat meskipun pendapat tersebut sama dengan pendapat lainnya. Namun suasana pembelajaran yang demikian sudah baik dan merupakan suasana pembelajaran diharapkan dari kegiatan pembelajaran yang terbentuk lingkungan kerja sama diantara siswa (Hernowo, 2001).

(44)
(45)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui pendekatan konteksrual model kooperatif dalam pembelajaran PPKn Kelas IV pada pokok bahasan Kerajinan Kerajinan Semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas IV SD Negeri Pugeran Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. Hal ini ditunjukkan adanya kualifikasi siswa dalam belajar secara kelompok dengan predikat pada siklus 1 : hebat sebanyak 1 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok, dan tidak berpredikat 2 kelompok; pada siklus 2 : super sebanyak 1 kelompok, hebat sebanyak 2 kelompok, baik sebanyak 2 kelompok; sedangkan pada siklus 3 : super sebanyak 3 kelompok, hebat sebanyak 1 kelompok 1 kelompok dan baik sebanyak 1 kelompok.

(46)

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas dan sesuai dengan pentingnya penelitian, berikut dikemukakan saran-saran antara lain :

1. Agar hendaknya guru menggunakan pendekatan ini sebagai alternatif tindakan dalam mengatasi pembelajaran PPKn khususnya peningkatan aktivitas belajar siswa.

2. Untuk memperoleh gambaran hasil belajar yang lebih menyeluruh, sebaiknya tidak hanya dilakukan tes, semi autentik (Quasy authentic) melainkan beberapa tehnik penilaian autentik seperti penilaian kinerja, observasi intensif, dan kooperatif model kooperatif diterapkan secara bervariasi.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta : Depdiknas.

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya

Kasihani dan Astini, Contextual Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran

SLTP dan MA dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal; 20 Juni s/d 6

Juli 2001.

Nurhadi, 2002. pendekatan Kontekstual. Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Nur, Muhammad, 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam

Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juni 2001.

Purwanto, Ngalim. 1996. Psikologis Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya Offset

Panjaitan, Binsar, 1997. Pengaruh Interaktif Antara Pemberian Balikan dan

Motivasi berprestasi terhadap perolehan belajar, Malang : Jurnal

Teknologi Pembelajaran IPTP dan Paska Sarjana TEP IKIP Malang.

(48)

LAMPIRAN SOAL-SOAL

Bagaimana Menurutmu! Diskusikan dengan teman kelompokmu!

Amati gambar pada bagian saya melihat. Pernahkan kamu melihat peristiwa seperti pada gambit tersebut?

(49)

I. Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c, dan atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

1. Kamu akan mengerjakan PR. Kamu lupa mencatat soal. Tindakanmu sebaiknya?

a. tidak mengerjakan PR b. meminjam soal teman c. mengerjakan PR

d. menjiplak pekerjaan teman besuk pagi

2. Tugas utama seorang pelajar adalah ….

a. mengerjakan PR c. rajin belajar b. mengerjakan ulanagn d. rajin bekerja

3. Agar kamu dapat membali pakaian baru, maka usahamu yang baik adalah.. a. rajin menabung c. minta kepada Ayah

b. rajin belajar d. pinjam kepada teman

4. Agar usaha kita berhasil dengan memuaskan, maka kita memerlukan sikap a. tabah dan tawakal c. hati-hati dan taat

b. sabar dan berdoa d. ulet dasn rajin

5. dibawah ini contoh perbuatan rajin adalah ………

a. tiap pagi bangun pukul 05.00 b. buku catatannya sering tertinggal c. meminjam PR teman

d. bermain-main dengan baik

6. Rani selalu mengerjakan tugasnya, baik dirumah maupun di sekolah. Rani adalah anak yang …..

a. rajin c. pintar

b. tabah d. penurut

7. Rini sedang membaca segala jenis bacaan. Rini membacanya pada waktu senggang. Karena rajin membaca Rini ….

a. Mempunyai perpustakaan

b. Mempunyai pengetahuan yang luas c. Memiliki teman banyak

d. Memiliki buku banyak

8. Kakak rajin membantu Ibu di dapur. Dengan demikian Ibu merasa ……..

(50)

9. Ayah terpilih menjadi Karyawan teladan di kantornya. Hal itu disebabkan Ayah ………

a. Selalu datang tepat waktu b. Sering pulang cepat

c. Pulang waktu istirahat makan d. Teman dekat direktur

10.Rudi dapat melaksanakan tugas sebagai Komandan upacara dengan baik. Hal itu karena ………….

a. Rudi anak yang pandai b. Rudi murid teladan c. Rudi rajin berlatih d. Rudi disenangi gurunya.

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan tepat !

1. Mengapa kita perlu mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan guru ? 2. Apakah urusanmu agar nilai ulanganmu bagus ?

Gambar

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2  Langkah Penskoran Pembelajaran Kooperatif
Gambar diatas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input)
Tabel 4.1   Aktivitas Guru Dlam Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi psychological well-being remaja yang diasuh dengan pola asuh neglectful menunjukan perbedaan signifikan daripada tiga pola asuh yang lain (authoritative,

Fagih Naukoko Drs... Nur

We focused on code completion and support for transpiled languages in JavaScript and took a look at the tools that will boost our HTML and CSS productivity. Live debugging is

Pembukuan Grup diselenggarakan dalam mata uang Rupiah, kecuali Intiland International Pte. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dengan kurs

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek sitotoksik tunggal dan kombinasi doxorubicin dan EEDK pada sel kanker serviks HeLa, serta menentukan kemampuan penghambatan

Responsibility Centers Responsibility Centers Revenue Centers Expense Centers Profit Centers Discretionary Expense Centers Engineered Expense Centers Administrative And Support

saham sebagai bagi an dari perseroan t erhadap ti ndakan at au perbuat an yang. dilakukan ol eh

pihak bank untuk mempermudah nasabah dalam melakukan transaksi baik transaksi tunai maupun non tunai, seperti transaksi antar bank, pembelian voucher isi ulang pulsa,