• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA USAHA KECIL MENENGAH (Studi Kasus Distro Lollypop Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) PADA USAHA KECIL MENENGAH (Studi Kasus Distro Lollypop Surabaya)."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

MENENGAH

(Studi Kasus Distr o Lollypop Sur abaya)

SKRIPSI

Diajukan oleh :

MEKAR SARI RAHAYU WILUJ ENG 0813010022/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK ( SAK ETAP) PADA USAHA KECIL

MENENGAH

(Studi Kasus Pada Distro Lollypop Sur abaya) Disusun Oleh :

MEKAR SARI RAHAYU WILUJENG 0813010022 / FE / EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 22 Februari 2013

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Drs. Ec. Munari, MM Prof. Dr. Soeparlan P, Ak, MM Sekretaris

Drs. Ec. Munari, MM

Anggota

Dra. Ec. Tituk DW, MAks

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi

(3)

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK SAK ETAP PADA USAHA KECIL MENENGAH (Studi Kasus Distro Lollypop, Surabaya)”.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Akuntansi, di Fakultas Ekonomi Universitas pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dengan tujuan untuk menyempurnakan skripsi ini sangat diharapkan dan diterima dengan senang hati. Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik bersifat bimbingan petunjuk maupun kesempatan berdiskusi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(4)

4. Bapak Drs. Ec. Munari, MM., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan dalam menyusun skripsi.

5. Ibu Dra. Ec. Siti Sundari, Msi., selaku dosen wali di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Bapak Syaiful dan Ibu Diana selaku pemilik perusahaan yang telah membantu dan memberikan informasi untuk memperoleh data yang saya butuhkan.

8. Bapak dan Ibu kedua orang tua tercinta, penulis menyampaikan sembah sujud yang tulus atas doa dan segala jerih payah serta pengorbanannya dalam mendidik penulis hingga saat ini.

9. Saudara, sahabat, dan teman-teman semuanya yang sudah memberikan motivasi, semangat dan dukungannya selama ini dalam suka maupun duka.

(5)

Akuntansi.

Surabaya, Januari 2013

(6)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI ………. iv

DAFTAR TABEL………... viii

DAFTAR LAMPIRAN ………... ix

ABSTRAKSI BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Fokus Penelitian ……… 6

1.3. Perumusan Masalah………. 7

1.4. Tujuan Penelitian ……….. 7

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II : TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitihan Terdahulu ……… 9

2.2. Landasan Teori ……… 16

2.2.1. Konsep Usaha Kecil Menengah (UKM ).……….. 16

2.2.1.1. Definisi UKM ………. 16

2.2.1.2. Kriteria UKM………. 17

2.2.2. Pentingnya Pencatatan Akuntansi Bagi UKM ………. 17

2.2.3. Laporan Keuangan ………... 18

2.2.3.1.Definisi Laporan Keuangan ……….. 18

(7)

2.2.3.4. Kualitatif Informasi Laporan Keuangan ……… 20

2.2.3.5. Jenis Laporan Keuangan……… 21

2.2.4. SAK ETAP... ..……… 26

2.2.4.1. Penyajian Laporan Keungan ……… 28

2.2.4.2. Aset Tetap………... 28

2.2.4.3. Properti Investasi ……… 29

2.2.4.4.Aset Tidak Berwujud………... 29

2.2.4.5. Persediaan ………... 30

2.2.4.6. Penurunan Nilai Aset ... 30

2.2.4.7. Sewa ... 31

2.2.4.8. Biaya Pinjaman ... 32

2.2.4.9. Imbalan Kerja ... 32

2.2.4.10 Pajak Penghasilan ... 33

2.2.4.11 Laporan Laba Rugi... 33

2.2.4.12 Perubahan Kebijakan Akuntansi ... 35

2.2.4.13 Ketentuan Transisi ... 36

2.2.4.14 Kebutuhan Standar Akuntansi Bagi UKM .... 37

2.2.4.15 Kebutuhan SAK Bagi Laporan Keuangan UKM 37 BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian .………... 39

3.1.1. Alasan Ketertarikan Peneliti ……… 43

(8)

vi

3.3. Lokasi Penelitian... ...……… 45

3.4. Sumber Data dan Teknis Pengumpulan Data……….. 45

3.5. Teknik Analisis………. 49

3.6. Pengujian Kredibilitas Data ……… 50

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian……… 55

4.1.1. Pendahuluan………... 55

4.1.2. Usaha Kecil Menengah Distro Lollypop……… 56

4.1.3. Produk Usaha………... 59

4.1.4. Bahan Baku Usaha……….... 60

4.1.5. Proses Produksi………... 60

4.1.6. Pemasaran………... 61

4.1.7. Karyawan………... 61

4.1.8. Industri UKM di Indonesia……….. 63

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ………... 66

4.2.1. Proses Pencatatan Transaksi……….. 66

4.2.2. Pelaporan Keuangan……….. 69

(9)

5.1. Kesimpulan………... 71 5.2. Saran………... 72 DAFTAR PUSTAKA

(10)

viii

DAFTAR TABEL

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Pernyataan

Lampiran 3 : Desain Reseach Penelitian

(12)

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK ( SAK ETAP) PADA USAHA KECIL

MENENGAH

( Studi Kasus Distr o Lollypop Sur abaya) Oleh

Mekar Sari Rahayu Wilujeng

ABSTRAK

Selama ini Usaha Kecil Menengah diharuskan menyusun laporan keuangan yang sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan umum. Hal ini cukup memberatkan bagi Usaha Kecil Menengah karena merasa kesulitan jika harus membuat laporan keuangan dengan standar seperti yang digunakan oleh perusahaan besar. Namun dengan diterbitkannya Standar Akuntansi Keuangan baru yang lebih praktis bagi Usaha Kecil Menengah yaitu Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, diharapkan agar Usaha Kecil Menengah bisa lebih mudah menyusun laporan keuangan yang berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan ini

Adapun penelitian yang dilakukan ini mempunyai tujuan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses pencatatan transaksi yang dilakukan Distro Lollypop , untuk mengetahui kesesuaian antara pembukuan Distro Lollypop dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, dan untuk mengetahui kendala- kendala apa saja yang ditemui pada saat melakukan pembukuan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik belum sepenuhnya diterapkan di laporan keuangan Distro Lollypop. Laporan yang dibuat juga sederhana, hal tersebut agar mudah dipahami oleh pengguna laporan keuangan. Pemilik belum mengetahui tentang adanya Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik , hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi oleh pihak terkait yang berdampak belum sepenuhnya Usaha Kecil Menengah memahami dan mengerti Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik pada laporan keuangannya.

(13)

AKUNTABILITAS PUBLIK ( SAK ETAP) PADA USAHA KECIL MENENGAH

( Studi Kasus Distr o Lollypop Sur abaya) Oleh

Mekar Sari Rahayu Wilujeng

ABSTRAK

So far, Small and Medium Enterprises are required to prepare financial statements that conform Statement of Financial Accounting Standards general. It is quite burdensome for SMEs find it difficult because if you have to make a financial report with the standard as used by large companies. But with the publication of a new Financial Accounting Standards are more practical for Small and Medium Entities Accounting Standards Without Public Accountability, it is expected that SMEs can more easily prepare financial statements are based on the Financial Accounting Standards

The research conducted has a purpose. The purpose of research is to investigate the process of recording transactions conducted Lollypop distributions, to determine the suitability of the accounting distributions Lollypop with Financial Accounting Standards Entities Without Public Accountability, and to know what the constraints are met at the time of accounting in accordance with Financial Accounting Standards Entities without Public Accountability.

Financial Accounting Standards Entities Without Public Accountability has not been fully applied in the financial statements Distro Lollypop. The report also made simple, it is to be easily understood by users of financial statements. The owner did not know about the Financial Accounting Standards Entities Without Public Accountability, this is due to lack of socialization by stakeholders that impact SMEs have not fully comprehend and understand the Financial Accounting Standards Entities Without Public Accountability on its financial statements.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya iklim bisnis yang semakin bebas, perusahaan dituntut untuk mempertajam strategi bisnisnya agar dapat bertahan dalam dunia persaingan yang semakin ketat. Strategi yang tepat adalah dengan menghasilkan produk yang dapat memberikan nilai tambah bagi konsumen baik dari segi manfaat maupun dari segi kualitas. Penyediaan produk yang berkualitas memang telah menjadi tuntutan bagi suatu perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan, maupun jasa agar dapat hidup dalam persaingan. Bagi perusahaan yang akan memenangkan persaingan dalam segmen pasar, maka dia harus mencapai titik kualitas dalam segala aspek. Tentunya tidak hanya memperhatikan produk yang berkualitas saja, namun harga yang lebih murah dan memiliki pelayanan yang lebih baik akan menjadi incaran para konsumen. (Supraptowo, 2007)

(15)

dan arah permintaan pasar. Mereka juga menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan dengan sektor usaha lainnya, dan mereka cukup terdiversifikasi serta memberikan kontribusi penting dalam ekspor dan perdagangan. Secara keseluruhan, sektor UKM diperkirakan menyumbang sekitar lebih dari 50% PDB (kebanyakan berada di sektor perdagangan dan pertanian) dan sekitar 10% dari ekspor. UKM penting dalam pembangunan ekonomi.

(16)

3

lain pula yang menjadikan sebuah UKM distro berkualitas baik.

Salah satu pendukung UKM dengan kualitas baik adalah bagaimana cara UKM itu menerapkan sebuah laporan keuangan. Karena laporan keuangan sangat penting dan tujuan dari adanya laporan keuangan tersebut adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi serta menunjukkan kinerja yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber- sumber daya yang dipercayakan kepadanya. (PSAK 2004)

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memang cocok untuk diterapkan pada badan usaha dengan skala besar namun tidak sesuai dengan keadaaan di badan usaha dengan skala UKM. Sehingga, sulit bagi UKM untuk mematuhi dan menerapkan SAK ETAP. Beberapa faktor penyebabnya antara lain, pengguna informasi UKM lebih berminat untuk mengetahui arus kas jangka pendek, likuiditas, kekuatan neraca, kemampuan badan usaha membayar bunga, serta tren masa lalu badan usaha dalam menghasilkan laba daripada informasi yang membantu mereka merencanakan arus kas, pendapatan, dan nilai perusahaan di masa depan.

(17)

modal dari pemegang saham, direktur, atau pemasok. Untuk itu, pemegang saham dan direktur selalu memberikan jaminan dengan aktiva pribadinya sehingga UKM dapat memperoleh pendanaan dari perbankan. Sebagai konsekuensinya, pada laporan keuangan UKM, pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa perlu diungkapkan lebih banyak. Perbedaan inilah, salah satu alasan yang mendorong diperlukannya standar akuntansi khusus untuk UKM.

Perbedaan lainnya adalah penerapan dasar pertimbangan biaya-manfaat (cost benefit analysis). Dalam praktiknya, biaya-manfaat pemakaian standar akuntansi berbeda antara satu entitas dengan entitas lainnya tergantung dari sifat, jumlah, dan kebutuhan informasi dari pengguna informasi laporan keuangan. Akan tetapi, biaya yang dikeluarkan untuk menyajikan informasi tersebut tidak berbeda secara signifikan. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat laporan keuangan berdasarkan PSAK umum dirasa terlalu berat bagi UKM. Untuk itu, International Accounting Standard Board (IASB) berpandangan bahwa biaya manfaat harus dinilai

sehubungan dengan jumlah dan kebutuhan informasi pengguna laporan keuangan.

(18)

5

Mei 2009, IAI secara resmi mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar ini sendiri jauh lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK umum, salah satunya adalah mengenai metode pengukuran aset. SAK ETAP hanya mewajibkan penggunaan metode biaya perolehan dan tidak menganjurkan penggunaan metode nilai wajar (PricewaterhouseCoopers, 2009).

Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), M. Jusuf Wibisana, mengungkapkan bahwa SAK ETAP akan membantu UKM dalam menyediakan pelaporan keuangan yang tetap relevan dan andal dengan tanpa terjebak dalam kerumitan standar berbasis IFRS yang akan diadopsi dalam Standar Akuntansi PSAK. SAK ETAP mulai diberlakukan pada 1 Januari 2011 namun penerapan lebih dini diperbolehkan pada 1 Januari 2010 (IAI, 2009).

(19)

bersaing dengan pasar yang lain agar perekonomian kita mampu lebih baik kedepannya. (Unhas, 14 Maret 2010)

Minimnya minat para pelaku UKM seperti distro ini dalam menerapkan SAK ETAP sebagai pedoman dalam membuat suatu laporan keuangan terbukti dari penelitian ke beberapa distro di Surabaya. Sebagai contoh Distro Glamrock yang membuat laporan keuangan tidak sesuai dengan standar akuntansi, dan mereka menganggapnya sebagai laporan keuangan. Meskipun laporan keuangan yang disusun Distro Glamrock tidak sesuai dengan standar akuntansi, namun mereka selalu memperhatikan ketelitian dan ketertiban dalam bertransaksi. Sama halnya dengan Distro Glamrock, Distro Garlick juga belum menerapkan standar akuntansi pada laporan keuangannya. Namun, Distro Garlick melakukan pembukuan dengan software dan terkomputerisasi, sedangkan sebagian UKM distro masih menggunakan nota untuk transaksinya.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, penulis akan melakukan penelitian dengan judul “PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK ( SAK ETAP) PADA USAHA KECIL MENENGAH (Studi Kasus Distro Lollypop Surabaya).”

1.2 FOKUS PENELITIAN

(20)

7

2. Penerapan SAK ETAP pada UKM.

3. Menganalisa laporan keuangan Distro Lollypop Surabaya.

1.3 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan diatas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan:

1. Bagaimana proses pencatatan transaksi yang dilakukan Distro Lollypop ?

2. Bagaimana pelaporan keuangan Distro Lollypop?

1.4 TUJ UAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses pencatatan yang dilakukan Distro Lollypop.

2. Untuk mengetahui kesesuaian antara pembukuan Distro Lollypop dengan Standar Akuntansi Keuangan ETAP.

(21)

1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi penulis : Untuk memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih mendalam mengenai laporan keuangan UKM yaitu SAK ETAP.

2. Bagi obyek yang diteliti : Dapat dijadikan sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan serta tindakan-tindakan selanjutnya sehubungan dengan adanya Laporan Keuangan UKM yaitu SAK ETAP.

(22)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 HASIL- HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitisn ini. Penulis :

1. Sartika Wulandari (2011- Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret- Solo).

“ Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi Kasus di Kampung Batik Laweyan Surakarta).”

a. Permasalahan : Apakah Usaha Mikro Kecil Menengah di Kampung batik Laweyan Surakarta sudah menerapkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) ? b. Tujuan : Mengetahui penerapan Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) pada Usaha Mikro Kecil Menengah di Kampung Batik Laweyan Surakarta. c. Kesimpulan :

(23)

buku penjualan, buku pembelian, buku piutang, buku utang, dan buku persediaan baik persediaan barang dagang maupun bahan pembuat batik.

2. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, baru tujuh UMKM yang menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan yang dilakukan UMKM tersebut hanya untuk pihak intern dan didasarkan pada kebutuhan akan laporan keuangan, bukan kewajiban yang mengikat dengan pihak ekstern yang mengharuskan UMKM melaporkan kondisi keuangannya. Jenis laporan keuangan yang disusun UMKM belum lengkap. Laporan keuangan yang disusun UMKM sudah memuat informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja keuangan. Laporan keuangan yang disusun sudah sesuai dengan kebutuhan UMKM walaupun laporan keuangan yang dibuat belum sesuai dengan format yang disyaratkan SAK ETAP.

3. Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan yang disyaratkan SAK ETAP belum semua dapat dipenuhi, hanya beberapa yang dapat dipenuhi, karakteristik tersebut antara lain: dapat dipahami, tepat waktu, dapat dibandingkan, relevan, kelengkapan dan keandalan.

(24)

11

5. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis format laporan dapat disimpulkan bahwa SAK ETAP belum diterapkan sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan UMKM di kawasan Kampung Batik Laweyan.

2. Eri Kristanto

” Penerapan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) pada UMKM Pengrajin Rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.”

a. Permasalahan : Apakah UMKM pengrajin rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gresik sudah menerapkan SAK ETAP ?

b. Tujuan :

1. Persepsi UMKM pengrajin rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo mengenai Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP). 2. Mengetahui penerapan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas

Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) pada UMKM pengrajin rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. 3. Mengetahui kendala- kendala yang dihadapi dalam Penerapan

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) pada UMKM pengrajin rotan di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.

c. Kesimpulan :

(25)

2. Dalam menyusun laporan keuangan UMKM pengrajin rotan belum sepenuhnya mematuhi dan belum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP), dalam membuat laporan keuangan ada 2 UMKM yang membuat laporan keuangan lengkap, 1 UMKM hanya membuat laporan neraca dan laporan laba/ rugi, 6 UMKM membuat laporan keuangan bisnis, dan 7 UMKM tidak melakukan pencatatan sama sekali.

3. Kendala- kendala yang dihadapi oleh UMKM dalam menyusun laporan keuangan yaitu karena kurangnya pengetahuan secara teknis dalam menyusun laporan keuangan dan menganggap kegiatan pembukuan adalah tugas bagian keuangan sehingga UMKM tidak membuat laporan keuangan.

3.Donnie Praditya Sugiarto (2010- Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya).

“ Perlakuan Akuntansi Yang Sesuai Dengan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik ( ETAP) Dalam Rangka Untuk Mendukung Kewajaran Laporan Keuangan UD. MX Surabaya.”

(26)

13

b. Tujuan : untuk meningkatkan pemahaman mengenai perlakuan akuntansi yang sesuai dengan SAK ETAP supaya dapat mendukung kewajaran laporan keuangan UD. MX di Surabaya. c. Kesimpulan :

1. Siklus akuntansi UD. MX bermula dari kesepakatan perjanjian transaksi yang kemudian dicatat pada dokumen – dokumen. Seluruh dokumen transaksi ini diotorisasi oleh bagian yang berwenang (biasanya pemilik sendiri). Pada akhir jam kerja, pemilik memindahkan pencatatan seluruh dokumen transaksi pada rekapitulasi penjualan dan rekapitulasi pengeluaran kas. Kemudian di akhir bulan, berdasarkan pada rekapitulasi penjualan dan pengeluaran kas yang ada, pemilik membuat laporan laba rugi bulanan untuk mengetahui kinerja keuangan bulanan. Selanjutnya, pada akhir tahun, pemilik merekap seluruh laporan laba rugi bulanan menjadi laporan laba rugi tahun berjalan.

(27)

pendapatan UD. MX yang tidak mengakui piutang usaha sebagai pendapatan usaha. Keempat, UD. MX hanya menyusun laporan rugi saja dan tidak membuat neraca, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.

3. SAK ETAP justru mewajibkan pengakuan sediaan sebagai beban pada saat dijual untuk menampilkan akun beban pokok penjualan. SAK ETAP juga mewajibkan adanya penyusutan supaya nilai buku aset UD. MX selalu mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. Pendapatan sewa juga diwajibkan untuk diakui sepanjang masa sewa dan piutang usaha harus diakui sebagai pendapatan supaya perlakuan akuntansi keduanya tidak melanggar prinsip matching. Dan terakhir, SAK ETAP mewajibkan penyusunan neraca supaya pengguna laporan keuangan dapat mengetahui posisi keuangan UD. MX, dan penyusunan catatan atas laporan keuangan supaya pengguna laporan keuangan dapat mengetahui dasar pengambilan kebijakan akuntansi UD. MX.

4. Hermawan ( 2012- Fakultas Ekonomi UPN Vetaran Jatim).

“ Pemahaman Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik pada laporan keuangan Usaha Kecil Menengah Pulp dan Kertas di Surabaya.”

(28)

15

b. Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pemahaman Usaha Kecil dan Menengah Pulp dan Kertas di Surabaya tentang Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik pada laporan keuangan.

c. Kesimpulan :

1. Usaha Kecil Menengah Pulp dan Kertas yang memiliki izin usaha resmi dan terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang berada di Surabaya selatan telah memahami dan melakukan pencatatan akuntansi dan menyusunnya menjadi laporan keuangan yang dapat dibuat secara rutin dan memenuhi syarat kualitatif laporan keuangan.

2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik yang merupakan Standar Akuntansi Keuangan yang diperuntukkan pada Usaha Kecil Menengah ternyata belum mampu untuk dipahami dan diterapkan dengan baik oleh Usaha Kecil Menengah. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik mampu diterapkan pada usaha yang sudah dalam bentuk badan usaha yang relative besar seperti Persekutuan Komanditer (CV) sementara Usaha Kecil Menengah dalam bentuk Perorangan belum mampu memahami dan menerapkan pada laporan keuangannya.

(29)

2.2.1 KONSEP USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

2.2.1.1 Definisi Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Berdasarkan pada Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 1 ayat 2 (2008:2), usaha kecil didefinisikan sebagai berikut: “Usaha kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam UU ini.”

Sedangkan menurut Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 pasal 1 ayat 3 (2008:2), usaha menengah didefinisikan sebagai berikut: “Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UU ini”

2.2.1.2 Kriter ia Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

(30)

17

“a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).”

Kriteria suatu badan usaha dapat disebut sebagai usaha menengah berdasar Undang – Undang No. 20 Tahun 2008 pasal 6 ayat 3 (2008:6), berdasar adalah sebagai berikut:

“a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).”

2.2.2 PENTINGNYA PENCATATAN AKUNTANSI BAGI UKM

(31)

Pemanfaatan dari sistem akuntansi yang baik, juga memungkinkan disusunnya laporan keuangan dan analisis rasio sebagai dasar bagi manajemen dan pemilik UKM untuk menilai kemampulabaan, likuiditas, solvabilitas, serta berbagai ukuran lain bagi kepentingan pengambilan keputusan manajerial dan strategis lainnya. Dar madji (2007:200) menambahkan bahwa, penyusunan sistem akuntansi pada UKM harus tetap berupaya untuk mencapai pengendalian internal yang baik, dimana tujuan dari pengendalian internal adalah untuk mengamankan seluruh aktiva atau harta kekayaan dari badan usaha, meningkatkan keakuratan pencatatan dan informasi akuntansi, mendorong kegiatan operasional badan usaha yang berdasar pada efektivitas dan efisiensi, serta dipatuhinya segala kebijakan dari pemilik dan manajer UKM oleh seluruh karyawannya.

2.2.3 LAPORAN KEUANGAN

2.2.3.1 Definisi Laporan Keuangan

Menurut Sulistiawan dan Feliana (2006: 34), laporan keuangan merupakan produk akhir akuntansi, dimana melalui laporan ini pengguna bisa melihat rekapitulasi transaksi atau kejadian ekonomis selama satu periode yang memberikan informasi tentang badan usaha untuk pengambilan keputusan.

(32)

19

2.2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan menurut Kasmir (2008:10) yaitu “Laporan Keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun periode tertentu. Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan”.

2.2.3.3 Tujuan Laporan Keuangan Menur ut SAK ETAP (2009: 2):

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu badan usaha yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu.”

2.2.3.4 Kualitatif Infor masi Dalam Laporan Keuangan

1. Dapat dipahami.

Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 2. Relevan.

(33)

memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu.

3. Keandalan.

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Untuk dapat diandalkan, informasi akuntansi juga memiliki karakteristik sebagai berikut : penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat dan kelengkapan.

4. Dapat dibandingkan.

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. 2.2.3.5J enis Laporan Keuangan

(34)

21

laporan tentang neraca, laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, dan laporan arus kas.

1. Laporan Neraca

Neraca (Balance sheet) merupakan laporan yang menjelaskan tentang posisi keuangan, melaporkan aktiva, kewajiban, ekuitas pemegang saham perusahaan bisnis pada suatu tanggal tertentu. Neraca dapat membantu meramalkan jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas di masa depan.

Neraca merupakan dasar untuk menghitung tingkat pengembalian dan mengevaluasi struktur modal perusahaan.Neraca dapat dimanfaatkan untuk menganalisis likuiditas, solvensi, dan fleksibilitas perusahaan. Likuiditas merupakan jumlah waktu yang diperkirakan akan dibutuhkan sampai waktu aktiva terealisasi atau sebaliknya dikonversi menjadi kas atau kewajibannya dibayar. Solvensi merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang – hutang pada saat jatuh tempo.Fleksibilitas keuangan merupakan kemampuan perusahaan dalam mengambil tindakan efektif guna mengubah jumlah dan waktu arus kas sehingga bereaksi terhadap kebutuhan dan peluang yang tidak terduga (Kieso, et.al, 2002:217). Namun demikian neraca juga mempunyai keterbatasan diantaranya :

1. Sebagian besar aktiva dan kewajiban dicatat pada biaya historis.

2. Pertimbangan dan estimasi harus digunakan untuk menentukan berbagai pos yang dilaporkan dalam neraca.

(35)

Menurut PSAK No.1 (2007:1.9), neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca minimal haruslah mencakup pos pos sebagai berikut :

1. Aktiva berwujud 2. Aktiva tidak berwujud 3. Aktiva keuangan

4. Investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas 5. Persediaan

6. Piutang usaha dan piutang lain – lain 7. Kas dan setara kas

8. Utang usaha dan utang lain – lain 9. Kewajiban yang diestimasi

10.Kewajiban berbunga jangka panjang 11.Hak minoritas

12.Modal saham dan pos – pos ekuitas lain 2.Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu. Laporan laba rugi membantu pemakai informasi laporan keuangan memprediksikan arus kas masa depan dengan berbagai cara (Kieso,et.al, 2002:150). Informasi dalam laporan keuangan digunakan untuk :

1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan.

(36)

23

3. Membantu menilai resiko atau ketidak pastian pencapaian arus kas pada masa depan.

Menurut Kieso (2002:151), laporan laba rugi mempunyai beberapa keterbatasan diantaranya adalah :

1. Pos – pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam laporan keuangan laba rugi.

2. Angka – angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan.

3. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan.

Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Menurut PSAK No.1 (2007:1.10), laporan laba rugi haruslah mencakup pos – pos sebagai berikut :

1. Pendapatan 2. Laba rugi 3. Beban pinjaman

4. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas

5. Beban pajak

6. Laba atau rugi dari aktifitas normal perusahaan 7. Hak minoritas

8. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan 3.Laporan Ekuitas Pemilik

(37)

jumlah kas yang digunakan untuk membayar dividen atau membeli saham.

Menurut PSAK No.1 (2004:1.17), perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan yang diantaranya menunjukkan:

1. Laba atau rugi bersih dalam periode yang bersangkutan.

2. Setiap pos pendapatan dan beban keuntungan atau rugi beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas.

3. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.

4. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. 5. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta

perubahannya. 4.Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar terinci mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar dan penggunaan kas kas selama satu periode.

Tujuan utama dari arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama satu periode. Menurut Kieso (2002:237), laporan arus kas mencakup:

(38)

25

3. Transaksi pembiayaan, dan

4. Kenaikan atau penurunan bersih kas selama satu periode

Menurut PSAK No. 2 (2007:21), kegunaan informasi arus kas adalah memberikan informasi untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dengan membandingkan nilai sekarang dengan arus kas pada masa depan ( future cash flow) dari berbagai perusahaan. Informasi arus kas meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akutansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

(39)

2.2.4 SAK ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (ETAP)

Menurut SAK ETAP (2009:1), Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Namun, entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP.

Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang memiliki karakteristik berikut ini; a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan, dan b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Sedangkan entitas dianggap memiliki akuntabilitas publik signifikan apabila memenuhi karakteristik berikut ini :

A. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal.

(40)

27

Standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik secara kasat mata dapat dilihat perbedaannya dari ketebalan buku atau jumlah halaman yang lebih sedikit dibandingkan dengan SAK umum ini dikarenakan SAK ETAP lebih ringkas penjelasannya dibanding dengan SAK umum.Isi dari SAK ETAP juga mempunyai perbedaan dengan SAK umum terutama pada 11 diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Penyajian laporan keuangan 2. Asset tetap dan property investasi 3. Asset tidak berwujud

4. Instrument keuangan 5. Persediaan

6. Penurunan nilai asset

7. Laporan keuangan konsolidasi

8. Sewa

9. Biaya pinjaman 10. Imbalan kerja 11. Pajak penghasilan

2.2.4.1 Penyajian Lapor an Keuangan (SAK ETAP. 2009:14) A. Penyajian Wajar

(41)

B. Kepatuhan Terhadap SAK ETAP

Entitas yang laporan keuangannya mematuhu SAK ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh ( explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas

laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua pernyataan dalam SAK ETAP.

2.2.4.2 Aset Tetap (SAK ETAP. 2009:68)

Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

Aset tetap tidak termasuk hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya minyak, gas alam dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui lainnya.

2.2.4.3 Properti Investasi (SAK ETAP. 2009:66)

(42)

29

2.2.4.4 Aset Tidak Berwujud ( SAK ETAP. 2009:76)

Aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat didefinisikan dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset dapat diidentifikasi jika:

a. Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari entitas dan dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama; atau

b. muncul dari pihak kontraktual atau hak hukumnya lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lainnya.

2.2.4.5 Persediaan ( SAK ETAP. 2009: 52 )

Persediaan adalah aset untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi untuk kemudian dijual, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

2.2.4.6 Penur unan Nilai Aset ( SAK ETAP. 2009: 124)

(43)

dalam akuntansi untuk penurunan nilai semua aset, kecuali aset yang muncul dari imbalan kerja.

• Pengungkapan

Entitas harus mengungkapkan untuk masing- masing kelompok aset, sebagai berikut:

a. Jumlah kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode dan pos dalam laporan laba rugi dimana kerugian penurunan nilai tersebut termasuk di dalamnya.

b. Jumlah dari pemulihan kerugian penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi selama periode dan pos dalam laporan laba rugi dimana kerugian penurunan nilai tersebut dipulihkan.

2.2.4.7 Sewa ( SAK ETAP. 2009: 83)

• Klasifikasi Sewa

(44)

31

Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika memenuhi salah satu hal berikut:

a. Sewa mengalihkan aset kepada lessee pada akhir masa sewa

b. Lessee mempunyau opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan

c. Masa sewa adalah untuk sebgaian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan yaitu masa sewa sama atau lebih dari 75% umur ekonomis aset sewaan

d. Pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati nilai wajar aset sewaan yaitu pembayaran sewa minimum sama atau lebih dari 90% nilai wajar aset sewaan e. Aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat

menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material.

2.2.4.8 Biaya Pinjaman ( SAK ETAP. 2009: 123)

Biaya pinjaman adalah bunga atau pinjaman lainnya yang timbul dari kewajiban keuangan suatu entitas. Biaya pinjaaman mencakup:

a. Bunga untuk cerukan bank dan pinjaaman jangka pendek dan jangka panjang

(45)

c. Amortisasi biaya tambahan yang timbul sehubungan dengan proses perjnjian peminjaman

d. Beban pembiayaan sesuai dengan sewa pembiayaan yang diakui

e. Perbedaan nilai tukar yang timbul dari pinjaman dalam mata uang asing dimana perbedaan ini dianggap sebagai penyesuaian terhadap biaya bunga

2.2.4.9 Imbalan Kerja ( SAK ETAP. 2009: 131)

Imbalan kerja adalah semua bentuk imbalan yang diberikan oleh entitas sebagai pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja, termasuk direktur dan manajemen.

2.2.4.10 Pajak Penghasilan ( SAK ETAP. 2009: 147)

Pajak penghasilan termasuk seluruh pajak domestik dan luar negeri sebagai dasar penghasilan kena pajak. Pajak penghasilan juga termasuk pajak, misalnya pemungutan dan pemotongan pajak, yang terutang oleh entitas anak, entitas asosiasi atau joint venture atas distribusi ke entitas pelapor.

2.2.4.11Laporan Laba Rugi (SAK ETAP. 2009: 23 – 27)

(46)

33

kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh menyajikan pos pendapatan dan beban sebagai pos luar biasa, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos berikut ini:

1. Pendapatan 2. Beban keuangan

3. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas.

4. Beban pajak

5. Laba atau rugi neto. A. Analisis Beban

Entitas menyajikan suatu analisis beban dalam suatu klasifikasi berdasarkan sifat atau fungsi beban dalam entitas, mana yang memberikan informasi yang lebih andal dan relevan.

1. Analisis menggunakan sifat beban. Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi berdasarkan sifatnya (contoh: penyusutan, pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan imbalan kerja) serta tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam entitas.

(47)

Sekurang – kurangnya, entitas harus mengungkapkan biaya penjualannya sesuai metode ini terpisah dari beban lainnya.

B. Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba

SAK ETAP mengijinkan entitas untuk menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba menggantikan laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas jika perubahan pada ekuitas hanya berasal dari laba atau rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi.

Entitas menyajikan di laporan laba rugi dan saldo laba, pos – pos berikut sebagai tambahan atas informasi yang disyaratkan dalam bagian sebelumnya di poin A di atas :

1. Saldo laba pada awal periode pelaporan.

2. Dividen yang diumumkan dan dibayarkan atau terutang selama periode.

3. Penyajian kembali saldo laba setelah koreksi kesalahan periode lalu.

4. Penyajian kembali saldo laba setelah perubahan kebijakan akuntansi.

(48)

35

2.2.4.12 Perubahan Kebijakan Akuntansi (SAK ETAP. 2009: 23 – 27)

Entitas harus mengubah kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut disyaratkan berubah sesuai SAK ETAP atau akan menghasilkan laporan keuangan yang menyediakan informasi yang andal dan lebih relevan mengenai pengaruh transaksi, peristiwa, atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas. Jika SAK ETAP mengijinkan pemilihan perlakuan akuntansi (termasuk dasar pengukuran) untuk transaksi tertentu, maka hal tersebut adalah perubahan kebijakan akuntansi.

2.2.4.13 Ketentuan Transisi (SAK ETAP. 2009: 164)

Entitas menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak praktis, maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara prospektif. Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah menyusun laporan keuangan, maka:

a. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan dalam SAK ETAP.

b. Tidak mengakui pos – pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak mengijinkan pengakuan tersebut.

(49)

d. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban yang diakui.

2.2.4.14 Kebutuhan Standar Akuntansi Keuangan Bagi Usaha Kecil Menengah

Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan (Kamus Bahasa Indonesia, 2002:83). Standar akuntansi keuangan merupakan aturan dalam penyusunan, pengakuan, dan pencatatan suatu transaksi dalam pembuatan laporan keuangan. Jadi, kebutuhan akan Standar Akuntansi Keuangan bagi Usaha Kecil Menengah adalah sesuatu yang diperlukan dalam penerapan aturan yang harus diterapkan dalam penyusunan, pengakuan, dan pencatatan suatu transaksi agar tidak melenceng dari aturan yang diterapkan dan mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan bagi usaha kecil menengah (UKM).

2.2.4.15 Kebutuhan SAK ETAP bagi Laporan Keuangan Usaha Kecil Menengah

(50)

37

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 J ENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui proses pencatatan keuangan dan bentuk pelaporan keuangan. Dengan pendekatan ini, peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol objek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek penelitian yang bersifat interaktif untuk memahami realitas objek.

Menurut Herdiansyah (2010:9), dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak hanya berfungsi sebagai peneliti semata yang hanya menyebarkan kuisioner tanpa adanya hubungan yang baik dengan subjek penelitian dan lingkungan sosialnya.

(52)

40

Strauss dan Corbin mengungkapkan bahwa qualitative research

adalah “penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya”.

Berikut ini merupakan pandangan menurut pandangan Poerwandari (2007) yang mengacu pada pandangan Patton (1990) tentang ciri-ciri penelitian kualitatf (Herdiansyah, 2010:13) :

1. Studi dalam situasi alamiah (naturalistic inquiry)

Desain penelitian kualitatif bersifat alamiah, dalam arti peneliti tidak berusaha untuk memanipulasi latar penelitian, melainkan melakukan studi terhadap suatu fenomena dalam situasi dengan fenomena tersebut ada. Fokus penelitian dapat berupa orang, kelompok, program, pola hubungan ataupun interaksi dan semuanya dilihat dalam konteks alamiah (apa adanya).

2. Analisis induktif

(53)

Analisis induktif dimulai dengan observasi khusus yang akan memunculkan tema-tema, kategori-kategori, pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut.

3. Kontak personal langsung peneliti di lapangan

Kegiatan lapangan merupakan aktivitas sentral dari sebagian besar penelitian kualitatif. Mengunjungi lapangan berarti mengembangkan hubungan personal langsung dengan orang-orang yang diteliti. Penelitian menekankan pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian agar peneliti memperoleh pemahaman yang jelas tentang realitas dan kondisi nyata kehidupan sehari-hari.

4. Perspektif holistik

Pendekatan holistik mengasumsikan bahwa keseluruhan fenomena perlu dimengerti sebagai suatu sistem yang kompleks. Dan bahwa yang menyeluruh tersebut lebih besar dan lebih bermakna daripada penjumlahan bagian-bagian.

5. Perspektif dinamis, perspektif “perkembangan”

(54)

42

berubah dalam perkembangan kondisi dan waktu. Minat peneliti kualitatif adalah mendeskripsikan dan memahami proses dinamis yang terjadi berkenaan dengan gejala yang diteliti.

6. Orientasi pada kasus unik

Kasus dipilih sesuai dengan minat dan tujuan khusus yang diuraikan dalam tujuan penelitian. Studi kasus saat bermanfaat ketika peneliti merasa perlu memahami suatu kasus spesifik, orang-orang tertentu, kelompok dengan karakteristik tertentu ataupun situasi unik secara mendalam.

7. Netralitas empatik

Peneliti kualitatif menganggap bahwa objektivitas murni tidak pernah ada. Pilihan untuk meneliti topik tertentu pun sudah diwarnai objektivitas, sementara rancangan dan instrumen penelitian adalah produk manusia dan karenanya selalu mungkin mengandung bias.

8. Fleksibilitas rancangan

(55)

9. Peneliti sebagai instrumen kunci

Peneliti berperan besar dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendekati topik tersebut, mengumpulkan data, hingga menganalisis dan menginterprestasikannya.

Dalam penelitian ini yang diamati adalah segala proses pencatatan dan bentuk laporan keuangan UKM yang diteliti yaitu di Distro Lollypop Surabaya.

Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini bukan karena metode ini baru, tetapi permasalahan akan lebih tepat diperoleh datanya dengan metode kualitatif.

3.1.1 ALASAN KETERTARIKAN PENELITI (ACKNOWLEDGE)

(56)

44

pelaku UKM menerapkan standar ini untuk proses pembuatan laporan keuangannya.

Namun, saat ini minat pelaku UKM untuk mematuhi dan menerapkan SAK ETAP masih minim. Padahal untuk mampu mengembangkan usahanya diperlukan kapasitas baik itu dilihat dari segi manajemennya, keuangannya, dan profesionalitasnya. UKM harus mampu bersaing agar perekonimian kita lebih baik kedepannya.

3.2 INFORMAN

(57)

3.3 LOKASI PENELITIAN

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah di Distro Lollypop yang berada di Jl. Airlangga 35 Surabaya. Lokasi ini digunakan untuk tempat memasarkan produk Lollypop.

Lokasi kedua di tempat produksi yang berada di Surabaya juga. Di lokasi ini hanya untuk mengetahui proses produksinya saja.

3.4 SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah :

1. Sumber data utama (primer)

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu metode survei dan metode observasi (http://nagabiru86.wordpress.com/).

2. Sumber data kedua (sekunder)

(58)

46

atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. (http://nagabiru86.wordpress.com/).

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga proses kegiatan, antara lain:

1. Proses memasuki lokasi (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subjek penelitian serta mencari relasi awal. Sedangkan dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin interaksi dengan informan.

2. Ketika berada di lokasi penelitian (Getting Along)

(59)

3. Pengumpulan Data (Logging The Data)

Ada tiga teknik yang akan dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu :

a. Wawancara Mendalam

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis wawancara semistruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya (Sugiono, 2008:73 dalam tesis Angi, 2009:44). Agar hasil wawancara dapat berhasil dengan baik dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan, maka peneliti memerlukan bantuan alat sebagai berikut :

1. Buku catatan

Buku catatan yang dibuat oleh peneliti terdiri atas catatan lapangan peneliti dengan informan yang berisi ungkapan perasaan peneliti ketika berada di lapangan.

2. Kamera

(60)

48

informasi/sumber data. Dengan adanya kamera, maka penelitian akan benar-benar terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

3. Alat perekam

Alat perekam digunakan untuk merekam hasil wawancara peneliti dengan informan, untuk membantu peneliti mengingat wawancara yang telah berlangsung.

b. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber pada arsip dan dokumen-dokumen.

c. Observasi

Observasi dilakukan peneliti dengan cara mengamati berbagai kegiatan dan program yang dilakukan oleh perusahaan.

(61)

3.5 TEKNIK ANALISIS

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman (1992:16, dalam edukasi.kompasiana.com).

Menurut Miles dan Huberman, bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian yang baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang mudah diraih.

(62)

50

Penarikan kesimpulan menurut Miles dan Huberman hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan. Singkatnya makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya.

3.6PENGUJ IAN KREDIBILITAS DATA

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara (Sugiyono, 2005, dalam nahulinguistik.wordpress.com/2009) :

1. Perpanjangan pengamatan

(63)

mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang telah diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain tidak benar, peneliti melakukan pengamatan lagi secara lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Lamanya perpanjangan pengamatan ini dilakukan sangat bergantung kepada kedalaman, keluasan, dan kepastian data.

2. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut, kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan ibarat mengecek soal-soal atau makalah yang dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Selain itu, peneliti juga dapat mendeskripsi data secara akurat dan sistemati

3. Triangulasi

(64)

52

cara dan berbagai waktu. Dengan demikian, triangulasi terdiri atas triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang diperoleh dari beberapa sumber tersebut dideskripsikan, dikategorikan, dan akhirnya diminta kesepakatan (member check) untuk mendapatkan kesimpulan.

(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

4.1.1. PENDAHULUAN

Penelitian ini disusun dengan mengambil objek penelitian pada usaha kecil menengah yang bergerak di bidang garmen. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi data yang lebih lengkap, lebih kredibel, lebih mendalam dan bermakna sehingga peneliti merasa bahwa tujuan penelitian telah dicapai. Dengan membahas masalah mengenai proses pencatatan laporan keuangan yang dilakukan di usaha ini dengan memfokuskan pada Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik, peneliti dapat mengkaji lebih dalam.

Usaha yang menjadi lokus penelitian ini adalah Distro Lollypop yang bergerak dibidang garmen yang berlokasi di Jl. Airlangga 35 Surabaya. Bapak Arief Saiful Effendi adalah pemilik usaha ini beserta istrinya Ibu Diana yang selaku Store Manajer di Distro ini.

(66)

56

mampu menghadapi globalisasi dan karena ini juga salah satu dari hobi pemilik.

4.1.2. USAHA KECIL MENENGAH DISTRO LOLLYPOP

Awal mula bisnis ini berdiri pada tahun 2004. Pada saat itu mereka belum mempunyai toko sendiri untuk memasarkan produk mereka. Mereka menggunakan sistem konsinyasi yaitu dengan memberikan persentasi keuntungan untuk toko yang ikut memasarkan produk Lollypop itu sendiri. Barulah pada tahun 2005 pemilik mendirikan sendiri toko untuk memasarkan produk dan mengembangkan usahanya agar lebih dikenal masyarakat dan menghasilkan keuntungan lebih. Lokasi pemasaran pertama kali berdiri adalah di Jl. Ngagel Jaya Selatan Surabaya, dengan berjalannya waktu Lollypop pindah lokasi yang sampai sekarang masih tetap menjadi tempat memasarkan. Lokasi tersebut terletak di Jl. Airlangga 35 Surabaya dan tempat untuk produksi juga di Surabaya. Lokasi yang dijadikan tempat untuk memasarkan produk ini cukup strategis karena berada di depan kampus ternama di Surabaya dan lokasi ini termasuk mudah untuk dijangkau oleh masyarakat. Usaha ini adalah usaha dimana mereka memulai semuanya dari nol dan berkat kegigihan dan ketekunan pemilik usaha ini masih beroperasi sampai sekarang. Berikut paparan dari Ibu Diana selaku istri pemilik yang juga selaku Store Manajer:

“Awal mula usaha ini tahun 2004 waktu itu saya belum punya toko ini

(67)

sedang digandrungi remaja- remaja Surabaya. Waktu itu saya pakai sistem

konsinyasi. Nah, 2005 baru saya punya toko sendiri dengan menjual produk

saya sendiri, yah Lollypop ini. Saya buka toko ini juga pake nama Lollypop”

(Informan Ibu Diana)

“Usaha ini memang benar- benar saya mulai dari nol. Berangkat dari

hobbi yang suka banget fashion akhirnya saya nyoba bikin brand sendiri. Yah

alhamdulillah komentar masyarakat positif banget sama produk saya. Dan

sampai sekarang usaha saya ini berjalan dengan baik serta bisa memuaskan

pelanggan saya.”

(Informan Ibu Diana)

Alasan pemilik mendirikan usaha garmen ini karena yang pertama, dengan berwirausaha maka pemilik tidak ditentukannya waktu yang mengatur sehingga membuat pemilik tidak bisa nyaman atau bebas dalam melakukan sesuatu, banyak peluang, keuntungannya tanpa batas, mampu menghadapi globalisasi dan karena ini juga salah satu dari hobi pemilik.

“Saya dulu seorang karyawan sebuah perusahaan swasta. Saya

punya usaha itu saya pikir Cuma buat sampingan. Tapi setelah lama saya

menggeluti usaha ini, saya memang harus memilih antara kerja kantoran

yang gitu-gitu ajah tidak ada perkembangan atau saya berwirausaha karena

usaha saya ini membuahkan hasil yang baik. Dan akhirnya saya berhenti

(68)

58

(Informan Ibu Diana)

Analisis di dalam website mengatakan ada beberapa keuntungan yang patut diperhatikan dari membangun ini, yaitu:

Hanya bermodal kreativitas dan tekun pantang menyerah, seseorang bisa saja membangun usaha di rumahnya sendiri. Biasanya melihat yang sudah berkembang, usaha seperti itu memang terkesan dipandang sebelah mata karena tidak terkenal.

Pada faktanya, banyak sekali ukm yang ada di Indonesia ini yang tetap survive dan kemudian diakui banyak pihak sehingga dari sisi permodalan biasanya akan mendapatkan bantuan. Sementara itu, pemasarannya sendiri akan banyak diterima berbagai kalangan.

Membangun UKM memang tidak mudah karena bisa jadi semuanya akan dimulai dari angka nol. Kerja keras, sabar, pantang menyerah, dan ketekunanlah kunci utamanya. Jika sudah pada tahap aman, pelaku UKM kerap kali mengakui bahwa banyak sekali keuntungan mengelolah usaha sendiri.

Memang hasil yang biasa didapat tidaklah tetap seperti halnya menjadi karyawan pada sebuah perusahaan. Namun, sepanjang tetap mengolahnya dan berusaha maka hasil yang akan dinikmati juga akan signifikan.

(69)

4.1.3. PRODUK USAHA

Dalam penelitian ini produk yang dipilih oleh pemilik adalah berbagai macam pakaian seperti kemeja, jaket, celana, kaos. Tetapi pemilik terfokus pada produksi kemeja karena itu memang ciri khas dari Distro ini dan merupaka produk andalan. Selain itu pembuatan kemeja dirasa lebih mudah dibandingkan dengan produk lain. Berikut paparan dari Ibu Diana:

“Produk saya ada kemeja, jaket, celana. Tetapi di sini banyak banget

kemeja karena emang produk Lollypop ini sudah dikenal masyarakat jualan

kemeja. Sebenarnya memang paling mudah pembuatan kemeja karena kalau

kemeja kita gak pusing masalah design. Cukup dengan mengandalkan motif

dan bahan yang nyaman saja.

(Informan Ibu Diana)

Ide dari usaha ini dimulai dari pemilik usaha yang memang suka terhadap fashion, menghargai fashion dan merealisasikannya dengan mendirikan brand dan memproduksi beraneka pakaian untuk memuaskan para pelanggan.

"Idenya yah pengen ajah memproduksi pakaian karena memang saya suka fashion, saya menghargai dan akhirnya saya merealisasikannya dengan

saya membuat brand sendiri.

(70)

60

4.1.4. BAHAN BAKU USAHA

Bahan baku yang dibutuhkan untuk usaha ini berupa kain berbagai macam motif dan kualitas bahan yang baik, benang, jarum, kancing dan logo dari Lollypop itu sendiri berupa emblem. Berikut paparan Ibu Diana:

"Bahan bakunya buat kemeja ya bahan kain motif ajah yang

kualitasnya bagus, benang, jarum, kancing, dan logo Lollypop berupa

emblem.

(Informan Ibu Diana) 4.1.5. PROSES PRODUKSI

Proses produksi yang dilakukan akan mempengaruhi keadaan produk yang dihasilkan karena produksi merupakan suatu kegiatan, metode atau teknik yang dilakukan untuk menciptakan atau menambah kegunanaan suatu barang/jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Berikut paparan dari Bapak Suhan selaku karyawan divisi produksi:

"Prosesnya untuk tahap pertama dilakukan pembentukan pola untuk

kemeja yang bahan dasarnya kain yang berkualitas. Setelah itu yah tinggal

dijahit ajah sesuai pola kemeja. Dan jangan lupa dipasang emblem logo

Lollypop sendiri. Setelah itu baru finishingnya dan di cek biar barang gak

ada yang cacat."

(71)

4.1.6. PEMASARAN

Pangsa pasar dalam usaha ini ditujukan untuk semua orang karena semua orang bisa memakai produk ini karena konsepnya memang tidak terfokus pada satu kalangan. Semua kalangan bisa memakai produk ini. Berikut paparan dari Ibu Diana:

"Konsumen saya ya semua orang yang mau menggunakan produk

saya ini, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa bisa menggunakan

produk saya ini kok."

(Informan Ibu Diana) 4.1.7. KARYAWAN

Setiap karyawan mempunyai tugas menurut divisi masing- masing. Divisi produksi memang hanya mengerjakan produksi dari awal sampai produk jadi. Pengerjaan produksi tersebut sangat dipantau oleh pemilik yaitu Bapak Saiful. Sedangkan karyawan divisi pemasaran bertugas mengontrol persediaan barang, membuat rekapitulasi penjualan, dan memasarkan produk kepada pelanggan dengan baik. Berikut paparan dari Ibu Diana:

"Ada 2 karyawan yang bekerja di divisi produksi. Tugasnya yah

memproduksi bahan baku itu sampai menjadi barang jadi siap pakai.

Pengerjaan produksi itu sangat dipantau sama suami saya, karena suami

saya menang memantau terus proses produksi guna untuk menghasilkan

produk terbaik. Untuk divisi pemasaran di sini ada 8 karyawan, gantian shift

(72)

62

yah jualan yang baik, sopan dan ramah sama pelanggan, selalu ngontrol

persediaan barang digudang dan display, ngrekap penjualan juga."

(Informan Ibu Diana) Pelatihan terhadap karyawan sangat perlu karena di samping mendapatkan hasil yang maksimal karyawan juga dapat melakukan pekerjaannya dengan benar. Berikut paparan dari Ibu Diana:

"ya tentu saja kalo tidak melakukan pelatihan tentu mereka tidak bisa

mengerti cara kerja di toko saya ini. Makanya pelatihan di sini perlu supaya

nantinya karyawan saya mampu untuk bekerja dengan baik agar bisa

mendapatkan hasil yang maksimal dan juga menguntungkan usaha saya."

(Informan Ibu Diana) Sistem gaji yang dilakukan disini untuk divisi produksi menggunakan sistem borongan. Semakin banyak produksi yang dihasilkan semakin besar gaji yang diperoleh. Sedangkan untuk divisi pemasaran sistem penggajian diakumulasikan dari absensi, yaitu berapa banyak shift mereka bekerja. Berikut paparan dari Ibu Diana:

"kalau untuk produksi gajinya borongan, kalau produksi banyak yah

upah yang diterima juga banyak. Untuk yang bagian pemasaran dihitung

berdasarkan absensi yaitu berdasarkan shift masing- masing. Per- shift 6 jam

itu gajinya Rp 25.000,- , memang segitu untuk ukuran penjaga toko.

(73)

4.1.8. INDUSTRI UKM DI INDONESIA

Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang peranan usaha kecil menengah (UKM). Beberapa kesimpulan, setidak-tidaknya hipotesis telah ditarik

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan individu merupakan kegiatan dari masing-masing anggota unit XII B 1 yang sesuai dengan program studi dari masing-masing mahasiswa. Kegiatan individu terdiri dari 4

Pengaruh pembelajaran Project Based Learning menggunakan Mind map, pembelajaran Project Based Learning menggunakan Concept map, dan pembelajaran konvensional

Laporan akhir ini berjudul Perencanaan Pembuatan Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort Pada Tebing Sungai Lematang.. Salah satu tujuan dari pembuatan laporan ini adalah

Suandy (2009: 132) salah satu cara dalam meminimalkan pajak terutang yang dilakukan dalam tax planning adalah dengan memaksimalkan biaya fiskal. Biaya fiskal

AKHORIN NUR AWALIYAH, NIM : 1011109040, Skripsi: Analisis unsur intrinsik novel “Cinta Putih di Bumi Papua” karya Dzikry el Han , Program Studi Pendidikan Bahasa dan

perintahnya adalah “ select * from teman;” (semua field diwakili dengan tanda *) • Jika ingin menampilkan data noid dan nama saja pada tabel teman, maka. perintahnya adalah

Saya (Driver) sudah menikah dan memiliki tanggung jawab yang besar didalam keluarga saya, biasanya saya memanfaatkan izin untuk pulang awal saat bertugas karena harus menjaga

Desa Nglegi Kecamatan Patuk adalah salah satu wilayah yang memiliki permasalahan perekonomian dan dibutuhkan pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan