ABSTRAK
EFEK EKSTRAK ETANOL RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT SWISS-WEBSTER
JANTAN DENGAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL
Akiris, 2014 Pembimbing 1 : Endang Evacuasiany, Dra., MS. AFK. Apt Pembimbing 2: Pinandojo Djojosoewarno., dr, Drs., AIF. Rambut jagung dilaporkan sebagai agen antidiabetik di China. Di Sudan banyak tanaman termasuk rambut jagung digunakan untuk terapi dan pengontrol gula darah. Rambut jagung memiliki kemampuan untuk mengurangi hiperglikemia dan dapat digunakan sebagai hypoglicemic food untuk orang dengan diabetes.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak rambut jagung terhadap penurunan gula darah dalam tubuh yang dibebani glukosa hingga tercapai keadaan hiperglikemik tanpa merusak sel sel pankreas.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang diukur adalah penurunan gula darah selama percobaan. Populasi mencit Swiss Webster jantan adalah 25 ekor mencit dengan menggunakan 3 macam dosis Ekstrak Rambut Jagung (ERJ) dan dilakukan uji hiperglikemik dengan cara Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Analisis statistik dengan oneway ANOVA, dilanjutkan dengan uji LSD ɑ = 0,05.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara kontrol negatif yang diberikan CMC 0,5%, kontrol positif yang diberikan glibenklamid, ERJ 1, ERJ 2, dan ERJ 3 dengan hasil signifikansi p >0,05 yang dianalisis menggunakan oneway ANOVA. Sehingga dapat disimpukan ERJ pada semua dosis dalam penelitian tidak menurunkan glukosa darah pada mencit Swiss-Webster jantan. Dalam analisis menggunakan MANOVA didapatkan p<0,05, dari hasil ini didapatkan terdapat perbedaan signifikan dalam satu kelompok perlakuan dan satu kurun waktu tertentu.
Simpulan penelitian bahwa ekstrak rambut jagung (Zae mays L.) tidak menurunkan kadar gula darah pada mencit Swiiss-Webster jantan dan potensinya tidak sebanding dengan glibenklamid.
ABSTRACT
EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF CORNSILK (Zea mays L.) TOWARDS BLOOD GLUCOSE LEVEL ON SWISS WEBSTER MALE MICE
WITH ORAL GLUCOSE TOLERANCE TEST
Damar, 2014 1st Advisor : Endang Evacuasiany, Dra., MS. AFK. Apt 2nd Advisor : Pinandojo Djojosoewarno, dr, Drs., AIF.
Corn silk reported as antidiabetic agent in China. In Sudan a lot of plants including corn silk used for therapy and controlling blood sugar. It’s able to reduce hyperglicemic and can be used as hipoglicemic food for diabetic patient.
The purpose of this research was to find out the effect of corn silk’s extract in decreasing blood glucose level (before this treatment, blood glucose level enhanced until hyperglicemic state without damaging pancreatic’s cells).
The research method used in this research was laboratoric experimental, Complete Randomized Design, and comparative. The data measured was the reduction of blood glucose during the experiment 25 male Swiss-Webster mices by using the three varieties of Cornsilk Extract (CSE) dose and hyperglycemic test will be done by Oral Glucose Tolerencel Test (OGTT).
The result showed there was no significant differences between negative control which given CMC 0,5%, positive control which was given glibenclamide, CSE 1, CSE 2, and CSE 3 with p value > 0,05 in ANOVA test. In Test MANOVA shows that p value < 0,05, so its mean there are a signification in one group and in one time.
So, we can assumed that CSE with all variety of dose in this study doesn’t reducing blood glucose on male Swiss-Webster mice. The conclusion was Cornsilk Extract (Zea mays L.) didn’t reducing blood glucose level of the male Swiss Webster mice.
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIBING ... ii
SURAT PERNYATAAN ... . iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... iv
ABSTRAK... ... v
ABSTRACT... ... vi
KATA PENGANTAR... ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah... ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... ... 3
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran... ... 3
1.6 Hipotesis Penelitian... ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Pankreas... 6
2.2 Karbohidrat ... 7
2.3 Glukosa ... 8
2.4 Metabolisme Energi ... 9
2.5 Transpor Glukosa ... 10
2.6 Glikogenesis ... 12
2.8 Metabolisme Anaerob ... 15
2.9 Glukoneogenesis ... 17
2.10 Glukosa Darah ... 18
2.11 Insulin dan Efek Metabolitnya ... 19
2.11.1 Sifat-sifat Kimia dan Sintesis Insulin ... 19
2.11.2 Efek Insulin Terhadap Metabolisme Karbohidrat ... 19
2.11.3 Insulin Meningkatkan Ambilan, Penyimpanan dan Penggunaan Glukosa Oleh Hati ... 20
2.11.4 Pengaturan Sekresi Insulin ... 23
2.11.5 Faktor-faktor Lain yang Merangsang Sekresi Insulin ... 24
2.12 Glukagon dan Fungsinya ... 25
2.12.1 Efek Terhadap Metabolisme Glukosa ... ... 25
2.13 Hiperglikemia ... 26
2.14 Diabetes Mellitus ... 27
2.15 Obat Antidiabetik Oral ... 31
2.15.1 Golongan Sulfonil Urea ... 31
2.15.2 Glibenklamid ... 34
2.16 Carboxy Methyl Cellulosum Natricum (CMC) ... 35
2.17 Tes Toleransi Glukosa Oral ... 35
2.18 Radikal Bebas dan Antioksidan ... 37
2.19 Flavonoid dan Quercetin ... 40
2.20 Rambut Jagung (Corn Silk) ... 41
2.20.1 Deskripsi Tanaman ... 42
2.20.2 Komposisi Fitokemikal ... 43
2.20.3 Penelitian Farmakologi untuk Potensi Pengobatan ... 43
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian... ... 47
3.1.1 Alat Penelitian... ... 47
3.1.2 Bahan Penelitian... ... 47
3.1.4 Lokasi dan Waktu ... ... 48
3.2 Metode Penelitian... ... 48
3.2.1 Metode Penarikan Sampel... ... 48
3.2.2 Disain Penelitian... ... 49
3.2.3 Variabel Penelitian... ... 49
3.3 Prosedur Kerja... ... 50
3.3.1 Persiapan Hewan Coba... ... 50
3.3.2 Prosedur Pembuatan Ekstrak Rambut Jagung... ... 51
3.3.3 Prosedur Pembuatan Glibenklamid ... 51
3.3.4 Prosedur Perlakuan ... ... 51
3.4 Metode Analisis... ... 52
3.5 Aspek Etik Penelitian ... ... 52
BAB IV HASIL PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 53
4.1.1 Uji Normalitas Data ... 54
4.1.2 Uji ANAVA Satu Arah ... 56
4.1.3 Uji MANOVA ... 58
4.2 Pembahasan ... 58
4.3 Uji Hipotesis... 60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 62
5.2 Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 63
LAMPIRAN ... 66
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Diabetes Mellitus (DM) Tipe 1 dan Tipe 2 ... 29
Tabel 2.2 Reaksi yang Penting Dalam Kaitannya dengan Stress Oksidatif di Sel Darah Merah dan Berbagai Jaringan ... 38
Tabel 4.1 Rerata Kadar Glukosa Darah Tiap Kelompok dan Waktu ... 53
Grafik 4.1 Rerata Kadar Glukosa Darah (mg/dl) Tiap Kelompok dan Tiap Waktu... 54
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Glukosa Darah Puasa ... 54
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Glukosa Darah 30 Menit... 55
Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Glukosa Darah 60 Menit... 55
Tabel 4.5 Uji Normalitas Data Glukosa Darah 120 Menit... 55
Tabel 4.6 Uji Homogenitas Varians Pada Semua Variasi Waktu ... 56
Tabel 4.7 Uji ANAVA Satu Arah ... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas ... 6 Gambar 2.2 Fosforilasi Glukosa ... 12 Gambar 2.3 Reaksi Kimia Glikogenesis dan Glikogenolisis, Menunjukan
Interkonversi Antara Glukosa Darah dan Glikogen Hati ... 13 Gambar 2.4 Pembentukan Asam Laktat... 15 Gambar 2.5 Mekanime Perangsangan Glukosa Terhadap Sekresi Insulin Oleh Sel Beta Pankreas. GLUT, Pengangkut Glukosa ... 22 Gambar 2.6 Kurva Toleransi Glukosa Pada Orang yang Normal dan Orang
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan Dosis ... 65
Lampiran 2 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Mencit ... 66
Lampiran 3 Perhitungan Statistik ANOVA dan Uji LSD Kadar Glukosa Darah Mencit ... 68
Lampiran 4 Dokumentasi ... 75
Lampiran 5 Cara Pembuatan Ekstrak ... 76
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Perkeni (2011) Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Terdapat 2 tipe utama diabetes mellitus yaitu diabetes tipe 1 yang disebut juga diabetes mellitus tergantung insulin, dan diabetes tipe 2 yang disebut juga diabetes mellitus tidak tergantung insulin disebabkan karena penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin (PERKENI, 2011).
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Daerah pedesaan DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyakit diabetes dipengaruhi oleh gaya hidup di daerah perkotaan (Yoga Aditama, 2009).
2
Rambut jagung dilaporkan sebagai terapi terhadap edema, agen antidiabetik di China, cystitis, gout, nefrolithiasis dan prostatitis (Newal et al., 1996; Grases et al., 1993). Di Sudan banyak tanaman termasuk rambut jagung digunakan untuk terapi dan pengontrol gula darah, tetapi mekanisme kerjanya dalam menurunkan gula darah belum jelas (Ghada et al., 2013).
Tes toleransi glukosa oral (TTGO) adalah diagnostik utama untuk diabetes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui gangguan toleransi glukosa pada pasien diabetes mellitus. Dalam hal penelitian, TTGO adalah tes dengan pembebanan glukosa pada subjek penelitian sehingga mencapai keadaan hiperglikemia. Dalam keadaan hiperglikemia, subjek penelitian yang normal tidak mengalami kerusakan sel sel pankreas yang dibedakan dengan keadaan diabetes mellitus, dimana terjadi kerusakan sel beta pancreas sehingga mengalami gangguan sekresi hormon insulin (Sirait, 1991).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasanudin dkk. dari Universitas Putra Malaysia bahwa ekstrak rambut jagung memiliki efek anti-diabetik polisakarida yang diteliti dengan cara Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Hasil penelitian menunjukkan ekstrak rambut jagung meningkatkan toleransi glukosa pada tikus yang diinduksi glukosa (p<0,05). TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus untuk diminum. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan. Dari hasil ini dapat dapat disimpulkan bahwa ekstrak rambut jagung berfungsi sebagai agen anti-diabetik. Atas dasar tersebut maka penulis bermaksud meneliti untuk mengetahui pengaruh ekstrak rambut jagung terhadap gula darah pada mencit dengan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral).
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah ekstrak rambut jagung (Zea mays L.) menurunkan kadar gula darah pada mencit Swiss-Webster jantan dengan TTGO.
3 1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak rambut jagung terhadap penurunan kadar gula darah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak rambut jagung terhadap penurunan gula darah pada mencit Swiss-Webster jantan.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah Manfaat akademis
Menambah wawasan ilmu farmakologi bahwa rambut jagung mempengaruhi gula darah pada keadaan hiperglikemik.
Manfaat praktis
Melalui penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa rambut jagung mempengaruhi gula darah pada keadaan hiperglikemia.
1.5 Kerangka Pemikiran
Hiperglikemia merupakan keadaan meningkatnya glukosa dalam darah >200 mg/dl yang bersikio menjadi berbagai penyakit metabolik, diantaranya adalah diabetes mellitus. Diabetes melitus ditandai dengan hilangnya toleransi glukosa yang diakibatkan kurangnya sekresi insulin dan sensitifitas jaringan terhadap insulin. Pada DM terjadi destruksi sel beta pankreas yang berfungsi sebagai penghasil insulin oleh radikal bebas sebagai hasil dari metabolisme glukosa yang berlebih. DM merupakan ancaman di bidang kesehatan, dan penyakit tersebut mayoritas dipengaruhi oleh kelainan endokrin yang dapat berakibat menjadi renal failure, kebutaan (diabetic retinopathy), buruknya kontrol metabolik, dan peningkatan resiko penyakit cardiovaskuler (Ghada et al., 2013).
4
jagung membuktikan adanya flavonoid, sedangkan warna kuning tua menandakan adanya terpenoid (Department of Biotechnology and Biochemistry, Avinashilingam University for Women). Ekstrak rambut jagung tidak hanya mengandung antiokasidan, tetapi mengandung juga vitamin E dan K, mineral seperti kalsium, besi, magnesium, garam dan kalium.
Kandungan quercetin dalam ekstrak rambut jagung bekerja dalam menurunkan kadar gula darah dalam tubuh diantaranya adalah melindungi rusaknya sel sel islet pankreas dari radikal bebas dengan cara meningkatkan aktivitas antioxidant enzim. Aktivitas antioksidannya berperan dalam menghambat lipid peroksidase, hidrogen peroksidase serta proses glikasi. Proses glikasi merupakan suatu proses yang dapat menakibatkan beberapa komplikasi dari diabetes mellitus seperti diabetik nefropati dan gagal jantung. Queretin juga bekerja dalam menghambat -glukosidase dan -amilase dalam metabolisme glukosa sehingga menurunkan pemecahan glukosa dan penyerapannya ke darah (Hussain, Ahmed, Mahwi, Aziz, 2012).
Ekstrak rambut jagung juga membantu meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas yang aktif dan yang pulih akibat kerusakan sel dengan cara mempercepat regenerasi sel beta pankreas yang rusak akibat radikal bebas sebagai hasil dari hiperglikemia. Pada penelitian yang dilakukan Guo dkk., (2009) didapatkan sel beta pankreas mencit yang telah pulih sebagian oleh pemberian ekstrak rambut jagung (4,0g/kgBB). Ekstrak rambut jagung (4,0g/kgBB) juga mengurangi konsentrasi HbA1c pada plasma mencit hiperglikemia yang diinduksi oleh aloksan setelah 45 hari (p<0,01).
5
pembanding. Pada tikus dengan pemberian glibenklamid memberikan hasil yang signifikan.
1.6Hipotesis Penelitian
Ekstrak rambut jagung (Zae mays L.) menurunkan kadar gula darah pada mencit Swiss-Webster jantan.
62 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Ekstrak rambut jagung (Zae mays L.) tidak dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit Swiss-Webster jantan dan potensi ekstrak rambut jagung tidak sebanding dengan glibenklamid.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan variasi dosis lebih banyak dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan dosis ekstrak rambut jagung paling efektif dengan efek samping minimal.
Perlu dilakukan penelitian dengan kontrol positif menggunakan obat anti-diabetik oral golongan -glukosidase karena kerjanya yang sama dengan bahan uji.
Perlu dilakukan penelitian Tes Toleransi Glukosa Oral dengan jangka waktu yang lama
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode lain. Perlu dilakukan pengujian toksisitas rambut jagung.
81
RIWAYAT HIDUP
Nama : Damar Akiris
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 14 Mei 1993
Alamt ` : Perumahan Bumi Sukaraja 2 kav. 15, Bandung
Email : akirisdamar@gmail.com
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan : Tahun 1999, lulus TK BPI, Bandung Tahun 2005, lulus SD BPI, Bandung Tahun 2008, lulus SMP Negeri 7, Bandung Tahun 2011, lulus SMA Negeri 2, Bandung
EFEK EKSTRAK ETANOL RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT SWISS-WEBSTER JANTAN DENGAN
TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL
EFFECT OF ETHANOL EXTRACT OF CORNSILK (Zea mays L.) TOWARDS BLOOD GLUCOSE LEVEL ON SWISS WEBSTER MALE MICE WITH ORAL
GLUCOSE TOLERANCE TEST
Endang Evacuasiany1, Pinandojo Djojosoewarno2, Damar Akiris3
1Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha,
2Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
3Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Rambut jagung dilaporkan sebagai agen antidiabetik di China. Di Sudan banyak tanaman termasuk rambut jagung digunakan untuk terapi dan pengontrol gula darah. Rambut jagung memiliki kemampuan untuk mengurangi hiperglikemia dan dapat digunakan sebagai hypoglicemic food untuk orang dengan diabetes.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak rambut jagung terhadap penurunan gula darah dalam tubuh yang dibebani glukosa hingga tercapai keadaan hiperglikemik tanpa merusak sel sel pankreas.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang diukur adalah penurunan gula darah selama percobaan. Populasi mencit Swiss Webster jantan adalah 25 ekor mencit dengan menggunakan 3 macam dosis Ekstrak Rambut Jagung (ERJ) dan dilakukan uji hiperglikemik dengan cara Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Analisis statistik dengan oneway ANOVA dan MONVA, dilanjutkan dengan uji LSD ɑ = 0,05.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukantidak adanya perbedaan yang signifikan antara kontrol negatif yang diberikan CMC 0,5%, kontrol positif yang diberikan glibenklamid, ERJ 1, ERJ 2, dan ERJ 3 dengan hasil signifikansi p >0,05 yang dianalisis menggunakan oneway ANOVA. Sehingga dapat disimpukan ERJ pada semua dosis dalam penelitian tidak menurunkan glukosa darah pada mencit Swiss-Webster jantan. Dalam analisis menggunakan MANOVA didapatkan p<0,05, dari hasil ini didapatkan terdapat perbedaan signifikan dalam satu kelompok perlakuan dan satu kurun waktu tertentu.
Simpulan penelitian bahwa ekstrak rambut jagung (Zae mays L.) tidak menurunkan kadar gula darah pada mencit Swiiss-Webster jantan dan potensinya tidak sebanding dengan glibenklamid.
ABSTRACT
Corn silk has been reportedas an antidiabetic agent in China. In Sudan,many plants including corn silk has been used for the therapy of and controlling high blood sugar. Corn silk can reduce blood sugar levels and can be used as a hypoglycemicfood for diabetic patients.
The purpose of this research is to determine the effect of corn silk’s extract in decreasing blood glucose level (before this treatment, blood glucose levelsare increased to hyperglycemic state without damaging pancreatic islet cells).
This study is acomparative laboratoric experimental study with Complete Randomized Design. The data measured is the reduction of blood glucose during the experiment on 25 male Swiss-Webster mices by using the three variations of Cornsilk Extract (CSE) dose and the hyperglycemic test will be done by Oral Glucose Tolerance Test (OGTT).
The result of this study showed that there are no significant difference between the negative control group which was given CMC 0,5%, the positive control which was given glibenclamide, CSE 1, CSE 2, and CSE 3 with p value > 0,05. In Test MANOVA shows that p value < 0,05, so its mean there are a signification in one group and in one time
This study concludes that none of the CSE doses used in this study can significantly reduce blood glucose levels on male Swiss-Webster mice.
Key words: corn silk’s extract, hyperglycemia, Oral Glucose Tolerance Test
PENDAHULUAN
Menurut Perkeni (2011) Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok
penyakit metabolik dengan
karakteristikhiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, gangguankerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Terdapat 2 tipe utama diabetes mellitus yaitu diabetes tipe 1 yang disebut juga diabetes mellitus tergantung insulin, dan diabetes tipe 2 yang disebut juga diabetes mellitus tidak tergantung insulin disebabkan karena penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik insulin1.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang.
Sedangkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Daerah pedesaan DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyakit diabetes dipengaruhi oleh gaya hidup di daerah perkotaan2.
anyang anyang. Indonesia memiliki 30.000
spesies tanaman yang mana 940
diantaranya dikenal sebagai tanaman obat. Sebanyak 49,53% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengonsumsi tanaman obat. Dari jumlah itu, sebanyak 4,36% responden mengonsumsi tanaman obat setiap hari sementara 45,17 % mengonsumsi tanaman obat sesekali3.
Rambut jagung dilaporkan sebagai terapi terhadap edema, agen antidiabetik di China, cystitis, gout, nefrolithiasis dan prostatitis. Di Sudan banyak tanaman termasuk rambut jagung digunakan untuk terapi dan pengontrol gula darah, tetapi mekanisme kerjanya dalam menurunkan gula darah belum jelas4.
Tes toleransi glukosa oral (TTGO) adalah diagnostik utama untuk diabetes. Tes ini bertujuan untuk mengetahui gangguan toleransi glukosa pada pasien diabetes mellitus. Dalam hal penelitian, TTGO adalah tes dengan pembebanan glukosa pada subjek penelitian sehingga mencapai keadaan hiperglikemia. Dalam keadaan hiperglikemia, subjek penelitian yang normal tidak mengalami kerusakan sel sel pankreas yang dibedakan dengan keadaan diabetes mellitus, dimana terjadi kerusakan sel beta pancreas sehingga mengalami gangguan sekresi hormon insulin5.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hasanudin dkk. dari Universitas Putra Malaysia bahwa ekstrak rambut jagung memiliki efek anti-diabetik polisakarida yang diteliti dengan cara Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Hasil penelitian menunjukkan ekstrak rambut jagung meningkatkan toleransi glukosa pada tikus yang diinduksi glukosa (p<0,05). TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus untuk diminum. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan. Dari hasil ini dapat dapat disimpulkan bahwa ekstrak
rambut jagung berfungsi sebagai agen anti-diabetik. Atas dasar tersebut maka penulis bermaksud meneliti untuk mengetahui pengaruh ekstrak rambut jagung terhadap gula darah pada mencit dengan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral).
METODOLOGI
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan bersifat komparatif. Data yang dihitung adalah kadar gula darah dalam hari selama percobaan. Populasi mencit jantan galur Swiss Webster jantan dengan berat 25-30 gram dan jumlah 25 ekor. Lalu mencit dikelompokan menjadi 5 kelompok secara acak, setiap kelompok masing masing terdiri dari 5 ekor mencit.
Sebelum penelitian, mencit
dipuasakan selama 12-16 jam, lalu diberikan glukosa per oral setengah jam sesudah pemberian bahan uji. Pada awal percobaan sebelum pemberian bahan uji, dilakukan pengambilan cuplikan darah vena dari ekor mencit. Pengambilan darah diulang setelah perlakuan pada waktu tertentu.
Setelah dilakukan uji diabetes dengan cara TTGO, dengan jumlah sampel yang ditentukan, maka dilanjutkan evaluasi secara statistik dengan oneway ANOVA, kemudian dilanjutkan dengan uji LSD dengan ɑ = 0,05 menggunakan
program komputer dengan, nilai
kemaknaan berdasarkan nilai p< 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji ANAVA satu arah
perlakuan yang diuji. Karena hasil F hitung yang lebih kecil dari pada F tabel dan niai p value lebih besar dari 0,05 tidak
didapatkan perbedaan yang signifikan antara kelompok sehingga tidak bisa
dilanjutkan post-hoc test LSD.
Tabel 1. Hasil uji ANAVA satu arah.
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
T0 Between Groups 2568.240 4 642.060 1.217 .335
Within Groups 10551.600 20 527.580
Total 13119.840 24
T1 Between Groups 4684.000 4 1171.000 1.231 .330
Within Groups 19030.000 20 951.500
Total 23714.000 24
T2 Between Groups 1452.400 4 363.100 .569 .688
Within Groups 12759.600 20 637.980
Total 14212.000 24
T3 Between Groups 4038.960 4 1009.740 1.905 .149
Within Groups 10599.200 20 529.960
Total 14638.160 24
Tes multivarian digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna dalam satu kelompok. Dalam percobaan ini dilakukan tes multivarian untuk melihat perbedaan yang bermakna dalam 1 kelompok setiap variasi waktu yang berbeda. Didapatkan hasil p= 0.006 menurut Roy’s Largest Root, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar glukosa darah dalam 1 kelompok perlakuan dan 1 kurun waktu tertentu.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan baik saat waktu puasa atau setiap waktu perlakuannya. Sehingga dapat disimpulkan pada percobaan ini bahwa ekstrak rambut jagung tidak dapat menurunkan gula darah pada mencit Swiss Webster jantan. Data yang dilihat adalah
penurunan kadar glukosa darah.
Didapatkan beberapa kemungkinan
mengapa glukosa darah mencit tidak
mengalami penurunan yang banyak
diantaranya glukosa darah puasa mencit yang tinggi dan pembebanan glukosa darah yang berlebihan, sehingga hasil glukosa darah dari pemberian ekstrak
rambut jagung tidak menunjukkan hasil yang bermakna.
Pada uji ANAVA satu arah menunjukkan pada T0 dengan nilai F hitung= 1,217, pada T1 F hitung= 1,231 ; pada T2 Fhitung= 0,569; dan pada T3 F hitung= 1,905 yang semua F hitung <F tabel 0.05 sebesar 2.87, sehingga hasil tes tidak signifikan. Pada uji ANAVA didapatkan p= 0,335 pada T0, p= 0,33 pada T1, p= 0,688 pada T2, dan p= 0,149 pada T3.Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan (p>0,05) antarakelompok perlakuan yang diuji.
Ekstrak rambut jagung
mengandung beberapa antioksidan seperti quercetin yang berguna untuk proteksi sel sel beta pankreas terhadap kerusakan akibat radikal bebas sebagai hasil dari metabolism glukosa dan lemak. Dalam penelitian ini tikus dibebani glukosa hingga tikus dalam keadaan hiperglikemia tanpa merusak sel sel beta pankreas. Quercetin juga bekerja dalam menginhibisi
enzim -glukosidase sehingga
menghambat perubahan disakarida
mudah dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah.
Pada penelitian ini, subjek penelitian ini yaitu mencit Swiss-Webster jantan menunjukkan glukosa darah puasa yang tinggi dengan kadar rata rata >120mg/dl. Hal ini menunjukkan tikus dalam keadaan puasa sudah dalam keadaan hiperglikemia. Lalu pada waktu menit ke 30 setelah pembebanan glukosa, kadar glukosa darah mencit menunjukkan peningkatan glukosa yang drastis yang dilihat secara pengamatan.
Saat pengamatan pada waktu ke 60 menit terjadi penurunan glukosa darah secara pengamatan, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dengan p>0.05 secara statistik dengan uji ANAVA satu arah.
Efek anti-diabetik polisakarida yang berasal dari ektrak rambut jagung telah diteliti dengan cara tes toleransi glukoasa (TTGO), level glukosa darah, dan tes streptozotocin (STZ) pada mencit yang diinduksi selama 4 minggu. Hasil membuktikan bahwa ekstrak rambut jagung (100-500 mg/kg BB) menurunkan kadar glukosa darah, kolesterol total dan kadar trigliserida. Kadar glukosa pada mencit yang diberikan ektrak rambut jagung menunjukan efek hipoglikemik dibandingkan dengan kontrol negatif (p<0,05) dan hasilnya tidak terlalu berbeda secara signifikan (p<0,05) saat dibandingkan dengan kontrol positif (600 mg/kg BB). Tikus diabetik yang diinduksi dengan TTGO selama 4 hari menunjukkan ekstrak rambut jagung meningkatkan toleransi glukosa pada tikus yang diinduksi glukosa. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa polisakarida dari ektrak rambut jagung berfungsi sebagai agen anti-diabetik6.
Ekstrak rambut jagung secara signifikan mengurangi konsentrasi HbA1
(glikohemoglobin) pada plasma. Penelitian juga dilakukan pada mencit dengan hiperglikemik yang diinduksi adrenalin terhadap kadar glukosa darah. Dengan
hasil menunjukkan adrenalin
mengaktifkan proses glukoneogenesis sehingga terjadi peningkatan level glukosa serum. Namun administrasi ekstrak rambut jagung untuk 15 hari tidak menginhibisi level glukosa darah. Hasil ini membuktikan bahwa mekanisme dari ekstrak rambut jagung pada metabolisme glikemik berpengaruh dalam peningkatan kadar insulin dan pemulihan sel B yang rusak, tetapi tidak dalam hal peningkatan glikogen dan inhibisi glukoneogenesis6.
KESIMPULAN
Ekstrak rambut jagung (Zae mays L.) tidak dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit Swiss-Webster jantan dan potensi ekstrak rambut jagung tidak sebanding dengan glibenklamid.
DAFTAR PUSTAKA
1 .
Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2006 Jakarta: PB PERKENI; 2006.
2 .
Yoga Aditama T. Depkes. [Online].; 2009 [cited 2014 January 16. Available from:
http://www.depkes.go.id/index.php?vw= 2&id=414.
3 .
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2010 Trihono , editor. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2010.
. Rawan BA, Rania EH, Azhari HN. Hypoglycemic and HypolipidemicEffect of Methanol Extract of Corn.
International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT). 2013;: p. 668-672.
5 .
Sirait M. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1991.
6 .
63
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. (2010, January 4). Endocrine System. Dipetik February 13, 2010, dari
Anatomy & Physiology Note Summaries:
http://legacy.owensboro.kctcs.edu/gcaplan/anat2/notes/APIINotes1%20glands%2 0and%20hormones.htm
Ashida, H., & Yamashita, Y. (2013). Regulation of Blood Glucose Levels through Actions of Dietary Flavonoids on Glucose Transporter 4. Foods & Fodd Ingredients J. Jpn. , 2.
Ayepola, O. R., Brooks, N. L., & Oguntibeju, O. O. (2014). Oxidative Stress and Diabetic Complication: The Role of Antioxidant Vitamin and Flavonoids. INTECH , 25-28.
Cao, H., Polansky, M. M., & Anderson, R. A. (2007). Cinnamon extract and polyphenols affect the expression of tristetraprolin, insulin receptor, and glucose transporter 4 in mouse 3T3-L1 adipocytes. Archives of Biochemistry and Biophysics , 459, 214-222.
E.Azhari, H. E., Abd.A, M., Rasha, M., & A.Mona, A. (2013, May 5). PHYTOCHEMICAL CONSTITUENTS OF VARIOUS EXTRACTS OF SUDANESE MEDICINAL PLANT (CORN SILK). Global Journal of Traditional Medicine , 37-41.
Ebrahimzadeh, M. A., Pourmorad, F., & Hafezi, S. (2008). Antioxidant Activities of Iranian Corn Silk. Turk J Biol , 43-49.
Ghada, M., Eltohami, M., Nazik, M., Rawan, B., Rania, E., & Azhari, H. (2013). Hypoglycemic and HypolipidemicEffect of Methanol Extract of Corn. International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT) , 668-672.
Gomi, T. (1995). INDEKS TUMBUH-TUMBUHAN OBAT DI INDONESIA (Edisi kedua). Jakarta: P.T. Eisai Indonesia.
Guo, J., Liu, T., Han, L., & Liu, Y. (2009). The effects of corn silk on glycaemic metabolism. Nutrition & Metabolism , 1-6.
64
Hasanudin, K., Hashim, P., & Mustafa, S. (2012). Corn Silk (Stigma Maydis) in Healthcare: A Phytochemical and Pharmalogical Review. molecules , 17, 9697-9715.
Hussain, S., Ahmed, Z., Mahwi, T., & Aziz, T. (2012). Quercetin Dampens Postprandial Hyperglycemia in Type 2 Diabetic Patients Challenged with Carbohydrates Load. International Journal of Diabetes Research , 32-35.
Hussain, S., Ahmed, Z., Mahwi, T., & Aziz, T. (2012). Quercetin Dampens Postprandial Hyperglycemia in Type 2 Diabetic Patients Challenged with Carbohydrates Load. International Journal of Diabetes Research 2012 , 32-35. Indonesia, P. F. (1993). Farmakope Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kumar, V., Abbas, A. K., & Fausto, N. (2005). Robbins & Cotran Pathologic Bassis of Disease. New York: Elsevier Inc.
Mardojono, M. (1995). FARMAKOLOGI DAN TERAPI Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mills, S., & Kerry, B. (1997). PRINCIPLES AND PRACTICE OF PHYTOTHERAPY MODERN HERBAL MEDICINE. New York: Churcil Livington.
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2006). HARPER'S ILLUSTRATED BIOCHEMISTRY, 27th Ed. London: The McGraw-Hill Companies Inc.
Perkeni, 2011
Pre-diabetes. (2011, February 24). Definition: Oral Glucose Tolerance Test (OGTT). Dipetik January 2015, 17, dari pre-diabetes.org: http://www.pre-diabetes.com/medical/oral-glucose-tolerance-test.html
Ren, S.-C., Qiao, Q.-Q., & Ding, X.-L. (2013). Antioxidative Activity of Five Flavones Glycosides from Corn Silk (Stigma maydis). Czech J. Food Sci. , 148– 155.
Sirait, M. (1991). PENAPISAN FARMAKOLOGI, PENGUJIAN FITOKIMIA DAN PENGUJIAN KLINIK. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia .
65