• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN PESTISIDA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI SERTA UPAYA RESTORASI AGROEKOSISTIM DI KAWASAN SENTRA SAYURAN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI SUMATERA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN PESTISIDA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI SERTA UPAYA RESTORASI AGROEKOSISTIM DI KAWASAN SENTRA SAYURAN KECAMATAN LEMBAH GUMANTI SUMATERA BARAT."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN PESTISIDA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEANEKARAGAMAN HAYATI SERTA UPAYA RESTORASI AGROEKOSISTIM DI KAWASAN SENTRA SAYURAN KECAMATAN

LEMBAH GUMANTI SUMATERA BARAT

Reflinaldon1, Oktanis Melinda1 dan Asril2

ABSTRAK

Kawasan sentra sayuran sangat beresiko tercemar bahan kimia karena penggunaan pestisida yang sangat intensif dalam budidaya pertanian. Kecamatan Lembah Gumanti sebagai salah satu sentra sayuran di Sumatera Barat belum banyak diungkap mengenai tingkat pencemaran pada komoditi sayuran dan sejauhmana dampaknya terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat residu pestisida pada bawang merah, kubis dan tomat sekaligus mengetahui dampaknya terhadap kehidupan serangga dan mikroorganisme pada lahan pertanian di Kecamatan Lembah Gumanti.

Pelaksanaan analisis residu dilakukan dengan menggunakan metode gas kromatografi sedangkan untuk menghitung sifat kemasaman dan kadar air dilakukan dengan analisis tanah, analisis respirasi untuk menentukan kadar CO2 dan analisis biomassa untuk menentukan bahan organik dan C organik Untuk analisis keanekaragaman artopoda dilakukan dengan menghitung kelimpahan dan kekayaan spesies di pertanaman menggunakan metode idenifikasi secara morfospesies.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudah ditemukan residu pestisida berbahan aktif diazinon, propenofos, dimetoat (organoposfat) dan sipermetrin (piretroid) pada bawang merah, kubis dan tomat. Kadar residu bahan aktif pestisida tertinggi terdeteksi pada bawang merah diikuti oleh kubis dan tomat berkisar antara 0.067-2.006 mg/kg (ppm). Pada lahan yang intensif digunakan pestisida diperoleh kadar air dan pH lebih rendah sedangkan kandungan C organik dan bahan organik juga rendah. Aktifitas respirasi mikroorganisme menurun dengan kadar CO2 dan biomasa lebih rendah daipada lahan alami dan bera. Pestisida berdampak terhadap penurunan kelimpahan individu dan spesies tertentu di pertanaman yang merupakan indikasi bahwa aplikasi insektisida tidak selalu efektif dalam pengendalian hama. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas lingkungan kawasan Lembah Gumanti masih rendah dan memerlukan perhatian untuk upaya restorasi melalui peningkatan kepedulian lingkungan dan pengetahuan tentang cara pertanian yang ramah lingkungan sehingga akan dapat menghasilkan komoditi sayuran berkualitas dan aman bagi konsumen.

1 Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Korespondensi:

refli_naldon@yahoo.com

(2)

PENDAHULUAN

Budidaya sayuran di daerah tropis memiliki tantangan cukup berat karena tingginya kompleks hama dan penyakit sehingga untuk mengatasinya petani selalu menggunakan pestisida sintetik secara intensif. Hasil penelitian di Brebes, Jawa Tengah menginformasikan bahwa aplikasi pestisida berkisar 20-24 kali dalam satu siklus tanam bawang merah, atau dengan frekuensi sebanyak 3 kali setiap minggu sehingga telah berdampak buruk terhadap kesehatan dengan meningkatnya kasus kerusakan jaringan tubuh dan gangguan pada syaraf serta tercemarnya air susu ibu oleh logam berat (Koster, 1990).

Bahan aktif pestisida sintetik bersifat toksik tidak hanya bagi organisme target (hama) tetapi juga pada organisme lain termasuk manusia. Bahan aktif bersifat persisten pada bahan tanaman dan tanah lahan. Pada bahan tanaman beresiko tinggi karena dapat terkonsumsi oleh manusia sedangkan pada tanah dapat menyebabkan kematian organisme penghuni tanah termasuk mikroorganisme. Aplikasi pestisida secara umum menyebabkan efek samping membunuh sejumlah besar serangga bermanfaat seperti predator dan parasitoid termasuk menekan berbagai jenis patogen serangga akibat penggunaan jenis fungisida. Pestisida telah merusak kesimbangan alami pada tanah pertanian dan menyebabkan penurunan kelimpahan keanekaragaman hayati (Khan, 2003).

(3)

utama untuk provinsi Riau dan Jambi. Berkenaan dengan hal tersebut perlu dilakukan kajian secara komprehensif tentang penggunaan, pencemaran dan dampak pestisida serta upaya restorasi sehingga lingkungan kembali menjadi lebih baik melalui budidaya yang ramah lingkungan.. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat residu pestisida pada bawang merah, kubis dan tomat sekaligus mengetahui dampaknya terhadap kehidupan serangga dan mikroorganisme pada lahan pertanian di Kecamatan Lembah Gumanti.

METODE PENELITIAN Studi Tingkat Pencemaran Pestisida

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Lembah Gumanti. Pada setiap nagari dilakukan pengambilan sampel tanaman dan tanah pada lahan pertanaman sayuran yang sedang diusahakan petani. Analisis residu pestisida akan dilaksanakan di Laboratorium Pestisida Balai Perlindungan Tanaman dan Hortikultura (BPTPH) Sumatera Barat.

Analisis residu bahan aktif pestisida pada tanaman

Sampel yang digunakan adalah buah tomat, bawang merah dan kubis yang siap panen yang diperoleh secara acak dari lahan petani. Bahan-bahan tanaman yang diperoleh selanjutnya disimpan dalam ice box untuk menjaga kesegarannya dalam pengangkutan dari lapangan ke laboratorium.

Bahan-bahan kimia yang diperlukan adalah solven/ pelarut (aseton, CH2Cl2, petroleum eter), sodium sulfat (anhidrous), dan florisil (particle size 0,150-0,250 mm, for column chromatography). Peralatan analisis yang dipergunakan adalah blender, erlenmeyer (ukuran 125 ml dan 250 ml), beaker glass (ukuran 25 ml dan 50 ml), corong, kertas saring, gelas ukur (ukuran 100 ml dan 10 ml), pipet mikro, syrine (10 µl), timbangan (Mettler Toledo), Evaporator (Airflow Monitor, Mach-Aire Ltd), tabung uji, kolom kromatografi dan Gas Chromatography (Model 8000 TOP).

Prosedur analisis residu pestisida

(4)

Ekstraksi bahan tanaman

Sampel tomat, kubis dan bawang merah yang diambil dari bagian tepi luar, tengah dan tepi dalam yang diambil ± 0,5 kg (pada setiap tepi) dari setiap lahan petani, ditempatkan pada wadah penampungan dan dicampur. Sebanyak 15 g sampel diambil acak lalu diblender dengan aseton 30 ml selama 30 detik, ditambahkan 30 ml petroleum eter dan 30 ml dikloro metan, kemudian diblender kembali selama 30 detik dengan kecepatan tinggi. Bila larutan keruh, lakukan sentrifugasi selama 2 menit pada kecepatan 4000 rpm. Ekstrak (± 80 ml) disaring dengan corong yang dilapisi kertas saring (Whatman No. 40) dan ditempatkan pada beaker glass 50 ml. Ekstrak (± 50 ml) diuapkan (dengan Air Flow suhu 270C) selama 30 menit sampai larutan tinggal ± 2 ml. Pemurnian (clean up)

Ekstrak (± 2 ml) dimasukkan ke dalam kolom kromatografi yang telah diisi florisil (15,7 cc) dan sodium sulfat anhidrous (9,42 cc). Elusi dengan larutan petroleum eter (42,5 ml). Eluat (hasil pemurnian ± 20 ml) ditampung dalam beaker glass 25 ml, kemudian diuapkan (dengan Air Flow suhu 270 C) sampai agak kering (± 1 ml), larutan dipindahkan ke dalam tabung uji dengan bantuan larutan aseton sampai volume 5 ml (Harun, 1995).

Pembuatan larutan standar

Larutan standar untuk penelitian ini diperoleh dengan melarutkan DCB ,bioaletrin,bioresmetrin,sipermetrin,deltametrin,fenpropatrin,fenvalerat, fenotrin dan permetrin masing-masing dengan konsentrasi 1 µg/ml dalam n-Heksana. Suntikan 1 µl campuran tersebut ke dalam GC dengan kondisi pengoperasian sama dengan kondisi penetapan

Analisis kuantitatif (perhitungan kadar residu).

(5)

insektisida I yang diperoleh dari hasil analisis di laboratorium dapat dihitung dengan rumus:

R = Sx x Ngs x Fv

Ulx Ss W

Dimana :

R = Kadar residu insektisida (mg/kg atau ppm) Sx = Area sampel

Ulx = Volume ekstrak sampel yang disuntikkan (µl) Ngs = Jumlah insektisida standar yang disuntikkan

(Volume standar yang disuntikkan/ µl x konsentrasi standar/ ppm) Ss = Area standar

Fv = Volume akhir ekstrak (ml)

W = Berat sampel yang digunakan (g)

Residu insektisida pada sampel di masing-masing petani akan dibandingkan dengan nilai batas maksimum residu untuk sayuran.

Analisis residu pestisida pada tanah pertanaman sayuran

Sampel tanah sedalam 0-15 cm diambil secara random pada lahan pertananaman sayuran intensif sebanyak 12-15 lobang (diameter 2.5 cm). Bahan-bahan sisa pada tanah dibersihkan menggunakan ayakan ( 2 mm mesh). Sampel tanah disimpan pada suhu 40C sampai dilakukan analisis. Suhu, curah hujan dan kelembaban diukur selama periode pengambilan sampel.

Metode mengacu pada prosedur standar analisis (Dirjen Perlindungan Tanaman, 2003) sebagai berikut: Sebanyak 25 gr sampel tanah kering angin dilarutkan dalam 100 ml campuran hekasan dan aseton (1:1). Selanjutnya, di shaker selama kurang lebih 1 jam dan disaring dengan kertas saring. Larutkan sisa contoh dengan aseton:heksan (1:1) sebanyak 100 ml selanjutnya di letakkan pada shaker selam 1 jam. Ulangi lagi untuk sisa contoh tersebut dengan prosedur yang sama dan kemudian disaring. Selanjutnya dilakukan penggabungan semua lapisan organik dan diupakan menggunakan rotary sampai hampir kering. Cuplikan yang ada siap disuntikkan ke alat Gas Chromatorgfi (GC).

Analisis respirasi mikro organisme tanah

(6)

tersebut kedalam bejana yang diatur dalam posisi miring 45 derajat. Tutup bejana kedap udara tersebut dan tempatkan dalam inkubator dengan suhu 26 C. Lakukan inkubasi selama 14 hari. Setelah 14 hari , tabung yang berisi KOH ditambahkan BaCL2 0,5M sebanyak 5 ml dan indikator PP sebanyak 4 tetes. Setelah itu dititrasi dengan HCL 0,5N sampai warna merah hilang. Lalu tentukan CO2 yang dihasilkan. Lakukan hal yang sama pada bejana kedap udara tanpa sampel tanah sebagai kontrol.

CO2 (mg) = (B-V). N . E

Keterangan : B = Volume asam untuk mentitrasi basa pengumpul pada kontrol V = Volume asam untuk mentitrasi basa pada perlakuan

N = Normalitas asam

E = Bobot equivalen CO2 (22)

Analisis Biomassa Karbon

Dimasukkan sampel tanah lolos ayakan 2 mm kedalam dua buah tabung masing-masing sebanyak 10g (tabung 1 dan 2). Tabung 1 ditambahkan clorofrom sebanyak 20 ml (tabung 2 tanpa cloroform). Kedua sampel dikeringkan dalam eksikator vakum selama satu minggu. Setelah cloroform kering, sampel pertama dan kedua diekstrak dengan K2SO4 0,5M sebanyak 50 ml dan dikocok selama 30 menit. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diukur kadar C organiknya dengan metoda Walkley and Black. Penentuan kandungan C organik adalah dengan menggunakan rumus :

%C organik = % C organik tanah fumigasi - % C organik tanah non fumigasi Biomassa = % C organik x 2,64

Studi Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Keanekaragaman Serangga Analisis keragaman serangga hidup di tajuk tanaman, dan tanah

(7)

berupa gelas plastik yang dibenam ke tanah sehingga permukaan atasnya sejajar dengan tanah. Dalam gelas diisi dengan alohol 70% untuk membunuh serangga yang terperangkap. Selanjutnya, semua individu yang diperoleh akan diidentifikasi dengan metode pendekatan berdasarkan morfologi (morfospesies) di laboratorium. Acuan identifikasi antara lain spesimen dan buku identifikasi serangga Borror et al (1992). Selanjutnya dengan menggunakan program Ecological Methods (Krebs, 2000) dilakukan analisis keanekaragaman dan kemerataan. Formula untuk menentukan keanekaragaman menggunakan indeks Shannon-Wiener sebagai berikut:

Studi Tindakan dan Persepsi Petani Terhadap Pestisida

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada petani. Jumlah petani sampel sebagai responden sebanyak 30 orang dipilih acak. Wawancara dilakukan dengan cara mendatangi petani di lahan atau rumah. Materi kuisioner untuk wawancara berisikan antara lain data diri petani, aplikasi pestisida dan persepsi petani tentang pestisida. Hasil wawancara dianalisis dan diskripsikan sesuai dengan proporsi dari setiap jawaban yang diberikan oleh petani.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Residu pestisida

(8)

Tabel 1. Tingkat residu bahan aktif pestisida pada bawang merah, kubis dan tomat di Kenagarian Alahan Panjang dan Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti

Jenis bahan aktif

Tingkat residu pada produk sayuran di dua lokasi sampling (mg/kg)

Tabel 2. Tingkat residu Bahan aktif pestisida yang terdeteksi pada bawang merah,kubis dan tomat di Kenagarian Alahan Panjang dan Sungai Nanam Kecamatan Lembah Gumanti

Jenis bahan aktif

Tingkat residu pada tanah sayuran di dua lokasi sampling (mg/kg) bawang merah, kubis dan tomat tidak satupun ditemukan adanya jenis-jenis bahan aktif pestisida dari golongan organoklorin yang dianalisis (Tabel 2).

Dampak pestisida terhadap tanah dan mikroorganisme tanah

(9)

paling rendah pada lahan intensif. C organik dan bahan organik tertinggi pada lahan bera lapisan 0-10 cm (Tabel 4).

Tabel 3. Kadar air dan pH tanah dari berbagai jenis lahan di Kecamatan Lembah Gumanti

Jenis lahan Kadar air tanah(%) pH H2O/KCl

Lahan alami (0-10 cm) 21.2 6.17/5.58

Lahan alami (10-20 cm) 33.4 6.18/5.59

Lahan bera (0-10 cm) 30.0 6.29/5.70

Lahan bera (10-20 cm) 24.8 6.10/5.58

Lahan intensif (0 – 10 cm) 20.3 5.65/5.07

Tabel 4. Persentase C organik dan bahan organik tanah dari berbagai jenis lahan di Kecamatan Lembah Gumanti

Jenis lahan C organik (%) Bahan Organik (%)

Lahan alami (0-10 cm) 6.74 11.55

Lahan alami (10-20 cm) 6.63 11.41

Lahan bera (0-10 cm) 7.87 13.54

Lahan bera (10-20 cm) 5.51 9.48

Lahan intensif (0 – 10 cm) 4.19 7.20

Tabel 5. Jumlah CO2 dan biomassa mikroorganisme pada tanah dari tipe lahan berbeda di Kecamatan Lembah Gumanti

Jenis lahan CO2 (mg) Biomassa (%)

Lahan alami (0-10 cm) 7.48 3.76

Lahan alami (10-20 cm) 6.72 3.35

Lahan bera (0-10 cm) 35.3 6.47

Lahan bera (10-20 cm) 26.70 3.47

(10)

Dari analisis respirasi dan biomassa mikroorganisme menunjukkan bahwa tanah

yang menggunakan pestisida intensif menunjukkan aktifitas respirasi paling rendah

dilihat dari persentase CO2 dan biomassa yang terendah (Tabel 5).

Keanekaragaman arthropoda di pertanaman sayuran

Jumlah individu dan spesies artropoda pada pertanaman bawang merah dan

kubis disajikan pada Tabel 6 berikut. Pada lahan di Alahan Panjang dan Sungai Nanam

terlihat perbedaan kekayaan spesies dan kelimpahan individu cukup besar. Perbedaan

tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman artropoda di Alahan Panjang lebih tinggi

daripada Sungai Nanam. Sebaliknya di pertanaman kubis, di Sungai Nanam jumlah

spesies lebih tinggi dibanding Alahan Panjang (Tabel 7).

(11)

Gambar 2. Grafik jumlah individu arthropoda pada tanaman kubis umur 8 dan 12 minggu di Sungai nanam

(12)

Gambar 4. Jumlah Individu Arthropoda pada Tanaman Bawang Merah Umur 5 Minggu dan 9 Minggu di Nagari Sungai Nanam.

Tabel 7. Jumlah individu dan spesies arthropoda di pertanaman kubis dari dua lokasi di Kecamatan Lembah Gumanti

Alahan Panjang Sungai Nanam Jumlah individu Jumlah spesies individuJumlah spesiesJumlah

Arachnida 40 12 59 16

Usia petani sebagian besar pada kisaran 30 sampai 50 tahun dengan pendidikan formal pada tingkat dasar dan menengah pertama. Pendidikan informal yang berbasis pada pelatihan berwawasan lingkungan atau dikenal dengan SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) masih sangat terbatas. Namun demikian, secara umum petani telah mengerti bahwa pestisida dapat membahayakan lingkungan (Tabel 9).

(13)

Tabel 8. Indeks keanekaragaman, kemerataan dan kekayaan spesies di pertanaman kubis Alahan Panjang dan Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti

Alahan Panjang Sungai Nanam

Indeks keanekaragaman 1,34 1,93

Indeks kemerataan 0.43 0,63

Kekayaan spesies 51 64

Tabel 9.

Karakteristik dan pengetahuan petani terhadap bahaya pestisida

Pertanyaan Alahan panjang Sungai nanam

Umur < 30 26,66 13,33

Umur 30 keatas 73,33 86,66

Tamatan SD 53,33 26,66

Tamatan SLTP 46,66 53,33

Tamatan SMA 0 20

Pernah ikut SLPHT 6,66 13,33

Pengalaman bertani kubis 10 - 30 th 100 93,33

Pestisida berbahaya terhadap lingkungan 100 100

Tabel 10. Sikap dan tindakan petani dalam penggunaan pestisida

Sikap dan tindakan petani

Jawaban (%)

Alahan Panjang Sungai Nanam

Mencampur pestisida saat penyemprotan 100 93,33

Menggunakan pengaman saat penyemprotan 20 40

Melihat keadaan hama sebelum

penyemprotan 13,33 53,33

Penyemprotan 5-10X dalam satu musim

tanam 26,66 40

Penyemprotan > 10X dalam satu musim

tanam 73,33 60

Penyemprotan 1 - 3 hari sebelum panen 20 13,33

Penyemprotan 1 minggu sebelum panen 80 86,66

Hampir semua petani melakukan tindakan pencampuran pestisida dalam aplikasinya tetapi sangat sedikit yang menggunakan pengaman (masker). Umumnya aplikasi pestisida dalam satu musim tanam kubis lebih dari 10 kali. Tindakan petani menyemprot pestisida menjelang panen juga dilakukan oleh petani secara umum (Tabel 10).

(14)

Adanya residu pestisida pada tiga jenis produk sayuran utama, bawang merah, kubis dan tomat menngindikasikan bahwa aplikasi pestisida cukup tinggi dan intensif di Kecamatan Lembah Gumanti. Bahan aktif diazinon pestisida yang tergolong organoposfat digunakan oleh petani cukup tinggi. Pada bawang merah jenis tersebut terakumulasi paling tinggi (Tabel 1) Tingginya akumulasi disebabkan karena umbi bawang merah merupakan bagian/jaringan tanaman yang digunakan sebagai penyimpan dan akumulasi dari serapan baik berasal dari tanah melalui akar maupun dari daun yang diaplikasi langsung pestisida pada tanaman. Disamping itu, pada bawang merah juga ditemukan adanya bahan aktif sipermetrin (golongan piretroid) terutama di lahan petani Alahan Panjang. Sementara pada kubis dan tomat kandungan residu pestisida yang terdeteksi adalah dimetoat dan propenofos yang keduanya juga tergolong organoposfat. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa insektisida orgonoposfat paling banyak digunakan oleh petani dalam pengendalian hama pada jenis sayuran tersebut. Insektisida golongan tersebut secara umum lebih banyak dan relatif lebih murah di pasaran. Tingginya residu orgonoposfat diduga juga berkaitan dengan faktor sifatnya yang tidak mudah terdegradasi bila dibandingkan dengan piretroid. Oleh karena itu, bahan aktifnya akan lebih banyak ditemukan terakumulasi pada jaringan tanaman dan tanah. Bahan aktif diazinon juga banyak ditemukan residunya pada sayuran di daerah pusat sayuran di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. meskipun masih jauh di bawah nilai MRL (Oshawa et al. 1985; Effendy, 1985; Nugrohati dan Untung, 1986).

(15)

disebabkan karena intensitas aplikasi yang tinggi dan sifatnya yang tidak mudah terurai. Akibatnya, bahan aktif tersebut akan berkontribusi terhadap peningkatan kemasaman tanah. Pada kondisi kemasaman meningkat akan menjadi berpengaruh menekan kehidupan mikroorganisme. Disamping itu, secara langsung bahan aktif tersebut juga akan membunuh karena toksik bagi mikroflora dan fauna dalam tanah dan rizosfer. Moenandir (1990) mengemukakan bahwa dengan semakin banyaknya kandungan unsur-unsur toksik yang ada dalam tanah akibat pemberian pestisida yang relatif tahan terhadap biodegradasi akan dapat membunuh mikroorganisme tanah. Lagi pula, pemakaian pestisida yang intensif dapat merugikan terhadap aktivitas mikroorganisme tanah dan kandungan biomassanya

Aplikasi pestisida ternyata tidak selamanya membunuh serangga di pertanaman meskipun tujuannya adalah untuk pengendalian hama di pertanaman sayuran. Pada dua kali aplikasi yang dilakukan di dua lokasi Alahan Panjang dan Sungai Nanam terlihat bahwa kelimpahan individu dan kekayaan spesies serangga tidak sertamerta menurun. Dari pengamatan pertama yakni pada umur 8 minggu tanaman sampai pengamatan kedua umur 12 minggu, memperlihatkan kelimpahan individu dan kekayaan spesies serangga menurun di pertanaman kubis (Gambar 1 dan 2) Colembolla justru lebih tertekan di pertanaman kubis sedangkan jenis spesies lain terutama dari ordo Diptera dan Lepidoptera sebaliknya di Alahan Panjang. Artinya, pestisida ternyata lebih berdampak menekan bagi serangga yang berfungsi sebagai pengurai bahan organik seperti Collembola tetapi tidak berpengaruh terhadap jenis serangga bersifat hama seperti Lepidoptera dan Diptera. Namun demikian, aplikasi pestisida dalam periode musim tanam telah dapat menurunkan keanekaragaman serangga.

(16)

melibatkan institusi pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat secara bersinambung dalam jangka panjang agar mencapai perubahan sikap dan perilaku petani.

KESIMPULAN

1. Residu pestisida berbahan aktif diazinon, propenofos, dimetoat (organoposfat) dan sipermetrin (piretroid) ditemukan pada bawang merah, kubis dan tomat

2. Pada lahan yang diaplikasi pestisida secara intensif menyebabkan kadar air dan pH tanah lebih rendah serta kandungan C organik, bahan organik, kadar CO dan biomasa juga paling rendah dibandingkan dengan lahan yang alami dan bera

3. Dampak pestisida terhadap kehidupan serangga dan artropoda hanya menekan jenis tertentu sehingga merupakan indikasi bahwa aplikasi insektisida tidak selalu efektif.

4. Persepsi dan tindakan petani didasari oleh pengetahuan tentang pestiisida dan bahaya belum memadai dan menjadi faktor penting tingginya penggunaan pestisida

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Jendral Pendidikan Tinggi yang telah menyediakan dana melalui Program Hibah Strategis Nasional tahun 2009. Penghargaan juga disampaikan kepada Rektor Universitas Andalas, Lembaga Penelitian dan Dekan Fakultas Pertanian atas dukungan moril dan administrasi. Terima kasih yang seluasnya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian baik di laboratorium maupun lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Barat . 2005. Laporan Survei Peredaran, Penggunaan dan Efek Samping Pestisida di Kecamatan Lembah Gumanti. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Padang.11 hal.

Borror ,D.J., C.A. Triplehorn dan N.F. Johnson.1992. Pengenalan Pelajaran Serangga (terjemahan). Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Effendy, F.S., 1985. Analisis Residu Pestisida Tamaron dalam Kubis, kripsi pada Fakulta Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam UGM, Yogyakarta.

(17)

Harun, Y. 1995. Telaah Tingkat Jenis Residu Pestisida pada Beberapa Sayuran yang Dijual di Pasar Swalayan dan Pasar Umum Bogor (tesis). Bogor: Institut Pertanian Bogor

Khan, M Z. 2003. Effect of pesticides on biodiversity :comparison of malathion with biosal on protein contents in Calotes versicolor. J. nat. hist. wildl. Vol. 2, No. 1: 25-28

Krebs, C.J. 2000. Program for ecological methodology (software) Second Edition. New York: An Print of addison Wesley Longman, Inc.

Koster, 1990. Exploratary survey shallot in rice based on cropping system in Brebes. Bul.Penel.Hort. VIII. No.1:19-30

Moenandir, J. 1990. Fisiologi herbisida. Rajawali Press. Jakarta.

Nugrohati, S dan K. Untung. 1986. Pestisida dalam sayuran. Proceedings Seminar Kemanan Pangan dalam Pengolahan dan Penyajian, PAU Panga dan Gizi, UGM, 1 – 3 September 1986

Ohsawa, K., Hartadi, S., Noegrohati, S., Sastrohamidjojo, H., Untung, K., Arya, N., Sumiartha, K., Kuwatsuka, S. 1985. Residue Analysis Organochlorine and Organophosphaorus Pesticides in Soils, Waters and Vegetables from Central Java and Bali Island, in Ecological Impact of Pest Management in Indonesia, Ed. Yamamoto, I., and Sosrosumarsono, S., Tokyo University of Agriculture.

(18)

Gambar

Tabel 2. Tingkat residu Bahan aktif pestisida yang terdeteksi pada bawang merah,kubisdan  tomat di Kenagarian  Alahan  Panjang  dan  Sungai  Nanam  Kecamatan  LembahGumanti
Tabel 3. Kadar air dan pH tanah dari berbagai jenis lahan  di Kecamatan LembahGumanti
Gambar 1. Grafik jumlah individu arthropoda pada tanaman kubis umur 8 dan 12 minggudi Alahan panjang
Gambar 2. Grafik jumlah individu arthropoda pada tanaman kubis umur   8 dan 12
+3

Referensi

Dokumen terkait

Karya seni “Rupa Karsa“ merupakan karya yang diciptakan Edi Eskak dari bahan kayu limbah dengan tujuan meningkatkan nilai kemanfaatan bahan kayu limbah, serta mencari

Atas dasar sertifikat atas nama Ibu Ayu yang terlebih dahulu dikeluarkan oleh kepala BPN Kota Batu, dan dari pihak ketiga tidak dapat menunjukkan surat terjadinya jual beli, maka

Sehingga jika salah satu syarat tidak terpenuhi akan berakibat pada penolakan hasil observasi nantinya, akan tetapi jika terjadi kondisi dimana ketinggian hilal berada

Ahmad Dahlan, pendidikan hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, yaitu alim dalam agama dan ilmu-ilmu umum dan bersedia berjuang

Sebanyak satu orang mengalami cemas sedang yaitu pada primigravida.Simpulan:Berdasarkan statistik dengan menggunakan Uji T tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

Dalam hal ini yang dideskripsikan adalah pemberlakuan atau penarikan akumulasi tarif parkir di penitipan motor Prabu, selanjutnya penerapan tersebut dianalisis dan

Dari kelima sampel cilok yang telah dilakukan uji kualitatif kandungan rhodamin B dan boraks menunjukkan hasil yang negatif sehingga aman untuk dikonsumsi, akan

Kelahiran seorang bayi ditengah-tengah keluarga kita adalah sebuah anugrah tiada terkira. Allah Ta’ala telah menganugrahkan nikmat-Nya kepada kita, sekaligus