ABSTRAK
PENGARUH PURWOCENG (Pimpinella alpina Molk), JINTAN HITAM (Nigella sativa Linn), DAN KOMBINASINYA TERHADAP AKTIVITAS SEKSUAL TIKUS WISTAR JANTAN
Fannisa Salma Shafira, 2016; Pembimbing I : Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes aaaaaPembimbing II : Adrian Suhendra ,dr., Sp.PK, M.Kes
Latar Belakang: Gangguan hasrat seksual hipoaktif adalah berkurangnya/tidak ingin melakukan aktivitas seksual. Prevalensi HSDD pada pria sebanyak 16 % dan dapat menimbulkan masalah dalam hubungan. Terapi tradisional pada masyarakat untuk gangguan libido menggunakan purwoceng dan jintan hitam.
Tujuan Penelitian: Mengetahui efek pemberian ekstrak etanol purwoceng (EEP), ekstrak etanol jintan hitam (EEJH), kombinasinya dalam meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar jantan, serta membandingkan kombinasi dengan bentuk tunggalnya.
Metode Penelitian yaitu eksperimental menggunakan RAL dan bersifat komparatif. Sampel 20 ekor tikus Wistar jantan dibagi dalam 4 kelompok : K1 (kontrol negatif, larutan Na-CMC 1%), K2 (EEP 50mg/ekor/hari), K3 (EEJH 100mg/ekor/hari), dan K4 (kombinasi EEP 25mg/ekor/hari dan EEJH 50mg/ekor/hari). Perlakuan selama 21 hari. Variabel respon adalah aktivitas seksual tikus, waktu pertama kali penunggangan (mounting). Analisis data dengan Kruskal Wallis dilanjutkan uji MannWhitney dengan α=0,05.
Hasil: Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan bermakna waktu pertama kali mounting (p=0,014) antara K1 dengan K2. Antara K1 dengan K3 (p=0,071) dan K4 (p=0,053) tidak didapatkan perbedaan bermakna . Antara K2 dan K4 (p=0,100) tidak didapatkan perbedaan bermakna, begitu juga antara K3 dengan K4 (p=0,190).
Simpulan: EEP dapat meningkatan aktivitas seksual tikus wistar jantan EEJH. Kombinasi EEP dan EEJH tidak meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar jantan.
ABSTRACT
THE EFFECT OF PURWOCENG (Pimpinella alpina Molk), BLACK CUMIN (Nigella sativa Linn), AND COMBINATIONS
TOWARDS SEXUAL ACTIVITY IN MALE WISTAR RATS
Fannisa Salma Shafira, 2016; Tutor I : Dr.Diana Krisanti Jasaputra,dr.M.Kes, Tutor II : Adrian Suhendra ,dr.,Sp.PK,M.Kes
Background: Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD) means deficiency/absence of sexual activity desire. The prevalence of HSDD is 16 % and can cause problems in relationship. Purwoceng and black cumin are traditional therapies for HSDD.
Purpose: Investigate ethanol extract of purwoceng (EEP), ethanol extract of black cumin (EEBC), and combinations effect towards increasing sexual activity of male Wistar rats, and comparing the combination with solely.
Methode: Comparative experimental used RAL. Twenty male Wistar rats were divided into 4 groups: K1 (negative control, Na-CMC 1%), K2 (EEP 50mg/rat/day), K3 (EEBC 100mg/rat/day) and K4 (combination of EEP 25mg/rat/day and EEBC 50mg/rat/day). Treatment for 21 days. The response variable is sexual activity of rat, first mounting time. Data were analyzed with Kruskal Wallis then continued with Mann-Whitney test with
α=0,05.
Results: Mann-Whitney test showed a significant difference of first mounting time between K1 to K2 (p=0.014) but no significant difference between K1 to K3 (p=0.071) and K4 (p=0.053). Among K2 and K4 (p=0.100) were not found significant differences, as well as between K3 to K4 (p=0.190).
Conclusion: EEP can increase sexual activity of male Wistar rats. EEJH and combination of EEP and EEJH shows no significant results.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Penis ... 6
2.1.1 Otot Penis ... 7
2.1.2 Suplai Darah Penis ... 8
2.1.3 Vena Penis dan Drainase Limfatik Penis ... 8
2.1.4 Persyarafan Penis ... 9
2.2.1 Rangsangan Syaraf ... 9
2.2.2 Unsur Psikis Rangsangan Seksual Pria ... 10
2.3 Mekanisme Pengaturan Perilaku ... 10
2.3.1 Sistem Limbik ... 10
2.3.2 Hipotalamus ... 11
2.3.3 Amigdala ... 12
2.3.4 Hipokampus ... 13
2.3.5 Korteks Limbik ... 13
2.4 Tahapan Aksi Seksual Pria ... 13
2.4.1 Ereksi ... 14
2.4.2 Lubrikasi ... 15
2.4.3 Ejakulasi ... 15
2.5 Testosteron ... 17
2.5.1 Struktur Biokimia dan Biosintesis Testosteron ... 17
2.5.2 Pengaturan Sekresi Hormon Testosteron ... 18
2.6.5 Khasiat Jintan Hitam ... 27
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 29
3.1.1 Alat Penelitian ... 29
3.1.2 Bahan Penelitian ... 29
3.1.3 Subjek Penelitian... 29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
3.3 Metode Penelitian ... 30
4.3 Pengajuan Hipotesis Penelitian ... 41
4.3.2 Hipotesis Penelitian II ... 41
4.3.3 Hipotesis Penelitian III ... 42
4.3.4 Hipotesis Penelitian IV ... 43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 45
5.2 Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Waktu pertama kali mounting tikus wistar jantan ... 35
Tabel 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney terhadap Waktu Pertama Kali Mounting
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Mekanisme Kerja Purwoceng dan Jintan Hitam ... 5
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Pria ... 6
Gambar 2.2 Anatomi Penis ... 7
Gambar 2.3 Anatomi Sistem Limbik ... 11
Gambar 2.4 Anatomi Hipotalamus ... 12
Gambar 2.5 Struktur Testosteron ... 17
Gambar 2.6 Biosintesis Testosteron ... 18
Gambar 2.7 Pengaturan Umpan Balik HPT Aksis ... 19
Gambar 2.8 Tanaman purwoceng ... 23
Gambar 2.9 Tanaman Jintan Hitam ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 50
Lampiran 2 Perhitungan Dosis ... 51
Lampiran 3 Statistik Penelitian ... 52
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV, yang
disebut Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD) adalah (1) Berkurangnya
fantasi seksual atau tidak adanya kmeinginan untuk melakukan aktivitas seksual
secara persisten atau berulang, (2) Gangguan menyebabkan adanya distress atau
kesulitan interpersonal, (3) Kelainan tersebut bukan merupakan akibat dari
kelainan lain (kecuali disfungsi seksual lain), pengobatan, atau penyalahgunaan
obat. Di antara 100 pasangan suami istri, dilaporkan 16 % mengalami HSDD pada
pasangan pria. Pria usia 50 -59 tahun tiga kali lebih banyak mengalami HSDD
dibandingkan dengan usia yang lebih muda (Brotto, 2015).
Gangguan libido merupakan penyakit yang kompleks, di mana etiologinya
dapat bermacam- macam. Etiologinya di antaranya yaitu karena faktor psikologis
yang meliputi cemas, perubahan gaya hidup, perasaan negatif terhadap diri sendiri
maupun pasangan, tabu terhadap hal-hal seksual, kurangnya perhatian, kurangnya
komunikasi, terlalu sibuk, dan disfungsi seksual pada pasangan. Sebagai
tambahan, penyakit kronis dan juga obat-obatan dapat menyebabkan gangguan
libido. Adanya gangguan libido menyebabkan kesedihan pada penderita dan
menimbulkan masalah dalam hubungan (McNab & Henry, 2006).
Berbagai cara telah dilakukan masyarakat untuk mengatasi masalah gangguan
libido tersebut, di antaranya dengan menggunakan pengobatan tradisional.
Pengobatan tradisional adalah gabungan dari pengetahuan, keterampilan, dan
praktek berdasarkan pada teori, keyakinan, dan pengalaman dari budaya
masing - masing, yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam
pencegahan, diagnosis, perbaikan, maupun perawatan penyakit fisik dan mental
(WHO, 2005).
Penggunaan obat tradisional ini diwariskan berdasarkan pengalaman dari satu
memanfaatkan tumbuhan, baik dari akar, batang, ataupun daunnya. Meskipun
telah banyak obat modern, masyarakat tetap menggunakan obat tradisional karena
harganya yang cukup terjangkau.
Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan hitam (Nigella sativa Linn)
telah digunakan secara turun-temurun sebagai obat untuk meningkatkan potensi
seksual pada pria. Penelitian menunjukkan peningkatan kadar testosteron pada
pemberian purwoceng ataupun jintan hitam (Taufiqqurrachman, 1999 ;
Haseena et al., 2015). Testosteron memiliki peranan penting dalam meningkatkan
aktivitas seksual pada pria (Sherwood, 2007). Pada penelitian ini akan diteliti pula
bagaimana pengaruh purwoceng apabila dikombinasikan dengan jintan hitam
dalam mempengaruhi aktivitas seksual.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, identifikasi masalah
yang timbul dan akan diteliti yaitu:
Apakah purwoceng (Pimpinella alpina Molk) berpengaruh meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar jantan
Apakah jintan hitam (Nigella sativa Linn) berpengaruh meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar jantan
Apakah kombinasi purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan hitam (Nigella sativa Linn) berpengaruh meningkatkan aktivitas seksual tikus
wistar jantan
Apakah kombinasi purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan hitam (Nigella sativa Linn) meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar jantan
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
Efek purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dalam meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar jantan
Efek jintan hitam (Nigella sativa Linn) dalam meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar jantan
Efek kombinasi purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan hitam (Nigella sativa Linn) dalam meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar
jantan
Perbandingan pengaruh kombinasi purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan hitam (Nigella sativa Linn) dalam meningkatkan aktivitas
seksual tikus wistar jantan dengan bentuk tunggalnya.
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
Manfaat akademik : Memberikan ilmu pengetahuan mengenai efek purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan hitam (Nigella sativa
Linn) serta kombinasinya terhadap aktivitas seksual
Manfaat praktis : Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pengobatan suportif gangguan libido.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Testosteron merupakan hormon pria yang utama. Hormon tersebut disekresi
oleh sel interstitial Leydig pada testis. Testosteron memiliki banyak fungsi. Pada
umumnya testosteron bertanggung jawab terhadap berbagai sifat maskulinisasi
testis ke dalam skrotum, dan perkembangan sifat kelamin sekunder
(Guyton & Hall,2012).
Hormon yang paling berperan terkait dengan dorongan seksual adalah
testosteron itu sendiri. Bagian yang paling berperan dalam mengatur perilaku
seksual adalah hypothalamus dan cortex cerebri. Dengan adanya testosteron,
daerah anterior hypothalamus akan terakumulasikan testosteron dalam jumlah
besar yang akan meningkatkan metabolisme otak dan meningkatkan libido.
Individu dengan kadar testosteron yang rendah dapat menyebabkan penurunan
dorongan seksual. (Taufiqurrachman, 1999). Testosteron mempengaruhi enzim
Nitric oxide synthase (NOS), enzim yang memproduksi neurotransmitter untuk
ereksi yaitu Nitric oxide (Zvara et al., 1995). NO melebarkan arteri pada penis
dan merelaksasi jalinan trabekula serabut otot polos di dalam jaringan erektil
corpus spongiosum dan corpora cavernosa dalam penis sehingga menyebabkan
ereksi (Guyton & Hall, 2012).
Purwoceng (Pimpinella alpina) mengandung senyawa sterol yang akan
dikonversikan menjadi testosteron di jaringan perifer yang dapat meningkatkan
dorongan seksual. Dapat juga menstimulasi hypothalamus untuk mensekresikan
GnRH yang merangsang sekresi LH dan FSH. LH akan meningkatkan sintesis
hormon testosteron. (Taufiqurrachman, 1999).
Jintan hitam (Nigella sativa) mengandung asam lemak tidak jenuh yang akan
menstimulasi 17β hidroksisteroid dehidrogenase yang merupakan enzim utama
dalam biosintesis testosteron. Minyak yang terkandung dalam jintan hitam dapat
merangsang hypothalamus yang akhirnya dapat meningkatkan testosteron
Gambar 1.1 Mekanisme Kerja Purwoceng dan Jintan Hitam
1.5.2 Hipotesis
Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) meningkatkan aktivitas seksual tikus.
Jintan hitam (Nigella sativa Linn) meningkatkan aktivitas seksual tikus. Kombinasi purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan hitam
(Nigella sativa Linn) meningkatkan aktivitas seksual tikus.
Kombinasi purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan hitam (Nigella sativa Linn) meningkatkan aktivitas seksual tikus lebih baik dari
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dapat meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar jantan
Ekstrak etanol jintan hitam (Nigella sativa Linn) tidak meningkatkan aktivitas seksual tikus wistar jantan
Kombinasi ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan ekstrak etanol jintan hitam (Nigella sativa Linn) tidak meningkatkan
aktivitas seksual tikus wistar jantan
Kombinasi purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan hitam (Nigella sativa Linn) meningkatkan aktivitas seksual tikus tidak lebih baik dari
bentuk tunggalnya.
5.2 Saran
Sebagai akhir penelitian dan penulisan dari Karya Tulis Ilmiah ini, penulis
menyarankan hal-hal sebagai berikut:
Perlu penelitian uji toksisitas untuk mengetahui batas keamanan penggunaan ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan
ekstrak etanol jintan hitam (Nigella sativa Linn).
Perlu dilakukan penelitian terhadap efek samping yang dapat terjadi akibat pemberian ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina Molk) dan jintan
hitam (Nigella sativa Linn)
Perlu dilakukan penelitian terhadap dosis optimal jintan hitam (Nigella sativa Linn)
Melakukan penelitian menggunakan bentuk sediaan lain
PENGARUH PURWOCENG (Pimpinella alpina Molk),
JINTAN HITAM (Nigella sativa Linn),
DAN KOMBINASINYA TERHADAP
AKTIVITAS SEKSUAL TIKUS WISTAR JANTAN
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FANNISA SALMA SHAFIRA
1310051
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis berhasil menyelesaikan dengan baik dan tepat
waktu Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Purwoceng (Pimpinella
Alpina Molk), Jintan Hitam (Nigella Sativa Linn), Dan Kombinasinya Terhadap
Aktivitas Seksual Tikus Wistar Jantan”
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat akademik untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha Bandung.
Karya Tulis Ilmiah ini berhasil tersusun dengan baik berkat bantuan,
dukungan secara moral maupun materiil, bimbingan, dan saran-saran dari
berbagai pihak, maka penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes. selaku pembimbing pertama
yang selalu bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta dengan
sabar telah membimbing, memberi dukungan, perhatian, saran, nasihat,
solusi permasalahan, dan bantuan ilmu pengetahuan kepada penulis
selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. dr. Adrian Suhendra, Sp.PK, M.Kes selaku pembimbing kedua yang selalu
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, serta dengan sabar telah
membimbing, memberi dukungan, perhatian, saran, nasihat, solusi
permasalahan, dan bantuan ilmu pengetahuan kepadaa penulis selama
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Kepala bagian Laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Marnatha
yang mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Nana selaku staf Laboratorium Farmakologi Universitas Kristen
Maranatha dan Bapak Kris yang selalu membantu penulis selama
5. Keluarga penulis ; Slamet Tarmedi, Pipih Saripah, Faqila Syahna, dan
Navisha Hazna yang selalu mendoakan, mendukung, memberi semangat
serta bantuan moral dan materiil kepada penulis.
6. Teman seperjuangan penulis dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah,
Elizabeth dan Ayunda Prameswari yang telah saling membantu, memberi
semangat dan bekerjasama selama melaksanakan penelitian ini. Terima
kasih atas kerjasama yang baik dan pengorbanan yang telah diberikan
selama ini.
7. Teman-teman penulis, Fenny Santoso, Helen Sustantine, Cindy Nanda,
Maria Pyrhadistya, Vilia Ruthy, Annisa Nurhidayati, Gumelar Arafah,
Yeremia Prasetyo dan Aldy yang telah membantu penulis dalam
pelaksanaan peneltian.
8. Sahabat–sahabat penulis, Gorga Sihombing, Nadia Verina, Geby
Khomaro, Rika Evadewy, Ricky Purnomo, Hanifan Nugraha, Audri
Rizki, Enrico, Aqil Putra, Daniel Hadiwinata, dan Janice Setiawan yang
selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam
penyusunan karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada pihak – pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
secara langsung maupun tidak langsung turut memberikan dorongan dan
semangat maupun bantuan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak
kekurangan sehingga Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis berharap karya tulis ini dapat berguna masyarakat Indonesia terutama bagi
perkembangan ilmu kedokteran di kemudian hari.
Bandung, November 2016
Fannisa Salma Shafira
DAFTAR PUSTAKA
Al-Sa’aidi, J. A. A., Al-Zobaydi, A. L. D., & Al-Khuzai, N. F. H. (2009). Effect
of alcoholic extract of Nigella sativa on fertility in male rats Nigella sativa. Iraqi Journal of Veterinary Sciences, 23, 123–128.
Aljabre, S. H. M., Alakloby, O. M., & Randhawa, M. A. (2015). Dermatological effects of Nigella sativa. Journal of Dermatology & Dermatologic Surgery, 19(2), 92–98. http://doi.org/10.1016/j.jdds.2015.04.002
Bamosa, A. O., Ali, B. A., & Sowayan, S. A. (1997). Effect of Oral Ingestion of Nigella sativa Seeds on Some Blood Parameters. Saudi Pharmaceutical Journak, 5(2-3).
Brotto, L. (2015). The DSM Diagnostic Criteria for Hypoactive Sexual Desire Disorder in Men. J Sex Med, 7, 2015–2030.
Caroline, C. (2011). Pengaruh Ekstrak Etanol Herba Purwoceng (Pimpinella alpina) terhadap Perilaku Seksual Mencit Swiss Webster Jantan.
Darwati, I., & Roostika, I. (2006). Status Penelitian Purwoceng ( Pimpinella alpina Molk .) di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah, 12(1), 9–15.
Drake, R., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. M. (2010). Gray’s Anatomy for Students (3rd ed.). Philadelphia: Elsevier Ltd.
Ganong, W. F. (2003). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (20th ed.). Jakarta: EGC.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2012). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (11th ed.). Jakarta: EGC.
Haseena, S., Aithal, M., Das, K. K., & Saheb, S. H. (2015). Effect of Nigella Sativa Seed Powder on Testosterone and LH levels in Sterptozotocine Induced Diabetes male Albino Rats . J. Pharm. Sci. & Res, 7(4), 234–237.
Heyne, K. (1987). Tunbuhan Berguna Indonesia (3rd ed.). Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya
Houssay, B. A., Lewis, J. T., Orias, O., Braun-Menendez, E., Hug, E., Foglia, V., & Leloir, L. F. (1955). Human Physiology. New York: McGraw-Hill.
Hidayat, S., & Napitupulu, R. M. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Agriflo.
Islam, N., Ahsan, M., Hassan, C. M., & Malek, M. A. (1989). Antifungal Activities of the Oils of Nigella sativa Seeds. Pakistan J Pharm, 2(1), 25–28.
Khan, A., Chen, H., Tania, M., & Zhang, D. (2011). Anticancer Activities of Nigella sativa (Black Cumin). Afr J Tradit Complement Altern Med, 8, 226– 232. http://doi.org/10.4314/ajtcam.v8i5S.10
Marbat, M. M., Ali, M., & Hadi, A. M. (2013). The use of Nigella sativa as a single agent in treatment of male infertility. Tikrit Journal of Pharmaceutical Sciences, 9(1), 19–29.
McNab, W. L., & Henry, J. (2006). Human Sexual Desire Disorder: Do We Have a Problem? The Health Educator, 38(2), 45–52.
Moore, K. L., Dalley, A. F., & Agur, A. M. R. (2006). Clinically Oriented Anatomy (5th ed.). Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.
Nasihun, T. (2009). Pengaruh Pemberian Ekstrak Purwoceng ( Pimpinella alpina Molk ) terhadap Peningkatan Indikator Vitalitas Pria. Sains Medika, 1(1), 53–62.
Parandin, R., Yousofvand, N., & Ghorbani, R. (2012). The enhancing effects of alcoholic extract of Nigella sativa seed on fertility potential, plasma gonadotropins and testosterone in male rats. Iran J Reprod Med, 10(4), 355– 362.
Permana, D., & Usman, H. (2013). Efek Sitotoksik Ekstrak Metanol Akar Tumbuhan Purwoceng ( Pimpinella Alpina ) Terhadap Sel Kanker Payudara ( MCF-7 Breast Cancer Cells ). Pharmamedika, 5(1), 34–37.
Pribadi, W. A. (2012). Efektifitas Ekstrak Etanol Purwoceng (Pimpinella alpina) Terhadap Pertambahan Bobot Badan Tikus Betina Buting Pada Umur Kebuntingan 0 – 13 Hari.
Salem, M. L. (2005). Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella sativa L . seed, 5, 1749–1770. http://doi.org/10.1016/j.intimp.2005.06.008
typhimurium.
Sejati, A. D. (2012). Penetapan Kadar Flavonoid Dan Fenolik Ekstrak Air Jinten Hitam (Nigella Sativa L.) Dan Uji Sitotoksik Pada Sel Kanker Payudara
Mcf-7 Dari Tiga Daerah : Habasyah, India Dan Indonesia.
Shakeri, F., Gholamnezhad, Z., Mégarbane, B., & Rezaee, R. (2016). Seminar Nasional Pangan Lokal, Bisnis Dan Eko-Industri, 84–88.
Suhartinah. (2012). Efek Spermatogenesis dan Aprodisiaka Herba Purwoceng (Pimpinella alpina K.D.S.) Asal Dieng Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar.
Supriadi. (2001). Tumbuhan Obat Indonesia : Penggunaan dan Khasiatnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Suryadi, R. (2014). Karakter Morfologi dan Pemupukan N dan P Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bioaktif Thymoquinone Jintan Hitam (Nigella sativa L.).
Tajuddin, Ahmad, S., Latif, A., & Qasmi, I. A. (2003). Aphrodisiac activity of 50% ethanolic extracts of Myristica fragrans Houtt. (nutmeg) and Syzygium aromaticum (L) Merr. & Perry. (clove) in male mice: a comparative study. BMC Complement Altern Med., 3(6).
Taufiqqurrachman. (1999). Pengaruh Ekstrak Pimpinella alpina Molk (purwoceng) dan Akar Eurycoma longifolia Jack (pasak bumi) Terhadap Peningkatan Kadar Testosteron, LH, dan FSH Serta Perbedaan Peningkatannya Pada Tikus Jantan Sprague Dawley.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. H. (2009). Principles of Anatomy and Physiology: Maintanance and Continuity of the Human Body, Volume 2 (12th ed.). Hoboken: John Wiley & Sons.
WHO. (2005). National policy on traditional medicine and regulation of herbal medicines Report of a WHO global survey World Health Organization, (May).