• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODUL DAN TANPA MODUL PADA MATA PELAJARAN MENGUASAI ALAT UKUR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA KELAS 1 SEMESTER I SMK SWASTA TELADAN MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODUL DAN TANPA MODUL PADA MATA PELAJARAN MENGUASAI ALAT UKUR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA KELAS 1 SEMESTER I SMK SWASTA TELADAN MEDAN."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MODUL DAN TANPA MODUL PADA

MATA PELAJARAN MENGUASAI ALAT UKUR LISTRIK DAN ELEKTRONIKA KELAS 1 SEMESTER I

SMK SWASTA TELADAN MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

ARY HANDOKO NIM. 0510310933

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Ary Handoko, Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Dengan

Menggunakan Modul Dan Tanpa Modul Pada Mata Pelajaran Menguasai Alat Ukur Listrik Dan Elektronika Kelas 1 Semester 1 SMK Swasta Teladan Medan tahun ajaran 2011/2012. Skripsi, Medan: Fakultas Teknik UNIMED 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perbedaan hasil belajar mata pelajaran Menguasai Alat Ukur Listrik Dan Elektronika (Maule) Khususnya Pada Materi Pelajaran Amperemeter, Voltmeter Dan Ohmmeter Antara Siswa Yang Diajar Dengan Menggunakan Modul Dan Tanpa Modul (Konvensional) Pada Siswa Kelas 1 Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK Swasta Teladan Medan Tahun Ajaran 2011/2012.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental, dimana dalam pelaksanaannya sengaja diberikan perlakuan (treatment) kepada kelompok ekperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1 Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK Swasta Teladan Medan Yang Mengikuti Mata Pelajaran Menguasai Alat Ukur Listrik Dan Elektronika (MAULE) yang berjumlah 3 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas yang mempunyai tingkat kemampuan awal yang sama (homogen) yang diukur melalui pretest. Dari hasil analisis data pretest didapat bahwa ketiga kelas merupakan kelas yang homogen yang kemudian ketiga kelas diundi untuk menentukan kelompok penelitian. Dari hasil undian didapat kelompok eksperimen (yang diajar dengan menggunakanmodul) adalah kelas 1TPTL1 dengan jumlah 36 orang, dan kelompok Kontrol (tanpa menggunakan modul/konvensional) adalah kelas 1TPTL2 dengan jumlah 36 orang. Jadi total subjek yang akan diteliti adalah sebanyak 72 orang.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar MAULE antara siswa yang diajar dengan menggunakan modul dan tanpa modul (konvensional), dimana hasil belajar MAULE kelompok ekperimen lebih tinggi dari hasil belajar MAULE kelompok Kontrol

Hasil uji persyaratan analisis menunjukkan bahwa sebaran data hasil belajar MAULE kelompok eksperimen adalah berdistribusi normal dimana Lhitung (0.1304) < Ltabel (0.1477), dan sebaran data hasil belajar MAULE kelompok Kontrol adalah juga berdistribusi normal dimana Lhitung (0.1348) < Ltabel (0.1477).

(5)

DAFTAR ISI

BAB II. DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A.Deskripsi Teoretis ... 9

1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Menguasai Alat Ukur Listrik Dan Elektronika ... 9

2. Pengertian Belajar ... 13

3. Sistem Pembelajaran Dengan Modul ... 15

4. Sistem Pembelajaran tanpa Modul ... 29

B. Kerangka Berpikir ... 32

(6)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 39

G. Kontrol Terhadap Ekperimen ... 41

H. Instrumen Penelitian ... 44 1. Hasil Belajar MAULE Untuk Kelompok Eksperimen (Menggunakan Modul) ... 57

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.Bentuk Kurikulum MAULE ... 12

Tabel 2.2.Perbedaan Antara Kelompok Belajar ... 34

Tabel 3.1.Desain Penelitian... 38

Tabel 3.2.Langkah-Langkah Model Pembelajaran dengan menggunakan modul ... 39

Tabel 3.3.Langkah-Langkah Model Pembelajaran Tanpa modul ... 40

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen pretes pengetahuan dasar ... 44

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar MAULE ... 46

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar psikomotorik (praktek) MAULE ... 46

Tabel 3.7.Kriteria pembobotan praktek siswa... 47

Tabel 4.1.Distribusi Frekuensi Data Kelompok Eksperimen... 57

Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Data Kelompok Eksperimen... 58

Tabel 4.3.Ringkasan hasil analisis uji normalitas setiap kelompok penelitian ... 59

Tabel 4.4.Ringkasan hasil analisis uji homogenitas... 60

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (IPTEK), lembaga pendidikan harus dapat menciptakan sumber daya manusia yang tanggguh dan berkualitas yaitu yang memiliki kemampuan dan penguasaan teknologi yang memadai sesuai dengan jenjang pendidikan yang dimilikinya. Dengan demikian, pendidikan mempunyai pengaruh inovatif terhadap kondisi-kondisi kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, menuju sistem sosial yang dinamis serta modernisasi masyarakat.

(10)

Sekolah Menengah kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk mempersiapkan lulusannya menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang terampil dan dapat memenuhi persyaratan jabatan dalam bidang industri, perdagangan dan jasa serta mampu berusaha sendiri dalam membuka lapangan kerja, guna meningkatkan produksi dan perluasan lapangan kerja.

Melalui sekolah menengah kejuruan (SMK) diharapkan dapat dihasilkan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas serta menguasai bidang yang digelutinya, sehingga kebutuhan akan tenaga kerja dari dunia usaha dan industri dapat terpenuhi. Untuk mencapai hal tersebut, siswa sekolah menengah kejuruan dituntut untuk lebih memahami dan menguasai setiap mata pelajaran yang diterimanya di sekolah, karena setiap mata pelajaran saling mempengaruhi dan saling mendukung pada peningkatan pengetahuan, keterampilan, perkembangan sikap dan kepribadiannya.

Sesuai dengan tujuan tersebut, di SMK siswa diberikan berbagai mata pelajaran yang digolongkan dalam tiga golongan, yaitu: mata pelajaran normatif, adaftif, dan produktif. Dari ketiga mata pelajaran tersebut, mata pelajaran produktif adalah mata pelajaran keahlian yang berhubungan langsung dengan pengetahuan dan keterampilan siswa yang disesuaikan dengan tuntutan dunia industri.

(11)

untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Dalam Garis-Garis Besar Program Pendidikan Dan Pelatihan (GBPP) kurikulum 1999 bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bidang keahlian Teknik Elektro sebagai bagian dari pendidikan menengah kejuruan menyiapkan siswa/tamatan untuk:

1. Memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional dalam lingkup keahlian Teknik Elektro.

2. Mampu memilih karier, mampu berkompetensi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup Teknik Elektro.

3. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun yang akan datang dalam lingkup Teknik Elektro.

4. Menjadi warga negara produktif, adaftif, dan kreatif.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) diutamakan untuk memasuki dunia kerja sesuai dengan bidangnya. Karena itu siswa dibekali dengan materi pelajaran produktif yang berkaitan langsung dengan keterampilan siswa dan berkaitan dengan dunia industri.

(12)

materi yang diajarkan dengan penerapan dalam kehidupan masyarakat umumnya dan masyarakat sekitar siswa khususnya.

Menguasai Alat Ukur Listrik Dan Elektronika (MAULE) adalah salah satu mata pelajaran produktif yang diberikan di SMK, dimana materi yang diajarkan berkaitan dengan alat-alat ukur kelistrikan mulai dari jenis-jenis, fungsi, cara menggunakan serta merawat dan memperbaiki alat ukur.

Dari survey yang dilakukan di lapangan dengan mendengar pendapat guru bidang studi didapatkan bahwasanya hasil belajar siswa kelas 1 program keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik untuk mata pelajaran MAULE diperoleh nilai yang telah memenuhi standar kompetensi (pada lampiran). Akan tetapi nilai ini diperoleh setelah mengadakan ujian Remedial. Ujian Remedial ini diberikan untuk memperbaiki nilai siswa yang tidak mencapai nilai 7 (standard kompetisi untuk mata pelajaran produktif). Akan tetapi ujian remedial dengan ujian tes kompetensi tidak begitu jauh waktu pelaksanaannya. Dari wawancara dengan guru bidang studi didapatkan bahwasanya pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran tanpa modul.

(13)

bahan-bahan yang diberikan oleh guru. Guru adalah orang dewasa yang memiliki pengetahuan dan wewenang untuk menyampaikan pengetahuan itu kepada siswanya. Tujuan pembelajaran terbatas pada pemilikan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu orang yang memiliki banyak ilmu pengetahuan dipandang arif bijaksana dan pandai.

Untuk itulah perlu dilakukan sebuah strategi pembelajaran dimana siswa tidak hanya sebagai pendengar saja tetapi aktif dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran mengandung makna untuk mengurangi sampai pada titik minimal penggunaan metode ceramah dengan siswa yang pasif, dan mengembangkan pilihan metode dengan siswa yang lebih aktif, seperti seminar kelompok, proyek kerja kelompok, tutorial individual atau paket belajar mendiri”.

Sehubungan dengan masalah ini, salah satu tindakan yang diambil untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menerapkan sistem belajar dengan modul.

Menurut Mulyasa, (2003:148), “Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaan oleh para guru”.

(14)

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang ditemukan terdahulu dapat diidentifikasikan masalah yaitu:

1. Apakah model pembelajaran yang digunakan guru sehari-hari sesuai dengan karakteristik peserta didik?

2. Apakah model pembelajaran yang digunakan guru dapat menarik minat belajar peserta didik?

3. Sejauhmana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan modul?

4. Sejauhmana hasil belajar siswa yang diajar dengan tanpa menggunakan modul?

5. Apakah model pembelajaran dengan menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran tanpa menggunakan modul pada mata pelajaran MAULE?.

6. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan modul dan tanpa modul mata pelajaran MAULE?.

C. Pembatasan Masalah

(15)

Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas 1 semester I Program Keahlian Teknik Pemanfaatan tenaga listrik SMK Swasta Teladan Medan T.A 2011/2012.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan modul dan tanpa modul pada mata pelajaran MAULE khususnya pada materi pelajaran Ampere meter, Volt meter dan ohm meter?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan modul dan tanpa modul pada mata pelajaran MAULE khususnya pada materi pelajaran Ampere meter, Volt meter dan ohm meter

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Sebagai informasi bagi sekolah dan kepala sekolah dalam meningkatkan

hasil belajar di SMK Swasta Teladan Medan.

(16)

Sedangkan manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menambah khasanah pengetahuan khususnya tentang teori-teori yang berkaitan dengan metode pembelajaran dengan menggunakan modul dan tanpa modul, serta pengaruhnya terhadap hasil belajar MAULE.

2. Memperluas wawasan penulis akan hakekat mengajar yang efektif dan efisien.

(17)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penerapan sistem pembelajaran dengan menggunakan modul memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar MAULE Pada Siswa Kelas1 Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK Swasta Teladan Medan.

2. Penerapan sistem pembelajaran dengan menggunakan modul lebih baik dibandingkan dengan penerapan sistem pembelajaran tenpa modul untuk mengetahui hasil belajar MAULE Pada Siswa Kelas1 Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK Swasta Teladan Medan. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata yang didapatkan siswa kelompok yang menggunakan modul lebih tinggi dari skor rata-rata kelompok tanpa modul.

B. IPLIKASI

(18)

pengetahuan dan meningkatkan kemandirian dan rasa tanggungjawab siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar MAULE.

2. Apabila sistem pembelajaran dengan menggunakan modul dijalankan maka guru harus bisa menyusun modul dan mengajar dengan modul. 3. Apabila sistem pembelajaran dengan menggunakan modul dijalankan

maka siswa harus dilatih untuk menggunkan modul.

4. Semakin baik penerapan sistem pembelajaran yang digunakan misalnya sistem pembelajaran dengan menggunakan modul oleh guru maka hasil belajar siswa akan semakin meningkat.

C. SARAN

1. Agar sistem pembelajaran yang akan diterapkan di SMK Swasta Teladan Medan diarahkan kepada sistem pembelajaran menggunakan modul

2. Bagi guru bidang studi yang belum bisa menyusun dan mengajar dengan menggunkanan modul maka disarankan agar pihak sekolah mengadakan pelatihan khusus cara menyusun dan mengajarkan modul.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, (2005), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Arikunto, S, (2005), Manajemen Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

DIKNAS,(2008).http://Kurikulum.Dikmenjur.net/modul/Kumpulan_Modul_004/, Besaran Dan Satuan Semester 1 Kelas X SMA Negeri 1 Tiga Panah.

Unimed

Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas,1999) SMKT Jurusan Listrik Dan Elektronika.

Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran Permen Diknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.

Mulyasa, E, (2004), Implementasi Kurikulum 2004, Remaja Rodakarya, Bandung. Mujiono dan Dimiyati (2002) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Asdi

(20)

Sudjana, (2005), Metode Statistik, Tarsito, Bandung.

Sudjana, Nana. 92005). Penelitian dan penilaian pendidikan, Bandung: Sinar Baru

Sudrajat Akhmad, (2008). http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/ pengembangan-bahan-ajar.ppt#308,2,Pengertian Bahan Ajar, 28 April 2008

Gambar

Gambar 4.1. Histogram Distribusi Kelompok Ekperimen ................................  56

Referensi

Dokumen terkait

yang Mengalami Asites diruang Hemodialisis Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

5.3 Menentukan nilai pecahan dari suatu bilangan atau kuantitas tertentu 5.4 Melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan 5.5 Memecahkan masalah perbandingan

♘ Jika besar sudut datang cahaya (θ 1 ) diperbesar sampai satu nilai tertentu maka seluruh cahaya akan dipantulkan secara total, besarnya sudut datang tersebut, disebut sudut

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Metode pembelajaran problem solving memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan metode

Produsen Yamaha yang sudah lama ada di Indonesia dan menguasai pemasaran sepeda motor di tanah air juga merasa khawatir dengan hal ini, karena kompetitor dari cina juga

process of teaching English speaking by using games, to describe the using games and to reveal the difficulties and the solutions to the difficulties faced

Hasil dan Kesimpulan: Ada pengaruh NMES metode Grup otot terhadap VO2 max atlet pencak silat, Ada pengaruh NMES metode Nerve trunk terhadap VO2 max atlet pencak silat dan

Dari basil eksperimen didapatkan balm·a jenis pra proses yang banya terdiri dari proses desaturasi memberikan basil rata-rata keakuratan terbaik. Kata kunci: