ANALISIS KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE DIBANDINGKAN
MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING YANG DIINTEGRASIKAN
DENGAN MAKROMEDIA FLASH PADA APLIKASI REDOKS
Oleh :
Dwi Khalisah Nur Lubis NIM. 409331011
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
Analisis Kreativitas Dan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Example Non Example Dibandingkan Model Pembelajaran Student
Facilitator And Explaining Yang Diintegrasikan Dengan Makromedia Flash Pada Aplikasi Redoks
Dwi Khalisah Nur Lubis (NIM. 409331011) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas siswa dan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining yang diintegrasi dengan media Makromedia Flash dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran Example non Example yang diintegrasi dengan media Makromedia Flash pada pokok bahasan aplikasi redoks, serta untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara kreativitas dan hasil belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA pada semester genap T.A 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas X siswa SMA Negeri 2 Padangsidimpuan yang diambil secara acak.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen kreativitas dan tes hasil belajar. Instrumen tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda dengan jumlah soal sebanyak 10 soal yang telah dinyatakan valid, dan reliabel (dapat diterima). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (sig. 0,114> 0,05) yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan kreativitas siswa yang diajarkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining diintegrasikan media Makromedia Flash dibandingkan yang diajar menggunakan model pembelajaran Example non Example yang diintegrasi Makromedia Flash. Sedangkan untuk hasil hasil belajar (sig. 0,008<0,05) , terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diajarkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yang diintegrasi media Makromedia Flash dibandingkan yang diajar menggunakan model pembelajaran Example non Example yang diintegrasi Makromedia Flash. Terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar siswa pada kedua kelas dan perbedaan yang signifikan kreativitas siswa yang diajarkan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining diintegrasikan media Makromedia Flash dibandingkan yang diajar menggunakan model pembelajaran Example non Example yang diintegrasi Makromedia Flash dimana (sig.0,000< 0,05). Peningkatan hasil belajar pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yang diintegrasi media Makromedia Flash sebesar 78,9% dan peningkatan hasil belajar pada kelas yang diajar dengan model pembelajaran Example non Example yang diintegrasi Makromedia Flash sebesar 69,2%.
vi
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. ruang Lingkup 5
2.1.1. Pengertian Pembelajaran 9
2.1.2. Hasil Belajar 10
2.1.3. Efektivitas Pembelajaran 11
2.2 . Model Pembelajaran Kooperatif 12
2.3. Model Pembelajaran Example Non Example 12
2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran Example Non Example 12 2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan dalam Menggunakan
Model Example Non Example 13
2.3.3. Langkah-Langkah dalam Menggunakan
vii
2.4. Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining 14 2.4.1. Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining 14 2.4.2. Keunggulan dan Kelemahan dalam Menggunakan
Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining 14 2.4.3. Langkah-Langkah dalam Menggunakan
Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining 15
2.5. Pendidikan Karakter 16
2.6. Kreativitas 17
2.6.1. Karakteristik Berpikir Kreatif 18
2.6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas 19
2.6.3. Lembar Observasi 20
2.7. Media Pembelajaran 22
2.7.1. Fungsi Media 23
2.7.2. Macam-Macam Media 23
2.7.3. Pemilihan Media Pembelajaran 24
2.7.4. Makromedia Flash 25
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 39
3.2. Populasi dan Sampel 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Instrumen untuk Mengukur Hasil Belajar 48
4.1.1. Validitas Instrumen Tes 48
4.1.2. Reabilitas Instrumen Tes 49
4.1.3. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes 49
4.1.4. Daya Pembeda Instrumen Tes 49
4.2 .Deskripsi Data Hasil Penelitian 50
4.3.Uji Persyaratan Analisa Data 54
viii
4.3.2. Uji Homogenitas Data 55
4.3.3. Uji Hipotesis 55
4.3.4. Peningkatan Hasil Belajar 59
4.4.Pembahasan Hasil Penelitian 60
4.4.1. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Student Facilitor and Explaining dan Model Pembelajaran Example non Example yang Diintegrasikan Makromedia
Flash terhadap Kreativitas 62
4.4.2. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Student Facilitor and Explaining dan Model Pembelajaran Example non Example yang Diintegrasikan Makromedia
Flash terhadap Hasil Belajar 64
4.4.3. Pengaruh Kreativitas terhadap Hasil Belajar Kimia
Pada Model Pembelajaran Student Facilitor and Explaining dan Model Pembelajaran Example non Example
yang Diintegrasikan Makromedia Flash 68
4.4.4. Analisis Hubungan Lembar Observasi Kreativitas dan
Instrumen Soal terhadap Ranah Kognitif Teori Bloom 69
4.5. Keterbatasan Penelitian 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 75
5.2. Saran 76
DAFTAR PUSTAKA 77
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Pedoman Penskoran Indikator yang Diamati 21 Tabel 2.2. Kata Operasional Domain Kognitif Versi Baru 32
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 41
Tabel 4.1. Rata-rata, Standar Deviasi, Minimum, Maksimum
Nilai Kreativitas Kelompok Sampel 50
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kreativitas Siswa pada Pembelajaran
Aplikasi Redoks, Korosi Kedua Kelas Eksperimen 51 Tabel 4.3. Rata-rata, Standar Deviasi, Minimum, Maksimum
Data Tes Awal Hasil Belajar Kelompok Sampel 52 Tabel 4.4. Rata-rata, Standar Deviasi, Minimum, Maksimum
Data Tes Akhir Hasil Belajar Kelompok Sampel 52 Tabel 4.5. Rata-rata, Standar Deviasi, Minimum, Maksimum
Data Gain Hasil Belajar Kelompok Sampel 53 Tabel 4.6. Rata-rata Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa
Pada Kedua Kelas 53
Tabel 4.7. Hasil Uji Normalitas Data 55
Tabel 4.8. Hasil Uji Hipotesis Kreativitas 56
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Frekuensi Kreativitas Siswa 51
Grafik 4.2. Nilai Rata- rata Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa 54 Grafik 4.3. Persentase Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus 80
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 82
Lampiran 3. Analisis Kisi Soal 92
Lampiran 4. Instrumen Tes Hasil Belajar 93
Lampiran 5. Lembar Observasi Kreativitas 103
Lampiran 6. Deskriptor Observasi Kreativitas Siswa 104
Lampiran 7. Tabel Validitas Instrumen Soal 106
Lampiran 8. Perhitungan Reliabelitas Tes 110
Lampiran 9. Perhitungan Taraf Kesukaran Tes 111
Lampiran 10. Perhitungan Daya Beda Tes 114
Lampiran 11. Instrumen Tes Hasil Belajar Pre-tes dan Pos-tes 117 Lampiran 12. Analisis Kognitif Soal Pre-tes dan Pos-tes 122 Lampiran 13. Daftar Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen I dan
Eksperimen II 127
Lampiran 14. Perhitungan Peningkatan Hasil Belajar (Gain) 130
Lampiran 15. Tabulasi Nilai Kreativitas 136
Lampiran 16. Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II 141
Lampiran 17. Uji Homogenitas Data Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II 146
Lampiran 18. Uji Hipotesis Data Kelas Eksperimen I dan
Kelas Eksperimen II 149
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari materi dan perubahan yang terjadi di dalamnya. Kimia banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Peristiwa yang berkaitan dengan proses kimia banyak ditemukan di lingkungan. Mengingat hal ini, siswa perlu dibekali penguatan kemampuan kimia. Belajar bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang mendalam atau sesuatu ilmu yang dapat diterapkan walaupun dalam sesuatu yang sederhana dalam kehidupan sehari- hari di lingkungannya.
Berdasarkan konsep dasar silabus yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), materi reaksi redoks merupakan materi kimia yang diberikan kepada siswa kelas X semester genap dan dilanjutkan di kelas XII semester ganjil. Kompotensi dasar dari pokok bahasan reaksi redoks adalah menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya dengan tata nama senyawa serta penerapannya. Reaksi redoks salah satu materi pelajaran yang dapat diperdalam siswa untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam pokok bahasannya dipelajari materi aplikasi redoks dalam memecahkan masalah lingkungan, dimana sebelumnya siswa sudah dibekali mengenai konsep redoks, pereduksi dan pengoksidasinya. Kejadian yang berkaitan dengan reaksi redoks dalam lingkungan tersebut antara lain reaksi fotosintesis, respirasi, korosi, dan berbagai reaksi pembakaran.
2
mampu melakukan hal besar. Hal ini menjadi alasan untuk mengambil pokok bahasan korosi dalam penelitian.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Padangsidimpuan pada materi aplikasi redoks dalam memecahkan masalah korosi di lingkungan, materi ini diajarkan dengan ditekankan pada pemahaman konsep. Sehingga menyebabkan siswa menganggap kimia rumit. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih bersifat konvensional jarang menggunakan media dan sesekali mengadakan praktikum. Kurangnya penanaman karakter yang diberikan dalam proses belajar juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa jadi lebih pasif, rasa keingintahuannya sangat kurang, lebih bersifat menerima saja, dan tidak berinovatif dalam menemukan suatu pemecahan masalah dalam pembelajaran yang menyebabkan anak kurang berpikir kreatif.
Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa “ Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratif serta bertanggung jawab”. Sebagai pendidik tidak hanya bertugas untuk mencerdaskan saja tetapi juga harus mengembangkan karakter-karakter peserta didik seperti yang telah dikemukakan pada pasal tersebut.
3
Dalam usaha meningkatkan kreativitas dan hasil belajar, peneliti mengembangkan model pembelajaran example non example dan student facilitator and explaining. Model pembelajaran example non example dan student
facilitator and explaining adalah model pembelajaran yang dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas. Pada model example non example, setelah guru menyampaikan sedikit materi secara garis besar melalui
gambar, guru menugaskan siswa membacakan hasil diskusinya, dan dari hasil tersebut, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai, sedangkan pada model student facillitator and explaining, setelah guru menyampaikan materi secara garis besar, siswa diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada siswa lain, kemudian guru menyimpulkan ide siswa tersebut dan memulai menerangkan materi yang disajikan.
Kelebihan dari model pembelajaran example non example, siswa lebih kritis dalam menganalisis, menegetahui aplikasi dari materi, dan diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, sedangkan untuk model pembelajaran student facillitator and explaining, siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut (Istarani, 2012).
Menurut hasil penelitian Z. Fivia tentang Efektivitas Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Facilitator And Explaining (SFAE) Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi
mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 38,8% dari hasil belajar
menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian yang sama terhadap
model pembelajaran kooperatif dilakukan oleh Purba (2011), dengan judul
Efektivitas Model Pembelajaran Fasilitator Dan Menjelaskan ( SFAE) dalam
Meningkatkan Kemampuan Menanggapi Tajuk Rencana Oleh Siswa Kelas X
SMA Swasta Josua Medan Tahun Pembelajaran 2011/2012. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kemampuan menanggapi tajuk rencana mengalami
4
student facilitator and explaining sebesar 11,34 % sedangkan eksperimen II yang
menggunakan ekspositori sebesar 11,2 % .
Ada beberapa penelitian terkait dengan penerapan model pembelajaran
exemple non exemple, Ahmad dan Nur K (2013) telah melakukan penelitian
tentang Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Metode Example
Non Example Pada Standar Kompetensi Menerapkan Dasar-Dasar Elektronika.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan hasil pemahaman siswa sebesar 5 % dibandingkan dengan mengguanakan motode pembelajaran ceramah. Sementara penelitian lain yaitu Sitanggang E. (2010) melakukan penelitian yang berjudul Efektivitas Metode Pembelajaran Example Non Example Terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi Oleh Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tarutung Tahun Pembelajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini menunjukkan keefektifitasannya sebesar 7,329% dimana dengan mengggunakan model pembelajaran demonstrasi dalam menulis paragraf deskripsi rata-rata nilainya 71,625 sedangkan yang mengguanakan model exemple non example, rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 76,875. Penggunaan model pembelajaran exemple non exemple pada penelitian ini dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemauan siswa, sehingga siswa terdorong dan terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan kegiatan pembelajarannya sangat menyenangkan karena guru dan siswa berperan aktif.
Guru yang efektif dalam menggunakan media dapat meningkatkan minat siswa dalam proses belajar mengajar dan siswa akan lebih cepat dan mudah mengerti terhadap materi pelajaran yang disampaikan guru (Sabri, 2010). Ada banyak media yang dapat digunakan guru salah satunya media makromedia flash.
Penelitian terdahulu yang menggunakan makromedia flash, Tobing (2012) tentang Pengaruh Makromedia Flash Pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa
5
(2012) tentang Pengaruh Penggunaan Makromedia Flash Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Pada Materi Sistem Koloid diperoleh peningkatan atau persen gain hasil belajar kimia menggunakan makromedia flash sebesar 70,87% sedangkan yang tanpa menggunakan makromedia flash sebesar 63,5 %.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Kreativitas Dan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Example Non Example Dibandingkan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining Yang Diintegrasikan Dengan Makromedia Flash Pada Aplikasi Redoks”.
1.2 Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan makromedia flash yang diintegrasikan dengan model pembelajaran example non example dibandingkan dengan penggunaan makromedia flash yang diintegrasikan dengan model pembelajaran student facilitator and explaining dalam mengembangkan kreativitas dan meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada materi pokok aplikasi redoks dalam memecahkan masalah korosi di lingkungan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah.
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kreativitas siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining dibandingkan yang diintegrasikan model
pembelajaran example non example?
6
student facilitator and explaining dibandingkan yang diintegrasikan model
pembelajaran example non example?
3 Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining? 4 Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan
peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran example non example?
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan terfokus, yaitu.
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran example non example dan student facilitator and explaining.
2. Hasil penelitian yang diukur adalah kreativitas dan hasil belajar siswa
3. Materi pelajaran pada penelitian ini dibatasi pada pengaplikasian redoks dalam memecahkan masalah korosi di lingkungan.
4. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester genap Tahun Ajaran 2012/2013 di SMA Negeri 2 Padangsidimpuan.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah.
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan kreativitas siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining dibandingkan yang diintegrasikan model pembelajaran example non example.
7
model pembelajaran student facilitator and explaining dibandingkan yang diintegrasikan model pembelajaran example non example .
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash diintegrasikan model pembelajaran example non example.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan pengetahuan awal mengenai materi korosi sehingga pada pembelajaran selanjutnya pada kelas III lebih mudah dan dapat lebih mendalami materi tersebut.
2. Bahan informasi untuk memperbaiki model pembelajaran di sekolah sehingga dapat memicu peningkatan kualitas pembelajaran.
3. Pengalaman belajar yang meningkatkan aktivitas belajar siswa serta menumbuhkan motivasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran kimia. 4. Bahan masukan bagi calon guru tentang pelaksanaan model pembelajaran
example non example dan student facilitator and explaining menggunakan
makromedia flash dalam proses pembelajaran di kelas.
1.7 Defenisi Operasional
8
pribadi. Hasil belajar siswa digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan (Sabri, 2010) .
2. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan baru anatar unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar, 2009).
3. Model pembelajaran example non example adalah merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menuntut partisipasi dan aktivitas aktif untuk mencari materi (informasi) pembelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia. Model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam menyampaikan materi pembelajaran (Arend dalam Sriwidaningsih, 2012).
4. Model pembelajaran student facilitator and explaining adalah model pembelajaran kooperatif, dimana siswa belajar mempresentasikan ide atau pendapat pada rekan peserta didik lainnya (Istarani, 2012).
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kreativitas siswa yang diajar menggunakan makromedia flash dengan diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining dibandingkan dengan yang diajar
menggunakan makromedia flash dengan diintegrasikan model pembelajaran example non example
2. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang diajarkan menggunakan makromedia flash dengan diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining dibandingkan yang diajar menggunakan
makromedia flash dengan diintegrasikan model pembelajaran example non example
3. Terdapat hubungan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash dengan diintegrasikan model pembelajaran student facilitator and explaining dengan peningkatan hasil belajar sebesar 78,9 %.
4. Terdapat hubungan antara kreativitas dengan peningkatan hasil belajar kimia siswa yang diajar menggunakan makromedia flash dengan diintegrasikan model pembelajaran example non example dengan peningkatan hasil belajar sebesar 69,2 %.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka penulis menyarankan hal-hal berikut :
1. Bagi guru atau calon guru disarankan untuk menerapkan model pembelajaran student facilitator and explaining atau model example non example yang
76
alternative pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan rasa kreativitas siswa khususnya mata pelajaran kimia dan harus menyesuaikannya dengan karakteristik materi yang akan diajarkan .
2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut disarankan lebih memperhatikan kelemahan dalam strategi pembelajaran ini, dan dapat mengkolaborasikan dengan media yang sejalan dengan perkembangan teknologi sehingga terjadi lompatan pemahaman dalam belajar.
3. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat mengatasi kesulitan-kesulitan saat melakukan penelitian sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
77
DAFTAR PUSTAKA
Adisusilo, S., (2012), Pembelajaran Nilai - Karakter, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Angraini, M., (2012), Pengaruh Media Mind Mapping dalam Pembelajaran Advance Organizer terhadap Kreativitas Siswa dan Hasil Belajar Kimia SMA, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Arikunto, S., (2006), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Arsyad, A., (1997), Media Pengajaran, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Briggs, L., (1967), Instructional Media: A Procedure for the Design of
Multi-Media Instruction, A Critical Review of Research, and Suggestions for Future Research, Tesis, American Institutes for Research in the Behavioral Sciences, Pittsburgh.
Gunawan, (2004), Genius Learning, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hidayatullah, dkk, (2011), Animasi Pendidikan Menggunakan Flash, Informatika, Bandung.
Huda, M., (2011), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Istarani, (2012), Model Pembelajaran Inovatif, Media Pustaka, Medan. Kasijan, Z., (1984), Psikologi Pendidikan, Bina Ilmu, Surabaya.
Kholis, N. dan Saifuddin U.A., (2013), Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menggunakan Metode Example non Example pada Standar Kompetensi Menerapkan Dasar-dasar Elektrokimia, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Vol.2. 286
Munandar, U., (2009), Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta.
78
Nandayani, F., (2012), Pengembangan Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di MAN 1 Medan, Skripasi, FMIPA, Unimed, Medan.
Nur, A., (2013), Media Pembelajaran, http:// nuraisyah- pgsdupi. blogspot.com/ 2013/01/media-pembelajaran_9899.html (diakses 25 Februari 2013).
Nur’aini, E., (2011), Taksonomi Bloom dalam Pencapaian Kompetensi Kognitif, Afektif, Psikomotorik (Versi Baru) : amaeka.wordpress.com (diakses 25 Mei 2013).
Prasetyo, E. (2010), Pengaruh Model Student Facilitator and Explaining terhadap Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa Materi Invetebrata di SMA 1 Boja, Skripsi, FMIPA, UNS, Semarang.
Purba, M., (2007), Kimia Untuk SMA Kelas X Semester 2. Erlangga, Jakarta. Purba, Z. F., (2011), Efektifitas Penerapan Model Tipe Student Facilitator And
Explaining (SFAE) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI SMA pada Pokok Bahasan Laju Reaksi, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Robin K. dan Liesel K., (2005), Developing Learning Objects for Secondary School Students: A Multi-Component Model, Interdisciplinary Journal of Knowledge and Learning Objects, Volume 1. 21.
Sabri, A., (2010) , Strategi Belajar Mengajar, Quantum Teaching, Jakarta.
Sagitasari, D., (2010), Hubungan Kreativitas dan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP, Skripsi, FMIPA, UNY, Yogyakarta.
Siddiq, I., (2010), “Proposal Sains Kimia SMA/ SMK Kelas X”. Repository. upi. edu/ skrpisilist. php?eksport = word (diakses Januari 2013).
Sihotang, Y.,(2012), Pendekatan SETS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun Ajaran 2011/2012 Pada Materi Pokok Hidrokarbon, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Sitanggang, E., (2010), Efektifitas Metode Pembelajaran Example non Example terhadap Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi oleh Siswa Kelas X SMA 2 Tarutung Tahun Pembelajaran 2010/2011, Skripsi, FBS, Unimed, Medan.
Sriwidaningsih, W., (2012), Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non Example dan Pembelajaran Menulis dengan Bahasa Indonesia Baku, Tesis. Program PascaSarjana, UPI, Bandung.
79
Suyatno, (2009), Menjelajahi Pembelajaran Inovatif, Makromedia Buana Pustaka, Sidoarjo.
Tarigan, S., (2010), Pengantar Metode Penelitian Ilmiah, Unimed, Medan.
Tobing, M., (2012), Pengaruh Penggunaan Media Animasi Flash dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Assisted Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA pada Pokok Bahasan Sistem Koloid, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif, Kencana Pernada Media Group, Jakarta.
Wahana Komputer, (2009), Panduan Praktis SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik, Penerbit Andi, Semarang.
Wibowo, dkk, (2011), Pengaruh Pembelajaran Diagram Roundhouse terhadap Kemampuan Kognitif, Metakognitif, dan Kreativitas Siswa SMPN 1 Bangun Bantul, Skripsi, FMIPA, UNY, Yogyakarta.
Winkel. W.S., (2009), Psikologi Pengajaran, Media Abadi, Yogyakarta.