• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor ke pasar dunia. Dari total produksi kopi yang dihasilkan oleh Indonesia, sekitar 67% kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sebagai negara produsen, ekspor kopi merupakan tujuan utama dalam memasarkan produk kopi yang dihasilkan oleh Indonesia.

Salah satu jenis kopi yang diekspor oleh Indonesia ialah kopi Arabika. Kopi Arabika memiliki nilai jual yang sangat tinggi karena diekspor dalam kualitas bagus (Grade 1) sedangkan kopi Robusta dominan diekspor dalam kualitas sedang sampai rendah (AEKI, 2012).

Perkembangan volume dan nilai ekspor kopi Arabika pada periode 2007-2012 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun seperti diperlihatkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabik Indonesia Tahun 2007-2012

Tahun

Kopi Arabika Volume Ekspor

(Ton)

Perkembangan Nilai Perkembangan

(%) Ekspor (U$) (%)

2007 50.952.000 - 154.791.177.630 -

2008 59.735.000 17,2 207.564.131.438 34,1

2009 62.855.000 5,22 199.486.260.281 -3,89

2010 78.036.000 24,1 276.933.166.202 38,8

2011 44.875.000 -42,5 276.210.037.301 -0,26

2012 51.606.000 14,9 306.317.289.973 10,9

Total 348.059.000 1.421.302.062.825

Rata-Rata 58.009.833 3,784 236.883.677.137 16

Sumber: Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia, 2012

(2)

Pada Tabel 1 terlihat volume ekspor kopi Arabika Indonesia cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun namun cenderung meningkat dengan perkembangan rata-rata sebesar 3,784% per tahun. Begitu juga halnya dengan nilai ekspor kopi yang berfluktuasi yaitu rata-rata sebesar 16% per tahun. Negara tujuan ekspor kopi Arabika ini adalah USA, Jepang, Jerman, Belgia, Slovenia, Australia dan lain-lain.

Hal yang sama terlihat pada perkembangan luas areal dan produksi kopi Arabika Indonesia yang mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Areal dan Produksi Kopi Arabika Indonesia Tahun 2007- 2012 Tahun Luas Areal

(Ha)

Perkembangan (%)

Total Produksi (Ton)

Perkembangan (%)

2007 228.931 - 124.098 -

2008 239.476 4,60 129.660 4,48

2009 281.398 17,50 147.631 13,86

2010 251.582 -10,59 146.641 -0,67

2011 251.753 0,067 146.761 0,081

2012 252.645 0,35 147.017 0,17

Rata-Rata 250.964 2,38 140.052 3,58

Sumber : Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia, 2012

Pada Tabel 2 diperlihatkan bahwa perkembangan luas areal kopi Arabika meningkat sebesar 2,38 % per tahun dan produksi juga meningkat sebesar 3,58%

pertahun selama periode 2007-2012. Nilai ekspor kopi Arabika yang terus meningkat akan mendorong petani untuk memperluas areal pertanaman kopi agar dapat menghasilkan jumlah produksi yang lebih besar untuk tujuan ekspor.

Pada tahun 2012, Indonesia menempati urutan ketiga dengan kontribusi 657.000 ton sedangkan yang pertama adalah Brazil dengan kontribusi 3.049.560 ton

(3)

pertahun, kedua adalah Vietnam dengan kontribusi 1.320.000 ton, keempat adalah Colombia dengan kontribusi 480.000 ton, dan urutan kelima adalah Euthiopia dengan kontribusi 390.000 ton. Indonesia yang merupakan urutan ketiga mampu bersaing namun jika usaha untuk meningkatkan produksi kopi melemah, Indonesia akan tersaingi oleh kolombia pada urutan keempat (Dirjenbun. 2013).

Produksi kopi di Indonesia berpeluang meningkat beberapa tahun mendatang seiring dengan peningkatan perluasan areal penanaman kopi yang dilakukan oleh petani (Anggara dan Sri, 2011).

Namun permasalahan yang ada pada kopi Arabika Indonesia diperlihatkan oleh tahun 2010 terjadi penurunan luas areal namun volume ekspor meningkat sedangkan pada tahun 2011 terjadi kenaikan luas areal namun volume ekspor menurun drastis yaitu sebesar -42,5% sehingga yang menjadi pertanyaan adalah apakah kopi Arabika Indonesia akan terus memiliki daya saing di tingkat pasar domestik dan dunia.

Untuk mendorong kelanjutan perkopian nasional diperlukan strategi pengembangan yang dapat menghasilkan daya saing agribisnis kopi di pasar domestik dan dunia. Daya saing tersebut tidak hanya mengandalkan aspek-aspek keunggulan komparatif yang inklusif yang terdapat dalam komoditas tersebut namun harus dipandang secara holistik (Abdullah, 2002).

Menurut Departemen Pertanian Republik Indonesia, Direktorat Jendral Perkebunan (2012), Pulau Sumatera merupakan penyumbang terbesar produksi kopi nasional. Penyumbang terbesar adalah Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan Aceh. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang

(4)

berpotensi untuk pengembangan budidaya kopi terutama kopi Arabika. Beberapa kabupaten yang terkenal dengan produksi kopi Arabika adalah kabupaten Tapanuli Utara, Dairi, Tobasa, dan Humbang Hasundutan serta kabupaten lainnya yang berpotensi untuk pertanaman kopi Arabika. Kopi Arabika di Sumatera Utara sangat potensial untuk diekspor. Perkembangan jumlah ekspor dan nilai ekspor kopi Arabika di Sumatera Utara diperlihatkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara Periode 2007-2011

Tahun Volume Ekspor (Ton)

Perkembangan (%)

Nilai Ekspor (U$)

Perkembangan (%)

2007 62.365 - 189.463.648 -

2008 54.430 -12,7 189.130.588 -0,17

2009 55.529 2,02 176.235.344 -6,82

2010 61.304 10,4 217.554.857 23,4

2011 64.389 5,03 396.320.626 82,17

Total 359.506 1.533.684.789

Rata-Rata 59.918 0,045 255.614.132 18,14

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara. 2012

Pada Tabel 3 terlihat perkembangan jumlah ekspor kopi Arabika di Sumatera Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun yaitu dengan perkembangan rata- rata sebesar 0,045% per tahun dan perkembangan nilai ekspor juga cenderung meningkat rata-rata sebesar 18,14% per tahun dimana perkembangan nilai ekspor terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 82,17%. Dilain pihak, perkembangan luas areal dan produksi kopi Arabika di Sumatera Utara juga mengalami peningkatan. Keadaan ini diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Areal Tanaman Menghasilkan dan Produksi Kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara Periode 2007- 2011

(5)

Tahun Luas Areal (Ha)

Perkembangan (%)

Total Produksi (Ton)

Perkembangan (%)

2007 35.017,55 - 42.222,57 -

2008 37.964,34 8,41 45.462,99 7,67

2009 39.421,55 3,84 45.482,81 0,04

2010 40.859,26 3,65 46.660,75 2,59

2011 42.153,71 3,17 46.350,85 -0,69

Rata-Rata 39.083,28 4,77 45.232,99 2,40

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, 2012

Pada Tabel 4 perkembangan luas lahan tanaman menghasilkan yaitu rata-rata sebesar 4,77% per tahun dan perkembangan total produksi yaitu rata-rata sebesar 2,40% per tahun. Namun, pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi sebesar - 0,69% .

Dari Tabel 3 dan 4 dapat dilihat jumlah ekspor, nilai ekspor dan luas areal kopi Arabika di Provinsi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan namun total produksi pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar -0,69% sedangkan luas areal terjadi peningkatan sebesar 3,17%.

Untuk meningkatkan produksi kopi Arabika di Sumatera Utara perlu dilakukan berbagai upaya mengatasi permasalahan yang ada. Permasalahan harus diatasi mulai dari tahap produksi hingga pemasaran, dan pada akhirnya agribisnis kopi Arabika di Sumatera Utara mampu meningkatkan pendapatan petani serta dapat membantu program pemerintah dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah maupun nasional.

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan sentra produksi kopi Arabika terbesar di Sumatera Utara. Oleh karena itu, berdasarkan uraian mengenai permasalahan volume ekspor dan produksi domestik, maka penulis tertarik untuk melakukan

(6)

penelitian mengenai daya saing kopi Arabika khususnya hasil produksi di Kabupaten Tapanuli Utara.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah penelitian yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan volume produksi kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara periode 2007-2012 ?

2. Bagaimana perkembangan luas areal dan produktivitas kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara periode 2007-2012?

3. Bagaimana perkembangan harga jual kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara periode 2007-2012?

4. Bagaimana daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif) usahatani komoditi kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara?

5. Bagaimanakah dampak kebijakan pemerintah pada harga input-output terhadap usahatani kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis perkembangan volume produksi kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara periode 2007-2012.

2. Untuk menganalisis perkembangan luas areal dan produktivitas kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara periode 2007-2012.

(7)

3. Untuk menganalisis perkembangan harga jual kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara periode 2007-2012.

4. Untuk menganalisis daya saing (keunggulan kompetitif dan komparatif) usaha tani komoditi kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara.

5. Untuk menganalisis dampak kebijakan pemerintah pada harga input-output terhadap usahatani kopi Arabika di kabupaten Tapanuli Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelian ini ialah :

1. Sebagai bahan masukan kepada petani kopi Arabika dalam pengambilan keputusan dalam mengelola usahataninya.

2. Sebagai sumber informasi untuk pemerintah dalam mengambil kebijakan dan perencanaan dalam pengembangan agribisnis kopi Arabika.

3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Referensi

Dokumen terkait

Apulaisoikeusasiamies pitää oikeudellisesti vaikeasti perusteltavana tilannetta, jossa poliisin mukana on ulkopuolinen henkilö, joka saa tai jonka osalta on suuri riski siitä,

Zakat Pertanian. Zakat merupakan salah satu unsur dari sifat kedemawanan dalam konteks masyarakat muslim, sebagai salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Karena itu,

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat tidak menurunkan kecernaan bahan kering

Hati hati dengan budget iklan anda, jika baru coba coba buat saja budget perharinya Rp 10.000,- kemudian analisa dan coba lagi Buat iklan semenarik mungkin untuk diKlik misalnya

Metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan mengevaluasi pembelian kualitas bokar adalah SAW (Simple Additive Weighting).Metode ini sering juga dikenal istilah

Pelaksanaan konsep konstruksi hijau dilaksanakan dengan mengacu kepada petunjuk teknis penyelenggaraan konstruksi hijau yang diterbitkan terpisah dari serta teknik pengelolaan

Syukur Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dalam karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Dalam makalah ini dilanjutkan dengan pengamatan sifat magnetik dan serapan gelombang mikro pada bahan NiFe 2 O 4 yang disubstitusi ion La 3+ dengan metode ko-presipitasi..