• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

NTT NT

atau TR TC ratio TR C

R/ = +

II. LANDASAN TEORI

1. Konsep Pendapatan

Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai. Ukuran ini berguna sebagai langkah permulaan hutang usaha yang mungkin terjadi.

Analisis pendapatan usaha pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha satu bulan atau satu siklus. Tujuannya adalah untuk membantu perbaikan pengelolaan usaha pertanian. Yang digunakan adalah harga berlaku. Penyusutan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk investasi modal yang umum penggunaannya cukup lama.

Penggunaan barang yang bukan tunai seperti produksi yang dikonsumsi di rumah dan pengeluaran, karena analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui hanya perkembangan usaha saja (Gittinger, 1986).

Pendapatan suatu sistem usaha bertujuan untuk mengetahui tingkat profitabilitas yang dapat diukur berdasarkan nilai R/C ratio. R/C ratio usaha menunjukkan perbandingan antara nilai produksi (penerimaan) dengan total biaya usahatani (Soekartawi, 2005). Penghasilan petani tergantung pada dua faktor utama, yaitu harga jual dan biaya usaha. Perhitungan pengeluaran dan pendapatan didasarkan pada harga bahan baku, tenaga kerja dan produksi yang ada di lokasi penelitian. Selain analisis R/C ratio, juga akan dianalisis pendapatan, analisis pendapatan bertujuan untuk mengetahui apakah usaha dodol buah yang dilakukan menguntungkan atau tidak. Adapun rumus R/C ratio adalah sebagai berikut :

Dimana :

TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

Total penerimaan kegiatan usaha yang diperoleh dari total produksi fisik dikalikan dengan harga produksi. Implikasi R/C ratio yang didapatkan ada 3 kemungkinan (Soekartawi, 2005), yaitu :

(2)

1. Jika R/C ratio > 1, maka kegiatan usaha adalah efisien.

2. Jika R/C ratio = 1, maka kegiatan usaha adalah impas 3. Jika R/C ratio < 1, maka kegiatan usaha adalah tidak efisien

2. Konsep Nilai Tambah

Nilai tambah (value added) didefinisikan sebagai pertambahan nilai yang terjadi pada suatu komoditi, akibat mengalami pengolahan lebih lanjut dalam suatu proses produksi (Tambunan, 1999). Berdasarkan definisi ini, maka industri pengolahan hasil pertanian dapat dikatakan sebagai industri yang mampu memberikan nilai tambah. Sumber-sumber nilai tambah suatu komoditi diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, lahan dan manajemen. Untuk menjamin agar kegiatan produksi dapat terus berjalan secara efektif dan efisien, maka nilai tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil kepada faktor-faktor produksi yang digunakan.

Sudiyono (2004) menyatakan nilai tambah dapat dilihat dari dua sisi yakni nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran.

Nilai tambah untuk pengolahan dipengaruhi oleh faktor teknis yang meliputi kapasitas produksi, jumlah bahan baku dan tenaga kerja serta faktor pasar yang meliputi harga output, harga bahan baku, upah tenaga kerja dan harga bahan baku lain selain harga bahan bakar dan tenaga kerja. Besarnya nilai tambah suatu hasil pertanian karena proses pengolahan adalah pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang dihasilkan tidak termasuk tenaga kerja. Dapat dikatakan juga bahwa nilai tambah merupakan gambaran imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.

3. Konsep Fungsi Produksi

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output. Fungsi produksi menentukan output maksimum yang dapat diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya input minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi ini ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam proses produksi.

(3)

Oleh karena itu, hubungan antara input/output untuk setiap sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan. Setiap perbaikan teknologi seperti pemakaian komputer dalam proses pengendalian yang memungkinkan sebuah perusahaan mampu memproduksi sejumlah output tertentu dengan bahan baku, energi, dan tenaga kerja yang lebih sedikit, atau adanya proses penelitian yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja akan meningkatkan sebuah fungsi produksi yang baru.

Teori fungsi produksi mengatakan bahwa setiap proses produksi melibatkan suatu hubungan yang erat antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan. Fungsi produksi adalah suatu hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor produksi yang digunakan dengan jumlah produksi yang dihasilkan persatuan waktu tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor produksi maupun harga produk (Asnawi dan Teken, 1977 dalam Sinaga, et al, 2003).

Fungsi produksi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Y = f (X1,X2,X3,…. Xn) ... (2.1)

dimana :

Y = Jumlah produk yang dihasilkan (output) Xi = Faktor produksi yang digunakan (input)

f = Bentuk hubungan transformasi antara faktor produksi dengan hasil produksi

4. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Bentuk fungsi produksi yang digunakan dalam menduga parameter- parameter yang mempengaruhi produk ada beberapa macam, seperti fungsi produksi kuadratik, model elastisitas substitusi yang konstan (CES), model transendental dan fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi kuadratik dan transendental memiliki persamaan yang rumit dan parameter- parameternya bukan merupakan elastisitas dari faktor-faktor produksi. Jika menggunakan fungsi produksi CES sulit untuk mempertahankan elastisitas

(4)

produksi yang konstan. Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah dengan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas. Secara matematis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:

bn u n b b

b X X X e

bX

Y 3K

3 2 2 1

= 1 ……….(2.2)

Agar tipe fungsi produksi Cobb Douglas tersebut dapat ditaksir dengan menggunakan kuadrat terkecil (OLS), maka diubah menjadi linier berganda, yaitu :

µ + +

+ +

=Lnb bLnX b LnX bLnX bnLnXn

LnY 1 1 2 2 3 3K ...(2.3)

dimana:

Y = output b = intersep

bi = koefisien regresi penduga variabel ke i Xi = jenis faktor produksi ke i

µ = residual

e = 2,7182 (bilangan natural)

Output yang dihasilkan dalam suatu proses produksi tergantung pada input yang digunakan, secara sistematis menjelaskan suatu fungsi produksi yang merupakan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (output) dengan variabel yang menjelaskan (faktor-faktor produksi). Pengaruh faktor lain dalam fungsi produksi Cobb-Douglas di tampung oleh parameter efisiensi a (neutral technik efisiensi parameter) dan sebagian pengaruh faktor lain akan ditampung oleh variabel residual “ µ”.

Fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki syarat-syarat yaitu (Wirasasmita, 1995):

1. Tidak ada pengamatan yang memiliki nilai nol, karena logaritma dari nol merupakan suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (invinitiv).

2. Perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Artinya fungsi produksi Cobb-Douglas dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu model maka perbedaan model tersebut terletak pada intersep (a) dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

3. Tiap variabel bebas adalah perfect competition.

(5)

4. Perbedaan lokasi pada fungsi produksi Cobb-Douglas seperti iklim tercakup pada faktor kesalahan (µ).

Model fungsi produksi Cobb-Douglas mempunyai kelebihan- kelebihan yang didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut ;

1. Mengurangi kemungkinan terjadinya heteroskedastisitas.

2. Koefisien pangkat dari fungsi produksi Cobb-Douglas sekaligus menunjukan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi yang digunakan terhadap output, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produksi yang optimum dari pemakaian faktor-faktor produksi.

3. Jumlah elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi merupakan penduga terhadap skala usaha (return to scale) dari proses produksi.

4. Perhitungannya sederhana dapat dibuat dalam bentuk linier.

5. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi yang banyak digunakan dalam penelitian, sehingga dapat dengan mudah dibandingkan dengan penelitian lain yang menggunakan alat analisis yang sama.

Kelemahan dari model fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu elastisitas produksinya dianggap konstan, nilai dugaan elastisitas produksi yang dihasilkan berbias bila faktor produksi yang digunakan tidak lengkap.

Selain itu tidak dapat digunakan untuk menduga tingkat produksi pada taraf penggunaan faktor produksi sama dengan nol selain itu ada kelemahan lain dari fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu sering terjadinya multikolineritas.

5. Model Fungsi Produksi

Bentuk model fungsi produksi yang digunakan untuk membuat fungsi produksi, antara lain adalah model fungsi linear, model fungsi persamaan kuadratik, model fungsi Cobb-Douglas dan sebagainya. Model fungsi produksi yang baik haruslah memperhitungkan fasilitas yang ada, kesesuaian dengan realitas dan kemampuan model dalam memberikan gambaran mengenai masalah yang sedang dianalisa.

(6)

Model fungsi produksi Cobb-Douglas adalah model yang sangat umum digunakan dalam penelitian ekonomi, sehingga dalam kajian ini digunakan fungsi produksi Cobb-Douglas. Penggunaan fungsi produksi Cobb-Douglas didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut :

1. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi yang banyak dipakai dalam penelitian, khususnya yang menyangkut produksi di bidang pertanian secara umum termasuk industri dodol buah.

2. Perhitungan sederhana, karena dapat dibuat dalam bentuk linear dengan menggunakan program komputer (Supranto, 1984).

3. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas dapat mengurangi masalah heteroskedastisitas.

4. Pada model ini, koefisien pangkatnya sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi yang digunakan, sehingga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat produksi yang optimum dari pemakaian faktor-faktor produksi.

5. Hasil penjumlahan elastisitas masing-masing faktor produksi pada fungsi ini juga dapat menujukkan fase pergerakan skala usaha atau return to scale atas perubahan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses fungsi produksi yang berlangsung.

6. Analisis Strategi Operasional

Menurut Glueck dan Jauch (1999) strategi merupakan rencana yang disatukan menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan suatu perusahaan dengan tantangan dan lingkungan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Dalam kajian strategi pengembangan industri kecil dibahas kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman industri.

Secara umum, manajemen strategi diawali dari tahap perumusan strategi, tahap implementasi dan selanjutnya tahap evaluasi strategi (David, 2001). Tahap perumusan strategi meliputi pengembangan pernyataan misi, penetapan tujuan, identifikasi peluang dan ancaman, serta kekuatan dan kelemahan. Analisis internal meliputi pemasaran dan distribusi, manajemen,

(7)

produksi dan operasi, permodalan dan keuangan, serta pengembangan sumberdaya manusia (SDM). Analisis eksternal meliputi lingkungan industri dan lingkungan makro.

1. Analisis Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE – EFE) Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Langkah yang ringkas dalam melakukan penilaian internal adalah dengan menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE). Sedangkan untuk mengarahkan perumusan strategi yang merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan tingkat persaingan digunakan matriks External Factor Evaluation (EFE).

Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah sebagai berikut :

a. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan

Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal yaitu dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan organisasi. Didaftarkan kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan organisasi. Daftar dibuat spesifik dengan menggunakan prosentase, rasio atau angka perbandingan. Kemudian dilakukan identifikasi faktor eksternal perusahaan dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan ancaman organisasi.

Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara atau kuesioner dan diskusi dengan pihak manajemen perusahaan serta data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor diatas tersebut menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya akan diberikan bobot dan rating.

b. Penentuan Bobot Setiap Variabel

Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi faktor-faktor strategis eksternal dan internal tersebut

(8)

=

= n

i

Xi

xi

a

i

1

kepada pihak manajemen atau pakar dengan menggunakan metode Paired Comparison (Kinnear & Taylor, 1996).

Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah :

1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal

2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal

3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai rataan (3 pakar) dari setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus :

c. Penentuan Peringkat (Rating)

Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari industri kecil yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap variabel-variabel dari hasil analisis situasi perusahaan.

Untuk mengukur pengaruh masing-masing variabel terhadap kondisi perusahaan digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis yang menandakan seberapa efektif strategi industri kecil saat ini.

Menurut David (2001), skala peringkat yang digunakan adalah untuk analisis faktor internal : 1 (kelemahan mayor), 2 (kelemahan minor), 3 (kekuatan minor), 4 (kekuatan mayor). Untuk analisis faktor eksternal (peluang dan ancaman) : 1 (kurang), 2 (sedang), 3 (baik) dan

Dimana : a i = Bobot variabel ke-i xi = Nilai variabel ke-i i = 1, 2, 3, ….., n n = Jumlah variabel

(9)

4 (sangat baik). Untuk faktor peluang, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam merespon peluang yang ada. Untuk faktor ancaman, peringkat yang diberikan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghindari ancaman yang dihadapi.

Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rataan peringkat pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan.

Hasil pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisa situasi perusahaan. Nilai EFE dikelompokkan dalam tinggi (3,0 – 4,0), sedang (2,0 – 2,99) dan rendah (1,0 – 1,99). Sedangkan nilai-nilai IFE dikelompokkan dalam kuat (3,0 – 4,0), rata-rata (2,0 – 2,99), dan lemah (1,0 – 1,9 ) (David, 2001).

2. Matriks Internal – Eksternal (I – E Matriks)

Gabungan kedua matriks tersebut menghasilkan matriks Internal - Eksternal (IE) yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE (Gambar 1). Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasikan sembilan sel strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu :

a. Strategi pertumbuhan (growth strategy) yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri (sel 1, 2 dan 4)

b. Stability Strategy, adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sudah ditetapkan (sel 3, 5 dan 7).

c. Retrechment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (sel 6, 8 dan 9)

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis strategi. David (2001), menyebutkan bahwa analisis SWOT, yaitu analisis kekuatan- kelemahan dan peluang–ancaman (Strengths, Weaknesses, Opportunities,

(10)

Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi bersifat sistematik dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan organisasi, peluang dan acaman lingkungan luar, serta strategi yang menyajikan kombinasi terbaik di antara keempatnya.

I Pertumbuhan

II Pertumbuhan

III Stabilitas

IV Pertumbuhan

V Stabilitas

VI Penciutan

VII Stabilitas

VIII Penciutan

IX Likuidasi

Gambar 1. Matriks Internal – Eksternal (IE Matriks) Sumber : David (2001)

Masing-masing strategi dijabarkan sebagai berikut : 1. Strategi S-O

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi S-T

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman

3. Strategi W-O

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada

Kuat Sedang Lemah

4.0 3.0 2.0

Tinggi

Menengah

Rendah

1.0

1.0 2.0 3.0 Total

Skor Evaluasi Faktor Eksternal

Total Skor Evaluasi Faktor Internal

(11)

4. Strategi W-T

Strategi ini berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Gambar

Gambar  1.   Matriks Internal – Eksternal  (IE Matriks)                        Sumber  :  David  (2001)

Referensi

Dokumen terkait

berita merupakan hal yang diatur dalam manajemen redaksional (Junaedi:2014). Apabila manajemen redaksional pada perusahaan surat kabar tersusun baik, maka

Kondisi seperti tersebut di atas membuktikan bahwa proses sedimentasi yang terjadi di antara Pulau Gondol dengan daratan utama, di tempat mana sedimen dengan butir kasar diendapkan

Hal ini ditunjukkan dari uji paired t test dan tabel penurunan skala nyeri antara sebelum dan sesudah pemberian mahkota dewa.Ini berarti ada pengaruh ekstrak mahkota dewa

Social Media Marketing Activities (SMMA) berpengaruh positif langsung, dan signifikan terhadap Brand Image (BIM), dalam artian pengguna e-wallet dapat berpresepsi bahwa

November 1869 di Batavia pemerintah kolonial Hindia-Belanda mengadakan Rapat Dewan (Tweede Khamer) untuk menindaklanjuti usul dari Iskander. Dari hasil rapat dewan

diriku kembali, yaitu dapat berbicara, maka aku menanyakan kepada Orang-Orang yang berdiri dalam cahaya di atas diriku itu, yang manakah dari semua sekte itu yang benar (karena saat

Prof. Soetandyo  W  Univ. Erlangga  Memberi Pengayaan  Penelitian  1 bulan  17,500  Metode Penelitian  DR. Muslan Abdurrahman  UMM