• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU CANTANG DALAM KERAMBU JARING APUNG DI POKDAKAN PULAU TIDUNG KECAMATAN PULAU SERIBU, DKI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU CANTANG DALAM KERAMBU JARING APUNG DI POKDAKAN PULAU TIDUNG KECAMATAN PULAU SERIBU, DKI JAKARTA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU CANTANG DALAM KERAMBU JARING APUNG DI POKDAKAN PULAU TIDUNG KECAMATAN PULAU SERIBU, DKI JAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Persyaratan Salah Satu Tugas Akhir

RAKHA PRADEAN PUTRA NIM : 201610260311096

JURUSAN AKUAKULTUR

FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subbanahu Wa Ta ala, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Naskah Publikasi yang berjudul Analisa Kelayakaan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Cantang Dalam Keramba Jaring Apung di Pokdakan Pulau Tidung Kecamatan Pulau Seribu, Dki Jakarta. Dalam penyusunan Naskah Publikasi, patut kiranya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Aris winaya, M.M M.Si sebagai Wakil Dekan I Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Ganjar Adhywirawan S., Spi ,M.Si sebagai Ketua Jurusan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Riza Rahman Hakim, S.Pi, M.Sc dan Dr. Hariyadi, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing Naskah Publikasi yang telah memberikan arahan, Petunjuk, bimbingan mulai dari awal sampai tersusunnya laporan ini.

4. Kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Irwan Setiawan dan Ibunda Linawati yang dengan tulus mendoakan, memberi kasih sayang serta semangat agar tidak mudah menyerah dan fokus dalam menyelesaikan studi.

5. Kepada teman- teman saya yang sudah membantu proses penelitian ini hingga penelitian ini berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Naskah Publikasi ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan penulisan dikemudian hari.

Malang, 27 Juni 2021

Penulis

(6)

vi DAFTAR ISI

NASKAH PUBLIKASI...i

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

ABSTRAK...1

PENDAHULUAN...2

METODE PENELITIAN...3

ANALISIS DATA...3

Reveneu Cost Ratio...3

Payback Periods...4

Profit Rate...4

Break Event Point...4

HASIL DAN PEMBAHASAN...5

Keadaan Umum Lokasi Penelitian...5

Keadaan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Cantang...5

Kontruksi Keramba Jaring Apung...5

Benih dan Pakan Ikan Kerapu Cantang...6

Hama dan Penyakit...6

ANALISIS KELAYAKAN USAHA...6

Investasi...7

Biaya Tetap...7

Biaya Variabel...7

Pendapatan...8

Analisis Finansial...9

Kesimpulan...11

Daftar Pustaka...11

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Keramba Jaring Apung...5

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pendapatan rata-rata Kelpmpok...8 Tabel 2. Analisis Kelayakan Finansial rata-rata Kelompok...9

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Form Hasil Cek Plagiasi Laporan Tugas Akhir...13 Lampiran 2. Kuisioner Penelitian...14 Lampiran 3. Perhitungan Analisa Usaha...17

(10)

1

ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU CANTANG DALAM KERAMBA JARING APUNG DI POKDAKAN

PULAU TIDUNG KECAMATAN PULAU SERIBU, DKI JAKARTA

Rakha Pradean Putra1; Riza Rahman Hakim2; Hariyadi2

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian - Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang 2) Staff Pengajar Fakultas Pertanian – Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang

Koresponden email: rakhapradeanputra@gmail.com ABSTRACT

This study aims to determine the feasibility of grouper cultivation in floating net cages on Tidung Island, Seribu Island District, Jakarta. The study was conducted in November 2020 on Tidung Island, Thousand Islands District, Jakarta. The method used in this research is a survey method. Respondents taken in this study came from 3 groups consisting of 3 people each from the Tidung Island pokdakan group. The results of the analysis of the income obtained show that the income and eligibility obtained shows that the income obtained by Group 1 is Rp.

125,180,000, Group 2 Rp. 101.321.000, Group 3 Rp. 120,450,000 for one cycle.

The results of the feasibility analysis obtained that Group 1 R/C Ratio > 1 was 1.59, Group 2 R/C > 1 was 1.46 while Group 3 R/C > 1 was 1.59. The payback period obtained is the rate of return for group 1 for 2 months, group 2 for 3 months and group 3 for 2.5 months. Profit rate for group 1 reached 16%, group 2 reached 3%, while group 3 reached 15%. Break Event Point Price for group 1 is Rp.69,149, group 2 is Rp.75,160 and group 3 is Rp.69,125. and Break Event Point Production of group 1 is 725 kg, group 2 is 630 kg and group 3 is 688 kg. Based on these calculations, the grouper cultivation business in floating net cages on Tidung Island is feasible to run.

Keywords: Business Feasibility, Grouper, Floating Net Cages

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung di Pulau Tidung Kecamatan Pulau Seribu Jakarta.

Penelitian dilakukan pada bulan November 2020 di Pulau Tidung Kecamatan Pulau Seribu Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Responden yang diambil dalam Penelitian ini berasal dari 3 kelompok yang terdiri 3 orang masing-masing kelomok pokdakan Pulau Tidung. Hasil analisis pendapatan yang diperoleh menunjukkan pendapatan dan kelayakan yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan yang didapat Kelompok 1 sebesar Rp.

125.180.000, Kelompok 2 Rp. 101.321.000, Kelompok 3 Rp. 120.450.000 selama satu siklus. Hasil analisis kelayakan yang didapat Kelompok 1 R/C Ratio >1 yaitu 1,59, Kelompok 2 R/C >1 yaitu 1,46 sedangkan kelompok 3 R/C >1 yaitu 1,59.

Payback Period yang didapat tingkat pengembalian kelompok 1 selama 2 bulan, kelompok 2 selama 3 bulan dan kelompok 3 selama 2,5 bulan. profit Rate kelompok 1 mencapai 16%, Kelompok 2 mencapai 3% sedangkan kelompok 3

(11)

2

mencapai 15%. Break Event Point Harga kelompok 1 sebesar Rp.69.149, kelompok 2 sebesar Rp.75.160 dan kelompok 3 sebesar Rp.69.125. dan Break Event Point Produksi kelompok 1 sebesar 725 kg, kelompok 2 sebesar 630 kg dan kelompok 3 sebesar 688 kg. Berdasarkan Perhitungan tersebut maka usaha budidaya ikan kerapu di keramba jaring apung di Pulau Tidung layak untuk dijalankan.

Kata Kunci : Kelayakan Usaha, Ikan Kerapu, Keramba Jaring Apung PENDAHULUAN

Salah satu Wilayah Indonesia yang memiliki kontribusi dalam produksi ikan kerapu Nasional salah satunya berada di Ibu kota tepatnya berada diperairan Kepulauan seribu. Kepulauan seribu merupakan suatu wilayah yang terletak di Teluk Jakarta dengan berbagai potensi perikanan yang cukup beragam. Kepulauan Seribu memiliki wilayah kepulauan yang terdiri dari 110 buah pulau-pulau sangat kecil dan perairan yang luas, akan tetapi penduduk yang menempati hanya 11 pulau pemukiman yang terpencar dari selatan ke utara dan hampir semua warga pendatang (Yusri 2009).

Kepulauan seribu merupakan daerah yang sangat berpotensi untuk budidaya komoditas laut komersial seperti ikan kerapu memiliki nilai ekonomis yang tinggi, memiliki prospek yang baik dipasaran dan banyak dibudidayakan di

Indonesia terutama di Pulau Tidung di Kepulauan Seribu (Sugama 2001).

Bidang usaha perikanan terutama Budidaya ikan kerapu dikeramba jaring apung merupakan salah satu bisnis yang mempunyai prospek ekonomi dan finansial yang layak untuk dikembangkan di Pulau Tidung Kepulauan Seribu. Hal ini dikarenakan wilayah pulau seribu berada diperairan laut yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang sangat tinggi, tersedia prasarana dan sarana yang baik karena berdeketan dengan Ibukota maupun dukungan dari kebijakan pemerintah pusat. Kebijakan pemerintah didukung oleh masyarakat yang dapat mendorong munculnya industri perikanan yang dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi (Ratna , et al, 2014)

Pengembangan budidaya ikan kerapu dikeramba jaring apung sebagai salah satu usaha agar mengetahui sejauh mana kelayakan dalam budidaya ikan kerapu agar mendapatkan keuntungan serta apakah usaha itu layak secara investasi, maka perlu dilalukan analisis kelayakan usaha. Dengan melakukan

(12)

3

analisis tentang kelayakan usaha budidaya ikan kerapu dapat mendorong perekonomian masyarakat pesissir terutama pulau tidung dan pulau-pulau lain yang berada di Kepulauan Seribu.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan seribu selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan November 2020 di Pokdakan Pulau Tidung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode survei merupakan suatu penyelidikan dan penelitian yang diadakan untuk pengamatan secara langsung terhadap suatu gejala dalam populasi kecil maupun besar (Iskandar 2010).

Penelitian ini juga dilaksanakan dengan secara langsung melakukan wawancara untuk pengambilan data pokok dalam penelitian. Pemilihan responden dilihat dari unit yang aktif melakukan pembesaran ikan kerapu dikeramba jaring apung yang memiliki 3 kelompok setiap kelompok mempunyai 10 anggota dan pengambilan jumlah sampel responden yang aktif dari setiap kelompok diambil 3 anggota pokdakan Pulau Tidung yang menjadi penanggung jawab unit kelola keramba jaring apung.

ANALISIS DATA

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan analisis deskriptif dan analisis keuntungan, Analisis deskriptif merupakan analisa data yang mengambarkan hasil yang sudah terkumpul dari analisis hasil pengamatan dilapang kemudian diolah dan dijelaskan secara deskriptif. Analisis keuntungan dilalukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya yang dikeluarkan serta keseluruhan manfaat yang diterima selama usaha dijalankan. Hasil analisis keuntungan digunakan untuk analisis perhitungan kriteria investasi. hal ini diperkuat dengan pernyataan (yennie,1999) bahwa perhitungan analisis kelayakan yaitu Revenue Cost Ratio (R/C), Pay Back Periode (PP), Profit Rate (PR), dan Analisis Break Event Point (BEP).

1. Reveneu Cost Ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya dengan rumusan sebagai berikut : R/C = 𝑇𝑅𝑇𝐶

R/C = Perbandingan antara penerimaan dengan biaya TR = Total penerimaan TC = Total biaya

(13)

4

Jika R/C Ratio > 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < , maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika R/C Ratio = 1, maka usaha berada pada titik impas (Break Event Point)

2. Payback Periods merupakan pengembalian modal investasi dalam jangka waktu tertentu yang akan dibayarkan dari keuntungan yang di peroleh dari suatu usaha.

Semakin cepat pengembalian semakin baik untuk usaha yang dilalukan. Adapun rumus dari peyback periods pp = I/𝜋

I = Investasi

𝜋 = Total Profit/ Keuntungan

3. Profit rate menunjukkan kemampuan suatu usaha dalam memberikan keuntungan jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan. Cara menghitung Profit rate sebagai berikut :

Profit Rate = 𝑇𝐶𝜋 x 100 (𝜋) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡

TC = Total Biaya

4. Break Event Point ( BEP) Break Event Point adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul saerta mendapatkan keuntungan atau profit. Cara menghitung Break Event Point sebagai berikut : Break event (BEP) Produksi (Kg) =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑅𝑝) 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 (𝑅𝑝) Break event (BEP) harga (Kg) =

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑅𝑝) 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑅𝑝)

A. jika BEP Produksi < jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi menguntungkan.

B. jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi titik impas atau tidak laba/tidak rugi.

C. Jika BEP Produksi > jumlah Produksi maka usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

(14)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian.

Secara geografis Pulau Tidung berada pada posisi 5° 48’ 06’’LS dan 106°29’ 53’’BT yang terletak di Pulau Tidung Besar, Kecamatan Kepulauan seribu selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta di batasi bagian Utara Laut Jawa, bagian Timur Laut Jawa, bagian Selatan Laut Jawa dan bagian Barat Laut Jawa. Jarak tempuh ke Pulau Tidung kurang lebih 3 jam perjalanan dari Muara Angke dengan kapal penumpang.

Keadaan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung Usaha budidaya Keramba Jaring Apung berkembang sejak tahun 2013 silam keberhasilan ini juga didukung dengan adanya bantuan dari dinas perikanan maupun Kementerian Kelautan Perikanan serta adanya sumber daya alam yang sangat mendukung serta sumberdaya manusia yang sudah banyak dan berpengalaman dalam usaha budidaya paling dominan dibudidayakan dalam Keramba Jaring Apung adalah ikan kerapu.

Kontruksi Keramba Jaring Apung.

Keramba yang digunakan di pulau tidung menggunakan Keramba Jaring Apung yang masih memakai drum ukuran 3m x 3m dengan kedalaman 3 m, jaring yang digunakan terbuat dari nilon dengan mata jaring yang berukuran 1-2 inci sesuai dengan ukuran ikan yang dibudidaya digunakan, pemberat jaring terbuat dari blok beton yang berbentuk tabung dengan berat 5 kg setiap jaring pemeliharan membutuhkan 4 buah pemberat yang diikatkan disetiap sudut bawah jaring, dan dilengkapi lampu rumah jaga.

Keramba Jaring Apung (Dokumentasi pribadi,2021)

(15)

6 Benih dan Pakan Ikan Kerapu

Jumlah benih setiap orang perkelompok 1000 ekor ikan kerapu, benih yang ditebar pada semua kelompok berukuran 10-13 cm dengan bobot 30 g/ekor dan ditebar sebanyak 300 ekor/petakan 3 x 3 m . setiap orang perkelompok memiliki 1 keramba jaring apung, setiap 1 keramba jaring apung yang berisi 4 petak. Penebaran benih dilakukan pada pagi 08.00, bertujuan agar benih terhindar dari stress akibat penurunan suhu, apabila ikan mengalami stress akan berpengaruh pada kelangsungan hidupnya.

Pemilihan jenis pakan untuk budidaya ikan kerapu harus didasarkan pada umur ikan, kualitas nutrisi pakan, dan nilai ekonomisnya, serta kemauan ikan untuk memangsa pakan yang akan diberikan. pakan yang digunakan hendaknya mempunyai kandungan nutrisi sesuai serta nilai memiliki ekonomis dalam kondisi baik. Kebutuhan nutrisi untuk benih kerapu harus memliki kadar protein yang tinggi karena tergolong hewan karnivora. Umumnya, jenis pakan yang diberikan berupa pakan buatan (pellet) dan berupa pakan alami (ikan rucah).

Hama dan Penyakit

Hama yang terdapat selama masa pemeliharan ikan di Keramba Jaring Apung berupa burung pemakan ikan dan tritip hama inih dapat merusak jaring , dan apabila jaring telah dirusak ikan dapat keluar dari jaring sehingga menimbulkan kerugian. Upaya yang dilakukan untuk pencegahan yaitu membersihkan jaring secara rutin dan membuat penutup dengan menggunakan jaring (Shadding net) agar burung kuntul tidak mudah untuk memangsa ikan di dalam jaring. Pencegahan hama dan penyakit dapat menunjang kelangsungan hidup dan peningkatan produksi. Upaya yang dilakukan untuk mencegah hama dan penyakit salah satunya adalah dengan selalu menjaga kebersihan jaring.

Jaring yang telah kotor jika tidak segera diganti dapat menjadi daya tarik perkembangan bibit penyakit.

Analisis Kelayakan Usaha

Agar mengetahui kelayakan dari usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem keramba jaring apung di pulau tidung, maka dari itu hal yang sangat diperhatikan terlebih dahulu adalah investasi, biaya tetap, biaya variabel dan

(16)

7

penerimaan. Investasi adalah suatu modal dalam suatu kegiatan usaha yang memiliki jangka pendek maupun jangka panjang dalam berbagai bidang usaha.

1. Investasi

Investasi adalah biaya paling awal yang harus dikeluarkan dalam melalukan suatu usaha yang akan dijalankan. Biaya investasi yang dikeluarkan dalam budidaya ikan kerapu di pulau tidung sebagai berikut harus diketahui bahwa besarnya investasi yang harus dikeluarkan dalam usaha budidaya di pulau tidung sebesar Rp.29.295.000. biaya investasi diantaranya untuk Drum Rp.4.500.000, Tali tambang Rp.1.700.000, Jangkar Rp.4.800.000, Tali jangkar Rp.7.500.000, selang panjang Rp.450.000, Timbangan Rp.490.000, Bak fiber Rp.735.000, Tabung Oksigen Rp.1.100.000, Baut Rp.60.000, Paku 90.000, Jaring Rp.4.200.000, Kayu kasio Rp.390.000, Bambu petang Rp. 2.160.000, Bambu Wulung Rp.1.120.000. Menurut Hudaya dan Masri (2015), Biaya investasi merupakan biaya awal yang muncul untuk dikeluarkan untuk membeli perlengkapan yang tetap dan biaya investasi dikeluarkan selama usaha yang bersangkutan dijalankan dari awal hingga akhir. Perbedaan biaya investasi dipengaruhi oleh jumlah petakkan, kualitas bahan keramba jaring apung dan biaya pembuatan keramba jaring apung.

2. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang selalu diperhatikan dalam budidaya Keramba jaring apung terutama dalam perawatan maupun penyusutan. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam budidaya dikeramba yaitu sebesar Rp.2.000.000. biaya tersebut dikeluarkan dalam perawatan keramba, Tabung oksigen, Timbangan Maupun selang panjang dan mesin Penyemprot. Menurut Sukirno (2013), biaya tetap merupakan biaya keseluruhan untuk dapat memperoleh faktor- faktor produksi yang dapat diubah maupun tidak dapat diubah jumlahnya.

3. Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat budidaya dikeramba jaring apung yang diketahui dari besarnya jumlah budidaya yang dilalukan. Diketahui biaya variabel masing-masing setiap anggota dari kelompok berbeda-beda yang terdiri dari peralatan habis pakai, serokan, plastik packing, karet, baskom, gunting, pakan ikan, obat-obatan, multivitamin, benih ikan, upah

(17)

8

perawat kja, isi ulang tabung oksigen. Menurut Hansen & Mowen (2006), biaya variabel merupakan biaya yang sangat berubah sesuai kebutuhan output. biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang berubah sesuai kebutuhan secara total ataupun langsung.

4. Pendapatan

Tabel 1. Pendapatan rata-rata Kelomopok.

No Komponen Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp) 1. Biomassa Ikan 1.138 Kg Rp 110.000 Rp. 125.180.000 2. Biomassa Ikan 921,5 Kg Rp. 110.000 Rp. 101.321.000 3. Biomassa Ikan 1.095 Kg Rp. 110.000 Rp. 120.450.000

Pada analisis kelayakan usaha pendapatan dalam budidaya dikeramba jaring apung merupakan penentu dari kelayakan usaha dalam budidaya hal ini dikarenakan penilaian setiap usaha yang dilalukan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan serta dapat menutupi biaya operasional selama budidaya. Berdasarkan hasil tabel diatas diketahui pendapatan Kelompok 1 Rp 125.180.000, Kelompok 2 Rp. 101.321.000, Kelompok 3 Rp. 120.450.000. sedangkan benefit di dapatkan dari selisih anatara total penerimaan dikurangi dengan biaya operasional yang dikeluarkan dalam budidaya selama produksi. Benefit merupakan keuntungan bersih yang didapat selama produksi, keuntungan yang didapat Kelompok 1 sebesar Rp. 17.193.000, Kelompok 2 Sebesar Rp. 2.765.445, Kelompok 3 Sebesar Rp. 15.463.000. Menurut Nurmalina et al. (2009), keuntungan didapat dengan menggunakan rumus: Penerimaan - Biaya Operasional. Sehingga mendapatkan hasil keuntungan dari hasil budidaya selama masa produksi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Hudaya dan Masri (2015), menyatakan bahwa jumlah hasil penjualan seluruh hasil produksi dikalikan dengan harga satuan. Penghitung pendapatan terdapat beberapa kriteria seperti pendapatan bersih yang biasa disebut sebagai laba dan pendapatan kotor. Pendapatan bersih atau laba dapat didapatkan dari hitungan pendapatan dikurangi biaya variabel ditambah biaya tetap ditambah penyusutan ditambah biaya perawatan.

(18)

9 5. Analisis Finansial

Tabel 2. Analisis Kelayakan Finansial rata-rata kelompok.

Kriteria Nilai Kelompok 1

Nilai Kelompok 2

Nilai Kelompok 3

Keputusan

R/C 1,590758908 1,462907883 1,591317444 Layak

PP 0,234023007 0,289130585 0,243212951 Layak PR 16 % 3 % 15 % Layak BEP( Penjualan) Rp.69.149 Rp.75.160 Rp. 69.125 Layak BEP ( Satuan ) 715 Kg 630 Kg 688Kg Layak a. R/C ( Revenue Cost Ratio)

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa dari analisis R/C yang digunakan usaha pembesaran ikan kerapu dalam KJA di Pokdakan Pulau Tidung dinyatakan layak untuk diusahakan. Rata-rata nilai terendah pada kelompok 2 yang mendapatkan nilai R/C 1,46, Kelompok 1 R/C mendapatkan nilai 1,590 sedangkan nilai terbesar didapatkan oleh kelompok 1 dengan nilai R/C 1,591.

Berdasarkan nilai kelompok diatas dapat dinyatakan layak untuk diusahakan hal ini dapat dilihat dari perbandingan total pendapatan dengan total biaya yang lebih besar dari satu yaitu memiliki angka >1 dan dapat dikatakan mengalami keuntugan dikarenakan harga ikan kerapu yang sangat tinggi, kualitas ikan kerapu yang bagus dan cara penanganan budidaya ikan kerapu yang sangat baik.

Berdasarkan hasil tersebut usaha budidaya layak dari segi finansial. Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan Asrida (2017) bahwa apabila nilai R/C lebih >1 maka usaha tersebut dikatakan layak untuk diusahakan hal ini dikarenakan besarnya pendapatan lebih besar dari besarnya biaya yang dikeluarkan apabila.

Effendi dan Oktariza (2006), dalam Primyastanto (2011) menjelaskan bahwa suatu analisis RC ratio merupakan alat yang digunakan untuk melihat analisis keuntungan relatif suatu usaha dalam jangka waktu 1 tahun terhadap biaya yang digunakan dalam kegiatan budidaya tersebut. Suatu usaha dikatakan layak apabila RC lebih dari 1 hal ini mengambarkan semakin tinggi nilai RC maka usaha budidaya akan mendapatkan keuntungan yang semakin tinggi.

b. PP (Payback Period)

Berdasarkan hasil tabel 2. Dapat dilihat bahwa nilai Payback Period kelompok 1 didapatkan 0,23 yang diartikan investasi yang dikeluarkan akan kembali kurang dari 1 tahun tepatnya 2,5 bulan setelah usaha berjalan sedangkan

(19)

10

kelompok 2 dan 3 didapatkan nilai pp 0,3 dan 0,25 yang diartikan investasi lebih lama kembali dikarenakan 4 bulan setelah usaha berjalan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan usaha budidaya ikan kerapu dikeramba jaring apung layak untuk dijalankan. Menurut Riyanto (1991), payback period dalam suatu kelayakan usaha berfungsi untuk memperkirakan berapa lama usaha dapat mempulangkan investasi. Tingkat pengembalian modal awal pada suatu usaha dikatakan cepat apabila kurang dari 3 tahun atau nilai PP < 3 dan apabila nilai PP lebih dari 5 tahun dikatakan lambat. Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Didit dan Triani (2009), yang menyatakan kriteria penilaian payback period lebih pendek dari waktu yang telah ditentukan atau batas maksimum maka usulan usaha budidaya dapat diterima dan layak dijalankan.

c. PR (Profit Rate)

Berdasarkan hasil tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai kelompok 1 mendapatkan Profit Rate 16%, kelompok 3 mendapatkan profit Rate 15% dan kelompok 3 mendapatkan nilai profit Rate yang lebih kecil sebesar 3% yang diartikan usaha yang dijalankan mendatangkan keuntungan dibandingkan total biaya yang dikeluarkan dikarenakan profit rate menunjukkan kemampuan suatu usaha dalam memberikan keuntungan jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan. Menurut Yennie (1999), Profit Rate menunjukkan kemampuan suatu usaha budidaya dalam memberikan keuntungan jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan hal ini dibuktikan dengan cara menghitung profit rate Total keuntungan dibagi total biaya dikali 100%.

d. BEP (Break Even Point)

Berdasarkan hasil tabel 2 dapat dilihat BEP Harga kelompok 1 sebesar RP. 69.149 sedangkan kelompok 2 BEP Harga Rp.75.160 dan kelompok 3 BEP

Harga sebesar Rp. 69.125 dan BEP Produksi kelompok 1 sebesar 715 Kg sedangkan kelompok 2 BEP Produksi sebesar 630 kg dan kelompok 3 BEP Produksi sebesar 688 kg artinya kegiatan budidaya ikan kerapu dikeramba jaring apung di Pulau Tidung akan mengalami keuntungan ditingkat produksi. Pada titik ini jumlah pengeluaran lebih kecil dari jumlah pendapatan. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Soekartawi (2006) suatu nilai dimana hasil penjualan produksi diatas

(20)

11

nilai biaya produksi, sehingga pengeluaran lebih kecil dari biaya pendapatan dengan demikian pada saat itu pembudidaya mengalami keuntungan. Menurut Nasarudin (2012), Break Even Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan output dengan biaya produksi, pada kondisi aktual break event point sangat digunakan didalam usaha budidaya Penentuan break event point didasarkan pada pemasaran penjualan dengan total biaya yang menentukan batas minimum produksi selama masa usaha budidaya.

KESIMPULAN

Usaha budidaya ikan kerapu dikeramba jaring apung di Pulau Tidung Kecamatan Pulau Seribu DKI Jakarta dapat dikatakan kegiatan usaha tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial usaha budidaya ikan kerapu dikeramba jaring apung yang telah diteliti semua memenuhi atau mempunyai kriteria layak.

DAFTAR PUSTAKA

Asrida, A. 2017. Analisis Kelayakan Usaha Home Industry Kerupuk Opak di Desa Paloh Meunasah Dayah Kecamatan Muara Satu Kabupaten Aceh Utara,1(1):39-47. [ Jurnal Penelitian]. Universitas Almuslim.Aceh.

Didit Herlianto dan Triani Pijiastuti, (2009) Studi Kelayakan Bisnis, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Estradivari, M Syahrir, N Susilo, S Yusri, S Timotius. 2009. Terumbu karang Jakarta : Pengamatan jangka panjang terumbu karang Kepulauan Seribu(2003-2007). Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI).

Jakarta.

Hansen, D.R.dan Maryaney M Mowen 2006 Akuntanis Manajemen edisi 7 terjemahkan Dewi Fitriasari dan Deni Arnos. Jakarta: salemba.

Hudaya, A. Dan Masri, Z,, A., H. 2015 Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Ikan Kerapu Di Pulau Tidung Kepulauan Seribu Dki Jakarta. 1(1). ISSN : 2442-5532.227 hal.

Iskandar, S. S, Y. Dhahiyat, dan T.Simarmata. 2010. Aplikasi Probiotik Pada Media Pendederan Untuk Peningkatan Kualitas Air Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Udang Windu. Jurnal International Conference Of Aquaculture (ICAI) and International Conference Of Shrim

(21)

12

Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan.

Nurmalina, 2019. Studi Kelayakan Bisnis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen, IPB.Bogor.

Primayastanto. 2011. Feasibility Study Usaha Perikanan. Universitas Brawijaya Press.Malang.

Ratna Purwaningsih, Zainal Fanani R, Vita Shany Nugraheni.2014. Model Optimasi perikanan budidaya laut ( Studi Kasus Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara). J@TI Undip, Vol IX, No3, September 2014

Rahardi F, Regina K dan Nazaruddin. 2012. Agribisnis Perikanan. Cetakan XV.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Riyanto, 1991. Dasar-Dasar Pembelajaran Perusahaan. Yayasan Badan Penerbit Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sugama. K 2001. Kondisi terkini seumber-daya ikan hasil budidaya dalam mendukung industrialisasi Perikanan. Materi Kuliah umum UGM, 2012 November 12: Jakarta. Jakarta (ID): Dijen Perikanan Budidaya, Kementrian Kelautan dan Perikanan. 10p.

Soekartawi (2006) Analisis Usaha Tani. Jakarta:ui press

Sukirno 2013 Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi ke 3. PT. Raja Garvindo Persada

Yennie, R 1999. Skripsi Analisis Finansial Usaha Budidaya Ikan Kerapu di Kelurahan Paudean Kecamatan Bitung Selatan Kotamadya Bitung.

Manado FPIK UNSRAT.

(22)

13

Lampiran 1. Form Hasil Cek Plagiasi Laporan Tugas Akhir

(23)

14 Lampiran 2. Kuisioner penelitian

KUISIONER PENELITIAN

ANALISA KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA IKAN KERAPU CANTANG DALAM KERAMBA JARING APUNG DI POKDAKAN

PULAU TIDUNG KECAMATAN PULAU SERIBU, DKI JAKARTA

Bapak/Ibu/Sdr yang saya hormati

Saya Mahasiswa Jurusan Akuakultur, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang. Saat ini saya sedang melalukan penelitian tugas akhir.

Kuisioner ini berhubungan dengan analisa kelayakan usaha budidaya ikan kerapu cantang dalam keramba jaring apung di pokdakan Pulau Tidung Kecamatan Pulau Seribu, Dki Jakarta. Hasil kuisioner ini tidak untuk dipublikasikan, melainkan hanya sebagai kepentingan penelitian saja. Atas bantuan, ketersediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

1. Identitas Pembudidaya Ikan Kerapu Nama Responden :

Usia:

2. Benih Yang Digunakan Asal : ...

Jenis: ...

3. Kegiatan Budidaya Dalam Semusim Produksi Kerapu ... Kg Lama Pemeliharaan ... Hari Harga Jual Kerapu .../Kg 4. Hama dan Penyakit

Hama/Penyakit... Sebab... Penangannya...

5. Pemasaran

Dipasarkan ke... Harga Rp.../Kg 6 Faktor Kegaggalan Pada Proses:

(24)

15 Produksi ...

Pemanenan ...

Pemasaran ...

7 Usaha Budidaya A Biaya Investasi

 Keramba : ...

 Drum Besi: ...

 Tali Tambang: ...

 Jangkar: ...

 Tali Jangkar: ...

 Bambu Petung: ...

 Kayu Kaso: ...

 Bambu Wulung: ...

 Jaring: ...

 Paku kayu: ...

 Baut : ...

 Tabung Oksigen: ...

 Bak Fiber: ...

 Timbangan: ...

 Selang Panjang: ...

B Biaya Variabel

 Peralatan Habis Pakai:...

 Serokan:...

 Penggaris:...

 Gayung:...

 Senter:...

 Plastik Packing:...

 Gunting Besar:...

 Baskom: ...

 Karet: ...

 Isi Ulang Tabung Oksigen:...

 Perawatan Kja :...

 Benih Ikan Kerapu:...

 Pakan Ikan Rucah Atau Pellet: ...

 Multivitamin: ...

 Obat-Obatan : ...

(25)

16 C Biaya Penyusutan

 Keramba: ....

 Tabung Oksigen: ....

 Bak Fiber:...

 Timbangan:...

 Selang Panjang:...

(26)

17 Lampiran 3. Perhitungan analisa usaha Biaya Investasi

No Komponen Volume Satuan Harga Satuan Harga Total

1. Keramba (3 x 3) 4 lubang Rp. 26.520.000

2. Drum Besi 18 Buah Rp. 250.000 Rp. 4.500.000

3. Tali Tambang Nilon 10 mm 2 Roll Rp. 850.000 Rp. 1.700.000

4. Jangkar 4 Unit Rp. 1.200.000 Rp. 4.800.000

5. Tali Jangkar 50 Meter Rp. 150.000 Rp. 7.500.000

6. Bambu Petung 16 cm 12 Batang Rp. 180.000 Rp. 2.160.000 7. Kayu Kaso (4x6) 12 Batang Rp. 32.500 Rp. 390.000 8. Bambu Wulung 6 cm 35 Batang Rp. 32.000 Rp. 1.120.000

9. Jaring 6 Unit Rp. 700.000 Rp. 4.200.000

10. Paku kayu no 7 5 Kg Rp. 18.000 Rp. 90.000

11. Baut no 20 3 Kg Rp. 20.000 Rp. 60.000

12. Tabung Oksigen 1 Unit Rp. 1.100.000 Rp. 1.100.000

13. Bak Fiber Volume 800 liter 1 Buah Rp. 735.000 Rp. 735.000

14. Timbangan 20 kg 1 Buah Rp. 490.000 Rp. 490.000

15. Selang panjang 50 m 1 Roll Rp. 450.000 Rp. 450.000 Total Biaya Investasi Rp. 29.295.000

Penyusustan Per Tahun

No Komponen Volume Satuan Nilai sisa ( Rp)

Umur Teknis (Tahun)

Penyusutan

1. Keramba (3x3) 1 Unit Rp. 5.259.000 7 Rp. 3.033.000 2. Tabung

Oksigen

1 Unit Rp. 110.000 7 Rp. 141.429

3. Bak fiber 1 Buah Rp. 73.500 5 Rp. 132.300

4. Timbangkan 20 Kg

1 Buah Rp. 49.000 2 Rp. 220.500

5. Selang panjang 50 m

1 Roll Rp. 45.000 3 Rp. 135.000

Total Biaya Penyusutan Rp. 1.662.229

Biaya Tetap

No Komponen Volume Satuan Harga Satuan (Rp)

Harga Total (Rp)

1. Biaya Penyusutan Rp. 3.662.229

Biaya Tetap Pertahun Rp. 2.000.000

(27)

18 Biaya Variabel kelompok 1

No Komponen Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)

1. Peralatan Pakai Habis Rp. 1.096.000

2. Serokan 2 Buah Rp. 75.000 Rp. 150.000

3. Penggaris 2 Buah Rp. 5.000 Rp. 10.000

4. Gayung 1 Buah Rp. 5.000 Rp. 5.000

5. Senter 1 Buah Rp. 25.000 Rp. 25.000

6. Plastik Packing 20 Kg Rp. 33.000 Rp. 660.000

7. Gunting Besar 3 Buah Rp. 15.000 Rp. 45.000

8. Baskom (35 liter) 2 Buah Rp. 48.000 Rp. 96.000

9. Karet 1 Kg Rp. 45.000 Rp. 45.000

10. Isi Ulang Tabung Oksigen 1 Tabung Rp. 60.000 Rp. 60.000

11. Upah Perawat Kja 8 Bulan Rp. 50.000 Rp. 400.000

12. Benih Ikan Kerapu (10cm) 3000 Ekor Rp. 14.000 Rp. 42.000.000

13. Pakan Ikan Rucah 5300 Kg Rp. 6.000 Rp. 31.800.000

14. Multivitamin 1 Paket Rp.150.000 Rp. 150.000

15. Obat-Obatan 1 Paket Rp.150.000 Rp. 150.000

Biaya Variabel Persiklus Rp. 76.692.000

Biaya Variabel kelompok 2

No Komponen Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)

1. Peralatan Pakai Habis Rp. 1.096.000

2. Serokan 2 Buah Rp. 75.000 Rp. 150.000

3. Penggaris 2 Buah Rp. 5.000 Rp. 10.000

4. Gayung 1 Buah Rp. 5.000 Rp. 5.000

5. Senter 1 Buah Rp. 25.000 Rp. 25.000

6. Plastik Packing 20 Kg Rp. 33.000 Rp. 660.000

7. Gunting Besar 3 Buah Rp. 15.000 Rp. 45.000

8. Baskom (35 liter) 2 Buah Rp. 48.000 Rp. 96.000

9. Karet 1 Kg Rp. 45.000 Rp. 45.000

10. Isi Ulang Tabung Oksigen 1 Tabung Rp. 60.000 Rp. 60.000

11. Upah Perawat Kja 8 Bulan Rp. 50.000 Rp. 400.000

12. Benih Ikan Kerapu (10cm) 3000 Ekor Rp. 14.000 Rp. 42.000.000

13. Pakan Ikan Rucah 3728 Kg Rp. 6.000 Rp. 22.368.000

14. Multivitamin 1 Paket Rp.150.000 Rp. 150.000

15. Obat-Obatan 1 Paket Rp.150.000 Rp. 150.000

Biaya Variabel Persiklus Rp. 67.260.000

(28)

19 Biaya Variabel kelompok 3

No Komponen Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Harga Total (Rp)

1. Peralatan Pakai Habis Rp. 1.096.000

2. Serokan 2 Buah Rp. 75.000 Rp. 150.000

3. Penggaris 2 Buah Rp. 5.000 Rp. 10.000

4. Gayung 1 Buah Rp. 5.000 Rp. 5.000

5. Senter 1 Buah Rp. 25.000 Rp. 25.000

6. Plastik Packing 20 Kg Rp. 33.000 Rp. 660.000

7. Gunting Besar 3 Buah Rp. 15.000 Rp. 45.000

8. Baskom (35 liter) 2 Buah Rp. 48.000 Rp. 96.000

9. Karet 1 Kg Rp. 45.000 Rp. 45.000

10. Isi Ulang Tabung Oksigen 1 Tabung Rp. 60.000 Rp. 60.000

11. Upah Perawat Kja 8 Bulan Rp. 50.000 Rp. 400.000

12. Benih Ikan Kerapu (10cm) 3000 Ekor Rp. 14.000 Rp. 42.000.000

13. Pakan Ikan Rucah 4800 Kg Rp. 6.000 Rp. 28.800.000

14. Multivitamin 1 Paket Rp.150.000 Rp. 150.000

15. Obat-Obatan 1 Paket Rp.150.000 Rp. 150.000

Biaya Variabel Persiklus Rp. 73.692.000

Analisis Kelayakan Finansial rata-rata kelompok.

Kriteria Nilai Kelompok 1

Nilai Kelompok 2

Nilai Kelompok 3

Keputusan

R/C 1,590758908 1,462907883 1,591317444 Layak

PP 0,234023007 0,289130585 0,243212951 Layak PR 16 % 3 % 15 % Layak BEP( Penjualan) Rp.69.149 Rp.75.160 Rp. 69.125 Layak BEP ( Satuan ) 715 Kg 630 Kg 688Kg Layak

Gambar

Gambar 1. Keramba Jaring Apung...........................................................................5
Tabel 1. Pendapatan rata-rata Kelpmpok.................................................................8  Tabel 2
Tabel 1. Pendapatan rata-rata Kelomopok.
Tabel 2. Analisis Kelayakan Finansial rata-rata kelompok.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih

Agar proses pembuatan dan pengiriman tagihan tidak dilakukan secara manual maka dikembangkan sebuah sistem otomatisasi tagihan yang memiliki tujuan secara otomatis membuat

Selain itu hubungan sekolah dengan masyarakat meru#akan %alinan interaksi yang diu#ayakan oleh sekolah agar da#at diterima di tengah&amp;tengah masyarakat untuk  menda#atkan

Sebagai contoh, pengecatan shock  yang digunakan sebagi penyambung antara rubber hose  dengan pompa dapat memperlambat proses korosi karena mencegah kontak langsung

Memberikan masukan yang bermanfaat bagi Dinas atau Instasi terkait khususnya Komisi Penanggulangan Aids Kota Semarang dalam penanggulangan tingginya kasus HIV/AIDS

Berdasarkan hasil penelitian, dari lima dimensi kualitas pelayanan keperawatan hanya dimensi empati ( Emphaty ) yang memiliki hubungan dengan kepuasan pasien di ruang

Penerapan pada studi kasus data Ekspor Indonesia dengan metode Wavelet Thresholding dan parameter Minimax threshold memberikan estimasi yang mulus dan nilai MSE

Hal tersebut terbukti dengan lebih baiknya pen- capaian hasil postes kemampuan ber- pikir orisinil siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan ke- las kontrol,