• Tidak ada hasil yang ditemukan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

         

Hak cipta dan penggunaan kembali:

Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.

Copyright and reuse:

This license lets you remix, tweak, and build upon work

non-commercially, as long as you credit the origin creator

and license it on your new creations under the identical

terms.

(2)

BAB III

PELAKSANAAN KERJA MAGANG

3.1 Kedudukan dan Koordinasi

Kegiatan Kerja Magang dilaksanakan di PT. BPR Akasia Mas yang beralamat di Ruko Golden Madrid blok D No. 03, BSD City, Tangerang Selatan. Pada pelaksanaan praktek kerja magang ditempatkan sebagai accounting and tax staff pada Accounting and Tax Department dan selama praktek kerja magang berlangsung berada dibawah bimbingan dan pengawasan Ibu Ratna Puspitasari selaku Accounting and Tax Staff. Namun dalam pelaksanaan kerja harian juga dibimbing oleh Bapak Charles selaku Manajer Operasional, Ibu Lira selaku Internal Control Staff, Ibu Karolint Wanadi, Ibu Wawat, Ibu Indah, Bapak Durajat Wibowo

dan Ibu Shinta. Kerja Magang dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2016 sampai dengan 9 September 2016.

3.2 Tugas yang Dilakukan

Selama melaksanakan Praktek Kerja Magang, tugas yang dilakukan adalah membantu bagian Accounting and Tax Staff, Internal Control, dan Admin Kredit dalam melakukan kegiatan akuntansi dan perpajakan serta melakukan pengecekan dan audit internal BPR Akasia Mas. Tugas yang dilakukan selama praktek kerja magang antara lain yaitu menghitung bunga deposito, mengisi bukti pemotongan PPH Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito, melakukan BI Checking, melakukan audit kredit nasabah, melakukan audit kas, melakukan vouching dan membuat slip

(3)

penjurnalan, melakukan inventarisasi terhadap aset perusahaan, melakukan stock opname atas perlengkapan kantor, serta membuat laporan arus kas.

3.2.1 Menghitung bunga deposito

Deposito merupakan salah satu produk utama yang ditawarkan suatu bank kepada masyarakat dan merupakan salah satu jenis tabungan yang menawarkan tingkat suku bunga bank yang lebih tinggi dari suku bunga bank tabungan biasa. Deposito mempunyai waktu jatuh tempo yaitu 1, 3, 6, 12, 18, dan 24 bulan dan penarikan deposito hanya boleh dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara pihak bank dengan nasabah. Bunga deposito dapat diambil langsung setelah tanggal jatuh tempo, selain itu bunga deposito juga dapat diakumulasikan ke pokok deposito untuk didepositokan lagi pada periode berikutnya. Pembayaran bunga deposito secara otomatis dapat dikirim ke rekening nasabah di bank dengan fasilitas Automatic Roll Over (ARO). Bila deposito dicairkan sebelum tanggal jatuh tempo,

maka nasabah akan dikenakan penalty oleh bank.

Deposito di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dijamin oleh LPS secara penuh jika suku bunganya adalah dibawah atau sama dengan 8,75%. Tujuan dilakukannya penghitungan bunga deposito adalah untuk memastikan bahwa jumlah yang tercatat pada sistem sama dengan jumlah yang dihitung secara manual.

Berikut ini adalah rumus untuk menghitung besarnya bunga deposito:

Keterangan:

i = bunga deposito

i = Nominal x presentase bunga x jumlah hari dalam 1 bulan jumlah hari dalam 1 tahun

(4)

Perhitungan bunga deposito bulanan dilakukan dengan cara mengalikan nominal besarnya deposito dengan besarnya presentase bunga yang disetujui oleh deposan dan BPR Akasia Mas pada saat penempatan awal deposito dan dikalikan dengan jumlah hari dalam 1 (satu) bulan berjalan, kemudian dibagi dengan 365 hari yaitu jumlah hari dalam 1 (satu) tahun. Dokumen/data yang diperlukan untuk menghitung besarnya bunga deposito adalah tabel bunga deposito bulanan yang dibuat oleh divisi Dana Pihak Ketiga (DPK).

3.2.2

Membuat bukti pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Final Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito

PPh Final Pasal 4 ayat 2 merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final, yang diterima atau diperoleh dengan tarif tertentu dan dasar pengenaan pajak tertentu pada saat penghasilan tersebut diterima atau diperoleh. PPh Final Pasal 4 ayat (2) adalah pajak atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi, surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan. Pengenaan pajak atas setiap jenis penghasilan diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh. PPh terutang tersebut dihitung dengan menerapkan tarif tertentu (tarif tunggal) terhadap penghasilan bruto dan bersifat final yang telah ditetapkan dalam UU PPh. Tujuan dibuat bukti pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) adalah sebagai bukti yang dapat digunakan oleh deposan bahwa pajak atas bunga depositonya tersebut telah dipotong oleh pemotong pajak dalam hal ini adalah BPR. Bukti pemotongan PPh atas bunga deposito tersebut yang kemudian dapat digunakan sebagai kredit pajak

(5)

bagi wajib pajak/ deposan. Dalam pengisian bukti pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2), data yang diperlukan adalah tabel daftar nominatif deposito yang diperoleh melalui sistem USSI/IBS corebanking system dan kemudian dicetak yang telah disusun oleh divisi Dana Pihak Ketiga (DPK) PT BPR Akasia Mas. Terdapat 2 bukti pemotongan PPh Final yang dibuat perusahaan yaitu sesuai format PT BPR Akasia Mas dan sesuai dengan ketentuan Departemen Keuangan RI. Langkah- langkah dalam mengisi bukti pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito sesuai dengan format PT BPR Akasia Mas adalah:

a. Mengisi nomor formulir yang terdapat pada bagian kiri atas dengan nomor sesuai urutan yang telah ditetapkan perusahaan.

Contoh: “010/BNG-DEP/VII/2016”

010 menunjukkan nomor urut nasabah yang disusun oleh BPR, BNG-DEP menunjukkan bahwa formulir tersebut merupakan formulir untuk memotong pajak bunga deposito, VII/2016 menunjukkan bahwa pemotongan pajak tersebut dilakukan di bulan Juli 2016.

b. Mengisi tempat domisili BPR dan tanggal dilakukannya pemotongan pajak pada bagian kanan atas di atas baris “Kepada Yth”

Contoh: “Tangerang, 1 Juli 2016”

c. Mengisi nama deposan pada baris “Kepada Yth.”

Contoh: “Surya Ada Wijaya”

d. Mengisi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) milik deposan apabila deposan memiliki NPWP dan diketahui oleh BPR.

Contoh: “05.215.368.3.430.001”

(6)

e. Pada bagian “…%” diisi dengan besarnya presentase bunga deposito nasabah.

Contoh: “15%”

f. Pada bagian “dari tanggal … s/d …” diisi dengan periode tanggal dimulai sampai tanggal jatuh tempo pembayaran bunga deposito. Contoh:

“01/07/2016 s.d. 01/08/2016”

g. Pada baris “atas nominal” diisi dengan nominal jumlah simpanan deposito yang dimiliki oleh deposan.

Contoh: “Rp 2.000.000.000,00”

h. Pada baris di sebelah nominal merupakan bunga deposito yang diterima oleh deposan sebelum dipotong PPh Final. Diisi dengan angka yang merupakan hasil perkalian dari tingkat suku bunga deposito dengan nominal deposito milik deposan yang kemudian dikali dengan periode dan dibagi jumlah hari dalam setahun.

Contoh: “Rp 2.000.000.000,00 x 15% x 31/365 = Rp 25.479.452,00”

i. Pada baris sebelah “PPh 20%” diisi dengan nominal bunga deposito sebelum dikenakan pajak, kemudian pada kolom sebelahnya diisi dengan nominal PPh Final yang dikenakan atas bunga deposito.

Contoh: “20% x Rp 25.479.452,00 = Rp 5.095.890,00”

j. Pada baris “Jumlah yang diterima”, diisi dengan hasil nominal yang telah dikalikan dengan besarnya bunga dan dikurangi dengan hasil setelah dikalikan dengan besarnya tarif pajak.

Contoh: “Rp 25.479.452,00 – Rp 5.095.890,00 = Rp 20.383.562,00”

(7)

k. Setelah itu pada baris “dengan huruf” diisi dengan jumlah yang diterima oleh deposan dengan menggunakan huruf alfabet.

Contoh: “lima juta sembilan puluh lima ribu delapan ratus sembilan puluh rupiah”

l. Pada kolom “dapat diterima pada kas kami setelah saudara tanda tangani di atas materai sesuai ketentuan yang berlaku, di halaman belakang nota ini”

diberi tanda  apabila nasabah ingin menerima bunga deposito dalam bentuk uang kas.

m. Kolom “telah dipindahbukukan ke Rekening …” diberi tanda  apabila bunga deposito yang didapatkan ingin dimasukkan ke dalam tabungan milik nasabah sesuai dengan perjanjian awal yang berlaku.

n. Kemudian pada bagian kanan bawah diisi dengan nama perusahaan dan NPWP pemotong pajak.

Contoh: “PT BPR Akasia Mas dengan NPWP 01-313-419-2-411-000”

o. Setelah terisi semua, formulir bukti pemotongan PPh tersebut diberikan kepada pihak yang berwenang untuk ditandatangani oleh Direktur Utama perusahaan dan diberikan stampel perusahaan.

p. Bukti pemotongan ini memiliki 2 rangkap, lembar pertama diberikan kepada wajib pajak, sedangkan lembar kedua untuk pemotong pajak.

Sedangkan langkah-langkah dalam mengisi bukti pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito/ tabungan/ diskonto SBI jasa giro sesuai dengan format Departemen Keuangan RI adalah:

(8)

a. Mengisi nomor NPWP nasabah apabila perusahaan mengetahuinya.

Contoh: “05.215.368.3.430.001”

b. Mengisi nama nasabah dengan jelas menggunakan huruf kapital.

Contoh: “Surya Ada Wijaya”

c. Pada kolom (3) “Jumlah Bruto Bunga / Diskonto / Jasa Giro” di baris

“Rupiah” untuk deposito berjangka diisi dengan besarnya jumlah bunga yang didapatkan dari tabel pemotongan bunga deposito.

Contoh: “Rp 25.479.452,00”

d. Pada kolom (4) “Tarif (%)” diisi dengan tarif pajak yang berlaku, yaitu 20%.

e. Pada kolom (5) “PPh yang Dipotong (Rp)” diisi sebesar nilai pada kolom

“Jumlah Bruto Bunga/Diskonto/Jasa Giro” dikalikan dengan kolom “Tarif (%)”.

Contoh: “Rp 25.479.452,00 x 20% = Rp 5.095.890,00”

f. Pada kolom (6) “DN/LN” dikosongkan karena kolom tersebut hanya untuk mencatat PPh yang dipotong berasal dari dalam negeri atau luar negeri.

g. Pada baris “Jumlah” diisi berdasarkan jumlah PPh yang dipotong. Contoh:

“Rp 5.095.890,00”

h. Pada baris “Terbilang” diisi berdasarkan jumlah PPh yang dipotong pajak dengan menggunakan huruf alfabet.

Contoh: “lima juta sembilan puluh lima ribu delapan ratus sembilan puluh rupiah”.

i. Kemudian mengisi domisili pemotongan pajak dan tanggal saat pemotongan pajak.

(9)

Contoh: “BSD, 1 Juli 2016”

j. Mengisi NPWP pemotong pajak dan nama perusahaan pemotong pajak.

Contoh: “PT BPR Akasia Mas dengan NPWP 01-313-419-2-411-000”

k. Setelah itu memberikan formulir bukti pemotongan PPh kepada bagian yang berwenang untuk ditandatangani oleh direktur utama perusahaan dan diberikan stempel perusahaan. Selanjutnya, bukti pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) ini kemudian dilaporkan ke kantor pajak.

3.2.3 Melakukan BI Checking

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tanggal 30 November 2007, Sistem Informasi Debitur (SID) merupakan sistem yang menyediakan informasi Debitur sebagai hasil olahan dari Laporan Debitur yang diterima oleh Bank Indonesia. Tujuan dari penyelenggaraan SID adalah untuk memperlancar proses penyediaan dana, penerapan manajemen risiko, dan identifikasi kualitas Debitur untuk pemenuhan ketentuan yang berlaku serta meningkatkan disiplin pasar. Pihak yang diwajibkan untuk menjadi Pelapor dalam SID adalah Bank Umum, BPR yang memiliki total aset sebesar Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) atau lebih selama 6 (enam) bulan berturut-turut, dan Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank. Langkah-langkah dalam melakukan BI Checking di PT. BPR Akasia Mas adalah sebagai berikut:

a. Masuk ke website 192.168.32.8/sidopt/ lalu pilih menu “Bank Perkreditan Rakyat / Bank Perkreditan Rakyat Syariah”.

b. Mengisi sandi bank, kantor bank, User ID, dan password untuk log in.

(10)

c. Setelah log in, masuk ke menu Informasi Debitur.

d. Setelah itu pilih menu IDI dan pilih “Permintaan IDI (Request IDI)”.

e. Setelah itu, pencarian data nasabah bisa dilakukan dengan memilih kriteria- kriteria yang diinginkan untuk mencari data nasabah seperti “Nama Debitur, Tanggal Lahir, dan No. KTP/AKTE”.

3.2.4 Melakukan audit terhadap berkas-berkas kredit nasabah

Audit kredit dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi adanya resiko kredit. Audit kredit ini harus dilakukan terhadap semua berkas-berkas kredit nasabah yang mengajukan kredit ke BPR. Risiko kredit merupakan risiko kerugian akibat adanya kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya. Untuk mengurangi risiko yang makin besar, maka perencanaan dan pengendalian kredit menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi bank. Oleh karena itu, diperlukan audit kredit agar dapat mencegah dan mengurangi risiko kredit. Untuk mengurangi adanya risiko kredit, maka pihak bank akan melakukan audit kredit terhadap semua berkas-berkas kredit nasabah yang mengajukan kredit ke BPR di kantor pusat dan di kantor cabang.

Salah satu bagian penting di dalam proses kredit adalah dokumentasi. Ada dua jenis dokumentasi yaitu dokumentasi berkas kredit yang disetujui dan dokumentasi agunan. Tugas yang dilakukan di BPR adalah memeriksa bukti kelengkapan berkas-berkas kredit dari nasabah seperti:

a. Formulir Pemohonan Kredit

b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) c. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

(11)

d. Fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan akte nikah

e. Fotokopi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)/Rek. PLN/PAM f. Surat Keterangan Gaji

g. Fotokopi Rekening Koran (RK)/Tabungan (Tab)/deposito 3 bulan terakhir

h. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 2 tahun terakhir i. BI checking

j. Hasil Apraisal k. Data Jaminan.

Hal ini dilakukan untuk menentukan apakah semua data untuk mengajukan kredit sudah lengkap.

3.2.5 Melakukan audit kas

Audit kas adalah pemeriksaan buku khusus mengenai transaksi kas dan meneliti kelengkapan, kebenaran, dan sahnya transaksi kas tersebut, serta untuk menetapkan apakah seluruh penerimaan kas telah dibukukan. Tujuan dilakukannya audit kas adalah untuk memeriksa apakah saldo kas yang ada di neraca per tanggal neraca benar-benar ada dan dimiliki perusahaan. Dokumen yang dibutuhkan dalam mengaudit kas adalah bukti-bukti transaksi terkait penerimaan dan pengeluaran kas dan mutasi kas teller. Audit kas dilakukan dengan mencocokkan bukti-bukti transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dengan mutasi kas teller, untuk mengetahui apakah bukti-bukti transaksi tersebut sudah sesuai dengan mutasi kas teller atau tidak.

(12)

3.2.6 Melakukan vouching dan membuat jurnal ke slip pembukuan

Vouching merupakan suatu kegiatan untuk memeriksa keaslian dan kelengkapan

bukti yang mendukung suatu transaksi. Tujuan dilakukannya vouching adalah untuk memastikan bahwa pencatatan dan jumlah yang tertera dalam bukti tersebut telah benar. Langkah yang digunakan untuk melakukan vouching adalah dengan memeriksa bukti-bukti terkait transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama satu periode. Setelah melakukan vouching, yang selanjutnya dilakukan adalah membuat jurnal ke slip pembukuan berdasarkan bukti yang ada.

Jurnal transaksi merupakan suatu catatan yang tersusun secara sistematis mengenai transaksi-transaksi finansial perusahaan yang dilakukan berdasarkan urutan waktu.

Jurnal transaksi di PT BPR Akasia Mas dicatat atau dibuat untuk semua transaksi yang berhubungan dengan kas yaitu penerimaan dan pengeluaran keuangan perusahaan serta transaksi-transaksi yang tidak melibatkan kas seperti transaksi antarbank. PT BPR Akasia Mas membuat jurnal transaksi menggunakan sistem perusahaan yang disebut dengan IBS corebanking. Tujuan dibuatnya jurnal transaksi adalah untuk melengkapi data seperti jumlah transaksi, nama akun transaksi, dan waktu transaksi terjadi. Dalam membuat jurnal, data yang diperlukan adalah buku jurnal transaksi harian yang dicatat secara manual maupun yang tercatat di sistem USSI, serta bukti atas terjadinya transaksi tersebut. Langkah - langkah dalam membuat jurnal atas kas adalah:

a. Membuka sistem IBS corebanking dan melihat jurnal transaksi harian perusahaan dan dicocokan dengan bukti-bukti transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang ada.

(13)

b. Jika terdapat bukti yang belum ada jurnalnya, maka harus di buat jurnal nya ke slip pembukuan secara manual.

c. Pada slip pembukuan, tuliskan tanggal transaksi sesuai dengan bukti yang ada sejajar dengan “Tanggal…..”

d. Pada kolom “Nama Rekening”, tuliskan jurnal transaksi berdasarkan bukti yang ada.

e. Pada kolom “Debet” dan “Kredit”, tuliskan nominal transaksi yang dilakukan berdasarkan bukti yang ada.

f. Setelah itu slip pembukuan diberikan kepada pihak yang bertanggung jawab untuk kemudian diperiksa dan ditandatangani.

3.2.7 Melakukan inventarisasi terhadap aset perusahaan

Inventarisasi merupakan kegiatan penghitungan dan pencatatan barang.

Inventarisasi yang dilakukan saat praktek kerja magang adalah inventarisasi terhadap aset tetap BPR. Hasil perhitungan dan pencatatan ini kemudian disusun dalam daftar barang secara teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan pencatatan yang berlaku pada perusahaan.

Tujuan dilakukannya inventarisasi adalah untuk mempermudah pengawasan dan pengendalian atas aset perusahaan, dan untuk menentukan kondisi aset serta memastikan benar ada atau tidaknya aset tersebut. Data yang diperlukan dalam pelaksanaan inventarisasi adalah daftar inventaris yaitu nilai perolehan dan nilai buku aset-aset BPR yang masih tercatat di laporan keuangan perusahaan yang telah

(14)

dibuat oleh bagian Akuntansi pada periode sebelumnya. Prosedur kegiatan inventarisasi yang dilakukan di PT BPR Akasia Mas adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pemeriksaan dan penghitungan secara fisik terhadap seluruh aset tetap perusahaan, kemudian mencatat hasil penghitungan aset tersebut.

b. Jika terdapat aset-aset yang tidak ada dalam daftar atau tidak ada fisiknya, kemudian ditanyakan kepada akuntannya.

c. Membuat penomoran atas masing-masing aset perusahaan yang belum terdaftar berdasarkan ketentuan yang berlaku. Ketentuan dalam pembuatan penomoran masing masing aset yang dimiliki PT BPR Akasia Mas adalah sebagai berikut:

XX – XX – XX – XXXX A B C D

Keterangan:

A : dua digit kode angka untuk kantor lokasi aset 00 = kantor pusat

01 = kantor cabang

B : dua digit tahun pembelian aset tetap tersebut C : dua digit kode klasifikasi aset tetap tersebut 00 = untuk jenis aset tanah dan atau bangunan

(15)

01 = untuk aset jenis kendaraan bermotor (mobil/motor) 02 = untuk aset jenis furniture dan perlengkapannya 03 = untuk aset jenis komputer dan perlengkapannya 04 = untuk elektronik

09 = untuk aset jenis lainnya

D : empat digit nomor urut aset tetap tersebut

d. Memberi tanda pada aset-aset perusahaan dengan menempelkan kertas yang sudah diberi nama dan nomor berdasarkan penomoran yang telah dibuat sebelumnya.

3.2.8 Melakukan stock opname atas perlengkapan kantor

Perlengkapan kantor adalah barang-barang yang digunakan untuk menjalankan aktivitas operasional sehari-hari perusahaan yang periode penggunaannya untuk jangka waktu yang relatif singkat atau biasanya kurang dari satu tahun. Pada saat praktek kerja magang, stock opname terhadap perlengkapan kantor dilakukan pada buku-buku slip untuk keperluan operasional BPR seperti slip penjuranalan, slip tabungan, slip deposito, dll. Buku-buku slip tersebut terdapat secara fisik di gudang BPR. Stock opname perlengkapan kantor dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui berapa banyak jumlah perlengkapan yang tersedia di kantor dan berapa jumlah yang harus dipesan kembali sehingga ketika hendak digunakan, perlengkapan tersebut selalu tersedia.

(16)

Data yang diperlukan dalam melakukan penghitungan atas perlengkapan kantor adalah kartu stock masing-masing perlengkapan kantor yang digunakan untuk menuliskan nama barang yang terdapat di gudang BPR. Prosedur yang dilakukan dalam perhitungan perlengkapan kantor adalah sebagai berikut:

a. Melihat data barang yang tertulis dalam kartu stock, yaitu nama barang dan keterangan penghitungan periode sebelumnya.

b. Melakukan penghitungan kembali atas buku-buku slip yang terdapat secara fisik di gudang berdasarkan nama barang dan keterangan yang tertulis pada kartu stock.

c. Menuliskan tanggal saat dilakukannya penghitungan dan mencatat hasil penghitungan tersebut pada kolom “sisa” yang terdapat di kartu stock.

3.2.9 Membuat laporan arus kas

Laporan arus kas dibuat dengan tujuan untuk mengetahui perubahan saldo kas yang terjadi selama satu periode, dari mana kas tersebut berasal dan untuk apa saja penggunaannya. Laporan arus kas dilakukan dengan mencocokkan saldo awal dan akhir kas dengan menguraikan setiap aktivitas bisnis yang memberi pengaruh terhadap saldo kas. Pembuatan laporan arus kas perlu dilakukan agar pihak manajemen BPR Akasia Mas mengetahui perputaran kas BPR sehingga perputaran kas dapat dikelola dengan lebih baik.

Laporan arus kas diambil dari semua bukti-bukti transaksi kas masuk dan kas keluar. Contohnya kas masuk yaitu penerimaan kas atas pembayaran angsuran debitur, penerimaan kas atas pembayaran administrasi kredit, dll, kemudian

(17)

dimasukan dalam posisi debit arus kas posisi angsuran. Contoh kas keluar yaitu biaya parkir kendaraan kantor, biaya bahan bakar kendaraan untuk operasional, biaya gaji karyawan, dll, kemudian dimasukan dalam posisi kredit arus kas posisi biaya operasional. Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan arus kas, yaitu:

a. Memisahkan transaksi-transaksi yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi dalam satu hari tersebut.

b. Buat kolom pada Ms. Excel yang berisikan tanggal, keterangan, Debit, dan Kredit.

c. Cek setiap transaksi yang terkait pada kas masuk dan kas keluar.

d. Memasukkan setiap transaksi penerimaan kas yang terjadi pada kolom Debit Laporan Arus Kas.

e. Memasukkan setiap transaksi pengeluaran kas yang terjadi pada kolom Kredit Laporan Arus Kas.

f. Menjumlahkan total penerimaan kas pada kolom Debit dan total pengeluaran kas pada kolom Kredit.

g. Mencocokkan hasil dari total penerimaan dan pengeluaran kas dengan mutasi kas teller apakah jumlahnya sudah sama.

Menghitung jumlah saldo akhir kas dengan cara menjumlahkan saldo awal kas dengan total penerimaan kas lalu dikurangi dengan total pengeluaran kas. Hasil dari penghitungan jumlah saldo akhir kas ini kemudian digunakan menjadi saldo awal di tanggal berikutnya.

(18)

3.3 Uraian Pelaksanaan Kerja Magang

3.3.1 Proses Pelaksanaan

Pelaksanaan praktek kerja magang berlangsung dari tanggal 11 Juli 2016 hingga tanggal 9 September 2016. Pekerjaan yang telah dilakukan selama proses kerja magang tersebut terkait dengan proses transaksi yang ada di perbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat. Rincian tugas yang diberikan adalah sebagai berikut : 3.3.1.1 Menghitung Bunga Deposito

Untuk menghitung besarnya bunga deposito dibutuhkan tabel penghitungan bunga deposito bulanan atas deposito yang dimiliki deposan. Tabel penghitungan bunga deposito bulanan berisikan:

a. Nomor yang berisikan nomor urut nasabah/debitur.

b. Nama Deposan yang berisikan nama dari nasabah/debitur.

c. Nomor Rekening yang berisikan nomor rekening dari nasabah/debitur.

d. Tanggal yang berisikan tanggal dimana nasabah/debitur dapat memulai menggunakan simpanan deposito di BPR.

e. Periode yang berisikan lamanya waktu nasabah/debitur dapat menggunakan simpanan deposito di BPR.

f. Jangka Waktu (JKW) yang berisikan jangka waktu jatuh tempo yang diberikan BPR kepada nasabah/debitur terhadap simpanan bunga deposito.

g. Hari (H) yang berisikan jumlah hari dalam satu bulan berjalan.

h. Nominal (Rp) yang berisikan nilai nominal deposito yang ditempatkan di BPR.

(19)

i. Persentase (%) yang berisikan presentase bunga yang diberikan BPR kepada nasabah/debitur atas bunga deposito.

j. Bunga yang berisikan nilai nominal bunga yang diberikan BPR kepada nasabah/debitur atas bunga deposito.

k. PPh (20%) yang berisikan besarnya pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Final atas bunga deposito.

l. Bunga Diterima yang berisikan nilai nominal bunga yang diterima nasabah/debitur dari jumlah nominal bunga diberikan dikurangi dengan potongan PPh yang dikalikan dengan besarnya tarif pemotongan bunga deposito yang berlaku.

m. Jumlah adalah total keseluruhan simpanan deposito yang dimiliki oleh nasabah/debitur.

Berikut adalah contoh dari bunga deposito yang dihitung:

Tabel 3.1 Perhitungan Bunga Deposito

Data diatas bukanlah data yang sebenarnya

(20)

Deposan bernama Surya memiliki deposito yang disimpan pada BPR Akasia Mas sebesar Rp 50.000.000,00. Nominal deposito tersebut dikalikan dengan bunga deposito yang diberikan yaitu 8% dan dikalikan dengan jumlah hari dalam satu periode bulan berjalan yaitu 31 hari dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun yaitu 365 hari akan menghasilkan Rp339.726,00. Kemudian Rp339.726,00 harus dikurangi dengan PPh atas bunga deposito yang harus dibayar oleh deposan yaitu dengan cara mengalikan Rp339.726,00 dengan besarnya tarif 20%, yang akan menghasilkan Rp69.945,00. Sehingga bunga deposito yang dapat diterima oleh deposan adalah hasil pengurangan dari Rp339.726,00 dengan Rp69.945,00 yang akan menghasilkan Rp271.781,00.

3.3.1.2 Mengisi bukti pemotongan untuk Pajak Penghasilan (PPh) Final Pasal 4 ayat (2) atas Bunga Deposito

Pengisian bukti pemotongan untuk pajak penghasilan final pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito yang dilakukan selama praktek kerja magang adalah untuk bulan Juli 2016. Terdapat 2 jenis formulir bukti pemotongan untuk Pajak Penghasilan (PPh) Final Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito/tabungan/diskonto SBI jasa giro yang digunakan oleh BPR yaitu formulir yang dicetak sesuai dengan format Departemen Keuangan Republik Indonesia dan formulir yang dicetak sesuai dengan format yang ditentukan oleh PT BPR Akasia Mas.

Setiap formulir bukti pemotongan untuk PPh final pasal 4 ayat (2) menghasilkan 2 (dua) lembar. Lembar bukti pertama diberikan kepada deposan selaku Wajib Pajak, sedangkan lembar bukti yang kedua diberikan kepada BPR

(21)

selaku pemotong pajak. Dalam pengisian formulir bukti pemotongan ini dilakukan berdasarkan pada Daftar Nominatif Deposito yang sebelumnya telah disusun oleh divisi Dana Pihak Ketiga (DPK).

Tabel 3.2 Daftar Nominatif Deposito

Data diatas bukanlah data yang sebenarnya

Hasil dari pengisian form pemotongan PPh final atas bunga deposito dengan format yang dimiliki oleh BPR Akasia Mas adalah:

Gambar 3.1 Bukti Pemotongan PPh (final) format BPR Akasia Mas

Data diatas bukanlah data yang sebenarnya

(22)

Setelah menghitung besarnya bunga deposito, langkah selanjutnya adalah mengisi form bukti pemotongan PPh final dengan format BPR dan format Departemen Keuangan RI.

Gambar 3.2 Bukti Pemotongan PPh (final) format Departemen Keuangan RI

(23)

3.3.1.3 Melakukan BI Checking

BI Checking digunakan untuk memeriksa riwayat pinjaman kredit nasabah apakah

kolektibilitas dan tunggakan nasabah tersebut lancar atau macet sehingga bank bisa mengambil keputusan dengan tepat dalam analisa kredit apakah nasabah tersebut bisa diberi pinjaman atau tidak. Langkah-langkah dalam melakukan BI Checking adalah:

Gambar 3.3 Langkah-langkah dalam melakukan BI Checking

1. Masuk ke website 192.168.32.8/sidopt/ lalu pilih menu “Bank Perkreditan Rakyat / Bank Perkreditan Rakyat Syariah”.

(24)

2. Mengisi sandi bank, kantor bank, User ID, dan password untuk log in.

3. Setelah log in, masuk ke menu Informasi Debitur.

(25)

4. Setelah itu pilih menu IDI dan pilih “Permintaan IDI (Request IDI)”.

5. Setelah itu, pencarian data nasabah bisa dilakukan dengan memilih kriteria- kriteria yang diinginkan untuk mencari data nasabah seperti “Nama Debitur, Tanggal Lahir, dan No. KTP/AKTE”.

(26)

Hasil dari BI Checking menjadi sumber bagi BPR Akasia Mas dalam

membuat keputusan apakah akan memberikan kredit atau tidak. Jika riwayat dari nasabah tersebut mempunyai banyak tunggakan dan tidak lancar dalam membayar tunggakannya, maka pihak bank akan menolak untuk memberikan kredit kepada nasabah tersebut. Sebaliknya, jika hasil dari BI Checking menunjukkan bahwa riwayat kredit nasabah tersebut tidak bermasalah, maka pihak bank akan menyetujui untuk memberikan pinjaman/kredit, kemudian pihak bank akan mengonfirmasi ke nasabahnya untuk mengadakan pertemuan (meeting) untuk membahas tentang pengajuan kredit tersebut.

(27)

3.3.1.4 Melakukan audit terhadap berkas-berkas kredit nasabah

Audit kredit dilakukan pada dua tempat yaitu kantor pusat dan kantor cabang.

Kantor pusat terletak di daerah Tangerang dan kantor cabang terletak di daerah Bekasi. Pada saat melakukan kerja magang, BPR Akasia Mas sedang melakukan audit kredit. Oleh karena itu, penulis membantu pihak internal control untuk melakukan audit tersebut. Jangka waktu dalam melakukan audit kredit adalah selama enam bulan sekali dalam setahun. Audit kredit dilakukan dengan cara memeriksa bukti kelengkapan seperti berkas-berkas kredit dari nasabah untuk memastikan apakah semua data untuk mengajukan pinjaman kredit sudah lengkap atau belum, baik yang terdapat di kantor pusat maupun kantor cabang. Berkas- berkas yang dicek adalah:

a. Mengecek apakah masa aktif kelengkapan berkas-berkas kredit dari nasabah seperti formulir pemohonan kredit, fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan akte nikah, fotokopi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)/Rek. PLN/PAM, surat keterangan gaji, fotokopi Rekening Koran (RK)/Tabungan (Tab)/deposito 3 bulan terakhir, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 2 tahun terakhir, BI checking, hasil apraisal, dan data jaminan masih berlaku atau tidak. Apabila terdapat debitur yang setelah dicek kelengkapannya belum lengkap, maka penulis memberikan keterangan pada laporannya dan hasil dari laporan tersebut diberikan ke bagian marketing yang nantinya akan ditindaklanjuti dan dikonfirmasi oleh bagian marketing ke pihak nasabah/debitur atas berkas-berkas kelengkapannya.

(28)

Berikut ini adalah contoh kasus yang dimiliki BPR apabila terdapat nasabah/debitur yang persyaratan kelengkapannya belum lengkap, contoh Adisti Putri merupakan marketing pada BPR Akasia memiliki tanggung jawab atas berkas nasabah/debitur yang bernama Surya Ada Wijaya yang memiliki plafon kredit sebesar Rp150.000.000. Pada saat penulis melakukan pemeriksaan terhadap berkas tersebut terdapat formulir permohonan kredit yang belum ditandatangani oleh pihak nasabah/debitur, nasabah/debitur tidak mencantumkan NPWP dan Surat Keterangan gajinya, dan untuk PBB melewati batas waktu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, penulis langsung memberikan hasil laporan pemeriksaan tersebut kepada Adisti yang nantinya akan memberitahu Surya untuk melengkapi semua berkas yang belum lengkap.

Di bawah ini merupakan contoh gambar dari hasil laporan pemeriksaan kelengkapan pesyaratan kredit yang dimiliki oleh Annisa Nurhidayati:

Gambar 3.4 Laporan Kelengkapan Persyaratan Kredit

Surya Ada Wijaya Adisti Putri

Data di atas bukanlah data yang sebenarnya

(29)

b. Mengecek data yang diisi oleh debitur pada formulir permohonan kredit dan mengecek tanda tangan debitur pada berkas kredit untuk mencocokkan apakah data yang diisi dan tanda tangan debitur tersebut sudah sesuai dengan KTP. Bukti gambar formulir permohonan kredit berada pada lampiran 10.

c. Mengecek apakah foto-foto jaminan dan kelengkapan jaminan dari debitur sudah tertera pada hasil apraisal. Untuk jaminan berupa tanah dan/bangunan, penulis melakukan pengecekan apakah SHM/Akta Jual Beli/SHGB sudah dilampirkan. Untuk jaminan berupa kendaraan bermotor, penulis melakukan pengecekan apakah Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) sudah dilampirkan.

d. Hasil laporan audit yang sudah lengkap langsung diproses oleh bagian internal control untuk pemeriksaan ke tahap selanjutnya dan hasil

laporan audit yang belum lengkap harus disampaikan ke bagian admin kredit dan marketing untuk melengkapi semua persyaratan dari nasabah/debitur.

3.3.1.5 Melakukan audit kas

Audit kas dilakukan dengan mencocokkan bukti-bukti transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dengan mutasi kas teller untuk mengetahui apakah bukti-bukti transaksi tersebut telah sesuai dengan mutasi kas teller. Jika terdapat ketidakcocokan jumlah penerimaan dan pengeluaran kas pada mutasi kas teller

(30)

dengan bukti-bukti transaksi tersebut, maka dilakukan pengecekan antara bukti- bukti transaksi tersebut dengan jurnal transaksi pada periode yang bersangkutan, apakah bukti-bukti tersebut sudah lengkap atau apakah terdapat kesalahan dalam perhitungan terkait transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Jika terdapat bukti transaksi yang belum lengkap, maka hal tersebut ditanyakan kepada bagian accounting tentang bukti transaksi tersebut dan kemudian dibuatkan jurnal

pembukuan.

Pada saat melakukan pengecekkan antara bukti-bukti tersebut, penulis memberi tanda pada jurnal transaksi. Pemberian tanda untuk menandakan bahwa bukti transaksi sudah tertera di dalam jurnal transaksi.

Gambar 3.5 Jurnal Transaksi

3.3.1.6 Melakukan vouching dan membuat jurnal ke slip pembukuan

Vouching dilakukan dengan memeriksa kelengkapan bukti yang mendukung suatu transaksi. Setelah melakukan vouching, berdasarkan bukti-bukti tersebut kemudian

Data di atas bukanlah data yang sebenarnya

Adisti

, Surya

(31)

dibuat jurnal transaksi untuk keperluan pembuatan laporan keuangan pada akhir periode. PT BPR Akasia Mas melakukan pencatatan atas transaksi yang berhubungan dengan pemasukan dan pengeluaran kas serta yang berhubungan dengan angsuran kredit secara manual dan melalui sistem IBS corebanking. Selama praktek kerja magang, jurnal yang dibuat berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran kas serta beberapa transaksi antar bank. Jurnal yang berhubungan dengan penerimaan kas, contohnya adalah jurnal angsuran kredit. Jurnal yang berhubungan dengan pengeluaran kas contohnya jurnal pembayaran biaya operasional, jurnal antar bank contohnya jurnal setoran tabungan nasabah lewat bank lain. Jurnal yang dibuat adalah jurnal transaksi pada periode April 2016 hingga Agustus 2016. Berikut adalah contoh - contoh jurnal yang dicatat:

1) Jurnal Angsuran Kredit

Gambar 3.6 Slip Pembukuan atas Jurnal Angsuran Kredit

Data diatas bukanlah data yang sebenarnya

Kas

Kredit Umum

Pendapatan Bunga Kredit

4.583.333

4.166.667 416.667 11 Juli 2016

(32)

Jumlah pinjaman Adisti adalah sebesar Rp50.000.00,00 dengan jangka waktu pembayaran sebanyak 12 kali pembayaran setiap bulannya dengan bunga sebesar 10%. Kredit umum pinjaman Adisti adalah sebesar R4.166.667,00 yang didapatkan dari Rp 50.000.000,00 dibagi dengan 12 kali waktu yang harus diangsur oleh nasabah. Bunga yang harus dibayarkan oleh Adisti adalah sebesar Rp416.667,00 yang didapatkan dari Rp50.000.000,00 dikalikan dengan bunga 10%

kemudian dibagi dengan 12 kali waktu yang harus diangsur oleh nasabah. Sehingga total angsuran yang harus dibayar oleh Adisti adalah Rp4.583.333,00.

2) Jurnal Pengeluaran Biaya Operasional

Gambar 3.7 Slip Pembukuan atas Jurnal Pengeluaran Biaya Operasional

Data diatas bukanlah data yang sebenarnya

Misalnya pada tanggal 11 Juli 2016, dikeluarkan biaya operasional seperti pembayaran biaya bensin karyawan BPR sebesar Rp150.000,00, pembayaran biaya parkir karyawan Rp50.000,00, pembayaran biaya konsumsi komite sebesar

Biaya Operasional Kas

700.000

700.000 11 Juli 2016

(33)

Rp500.000,00. Untuk itu, BPR mencatat total biaya operasional tersebut sebesar Rp700.000,00.

3.3.1.7 Melakukan inventarisasi terhadap aset tetap perusahaan

Inventarisasi yang di lakukan selama praktek kerja magang di PT. BPR Akasia Mas dilakukan terhadap seluruh aset tetap yang nilai perolehan maupun nilai bukunya masih tercatat dalam laporan keuangan BPR. Setelah dilakukan pemeriksaan secara fisik, hasil penghitungannya dicocokkan dengan daftar inventaris yang telah dibuat pada periode dilakukannya inventarisasi sebelumnya. Melalui kegiatan inventarisasi ini terdapat perbedaan penghitungan antara fisik dan pencatatan, sehingga perlu dilakukannya pelaporan perbedaan pencatatan ke bagian akuntansi.

Setiap aset pada BPR Akasia Mas telah diberi penomoran pada awal diperolehnya aset tersebut. Penomoran tersebut dilakukan untuk memberi tanda mengenai kelompok dan tahun pembelian atas aset tersebut.

Tabel 3.3 Daftar Inventaris PT BPR Akasia Mas

(34)

Barang-barang inventaris yang tidak berada di tempatnya diberikan tanda “-

“ pada saat melakukan inventarisasi, kemudian penulis menanyakan ke bagian General Affair dimana letak barang inventaris itu berada.

3.3.1.8 Melakukan Stock Opname atas Perlengkapan Kantor

Pada BPR Akasia Mas, penulis secara khusus melakukan stock opname pada buku- buku slip yang digunakan dalam operasional perusahaan. Buku-buku slip yang terdapat di BPR Akasia Mas antara lain slip bukti penerimaan kas, slip pengeluaran kas, slip tanda bukti pemindahbukuan, bukti setoran, slip pengambilan tabungan, dan lainnya. Penulis melakukan stock opname dengan cara mencatat berapa banyak buku slip yang ada di BPR kedalam sebuah kartu stock sesuai dengan nama buku slip tersebut. Berikut ini adalah contoh kartu stock yang dimiliki BPR Akasia Mas:

Gambar 3.8 Kartu Stock

Data diatas bukanlah data yang sebenarnya

(35)

Dari contoh kasus diatas, penulis menghitung banyak buku slip penerimaan kas yang ada di perusahaan. Setelah dilakukan penghitungan terhadap banyaknya buku slip tersebut, kemudian hasil penghitungan berupa pencatatan jumlah barang dituliskan pada masing-masing kartu stock berdasarkan tanggal pada saat dilakukannya penghitungan yaitu 24 Agustus 2016 dan juga menyertakan nama barang/perlengkapan yang dihitung. Apabila jumlah di kolom “Sisa” pada tanggal saat dilakukannya penghitungan perlengkapan kurang dari atau sama dengan 10 buku, maka penulis melaporkan jumlah perlengkapan/buku kepada bagian accounting untuk dilakukan pemesanan kembali kepada supplier.

3.3.1.9 Membuat Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas yang dibuat pada saat praktek kerja magang adalah untuk bulan April - Agustus 2016. Laporan Arus Kas merupakan laporan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan pada periode tertentu. Laporan arus kas dibuat dengan menggunakan Microsoft Excel, dimana setiap sheet di Microsoft Excel hanya berisi satu tanggal, dan jumlah file Excel yang disimpan menunjukkan jumlah bulan yang dikerjakan. Berikut ini adalah contoh tabel laporan arus kas yang dimiliki BPR Akasia Mas untuk periode 11 Juli 2016.

(36)

Tabel 3.4 Laporan Arus Kas

Dalam membuat laporan arus kas, dibutuhkan bukti-bukti transaksi sebagai suber data. Laporan arus kas tersebut terdiri dari beberapa poin yaitu:

a. BPRKS merupakan penerimaan kas dari nasabah/debitur kepada BPR atas pembayaran listrik dan telkom.

b. Kas antar bank seperti Bank BCA, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Sinar Mas, Bank Mayapada, Bank Permata, dan Bank CIMB Niaga untuk biaya dibayar dimuka (BDD) Kantor Pusat atau Kantor Cabang dan pencairan kredit.

c. Angsuran merupakan penerimaan kas dari nasabah/debitur kepada BPR atas pembayaran angsuran dari pinjaman kredit di BPR.

d. Pendapatan Akad merupakan pendapatan provisi dan admin yang didapatkan dari nasabah yang melakukan transaksi kredit.

(37)

e. Titipan Asuransi dan Materai merupakan penerimaan kas dari nasabah/debitur kepada BPR atas potongan pencairan kredit. Pada saat melakukan pencairan kredit terdapat potongan yang harus dikeluarkan untuk materai dan titipan asuransi. Titipan asuransi perlu dibayar jika nasabah/debitur menggunakan asuransi jiwa dan jaminan yang dimiliki BPR.

f. Pendapatan Notaris merupakan penerimaan kas dari nasabah/debitur kepada BPR atas potongan pencairan kredit. Biaya notaris dikeluarkan apabila nasabah/debitur menggunakan jasa notaris yang disediakan oleh BPR.

g. Tabungan merupakan penerimaan ataupun pengeluaran kas dari tabungan yang dimiliki nasabah dari simpanan berupa tabungan di BPR.

h. Pencairan deposito merupakan pengeluaran kas dari deposito yang dimiliki nasabah dari simpanan berupa deposito di BPR.

i. Bunga Deposito merupakan pengeluaran kas yang dilakukan pihak BPR kepada nasabah dari simpanan depositonya.

j. Droping KU/Pencairan kredit merupakan pengeluaran kas yang dilakukan pihak BPR untuk memberikan kredit/pinjaman kepada nasabah.

k. Selisih kas merupakan perbedaan selisih jumlah dari hasil laporan keuangan di BPR.

l. Biaya Operasional merupakan pengeluaran kas yang dilakukan oleh pihak BPR untuk biaya-biaya operasional perusahaan.

Jumlah tersebut kemudian ditotal untuk memperoleh saldo debit dan saldo kredit pada hari yang bersangkutan. Cara penghitungan total debit adalah dengan

(38)

menjumlah seluruh nominal dari hasil penerimaan kas yang ada di kolom debit sedangkan untuk penghitungan total kredit adalah dengan menjumlahkan seluruh nominal dari hasil pengeluaran kas yang ada di kolom kredit. Selisih antara saldo debit dengan saldo kredit akan ditambahkan atau dikurangkan dengan saldo kas awal (saldo kas akhir hari sebelumnya) dan akan menghasilkan saldo kas akhir pada hari yang bersangkutan. Saldo kas akhir pada hari yang bersangkutan akan menjadi saldo kas awal pada hari selanjutnya.

(39)

3.3.2 Kendala yang Ditemukan

Kendala yang ditemukan pada saat pelaksanaan praktek kerja magang di PT BPR Akasia Mas yaitu:

1. Pada saat melakukan inventarisasi terhadap aset-aset perusahaan terdapat beberapa aset yang tercatat di dalam inventaris BPR, namun aset tersebut secara fisik tidak ditemukan/tidak ada di kantor BPR.

2. Pada saat melakukan BI checking, jaringan/koneksi yang sedang berjalan seringkali terputus/error.

3. Pada saat melakukan perhitungan cashflow, terdapat slip yang kurang atau tidak ada sehingga hasilnya tidak balance.

3.3.3 Solusi atas Kendala yang Ditemukan

Solusi atas kendala yang ditemukan padaa saat pelaksanaan praktek kerja magang adalah:

1. Menanyakannya kepada bagian accounting dan general affair mengenai letak aset tersebut.

2. Merefresh halaman website dan menggunakan jaringan internet dengan kualitas yang lebih baik

3. Mengkonfirmasi dan meminta slip yang tidak ada untuk dibuat oleh bagian kasir.

Gambar

Tabel 3.1 Perhitungan Bunga Deposito
Tabel 3.2 Daftar Nominatif Deposito
Gambar 3.2 Bukti Pemotongan PPh (final) format Departemen Keuangan RI
Gambar 3.3 Langkah-langkah dalam melakukan BI Checking
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah (1) pengetahuan audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (2) pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas

Pengaruh Time Budget Pressure dan Risiko Audit terhadap Kualitas Audit (Survey pada Auditor di Kantor Akuntan Publik di Bandung).. Halim, dan Retno

Sebenarnya lebih bagus lagi jika mahasiswa juga bisa mengetahui siapa yang meminjam buku tersebut.. dan sebenarnya keterangan tersebut sudah ada, tetapi belum

Penelitian ini membahas mengenai strategi komunikasi krisis yang dilakukan oleh PT Kalbe Farma dalam kasus kesalahan pelabelan obat Buvanest Spinal. Analisa studi kasus

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui penerapan strategi MPR dalam rebranding Lippo Supermal menjadi Supermal Karawaci.. Penelitian ini menggunakan

Proses wawancara dilakukan dengan divisi recruitment dan usher tetapi pelamar kerja tersebut belum memenuhi kriteria yang dicari oleh usher maka curriculum vitae

Setelah data telah dirapikan, maka akan dilakukan pengakuan pembayaran transaksi debit dan credit card pada sistem sesuai dengan jumlah yang terdapat didalam

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Opini Audit, dan Umur Perusahaan Terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di