7
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.1 Tinjauan Karya Sejenis
Penulis mencari informasi dari karya yang sudah ada untuk dijadikan acuan.
Penulis mencari dua karya sejenis. Berikut tinjauan karya terdahulu.
2.1.1 Curhat Babu
Gambar 2.1 Podcast Curhat Babu
Sumber: Spotify
Karya podcast ini membahas mengenai dunia parenting dan hubungan dalam pasangan rumah tangga. Podcast yang dimiliki oleh sepasang suami istri yaitu Nucha Pratomo dan Ario Pratomo ini sudah ada
8 sejak episode pertamanya pada Juli 2017. Tidak hanya mereka berdua saja, podcast Curhat Babu juga menghadirkan narasumber terkait topik yang diangkat dalam episodenya.
Selain membahas mengenai parenting, podcast ini juga membahas tentang self love. Pada awal episode, podcas ini hanya diisi oleh Nucha dan Ario saja. Namun, kini podcast Curhat Babu sering mengundang narasumber-narasumber yang tetap berhubungan dengan parenting dan kehidupan rumah tangga.
Kelebihan dari podcast ini yaitu topik yang dibahas serius namun dibawa dengan santai oleh penyiar dan narasumber. Namun terdapat kelemahan yaitu tema dari podcast terlalu luas, hingga tidak memiliki fokus tema yang benar-benar ingin diangkat.
Penulis menjadikan karya ini sebagai acuan karya penulis karena penulis ingin membuat audio dalam podcast terdengar bagus. Selain itu, penulis juga ingin mengundang narasumber yang sesuai dengan tema pada setiap episodenya.
2.1.2 ParenTALKING
9 Gambar 2.2
Podcast ParenTALKING
Sumber: Spotify
Karya tinjauan lainnya yaitu podcast ParenTALKING. Sebelum membuat podcast, awalnya merupakan situs untuk memberikan informasi mengenai cara mengasuh anak, hubungan dalam rumah tangga, dan juga mengatur keungan keluarga, yang dikenal sebagai Parentalk.id.
Podcast ini digagas oleh Nucha Bahcri yang juga memiliki podcast sendiri bersama suaminya, Curhat Babu. Sedikit berbeda dengan Instagramnya @parentalk.id yang membahas mengenai anak, pada podcastnya lebih mengangkat tema terkait hubungan rumah tangga, namun tetap memiliki episode mengenai parenting.
Kelebihan dari podcast ini yaitu materi dari podcast dan Instagram juga berbeda. Jika di Instagram lebih fokus pada parenting di beberapa episode podcast ParenTALKING, membicarakan tentang hidup rumah
10 tangga. Penulis menjadikan menjadikan karya ini sebagai acuan karya penulis karena penulis ingin membuat podcast yang berisi informasi parenting.
2.2 Teori atau Konsep-Konsep yang Digunakan 2.2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa menurut Gebner adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat Indonesia (Khomsahrial, 2016, p. 10).
Ciri komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik media audio visual maupun media cetak. Komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Apabila pesan itu disampaikan melalui media pertelevisian maka prosesnya komunikator melakukan suatu penyampaian pesan melalui teknologi audio visual secara verbal maupun nonverbal dan nyata.
Terdapat beberapa efek komunikasi massa berdasarkan (Khomsahrial, 2016, p. 14) sebagai berikut:
1. Efek Kognitif
11 Efek kognitif dibahas mengenai bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif.
2. Efek Afektif
Tidak hanya menerima informasi saja, khalayak juga diharapkan dapat merasakannya. Bila ada suatu pemberitaan yang membahas mengenai suatu topik yang hangat dan juga jadi topik pembicaraan.
3. Efek Behavioral
Efek ini merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan.
Pada pembuatan karya ini, teori Komunikasi Massa digunakan karena komunikasi merupakan aktifitas dasar makhluk sosial. Sama seperti berkeluarga yang harus memiliki komunikasi karena menjadi peran yang paling penting dalam hubungan antara anggota keluarga. Dalam karya ini teori Komunikasi Massa ditunjukan kepada orang tua milenial agar komunikasi dapat dijalankan secara baik kepada anaknya.
2.2.2 Pengertian dan Sejarah Podcast
Podcast merupakan pesan yang direkam atau program berbasis audio yang didistribusikan melalui pengunduhan ke komputer, iPod, atau berbagai alat audio portable lainnya (Straubhaar et al., 2015, p. 27).
12 Siapapun bisa mengunduh podcast yang dibuat oleh orang lain atau mendengarnya melalui aplikasi streaming musik seperti Spotify. Konten Konten audio yang merupakan basis siaran radio, berpotensi untuk dikembangkan di ranah internet. Selain ‘menyambungsiarkan’ program melalui live streaming di situs radio online, program-program radio juga dapat didistribusikan melalui youtube, media sosial, atau secara podcast.
Secara sederhana, podcast diartikan materi audio atau video yang tersedia di internet yang dapat secara otomatis dipindahkan ke komputer atau media pemutar portable baik secara gratis maupun berlangganan.
Pada dasarnya podcast merupakan semacam talk show yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat dibagikan melalui internet, bahkan dapat dinikmati menggunakan iPod (Popo, 2008, p. 35). Istilah
"podcasting" pertama kali muncul dalam sebuah karangan artikel oleh Ben Hammersley di surat kabar The Guardian pada Februari 2004, bersama dengan istilah lain yang diusulkan untuk menamakan teknologi baru ini (Hammersley, 2004).
Podcast mulanya muncul sejak tahun 2004. Munculanya podcast ini tidak lepas dari lahirnya iPod milik Apple yang berawal dari singkatan iPod Broadcasting. Singkatan tersebut dikatakan sebagai “iPod Broadcasting” karena siarannya yang berbeda dengan radio FM atau AM
13 konvensional. Dalam siarannya podcast tidak menyiarkan siarannya secara linear tetapi sama seperti Youtube.
Munculnya podcast di Indonesia berawal dari Soundcloud yang dibuat oleh seorang komika Adriano Qalbi. Ia memiliki podcast yang bernama “Podcast Awal Minggu” pada tahun 2016. Adriano memakai isi podcastnya sebagai sarana melatih bahan untuk stand-up comedy. Pada awalnya, banyak podcast yang diisi tema mengenai kisah keseharian dengan durasi 30-60 menit. Kini sejak awal 2019, jumlah play podcast Adriano Qalbi pun kian meningkat ke angka ratusan (Prastuti, 2019).
Selain itu, DailySocial melakukan survey dengan hasil yaitu masyarakat Indonesia mendengar podcast paling banyak menggunakan Spotify. Terdapat 3 podcast Indonesia yang populer diantaranya, PODKESMAS (PODKES KESEHATAN MASYARAKAT) oleh Podkesmas Asia Network, Rintik Sedu oleh Rintiksedu, dan DoYou See What I See oleh Cerita Horor True Story (Chartable, 2020).
2.2.2.1 Cara Kerja Podcast
Menurut (Geoghegan & Klass, 2007, p. 28) dalam proses membuat podcast terdapat 3 cara kerja dan distribusinya. Produksi dan distribusi podcast tergolong sederhana. Ada 3 elemen wajib, yaitu (1) materi podcast, (2) penyedia RSS (Really Simple Syndication), dan (3)
14 penangkap (podcatcher). Ukuran dokumen (file audip atau video) podcasr biasanya berkisar antara 1MB sampai 200 MB (megabyte) per menit unutk audio dan bisa lebih banyak lagi tergantung ukuran frame erate. Elemen berikutnya adalah penyedia RSS atau penyimpanan di server cloud seperti www.soundcloud.com. RSS tersebut mencakup informasi tentang podcast, seperti informasi kapan podcast terakhir ditambahkan, judulnya, serta deskripsi singkat tentang edisi tersebut. Jika terdapat lampiran baru dari podcast telah ditambahkan ke salah satu feed yang berlangganan, maka secara otomatis file baru akan diunduh.
2.2.2.2 Karakteristik Podcast
Podcast tidak disebut sebagai pengganti radio tetapi sebagai media alternatif media auditori. Durasi dari podcast sendiri selama 20-45 menit dengan jadwal posting mingguan. Melalui podcast, pesan auditori ini dapat diulang oleh pendengaar. Podcast memberikan waktu kapan saja kepada pendengar dalam mendengarkan topik yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Bahkan pendengar bisa tidak menyelesaikan mem- pause) podcast tersebut. Hal ini berbeda dengan radio yang memiliki
batasan durasi pada siaran langsung dan bersifat selintas (tidak dapat diulang). Sedangkan untuk podcaster (penyiar) tentu mempermudah mereka dalam mendistribusikan pesan mereka kepada khalayak ramai, tidak perlu menunggu untuk siaran radio.
15 Karakteristik dari podcast antara lain auditori, theater of mind, menggunakan gaya percakapan, serta menggunakan rumus penulisan keep it simple, keep it short dan keep it conversational dan on demand. Biasanya
gaya percakapan podcast dipengaruhi oleh situasi dan jenis siaran yang sedang berlangsung, Jika topik membicarakan yang mendalam, durasinya bisa panjang begitupun sebaliknya. Selain itu, podcast banyak digunakan orang karena mereka tidak membutuhkan konsentrasi tinggi layaknya menonton sebuah video, sehingga dapat mendengarkan podcast bersamaan dengan kegiatan lain. Terdapat kesamaan karakteristik pada podcast dengan radio yaitu imajinatif atau theater of mind. Dengan pemberian informasi berupa audio, dapat mengajak pendengar membuat bayangan visual sendiri atas pesan yang disampaikan melalui podcast (Kencana et al., 2020).
2.2.3 Talk Show
Talk show dapat dikatakan primadona karena bisa disiarkan
langsung secara interaktif dan atraktif. Ditambah dengan sifatnya yang menghibur. Arti menghibur dalam talk show bukan sekadar menghibur, melainkan dinamis dan hidup kepada masyarakat. Oleh karena itu, peran moderator sangat menentukan keberhasilan dari talk show (Madsuki, 2001, p. 44).
16 Perbedaan dari talk show dan wawancara berita adalah talk show bersifat dinamis atau tidak terpaku pada aktualitas topik perbincangan.
Selain itu jam penayangannya yang fleksibel. Terdapat beberapa persiapan yang harus dilakukan sebelum menyelenggarakan talk show berdasarkan sumber, diantaranya:
a. Menentukan topik dan tujuan.
b. Menghadirkan narasumber.
c. Menentukan lokasi, kemasan acara dan durasi penyiaran
Langkah selanjutnya adalah membuat urutan acara dalam program talk show, seperti berikut:
a. Pembukaan. Pertama yaitu pengencalan acara, membahas topik yang akan diperbincangkan, pengenalan narasumber. Bisa juga menyebutkan latar belakang mengapa topik perlu dibahas.
b. Diskusi utama. Tahap ini mulai masuk ke dalam sesi wawancara seperti, pertanyaan awal, tanggapan narasumber.
c. Penutup. Tahap ini berisi kesimpulan dari wawancara, ucapan terima kasih kepada pendengar, salam penutup termasuk informasi topik yang akan datang.
Selain itu, terdapat hal yang harus diperhatikan dalam sebuah talk show yaitu slander (fitnah). Fitnah adalah komunikasi lisanh pernyataan salah atau jahat tentang atau menuduh seseorang yang
17 merusak reputasi, bisnis dan sebagainya. Jika seseorang baru untuk melakukan penyiaran / podcasting, Ia harus mempertimbangkan suatu legalitas, karena jika tidak dapat berlanjut ke jalur hukum. Selalu berhati-hati dalam membuat podcast. Podcast adalah wadah yang besar, sama seperti radio dan TV.
Secara umum, ada tiga pembelaan terhadap tuduhan fitnah:
1. Pernyataan benar. Ini sering disebut sebagai pertahanan absolut, artinya jika pertanmyaan itu benar maka tidak bisa difitnah.
2. Pernyataan pendapat.
3. Seseorang yang merupakan figur publik, atau “komentar yang adil tentang suatu masalah kepentingan umum.”
Maka dari itu pastikan untuk tidak melakukan fitnah. Seorang podcaster adalah orang yang memberikan hiburan serta informasi
aktual kepada masyarakat, jadi hindari melakukan fitnah (Geoghegan
& Klass, 2007, p. 35).
2.2.4 Pola Asuh Anak
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa “pola adalah model, sistem, atau cara kerja,” Asuh adalah “menjaga, merawat, mendidik, membimbing, membantu, melatih, dan sebagainya. Jika disimpulkan, bahwa pola asuh
18 orang tua adalah suatu proses interaksi antara orang tua dan anak yang didalamnya meliputi kegiatan memimpin, mengasuh dan membimbing anak secara langsung maupun tidak langsung. Setiap orang tua memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengatur dan membimbing anaknya.
Namun, secara garis besar pola pengasuhan orang tua terhadap anak dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu otoriter/otorian (authoritarian), autoritatif (authoritative), dan permisif (permissive) (Widyarini, 2010, p. 11).
1. Otoriter
Orang tua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha membentuk, mengendalikan, dan mengevaluasi perilaku serta sikap anak berdasarkan serangkaian standar mutlak, nilai-nilai kepatuhan, menghormati otoritas, kerja, tradisi, tidak saling memberi dan menerima dalam komunikasi verbal. Orang tua kadang-kadang menolak anak dan sering menerapkan hukuman.
2. Autoritatif
Orang tua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha mengarahkan anaknya secara rasional, beriorientasi pada masalah yang dihadapi, menghargai komunikasi yang saling memberi dan menerima, menjelaskan alasan rasional yang mendasari tiap-tiap permintaan atau disiplin tetapi juga menggunakan kekuasaan bila perlu, mengharapkan
19 anak untuk mematuhi orang dewasa tetapi juga mengharapkan anak untuk mandiri dan mengarahkan diri sendiri, saling menghargai antara anak dan orang tua, memperkuat standar-standar perilaku. Orang tua tidak mengambil posisi mutlak, tetapi juga tidak mendasarkan pada kebutuhan anak semata.
3. Permisif
Orang tua yang memiliki pola asuh jenis ini berusaha berperilaku menerima dan bersikap positif terhadap implus (dorongan emosi), keinginan-keinginan dan perilaku anaknya, hanya sedikit menggunakan hukuman, berkonsultasi kepada anak, hanya sedikit memberikan tanggung jawab rumah tangga, membiarkan anak untuk mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak mengontrol, berusaha mencapai sasaran tertentu dengan memberikan alasan, tetapi tanpa menunjukkan kekuasaan.
2.2.5 Tekanan Psikologis
Berdasarkan ciri-ciri yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pola asuh otoriter memiliki ciri pokok tidak demokratis dan menerapkan control yang kuat (Widyarini, 2010, p. 11). Hal ini berbeda dengan pola asuh autoritatif yang berciri demokratis, tetapi juga
20 menerapkan kontrol. Berbeda pula dengan pola asuh permisif yang berciri demokratis, tetapi juga tanpa memberikan kontrol.
Pola asuh yang yang lebih banyak menuntut terhadap anak telah mengikis kehangatan hubungan dengan anak. Anak tidak menemukan suasana yang memungkinkan untuk mengekspresikan pikiran atau perasaannya. Padahal, kehangatan dalam hubungan orang tua dan anak merupakan prasyarat baik anak maupun orang tua.
2.2.6. Penggunaan Gadget pada Anak
Penggunaan gadget sudah tergolong menyeluruh pada setiap elemen. Bahkan tidak sedikit yang memiliki lebih dari satu untuk menunjang aktivitasnya. Selain mendapatkan informasi, penggunaan gadget juga dapat memberikan dampak buruk apabila mendapatkan atau
menggunakan konten-konten negatif.
Pengguna gadget sendiri didominasi oleh anak-anak muda usia SMP-SMA, antara usia 14-19 tahun (Saefudin, 2012, p. 24). Maka, pengguna yang berlebihan pada anak berpotensi menyebabkan disfungsi pada dorsolateral prefrontal cortex. Sehingga peluang untuk terjadinya candu lebih besar daripada orang yang secara umur lebih dewasa.
Memberikan screen time tidak cukup untuk mencegah anak mengalami candu pada gawai. Hal penting lain yang harus dilakukan adalah
21 konsistensi, karena tidak hanya sehari atau dua hari kebersamaan orang tua dengan anak.
2.2.6.1 Dampak Negatif Penggunaan Gadget pada Anak
Ada beberapa dampak negatif yang terjadi pada anak dalam penggunaan gadget (Iswidharmanjaya, 2010, p. 16).
1. Menjadi Pribadi yang Tertutup
Ketika anak kecanduan gadget pasti menganggap perangkat itu adalah bagian hidupnya. Mereka akan merasa cemas apabila gadget tersebut dijauhkan. Gadget dapat mengganggu kedekatan dengan orang tua, lingkungan, bahkan teman sebayanya. Jika dibiarkan saja keadaan ini akan membuat anak menjadi tertutup atau introvert.
Kemudian munculnya konflik dalam batinnya ketika ia harus bersosialisasi dengan teman sebaya baik di lingkungan rumah maupun di sekolah.
2. Kesehatan Otak menggangu
Otak bagian depan seorang individu matang pada usia 25 tahun.
Sementara fungsi otak bagian depan adalah pusat memerintahkan tubuh untuk melakukan pergerakan dan reseptornya yang mendukung otak depan adalah otak bagian belakang yang berfungsi menghasilkan hormon dopamin yakni hormon yang menghasilkan perasaan nyaman atau tenang.
22 Jika anak telah bermain gadget lalu ia membuka informasi yang berisi dengan materi kekerasan dan hal buruk lainnya, itu akan terekam dalam memori otak dan sulit untuk dihapus dari pikiran bahkan untuk waktu yang lama. Jika tidak segera diatasi, maka anak akan kecanduan karena adanya hormon dopamin yang dihasilkan ketika melihat informasi tersebut dan membuatnya nyaman.
3. Kesehatan Mata Terganggu
Membaca pesan teks melalu gadget atau tablet membuat otot-otot pada mata cenderung bekerja lebih keras. Hal ini perlu diperhatikan terutama untuk orang tua yang memiliki anak berkaca mata, Dengan jarak baca yang terlalu dekat, maka mata anak yang menggunakan kacamata akan bertambah bebannya dan mengakibatkan satuan minus kacamata akan bertambah.
Kerja mata saat menggunakan gadget adalah memfokuskan dengan teks pada gadget jika dibiarkan akan menyebabkan sakit kepala dan tegang di daerah kelopak mata.
4. Suka Menyendiri
Ketika anak sudah merasa asyik dengan gadget-nya, maka ia akan merasa itu adalah segalanya. Ia tak peduli lagi dengan apapun yang ada di sekitarnya karena yang dibutuhkan adalah bermain dengan gadget.
23 Di sekolah, ketika anak harus bertemu dengan teman sebaya ia akan sulit berinteraksi ataupun berkomunikasi secara sehat. Sebab menurut (Iswidharmanjaya, 2010, p. 24), konsentrasinya hanyalah pada gadget yang menyajikan fantasi lebih menarik dibandingkan harus
bergaul. Di kehidupan yang nyata ia akan kesulitan untuk fokus dan pada akhirnya menjadi anak yang menyendiri.
5. Pudarnya Kreativitas
Dengan adanya gadget, kecenderungan anak menjadi kurang kreatif lagi. Dikarenakan ketika ia diberi tugas oleh sekolah, ia hanya menggunakan internet di gadget untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Di sisi lain, gadget memudahkan anak dalam belajar namun di sisi kreativitasnya akan teranca pudar jika ia terlalu menggantungkan dengan perangkat tersebut. Anak tinggal melakukan copy dan paste materi yang ada dalam sebuah situs internet.
Perlu diketahui, perkembangan kanak-kanak sebaiknya menggunakan kreativitas untuk proses pembelajaran. Hal ini dilakukan karena penting untuk perkembangan di usia selanjutnya (Iswidharmanjaya, 2010, p. 26).
Penulis menggunakan teori ini untuk mengetahui bagaimana dampak negatif kepada anak jika orang tua tidak membatasi anak
24 dalam menggunakan gadget. Teori ini juga menjadi acuan penulis pada topik utama karya yaitu penggunaan gadget pada anak.