• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kedisiplinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kedisiplinan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Konteks Penelitian

Di era persaingan global seperti sekarang ini, diakui atau tidak, lembaga pendidikan dituntut meningkatkan kinerja kelembagaan yang efektif dan kondusif. Yang mana para pendidik adalah sosok yang memiliki posisi yang sangat strategis dalam proses pembelajaran. Keberhasilan sebuah pendidikan salah satunya ditentukan oleh faktor pendidik. Oleh sebab itu sangatlah diperlukan adanya upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik, sebab peningkatan kualitas pendidik merupakan kunci utama untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Penanaman kedisiplinan pada peserta didik salah satunya adalah dengan pemberian reward (penghargaan) dan punishment (hukuman). Reward diberikan oleh guru kepada siswa dengan memberikan hadiah atas hal positif yang dilakukan oleh siswa. Pemberian reward dimaksudkan untuk membuat anak lebih giat lagi usahanya untuk bekerja dan berbuat lebih baik lagi. Punishment diberikan oleh guru kepada siswa karena siswa melakukan pelanggaran atau kesalahan. Punishment akan membuat siswa menyesali perbuatannya yang salah itu. Sekarang ini masih banyak siswa yang menunjukkan perilaku yang tidak disiplin.

(2)

Implementasi reward dan punishment dapat dipergunakan untuk memperkuat atau memperlemah respon positif atau respon negatif terutama reward yang akan menimbulkan respon positif, dan punishment menimbulkan respon negatif.

Namun penerapannya harus didasarkan atas kondisi yang tepat, tidak asal memberikan reward atau punishment terhadap perilaku yang berbobot kurang sebanding dengan tujuan pokoknya.

Pemberian reward dan punishment yang dilakukan dengan mudah, akan menghilangkan efektivitasnya (dalam pengertian mendidik) karena para peserta didik akan menjadi jenuh dan steril (tak mempan) dengan reward dan punishment itu. Oleh karena itu, ada kaitannya antara reward dan punishment yang bersifat mendidik dengan sumbernya, yaitu pendidik atau guru yang memberikannya. Sebagai sumber, reward dan punishment dan hukuman seorang guru harus memiliki kedudukan yang sangat dihormati oleh peserta didik, sehingga wibawanya terhadap peserta didik benar-benar diakui oleh mereka.

Semakin tinggi kedudukan dan wibawa seorang pemberi reward atau punishment, semakin besar pula pengaruhnya terhadap mereka yang diberi reward atau punishment.

Jadi latar belakang dari implementasi reward dan punishment merupakan suatu alat pendidikan yang dapat menciptakan peserta didik lebih mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh sekolah tersebut. Dengan adanya peraturan itu akan berdampak positif bagi para peserta didik, serta mengahasilkan output dari suatu pendidikan yang baik dan berkualitas.

(3)

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam membentuk karakter Peserta didik. Salah satunya adalah pendidikan yang di dalamnya terdapat penanaman nilai kedisiplinan. Penanaman nilai kedisiplinan merupakan salah satu upaya yang dapat mencegah perilaku negatif pada peserta didik. peserta didik nantinya dapat diarahkan, dilatih, dan dididik seperti apa yang diharapkan. Perkembangan seorang anak atau manusia tidak hanya biologis saja. Begitulah tugas seorang pendidik atau guru, tidak hanya membiarkan tumbuh pada anak didiknya.

Pendidik hendaknya berusaha agar anak didiknya itu menjadi manusia yang lebih mulia. Anak atau manusia itu adalah makhluk yang berpribadi dan berkesusilaan. Ia dapat memilih dan menentukan apa-apa yang akan dilakukan, juga menghindari atau menolak segala yang tidak disukainya. Demikian pula, untuk menyesuaikan diri terhadap masyarakat, peserta didik membutuhkan pertolongan pimpinan dari orang-orang dewasa terutama orang tua, jika disekolah merupakan tugas seorang pendidik atau guru.

Orang tua atau guru tidak dapat begitu saja membiarkan anak didiknya tumbuh sendiri. Tanpa pemimpin, anak akan tumbuh kearah pemuasan dorongan nafsu, yang sudah tentu banyak pertentangan dengan apa yang berlaku dan dikehendaki oleh masyarakat. Di sinilah peran dari tata tertib di suatu lembaga sangat diperlukan, karena merupakan sebuah didikan mental dan kedisiplinan bagi peserta didik untuk membimbing jasmani dan rohaninya menuju kearah kedewasaan agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.

(4)

Kedisiplinan adalah tata tertib atau ketaatan terhadap peraturan. Disiplin merupakan suatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Berbagai pengertian di atas cenderung menggambarkan bahwa esensi kedidiplinan adalah kepatuhan pada peraturan.1 Tentang kedisiplinan yang dimiliki oleh sebagian besar orang terisi dengan mitos dan kesalahan mengenai apa arti disiplin, bagaimana seharusnya disiplin dan disiplin apa yang efektif untuk memotivasi perubahan positif pada anak.2

Kedisiplinan siswa diatur dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003.

Adapun disiplin menurut Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab V tentang peserta didik sebagai berikut : Peserta Didik Berkewajiban : “menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin berkelangsungan proses dan keberhasilan pendidikan”.3Dalam konteks pendidikan, kedisiplinan merupakan wujud kepatuhan peserta didik yang mencerminkan rasa tanggung jawabnya sebagai manusia terdidik. Misalnya menegakkan kedisiplinan dalam belajar dan kedisiplinan mentaati tata tertib. Ketaatan, kepatuhan, dan kerelaan itu didasarkan pada keyakinan bahwa itu benar dan sadar bahwa hal itu akan membawa manfaat pada dirinya sendiri bersama orang-orang disekitarnya.

Jadi, peningkatan kedisiplinan dapat dilakukan dengan salah satu cara pemberian reward dan punishment terhadap peserta ddik. Sehingga menjadikan

1 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola, tt), hal

2 Jane Elizabeth Allen, Disiplin Positif, (Jakarta : Pustakarya, 2005), hal. 21

3 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS.

(5)

para peserta didik mempunyai semangat dan motivasi tinggi untuk belajar di sekolaah.

Sebagaimana yang telah di ungkapkan oleh Bpk Shodiq Fajari selaku Kepala sekolah MI Miftahul Ulum Plosorejo Kademangan Blitar. Beliau mengatakan :

“Penerapan reward dan punishment di MI Miftahul Ulum Plosorejo ini sudah cukup baik, di awal masuk sekolah yakni pada kelas 1 siswa sudah diperkenalkan dengan peraturan dan tata tertibnya agar sejak awal anak sudah terbiasa disiplin. Kemudian guru bertugas untuk memotivasi mereka untuk selalu disiplin baik dalam belajar maupun disiplin dalam menaati tata tertib yang sudah di buat. Untuk menigkatkan kedisiplinan mereka biasanya kami memberikan hukuman bagi mereka yang melanggar peraturan. Bagi mereka yang sudah disiplin maka kami akan memberikan hadiah agar dapat memotivasi mereka untuk berlaku disiplin lagi dan juga dapat memotivasi teman temanya yang belum disipin menjadi disiplin”.

Hampir senada dengan hasil wawancara dengan Bpk Fathur Roziq Selaku bagian kesiswaan, beliau mengatakan bahwa:

“Selama ini di MI Miftahul Ulum sudah di terapkan pemberian reward dan punishment untuk memotivasi belajar peserta didik dan juga agar peserta didik menjadi lebih disipin. Hal tesebut sudah berjalan dengan baik namun setiap harinya masih ada peserta didik yang tidak mentaati tata tertib dan kurang disiplin karena siswa masih kurang termotinvasii”.

Berdasarkan pengamatan peneliti, MI Miftahul Ulum ini memiliki prestasi yang unggul, berkembang dengan cukup pesat dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lain yang sederajat. Banyak peserta didik yang berlaku disiplin dan berprestasi di bidang akademik maupun nonakademik meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang disiplin dan sering melanggar tata tertib.

MI Miftahul Ulum ini juga memiliki beberapa keunikan dibandingkan madrasah

(6)

lain, yaitu madrasah tersebut menyelenggarakan diniyah di sore harinya untuk memperdalam ilmu agama islam.

Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan kepala madrasah dan guru di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa MI Miftahul Ulum merupakan madrasah yang memiliki prestasi yang unggul baik di bidang akademik maupun non akademik. Madrasah ini juga memiliki keunikan tersendiri yakni menyelenggarakan diniyah pada sore harinya. Penerapan reward dan punishment sudah cukup baik meskipun ada beberapa peserta didik yang masih kurang termotivasi untuk berlaku disiplin baik disiplin belajar maupun disiplin mentaati peraturan / tata tertib. Dari situlah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Implementasi Reward dan Punishment Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Peserta Didik MI Miftahul Ulum Plosorejo Kademangan Blitar”

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahannya sebagai berikut :

1. Bagaimana proses implementasi reward dan punishment untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MI Miftahul Ulum Plosorejo kademanngan Blitar ?

(7)

2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan implementasi reward dan punishment untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MI Miftahul Ulum Plosorejo kademanngan Blitar ?

3. Bagaimana hasil implementasi reward dan punishment untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MI Miftahul Ulum Plosorejo kademanngan Blitar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui proses implementasi reward dan punishment untuk

meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MI Miftahul Ulum Plosorejo kademanngan Blitar.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan implementasi reward dan punishment untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MI Miftahul Ulum Plosorejo kademanngan Blitar.

3. Untuk mengetahui hasil implementasi reward dan punishment untuk

meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MI Miftahul Ulum Plosorejo kademanngan Blitar .

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan hasil penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu kegunaan hasil penelitian teoritis dan dan praktis.

(8)

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wacana ilmiah terhadap pengembangan ilmu pengetahuan mengenai peningkatan kedisiplinan peserta didik melalui implementasi reward dan punishment.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat kepada beberapa pihak antara lain:

a. Bagi kepala sekolah, untuk dijadikan masukan dalam peningkatan kedisiplinan peserta didik melalui implementasi reward dan punishment di sekolah tersebut, serta kebijakan pembelajaran yang lebih kritis dan dinamis, sehingga diharapkan sekolah bisa menjadi institusi pendidikan yang kontekstual dan mampu meningkatkan kedisiplinan peserta didik.

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tentang kondisi dan situasi peseta didik ketika para peserta didik lalai dalam menjalankan peraturan

c. Bagi peserta didik, sebagai wawasan mengenai bagaimana sikap ideal peserta didik dalam menyikapi peraturan yang telah di buat oleh kepala sekolah.

d. Bagi peneliti, memperoleh wawasan dan pemahaman baru yang lebih luas mengenai implementasi reward dan punishment untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik.

(9)

e. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai petunjuk arahan dan acuan bagi penelitian selanjutnya yang lebih relevan dengan hasil penelitian ini.

E. Penegasan Istilah

Sebelum penulis menguraikan tentang pokok-pokok permasalahan yang akan kami bahas, maka penulis mempertegas tentang judul yang akan di bahas yaitu:

“Implementasi Reward dan Punishment Untuk Meningkatkan Kedisiplinan peserta didik di MI Mitahul Ulum Plosorejo Kademangan Blitar”. Agar lebih mudah dalam pembahasan dan memudahkan memahami konsep, menghindari kesalah pahaman, maka perlu diberikan penegasan istilah judul.

Adapun penjelasan tentang istilah yang terdapat dalam judul ini:

a. Penegasan Secara Konseptual

1. Implementasi reward dan punishment

Reward merupakan salah satu alat pendidikan yang digunakan untuk mendidik anak supaya mereka dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat reward.4 Sedangkan Punishment merupakan tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi

4 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1995), hal. 186

(10)

sadar akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya.5 Jadi, reward dan punishment merupakan dua jenis metode yang bisa digunakan dalam mendidik karakter anak, terutama dirumah.

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun nilai dan sikap.6 Jadi dapat di simpulkan bahwa implementasi rewad dan punishment adalah penerapan suatu metode yang bisa di gunakan dalam mendidik karakter peserta didik baik di rumah maupun di sekolah berupa pemberian reward (hadiah atas perbuatan positif yang telah di lakukan) dan punishment (hukuman atas perbuatan negatif yang telah di lakukan) sehingga memberikan perubahan pada peserta didik berupa kedisiplinan.

2. Kedisiplinan peserta didik.

Disiplin merupakan suatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Kedisiplinan adalah kepatuhan pada peraturan.7 Jadi kedisiplinan peserta didik merupakan sesuatu yang

5 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Malang : IKIP Usaha Nasional, 1973), hal 147

66Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta : TERAS, 2009), hal. 196

7 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya : Arkola, tt), hal

(11)

berkenaan dengan pengendalian diri serta ketaatan peserta didik terhadap bentuk bentuk aturan yang telah di tetapkan oleh pihak sekolah.

b. Penegasan Secara Operasional

Penegasan operasional dari skripsi yang berjudul “ Implementasi Reward dan Punishment Untuk Menigkatkan Kedisiplinan Peserta Didik di MI Miftahul Ulum Plosorejo Kademagann Blitar” adalah implementasi dalam meningkatkan kedisiplinan para peserta didik di sini dengan mencari tahu secara terus menerus bagaimana seharusnya para peserta didik itu mentaati semua tata tertib yang ada di sekolah. Pemberian reward dan punishment dianggap peneliti bersifat mendidik, sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik di MI Mftahul Ulum Plosorejo.

F. Sistematika Penulisan skripsi

Untuk mempermudah pemahaman yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini, maka perlu adanya sistematika pembahasan yang jelas. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

Bagian awal, terdiri dari halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar lampiran, dan abstrak.

(12)

Bagian utama (inti) terdiri dari:

1. Bab I: Pendahuluan, terdiri dari konteks penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

2. Bab II: Merupakan landasan teoritis yang berisikan pengertian tentang reward dan punishment, kedisiplinan.

3. Bab III: Metode Penelitian, terdiri dari: rancangan penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.

4. Bab IV: Hasil Penelitian, terdiri dari: deskripsi data, temuan penelitian dan analisis data.

5. Bab V: Pembahasan

6. Bab VI: Penutup, terdiri dari: kesimpulan, saran.

Bagian akhir terdiri dari daftar rujukan dan lampiran-lampiran, yang terdiri dari: pedoman, wawancara, observasi, dan dokumentasi, deskripsi lokasi

penelitian, surat permohonan ijin penelitian, surat keterangan melaksanakan penelitian, kartu bimbingan, foto-foto dokumentasi dan daftar riwayat hidup.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bukti bahwa pernikahan bukan kepemilikan adalah bahwa tidak ada suami yang mau berserikat menyangkut istrinya, dan istri akan berontak jika mengetahui bahwa suaminya

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat diajukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh lingkungan kerja, beban kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja

Hal tersebut dikarenakan pada awal-awal komunitas kaskuser ini terbentuk, hanya komunitas kaskuser regional Kalimantan Barat di Yogyakarta lah yang paling aktif dalam mengadakan

c. Dalam pertempuran yang melibatkan multi kecabangan TNI AD, tentunya perlu sinergitas antar kecabangan yang dapat menopang satu dengan lainnya sehingga pelaksanaan pertempuran

Menurut Zeithmal (1996), kepuasan pelanggan adalah respon terhadap kebutuhan konsumen yang merupakan pertimbangan terhadap suatu produk atau jasa dalam menyediakan tingkat

Penyebab terbanyak peritonitis akut adalah akibat rupture appendiks dengan presentase 15,9% dari seluruh etiologi yang termasuk dalam peritonitis akut dengan jumlah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah “bahwa faktor pribadi, produk dan situasi berpengaruh