• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS IV SDN 28 BANGKALA LOE KABUPATEN BANTAENG SKRIPSI OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL VCT (VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE) TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS IV SDN 28 BANGKALA LOE KABUPATEN BANTAENG SKRIPSI OLEH"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH ROSNIAH 105401100317

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Jadilah pribadi yang berharga, layaknya uang

Yang dibutuhkan oleh semua orang, dan dicari dimanapun dia berada Jika ingin mencapai hasil yang baik,

Maka nikmatila setiap proses yang terjadi.

Apabila prosesnya baik, Maka akan baik pula hasilnya.

Intinya tetap tabah dan tersenyum.

Kupersembahkan karya ini Kepada ibuku (H.tion) Bapak (karim),

Dan saudara-saudaraku tercinta

Serta orang-orang yang senantiasa Mendoakanku dengan tulus…..

(7)

vii

ABSTRAK

Rosniah 2021. Pengaruh Model VCT (value Clarification Technique) Terhadap Kemapuan Berbicara Siswa Kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh model pembelajaran VCT Terhadap kemampuan Berbicara siswa Kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng. Peneliti ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran VCT Terhadap kemampuan berbicara siswa kelas IV.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-experimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran VCT terhadap kemampuan berbicara siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV sebanyak 21 orang dimana laki-laki terdapat 9 orang dan perempuan terdapat 11 orang.Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar bahasa Indonesia berupa pre test dan post test Pengaruh model pembelajaran VCT terhadap kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng.

Untuk mengetahui respon murid terhadap pembelajaran. Adapun hasil yang diperoleh yaitu sebagi berikut, (1) Hasil belajar murid sebelum diberikan perlakuan yaitu dari 21 orang siswa terdapat 4 orang tuntas dengan (19,04 %). Dan terdapat 17 orang tidak tuntas dengan (80,95 %). Skor rata-rata pres test yaitu 50,04 atau dapat dikatakan berada pada kategori sangat rendah. Adapun setelah diberikan perlakuan yaitu dari 21 siswa dimana 18 orang tuntas dengan (85,71%). 3 orang tidak tuntas dengan (14,28%). Skor rata-rata post test yaitu 82.14 atau berada pada kategori tinggi. (2) respon murid terhadap model VCT terhadap kemampuan berbicara siswa dalam kategori tinggi yaitu dengan presentase 82,14%. Dimana artinya murid memberikan respon yang sangat baik terhdapa penggunaan model VCT selama pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran VCT berpengaruh terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SDN 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng.

Kata Kunci : Pengaruh Model VCT Kemampuan Berbicara

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah memberi kekuatan dan kesehatan kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yaitu dengan judul “ Pengaruh Model VCT (Value Clarification Technique ) Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SDN 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw., yang telah menyinari dunia ini dengan cahaya islam.

semoga kita semua termasuk umat beliau yang akan mendapatkan syafaat di hari kemudian amin.

Penyusun menyadari bahwa sejak mulai penyusunan proposal sampai skripsi ini rampunng dimana banyak hambatan rintangan dan halangan. Namun dengan berkat Allah swt., semua ini dapat teratasi dengan baik dan penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Maka karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis hanturkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda Karim dan Ibunda H.Tion serta saudara-saudaraku atas segala pengorbanan, pengertian, dan kepercayaan serta doanya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.semoga Allah swt., senantiasa melimpahkan rahmat dan berkanya kepada kita semua Amin.

Selama dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak tentunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

(9)

ix

kasih banyak kepada Dr.Sitti Aida Azis, M.Pd. (pembimbing 1) dan Dr. Abdul Munir, M.Pd. (pembimbing II) yang sudah bersusah payah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih kepada bapak Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Prof Dr. H. Ambo Asse,M.Ag. yang banyak berpikir demi kemajuan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ucapan terima kasih kepada bakap Erwin Akib, M.Pd.,ph.D. Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dan kesempata ini pula penulis hanturkan Terima kasih kepada Bapak Aliem Bahri, S.Pd. M.Pd. Ketua jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selain itu, terima kasih kepada seluruh sraf Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Penulis juga hanturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak/Ibu dosen atas segala arahannya, petunjuk dan jasa- jasanya yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

Terima kasih kepada ibu Hamnasih, S.Pd. Kepala sekolah dan ibu Jumriani Asriani,A.Ma.Pd. Guru kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng.

Yang telah memberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SD ini. Terima kasih kepada orang tuaku keluarga yang sangat sayang dan memberikan dukungan yang tak henti-hentinya serta berdoa atas keberhasilanku. Terima kasih pula kepada teman-teman seperjuanganku keluarga besar 17 A PGSD yang telah memberikan motivasi dan masukan selama proses hingga selesainya penelitian ini. Untuk teman- teman program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar , Angkatan 2017.

(10)

x

Terlalu banyak orang yang berjasa kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh karena itu kepada mereka semua tanpa terkecuali penulis ucapkan terima kasih banya dan pengahrgaan setinggi-tingginya. Semoga Allah swt., membalas semua kebaikan dan jeri payah kita dengan pahala yang melimpah dan tak terbalas. Amin Ya Rabbal Alamn.

Makassar Agustus 2021 Penulis

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……….i

LEMBAR PENGESAHAN……….ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………...………..iii

SURAT PERNYATAAN……….….…….iv

SURAT PERJANJIAN….……….……….v

MOTO………..vi

ABSTAK……….vii

KATA PENGANTAR………..…viii

DAFTAR ISI ………..ix

BAB I PENDAHULUAN ……….…..1

A. Latar Belakang ………...……….….…...1

B. Rumusan Masalah ………...……….…...6

C. Tujuan Penelitian ………...……….…....6

D. Manfaat Penelitian ………...……….….….6

BAB II KAJIAN PUSTAKA………...………8

A. Kajian pustka……….………8

1. Penelitian yang Relevan……….………..…...8

2. Pengertian Belajar………..………10

3. Tujuan Belajar……….………..11

4. Hasil Belajar……….……….12

(12)

xii

5. Hakekat Berbicara……….……13

6. Tujuan Berbicara……….…..16

7. Kemampuan Berbicara……….……….17

8. Model Pembelajaran VCT……….………18

9. Langkah-langka Model VCT………..…...21

10. Manfaat VCT………...23

11. Alasan Penggunaan Model………....23

12. Prinsip-prinsip VC………..…...24

13. Kelebihan dan Kekurangan VCT………..………….24

B. Kerangka Pikir………..…...25

C. Hipotesis Penelitian……….. …………..…28

BAB III METODE PENELITIAN………..………….29

A. Jenis Penelitian……….………..….29

B. Populasi dan Sampel Penelitian………..……….…29

C. Variabel Penelitian………..….…31

D. Definisi Operasional Penelitian……….…………..32

E. Instrumen Peneltian……….………....33

F. Teknik Pengumpulan Data……….…….……35

G. Teknik Analisis Data……….……….….35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..………...39

A. Hasil penelitian……….…………..….39

B. Deskripsi Hasil Penelitan………..……….……..40

(13)

xiii

C. Pembahasan ……….……….…..54

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….………56

A. Simpulan………..….…...56

B. Saran……….……..….57

DAFTAR PUSTAKA………...………..58 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1 Populasi siswa kelas IV SD Negeri 28 bangkala Loe ……….30

3.2 penilain berbicara siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangka Loe………..……..34

3.3 Tabel tingkat penguasaan materi……….……37

4.1 Nilai pretest………...……..….41

4.2 Tabel mencari mean rata-rata Nilai pretest………...…….….42

4.3 Tabel hasil belajar pretest………43

4.4 Tabel ketuntasan hasil belajar pretest……….……..…….…..44

4.5 Nilai Posttest………46

4.6 Tabel mencari mean rata-rata Nilai posttest……….…...……47

4.7 Tabel hasil belajar Posttest………..…..…..48

4.8 Tabel ketuntasan hasil belajar Posttest………..………..………49

4.9 Tabel Observasi siswa………..………..……….50

4.10 Tabel skor pretest dan Posttest………..……..………52

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Bagang kerangka Pikir……….. ……..………...27

3.1 Desain Penelitian……….29

3.2 Variabel X dan Y………....…….32

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Daftar Hadir Siswa………..………63

Rpp ………..65

LAMPIRAN B

Nilai Pretest……….77

Nilai Posttest………79

Analisis Skor Pretest dan Posttest dan Uji Hipotesis……….………..81

LAMPIRAN C

Lembar Observasi Siswa……….84

Dokumentasi ………...…………85

(17)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan kita, karena dengan adanya pendidikan maka seseorang yang awalnya tidak tauh menjadi tahu, yang awalnya tidak paham menjadi paham, dan awalnya yang tidak bisa menjadi bisa. Pendidkan juga merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk individu yang cerdas dalam pengetahuan yang luas, sikap dan keterampilan. Pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu dengan adanya pendidikan maka manusia akan dapat mengetahui sesuatu yang dianggap baik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Adapun salah satu hal yang paling penting dalam segi pengetahuan bangsa Indonesia yaitu untuk menciptakan insan yang berilmu dan berwawasan sehingga meningkatkan kualitas sumber daya yang cerdas.

Pengembangan potensi dari dalam diri manusia melalui pendidikan dapat memberikan sumbangsi atau gebrakan bagi kemajuan suatu bangsa. Baik itu dalam hal keterampilan, kemampuan kecerdasan maupun kepribadian yang mantap.

Didalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 3 bahwa :

Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

(18)

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang tersusun dalam mewujudkan dan mengembangkan serta meningkatkan potensi dirinya untuk memiliki banyak kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, keberanian, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan yang dibutuhkan atau diperlukan oleh dirinya, masyrakat, bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan dimana untuk mendapatkan keseimbangan dan pertahanan serta kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun masyarakat. Penekanan pendidikan dibanding dengan pengajaran terletak pada pembentukan kesadaran dan kepribadian individu, maka oleh karena itu kesadaran individu sangat penting untuk ditingkatkan sehingga kita dapat mentransfer ilmu dan keahlian kepada masyarakat atau bangsa ini. Maka dengan proses semacam ini, dimana suatu bangsa atau negara akan mudah atau dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, serta pemikiran luas dan keahlian yang dimiliki kepada anak bangsa Indonesiaa berikutnya, agar mereka betul-betul akan siap dan berani menghadapi masa depan kehidupan bangsa dan negara yang lebih cerah untuk kedepannya. (Munib,2009:41).

Pembelajaran merupakan kegiatan pendidikan di sekolah yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan serta meningkatkan perkembangan anak supaya anak tersebut dapat tumbuh ke arah yang lebih bagus dan positif. Oleh karena itu, cara belajar siswa (subyek belajar) di sekolah perlu diarahkan dengan baik sehingga proses

(19)

belajar dapat berjalan dengan baik sehingga anak merasa nyaman dalam proses belajarnya dan tidak dibiarkan berlangsung sembarangan tanpa tujuan yang sudah direncanakan. Melalui sistem pembelajaran di sekolah, maka anak akan melakukan kegiatan belajar dengan tujuan yang sudah disusun atau direncanakan sehingga akan terjadi perubahan positif pada diri anak menuju kedewasaan yang lebih cerah kedepannya.

Sekolah dasar merupakan dimana tempat terjadinya suatu proses interaksi antara siswa dan guru maupun siswa lainnya dan antarwarga sekolah. Adapun interaksi yang lebih khusus yaitu dimana terjadi melalui pembelajaran di dalam kelas atau ruangan belajar sehingga proses pembelajaran itu dapat berjalan dengan baik sehingga siswa dapat belajar dengan tenang yang dibimbing oleh gurunya dan guru juga dapat mengajar anak dengan baik dan tenang.

Bahasa merupakan sarana manusia untuk menyampaikan pemikiran atau penalaran, sikap dan pelaksanaannya. Manusia bergaul dan berkomunikasi, mencari informasi serta mengendalikan pikiran, sikap dan perbuatan dengan menggunakan bahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah dasar bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa indonesia dalam segala fungsinya sebagai sarana komunikasi berpikir, pemersatu, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan.

Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar mendapatkan alokasi waktu yang cukup. Dalam pembelajaran tersebut maka siswa diberikan pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang meliputi menyimak, berbicara, membaca dan

(20)

menulis. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat penting bagi siswa dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan dasar yang diperlukan untuk perkembangan selanjutnya. selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan bahasa yang diperlukan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan kemampuan berbicara sebagai bagian dari keterampilan berbahasa sangat penting, baik di dalam pengajaran bahasa maupun kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan berbicara harus dimiliki oleh setiap orang. Berkomunikasi secara lisan dengan teman, mengikuti pelajaran, kuliah, diskusi, seminar, menuntut kemahiran seseorang untuk berbicara Disadari atau tidak, kegiatan berbahasa kedua yang dilakukan manusia adalah kegiatan bercerita.

Salah satu potensi yang harus dikembangkan saat ini yaitu keterampilan berbahasa terutama berbicara. Dimana berbicara adalah suatu bentuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan untuk menyampaikan sebuah pesan agar orang lain dapat menerima sebuah informasi dengan menggunakan kalimat atau kata-kata yang jelas sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang dipelajari mulai dari sejak kelas 1 sampai dengan kelas 6. Dalam pembelajaran di SD ini dapat di bagi menjadi pembelajran kelas rendah dan kelas tinggi. Proses pembelajaran dapat berlangsung karena adanya guru dan siswa diruangan tersebut, dimana siswa dapat belajar dengan baik terhadpa apa yang disampaikan oleh gurunya, dan model pembelajaran guru juga

(21)

harus menarik sehingga siswa juga tidak merasa bosan dan dapat tertarik serta aktif dalam mengikuti pembelajaran didalam kelas.

Berdasarkan hasil observasi siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala loe terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses belajar bahasa Indonesia.

Kendala yang ada : 1) siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru karena munculnya rasa bosan dengan model pembelajaran yang monoton yang lebih banyak didominasi oleh guru dan siswa pandai saja, sedangkan siswa yang kurang pandai cenderung bersikap pasif. 2) Siswa tidak menyukai bahasa Indonesia karena menganggap pelajaran yang membosangkan. Hal ini jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Dan adapun salah satu yang digunakan guru sehingga tidak membuat siswa bosan yaitu dengan menggunakan model yang menyenangkan bagi siswa.

Model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) saya memilih model ini karena model VCT (Value Clarification Technique) merupakan model yang berfokus ke siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama pada model ini yaitu untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Karena itu diskusi bukanlah debat bukanlah bersifat mengadu argumentasi tapi lebih bersifat bertukar pikiran dan pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian di SD Negeri 28 Bangkala Loe, dengan judul “ Pengaruh Model VCT

(22)

(Value Clarification Technique) Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa Kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu :“Bagaimanakah Pengaruh Model VCT (Value Clarification Technique) terhadap kemampuan berbicara siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng” ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan peneilitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh Model VCT (Value Clarification Technique) terhadap kemampuan berbicara siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Menambah wawasan bagi guru sebagai bahan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model VCT ( Value Clarification Technique ).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, hasil dari penelitian ini menumbuhkan kreatifitas guru dalam menemukan metode pembelajaran bahasa Indonesia.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan serta semangat dan memotivasi siswa sehingga tidak merasa bosan dalam menerima materi

(23)

pelajaran khususnya bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam berbicara.

c. Bagi peneliti, penelitian ini untuk dapat menambah pengetahuan yang lebih luas dan wawasan dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia.

(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan dan berkaitan dengan pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) di antaranya yaitu :

a. Zerri ( 2018 ) judul skripsi “ penerapan model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) Terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran IPS di Sekolah dasar Negeri cimanis 2 sobang pandeglang. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang positif hal ini dapat dibuktikan dengan hasil perhitungan yang digunakan. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen memperoleh rata-rata 62,36 sedangkan kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata 51,16. Persamaan penelitian ini dengan penelitian zerri yaitu sama- sama menggukan model VCT (Value Clarification Technique). Perbedaannya yaitu pada mata pelajaran, pada penelitian yang dilakukan zerri menggunakan mata pelajaran IPS sedangkan peneliti sekarang menggunakan mata pelajaran bahasa Indonesia.

b. Gunansyah (2013) judul skripsi “Penerapan model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) untuk meningkatkan kesadaran nilai menghargai jasa pahlawan pada siswa di Sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas guru, siswa, kesadaran nilai menghargai, dan respon siswa selama pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan selama tiga siklus dengan

(25)

masing-masing presentase ketuntasan dan penelitian ini menggunakan penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dimana siklus I mencapai skor 76% dengan aktivitas guru yang cukup baik, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 85% atau sudah memenuhi indikator keberhasilan. Pada siklus III aktivitas guru juga mengalami peningkatan yang baik sekali dimana skor mencapai 89,9%. Persamaan penelitian Gunansyah dengan peneliti sekarang yaitu sama-sama menggunakan model VCT (Value Clarification Technique). Perbedaannya yaitu dimana peneliti Gunansyah menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan peneliti sekarang menggunakan penelian eksperimen.

c. Resti ita indriani (2017) judul skripsi “keefektifan model VCT (Value Clarification Technique) berbantuan media visual terhadap hasil belajar Pkn siswa kelas II SDN gugus pangeran diponegoro semarang. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan siswa dalam aktivitas mendengarkan, mengamati, bertanya, menyampaikan pendapat, melakukan dialog dan membuat simpulan. Persamaan yaitu sama-sama menggunakan model VCT (Value Clarification Technique). Perbedan yaitu pada mata pelajaran, dimana peneliti Resti menngunakan mata pelajaran PKN dan peneliti sekarang menggunakan mata pelajaran bahasa Indonesia.

Penelitian yang relevan inilah yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran yang berbeda yaitu pengaruh model VCT (Value Clarification Technique) terhadap kemampuan berbicara pada siswa kelas IV di SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupateng Bantaeng.

(26)

2. Pengertian Belajar

Pada dasarnya belajar merupakan suatu kegiatan internal yang sangat kompleks, dimana belajar itu dilakukan untuk mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan, pemahaman, dan informasi bermanfaat yang dilaksanakan secara formal maupun informal. Oleh karena itu belajar harus mencapai sasaran yang dituju.

Belajar adalah sebuah proses perubahan didalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

Menurut kamus suku Bahasa Indonesia (2010:38), bahwa belajar adalah berusaha, berlatih untuk mendapatkan pengetahuan. Maksudnya belajar merupakan suatu kegiatan yang memerlukan usaha dan latihan yang intensif agar mendapatkan pengetahuan dan informasi yang penting.

Daryanto (2009:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan yang melibatkan usaha dari individu untuk mengubah pola perilaku secara menyeluruh dalam melakukan interaksi dengan lingkungan.

Dimyanti dan Mudijiono (2006:156) belajar adalah prosese melibatkan manusia secara orang perorang sebagai satu kesatuan sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sanjaya (2008:229) “Belajar adalah suatu proses aktifitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan tingkah laku yang bersifat positif.

(27)

Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan perubahan tingkah laku individu dalam memperoleh suatu pengetahuan setelah ia mendapatkan suatu pembelajaran atau sebuah pengalaman yang sudah dilaluinya.

3. Tujuan Belajar

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa sistem telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang di harapkan tercapai oleh siswa.

Suprijono (2015:5) tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk di capai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan intructional effects, yang biasa dibentuk pengetahuan dan keterampilan. Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional lazim disebut nurturan effects.

Sardiman (2011:26-28) mengemukakan bahwa tujuan belajar adalah dimana untuk mendapatkan sebuah pengetahuan yang lebih luas, maksud dari ini adalah kemampuan berpikir seseorang.

Nana syahodi (2007: 180-182) menyusun suatu tujuan belajar yang harus dicapai oleh siswa pertama, ranah kongnitif yang berupa pengetahuan serta kemampuan dan kemarihan intelektual. Keduan, ranah afektif yang tentang suatu

(28)

perasaan, sikap serta minat. Ketiga, ranah psikomotorik dimana berkaitan dengan kemampuan fisik seperti dalam gerakan dan aktivitas lainnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah untuk menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan dan ide yang ingin dikomunikasikan kepada orang lain.

4. Hasil Belajar

Hamdan & Khader (2015) mengunkapkan bahwa hasil belajar merupakan dasar untuk mengukur dan melaporkan prestasi akademik siswa, serta merupakan kunci dalam pengembangan selanjutnya yang lebih efektif yang memiliki keselarasan antara apa yang akan dipelajari siswa dan bagaimana mereka akan dinilai. Hasil belajar dinilai dapat menunjukkan apa yang telah siswa ketahui dan kembangkan.

Wijayanti (2009:7) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai yang diberikan oleh guru dan nilai yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh peserta didik pada mata pelajaran tertentu.

Suparno (2012:61) bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahuinya, misal konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

Chatib (2012:169-170) bahwa hasil belajar tidak hanya terbatas pada tes atau ujian saja tetapi sangat luas. Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan perilaku anak, perubahan pola pikir anak, dan membangun konsep baru.

(29)

Nasution (1994:24) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan saja perubahan yang mengetahui pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan dan penghargaan dalam diri pribadi yang belajar.

Sulfemi (2018:166-!78) bahwa hasil belajar merupakan suatu dimana perubahan perilaku setelah mengalami aktivitas belajar. perolehan aspek-aspek perilaku tersebut tergantung pada apa yang diperoleh oleh pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar seseorang. Hasil belajar terkait dengan perubahan pada diri orang yang belajar. Bentuk perubahan sebagai hasil dari belajar berupa perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan dan kecakapan.

5. Hakekat Berbicara

Berbicara adalah salah satu kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui media bahasa. Berbicara adalah tindak tutur yang berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap disertai dengan gerak-gerak tubuh dan ekspresi raut muka.

Syafi’ee (1993:25) mengemukakan bahwa berbicara adalah keterampilan berbahasa dengan menggunakan media lisan dan bersifat produktif. Pembelajaran berbicara di Sekolah dioreantasikan pada tujuan agar siswa mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan sesuai dengan konteks.

Djiwandono (1996:68) bahwa berbicara adalah kegiatan berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa yang menuntut prakarsa nyata dalam penggunaan

(30)

bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan. Oleh karena itu, berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang aktif- produktif.

Nurgiyantoro (1995:279) bahwa berbicara adalah aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, yaitu setelah aktivitas mendengarkan. Berdasarkan bunyi-bunyi yang didengar itu, kemudia manusia belajar untuk mengucapkan dan akhirnya terampil berbicara.

Tarigan (1986:14) bahwa berbicara sebagai kemampuan mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan pikiran, gagasan, serta perasaan.

Berdasarkan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan kegiatan berkomunikasi, manusia sebagai makhluk sosial yang di dalamnya ada kegiatan berpikir dan mengolah kemampuan kebahasaan.

Bebicara secara umum dapat di artikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasa, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. Tarigan (dalamSuhartono,2005:20) mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sejalan dengan Harydi dan Zamzami (dalam Suhartono,2005:20) mengatakan “berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab didalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ketempat lain.

(31)

Berbicara adalah salah satu kemampuan berkomunikasi dengan orang melalui media bahasa. Berbicara adalah bentuk tindak tutur yang berupa bunyi-bunyi yang di hasilkan oleh alat ucap disertai dengan gerak-gerak tubuh dan ekspresi raut muka.

Dalam berbicara, anggota tubuh seacara spontan ikut berperan mengekspresikan dan menegaskan makna pembicaraan.

Adapun implikasi dalam kontek komunikasi pada dasarnya adalalah hakikat berbicara yang meliputi :

a. Berbicara merupakan ekspresi kreatif dan tingkah laku,

b. Berbicara dan menyimak merupakan komunikasi yang seiring,

c. Dalam kontek komunikasi dengan lawan berbicara, berbicara adalah komunikasi resiprokal,

d. Berbicara adalah wujud individu berkomunikasi,

e. Berbicara adalah pancaran kepribadian dan tingkah laku intelektual, f. Berbicara adalah keterampilan yang diperoleh melalui usaha belajar, g. Berbicara menjadi media untuk memperluas ilmu pengetahuan,

Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas; ucapan atau lafal, tekanan kata, nada dan irama, persendian, kosakata atau ungkapan, dan variasi kalimat atau struktur kalimat. Aspek nonkebahasaan terdiri atas; kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat, dan sikap.

(32)

6. Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi, komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dengan baik. Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus memahmi apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan.

Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet dan Amir (1996:46-47) bahwa tujuan berbicara meyakinkan pendengar, menghendaki tindakan atau reaksi fisik pendengar, memberitahukan dan menyenangkan para pendengar.

Tim LBB SSC intersolusi (2006 :84) bahwa tujuan berbicara adalah sebagai berikut :

1) Memberitahukan sesuatu kepada pendengar, 2) Meyakinkan atau mempengaruhi pendengar, 3) Menghibur pendengar.

Pendapat ini mempunyai sesuatu yang sama dengan pendapat-pendapat yang telah diuraikan di atas. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat dismpulkan bahwa tujuan berbicara yang utama ialah untuk memberitahukan atau melaporkan informasi kepada penerima informasi, meyakinkan atau mempengaruhi penerima informasi, untuk menghibur serta menghendaki reaksi dari pendengar atau penerima informasi.

(33)

7. Kemampuan Berbicara

Ada empat kemampuan berbahasa yang meliputi mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Terkhusus dalam pembahasan ini yaitu keterampilan berbicara.

Kemampuan berbicara dapat dipelajari, mempelajari kemampuan berbicara merupakan sebuah upaya untuk dapat bertukar dengan baik. Dimulai dari pengucapan vokal-vokal, meningkatkan sampai dalam bentuk tuturan bermakna dilakukan dengan berlatih. Kemampuan berbicara merupakan kemampuan awal yang harus dimiliki anak untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.

berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komuinikan. Komunikator adalah pengirim informasi dan komunikan adalah orang yang menerima informasi atau pendengar informasi. Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan Tarigan (1992).

(Haryadi dan Zamzani, 2000) mengemukakan bahwa secara umum berbicara adalah sebagai penyampaian maksud berupa (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain.

Nurhadi (1995:342) mengemukakan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang berfungsi mengemukakan informasi secara lisan dimana terjadi pemindahan pesan dari yang satu ke yang lain.

(34)

Tarigan (2008:14) bahwa kemampuan berbicara adalah mengucapkan bunyi- bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresika, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

Mark (2009:11) kemampuan berbicara adalah tindakan untuk menghasilkan ujaran yang bertujuan untuk mengungkapkan pendapat, ide-ide keinginan dalam rangka mempertahankan hubungan sosial atau hanya sekedar untuk menyampaikan informasi.

Saddhono dan Slamet ( 2012:6) mengungkapkan aspek-aspek berbicara terdiri dari aspek kebahasaan dan Nonkebahasaan.

1. Aspek kebahasaan : a. Pelafalan,

b. Tekanan kata, c. Nada dan irama, d. Persendian,

e. Kosakata atau ungkapan, f. Variasi kalimat.

2. Aspek non kebahasaan : a. Kelancaran,

b. Penguasaan materi, c. Keberanian,

d. Keramahan, e. Ketertiban,

(35)

f. Semangat dan sikap.

Penguasaan kemampuan berbicara harus dikuasai oleh para pesert didik sekolah dasar karena keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar peserta didik di Sekolah Dasar. Keberhasilan belajar peserta didik dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di Sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan kemampuan berbicara mereka.

Berdasarkan beberapa pendapat dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan atau kata-kata untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat serta sebagai alat untuk mengetahui apakah pembicara mempersiapkan diri dengan baik dalam menyampaikan bahan pembicaraan dihadapan para penyimaknya.

8. Model Pembelajaran VCT (Value Clarification technique)

a. Pengertian Model Pembelajaran VCT (Value Clarification technique)

Suprijono (2011:46) bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola yang digunakan untuk penyususna kurikulum, pengaturan materi dan berisi seperangkat petunjuk kepada guru dalam melaksanakan pembelajaran dikelas.

Sadono & Masruri (2014:74) model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) dapat dikatakan menjadi lebih bermakna dan peserta didik dapat merasakan manfaatnya ketika nilai yang telah ditemukan dianalisis peserta didik harus diselaraskan dengan nilai yang telah melekat pada diri peserta didik.

Sanjaya (2008) VCT (Value Clarification Technique) yaitu teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap

(36)

baik dalam menghadapi suatu persolan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

Gregorius (2011:4) bahwa melalui model VCT (Value Clarification Technique) modifikasi aktivitas guru membantu siswa mengidentifikasi nilai dan megklarifikasi sikap siswa dilakukan dengan sangat baik oleh guru.

Djahiri (2011:90) bahwa VCT (Value Clarification Technique) menganalisis nilai yang meliputi salah satu yang kontroversial, suatu cerita yang dilematis, mengomentari kliping, membuat laporan, dan kemudian di analisis bersama.

Sutaryanto (2015:237-252) bahwa VCT (Value Clarification Technique) merupakan sebuah cara menanamkan dan mengungkapkan nilai-nilai tertentu peserta didik.

b. Adapun Tujuan VCT (Value Clarification technique)

Taniredja (2011:88), mengemukakan bahwa tujuan penggunaan VCT adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui dan mengukur tingkah kesadaran siswa tentang suatu nilai, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pijak menentukan target nilai yang akan dicapai;

2) Menanamkan kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimiliki baik tingkat maupun sikap yang positif maupun yang negatif untuk selanjutnya ditanamkan ke arah peningkatan dan pencapaian tentang nilai;

(37)

3) Menanamkan tentang nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara yang ragional (logis) dan dapat diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik siswa sebagai proses kesadaran moral bukan kewajiban moral;

4) Melatih siswa dalam menerima menilai nilai dirinya dan posisi nilai orang lain, menerima serta mengambil keputusan terhadap sesuatu persoalan yang berhubungan dengan pergaulannya dan kehidupan sehari- hari.

9. Langka-langkah Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Pembelajaran

VCT (Value Clarification Teknique)

Langkah-langkah pembelajaran VCT menurut Yansa (dalam Syamsiherlina, 2017:20) adalah membuat/mencari media stimulus. Berupa contoh keadaan/pembuatan yang membuat nilai-nilai kontras yang disesuaikan dengan topik atau tema target pembelajaran. Dengan persyaratan hendaknya mampu merangsang, melibatkan dan mengembangkan potensi efektual siswa, terjangkau dengan tingkat berfikir siswa.

Langkah-langkah penggunaan model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) sebenarnya tergantung pada teknik yang di ambilnya. Akan tetapi secara umum dapat di kemukakan sebagai berikut.

Penentuan stimulus harus bersifat dilematis dan membuat konflik nilai/moral.

a. Menyajikan stimulus Dapat melalui kegiatan :

(38)

1) Mengidentifikasi masalah,

2) Mengidentifikasi fakta yang dimuat dalam stimulus, 3) Menentukan kesamaan pengertian,

4) Menentukan masalah utama yang akan dipecahkan.

b. Menentuka pilihan/posisi

Murid diberi kesempatan untuk menanggapi melalui : 1) Pilihan/posisi perorangan,

2) Pilihan/posisi kelompok,

3) Mengklarifikasi Pilihan/posisi tersebut.

c. Menguji alasan Dilakukan dengan cara :

1) Meminta argumen siswa /kelompok/kelas, 2) Pemantauan argumen melalui,

3) pertentangan argument demi argument, 4) penerapan kejadian secara analogis,

5) mengkaji akibat-akibat penerapan tersebut, 6) mengkaji kemungkinan dari kegiatan, 7) penyimpulan dan pengarahan.

dapat melalui :

a) Kesimpulan siswa /kelompok/kelas,

b) Kesimpulan dan pengarahan sesuai denga target materi pelajaran ( konsep dan nilai ).

(39)

d. Tindak lanjut

1) Kegiatan perbaikan/remedial/pengayaan, 2) Kegiatan eksta/latihan/penerapan uji coba.

10. Manfaat dan syarat VCT (Value Clarification technique)

Adisusilo (2012) Ada berbagai manfaat yang dapat dipetik bila metode klrarifikasi nilai ditetapkan. Dengan metode teknik klarifikasi nilai kita dapat meningkatkan kemampuan peserta didik.

a. Memilih,memutuskan,mengkomunikasikan,mengungkapkan gagasan, keyakinan, nilai-nilai dan perasaanya;

b. Berempati (memahami perasaan orang lain, melihat dari sudut pandang orang lain);

c. Memecahkan masalah,

d. Menyatakan sikap setuju, tidak setuju, menolak atau menerima pendapat orang lain;

e. Mengambil keputusan;

f. Mempunyai pendirian tertentu, menginternalisasikan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai yang telah dipilih dan diyakini.

Jadi, inti dari VCT adalah melatih peserta didik untuk berproses melakukan penilaian terhadap nilai-nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat, dan akhirnya menetapkan nilai yang menjadi acuan hidupnya.

11. Alasan Penggunaan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique)

Djahiri (dalam Taniredja, 2012) menyebutkan bahwa VCT memiliki keunggulan untuk pembelajaran efektif karena :

a. Mampu membina dan menanamkan nilai.

b. Mampu mengklarifikasi/menggali dan mengungkapkan isi pesan materi yang disampaikan selanjutnya akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna/pesan nilai.

(40)

c. Mampu mengklarifikasi dan menilai kualitas nilai dari siswa, melihat nilai yang ada pada orang dan memahami nilai yang ada dalam kehidupan nyata.

d. Mampu mengundang, melibatkan, membina dan mengembangkan potensi diri siswa terutama mengembangkan potensi sikap

e. Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan.

f. Mampu menangkal, meniadakan, mengintervensi dan memadukan berbagai nilai moral dalam system nilai yang ada dalam diri seseorang.

g. Memberi gambaran nilai yang patut diterima dan menuntuk serta memotivasi untuk hidup layak.

12. Adapun Prinsip-prinsip VCT (Value Clarification technique)

Thaniredja (2012) mengungkapkan prinsip-prinsip VCT yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran yakni :

Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi banyak faktor, yaitu faktor potensi diri, kepekaan emosi, intelektual dan faktor lingkungan, norma nilai masyarakat, sistem dan pendidikan nilai lingkungan masyarakat, sistem pendidikan dan lingkungan keluarga dan lingkungan bermain, sikap dan perubahan sikup dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa dan kekuatan nilai yang telah tertanam dalam diri siswa

13. Kelebihan dan Kekurangan VCT (Value Clarification technique)

Model pembelajaran pasti memiliki tujuan yang akan dicapai, maka dari itu pada pelaksanaan model pembelajaran terdapat usaha-usaha serta strategi untuk mencapai tujuan tersebut.Terkait dengan pelaksanaan model pembelajaran, pasti memiliki kelebihan-kelebihan tersebut tidak jarang dibarengi adanya kelemahan- kelemahan yang muncul ketika diterapkan pada pembelajaran.

(41)

a. Kelebihan

1) Memupuk daya cipta, sebab simulasi dilakukan sesuai dengan kreasi siswa masing-masing dalam membawakan peranannya.

2) Dapat merangsang siswa utuk menjadi terampil dalam menanggapi dan bertindak secara spontan, tanpa memelukan persiapan dalam waktu lama.

3) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan serta pengalaman tidak langsung yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.

b. Kelemahan

1) Biaya pengembangannya tinggi dan perlu waktu lama.

2) Fasilitas dan alat-alat khusus yang dibutuhkan mungkin sulit diperolah serta mahal harganya dan pemeliharaannya.

3) Resiko siswa dan pengajar tinggi.

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) merupakan model yang melibatkan peran serta semua anggota kelompok sehingga setiap siswa secara aktif berpartisipasi mengembangkan pengetahuan individu. Interaksi antar individu dapat melatih kepercayaan diri siswa sehingga siswa lebih siap secara mandiri menyerap dan memahami materi yang di sampaikan rekan satu kelompoknya.

B. Kerangka pikir

Keberhasilan hasil belajar bahasa Indonesia bagi siswa di SD sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor yang dominan adalah

(42)

hubungan kegiatan guru dan siswa di kelas dalam proses kegiatan pembelajaran, dengan hasil belajar khususnya di kalas IV sangat ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menetukan strategi dan model pembelajaran yang digunakannya. Oleh karena itu keterampilan metode pembelajaran yang di sesuaikan dengan tujuan pembelajaran sangat menentukan keberhasilan hasil belajar bahasa Indonesia siswa.

Model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam meningatkan keberhasilan dalam belajar. Hasil belajar merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan hasil belajar diperlukan beberapa komponen pendukung pembelajaran, diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Salah satu model yang dapat digunakan oleh guru adalah model VCT (Value Clarification Technique). Dengan model pembelajaran ini, guru dapat mebgarah proses pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal

Dasar inilah sehingga peneliti menjadikan sebagai landasan berpikir bahwa dengan model pembelajran VCT (Value Clarification Technique) dapat membatu siswa dalam mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia sehingga dapat meningkatkan pemahaman pada siswa.

(43)

Kurikulum 2013

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Berbicara (pretest)

Model VCT (Value Clarification Teknihque )

Posttes

Analisis

Hasil

(44)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari uraian kajian dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

= Tidak ada pengaruh model VCT (Value Clarification Technique)

Terhadap kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng.

= Ada pengaruh model VCT (Value Clarification Technique) terhadap kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng.

(45)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Riyanto (2012:120) menjelaskan penelitian bahwa eksperimen merupakan suatu penelitian yang tersusun teratur dan terancana yang masuk akal dan akurat dalam melakukan pengaturan terhadap keadaan. Rancangan penelitian ini yaitu pretest-posttest Control Group Design.

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 28 Bangkala Loe di Kabupaten Bantaeng yang terdiri dalam satu kelas dengan jumlah siswa 21 pada semester ganjil tahun ajaran 2021/2022.

X Keterangan :

: (pretest) hasil pengukuran sebelum diberi tugas X : perlakuan

: (posttest) hasil pengukuran setelah diberi tugas B. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi

Sugiyono (2019: 145) Populasi adalah wilayah seluruh generelisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(46)

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian atau juga dapat diartikan dengan objek yang ingin diteliti. Dimana dalam penelitian ini yang menjadi populasi targetnya adalah siswa kelas IV di SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng yang terdiri dari 21 jumlah siswa terdiri dari 1 kelas.

Tabel 3. 1 Jumlah populasi siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe

Kelas

Jumlah siswa

IV

Laki-laki Perempuan

9 12

Total jumlah siswa

21 siswa

2. Sampel

Sugiyono (2019:146) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dan apabila populasinya besar maka peneliti itu tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi tersebut. Misalnya, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti tersebut dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Maka apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukakan untuk populasi. Maka untuk itu sampel diambil dari populasi dan harus betul-betul representatif (mewakili).

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng dengan jumlah siswa terdiri atas 21 orang. Dan laki-laki berjumlah 9 orang, dan perempuan berjumlah 12 orang.

(47)

C. Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian

variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut kerlinger (1973) (dalam Sugiyono, 2015:61) menyatakan bahwa variabel adalah kostrak atau sifat yang akan dipelajari. Diberikan contoh misalnya, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status social, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain. dibagian lain, Kerlinger menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values. Variabel itu merupakan suatu yang bervariasi.

Sugiyono (2017:60) variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan disini bahwa variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Dimana variabel bebas (Independen) adalah variabel yang mempengaruhi faktor-faktor yang di ukur oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diamati. Sedangkan variabel terikat (Dependen) adalah faktor-

(48)

faktor yang diobservasi menentukan adanya pengaruh variabel bebas yaitu faktor muncul atau tidak muncul yanmg ditentukan oleh peneliti. Adapaun dalam penelitian ini yang bertindak sebagai variabel terikat yang diberikan perlakuan adalah meningkatkan kemampuan berbicara adalah (Y), sedangkan variabel bebas adalah penggunaan model VCT (X).

2. Desain Penelitian Keterangan :

X Y

X = penggunaan Model VCT (Value Clarification Technique) Y = Kemampuan Berbicara

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dimana variabel bebas atau independent merupakan penggunaan Model VCT atau dengan simbol X. sedangkan variabel terikat atau dependent merupakan kemampuan berbicara siswa dimana dengan simbol Y.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang diberikan kepada variabel dengan tujuan untuk memberikan arti atau mempesifikasikannya. Berikut merupakan definisi operasional dari variabel penelitian.

1. Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Tekhnique)

Sanjaya (2011:283) bahwa VCT (Value Clarification Technique) dapat membantu peserta didik mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggapnya baik

(49)

dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa tersebut .

VCT (Value Clarification Technique) adalah pendekatan pendidikan nilai dimana siswa untuk melatih menemukan, menganalisis, dapat mengambil dan memutuskan sendiri nilai-nilai hidup yang ingin diperjuangkannya. Oleh karena itu siswa dibantu untuk menjernihkan memperjelas atau mengklarifikasi nilai-nilai hidupnya lewat Value Clarification Technique melalui diskusi, dialog dan presentase.

2. Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara merupakan kemampuan untuk mengekspresikan, menyatakan dan menyampaikan ide, gagasan dan pikiran atau isi hati kepada orang lain, Dengan menggunakan bahasa lisan yang dapat dipahami oleh orang lain.

Aktivitas anak yang dapat dilakukan yaitu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang yang ada disekitarnya sehingga dapat melatih anak untuk terampil berbicara dengan baik.

E. Instrumen penelitian

Adapaun instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Tes : dimana tes ini merupakan kemampuan berbicara siswa yaitu melalui pemberian soal pantun yang terdiri dari 2 buah pantun.

2. Observasi :Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis. Dalam proses penilai

(50)

observasi kemampuan berbicara siswa kelas IV ini yaitu dimana ada suara, kelancaran, ekspresi, nada, dan keberanian siswa.

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian No Aspek yang

diamati atau yang dinilai

Skor Min :

5 Max:

20

Nilai Tingkat penguasaan

1 Suara 4 20 Apabila suara sangat jelas 3 15 Apabila suara Jelas 2 10 Apabila suara cukup jelas 1 5 Apabila suara kurang jelas 0 0 Apabila suara tidak jelas

2 Kelancaran 4 20 Kelancaran sangat jelas tidak terbata-bata 3 15 Apabila sangat lancar

2 10 Apabila cukup lancar

1 5 Apabila kurang lancar

0 0 Apabila tidak lancar sama sekali 3 Ekspresi 4 20 Apabila mimik wajah sangat sesuai

3 15 Apabila mimik wajah sesuai 2 10 Apabila mimik wajah cukup sesuai 1 5 Apabila mimik wajah kurang sesuai 0 0 Apabila mimik wajah tidak sesuai

4 Nada 4 20 Nada sangat jelas

3 15 Nada jelas

2 10 Nada cukup jelas

1 5 Nada kurang jelas

0 0 Nada tidak jelas

5 Keberanian 4 20 Tampil dengan kerelaan 3 15 Tampil dengan satu kali panggilan 2 10 Tampil dalam dua kali panggilan 1 5 Tampil dengan tiga kali panggilan

0 0 Dipaksa tampil

(51)

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut 1. Tes awal ( pretest )

Tes awal ini diberikan kepada siswa sebelum treatment atau sebelum diberi perlakuan. Oleh karna itu tes pada umumnya merupakan digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa terutama hasil belajar kongnitif.

Maka pre test dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum diterapkannya sebuah model VCT.

2. Tes akhir ( Pos Tes )

Pada post test ini atau dalam tes terakhir merupakan dilakukannya sebuah treantment dengan tujuan untuk mengetahui kondisi akhir siswa. Untuk mengetahui cara belajar bahasa Indonesia dengan atau setelah menggunakan model VCT.

G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum dan sesudah perlakuan berupa penerapan VCT. Untuk kepentingan tersebut, maka dilakukan

(52)

perhitungan rata-rata tentang kemampuan berbicara siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia, dengan rumus

keterangan:

x : nilai rata-rata

∑ : jumlah

n : banyaknya subjek

Hasil belajar sebelum dan sesudah dengan model pembelajaran VCT, di analsis dengan teknik analisis presentase. Adapun rumus untuk menganalisis adalah:

Keterangan :

P = Persentase

F = Prekuensi yang di cari persentasenya N = Jumlah sebjek esksperimen

Analisis ini peneliti menerapkan tingkat kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran sesuai dengan prosedur yang dicantumkan oleh Depdikbud (2013) yaitu:

(53)

Table 3.2. statistikdan tingkat Penguasaan Materi

Tingkat pengusaan (%) Kategori hasil belajar

0 – 54 Sangat rendah

55 – 64 Rendah

65 – 79 Sedang

80 – 89 Tinggi

90 – 100 Sangat tinggi

2. Analisis Inferensial

Statistik inferensial merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data itu sendiri dimana data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.

Keperluan pengujian hipotesis peneliti mengenai perbedaan hasil kemampuan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia antara sebelum dan sesudah penerapan model VCT, maka digunakan rumus t-tes yaitu:

(Arikunto, 2013:125)

Keterangan:

t : perbedaan dua mean

Md : perbedaan mean pretest dan posttest

∑x2d : jumlah kuadrat deviasi N : jumlah subjek eksperimen

(54)

Db : derajat kebebasan tertentu ditentukan dengan N-1

Uji t di hitung dengan > t tabel dengan db = n-1 dapat dismpulkan ada pengaruh hasil belajar kemampuan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia.

Dan jika t hitung < t tabel dengan db = n-1 dapat disimpulkan bahwa tidak ada peningkatan hasil kemampuan berbicara pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan model VCT.

(55)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memilih melakukan penelitian di SD Negeri 28 Bangkala Loe Desan Bonto Loe Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng yaitu tepatnya siswa kelas IV. Dimana sekolah ini adalah tempat peneliti dulu menuntut ilmu waktu masih di jenjang Sekolah Dasar. Dan sekolah ini memiliki sebuah visi dan misi yaitu diantaranya :

visi

terwujudnya insan yang berakhlak muliah.

Misi

1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Mewujudkan kurikulum yang adaptif.

3. Mewujudkan kedisiplinan terhadap tenaga pendidik dan kependidikan warga Sekolah.

4. Mewujudkan pelaksanaan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

5. Mewujudkan luaran yang memiliki pengetahua, perilaku, dan keterampilan.

6. Mewujudukan sarana dan prasarana lengkap.

(56)

7. Mewujudkan pengelolaan sekolah, pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabilitas.

8. Mewujudkan kerjasama yang baik antara warga sekolah komite, dan masyarakat.

2. Deskripsi Data Penilaian

Penelitia ini menggunaka penelitian pre-eksperimen design dengan metode one group pre test dan post test design dimana dilaksanakan pada bulan juli tahun 2021 bertujuan untuk mengetahui pengunaan model VCT terhadap kemampuan berbicara siswa kelas IV SDN 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng. Dimana dalam penelitian ini sampel pertama diberikan kelas diberikan pre test terlebih dahulu. Dan selanjutnya diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran VCT setelahnya diberikan post test.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng sebelum diterapkan Model Pembelajaran VCT (Value Clarification Technique) pre test.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SD Negeri 28 Bangkala Loe Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng pada tahun 2021, sehingga diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrumen test sehingga dapat diketahui hasil belajar siswa berupa nilai dari siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupateng Bantaeng.

(57)

Adapun data perolehan skor hasil berbicara siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng yang dikumpulkan dan dapat diketahui yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.1 skor nilai pretest SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng

No KODE

ASPEK YANG DINILAI/DIAMATI

NILAI Suara

1-4

Kelan caran 1-4

Ekspres i 1-4

Nada 1-4

Keb erani

an 1-4

Skor min :5 Max :

20

1 001 2 2 2 2 3 11 55

2 002 2 2 1 1 2 8 40

3 003 2 3 2 2 1 10 50

4 004 4 4 3 2 4 17 85

5 005 4 2 2 2 2 12 60

6 006 2 2 2 2 2 10 50

7 007 2 2 2 1 2 9 45

8 008 2 1 2 2 2 9 45

9 009 3 2 1 1 3 10 50

10 010 1 2 1 1 1 6 30

11 011 2 2 2 2 2 10 50

12 012 4 4 3 3 4 18 90

13 013 3 1 2 2 2 10 50

14 014 2 1 1 1 2 7 35

15 015 1 2 1 1 2 7 35

16 016 3 3 2 2 4 14 70

17 017 3 2 2 3 3 13 65

18 018 4 4 2 2 4 16 80

19 019 2 2 1 1 2 8 40

20 020 2 2 2 2 2 10 50

21 021 2 3 3 2 2 12 60

Jumlah 1.135

Presentase 54.04%

(58)

Nilai : x 100

Berdasarkan pada tabel di atas maka nilai jumlah perolehan siswa yaitu 1.135 terdiri dari 21 jumlah siswa dengan presentase yaitu 54.04 %. Dimana terdiri dari suara, kelancara, ekspresi, keberanian dan nada.

Maka adapula untuk mencari mean rata-rata pre test yang telah diperoleh dari siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala Loe Kabupaten Bantaeng kita dapat melihat dengan melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Perhitungan Mencari Mean Rata-rata dari Nilai Pre test

X F Fx

30 1 30

35 2 70

40 2 80

45 2 90

50 6 300

55 1 55

60 2 120

65 1 65

70 1 70

80 1 80

85 1 85

90 1 90

Jumlah 21 1.135

(59)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan data nilai dalam satu kelas dengan jumlah 21 orang N . Maka kita dapat mengetahui nilai dari ∑fx yaitu :

x= 30+70+80+90+300+55+120+65+70+80+85+90 1+2+2+2+6+1+2+1+1+1+1+1 = 1135

21 = 54. 04

Oleh karena itu, berdasarkan hasil perhitungan di atas maka di peroleh nilai rata-rata mean hasil belajar siswa Kelas IV SD Negeri 28 bangkala Loe Kabupaten Bantang. Dimana diperoleh dengan nilai 54.04 % sebelum diterapkan model pembelajaran yaitu Model pembelajaran VCT (Value Clarification Technique).

Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel sebagai berikut dimana terdiri dari tingkat hubungan, skor, presentase, dan frekuensi atau jumlah siswa.

Tabel 4.3 Statistik Hasil Belajar Pretest

No Tingkat hubungan Skor Presentase Frekuensi

1 Sangat rendah 0 – 54 61.90 % 13

2 Rendah 55 – 64 14,28 % 3

3 Sedang 65 – 79 9,52 % 2

4 Tinggi 80 – 89 9,52 % 2

5 Sangat tinggi 90 – 100 4,76 % 1

Jumlah 100% 21

(60)

Berdasarkan pada tabel di atas 4.3 yaitu statistik hasil belajar pre test dimana jumlah siswa Kelas IV SD Negeri 28 bangkala Loe Kabupaten Bantaeng terdiri dari 21 jumlah siswa di mana laki-laki terdapat 9 orang dan 12 orang perempuan. Dimana 13 orang dapat dikatakan sangat rendah yaitu dengan 61,90 %, dan rendah terdapat 3 orang yaitu dengan 14,28 %, dan yang sedang terdapat 2 orang yaitu dengan 9,52 %.

Dan kategori tinggi terdapat 2 orang yaitu dengan 9,51 %,. Dan kategori sangat tinggi terdapat 1 orang yaitu dengan 4,76 %.

Oleh karena itu pada tabel berikut dapat dilihat presentase ketuntasan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 28 Bangkala loe Kabupaten Bantaeng pada hasil belajar pre test atau sebelum diterapkannya model pembelajaran VCT ( Value Clarification Technique) yaitu pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4 Kategori Ketuntasan Hasil Belajar Pretest

Tingkat hubungan Nilai Frekuensi Presentase

Tidak tuntas 0-69 17 80,95%

Tuntas 70-100 4 19,04%

Jumlah 21 100%

Berdasarkan tabel di atas 4.4 yaitu kategori ketuntasan hasil belajar pre test dimana terdapat 17 siswa yang dinyatakan atau dapat dikategorikan dengan tidak

Referensi

Dokumen terkait