BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Penerapan
Pengertian dari Penerapan atau Implementasi didalam kamus besar bahasa indonesia dapat diartikan sebagai penerapan atau pelaksanaan. Penerapan adalah sebuah kemampuanan menggunakan materi yang telah dipelajari dan dilakukan kedalam sebuah situasi kongkret atau nyata. Menurut Majone dan wildavski (1979) mendefinisikan implementasi sebagai penilaian. Browne dan Wildavski (1983) juga mengemukakan pendapatnya bahwa Implementasi sebagai bentuk perluasan dari aktifitas yang saling menyesuaikan. 1
Pengertian tersebut dapat memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktifitas, adanya aksi-aksi, tindakan-tindakan dan mekanisme pada suatu system yang telah dibentuk sedemikian rupa. Ungkapan mekanisme dapat diartikan bahwa implementasi bukan hanya sekedar aktivitas, melainkan juga sebagai perwujudan kegiatan yang telah terencana dan dilakukan secara sungguh sungguh berlandaskan pada acuan norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan (dalam Afrinal, 2009: 3).2
Ahli lain juga mempunyai beberapa pendapat antara lain, Brian W. Hogwood dan Lewis A .Guum (dalam Solihin, 1997: 36) menjelaskan sejumlah tahapan implementasi sebagai berikut:
a. Tahapan I
1. Menggambarkan sebuah rencana dengan program penetapan tujuan yang jelas 2. Menentukan standar dari pelaksanaan
3. Menentukan anggaran biaya yang akan digunakan sekaligus waktu pelaksanaan b. Tahap II
Merupakan waktu dari pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur, staf, prosedur, sumber daya, dan biaya serta metode
a. Tahap III,
Yaitu bagian-bagian dari kegiatan-kegiatan yang sudah di rencanakan untuk program kedepannya meliputi:
1. Menetapkan jadwal pelaksanaan 2. Adanya pemantauan
1 JF. Glastra Van Loon, dalam Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000. Hal.100
2 Ibid
3. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program yang telah direncanakan. Dengan demikian tahapan tahapan tersebut jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan tindakan yang sesuai secepatnya.
Menurut J.F. Glastra Van Loon, fungsi dan penerapan hukum di masyarakat adalah:
1. Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
2. Menyelesaikan hal hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian.
3. Memelihara serta mempertahankan tata tertib dan aturan yang berlaku dan jika perlu penyelesaian tersebut menggunakan tindak kekerasan.
4. Memelihara dan mempertahankan hak-hak yang dimiliki tersebut.
5. Melakukan perubahan terhadap tata tertib dan aturan - aturan untuk penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat.
6. Memenuhi tuntutan terhadap upaya perwujudan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasi fungsi-fungsi tersebut di atas.
Sedangkan menurut Prof.Dr. Soerjono Soekanto adalah :3
1. Merupakan Alat ketertiban dan perwujudkan ketentraman masyarakat,
2. Sebagai Sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin bagi asyarakat.
3. Sebagai Sarana untuk menggerakan pembangunan.
B. Tinjauan Terkait Industri Rumah Tangga Pangan 1. Pengertian Industri
Menurut bahasa, istilah “industri” bermula dari bahasa Prancis kuno yakni
“industrie” yang diartikan sebagai “aktivitas atau kerajinan”. Seiring berjalannya waktu dan mulai terjadinya moderenisasi ilmu pengetahuan termasuk dengan tata Bahasa pun kian berkembang. Kata industri dapat diartikan dan dipahami lebih mendetail lagi.
Industri merupakan salah satu bidang yang berkaitan dengan ketrampilan, serta ketekunan dalam bekerja dan peemanfaatan alat yang berkaitan dengan bidang pengolahan hasil bumi. Sehingga kini industri telah dikenal menjadi satuan mata rantai yang berkesinambungan. Dari setiap usaha yang dibangun mempunyiai tujuan untuk memenuhi segala kebutuhan ekonomi yang mempunyai hubungan dengan bumi, yaitu pekebunan, pertania hingga pertambangan atau yang memiliki kaitan dengan dengan
3 Soerjono Soekanto, Perbandingan Hukum, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 1990, hlm. 53
tanah. Hingga kini kedudukan industri dinilai semakin jauh kaitannya dari tanah, yang mana pendefinisiannya mulai meluas hingga hal hal yang berhubungan dengan ekonomi, budaya, dan politik. Industri rumah tangga atau yang lebih sering diistilahkan dengan rumah tangga merupakan suatu usaha untuk mencari manfaat dan faedah bentuk fisik dari sebuah barang sehingga barang tersebut dapat dipergunakan untuk kebutuhan masyarakat yang mana diproses di dalam rumah.4
Rumah tangga dapat terdiri dari satu atau lebih dari satu orang yang tinggal secara bersamaan disebuah tempat tinggal dengan melakukan aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun akomodasi hidup lainnya. Sebuah tempat tinggal dapat diartikan menjadi beberapa keluarga yang rumah tangga yang penghuninya tidak berbagi ruangan ataupun makanan. Rumah tangga merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh setiap unit analisis, yang apabila dilihat dari sudut modal sosial mikro ekonomi dan pemerintahan yang menjadi bagian penting dalam suatu ekonomi.5 Secara luas rumah tangga tidak dapat hanya diartikan hanay pada batas keluarga saja, namun dapat berupa rumah tangga Negara, rumah tangga perusahaan, rumah tangga badan hokum dan sebagainya. Pada kesimpulannya rumah tangga tidak terbatas pada urusan kehidupan disuatu rumah atau lingkup tertentu. Sehingga apabila digabungkan makna dari industri rumah tangga yaitu rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil karena seluruh kegiatannya dipusatkan dirumah.6
Lieliana mengartikan perusahaan atau usaha industri sebagai sebuah unit kesatuan usaha guna melakukan aktivitas ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan barang maupun jasa yang terletak pada suatu bangunan maupun lokasi tertentu yang mempunyai catatan administrasi tersendiri terkait produksi dan struktur biaya serta terdapat beberapa orang bahkan lebih yang dapat bertanggungjawab atas dilaksanakannya usaha tersebut.7
4 https://id.wikipedia.org/wiki/Industri. Diakses pada tanggal 4 Juni 2020
5Sullivan, arthur 2003. Economics: Principles in action. Upper Saddle River, New Jersey 07458: Pearson Prentice Hall. Hal. 29.
6 Saifuddin Zuhri. 2013. AnalisisPengembangan Usaha Kecil Home Industri Sangkar Ayam Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan.Lamongan. Jurnal Manajemen dan Akutansi. Vol.2 No.3. Fakultas Ekonomi.
Universitas Islam Darul ‘Ulum Lamongan. Hal 48.
7 Lie Liana. 2008. Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil Sebagai Sarana Memperkokoh Struktur Perekonomian Nasional. Semarang. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 15 No.2. Fakultas Ekonomi. Universitas Stikubank Semarang. Hal 100.
Hasibuan membagi ruang lingkup dari industri menjadi dua yaitu makro dan mikro.
Pengertian industri secara mikro yaitu kumpulan dari dua atau lebih perusahaan yang mampu membuat dan menghasilkan produk-produk homogen maupun barang yang bersifat dapat saling mengganti. Sedangkan pengertian industri secara karo yakni aktivitas-ativitas yang mampung membuat dan menghasilkan produk yang dari produk tersebut dapat menghasilkan pendapatan.8
Karta sapoetra memberikan definisi pada kata industri yang diartikan sebagai bagian ekonomi yang mempunyai kemampuan untuk dapat mengolah bahan mentah atau bahan baku barang setengah jadi maupun barang yang sudah jadi yang dapat memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada penggunaannya termasuk kegiatan merancang bangunan industri serta perekayasaan industri.9
Industri rumah tangga pangan merupakan satu kesatuan dari system industri yang dapat memberikan nilai tambah, yang mana aktivitas tersebut dijalankan oleh perorangan di suatu lokasi berupa rumah hingga villa dan tidak dilakukan diwilayah pabrik. Apabila dilihat dari skala usaha industri rumahan termasuk dalam kategori usaha mikro yang secara umum industri tersebut telah tergolong menjadi sektor informal yang dapat melakukan sistem produksi secara unik karena berkaitan dengan kearifan lokal sumber daya yang berada di lingkungan setempat serta mengutamakan produk hasil dari olehan tangan sehingga rumah tangga sebagian besar dikerjakan oleh orang-orang yang bukan profesional dengan menggunakan modal yang kecil.
Industri rumah tangga yang Industri dengan modal yang sangat terbatas menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Contohnya antara lain industri pembuatan anyaman, industri untuk membuat kerajinan, industri pengolahan tempe, tahu dan industri pengolahan makanan ringan.10
Beberapa instansi pemerintahan memberikan definisi industri rumah tangga secara berbeda-beda antara lain :
8Hasibuan, Malayu. 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia. EdisiRevisi, Jakarta. PT. BumiAksara. Hal. 35.
9 Kartasapoetra. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta. Hal. 23
10 https://www.scribd.com/document/343788171/Pengertian-Industri-Dan-Klasifikasi-Industri, daud sajo, hal 2, klasifikasi industri
1. Biro Pusat Statistik memberikan pendapatnya pada 1998 menyatakan bahwa Industri dengan skala kecil mempunyai jumlah karyawan yang terbatas dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yakni :
Perusahaan maupun industri kecil mempunyai pekerja 1 hingga 4 orang.
Perusahaan maupun industri kecil dalam pengolahan termasuk jasa industri pengolahan dengan jumlah pekerja 1 sampai 19 orang termasuk pengusaha, baik perusahaan ataupun tidak berbadan hukum.
Perusahaan maupun industri kecil dengan jumlah pekerja 5 sampai 19 orang.
Perusahaan maupun industri kecil sedang yang mempunyai karyawan 20 sampai 99 orang.
Perusahaan maupun industri kecil jika memperkerjakan karyawan antara 100 bahkan lebih.
Usaha kecil merupakan usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan maupun cabang perusahaantertentu yang dikuasai, atau telah menjadi bagian baik secara langsung maupun secara tidak langsung dari usaha yang masuk dalam golongan usaha menengah ataupun golongan usaha besar. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk membentuk usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam uu no. 20 dan uu no. 21 tahun 2008 tentang tentang usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Definisi usaha kecil apabila ditinjau dari Undang-Undang No 9 tahun 1995 : 1. Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa usaha kecil merupakan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan ekonomi rakyat dengan lingkup yang kecil dan harus memenuhi beberapa kriteria kekayaan yaitu bersih dan hasil penjualan tahun serta kepemilikan.
2. Pasal 5 ayat (1) mejelaskan bahwa pelaku usaha harus mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000 yang mana tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, mempunyai hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000 dan berdiri sendiri bukan dibawah penguasaan atau cabang dar pabrik sehingga pelaku usaha mempunyai usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Industri rumah tangga atau yang biasa dikenal dengan home industri ini bisa digolongkan ke dalam jenis usaha mikro dan usaha kecil. Tergantung pada besar nilai
dari investasi yang dimiliki oleh pelaku industri, jumlah pekerja dan bidang yang ditekuni oleh pelaku usaha industri rumah tangga. Kemudian yang dimaksud dengan usaha mikro dan usaha kecil. Didalam pasal 1 angka 1 undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah.
Lebih lanjutnya lagi pada UU No 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah pasal 6 di sebutkan juga terkait kriteria dari usaha mikro dan usaha kecil, ayat(1) menyebutkan kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyakRp 300.000.000
Pada pasal 6 ayat (2) menyebutkan tenatang kriteria yang dapat di golongkan dalam usaha kecil yaitu:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima puluhjuta rupiah) sampai dengan paling banyakRp.500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp. 300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000
Pasal 21 ayat (5) menjelaskan bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat memberikan insentif pada pelaku usaha kecil dalam bentuk kemudahan untuk memenuhi persyaratan dalam hal perizinan, keringanan tarif penggunaan sarana dan prasarana, serta bentuk insentif lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Ketentuan lebih lanjutnya ada pada pasal 12 ayat (1) yang menerangkan bahwa usaha mikro dan usaha kecil juga memiliki aspek perizinan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (1) huruf e yang ditujukan untuk :
a. Menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu; dan
b. Membebaskan biaya perizinan bagi usaha mikro dan memberikan keringanan biaya perizinan bagi usaha kecil.
Sementara pada pasal 7 ayat (2) menjelaskan ketentuan mengenai persyaratan sekaligus tata cara dalam proses permohonan izin usaha sesuai dengan peraturan pemerintah.
C. Pelaku Usaha Industri Rumah Tangga Pangan
Pengertian pelaku usaha pada Undang – Undang no 8 Nomor 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 1 angka 3 menyatakan bahwa : “ Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baiksendiri maupun bersama sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.11 Dalam penjelasan pasal disebutkan bahwa yang termasuk bagian dari pelaku usaha adalah perusahan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.
Undang - Undang No 7 tahun 2014 tentang perdagangan pasal 1 angka (14) mendefinisikan pelaku usaha yaitu“ Setiap orang perseorangan warga negara indonesia atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah hukum negara kesatuan republik indonesia yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan.12
Pengertian dari pelaku usaha berdasarkan dua peraturan diatas menjelaskan bahwasanya pelaku usaha tidak hanya untuk para produsen pabrikan yang mengelola dan menghasilkan barang maupun jasa, namun termasuk bagi para agen, distributor, Pengertian pelaku usaha di atas berarti tidak hanya para produsen pabrikan yang menghasilkan barang maupun jasa yang tunduk pada undang-undang No. 8 tahun 1999, melainkan juga para rekanan, termasuk para agen, distributor, serta jaringan yang ikut serta mendistribusikan dan memasarkan barang atau jasa kepada masyarakat luas selaku konsumen.
Produsen sebagai pelaku usaha mempunyai tugas dan kewajiban untuk ikut serta menciptakan dan menjaga iklim usaha yang sehat yang menunjang bagi pembangunan perekonomian nasional secara keseluruhan. Karena itu, kepada produsen dibebankan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajibanitu, yaitu melalui penerapan norma-norma hukum, kepatutan, dan menjunjung tinggi kebiasaan yang berlaku di kalangan dunia usaha.
Banyak berbagai bidang yang dapat dijadikan peluang oleh para pelaku usaha.
Salah satu bidang yang banyak tekuni oleh para pelaku usaha yaitu pada hal-hal yang
11 UU Nomor 1999 tentang perlindungan konsumen pasal 1
12 Undang Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang perdagangan pasal 1
berkaitan dengan kebutuhan hidup manusia salah satunya yaitu pada bidang pangan yang menjadi kebutuhan pokok makhluk hidup.
Pangan merupakan segala sesuatu dari sumber hayati yakni produk pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, perikanan, perairan, perkebunan dan air. Seluruh produk pangan tersebut melalui proses pengolahan atau tidak diolah yang telah diperuntukan sebagai makanan maupun minuman untuk dikonsumsi oleh manusia.
Pangan tersebut termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, sekaligus bahan lain yang digunakan dalam proses pengolahan, penyiapam atau pembuatan makanan atau minuman.13
Sedangkan pangan olahan adalah makanan atau minuman yang telah diproses dengan cara maupun metode khusus, yang menggunakan atau tanpa bahan tambahan.
Makanan sangat diperlukan untuk menunjang kehidupan manusia karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok. Makanan sangat berfungsi sebagai sumber energi dan memelihara proses tubuh dalam masa pertumbuhan serta meregenerasi jaringan tubuh agar mampu melakukan aktivitas sehari-hari serta mendukung aktivitas metabolism dalam tubuh, keseimbangan cairan tubuh, serta menjaga pertahanan tubuh.
Definisi dari Pelaku Industri rumah tangga pangan atau yang disingkat dengan IRTP dapat dilihat dalam Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan Pangan Industri Rumah Tangga. Pelaku Industri rumah tangga pangan adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis.14
Pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi yang berbasis di rumah adalah individu- individu yang ada pada keluarga itu sendiri yang memproduksi produknya dengan memperkerjakan tetangga atau orang-orang terdekat sebagai karyawan. Meskipun tergolong dalam skala kecil, namun kegiatan ini sangat membantu perekonomian Indonesia karena dapat membuka lapangan pekerjaan terutama bagi orang-orang terdekat. Dengan begitu, usaha kecil ini dapat membantu program pemerintah untuk mengurangi jumlah pengangguran sehingga dapat menurunkan tingkat kemiskinan.
Usaha kecil menurut sumo diningrat dalam (Siti,2018) mempunyai cirri utama yakni : (1) tidak memisahkan kedudukan pemilik dengan manajerial; (2) menggunakan
13 Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan Pangan Industri RumahTangga hal 6
14 Ibid hal 7
tenaga kerja sendiri; (3) mengandalkan modal sendiri, (4) sebagiantidakberbadanhukum,memiliki tingkat kewirausahaan relative rendah.
Sementara Kriteria lain menurut bank Indonesia adalah: (1) kepemilikan oleh individu atau keluarga; (2) memanfaatkan teknologi sederhana dan padat karya; (3) rata-rata tingkat pendidikan dan keterampilan tergolong rendah; (4) sebagian tidak terdaftar secara resmi dan atau belum berbadan hukum; (5) tidak membayar pajak.15
Bagi para IRPT terdapat beberapa jenis makanan yang diperbolehkan untuk diproduksi dan diedarkan pada masyarakat, yakni diatur dalam Peraturan Kepala BPOM tahun 2012 tentang pedoman pemberian sertifikat produksi pangan industri rumah tangga. Jenis-jenisnya meliputi hasil olahan daging, ikan kering, unggas kering, sayur asin dan sayur kering, olahan kelapa, tepung dan hasil olahannya, minyak dan lemak, selai, jeli dan sejenisya, gula, kembang gula dan madu, kopi, teh, coklat kering atau campurannya, bumbu, rempah-rempah, minuman ringan, minuman serbuk, hasil olahan buah, hasil olahan biji-bijian dan umbi.
Hal – hal yang berkaitan dengan pangan juga diatur oleh pemerintahdalamUndang – Undang No 7 Tahun 1996 yang telah diganti dengan Undang – Undang No 18 tahun 2012 tentang pangan dan peraturan pendukung lainnya. Didalam aturan tersebut menyatakan tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan adalah untuk tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan,mutu dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia.
Pelaku usaha dalam menjalankan usahanya mempunyai hak dan kewajiban. Hal tersebut ada secara implicit diatur dalam Undang Undang Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999 dalam Pasal 6 UUPK yakni :
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
15 Siti Nur, 2018, Pembinaan Pelaku Industri rumah tangga pangan di Kota Malang, Malang, Jurnal UMM, hal 30
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sedangkan peraturan tentang kewajiban pelaku usaha menurut ketentuan Pasal 7 Undang Undang Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999 adalah:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2. Memberikan informasi-informasi secara jelas, benar, dan jujur terkait dnegan kondidi dari produk dan jaminan atas barang maupun jasa yang diperoleh konsumen, sekaligus memberikan penjelasan, penggunaan, pemeliharaan dan perbaikannya.
3. Berusaha secara maksimal untuk memberikan pelayana terbaik, jujur, benar dan tidak disriminatif terhadap konsumen.
4. Memberikan jaminan terhadap mutu dari barang maupun jasa yang diproduksi olehnya, sesuai dengan standart mutu yang berlaku.
5. Memberikan kesempatan kepada pihak konsumen untik menguji produk barang maupun jasa tertentu hingga memberikan jaminan atas barang yang diproduksi dan diperdagangkan.
6. Adanya pemberian kompensasi, pengagntian atas nilai kerugian yang diakibatkan dari penggunaan barang atau jasa yang diperdangangkan.
7. Adanya pemberian kompensasi, atau penggantian apabila terdapat ketidaksesuaian atas barang atau jasa yang telah diperjanjikan akan diterima.
D. Tinjauan Pustaka Tentang Dinas Kesehatan dan Dinas Perdagangan
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten / kota pada bidang kesehatan sub bidang obat dan perbekalan kesehatan, mengamanatkan bahwa pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi rumah tangga merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupaten / kota. Ditinjau dari peraturan Walikota Malang Nomor 26 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja dinas kesehatan dalam pasal 27 angka 2 huruf l yang menyatakan bahwa memberikan petunjuk kepada para pelaksana hingga bawahan yang sesuai dengan bidang, tugas, dan fungsinya masing- masing untuk mengumpukan dan menyusun bahan-bahan yang digunakan untuk sertifikasi dan pemberian sertifikat untuk hasil produksi pangan oleh para pelaku industri rumah tangga pangan.
Pihak pemerintah mempunyai kewajiban untuk berusaha menunjang segala upaya untuk meningkatkan motivasi terhadap para produsen industri rumah tangga pangan untuk menyadari akan pentingnya pengolahan pangan yang higienis. Hal tersebut mengacu pada Peraturan BPOM Nomor 22 tahun 2018 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Industri rumah tangga pangan.
Dinas Kesehatan adalah salah satu instansi atau pelaksana otonomi daerah yang berperan dalam bidang Kesehatan. Tugas dan fungsinya secara garis besar adalah melaksanakan Sebagian urusan Pemerintah Daerah dalam bidang Kesehatan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang Kesehatan. Seluruh tugas dan fungsi dari Dinas Kesehatan tidak terlepas darikerjasama dan salingsinergidengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan mulai dari tingkat daerah hingga tingkat pusat. Salah satu peran Dinas Kesehatan yang terus bersinergi dengan BPOM adalah dalam peredaran produk makanan yang diolah oleh IRTP yaitu pengawasan yang meliputi aspek keamanan, keselamatan, dan Kesehatan. Dasar hukum untuk melakukan pengawasan terhadap Industri rumah tangga pangan :
a. UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
b. PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan pasal 43:
Panganolahan IRT wajib memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yang diterbitkan Bupati / Walikota dan Pasal 51 : Pembinaan terhadap Pemerintah Daerah dan masyarakat di bidang pengawasan pangan dilaksanakan oleh Kepala Badan.
c. Peraturan Kepala Badan POM RI
d. PerKa Badan POM Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
e. PerKa Badan POM Nomor HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 tentang Cara Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPBIRT)
f. PerKa Badan POM Nomor HK.03.1.23.06.12.2207 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Rumah Tangga.16
16 Ondri Dwi Sampurno, 2017, Sinergitas BPOM dan Dinkes Prov/Kab/Kota Dalam Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Dinas Kesehatan adalah pihak yang sangat berperan dalam menyelenggarakan pengawasan dan registrasi makanan dan minuman produksi rumah tangga dalam upaya memberikan perlindungan terhadap konsumen.17
Selain bersinergi dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Dinas Kesehatan juga berkaitan dengan Dinas Perdagangan. Dinas perdagangan juga melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi di bidang perdagangan.
Dalam menjalankan fungsinya Dinas Perdagangan bertugas untuk :18
a. Mengadakan dan merumuskan kebijakan-kebijakan teknis dalam bidang perdagangan dan pengelolaan pasar.
b. Penyeenggaraan yang berurusan dengan pemerintahan dan pelayanan umum bidang perdagangan serta pasar
c. Pelaksanaan dan pembinaan tugas dalam bidang perdagangan dan pasar d. Penyelenggaraan Kesekretariatan Kedinasan
e. Mengadakan pembinaan, pengelolaan, dan pengawasan untuk Unit Pelaksana Tenis Kedinasan
f. Pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan oleh Walikota berdasarkan dengan jabatannya.
Susunan dari Dinas Perdagangan pun juga terbagi menjadi beberapa bidang yaitu Bidang Perdagangan dan Bidang Pasar yang tentunya mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam hal pengawasan Industri rumah tangga pangan Bidang perdagangan wajib melaksanakan tugas untuk melaksanakan pengendalian usaha, perlindungan konsumen dan pengembangan usaha perdagangan. Sehingga bidang perdagangan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :
1. Menyusun bahan yang berkaitan dengan kebijakan teknis dibidang perdagangan.
2. Memberikan informasi yang berkaitan dengan peraturan, persyaratan-persyaratan, dan kelengkapan tata cara pengajuan izin untuk pengendalian usaha
3. Menyusun konsep pelayanan perizinan
4. Melaksanakan kegiatan sosialisasi, informasi perlindungan konsumen, pembinaan 5. Melaksanakan kegiatan, mengurus pendaftara, dan mengusulkan pembentukan
lembaga yang berkaitan dengan perlindungan konsumen
17 Jilius Kevin, 2015, Peran Dinkes Terhadap Industri rumah tangga pangan Dalam Upaya Memberikan Perlindungan Terhadap Konsumen, Seramarang, Jurnal Universitas Katolik Soegijar pranata
18 Dinas Perdagangan,2021, https://info.metrokota.go.id/, Kota Metro Diakses tanggal 20 Februari 2021
6. Melaksanakan pengawasan, pengembangan perdaganga, dan pembinaan
7. Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan berdasarkan jabatan, fungsi dan tugasnya.19
Kerjasama dalam bidang pengawasan Industri rumah tangga pangan dan saling sinergi antara BPOM Dinas Kesehatan dan Dinas Perdagangan dilakukan guna memastikan setiap produk atau jajanan aman untuk diedarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat sehingga tidak membahayakan Kesehatan. Indikator pengawasan yang menjadi standart dalam hal ini menurut kartono (Siti,2018) adalah sebagai berikut:20 1. Menentukan ukuran pelaksanaanya itu cara yang telah ditentukan untuk mengukur
suatu standart pelaksanaan secara kontinu dengan syarat minimal yaitupengawasan yang dilakukan dalam satu waktu setidaknya satu kali dalam kurun waktu setiap minggu.
2. Memberikan penilaianya itu menilai setiap pekerjaan
3. Mengadakan korektif yaitu tindakan koreksi atau mengevaluasi dengan ruang lingkup internal maupun eksternal.
Menurut Kansil (Siti,2018) suatu pengawasan penting untuk menjamin terlaksananya kebijakan pemerintah. Sehingga dengan adanya pengawasan seluruh pekerjaan diharapkan dapat berjalan sesuai standar dengan hasil yang sesuai dengan harapan. Dalam struktur pemerintahan pengawasan diatur sebagai berikut:21
a. Adanya keselaran antara penyelenggara sebagai wakil dari pemerintah yang mampu bersinergi dengan pemerintah pusat dan daerah
b. Adanya keberlangsungan penyelenggaran yang lancer dari pemerintah secara berdaya dan berhasil guna.
E. Tinjauan Tentang Pengawasan Terhadap Industri Rumah Tangga Pangan
Menurut situmorang dan juhir (Siti, 2018) maksud pengawasan adalah untuk mengetahui jalannya pekerjaan, mengevaluasi untuk melaksanakan perbaikan terhadap permasalahan atau kesalahan yang ditimbulakan agar tidak terulang dan mencegah munculnya masalah baru. Mengetahui anggaran yang telah ditetapkan dapat dipergunakan secara terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan harapan. Mengetahui
19 Ibid
20 Siti Nur, 2018, Pembinaan Pelaku Industri rumah tangga pangan di Kota Malang, Malang, Jurnal UMM
21 Ibid
pelaksanaan kerja sesuai dengan program atau justru tidak sesuai dengan planning, dan mengetahui hasil pekerjaan untuk dibandingkan dengan standart yang telah ditentukan.22
Segala permasalahan yang berkaitan dengan keamanan pangan telah mempunyai dasar hokum antara lain undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, namun dengan adanya regulasi tersebut tidak menjadi jaminan bahwa pangan di Indonesia dapat dikategorikan sangat aman. Sebagian pelaku usaha masih ada yang memberikan jaminan produk dengan keamanan yang minim, hal tersebut terjadi karena prosedur produksi yang tiadk sesuai starandart yang berlaku sehungga menghasilkan produk yang kurang layak dan higenis untuk dikonsumsi.23
Dalam Undang-Undang no. 18 tahun 2012 tentang pangan mengatur hal hal yang berkaitan dengan tujuan dari adanya peraturan, pengadaan pembinaan, dan adanya pengawasan pangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pangan yang sesuai dengan kemanan, dtandart mutu dan gizi yang bermandaaft bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah dengan adanya SPP-IRT dan izin dari dinas kesehatan yang harus dipenuhi oleh para pengusaha indstri rumah tangga pangan untuk meningkatkan kualitas produk makanan.
Pasal 43 Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang kemanan, mutu dan gizi pangan mensyaratkan bahwa seluruh produk pangan hasil olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga pangan wajib memiliki SPP-IRT yang diterbitkan oleh bupati ataupun walikota dan kepala badan POM yang telah menetapkan pedoman SPP-IRT sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 43 ayat (1), dengan menerbitkan peraturan kepala bpomri nomor hk.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang pedoman pemberian SPP-IRT.
Apabila ditinjau melalui peraturan pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan pembinaan, pengadaan pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi industri rumah tangga pangan merupakan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten atau daerah yaitu Dinas Kesehatan.
Untuk mewujudkan keamanan pangan Dinas kesehatan berupaya melakukan pembinaan dan pengawasan secara maksimal sesuai amanat dari peraturan walikota malang nomor 26 tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi
22 Ibid
23Dewi, E. W. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakarya: Graha Ilmu. Hal. 89.
serta tata kerja dinas kesehatan pada pasal 27 huruf (k), (l), (n). Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan antara lain pembinaan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka sertifikasi produksi pangan yang dijalankan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan dan melakukan pengawasan pengendalian sarana. Pemeriksaan sarana produksin olahan pangan IRTP dilaksanakan setelah pengusaha IRTP telah memperoleh sertifikat penyuluhan keamanan pangan. Pasal 27 ayat 2 huruf (k).
Program pengawasan industri rumah tangga pangan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan di Kota Malang meliputi pemeriksanaan yang dilakukan setelah memperoleh sertifikat penyuluhan pangan meliputi sarana dan prasarana yang digunakan oleh pengusaha industri rumah tangga pangan, bahan bahan yang digunakan untuk membuat produk hasil olehan industri rumah tangga pangan, tepat yang digunakan untuk memproduksi olahan pangan industri rumah tangga pangan. Selain itu Dinas Kesehatan juga mempunyai jadwal yang berkala untuk melakukan pengawasan terhadap produk olahan industri rumah tangga pangan yang telah diedarkan di masyarakat. Seluruh tindakan-tindakan tersebut berlandaskan pada pasal 27 huruf m yakni memberikan petunjuk pada pelaksana sesuai bidang dan tugasnya untuk melakukan pengambilan dan pengujian terhadap sampel produk industri rumah tangga pangan yangtelah beredar di msyarakat.
Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kestabilan dan keamanan dari produk panagn industri rumah tangga pangan, sehingga ketersediaannya tetap memadai sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan menjaga kamanan masyarakat. Landasan hokum ini memberikan perlindungan hokum terhadap masyarakat yang mengkonsumsi produk olahan pangan sehingga meminimalisir kemungkinan akan dampak buruk yang dapat mengancam keselamatan masyarakat. Kesehatan fisik dan jiwa msyarakat menjadi fokus pemerintah agar terjamin gizi dan kemanannya. Sehingga tujuan utama dari pengendalian sarana prasarana produsen produk pangan yaitu menunjang segala bentuk program pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan.
F. Tinjauan Pustaka tentang Pembinaan Industri Rumah Tangga Pangan
Secara etimologi pembinaan berasal dari kata bina. Pembinaan ialah sebuah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha, tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik. Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya didasarkan pada hal bersifat efektif dan pragmatis dalam arti dapat
memberikan pemecahan persoalan yang dihadapi dengan sebaik baiknya, dan pragmatisdalam arti mendasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan kenyataan sehingga bermanfaat karena dapat diterapkan dalam praktek.
Pembinaan merupakan tindakan, untuk melakukan sebuah proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Sehingga menunjukkan adanya sebuah kemajuan, peningkatan serta pertumbuhan. Perubahan atas berbagai kemungkinan yang terjadi, perkembangan atau peningkatan sesuatu. Ada dua hal yang ada dalam definisi pembinaan yakni Pembinaan itu dapat berupa suatu tindakan, proses, ataupernyataantujuan, dan pembinaan yang menunjukan kepada perbaikan atas sesuatu.
Poerwadarmita mendefinisikan pembinaan sebagai suatu usaha yang menjadi tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan daya guna dan hasil guna demi memperoleh hasil yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Secara general pembinaan dikatakan sebagai sebuah perbaikan terhadap sebuah pola yang telah direncanakan. Di dunia ini setiap oraang pasti empunyai tujuan hidup yang dingin diraih. Namun apabila tujuan tersebut gagal untuk dicapai maka orang yang bersangkutan tersebut akan menata ulang pola kehidupannya dengan tujuan agar kegagalan tersebut dapat berbuah baik kedepannya.24
Pembinaan mempnyai pengertian sebagai upaya untuk memelihara dan membawa perubahan atas suatu keadaan yang terjadi atau menjaga keadaan sebagaimana semestinya. Apabila dilihat dari sudut pandang manajemen pendidikan diluar sekolahan, pembinaan sering dilakukan untuk mencapai kelancaran dan kesuksesan dari kegiatan atau program yang telah direncanakan dan direalisasikan agar berjalan sesuai dengan ekpektasi yang diharapkan. Pembinaan bermuara pada perubahan yang mengarah ketujuan yang lebih baik dari sebelumnya, kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang lebih baik. Dasar Hukum Pembinaan Industri Rumah Tangga Pangan.
Dinas Kesehatan bekerja secara sinergis dengan perangkat pemerintah yang lain seperti Dinas Perdagangan dan Badan POM untuk menjaga keamanan pangan untuk masyarakat Indonesia sesuai dengan tugasnya masing-masing sesuai dengan regulasi yang berlaku. Sinergi tersebut diharapkan dapat dilakukan secara berkala dan dapat didukung oleh pemerintah, masyrakat dan para pengusaha industri rumah tangga pangan
24 Dewi, E. W. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakarya: Graha Ilmu. Hlm. 89.
agar dapat mewujudkan amanat konstitusi kita. Ketersediaan pangan yang aman sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan dari Undang-undang pangan sehinggat tetap terjaminnya kelangsungan hidup dengan gizi yang terpenuhi tanpa ada ancaman bahaya bagi kesehatan dan jiwa masyarakat yang mengkonsumsinya. Segala upaya agar para industri rumah tangga pangan mempunyai sarana dan prasaran yang memadai dan sesuai standart yang berlaku. .
G. Tinjauan Tentang Prosedur Perizinan Sertifikat Industri Rumah Tangga Pangan Izin Usaha Mikro dan kecil atau IUMK akan diberikan kepada para pelaku usaha setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah kabupaten atau kota yang berpedoman pada peraturan menteri dalam negeri. Pelaku usaha mikro dan kecil ialah orang yang mendirikan dan menjalankan usaha mikro kecil di lokasi yang telah ditetapkan. Lokasi usaha mikro dan kecil merupakan tempat untuk menjalankan usaha mikro dan kecil yang sesuai dengan domisili pelakuu saha.
Pelaksanaan pemberian Izin Usaha Mikro dan kecil dapat dilakukan oleh seorang camat yang telah mendapatkan kewenangan dari bupati atau walikota. Pemberian Izin Usaha Mikro dan kecil juga dapat didelegasikan kepada lurah atau kepala desa dengan mempertimbangkan karakteristik dari wilayah. Karakteristik wilayah ini dimaksudakan diatur dengan peraturan menteri dalam negeri.Pelaksanaan pemeberian Izin dalam lingkup usaha mikro maka akan diupayakan adanya pendataan terhadap para pengusaha industri pangan oleh keluran dan kepala desa wilayah terkait.25
Izin Usaha Mikro dan Kecil adalah sebagai sebuah bukti tertulis yang diberikan pejabat yang berwenang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai bukti legalitas dari sebuah usaha mikro, kecil dan menengahtelahmemenuhipersyaratan dan diperbolehkan untuk menjalankan suatu kegiatan usaha tertentu. Prinsip yang digunakan untuk pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil yaitu :
a. Prosedur yang cepat dan sederhana
b. Keterbukaan informasi bagi seluruh pelaku usahamikro dan kecil.
c. Adanya kepastian hukum dan kenyamanan dalam berusaha Hak yang wajib diperoleh para pelaku usaha mikro dan kecil :
25Peraturan Presiden Nomor 98 tahun 2014 tanggal 15 September 2014 Tentang Perizinan Untuk Usaha Mikro Kecil.
a. Hak untuk melakukan kegiatan usaha
b. Hak untuk mendapatkan informasi serta sosialisasi atau pemberitahuan terkait dengan kegiatan usaha
c. Hak untuk mendapatkan pembinaan, pengawasan dan kemudahan dalam pemberdayaan usaha dari pemerintah, pemerintahdaerahataulembagalainnya d. Hak untuk mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan kelembaga
keuangan, bank dan non bank.
Kewajiban yang harus dilaksanakan para pelaku usahamikro dan kecil:
a. Wajib Memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku b. Wajib menjalankan kegiatan usahanya sesuai IUMK.
Larangan bagi para pelaku usaha mikro dan kecil : a. Melakukan aktifitas perdagangan barang atau jasa illegal
b. Melakukan aktifitas usaha yang bertentangan dengan peraturan perundang- undangan berlaku.
Prosedur monitoring, evaluasi dan pelaporan yang dilakukan oleh pemerintah :
a. Menteri melalui ditjen bina pembangunan daerah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil di daerah dan dalam pelaksanaannya dapat melibatkan kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian terkait.
b. Gubernur melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil di kabupaten atau kota di wilayahnya. Bupati atau walikota melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil di wilayahnya. Camat melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil oleh lurah atau kepala desa.
c. Pelaksanaan monitoring evaluasi di setiap tingkatan dilaksanakan setidaknya dua kali dalam setahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
d. Pihak Lurah atau kepala desa menyampaikan laporan pendataan Pelaku Usaha Mikro dan Kecil dan laporan hasil pemberian iumk kepada camat. Camat menyampaikan laporan hasil pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil kepada bupati atau walikota. Bupati atau walikota menyampaikan laporan hasil pemberian iumk kepada gubernur. Gubernur menyampaikan laporan hasil pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil kepada menteri.
Prosedur pelaksanaan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah:
a. Menteri melaksanakan kegiatan untuk membina dan mengawasi penyelenggaraan Izin Usaha Mikro dan Kecil Pembinaan yakni dengan berkoordinasi dengan instansi terkait, melakukan sosialisasi, memonitoring dan evaluasi secara rutin.
b. Gubernur melaksanakan kegiatan untuk membina dan mengawasi penyelenggaraan pengawasan dari pelaksanaan kegiatan pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil ditingkat kabupaten atau kota sesuai wilayahnya.
Prosedur pelaksanaan pembinaan dan pengawasan meliputi : a. Melakukan pendataan
b. Memberikan fasilitas untuk akses permodalan
c. Melakukan kegiatan yang dapat menguatkan kelembagaan
d. Melaksanakan pembinaan serta pendampingan bimbingan secara teknis
e. Melakukan upaya pengembangan kemitraan yang berkaitan dengan dunia usaha.26 Adapun Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengawasan tersebut yaitu:
a. Sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan kerjasama sehingga dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pengusaha mikro di daerah sebagai legalitas dan izin usaha.
b. Memberikan dukungan pendampingan UMK untuk memperoleh IUMK di daerah c. Memberikan kemudahan dalam akses sumber daya yang produktif
Ruang lingkup dari pelaksanaan pembinaan dan pengawasan:
a. Berkoordinasi dan sinkronisasi yang berkaitan dengan kebijakan dengan tujuan untuk memberikan dukungan peraturan sebagai landasan pemberian UMK bagi PUMK
b. Bersinergi untuk mengembangkan sumber daya dalam rangka melaksakan IUMK untuk PUMK
c. Mendampingi pengembangan UMK
d. Berupaya untuk meningkatkan kapasitas aparatur daerah dalam memberikan IUMK dalam membentuk naskah satu lembar dan kartu IUMK
e. Melaksanakan kegiatan pertukaran data maupun informasi untuk mengembangkan sistem manajemen informasi sebagai upaya untuk mendorong pemberian IUMK
26 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 2014 tanggal 21 November 2014 Tentang Pedoman Pemberian IUMK
f. Memonitoring dan mengevaluasi dan melaksanakan pemebrian IUMK.27
Ditinjau dari pasal 111 ayat 2 undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa makanan dan minuman yang memperoleh izin untuk diedarkan di masyarakat harus mempunyai sertifikat izin sesuai dengan peraturan perundang-undang nomor 28 tahun 2004 tentang kemanan, mutu dan gizi pangan mengamanatkan pangan olahan yang diproduksi oleh industri rumah tangga wajib memiliki SPP-IRT yang telah diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Dalam undang- undang no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dalam penjelasan pasal 8 ayat (1) huruf a, pelaku usaha dilarang untuk memproduksi dan atau memperdagangkan barang maupun jasa yang tidak sesuai atau tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut dikhawatirkan dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat.
Berhubungan dengan permasalahan keamanan pangan yang juga menjadi fokus dari pemerintah. Para pelaku usaha industri rumah tangga pangan harus dapat memberikan jaminan bahwasannya produk yang dihasilkan olehnya tidak membahayakan masyarakat. Sebagian pengusaha dapat memberikan jaminan tersebut namun sebagaian besar pengusaha menjalankan usahamya dengan tandap memperduliakan jaminan standarisasi yang telah ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya kasus-kasus produk makanan yang tidak aman jika dikonsumsi dan masih diedarkan di pasaran.28 Tata cara pengurusan SPP-IRT meliputi:29
a. Mengajuan surat permohonan pengajuan SPP-IRT dengan melengkapi persyaratan- persyaratan yang berlaku dan diperlukan.
b. Mengikuti kegiatan penyuluhan keamanan pangan, kegiatan ini akan diselenggarakan oleh dinas kesehatan kabupaten maupun kota;
c. Mengikuti tahap pemeriksaan yang dilakukan oleh Dinkes pada sarana dan prasarana produksi pangan, pemeriksaan ini dilakukan setelah produsen mengikuti dan mendapatkan sertifikat penyuluhan keamanan pangan;
d. Stelah mengikuti tahap tersebut pengusaha IRTP akan memperoleh nomor p-irt.
27Nota Kesepahaman Menteri Dalam Negeri, Menteri Koperasi dan UKM dan Menteri Perdagangan yang ditanda tangani tanggal 30 Januari 2015 Tentang Pembinaan Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil di Daerah
28Dewi, E. W. 2015. Hukum Perlindungan Konsumen. Yogyakarya: GrahaIlmu. Hlm. 89.
29Huruf D, Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
Denagn begitu Izin SPP-IRT dan izin dari dinas kesehatan diperlukan oleh para pengusaha pangan. Hal tersebut berkaitan dengan upaya untu meningkatkan kualitas produksi industri rumah tangga pangan sehingga usaha industri rumah tangga pangan mempunyai strategis.30 Setiap perusahaan wajib mengetahui dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan industri pangan. Segala upaya untuk memberikan persyaratan yang berkaitan dengan kehigenisan pangan dan legalitas dibidang pangan dengan bimbingan formal atau informal.
Para pelaku usaha industri rumah tangga pangan yang ingin memperoleh izin SPP- IRT wajib mengetahui produk jenis apa yang akan didaftarkan SPP-IRT sehingga dapat memenuhi persyaratan sesuai dengan jenis produknya. Apabila dilihat dalam Peraturan BPOM Nomor 22 tahun 2018 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Industri rumah tangga pangan persyaratan pendaftaran dibedakanmenjadi 6 jenisprodukyaitu :31 a. Olangan pangan yang pembuatannya diproses melalu sterilisasi secara komersial
atau pasteurisasi
b. Olahan pangan yang penyimpananya harus dibekukan dalam lemari pembeku c. Pangan yang diproses dengan pembekuan dan penyimpanannya memerlukan
lemari pembeku
d. Olahan pangan yang pembuatannya berbahan dasar dari hewan dan penyimpanannya memerlukan lemari pembeku
e. Olahan pangan yang diperuntukan untuk mendukung program diet atau kepentingan medis
f. Olahan pangan yang diperbolehkan untuk mendapat SPP-IRT berdasarkan dari produk IRTP yang berasal dari Indonesia (non impor)
g. Olahan pangan yang melalui proses pengemasan ulang dari suatu produk pangan yang telah memiliki izin SPP-IRT
Setelah mengetahui jenis produk yang dimiliki maka pelaku usaha wajib mengajukan permohonan penerbitan SPP-IRT keBupati/Walikota c.q. Unit Pelayanan
30Komang Rina A. L & I Gede P. A. 2016. Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Dalam Peredaran Jajanan Anak (Rumah tangga) Yang Tidak Terdaftar Dalam Dinas Kesehatan. Bali. Jurnal Tanggung Jawab Peredaran Pangan.
Vol. 04. 03:2. Fakultas Hukum. Universitas Udayana.
31Ayat 3 Pasal 2, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri RumahTangga.
Terpadu Satu Pintu untuk dievaluasi kelengkapannya secara administrative yang meliputiFormulirPermohonan SPP-IRT yang memuat :
a. Nama jenis pangan yang di produksi
b. Nama dagang Industri rumah tangga pangan
c. Jenis kemasan yang digunakan Industri rumah tangga pangan d. Berat bersih / isi bersih (mg/g/kg atau ml/l/kl) Produk
e. Bahan baku dan bahan lainnya yang digunakan untuk produksi f. Tahapan produksi keseluruhan
g. Nama, alamat lengkap, kode pos dan nomor telepon Industri rumah tangga pangan h. Nama pemilik Industri rumah tangga pangan
i. Nama penanggung jawab Industri rumah tangga pangan
j. Informasi tentang masa simpan dari produk Industri rumah tangga pangan k. Informasi tentang kode produksi
Selain memenufi persyaratn serta mengisi formulir yang telah disediakan pemilik industri rumah tangga pangan mempunyai kewajiban untuk melengkapi dokumen lainnya. Pangan (bagi pemohon baru). Kemudian melakukan Evaluasi terhadap Dokumen dan Kelengkapan Permohonan SPP-IRT terkait dengan Keamanan Pangan. Persyaratan tersebut diatas juga berlaku bagi pelaku usaha industri rumah tangga pangan yang melakukan pengemasan ulang. Guna memudahkan untuk mengetahui alur tata cara pengurusan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dapat dilihat gambar di bawah ini.
Gambar 3.1
Alur tata carapengurusan SPP-IRT
Sumber: huruf d, lampiran
Apabila telah dikeluarkan izin SPP-IRT maka perlu diketahui bahwa masa berlaku izin tersebut hanya selama lima tahun dan kemudian dapat diperpanjang selama pelaku
Pemeriksaa n Sarana Produksi Pangan IRT oleh Dinas Kesehatan Kota/
Kabupaten Mengikuti
Penyuluhan Keamanan Pangan Pengajua Permohonan SPP-
IRT ke Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten
Pemberian Nomor P-IRT
usaha telah memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Apabila sebuah produk telah berkahir perizinan SPP-IRTnya maka tidak diperbolehkan untuk diedarkan.32 Pengajuan perpanjangan SPP-IRT dapat dilakukan enam bulan sebelum masa berlaku SPP-IRT berkahir. Apabila ingin melakukan perubahan pemilik atau penanggung jawab harus dilaporkan pada bupati atau walikota cq. Dinas kesehatan kabupaten atau kota.33
.
32Ayat 1 dan 2 Pasal 3, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
33Huruf E Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.