• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI JALUR EVAKUASI DAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN GEDUNG BERTINGKAT (STUDI KASUS : MILLENIUM ICT CENTER, MEDAN) SKRIPSI OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI JALUR EVAKUASI DAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN GEDUNG BERTINGKAT (STUDI KASUS : MILLENIUM ICT CENTER, MEDAN) SKRIPSI OLEH"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI JALUR EVAKUASI DAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN GEDUNG BERTINGKAT (STUDI KASUS : MILLENIUM ICT CENTER,

MEDAN)

SKRIPSI

OLEH

GIBKA NATALISA BR GINTING 140406023

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

EVALUASI JALUR EVAKUASI DAN MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN GEDUNG BERTINGKAT (STUDI KASUS : MILLENIUM ICT CENTER,

MEDAN)

S K R I P S I

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

GIBKA NATALISA BR GINTING 140406023

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERNYATAAN

EVALUASI JALUR EVAKUASI DAN MANAJEMN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG BERTINGKAT

(STUDI KASUS : MILLENIUM ICT CENTER, MEDAN)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 23 Juli 2018

Gibka Natalisa Br Ginting

(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Pada bangunan tinggi, penanganan keselamatan berupa jalur evakuasi harus diutamakan. Dimana ketika terjadi kebakaran, hal yang terpenting selain dari memadamkan api ialah membawa penghuni gedung secepatnya keluar dari dalam bangunan untuk mencegah adanya korban jiwa. dan yang sering menjadi kendala ialah dimana akses untuk menyelamatkan diri dapat dikatakan sedikit dan terbatas, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan bahaya kebakaran yang efektif, efisien dan terintegrasi dalam suatu sistem manajemen sehingga implementasi dan pembaharuannya dapat mengikuti kebutuhan . Hal ini juga di atur dalam peraturan bangunan gedung dan secara teknis diatur dalam Standart Nasional Indonesia. Millenium ICT Center merupakan sebuah bangunan pusat perbelanjaan dimana bangunan ini terdiri dari 5 (lima) lantai dan sudah seharusnya memperhatikan aspek aksesbilitas jalur evakuasi bagi pengguna sesuai dengan standar yang berlaku untuk bangunan pusat perbelanjaan. Lingkup kajian terhadap bangunan Millenium ICT Center ini meliputi : keberadaan sarana dan prasarana jalur evakuasi dan manajemen kebakaran gedung, waktu evakuasi penghuni bangunan, dengan metode kajian deskriptif analitis secara kuantitatif, serta metode simulasi menggunakan Software Rockwell Arena Simulation. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi bahwa Millenium ICT Center sudah memiliki aksesbilitas sarana,prasarana dan manajemen kebakaran gedung serta waktu tempuh jalur evakuasi yang efektif dan memenuhi persyaratan dan standar keamanan dan kenyamanan pengguna bangunan. Dari hasil kajian dapat disimpulkan, bahwa bangunan Millenium ICT Center ditinjau dari aspek jalur evakuasi belum memenuhi syarat untuk mendukung proses evakuasi yang efektif.

Kata kunci: Gedung bertingkat, Jalur Evakuasi, Aksesibilitas, Software Rockwell Arena Simulation .

ABSTRACT

In high-rise buildings, the handling of safety in the form of evacuation routes should be prioritized. When a fire occurs, the most important thing other than extinguishing the fire is to bring the occupants of the building out of the building as soon as possible to prevent casualties. and that is often a constraint is where access to save yourself can be said to be small and limited, it is necessary to take effective, efficient and integrated fire hazard prevention measures in a management system so that its implementation and renewal can follow the needs. This is also regulated in building regulations and is technically regulated in the Indonesian National Standard. Millennium ICT Center is a shopping center building where the building consists of 5 (five) floors and should pay attention to the accessibility aspects of evacuation routes for users in accordance with the standards applicable to shopping center buildings. The scope of the study on the Millennium ICT Center building includes: the existence of facilities and infrastructure for evacuation and building fire management, evacuation time of building residents, with quantitative analytical descriptive study methods, and simulation methods using Rockwell Arena Simulation Software. The purpose of this study was to evaluate that Millennium ICT Center already has accessibility to facilities, infrastructure and building fire management as well as effective evacuation route travel time and meet the requirements and safety and comfort standards of building users. From the results of the study, it can be concluded that the building of the Millennium ICT Center in terms of evacuation routes has not met the requirements to support an effective evacuation process.

Keywords: Multi-storey Building, Evacuation, Accessibility, Rockwell Arena Simulation Software.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Adapun skripsi ini berjudul “Evaluasi Pembangunan Permukiman Tradisional di Kampung Nelayan Belawan Medan Berdasarkan Konteks Kebijakan Yang Berlaku”

dimaksudkan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik pada program studi arsitektur di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi, tentunya penulis tidak terlepas dari banyak halangan dan kendala. Segala halangan dan kendala tersebut kemudian dijadikan kritik, semangat, dan masukan yang membangun atas bantuan dari berbagai pihak.

Maka dari itu, atas segala bantuan yang telah diberikan selama proses pengerjaan skripsi dan kegiatan di kampus penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Ir. Novrial, M.Eng, selaku dosen pembimbing dan sekretaris Departemen Arsitektur FT USU yang telah banyak memberikan ilmu, waktu, masukan, dan bimbingan dalam proses pengerjaan skripsi ini.

2. Bapak Imam Faisal Pane, ST., MT. Dan ibu Andalucia, ST, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam proses pengerjaan skripsi.

3. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Si, IPM selaku Ketua Departemen Arsitektur USU.

4. Bapak dan ibu dosen pengajar serta staf dan pegawai Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. Bapak Ferdi beserta staff-staff dan bapak sekuriti Millenium ICT Center yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi dan memberi data untuk penelitian ini

6. Bapak Muntadhar Abdul Fattah yang telah memberikan penulis banyak pencerahan, bimbingan, saran-saran serta mengizinkan penulis menjadikan skripsinya yang berjudul “Evaluasi Jalur Evakuasi di Bapedda Aceh”

sebagai refrensi penulis dalam mengerjakan skripsi ini

7. Orang tua saya ibu Seri Mitha Br Karo serta adik saya Jon Handra Ginting yang tak pernah henti memberikan doa, semangat, dukungan dan keikhlasan hati sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

8. Sahabat saya Eben Ezer Sinulingga yang setia memberi dukungan kepada penulis, menemani dalam suka dan duka serta memotivasi penulis selama mengerjakan skripsi ini

9. Sahabat-sahabat di Arsitektur USU 2014 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis. Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan senantiasa menjadi berkah untuk kita semua sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kemajuan pendidikan.

Medan, 23 Juli 2018

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Penelitian ... 3

1.6 Kerangka Berpikir ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi ... 5

2.2 Bangunan Gedung ... 5

2.2.1 Bangunan Gedung Umum ... 9

2.2.2 Pusat Perbelanjaan/Mall ... 10

2.3 Kebakaran ... 10

2.3.1 Bahaya Kebakaran ... 11

2.3.2 Faktor-Faktor Pemicu Kebakaran ... 12

2.3.3 Pengurangan Resiko Kebakaran ... 13

2.4 Jalur Evakuasi ... 14

2.4.1 Komponen Jalur Evakuasi... 15

2.5 Kondisi Darurat pada Bangunan ... 15

2.5.1 Evakuasi Penghuni Gedung ... 17

2.5.2 Prinsip Prioritas Dari Urutan Evakuasi ... 18

2.5.3 Peran-Peran Pengevakuasian Kebakaran ... 19

2.6 Studi Literatur ... 21

2.7 Wawancara ... 21

2.8 Pengamatan ... 21

2.9 Standar Nasional Indonesia (SNI) ... 21

2.10 Tabulasi ... 23

2.11 Skala Likert ... 23

2.12 Durasi Evakuasi ... 24

(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian ... 25

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.2.1 Alat yang Digunakan... 26

3.3 Variabel Penelitian ... 26

3.4 Waktu penelitian ... 26

3.5 Metode Analisis Data ... 26

3.5.1 Membandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) ... 27

3.5.2 Tabel Perbandingan ... 27

3.5.3 Skala Likert ... 28

3.5.4 Software Rockwell Arena ... 29

3.5.5 Membuat Rute Evakuasi Pengunjung ... 29

3.5.6 Menghitung Kecepatan Evakuasi Individual ... 29

3.5.7 Densitas Penghuni ... 29

3.5.8 Kecepatan Individual ... 30

3.5.9 Asumsi... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komponen Jalur Evakuasi Pada Millenium ICT Center ... 32

4.4.1 Analisis sarana jalur evakuasi ... 32

4.4.1.1 Koridor ... 32

4.4.1.2 Tangga Darurat... 34

4.4.1.3 Pintu kebakaran ... 37

4.4.1.4 Penanda ... 40

4.4.1.5 Pengeras Suara ... 41

4.4.1.6 Titik Kumpul ... 42

4.4.1.7 Manajemen Penanggulangan Kebakaran Gedung ... 45

4.4.1.8 Simulasi Kebakaran ... 45

4.2 Simulasi Kecepatan Evakuasi Pengunjung ... 57

4.2.1 Rute Jalur Evakuasi ... 57

4.3 Durasi Evakuasi ... 58

4.4 Pemodelan Jalur Evakuasi... 62

4.5 Analisa Hasil Pemodelan Jalur Evakuasi ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Rekomendasi ... 70

5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Penanggulangan Bencana ... 16

Gambar 3.1 Gambar Lokasi Millenium ICT Center Medan ... 20

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Penanggulangan Bencana ... 22

Gambar 4.1 Koridor pada bangunan Millennium ICT Centre ... 27

Gambar 4.2 Syarat Tangga ... 29

Gambar 4.3 tangga darurat pada Millenium ICT Center ... 32

Gambar 4.4 pintu darurat pada Millenium ICT Center ... 35

Gambar 4.5 Syarat Petunjuk Arah ... 38

Gambar 4.6 Proses Input Ensitas ... 62

Gambar 4.7 Proses Input Waktu Tempuh Koridor Evakuasi ... 63

Gambar 4.8 Proses Input Waktu Tempuh Tangga dan Titik Kumpul ... 64

Gambar 4.9 Setup Run ... 65

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Analisa Koridor Millennium ICT Centre ... 33

Tabel 4.2. Analisa tangga kebakaran Millennium ICT Centre ... 36

Tabel 4.3. Analisa pintu kebakaran Millennium ICT Centre ... 38

Tabel 4.4. Analisa Penanda Millennium ICT Centre ... 41

Tabel 4.5. Analisa Pengeras Suara pada bangunan Millennium ICT Centre ... 42

Tabel 4.6. Analisa titik kumpul Millennium ICT Centre ... 43

Tabel 4.7. Manajemen Penanggulangan Kebakaran Gedung ... 46

Tabel 4.17. Hasil Penilaian Sarana dan Prasarana Jalur Evakuasi Serta Manajemen Penanggulangan Bencana Millenium ICT Center Medan ... 56

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebakaran ialah suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yaitu bahan bakar, oksigen, dan sumber energy atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera, bahkan kematian (National Fire Protenction Assosiation, 2010).

Menurut PerMen PU No.26/PRT/M/2008, bahaya kebakaran diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak awal kebakaran hingga penjalaran api yang menimbulkan asap dan gas, Oleh sebab itu penanggulangan kebakaran perlu mendapatkan perhatian sungguh-sungguh dimana slah satu yang menjadi perhatian adalah gedung bertingkat.

Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal,kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Menurut Indrawan (2013), bahwa bahaya dari bangunan gedung bertingkat tinggi ketika terjadi kebakaran yaitu dimana akses untuk menyelamatkan diri dapat dikatakan sedikit dan terbatas, maka perlu dilakukan tindakan penanggulangan bahaya kebakaran yang efektif, efisien dan terintegrasi dalam suatu sistem manajemen sehingga implementasi dan pembaharuannya dapat

(15)

Salah satu jenis bangunan gedung yang perlu di perhatikan dalam hal pengevakuasian dan penanggulangan kebakaran ialah bangunan pusat perbelanjaan atau Mall. Dalam peraturaan Menteri Pekerjaan Umum No.

20/PRT/M-2 09, pasar/ pertokoan/pusat perbelanjaan termasuk dalam bangunan beresiko kebakaran yang cukup tinggi. Mall juga merupakan bangunan yang bersifat publik yang ramai dikunjungi oleh masyarakat umum sehingga diperlukan perhatian khusus dalam hal pengevakuasian kebakaran agar dapat menjamin keselamatan setiap pengunjungnya ketika suatu waktu terjadi kebakaran.

Millenium ICT Center merupakan sebuah bangunan pusat perbelanjaan khusus elektronik di kota Medan Sumatera Utara. Jumlah lantai pada bangunan ini ialah 5 lantai sehingga membutuhkan jalur evakuasi darurat yang baik bagi seluruh penggunanya. Maka dengan melakukan evaluasi jalur evakuasi ini diharapkan dapat mengevaluasi kelayakan jalur evakuasi, serta mereferensikan pada para perancang mengenai desain jalur evakuasi yang baik dan sesuai standar pada bangunan mall.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana efektivitas jalur evakuasi pada bangunan Millennium ICT Center ditinjau dari kelayakan kondisi sarana dan prasarana serta waktu tempuh jalur evakuasinya?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui seberapa efektif jalur evakuasi pada bangunan Millennium ICT Center ditinjau dari kelayakan kondisi sarana dan prasarana serta waktu tempuh jalur evakuasinya.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat di gunakan dalam merancang Sarana dan prasarana yang baik dan memenuhi standart pada jalur evakuasi kebakaran.

1.5 Batasan Penelitian

 Bangunan yang menjadi objek penelitian merupakan gedung Millennium

ICT Center Kota Medan

 Standart penilaian yang digunakan berdasarkan peraturan-peraturan, terori, dan standart-standart yang berlaku baik nasional maupun internasional.

 Penelitian terhadap objek studi kasus di lakukan dengan metode Kuantitatif

(17)

Gambar 1.1 Kerangka berpikir

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi

Menurut Stufflebeam (1971), evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

Menurut Suchman sebagaimana yang dikutip oleh Arikunto (2010) bahwa memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai bebarapa kagiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainaya tujuan.

Menurut Mehrens dan Lehman yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (2004), evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

dari ketiga definisi di atas dapat disimpulakn bahwa evaluasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menilai suatu pekerjaan yang telah di lakukan yang kemudian informasi tersebut dapat digunakan untuk membuat alternatif keputusan untuk memecahkan suatu permasalahn di masa depan.

2.2 Bangunan Gedung

Menurut KEPMEN PU No 26/2008 bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang

(19)

tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Berdasarkan definisi bangunan diatas, maka bangunan dibagi menjadi beberapa kelas sebagai berikut :

a. Kelas 1 : Bangunan Hunian Biasa, adalah satu atau lebih bangunan yang merupakan:

 Kelas 1a : bangunan hunian tunggal yang berupa:

a) rumah tunggal.

b) satu atau lebih bangunan hunian gandeng, yang masing-masing bangunannya dipisahkan dengan suatu dinding tahan api, termasuk rumah deret, rumah taman, unit town house, villa.

 Kelas 1b : rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel, atau sejenis-nya dengan luas total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara tetap, dan tidak terletak di atas atau di bawah bangunan hunian lain atau bangunan kelas lain selain tempat garasi pribadi.

b. Kelas 2 : Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.

c. Kelas 3 : Bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2, yang umum digunakan sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidak berhubungan, termasuk:

(20)

 rumah asrama, rumah tamu, losmen; atau

 bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau

 bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; atau

 panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak; atau

 bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan kesehatan yang menampung karyawan-karyawannya.

d. Kelas 4 : Bangunan Hunian Campuran, adalah tempat tinggal yang berada di dalam suatu bangunan kelas 5, 6, 7, 8, atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan tersebut.

e. Kelas 5 : Bangunan kantor, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar bangunan kelas 6, 7, 8, atau 9.

f. Kelas 6 : Bangunan Perdagangan, adalah bangunan toko atau bangunan lain yang dipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau pelayanan kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk:

 ruang makan, kafe, restoran

 ruang makan mallam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel atau motel

 tempat potong rambut/salon, tempat cuci umum

 pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel

(21)

 tempat parkir umum

 gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang

h. Kelas 8 : Bangunan Laboratorium/Industri/Pabrik, adalah bangunan gedung laboratorium dan bangunan yang dipergunakan untuk tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan, finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau penjualan.

i. Kelas 9 : Bangunan Umum, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat umum, yaitu:

 Kelas 9a : bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian dari bangunan tersebut yang berupa laboratorium

 Kelas 9b : bangunan pertemuan, termasuk bengkel kerja, laboratorium atau sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, bangunan peribadatan, bangunan budaya atau sejenis, tetapi tidak termasuk setiap bagian dari bangunan yang merupakan kelas lain

j. Kelas 10 : adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian :

 Kelas 10a : bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi, carport, atau sejenisnya

 Kelas 10b : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding penyangga atau dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau sejenisnya.

(22)

k. Bangunan-bangunan yang tidak diklasifikasikan secara khusus, bangunan atau bagian dari bangunan yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan 1 s.d. 10 tersebut, dalam Pedoman Teknis ini dimaksudkan dengan klasifikasi yang mendekati sesuai peruntukannya.

l. Bangunan yang penggunaannya insidentil, bagian bangunan yang penggunaannya insidentil dan sepanjang tidak mengakibatkan gangguan pada bagian bangunan lainnya, dianggap memiliki klasifikasi yang sama dengan bangunan utamanya.

m. Klasifikasi jamak, bangunan dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian dari bangunan harus diklasifikasikan secara terpisah, dan:

 bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10 % dari luas lantai dari suatu tingkat bangunan, dan bukan laboratorium, klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi bangunan utamanya

 Kelas-kelas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang terpisah

 Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler atau sejenisnya diklasifikasikan sama dengan bagian bangunan di mana ruang tersebut terletak

2.2.1 Bangunan Gedung Umum

Menurut KEPMEN PU No 26/2008 bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang digunakan untuk segala macam kegiatan kerja antara lain untuk:

(23)

a. Pertemuan umum.

b. Perkantoran.

c. Hotel.

d. Pusat Perbelanjaan/Mall.

e. Tempat rekreasi/hiburan.

f. Rumah sakit/perawatan.

g. Museum.

2.2.2 Pusat Perbelanjaan/Mall

Mall merupakan pusat perbelanjaan yang berintikan satu dan beberapa department store besar sebagai daya Tarik retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mall atau pedestrian yang merupakan unsur utamadari sebuah shopping mall dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan pedagang. ( Maitland, 1987).

2.3 Kebakaran

Standar Nasional Indonesia (SNI)

Kebakaran sebagai suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapaitemperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen (sebagai contoh) yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lain.

(24)

Menurut NFPA

Secara umum kebakaran didefenisikan sebagai : suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur yang harus ada, yaitu ; bahan bakar yang mudah terbakar, oksigen yang ada dalam udara, dan sumber energy atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera bahkan kematian.

berdasarkan defenisi-defenisi tersebut maka dapat di tarik kesimpulan bahwa kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana unsur-unsur yang membentuknya terdiri dari bahan bakar, oksigen, dan sumber panas yang membentuk suatu reaksi oksidasi dan menimbulkan kerugian materil dan moril.

2.3.1 Bahaya Kebakaran

Menurut KEPMEN PU No 26/2008 bahaya kebakaran, adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan.

Dan berikut ini merupakan kategori kebakaran dan penanggulangan bahaya kebakaran tersebut.

1. Kebakaran Kelas A

Alat pemadam Api kelas A adalah jenis Alat Pemadam Kebakaran dari bahan biasa yg mudah terbakar seperti kayu, kertas, pakaian dan sejenisnya.

(25)

2. Kebakaran Kelas B

Alat pemadam Api kelas B adalah jenis Alat Pemadam Kebakaran dari bahan cairan yg mudah terbakar seperti minyak bumi, gas, lemak dan sejenisnya.

3. Kebakaran Kelas C

Alat Pemadam Api kelas C adalah jenis Alat Pemadam Kebakaran dari listrik (seperti kebocoran listrik, korsleting) termasuk kebakaran pada alat- alat listrik.

4. Kebakaran Kelas D

Alat Pemadam Api kelas D adalah jenis Alat Pemadam Kebakaran dari logam seperti Zeng, Magnesium, serbuk Aluminium, Sodium, Titanium dan lain-lain.

2.3.2 Faktor-Faktor Pemicu Kebakaran

Kebakaran dapat terjadi bila terdapat 3 hal sebagai berikut :

1. Terdapat bahan yang mudah terbakar baik berupa bahan padat cair atau gas ( kayu, kertas, textil, bensin, minyak,acetelin dll)

2. Terdapat suhu yang tinggi yang disebabkan oleh sumber panas seperti Sinar Matahari, Listrik (kortsluiting, panas energy mekanik (gesekan), Reaksi Kimia, Kompresi Udara

3. Terdapat Oksigen (02) yang cukup kandungannya. Makin besar kandungan oksigen dalam udara maka nyal api akan semakin besar. Pada kandungan oksigen kurang dari 12% tidak akan terjadi kebakaran. Dalam

(26)

keadaan normall kandungan oksigen di udara 21%, cukup efektif untuk terjadinya kebakaran.

Bila tiga unsur tersebut cukup tersedia maka kebakaran terjadi. Apabila salah satu dari 3 unsur tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi api dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu :

1. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran, 2. Menghilangkan zat asam

3. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar (www.indonesiasafetycenter.org)

2.3.3 Pengurangan Resiko Kebakaran

Menurut UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, 3 hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko bencana, ialah:

1. Penanggulangan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman.

2. Mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Tindakan mitigasi disebut sebagai tindakan struktural dan non struktural. Tindakan mitigasi yang bersifat struktural contohnya bahan bangunan yang tidak mudah terbakar, pemasangan instalasi listrik oleh tenaga profesional,dll. Tindakan mitigasi yang bersifat non struktural misalnya pelatihan untuk membangun kepedulia masyarakat terhadap bahaya yang dihadapi.

(27)

3. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat membantu dalam mengurangi dampak bencana baik kerugian harta maupun korban jiwa. Kesiapsiagaan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing.

b. Memahami penyebab atau tanda-tanda terjadinya bencana.

c. Memahami apa yang harus dipersiapkan dan apa yang harus dilakukan baik sebelum, saat dan sesudah bencana.

2.4 Jalur Evakuasi

Menurut Panduan Diklat Kebakaran Tk I, (2002) dalam Rahmayanti (2007), dikatakan bahwa Sarana Jalur evakuasi atau Jalan Keluar Penyelamatan adalah suatu lintasan atau jalur jalan keluar menerus dan tidak terhalang yang harus dapat dilalui oleh penghuni apabila terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya dari setiap titik/tempat dalam bangunan menuju kesuatu tempat yang aman atau jalan umum. Komponen-komponen jalur evakuasi meliputi :

1. Pintu keluar, koridor dan exit horizontal

2. Jalan landai klas A dan jalan landai klas B (untuk turun) 3. Jalan landai klas B (untuk naik)

4. Tangga kebakaran

(28)

2.4.1 Komponen Jalur Evakuasi

Fasilitas atau sarana kelengkapan jalur keselamatan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Pintu darurat 2. Tangga kebakaran

3. koridor dan arah penunjuk jalan keluar 4. system peringatan bahaya

5. eksit pelepasan

6. penandaan sarana jalan keluar

2.5 Kondisi Darurat pada Bangunan

Menurut Purbo, (2002), keadaan darurat (emergency) yang menimpa suatu bangunan gedung adalah suatu keadaan yang tidak lazim terjadi, cenderung dapat mencelakakan penghuninya. Keadan ini dapat diakibatkan oleh alam (misalnya gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir bandang), atau oleh masalah teknis dan ulah manusia (kebakaran, runtuhnya gedung akibat kegagalan/kesalahan konstruksi). Dari beberapa kondisi darurat yang disebutkan diatas, yang paling tinggi mendapatkan perhatian karena seringnya terjadi adalah keadaan darurat karena kebakaran, sehingga pemerintah dan para ahli mengeluarkan banyak persyaratan yang berkaitan dengan keamanan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran tersebut.

Purbo (2002) menyatakan bahwa bahaya kebakaran harus diantisipasi dengan perlindungan terhadap kebakaran (fire protection) yang berarti segala usaha yang

(29)

mengancam keselamatan jiwa manusia maupun harta benda. Keadaan darurat yang diakibatkan oleh kebakaran menurut Mc Guinness (1981) harus ditanggulangi melalui 8 upaya yang harus terintegrasi, mencakup :

1. Memilih jenis bahan struktur dan bahan pengisi yang tahan api 2. Mengurangi sesedikit mungkin bahan-bahan yang mudah terbakar 3. Perlindungan kebakaran akibat dari kesalahan instalasi listrik 4. Perlindungan kebakaran akibat dari adanya petir

5. Perlunya sarana deteksi dini terhadap adanya asap atau api 6. Perlunya alat penanggulangan kebakaran otomatis

7. Perlunya sarana hydrant, baik pole hydrant maupun box hydrant

8. Perlunya sarana penyelamatan penghuni yang benar-benar mudah dan cepat.

9. Dari uraian diatas, terdapat 3 upaya pokok dalam penanggulangan kebakaran, yaitu

a. Upaya Penanggulangan, b. Upaya Pengatasan dan,

c. Upaya penyelamatan terhadap penghuninya.

berkaitan dengan hal tersebut DPU (1987) menyebutkan bahwa ada 12 jenis Jalur evakuasi yang penempatan dan penggunaan sarana penyelamatannya, disesuaikan dengan klasifikasi bangunannya.

(30)

2.5.1 Evakuasi Penghuni Gedung

Tata cara evakuasi darurat bencana menurut Pusat Litbang Permukiman (Kajian Penerapan Manajemen Keselamatan Kebakaran (fire safety management) pada Bangunan Gedung Tinggi di Indonesia) tahun 2004 yaitu:

A. Gunakan Lift Kebakaran apabila aman untuk melakukan evakuasi dengan memprioritaskan:

a. Orang cacat yang menggunakan kursi roda

b. Wanita hamil dengan atau tanpa menggunakan tandu c. Orang tua

d. Orang pingsan, sakit, terluka dan orang meninggal memakai tandu

B. Jika Lift kebakaran tidak aman untuk digunakan, semua orang terluka di evakuasikan menggunakan tangga dengan memprioritaskan orang cacat, sakit, pingsan, terluka, meninggal, memakai tandu, wanita hamil, orang tua tanpa atau memakai tandu

C. Evakuasi untuk orang terluka oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran memakai tangga mobil unit kebakaran atau metode lainnya. Bila peran kebakaran dan personil sekuriti gagal untuk memadamkan kebakaran, Dinas Pemadam akan mengambil alih tugas pemadaman kebakaran. berikut ini adalah peran personil sekuriti dan pemadam kebakaran.

a. Personil sekuriti memberikan petunjuk kepada petugas Dinas Pemadam ke lantai yang terbakar menggunakan lift kebakaran atau tangga kebakaran b. Personil sekuriti memberikan informasi pada petugas mobil unit Dinas

Pemadam mengenai lokasi fire stand pipe / wet riser inlets.

(31)

c. Personil sekuriti memberikan informasi kepada petugas Dinas Pemadam mengenai letak dari floor hydrant / fire stand pipe.

d. Petugas Dinas Kebakaran memadamkan kebakaran menggunakan floor hydrant / fire stand pipe dan dibantu oleh personil sekuriti

e. Petugas Pemadam Kebakaran menggunakan mobil unitnya memadamkan api dari luar gedung melalui jendela

f. Pimpinan Dinas Kebakaran memutuskan bilamana kebakaran telah dapat dipadamkan

2.5.2 Prinsip Prioritas Evakuasi

Prinsip prioritas evakuasi menurut Pusat Litbang Permukiman (Kajian Penerapan Manajemen Keselamatan Kebakaran (fire safety management) pada Bangunan Gedung Tinggi di Indonesia) tahun 2004 ialah:

1. Lantai yang terbakar, satu floor diatas dan satu floor dibawah evakuasi bersama-sama

2. Mengevakuasi orang yang berada di lantai atasnya 3. Evakuasikan orang dari lantai lainnya (bawah)

Mereka yang tidak dapat menyelamatkan diri dan memerlukan bantuan dan yang harus di dahulukan dalam evakuasi adalah : Orang cacat, pingsan, sakit, terluka, orang tua dan wanita hamil

(32)

2.5.3 Peran-Peran Pengevakuasian Kebakaran

Berikut ini yang berperan dalam Evakuasi Kebakaran menurut Pusat Litbang Permukiman (Kajian Penerapan Manajemen Keselamatan Kebakaran (fire safety management) pada Bangunan Gedung Tinggi di Indonesia) tahun 2004 ialah:

A. Penyewa

 Peran kebakaran lantai mengecek apakah terdapat orang yang terluka atau orang meninggal

 Peran kebakaran lantai mengecek berapa orang yang tidak hadir di area titik berkumpul

 Peran kebakaran lantai melaporkan kepada manajemen penyewa dan Chief

Warde mengenai adanya orang yang hilang

 Peran kebakaran lantai mengumpulkan data kerusakan, kerugian dst.

 Dan mengkalkulasikan biaya kerugian di lantai nya dan melaporkan kepada manajemen penyewa dan Chief Warden.

B. Dinas Kebakaran

 Mengecek berapa banyak yang terluka atau meninggal

 Menyelidiki sumber kebakaran

 Membuat laporan kepada Pimpinan Dinas Pemadam Kebakaran, tembusan kepada manajemen Gedung

C. Manajemen Gedung

 Kadiv Keamanan & Keselamatan melaporkan orang terluka, para korban

(33)

 Kabag Teknik menyelidiki kerusakan pada peralatan, setelah mendengar laporan dari Supervisor Teknisi dan para teknisi dan melapor ke Direksi.

 Kadiv Keamanan & Keselamatan membantu dalam investigasi kebakaran lewat koordinasi dengan polisi dan menyampaikan laporannya.

 Kabag Keuangan mengurus assurance

adapun Struktur Organisasi penanggulangan kebakaran Millenium ICT Center ialah:

Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Tanggap Darurat Bencana (Emergency Respond Team)

Sumber: Pihak Management ICT Center (Dimuat dalam dokumen SOP Management ICT Center)

D. Kepolisian melanjutkan penyelidikan apabila dipandang perlu

(34)

2.6 Studi Literatur

Studi Literatur atau disebut juga survei literatur adalah dokumentasi terhadap review yang komperhensif terhadap hasil kerja yang dimuat dalam literatur, baik yang di publikasikan atau tidak di publikasikan. Survei literatur penting di lakukan untuk memastikan bahwa tidak ada variabel penting yang terkait dengan masalah penelitian akan tertinggalkan (sinulingga, 2011).

2.7 Wawancara (interview)

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Esterberg dalam Sugiyono (2013:231)

2.8 Pengamatan (observasi)

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145)

2.9 Standar Nasional Indonesia (SNI)

Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan ditetapkan oleh BSN (sumber Strategi BSN 2006- 2009). Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para stakeholder,

(35)

Tabel 2.1 WTO Code of good practice SNI

No. WTO Code of

good practice

keterangan

1. Openess (keterbukaan) Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat berpartisipasi dalam pengembangan SNI

2. Transparency (transparansi)

Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat mengikuti

perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan perumusan sampai ke tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan pengembangan SNI 3. Consensus and

impartiality (konsensus dan tidak memihak)

Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat menyalurkan

kepentingannya dan diperlakukan secara adil 4. Effectiveness and

relevance

Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena memperhatikan

kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

5. Coherence Koheren dengan pengembangan standar internasional agar perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari

perkembangan pasar global dan

memperlancar perdagangan internasional 6. Development

dimension (berdimensi pembangunan)

Berdimensi pembangunan agar

memperhatikan kepentingan publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing perekonomian nasional.

(36)

2.10 Tabulasi

Tabulasi adalah penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tujuan tabulasi adalah agar data bisa mudah di susun, di jumlah, dan mempermudah penataan data untuk di sajikan serta di analisis (Budiarto ; 2002)

2.11 Skala Likert

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam angket dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya. Pada evaluasi, skala likert digunakan untuk:

a. Menilai keberhasilan suatu kebijakan atau program

b. Menilai manfaat pelaksanaan suatu kebijakan atau program

c. Mengetahui kepuasan stakeholder terhadap pelaksanaan suatu kebijakan atau program (Likert, Rensis (1932).

Skala Likert dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam check list. Dalam skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel (Sugiyono, 2011). Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari positif sampai negatif, dimana penilaian paling positif diberi skor tertinggi dan penilaian paling negatif diberi skor terendah. selanjutnya kita menentukan banyaknya jawaban dari hasil

(37)

maka selanjutnya di lakukan teknik skoring. Teknik Skoring dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif. Tahapannya terbagi menjadi 4 yaitu:

1. Pentabulasian

2. Penyesuaian nilai dari tiap-tiap faktor dengan skala pengukuran likert yang digunakan.

3. Menghitung nilai indeks dari tiap-tiap faktor, dengan cara masing-masing jawaban dikalikan dengan bobot/skoring jawabannya.

4. Hasil skoring dikembalikan lagi pada nilai skala perbandingan untuk menghasilkan interpretasi

2. 12 Durasi Evakuasi

Menurut Abrahams (1999), perancang seharusnya merancang bagian bagian bangunan yang dapat memastikan seluruh pengguna memiliki waktu yang cukup untuk menyelamatkan diri ketika terjadi kondisi darurat. Namun, dikarenakan pengguna, bangunan dan jenis keadaan darurat yang beragam, sangat sulit untuk memperkirakan durasi yang tepat. Walaupun begitu, kebanyakan peraturan dan standar menentukan durasi evakuasi dari beberapa kejadian yang sudah berlalu. Durasi yang paling umum digunakan sebagai standar durasi evakuasi ialah 2,5 menit. Menurut SNI 03-1736-2000 bangunan kelas 9 wajib memiliki struktur ketahanan api sebesar minimall 60 menit. Sehingga dapat dikatakan untuk bangunan kelas 9 maka waktu evakuasi efektif ialah kurang dari 60 menit.

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Jalan Dwi Kora, Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara 20118 Millennium ICT Center adalah sebuah pusat perbelanjaan (plaza) yang terletak di Kecamatan Medan Helvetia tepatnya di Jalan Kapten Muslim di kota Medan, Indonesia. Millennium ICT Center merupakan plaza yang dikhususkan bagi penjualan peralatan elektronik serta perangkatt komputer walaupun begitu, banyak juga kebutuhah sehari-hari yang diperjualkan di plaza ini. Millennium ICT Center juga sering dijadikan tempat bagi penyelenggaraan event.

(39)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipergunakan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yakni : 1. Wawancara (interview)

2. Pengamatan (observasi)

3.2.1 Alat yang Digunakan

Instrumen atau alat observasi, antara lain adalah : 1. Lembar data observasi

2. Kamera untuk dokumentasi

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini ialah jalur evakuasi kebakaran pada Millenium ICT Center Kota Medan, meliputi komponen-komponen terkait sarana-sarana jalur evakuasi yang sesuai dengan standart dan peraturan pemerintah.

3.4 Waktu penelitian

Waktu penelitian yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah satu bulan dengan jarak bulan april sampai mei 2018

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini berupa analisa data kuantitatif dan untuk ukuran pencapaiannya adalah dengan menggunakan skala subjektif yang akan memperoleh hasil keputusan-keputusan objektif dengan analisis menggunakan:

(40)

1. Standar Nasional Indonesia (SNI) 2. Skala likert

3.5.1 Membandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI)

Metode yang dilakukan adalah data sekunder yang berupa standart-standart yang di peroleh dari Standar Nasional Indonesia (SNI) dipakai sebagai pembanding/cross check terhadap data primer yang berupa hasil observasi langsung. Dengan teknik penyajian menggunakan tabel perbandingan.

3.5.2 Tabel Perbandingan

Tabel perbandingan digunakan untuk membandingkan standart dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Dimana masing masing point hasil perbandingan ini akan memiliki nilai yang nantinya akan menentukan apakah sarana dan prasarana jalur evakuasi pada keadaan sebenarnya di lapangan sudah memenuhi standart atau tidak. Adapun model tabel perbandingan di bawah ini mengikuti model tabel perbandingan pada penelitian terdahulu yang sudah di lakukan modifikasi berupa m penambahan kolom kategori keterangan oleh penulis.

Table 3.1 tabel perbandingan

(41)

3.5.3 Skala Likert

Kategori penilaian dibagi menjadi 3 yaitu:

 Memenuhi (M)

 Ada namun tidak memenuhi (ANTM)

 Tidak Memenuhi (TM)

Kemudian setiap kategori di beri nilai untuk mendapatkan nilai skor, yakni memenuhi nilainya 2, ada namun tidak memenuhi nilainya 1 dan tidak memenuhi nilainya 0. Setelah menentukan nilai dari masing-masing kategori maka selanjutnya di cari nilai X dan Y dengan rumus :

Y = Nilai tertinggi x jumlah point pada standart X = Nilai terendah x jumlah point pada standart

Setelah mendapatkan nilai X dan Y maka selanjutnya di lakukan perhitungan untuk mencari index persentase dengan rumus:

% = Jumlah Nilai x 100 Y

Dan untuk menentukan interval :

I = 100 : Jumlah skor (likert) Maka = 100 : 3 = 33

Hasil (I) = 33

(ini adalah intervalnya jarak dari terendah 0% hingga tertinggi 100%) Berikut kriteria interpretasi skor berdasarkan intervalnya:

 Angka 0% - 33% = Tidak Memenuhi (TM)

 Angka 34% - 67% = Ada Namun Tidak Memenuhi (ANTM)

 Angka 68% - 100% = Memenuhi (M)

(42)

3.5.4 Software Rockwell Arena

Software Arena merupakan suatu proses merancang suatu model sistem nyata di lapangan dengan tujuan memahami perilaku sistem dan mengevaluasinya untuk meningkatkan performansi suatu sistem. Software ini dilengkapi dengan input analyser yang beruguna untuk mengetahui distribusi dari sekelompok data.

3.5.6 Membuat Rute Evakuasi Pengunjung

Berdasarkan hasil observasi dan keadaan lapangan, maka ditentukan rute evakuasi yang akan dilalui oleh pengunjung hotel.

3.5.7 Menghitung Kecepatan Evakuasi Individual

Perhitungan kecepatan individual penghuni asrama didasari oleh rumus yang ada pada NFPA 1995 (Method To Calculate The Travel Time).

3.5.8 Densitas penghuni

Untuk mengetahui kecepatan standar, diperlukan densitas penghuni perlantai, yaitu jumlah penghuni dibagi dengan luas jalur evakuasi yang tersedia.

Dimana :

D = Densitas

P = Jumlah penghuni m2 = Luas rata-rata koridor

D= p/m

2

(43)

3.5.9 Kecepatan Individual

Dari densitas penghuni kita dapat mengetahui kecepatan individual penghuni, sebagai berikut:

Tabel 3.2 Karakteristik setiap variabel terhaadap kondisi dan jenis fasilitas Jenis Fasilitas Kondisi Densitas Kecepatan

Orang

Arus Spesifik

Tangga (turun) Rendah <1,9 1,0 0,54

Optimall 1,9 to 2,7 0,50 0,94

Sedang 2,7 to 3,2 0,28 0,77

Hancur >3,2 0,3 0,42

Tangga (naik) Rendah <1,9 0,8 0,43

Optimall 1,9 to 2,7 0,40 0,75

Sedang 2,7 to 3,2 0,22 0,62

Hancur >3,2 0,10 0,32

Koridor Rendah <1,9 1,4 0,76

Optimall 1,9 to 2,7 0,70 1,3

Sedang 2,7 to 3,2 0,39 1,10

Hancur >3,2 0,18 0,55

(44)

3.5.10 Asumsi

Terdapat asumsi yang dilakukan agar pemahaman studi kasus lebih jelas.

1. Semua proses evakuasi melalui rute jalur evakuasi utama

2. Jumlah penghuni di lantai 6 yaitu 78 orang pegawai dan 1 orang sekuriti Jumlah penghuni di lantai 5 diasumsikan 200 orang karena di lantai 5 tidak ada kios melainkan hanya ada bioskop dan 1 restaurant

Jumlah pengunjung di lantai 3,2,1 dan lantai dasar (tidak ada lantai 4) di asumsikan sebanyak 500 orang karena di setiap lantai terdapat lebih dari 130 kios dan setiap kios biasanya dihuni oleh lebih dari 1 penjual ditambah dengan pengunjung dan sekuriti yang bertugas di setiap lantai sehingga didapatkan angka 500 sebagai asumsi yang ideal.

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Komponen Jalur Evakuasi Pada Millenium ICT Center

Berikut ini merupakan hasil observasi dari prasarana jalur evakuasi yang ada pada millenium ITC Center kota medan.

4.1.1 Analisis sarana jalur evakuasi

Adapun sarana dan prasarana jalur evakuasi menurut SNI 03-1745-2000 meliputi (a) Tangga kebakaran, (b) Titik kumpul, (c) Pintu kebakaran, (d) Penanda, dan (e) Pengeras suara. Adapun sumber lain yang digunakan sebagai pembanding yaitu Peraturan Mentri PU, yang pada umumnya sama dengan yang di tuliskan pada SNI dan juga menurut ahli James Patterson,dalam bukunya yang berjudul Simplified Design For Building Fire Safety tahun 1993.

4.1.1.1 Koridor

Sarana koridor pada Millenium ICT Center sudah memenuhi standart yang telah di tentukan untuk pusat perbelanjaan yaitu memiliki lebar >2,6 meter . Pada koridor juga tidak terdapat titik mati dan koridor juga dilengkapi dengan tanda penunjuk yang jelas walaupun tanda penunjuk di beberapa koridor terhalang oleh pamflet-pamflet retail toko sehingga tidak kelihatan dan akses koridor dalam bangunan juga hanya melayani pengunjung ataupun pedagang untuk berjalan atau melakukan kegiatan promosi, koridor tidak diperkenankan untuk digunakan sebagai sarana penyaluran barang-barang kebutuhan penyewa.

(46)

Gambar 4.1. Koridor pada bangunan Millennium ICT Centre

(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Tabel 4.1 Analisa Koridor Millennium ICT Centre

No Persyaratan M ANTM TM keterangan

1 Koridor tersempit harus memiliki lebar tidak kurang dari 2,6 meter

√ Lebar koridor

jalan keluar Millenium ICT Center selebar

3m dimana

sudah memenuhi persyaratan lebar koridor

2 Akses keluar disusun dengn tidak

diperkenankan adanya titik mati (koridor buntu) pada koridor yang panjangnya lebih

Tidak terdapat titik mati (koridor buntu) pada koridor Millenium ICT Center

(47)

No Persyaratan M ANTM TM keterangan 3 Akses koridor

dalam bangunan tidak melayani penyaluran barang barang besar kebutuhan

penyewa bangunan.

Tidak terapat akses

penyaluran barang-barang besar di dalam koridor

Millenium ICT Center

Sehingga di dapat:

M = 2 x 3 = 6 ANTM = 1 x 0 = 0 TM = 0 x 0 = 0

Y = Nilai tertinggi x jumlah point

= 2 x 3

Y = 6

Indeks % = 6/6 x 100

= 100%

Ket:

M = Memenuhi

ANTM = Ada Namun Tidak Memenuhi

TM = Tidak Memenuhi

4.1.1.2 Tangga kebakaran

Terdapat 3 tangga kebakaran pada bangunan Millenium ICT Center dimana 2 di antaranya berada di dalam bangunan dan tidak memiliki pelindung seperti shaft, pintu dan, dinding yang tahan terhadap api. Sehingga kedua tangga kebakaran yang berada di sisi utara bangunan ini tidak aman dijadikan sebagai jalur pengevakuasian karena ketika terjadi kebakaran asap api dapat menjangkau area tangga kebakaran dan tangga juga tidak langsung menuju ke area luar bangunan sehingga dapat menjebak orang-orang jika kebakaran sudah menjalar keseluruh bagian bangunan di lantai yang berada di bawahnya.

(48)

Tangga yang terakhir berada di luar bangunan dan memiliki dinding pelindung dan pintu kebakaran namun lebar tangga kurang dari lebar tangga minimum yang sudah di tentukan

Gambar 4.2 Syarat Tangga Sumber : SNI 03-1746-2000

Gambar 4.3 tangga kebakaran pada Millenium ICT Center Sumber : dokumentasi pribadi

(49)

Tabel 4.2 Analisa tangga kebakaran Millennium ICT Centre

No Persyaratan M ANTM TM Keterangan

1 Tangga terbuat dari konstruksi

beton/baja yang memiliki tahan Api selama 2 jam.

Tangga kebakaran pada Millenium ICT Center terbuat dari beton namun tidak terproteksi dari api dan asap karena tidak memiliki dinding pelindun dan beton tidak tahan api selama 2 jam.

2 Memiliki tebal dinding minimum 15cm dan memiliki tahan api selama 2 jam

Tebal dinding 15cm namun tiak tahan api selama 2 jam

3 Lebar tangga minimum 120cm

Pada Millenium ICT Center terdapat 2 tangga kebakaran dimana satu diantaranya memiliki luas sesuai dengan standart yaitu 150 cm dan yang lain tidak memenuhi standart yaitu hanya 100 cm 4 Didalam dan di

depan tangga di beri alat

penerangan sebagai petunjuk arah ke tangga dengn daya otomatis atau emergency.

Tangga kebakaran belum semua memiliki penerangan

Sehingga di dapat:

M = 2 x 0 = 0 ANTM = 1 x 4 = 4 TM = 0 x 0 = 0

Y = Nilai tertinggi x jumlah point

= 2 x 4

(50)

Y = 8

Indeks % = 4/8 x 100

= 50%

Ket:

M = Memenuhi

ANTM = Ada Namun Tidak Memenuhi

TM = Tidak Memenuhi

4.1.1.3 Pintu Darurat

Dari hasil analisis pintu kebakaran Millenium ICT Center diketahui bahwa jumlah pintu darurat pada Millenium ICT Center ada 2 buah, yaitu pada sisi utara dan timur laut bangunan. pintu terbuat dari bahan besi dan berwarna merah yang sesuai dengan standart pada SNI. Pintu pertama di bagian utara sudah memenuhi standar namun pintu darurat yang kedua yang berada di bagian timur laut tidak dilengkapi dengan kaca tahan api serta memiliki tinggi dibawah tinggi rata-rata manusia. pintu juga tidak bisa dibuka dan berada pada pojokkan jalan sehingga tidak diketahui pasti apa sebenarnya fungsi pintu tersebut.

Gambar 4.4 pintu darurat pada Millenium ICT Center

(51)

Tabel 4.3 Analisa pintu kebakaran Millennium ICT Centre

No Persyaratan M ANTM TM keterangan

1 Pintu harus berbahan besi dan dapat bertahan sekurang-

kurangnya 2 jam

Pintu kebakaran pada Millenium ICT Center berbahan besi yang tahan terhadap api

2 Harus di

lengkapi dengan minimall 3 engsel

Pintu kebakaran hanya dilengkapi dengan 2 engsel

3 Harus dilengkapi dengan alat pintu penutup otomatis (door closer)

Pintu dilengkapi alat penutup pintu otomatis

4 Harus di

lengkapi dengan tuas atau tangkai pembuka pintu yang berada di ruang tangga

Pintu kebakaran di bagian utara memiliki tuas di bagian pintu yang berada di ruang tangga.

Sedangkan pintu kebakaran di bagian sisi timur laut bangunan tidak memiliki tuas dan bahkan tidak dapat di buka

(52)

No Persyaratan M ANTM TM keterangan 5 Pintu di lengkapi

dengan tanda peringatan

“TANGGA KEBAKARAN – TUTUP KEMBALI”

Tanda peringatan hanya bertuliskan

“TANGGA KEBAKARAN”

6 Dilengkapi dengan kaca tahan api dengan luas minimum 1m2 dan diletakkan di setengah bagian atas dari daun pintu

Pintu darurat di bagian utara dilengkapi

dengan kaca

tahan api

berukuran 20cm x 15cm sedangkan pintu darurat di bagian sisi timur laut bangunan tidak memiliki kaca tahan api

7 Pintu harus berwarna merah

√ Pintu darurat

berwarna merah

Sehingga di dapat:

M = 2 x 2 = 4 ANTM = 1 x 5 = 5 TM = 0 x 0 = 0

Y = Nilai tertinggi x jumlah point

= 2 x 7

Y = 14

Indeks % = 9/14 x 100

= 64,3%

Ket:

M = Memenuhi

(53)

4.1.1.4 Penanda

Menurut SNI penanda dimaksudkan untuk mempermudah penghuni untuk menyelamatkan diri dengan cepat. Kata eksit pada penandabisa di sesuaikan dengan bahasa lokal namun harus tetap mudah untuk di pahami dan kata eksit pada penandajuga memiliki standar ukuran yang telah di tentukan. Tanda eksit harus memiliki tanda panah yang mengarah ke jalur evakuasi, dan tanda panah tersebut harus menyala. Setiap tanda eksit juga harus di terangi lampu.

Pada Millenium ICT Center penulisan dan ukuran penandasudah memenuhi standar dan sudah memiliki penunjuk arah. Namun penandabelum di terangi oleh lampu.

Gambar Syarat Petunjuk Arah Sumber : SNI 03-6574-2001

Gambar 4.5 penandapada Millenium ICT Center Sumber : dokumentasi pribadi

(54)

Tabel 4.4 Analisa penandaMillennium ICT Centre

No Persyaratan M ANTM TM keterangan

1 Disetiap tanda

“eksit” terdapat tanda panah yang mengarah ke jalur

evakuasi, tana panah tersebut harus menyala

Penandapada bangunan sudah berada di posisi yang mudah terihat dan memiliki tanda panah penunjuk arah

2 Setiap tanda

“eksit” harus di terangi oleh lampu

Penandatidak di lengkapi dengan pencahayaan buatan

Sehingga di dapat:

M = 2 x 1 = 2 ANTM = 1 x 0 = 0 TM = 0 x 1 = 0

Y = Nilai tertinggi x jumlah point

= 2 x 2

Y = 4

Indeks % = 2/4 x 100

= 50%

Ket:

M = Memenuhi

ANTM = Ada Namun Tidak Memenuhi

TM = Tidak Memenuhi

4.1.1.5 Pengeras Suara

Tidak ada pengeras suara khusus untuk keadaan darurat yang di letakkan di tangga kebakaran. Pengeras suara pada bangunan Millennium ICT Centre hanya digunakan untuk sistem informasi gedung.

(55)

Tabel 4.5 Analisa Pengeras Suara pada bangunan Millennium ICT Centre

No Persyaratan M ANTM TM keterangan

1 Ada ditiap lantai

Pengeras suara ada di tiap lantai karna digunakan sebagai alat informasi gedung 2 Ada di tangga

kebakaran √

Pengeras suara tidak ada yang

di pasang

khusus pada tangga

kebakaran

Sehingga di dapat:

M = 2 x 1 = 2 ANTM = 1 x 0 = 0 TM = 0 x 1 = 0

Y = Nilai tertinggi x jumlah point

= 2 x 2

Y = 4

Indeks % = 2/4 x 100

= 50%

Ket:

M = Memenuhi

ANTM = Ada Namun Tidak Memenuhi

TM = Tidak Memenuhi

4.1.1.6 Titik Kumpul

Titik kumpul berada tepat di depan pintu masuk utama Millenium ICT Center. Titik kumpul ini berada pada area parkir kendaraan roda empat, dan kurang terlihat karena tingginya peletakan tanda titik kumpul dan juga tertutup oleh baliho-baliho dan papan iklan.

(56)

Tabel 4.6. Analisa titik kumpul Millennium ICT Centre

No Persyaratan M ANTM TM keterangan

1. Ketersediaan areal/ruang terbuka yang cukup memadai.

Titik kumpul utama berada pada area parkir gedung sehingga mengurangi ruang dan susah dikenali karena papan tanda titik kumpul tidak terlihat jelas.

Dan titik kumpul kedua memiliki ruang yang cukup

memadai.

2. Mudah diakses oleh korban bencana maupun penolong

Titik kumpul utama mudah diakses untuk korban dan penolong karna beraa di depan

bangunan langsung dan dekat dengan jalan masuk.

Sedangkan titik kumpul kedua mudah di akses oleh korban dan penolong

(57)

No Persyaratan M ANTM TM keterangan 3. Cukup terlindung dari

jangkauan bahaya langsung atau tidaklangsung dari bencana

Kedua titik kumpul cukup terlindung dari jangkauan bahaya api dan asap

4. Ketersediaan tempat naungan/ruang sementara terutama bagi kelompok rentan (lansia, bayi, ibu hamil, difable)

Tiak ada ruangan untuk kelompok rentan pada titik kumpul

5. Adanya kemudahan akses

mobilisasi(perpindahan kelokasi yang lebih aman) secara cepat.

Mobilisasi pada titik kumpul

mudah karna merupakan daerah yang dekt dengan jalan

6. Ketersediaan sarana komunikasi memadai yang terhubungan dengan struktur

organisasi kedaruratan.

Tidak ada srana yang terhubung dengan struktur organisasi kedaruratan 7. Ketersediaan sarana

pertolongan pertama (emergency kits)

Tidak ada emergency kits pada titik kumpul

8. Ketersediaan peta jalur evakuasi yang mudah dibaca dan dipahami secara cepat.

Tidak ada peta jalur evakuasi pada titik kumpul

(58)

Sehingga di dapat:

M = 2 x 2 = 4 ANTM = 1 x 2 = 2 TM = 0 x 4 = 0

Y = Nilai tertinggi x jumlah point

= 2 x 8

Y = 16

Indeks % = 6/16 x 100

= 37,5%

Ket:

M = Memenuhi

ANTM = Ada Namun Tidak Memenuhi

TM = Tidak Memenuhi

4.1.1.7 Manajemen Penanggulangan Kebakaran Gedung

Adapun Management penanggulangan kebakaran Pada Millenium ICT Center sudah disusun dalam SOP (Standart Operating Procedure)-PM.OPR-01 dimana segala prosedur penanggulangan kebakaran pada Millenium ICT Center sudah tertulis dengan lengkap dan jelas.

4.1.1.8 Simulasi Kebakaran

Simulasi ini di lakukan sebagai suatu bentuk penanggulangan kebakaran oleh pihak managemen Millenium ICT Center dimana setiap petugas keamanan maupun staff gedung di latih agar mereka tau apa peran dan apa yang harus mereka lakukan ketika terjadi bencana seperti kebakaran ataupun gempa. Dan juga agar mereka terlatih untuk selalu siap siaga terhadap bencana dan juga lihai dalam mengurangi dampak negatif kebakaran ketika kebakaran ataupun gempa terjadi. Simulasi ini dilakukan dua kali dalam setahun dan melibatkan seluruh

(59)

Tabel 4.7 Manajemen Penanggulangan Kebakaran Gedung No Peraturan Tindakan M AN

TM T M

keterangan 1

Rencana Strategi Tindakan Darurat/Fire Emergency Plan (FEP)

1. Menyusun program penanganan

terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung secara

berkesinambungan.

Millennium ICT Centre sudah memiliki program penanganan bahaya kebakaran yang berke- sinambungan yakni berupa pelatihan penanggulang an kebakaran yang rutin di lakukan setiap 6 bulan sekali

2. Menyusun program peningkatan

personil.

program peningkatan personil berupa ikut sertanya beberapa pihak dalam pelatihan dan dalam proses pelaksanaan penanggulang an kebakaran seperti

kepolisian dan pemadam kebakaran

(60)

3. Melaksanakan kegiatan dengan tujuan diperolehnya unsur keamanan total terhadap bahaya kebakaran

Melaksananak an kegiatan berupa simulasi kebakaran setiap 6 bulan sekali.

4. Mengkoordinasikan pelaksanaan

penanggulangan dan pengendalian

kebakaran pada saat terjadi kebakaran.

√ Semua pihak

yang terkait sudah memiliki perannya masing- masing dalam pelaksanaan penanggulang an dan pengendalian kebakaran pada saat terjadi kebakaran 5. Menyusun Standar

Operasi Prosedur untuk setiap tindakan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung

√ Millenium

ICT Center sudah memiliki Standar Operasi Prosedur untuk setiap tindakan pengamanan terhadap bahaya kebakaran.

No Peraturan Tindakan M AN TM

T M

keterangan

(61)

Tindakan M AN TM

T M

Keterangan 6. Menyusun dan

mendokumentasikan laporan mengenai pelaksanaan MPK.

Millenium ICT Center sudah

Menyusun dan mendokument asikan laporan mengenai pelaksanaan MPK 2 Prosedur

Operasional Standar (POS)

1. POS harus dimiliki oleh setiap

bangunan gedung, khususnya bangunan gedung umum, perhotelan,

perkantoran, pusat belanja dan rumah sakit

Millenium ICT Center sudah memiliki Prosedur Operasional Standar (POS) 2. Setiap bangunan

gedung harus memiliki

kelengkapan POS, antara lain

mengenai:

pemberitahuan awal, pemadam kebakaran manual, pelaksanaan evakuasi,

pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran, dan sebagainya

Millenium ICT Center sudah memiliki kelengkapan POS sesuai dengan standart yang di tuliskan No Peraturan

(62)

Tindakan M AN TM

T M

Keterangan 3. POS dapat diganti

dan atau disempurnakan sesuai dengan kondisi saat ini dan antisipasi kondisi yang akan datang

Millenium ICT Center sudah melakukan penyempurnaa n pada POS sesuai dengan kondisi saat ini dan antisipasi kondisi yang akan dating 4. POS harus

dikoordinasikan dengan instansi pemadam

kebakaran, minimall dengan Pos

Kebakaran setempat

Millenium ICT Center sudah

memiliki POS namun belum di

koordinasikan dengan

instansi pemadam kebakaran No Pelatihan

Personil

1. Penanggung jawab TPK, Kepada Bagian Teknik Pemeliharaan, Kepala Bagian Keamanan, Tim Pemadam Api (TPA), Tim

Evakuasi Kebakaran (TEK), Tim

Penyelamat Kebakaran (TPK) dan Tim

Pengamanan (TP)

Belum ada pelatihan pemadaman kebakaran yang

diselenggaraka n oleh Diklat Instansi Pemadam Kebakaran setempat No Peraturan

(63)

Tindakan M AN TM

T M

Keterangan mengikuti pelatihan

pemadaman kebakaran yang diselenggarakan oleh Diklat Instansi Pemadam Kebakaran setempat

2. Tim

Penanggulangan Bahaya Kebakaran (TPBK), minimall sekali dalam 3 (tiga) bulan

menyelenggarakan pertemuan untuk mendiskusikan secara internal masalah-masalah yang menyangkut kesiapan seluruh anggota TPK dalam penanggulangan bahaya kebakaran

Sudah

menyelenggar akan

pertemuan untuk

mendiskusikan secara internal masalah- masalah yang menyangkut kesiapan seluruh anggota TPK dalam

penanggulang an bahaya kebakaran.

3. TPK, minimall sekali dalam 6 (enam) bulan menyelenggarakan latihan

penyelamatan kebakaran yang diikuti oleh seluruh penghuni bangunan.

Sudah

menyelenggar akan latihan penyelamatan kebakaran yang diikuti oleh seluruh penghuni bangunan setiap 6 bulan sekali.

No Peraturan

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka berpikir
Gambar 2.1 : Struktur Organisasi Tanggap Darurat Bencana (Emergency  Respond Team)
Tabel 2.1 WTO Code of good practice SNI
Tabel 3.2  Karakteristik setiap variabel terhaadap kondisi dan jenis fasilitas  Jenis Fasilitas  Kondisi  Densitas  Kecepatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat itu, Yang Arya Upasena, putera Vanganta, telah meninggalkan kehidupan duniawi, dan ia berpikir: Suatu keuntungan bagi saya menjadi murid Sang Bhagavâ, yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat peningkatan hasil belajar aspek kognitif peserta didik SMA N 1 Tempel dan SMA N 2 Sleman yang memperoleh

(listener) yang lain, 3) Tidak mudah bagi mahasiswa untuk dapat mengemukakan pendapatnya terkait kasus yang harus dipecahkan karena dibutuhkan pengetahuan yang banyak

PEMBINAAN BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA.. Khoirul Anwar yang lahir pada tahun 1978 tepatnya di Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri merupakan

Efektivitas biaya produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara meminimalkan penyimpangan biaya produksi yang terjadi,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis serangga hama utama yang menyerang tanaman kedelai berdasarkan 10 jenis varietas kedelai yang diuji dengan membandingkan

Dari 53,3% pasien yang merasa Perawat dapat berkomunikasi dengan Efektif dikarenakan antara lain; Jumlah pasien rawat inap perharinya yang belum terlalu banyak

tiga varietas tembakau Virginia tidak mempengaruhi intensitas serangan TMV, perbedaan varietas berpengaruh terhadap parameter jumlah daun sedangkan pemberian