• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI BERDASARKAN ERGONOMI SAAT MELAKUKAN PENCABUTAN GIGI OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI BERDASARKAN ERGONOMI SAAT MELAKUKAN PENCABUTAN GIGI OLEH MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT FKG USU"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI BERDASARKAN ERGONOMI SAAT MELAKUKAN PENCABUTAN GIGI OLEH

MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT FKG USU

SKRIPSI

Oleh :

AYUNI ALFIYANDA PANE (100600031)

Pembimbing :

HENDRY RUSDY, DRG., SP.BM. M.KES.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial

Tahun 2014

Ayuni Alfiyanda Pane

Evaluasi Berdasarkan Ergonomi Saat melakukan Pencabutan Gigi Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut FKG USU.

x + 40 halaman

Kesehatan gigi dan mulut tidak bisa lepas dari profesi dokter gigi. Di lain pihak, banyak masyarakat yang mengabaikan kesehatan gigi dan mulutnya. Potensi bahaya dalam praktik kedokteran gigi dapat dari berbagai aspek salah satunya ergonomi. Ergonomi adalah disiplin pekerja dan hubungan mereka dengan lingkungan kerja mereka. Keberhasilan penerapan ergonomi menjamin produktivitas kerja yang tinggi dan menghindari terkenanya penyakit serta meningkatnya kepuasan antara pekerja sedangkan aplikasi yang tidak berhasil di sisi lain menyebabkan berbagai bahaya kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU dalam melakukan pencabutan gigi sudah sesuai dengan ergonomi. Penelitian ini merupakan observasional deskriptif. Jumlah responden sebanyak 30 orang dengan teknik pengambilan sample purposive sampling. Berdasarkan dari hasil uji deskriptif

(3)

didapatkan seluruh responden penelitian melakukan persiapan sebelum pencabutan gigi dengan benar. Posisi responden saat melakukan pencabutan gigi seperti gambar yang dengan benar di atas rata-rata 75%. Pada penelitian ini masih ada responden yang salah dalam memegang tang, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan ketidaktelitian responden dalam melakukan pencabutan dan masih ada responden yang tidak melakukan melebarkan bibir dan pipi pasien karena kurangnya ketelitian dalam melakukan pencabutan gigi. Sebagai kesimpulan didapatkan adanya responden yang melakukan pencabutan sesuai ergonomi, namun didapatkan juga beberapa responden yang tidak menerapkan egonomi dalam melakukan pencabutan. Sehingga dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang ergonomi agar tidak menimbulkan kelainan musculoskeletal disorder (MSDs).

Daftar rujukan : 25 (1999 – 2014)

(4)

EVALUASI BERDASARKAN ERGONOMI SAAT MELAKUKAN PENCABUTAN GIGI OLEH

MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT FKG USU

SKRIPSI

Oleh :

AYUNI ALFIYANDA PANE (100600031)

Pembimbing :

HENDRY RUSDY, DRG., SP.BM. M.KES.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 28 April 2014 Pembimbing:

Tanda Tangan

Hendry rusdy, drg., Sp.BM, M.Kes NIP: 19800517 200312 1 005

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan penguji pada tanggal 28 April 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Indra Basar Siregar, drg.,M.Kes

ANGGOTA : 1. Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM 2. Abdullah, drg.

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu ayah (Sofyan Pane) dan ibu (Siti Chadijah) yang telah merawat, mendidik dan memberikan dukungan baik moril maupun materil, semangat dan dorongan yang tak henti-hentinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada kaka penulis Mirna Afriyani Pane,S.ked dan adik Dinda Hardiyanti Pane, Mulia Hariyani Pane, Rahmat Mulia Fadliyan Pane, Azis Syahputra dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Eddy Ketaren,drg.,Sp.BM. selaku Ketua Departemen Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Hendry Rusdy,drg.,Sp.BM. M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi dan meluangkan waktu dalam membimbing serta mengarahkan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Nurdiana,drg.,Sp.pm selaku Penasehat Akademik atas bimbingan, perhatian, nasehat dan dukungan kepada penulis selama perkuliahan.

5. Seluruh staf di Departemen Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas kesediaannya menerima penulis untuk menyelesaikan skripsi di Departemen Bedah Mulut.

(8)

6. Sahabat terbaik penulis Ahmad Riandy Harahap, Febie Lulu K, Adelina R., Alfina S., Sri Handayani, Zia, Cut, Fahlia, yuyun, rani, risky puspita, erwinda lina, zulmi atas kasih sayang, bantuan, semangat dan dorongan yang diberikan dalam suka dan duka, dan semua teman-teman angkatan 2010 lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melaksanakan penelitian penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu, masyarakat dan FKG USU.

Medan, 28 April 2014 Penulis,

(Ayuni Alfiyanda Pane) 100600031

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... . 3

1.3 Tujuan Penelitian ... . 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Ergonomi ... 4

2.2 Pencabutan Gigi ... 5

2.3 Penerapan Ergonomi ... 5

2.3.1 Kursi dokter ... 6

2.3.2 Kursi pasien ... 8

2.3.3 Posisi dan teknik kerja ... 8

2.3.3.1 Persiapan dokter dan pasien ... 8

2.3.3.2 Posisi saat pencabutan gigi berdasaran ergonomi ... 9

2.3.3.3 Teknik pencabutan berdasarkan ergonomi ... 11

2.4 Dampak Tidak Menerapkan Ergonomi ... .. 15

2.4.1 Jenis-jenis musculoskeletaldisorder (MSDs) ... 16

2.4.1.1 Sakit pada tulang belakang bagian bawah... 16

2.4.1.2 Sakit pada tulang belakang bagian atas ... 16

2.4.1.3 Sakit pada tangan dan pergelangan tangan ... 16

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 20

3.2.2 Waktu Penelitian ... 20

(10)

3.3 Populasi dan Sampel... 20

3.3.1 Populasi Penelitian ... 20

3.3.2 Sampel Penelitian ... 20

3.4 Variabel Penelitian ... 21

3.4.1 Variabel Bebas ... 21

3.4.2 Variabel Terikat ... 21

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 21

3.6 Metode Pengumpulan Data... .... 21

3.7 Pengolahan Data... 22

3.8 Hasil Ukur dan Skala Pengukuran ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Kategori Observasi Ergonomi Saat Pencabutan gigi ... 23

4.2 Persiapan Sebelum Pencabutan Gigi ... 23

4.3 Pencabutan Gigi Anterior Rahang Atas ... 24

4.4 Pencabutan Gigi Posterior Kanan Rahang Atas ... 26

4.5 Pencabutan Gigi Posterior Kiri Rahang Atas ... 27

4.6 Pencabutan anterior rahang Atas ... 29

4.7 Pencabutan Gigi Posterior kanan Rahang Bawah ... 30

4.8 Pencabutan Gigi Posterior Kiri Rahang Bawah ... 32

BAB 5 PEMBAHASAN 33 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 36 6.1 Kesimpulan ... 36

6.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor yang mempengaruhi ergonomi... 5

2. Tempat duduk ... 6

3. Posisi duduk dokter gigi ... 7

4. Posisi badan yang buruk ... 7

5. Posisi badan yang baik ... 8

6. Persiapandokter ... 9

7. Posisi dokter saat ekstraksi semua gigi kecuali gigi posterior kanan bawah ... 10

8. Posisi dokter saat ekstraksi gigi posterior kiri bawah ... 10

9. Posisi dokter saat ekstraksi gigi posterior kanan bawah... 11

10. Pencabutan gigi insisivus rahang atas ... 12

11. Pencabutan gigi kaninus rahang atas ... 12

12. Pencabutan gigi premolar rahang atas ... 12

13. Pencabutan gigi molar rahang atas ... 13

14. Pencabutan gigi insisivus rahang bawah ... 13

15. Pencabutan gigi kaninus rahang bawah ... 14

16. Pencabutan gigi premolar rahang bawah ... 14

17. Pencabutan gigi molar rahang bawah ... 14

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Variabel dan defenisi operasional ... 21

2. Kategorik pengetahuan menurut Irham Mahfoedz ... 22

3. Kategori hasil observasi ergonomi saat pencabutan gigi secara keseluruhan ... 23

4. Kategori responden mengenai persiapan sebelum pencabutan gigi ... 23

5. Hasil persiapan sebelum pencabutan gigi ... 24

6. Kategori responden pencabutan gigi anterior rahang atas ... 24

7. Pencabutan gigi anterior rahang atas ... 25

8. Kategori responden pencabutan gigi posterior kiri rahang atas ... 26

9. Posisi saat pencabutan gigi posterior kanan rahang atas ... 26

10. Kategori responden pencabutan gigi posterior kiri rahang atas ... 27

11. Posisi saat pencabutan gigi posterior kiri rahang atas . ... 28

12. Kategori responden pencabutan gigi anterior rahang bawah ... 29

13. Posisi saat pencabutan gigi anterior rahang bawah ... 29

14. Kategori responden pencabutan gigi poterior kanan rahang bawah ... 30

15. Posisi saat pencabutan gigi posterior kanan rahang bawah ... 31

16. Kategori responden pencabutan gigi posterior kiri rahang bawah ... 32

17. Posisi saat pencabutan gigi posterior kiri rahang bawah . ... 32

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Observasi 2. Diagram 3. Riwayat hidup

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut tidak bisa lepas dari profesi dokter gigi. Di lain pihak, banyak masyarakat yang mengabaikan kesehatan gigi dan mulutnya. Hal ini dibuktikan pada Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2010 bahwa 63%

penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut atau (karies gigi dan penyakit jaringan penyangga). Sedangkan berdasarkan data dari profil kesehatan di Sumatera Utara tahun 2006 tercatat rasio dokter gigi sebesar 4,03/100.000 (jumlah drg sekarang 510 orang), ada peningkatan sebesar 2,37/100.000 penduduk dari tahun 1994/1995, sedangkan target Indonesia Sehat 2010 kebutuhan tenaga dokter gigi di Propinsi Sumatera Utara adalah 11/100.000 penduduk sehingga dapat diartikan Sumatera Utara sampai dengan tahun 2010 masih membutuhkan tenaga dokter gigi sebanyak 6,97/100.000 penduduk (sekitar 881 orang). Fakta ini merupakan tantangan terbesar bagi seorang dokter gigi agar bekerja lebih keras untuk mengimbangi. Namun justru sebaliknya akan mempertinggi resiko bahaya untuk kesehatan dan keselamatan seorang dokter gigi.1,2

Potensi bahaya dalam praktik kedokteran gigi dapat dari berbagai aspek, mulai dari penyakit-penyakit infeksi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gangguan psikososial dan ergonomi.1 Masalah-masalah ini dapat dihindari dengan meningkatkan posisi dalam bekerja, memeriksa instrumen sebelum digunakan serta kerja yang baik untuk mengurangi stres dalam bekerja (Jabbar, 2008). Baru-baru ini, ergonomi telah menjadi sangat populer. Istilah ini telah digunakan dengan sebagian besar profesi namun paling sering pada profesi dokter gigi. Ergonomi adalah disiplin pekerja dan hubungan mereka dengan lingkungan kerja mereka. Ini mencakup banyak konsep yang berbeda seperti, bagaimana dokter gigi memposisikan diri dan pasien mereka, bagaimana mereka menggunakan peralatan dan bagaimana dampak pada kesehatan dokter gigi itu sendiri.3

(15)

Dalam bahasa Yunani, ergo berarti bekerja dan nomos berarti hukum atau sistem alam. Oleh karena itu ergonomi adalah ilmu terapan yang bersangkutan dengan prosedur untuk keselamatan. Desain ergonomi yang tepat diperlukan untuk mencegah cedera yang berulang, yang dapat berkembang dari waktu ke waktu dan dapat menyebabkan cacat jangka panjang.3,4

Keberhasilan penerapan ergonomi menjamin produktivitas kerja yang tinggi dan menghindari terkenanya penyakit serta meningkatnya kepuasan antara pekerja sedangkan aplikasi yang tidak berhasil di sisi lain menyebabkan berbagai bahaya kesehatan. Hal ini diperlukan untuk menjaga postur dalam kerja serta instrument yang digunakan dokter gigi dalam bekerja harus dengan karakteristik kerja yang memadai.5 Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara postur saat melakukan praktik klinis dengan timbulnya nyeri di berbagai otot pada badan.6 Smith dkk. menemukan bahwa dokter gigi rentan terhadap penyakit atau cedera dari sistem otot rangka, paling umum terjadi pada bagian belakang yang diikuti oleh leher, bahu dan tangan.7 Valachi dkk. juga membuktikan korelasi antara adanya nyeri dan postur badan dalam praktek diantaranya dikarenakan mengangkat siku terlalu tinggi, bekerja dengan tangan yang dekat dengan wajah pasien dan bekerja untuk waktu yang lama.8 Sebuah studi yang dilakukan oleh British Dental Association pada tahun 1963, mengungkapkan bahwa pada sampel dari 2.288 dokter gigi, 49% menderita nyeri punggung.9

Walaupun pencabutan gigi merupakan salah satu tindakan bedah minor yang paling sering dilakukan oleh para praktisi di bidang kedokteran gigi dalam praktik sehari-hari, tetapi kemungkinan salah satu kesulitan dalam pencabutan gigi dapat terjadi. Pencabutan gigi dapat dilakukan dengan prosedur yang sederhana.10

Melihat pentingnya ergonomi dalam melakukan pencabutan gigi, maka hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan evaluasi ergonomi saat melakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU.

(16)

1.2 Rumusan Masalah

Apakah mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU dalam melakukan pencabutan gigi sudah berdasarkan ergonomi?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui evaluasi berdasarkan ergonomi saat melakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut FKG USU.

2. Untuk mengetahui apakah mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU mengetahui mengenai ergonomi saat melakukan pencabutan gigi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi bagi Departemen Bedah Mulut FKG USU dalam perbaikan terhadap ergonomi dalam bekerja agar mendapatkan hasil yang optimal pada pekerjaan dokter gigi. Hal ini dapat di capai dengan menguasai pengetahuan dan teknik kerja.

2. Informasi bagi tenaga kesehatan mengenai pentingnya ergonomi dalam praktik kedokteran gigi, khususnya dalam melakukan pencabutan gigi.

3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti, dan sebagai bahan perbandigan antara praktik dengan teori yang ada.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Ergonomi

Alat dan lingkungan kerja, jika tidak dirancang dengan baik akan dapat menyebabkan ketidaknyamanan, tidak efisien, dan tidak efektif. Untuk memperoleh suatu cara, sikap, alat, dan lingkungan kerja yang sehat dan aman diperlukan kemampuan dan pertimbangan manusia. Tujuannya untuk kenyamanan tanpa menimbulkan kelainan.11

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon berarti kerja dan nomos berarti hukum. Definisi ergonomi menurut Occupational Safetyand Health Administration (OSHA) adalah hubungan manusia dengan lingkungan kerja yang tidak mengakibatkan suatu gangguan. Secara garis besarnya ergonomi berarti terciptanya sistem kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi manusia.12

Ergonomi juga merupakan studi dan analisis mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia selama melakukan pekerjaan. Unsur-unsur ergonomi yang harus dibahas sangat berkaitan dengan lingkungan kerja, posisi setiap personilnya, peralatan gigi serta kolaborasi antara dokter gigi dan asisten dokter gigi dalam Four Handed Dentistry.12,13

Faktor risiko ergonomi bekerja yang terlalu lama, pekerjaan berulang-ulang, dan posisi duduk yang tidak baik.14 Risiko yang khususnya untuk dokter gigi yaitu berkembangnya gangguan muskuloskeletal yang melibatkan saraf, tendon dan otot harus dikurangi dengan mengubah perilaku dalam bekerja untuk efisiensi maksimum dan keamanan dengan dampak yang positif bagi dokter gigi. 15,16

Tujuan ilmu ergonomi dapat memberikan peranan pada banyak hal dalam rangka mencapai tujuan yang positif dan sebagai suatu pemecahan masalah yang praktis terdapat dalam aspek kehidupan manusia.11

(18)

Gambar 1. Faktor yang mempengaruhi ergonomi.3

2.2 Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan penyangga sehingga luka bekas pencabutan akan sembuh secara normal.17

Dokter gigi harus mengusahakan agar setiap pencabutan gigi yang dilakukan merupakan suatu tindakan yang ideal. Untuk mencapai tujuan itu, dokter gigi harus menyesuaikan teknik-tekniknya untuk menghadapi kesulitan dan komplikasi yang mungkin timbul akibat pencabutan dari tiap-tiap gigi.17

2.3 Penerapan Ergonomi

Melalui kemajuan ergonomi yang telah dibuat bertahun-tahun, dokter gigi mampu memodifikasi dan mengoptimalkan lingkungan kerja. Beberapa yang dikatakan ergonomi dalam kedokteran gigi terdiri dari penggunaan kursi dokter, kursi pasien, instrumentasi dan posisi serta teknik kerja yang baik akan memberikan langkah untuk keseimbangan yang baik dalam bekerja.18

ERGONOMI Dokter gigi ideal

Pelatihan pada kerja

Desain alat Keseimbangan dan

latihan

Lingkungan kerja

(19)

2.3.1 Kursi dokter

Mangharam, 1998 menunjukkan bahwa dokter gigi yang duduk 80-100% per harinya, berada pada peningkatan risiko nyeri punggung. Lama duduk di kursi dengan posisi yang salah menyebabkan faktor kelelahan otot dan nyeri punggung.18

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kursi bergerak hampir setiap menit sepanjang perawatan, sebagai dokter gigi harus terus menyesuaikan posisi untuk meningkatkan kinerja kerja. Oleh krena itu, dokter gigi harus mampu mempertahankan tekanan berulang.18

Gambar 2. Tempat duduk18

Sudut antara tulang belakang dan paha antara 90-110o. Sudut kurang dari 90º dan sudut lebih besar dari 110 º memberikan perasaan seperti tergelincir dari kursi.

Seorang dokter gigi harus dapat bekerja dengan posisi duduk yang baik dimana paha mereka sejajar dengan lantai dan kaki berada dalam posisi didukung sepenuhnya.18

(20)

Gambar 3. Posisi duduk dokter gigi.3

Gambar 4. Posisi badan yang buruk.19 110o

(21)

Gambar 5. Posisi badan yang baik.19

2.3.2 Kursi pasien

Ketika pasien duduk, rongga mulut pasien diposisikan sejajar dengan jantung dokter gigi. Memposisikan rongga mulut lebih tinggi dari jantung akan membatasi pandangan dan meningkatkan kelelahan bahu pada dokter.18 Pencabutan gigi rahang atas sebaiknya dilakukan pada posisi pasien relatif lebih tinggi. Pencabutan gigi rahang bawah dengan penempatan pasien relatif lebih rendah.20

2.3.3 Posisi dan teknik kerja

2.3.3.1 Persiapan dokter dan pasien

Dokter gigi harus mencegah terjadinya cedera atau penularan infeksi kepada pasien mereka atau untuk diri mereka sendiri. Konsep kewaspadaan universal menyatakan bahwa semua pasien harus dilihat sebagai pemilik penyakit melalui darah yang dapat ditularkan kepada dokter dan pasien lain. Untuk mencegah penularan ini, topi bedah, sarung tangan dan masker diperlukan. Sebelum pasien dilakukan perawatan, sebuah alas steril harus diletakkan di dada pasien untuk mengurangi resiko kontaminasi. Sebelum ekstraksi, pasien dapat disarankan untuk

(22)

berkumur dengan antiseptik seperti larutan khlorhexidin. Hal ini dapat mengurangi kontaminasi bakteri dalam mulut pasien untuk beberapa derajat, yang dapat membantu mengurangi kejadian infeksi pasca operasi.21

Gambar 6. Persiapan dokter.22 2.3.3.2 Posisi saat pencabutan gigi berdasarkan ergonomi

Posisi pasien dan dokter gigi sangat penting dalam keberhasilan pencabutan gigi . Posisi yang baik merupakan kenyamanan bagi pasien dan dokter gigi. Posisi yang benar memungkinkan dokter gigi untuk menjaga posisi lengan dan memberikan stabilitas serta dukungan, tetapi dokter gigi harus menjaga pergelangan tangan dengan lurus untuk memberikan tenaga ke lengan dan bahu.21,23

Untuk pencabutan gigi rahang atas, kursi harus dimiringkan kebelakang sehingga dataran oklusal tepat pada 60o dari lantai serta penempatan pasien relatif lebih tinggi dan untuk pencabutan rahang bawah kursi lebih tegak dari rahang atas dan penempatan pasien relatif lebih rendah. Menaikkan kaki pasien pada saat yang bersamaan membantu meningkatkan kenyamanan pasien.20,21,23

(23)

Gambar 7. Posisi dokter saat ekstraksi semua gigi kecuali gigi posterior kanan bawah17

Selama operasi pada semua gigi kecuali gigi posterior kanan bawah dokter gigi berdiri pada depan samping kanan pasien (Gambar. 7). 17

Gambar 8. Posisi dokter saat ekstraksi gigi posterior kiri bawah17

(24)

Gambar 9. Posisi dokter saat ekstraksi gigi posterior kanan bawah17

Pada saat ekstraksi gigi posterior kanan bawah, operator berada dibelakang pasien agar memperoleh posisi kerja yang optimal (Gambar. 9).17

2.3.3.3 Teknik pencabutan berdasarkan ergonomi

Teknik penggunaan elevator atau tang yang efektif tergantung pula pada retraksi pipi atau bibir dan stabilitas prosesus alveolaris. Teknik memegang tang dengan Pinch grasp dan dibantu dengan tangan kiri memegang prosesus alveolaris diantara ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang bebas.20

a. Gigi rahang atas

Untuk ekstraksi gigi rahang atas , jari telunjuk kiri dokter gigi harus melebarkan bibir dan jaringan pipi, jempol harus terletak pada proses alveolar palatal. Dengan cara ini tangan kiri mampu melebarkan jaringan lunak pipi dan menstabilkan kepala pasien.21,23

(25)

Gambar. 10. Pencabutan gigi insisivus rahang atas.21

Gambar. 11. Pencabutan gigi kaninus rahang atas.20

Gambar. 12. Pencabutan gigi premolar rahang atas.21

(26)

Gambar 13. Pencabutan gigi molar rahang atas..21

b. Gigi rahang bawah

Pada saat mencabut gigi rahang bawah, jari telunjuk tangan kiri di bukal dan jari kedua di lingual dengan cara ini tangan kiri mampu melebarkan jaringan lunak pipi dan menstabilkan kepala pasien dan ada juga dokter gigi pada saat pencabutan gigi di bantu dengan asisten untuk menyingkap pipi dan bibir pasien.20,22

Gambar 14. Pencabutan gigi insisivus rahang bawah.21

(27)

Gambar. 15. Pencabutan gigi kaninus rahang bawah.20

Gambar. 16. Pencabutan gigi premolar rahang bawah.21

Gambar. 17. Pencabutan gigi molar rahang bawah.20

(28)

2.4 Dampak Tidak Menerapkan Ergonomi

Desain ergonomi diperlukan untuk mencegah cedera yang berulang, yang dapat berkembang dari waktu ke waktu dan dapat mengakibatkan kecacatan jangka panjang. Ergonomi bersangkutan dengan efisiensi lingkungan kerja dokter gigi yang memperhitungkan kemampuan dan keterbatasan untuk memastikan bahwa kondisi lingkungan masing-masing dokter gigi baik.3

Kesehatan muskuloskeletal dari dokter gigi telah menjadi subjek dari berbagai penelitian di seluruh dunia dan fokus mereka pada rasa sakit yang dialami oleh dokter gigi, karena pekerjaan mereka di daerah sempit, perawatan gigi yang dilakukan, dengan ketidakfleksibelan postur kerja.3

Sakit punggung adalah keluhan yang paling umum diikuti dengan nyeri leher dan nyeri bahu, meskipun keluhan itu semua biasanya ringan. Kebanyakan dokter gigi pada saat ini bekerja diposisi duduk dan melakukan perawatan pada pasien dalam posisi sedikit terlentang. Posisi duduk membuat sedikit perbedaan dalam seberapa sering dokter gigi mengalami rasa sakit. Bila para dokter gigi duduk, nyeri yang terjadi tidak hanya dibelakang punggung mereka, tetapi juga pada leher, bahu dan lengan mereka.3

Beberapa gejala gangguan Musculoskeletal disorder (MSDs):3

• Kelelahan yang berlebihan pada bahu dan leher

• Kesemutan dan rasa terbakar

• Pegangan lemah dan kram tangan

• Mati rasa dijari dan tangan

2.4.1 Jenis-jenis musculoskeletal disorder (MSDs)

Faktor-faktor yang mendorong kearah MSDs terjadi pada beberapa orang dan sebagian lagi terjadi dari waktu terpaparnya. Gejala MSDs terlihat dalam berbagai bentuk. Hal tersebut mempersulit mengidentifikasi penyebab awal terjadinya MSDs hingga timbul gejala yang jelas. Lokasi timbulnya gejala menjadi salah satu ciri adanya MSDs, seperti pada tulang punggung, tangan dan pergelangan.25

(29)

2.4.1.1 Sakit pada tulang belakang bagian bawah

Beberapa orang akan merasakan sakit tulang belakang pada beberapa titik di dalam kehidupannya. Mereka merasakan sakit tulang belakang pada bagian bawah untuk kedua kalinya sebagai alasan utama untuk melakukan perawatan medis.. Hal itu sudah diperkirakan dan insidensi timbulnya Lower Back Pain (LBP).

Hal lain yang terpisah tetapi terkait dengan sakit tulang belakang bagian bawah adalah cedera tulang belakang. Ini biasanya terjadi secara akut, peristiwa mendadak sakit tulang belakang berhubungan dengan suatu peristiwa yang spesifik.

Cedera seperti itu pada umumnya tidak dianggap sebagai MSDs yang dihubungkan dengan gerakan berulang. Meskipun demikian, ada juga cedera seperti itu yang menyebabkan rasa sakit apabila melakukan gerakan berulang tertentu.25

2.4.1.2 Sakit pada tulang belakang bagian atas

Beberapa individu melaporkan adanya rasa sakit pada tulang belakang bagian atas dan tengah. Tentu saja trauma atau cedera dari ketegangan bisa menyebabkan rasa nyeri. Meski struktur-struktur dari tulang belakang jarang cedera, tetapi beberapa kondisi-kondisi seperti osteoporosis dapat mempengaruhi kondisi spesifik seperti tekanan yang mematahkan. Tulang thorax sering dilibatkan dalam skoliosis yang idiopatik. Hal ini kemudian dapat berkembang menjadi kondisi yang menyakitkan.

Mungkin hal tersebut merupakan penyebab yang sering timbul pada bagian pertengahan tulang belakang. Beberapa usaha rehabilitasi harus melibatkan otot-otot yang besar, termasuk peregangan, dan perhatian pada postur tubuh.25

2.4.1.3 Sakit pada tangan dan pergelangan tangan

MSDs dari tangan dan pergelangan tangan dapat terjadi dalam bermacam- macam bentuk seperti, cedera karena ketegangan, trauma mikro karena pekerjaan berulang, sindrom penggunaan berlebih, dan kelainan karena tekanan yang berulang.

Hal dominan yang menjadi penyebab kelainan gerakan berulang adalah gerakan- gerakan pembelokan dan perluasan dari pergelangan tangan dan jari-jari. Faktor-

(30)

faktor lain terjadinya cedera pada tangan dan pergelangan tangan termasuk gerakan- gerakan di mana pergelangan tangan itu menyimpang dari posisi netral menjadi posisi yang abnormal ataupun tidak biasa bekerja untuk periode waktu yang lama tanpa istirahat, pekerjaan yang membutuhkan kekuatan berlebih dan penggunaan dari instrumen-instrumen yang bergetar seperti dental handpieces.25

(31)

2.5 Kerangka Teori

Ergonomi

Pencabutan Gigi Tinjauan Ergonomi

Pengertian

Penerapan

Kursi Dokter Kursi Pasien Posisi dan

Teknik Kerja Posisi Saat Pencabutan Gigi Berdasarkan Ergonomi

Jenis-jenis musculoskletal disorder (MSDs)

Sakit Pada Tulang Belakang Bagian Bawah Sakit Pada Tulang Belakang

Bagian Atas Sakit Pada Tangan dan

Pergelangan Tangan Dampak Tidak

Menerapkan ergonomi

Persiapan Dokter dan Pasien

Teknik Pencabutan Gigi Berdasarkan Ergonomi

(32)

2.6 Kerangka Konsep

Mahasiswa Kepaniteraan Klinik di Departemen Bedah Mulut FKG

Posisi Kerja Pencabutan Gigi Pasien

Evaluasi Posisi Kerja Pencabutan Gigi

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan tentang evaluasi berdasarkan ergonomi saat melakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU secara objektif.

3.2 Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Departemen Bedah Mulut FKG USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini di mulai pada bulan Juli 2013 sampai 3 maret 2014.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU yang melakukan pencabutan gigi selama dua bulan di mulai dari tanggal 3 januari 2014 sampai dengan 1 maret 2014.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut FKG USU yang melakukan pencabutan gigi selama dua bulan di mulai dari tanggal 3 januari 2014 sampai dengan 1 maret 2014 (purposive sampling).

(34)

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Vaiabel Bebas : individu (Mahasiswa)

3.4.2 Variabel Terikat : Ergonomi

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

Tabel 1. Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional

Ergonomi Ergonomi merupakan hubungan

manusia dengan lingkungan kerja yang tidak mengakibatkan suatu gangguan.

Pencabutan Gigi Pencabutan gigi adalah pengangkatan gigi dari soketnya.

Tipe gigi Tipe gigi manusia yang berjenis

insisivus, kaninus, premolar dan molar.

3.6 Metode pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara melakukan pengamatan langsung kepada responden. Pengamatan yang dilakukan berhubungan dengan ergonomi saat melakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa kepaniteraan klinik.

(35)

3.7 Pengolahan data

Data yang diperoleh akan diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.8 Hasil Ukur dan Skala Pengukuran

Pengetahuan responden terhadap evaluasi berdasarkan ergonomi saat melakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa kepaniteraan klinik Bedah Mulut FKG USU dengan observasi berjumlah 30 responden. Jawaban yang benar diberi nilai 1;

dan jawaban salah diberi nilai 0. Maka jumlah skor benar untuk seluruh pertanyaan yang diberikan adalah 30. Kemudian jumlah skor setiap responden dihitung dengan rumus:26

𝑃𝑃 = 𝐹𝐹/𝑁𝑁 × 100%

P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang benar N = hal yang diobservasi

Karena skala pengukuran yang digunakan adalah skala kategorik, maka hasil persentase skor setiap responden dikategorikan sebagai berikut.26

Tabel 2. Kategorik Pengetahuan Menurut Irham Mahfoedz (2009)26

Baik Bila responden mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh pertanyaan.

Cukup Bila responden mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan.

Kurang Bila Responden mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh pertanyaan.

(36)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Kategori Observasi Ergonomi Saat Pencabutan Gigi

Tabel 3. Kategori hasil observasi ergonomi saat pencabutan gigi secara keseluruhan

Kategori Jumlah Persentase

Baik 24 80%

Cukup 6 20%

Kurang - -

Total 30 % 100%

Dari hasil observasi secara keseluruhan penelitian ini menunjukan responden yang melakukan pencabutan gigi berdasarkan ergonomi berada pada kategori baik 80%, cukup 20% dan kurang tidak ditemukan pada penelitian ini.

4.2 Persiapan Sebelum Pencabutan Gigi

Tabel 4. Kategori responden mengenai persiapan sebelum pencabutan gigi

Kategori Jumlah Persentase

Baik 30 100%

Cukup - -

Kurang - -

Total 30 100%

Dari hasil penelitian ini menunjukkan kategori responden dalam melakukan persiapan sebelum pencabutan gigi berada pada kategori baik 100% dan tidak ditemukan responden yang berada pada kategori cukup dan kurang.

(37)

Tabel 5. Hasil persiapan sebelum pencabutan gigi Persiapan sebelum

pencabutan

Benar Salah Total

Kategori

n % n % n %

Baju lab 30 100 0 0 30 100 Baik

Topi bedah 30 100 0 0 30 100 Baik

Masker 30 100 0 0 30 100 Baik

Sarung tangan 30 100 0 0 30 100 Baik

Dari hasil penelitian ini menunjukkan responden yang menggunakan jas lab dengan benar sebanyak 100%, topi bedah 100%, masker100%, sarung tangan 100%

dan tidak ditemukan pada penelitian ini responden yang salah dalam persiapan sebelum pencabutan gigi. Penelitian ini dilakukan berdasarkan urutan yang benar yaitu dimulai dari pemakaian baju jas lab, topi bedah, masker dan sarung tangan.

4.3 Pencabutan Gigi Anterior Rahang Atas

Tabel 6. Kategori responden pencabutan gigi anterior rahang atas

Kategori Jumlah Persentase

Baik 7 23,33%

Cukup 17 56,67%

Kurang 6 20%

Total 30 100%

Dari hasil penelitian ini menunjukkan responden mengenai pencabutan gigi anterior rahang atas berada pada kategori baik 23,33%, cukup 56,67%, dan yang memiliki kategori yang kurang 20%.

(38)

Tabel 7. Pencabutan gigi anterior rahang atas Posisi saat

pencabutan gigi

Benar Salah Total

Kategori

n % n % n %

Kursi pasien di miringkan ke belakang tepat pada sudut 60˚ dari lantai

13 43,33 17 56,67 30 100

Kurang

Posisi dokter seperti gambar

25 83,33 5 16,67 30 100

Baik

Tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp

23 76,66 7 23,34 30 100

Baik Tangan kiri

menyingkapkan bibir pasien

28 93,33 2 6,67 30 100

Baik

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa posisi saat pencabutan gigi anterior rahang atas kursi pasien di miringkan ke belakang tepat pada sudut 60˚ dari lantai dengan benar sebanyak 43,33% sedangkan yang salah sebanyak 56,67%, yang melakukan posisi dokter seperti gambar dengan benar sebanyak 83,33% sedangkan yang salah sebanyak 16,67%, yang menggunakan tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp dengan benar sebanyak 76,66% sedangkan yang salah sebanyak 23,34%, dan yang menggunakan tangan kiri menyingkapkan bibir pasien dengan benar sebanyak 93,33% sedangkan yang salah sebanyak 6,67%.

(39)

4.4 Pencabutan Gigi Posterior Kanan Rahang Atas

Tabel 8. Kategori responden pencabutan gigi posterior kiri rahang atas Kategori Jumlah Persentase Baik 8 26,67%

Cukup 18 60%

Kurang 4 13,33%

Total 30 100%

Dari hasil penelitian ini menunjukkan responden memiliki mengenai pencabutan gigi posterior kanan rahang atas berada pada kategori baik 26,67%, cukup 60%, dan responden yang memiliki kategori yang kurang 13,33%.

Tabel 9. Posisi saat pencabutan gigi posterior kanan rahang atas Posisi saat

pencabutan gigi

Benar Salah Total

Kategori

n % n % n %

Kursi pasien di miringkan ke belakang tepat pada sudut 60˚ dari lantai

14 46,66 16 53,34 30 100

Kurang

Posisi dokter seperti gambar

25 83,33 5 16,67 30 100

Baik

Tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp

26 86,66 7 13,34 30 100

Baik

(40)

Tangan kiri menyingkapkan bibir pasien

29 96,66 1 3,34 30 100

Baik

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa posisi saat pencabutan gigi poterior kanan rahang atas kursi pasien di miringkan ke belakang tepat pada sudut 60˚ dari lantai dengan benar sebanyak 46,66% sedangkan yang salah sebanyak 53,34%, yang melakukan posisi dokter seperti gambar dengan benar sebanyak 83,33% sedangkan yang salah sebanyak 16,67%, yang menggunakan tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp dengan benarsebanyak 86,66% sedangkan yang salah sebanyak 13,34%, dan yang menggunakan tangan kiri menyingkapkan bibir pasien dengan benar sebanyak 96,66% sedangkan yang salah sebanyak 3,34%.

4.5 Pencabutan Gigi Posterior Kiri Rahang Atas

Tabel 10. Kategori responden pencabutan gigi posterior kiri rahang atas Kategori Jumlah Persentase Baik 11 36,67%

Cukup 17 56,67%

Kurang 2 6,66%

Total 30 100%

Dari hasil penelitian ini menunjukkan responden mengenai pencabutan gigi posterior kiri rahang atas berada pada kategori baik 36,67%, cukup 56,67%, dan responden yang memiliki kategori yang kurang 6,67%.

(41)

Tabel 11. Posisi saat pencabutan gigi posterior kiri rahang atas Posisi saat

pencabutan gigi

Benar Salah Total

Kategori

n % n % n %

Kursi pasien di miringkan ke belakang tepat pada sudut 60˚ dari lantai

15 50 15 50 30 100

Kurang

Posisi dokter seperti gambar

26 86,66 4 13,34 30 100

Baik

Tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp

28 93,33 2 6,67 30 100

Baik Tangan kiri

menyingkapkan bibir pasien

30 100 0 0 30 100

Baik

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa posisi saat pencabutan gigi posterior kiri rahang atas kursi pasien di miringkan ke belakang tepat pada sudut 60˚ dari lantai dengan benar sebanyak 50% sedangkan yang salah sebanyak 50%, yang melakukan posisi dokter seperti gambar dengan benar sebanyak 86,66% sedangkan yang salah sebanyak 13,34%, yang menggunakan tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp dengan benar sebanyak 93,33% sedangkan yang salah sebanyak 6,67%, dan yang menggunakan tangan kiri menyingkapkan bibir pasien dengan benar sebanyak100% sedangkan yang salah tidak ditemukan.

(42)

4.6 Pencabutan Anterior Rahang Bawah

Tabel 12. Kategori responden pencabutan gigi anterior rahang bawah Kategori Jumlah Persentase

Baik 12 40%

Cukup 13 43,33%

Kurang 5 16,67%

Total 30 100%

Dari hasil penelitian ini menunjukkan responden yang mengenai pencabutan gigi anterior rahang bawah berada pada katogori baik 40%, cukup 43,33%, dan responden yang memiliki kategori yang kurang 16,67%.

Table 13. Posisi saat pencabutan gigi anterior rahang bawah Posisi saat

pencabutan gigi

Benar Salah Total

Kategori

n % n % n %

Kursi pasien di miringkan ke belakang sedikit agak tegak dari rahang atas

21 70 9 30 30 100

Cukup

Posisi dokter seperti gambar

23 76,66 7 23,34 30 100

Baik

Tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp

24 80 6 20 30 100

Baik

(43)

Tangan kiri menyingkapkan bibir pasien

29 96,66 1 3,34 30 100 Baik

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa posisi saat pencabutan gigi anterior rahang bawah kursi pasien di miringkan ke belakang sedikit agak tegak dari rahang atas dengan benar sebanyak 70% sedangkan yang salah sebanyak 30%, yang melakukan posisi dokter seperti gambar dengan benar sebanyak 76,66% sedangkan yang salah sebanyak 23,34%, yang menggunakan tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp dengan benar sebanyak 80% sedangkan yang salah sebanyak 20%, dan yang menggunakan tangan kiri menyingkapkan bibir pasien dengan benar sebanyak 96,66% sedangkan yang salah sebanyak 3,34%.

4.7 Pencabutan Gigi Posterior Kanan Rahang Bawah

Tabel 14. Kategori responden pencabutan gigi poterior kanan rahang bawah

Kategori Jumlah Persentase

Baik 13 43,33%

Cukup 17 56,67%

Kurang - -

Total 30 100%

Dari hasil penelitian ini menunjukkan responden yang mengenai pencabutan gigi posterior kanan rahang bawah berada pada kategori baik 43,33%, cukup 56,67%, dan tidak ditemukan responden yang memiliki kategori yang kurang.

(44)

Tabel 15. Posisi saat pencabutan gigi posterior kanan rahang bawah Posisi saat

pencabutan gigi

Benar Salah Total

Kategori

n % n % n %

Kursi pasien di miringkan ke belakang sedikit agak tegak dari rahang atas

19 63,33 11 36,67 30 100

Cukup

Posisi dokter seperti gambar

29 96,66 1 3,34 30 100

Baik

Tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp

24 80 6 20 30 100

Baik Tangan kiri

menyingkapkan bibir pasien

30 100 0 0 30 100

Baik

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa posisi saat pencabutan gigi posterior kanan rahang bawah kursi pasien di miringkan ke belakang sedikit agak tegak dari rahang atas dengan benar sebanyak 63,33% sedangkan yang salah sebanyak 36,67%, yang melakukan posisi dokter seperti gambar dengan benar sebanyak 96,66%

sedangkan yang salah sebanyak 3,34%, yang menggunakan tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp dengan benarsebanyak 80% sedangkan yang salah sebanyak 20%, dan yang menggunakan tangan kiri menyingkapkan bibir pasien dengan benar sebanyak100% sedangkan yang salah tidak ditemukan.

(45)

4.8 Pencabutan Gigi Posterior Kiri Rahang Bawah

Tabel 16. Kategori responden pencabutan gigi posterior kiri rahang bawah

Kategori Jumlah Persentase

Baik 14 46,67%

Cukup 13 43,33%

Kurang 3 10%

Total 30 100%

Dari hasil penelitian ini menunjukkan responden yang mengenai pencabutan gigi posterior kiri rahang bawah berada pada kategori baik 46,67%, cukup 43,33%, dan responden yang memiliki kategori yang kurang 10%.

Table 17. Posisi saat pencabutan gigi posterior kiri rahang bawah Posisi saat

pencabutan gigi

Benar Salah Total

Kategori

n % n % n %

Kursi pasien di miringkan ke belakang sedikit agak tegak dari rahang atas

22 73,33 8 26,67 30 100

Cukup

Posisi dokter seperti gambar

25 83,33 5 16,67 30 100

Baik

Tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp

24 80 6 20 30 100

Baik

(46)

Tangan kiri menyingkapkan bibir pasien

30 100 0 0 30 100

Baik

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa posisi saat pencabutan gigi posterior kiri rahang bawah kursi pasien di miringkan ke belakang sedikit agak tegak dari rahang atas dengan benar sebanyak 73,33% sedangkan yang salah sebanyak 26,67%, yang melakukan posisi dokter seperti gambar dengan benar sebanyak 83,33% sedangkan yang salah sebanyak 16,67%, yang menggunakan tangan kanan memegang tang dengan teknik pinch grasp dengan benar sebanyak 80% sedangkan yang salah sebanyak 20%, dan yang menggunakan tangan kiri menyingkapkan bibir pasien dengan benar sebanyak100% sedangkan yang salah tidak ditemukan.

(47)

BAB 5 PEMBAHASAN

Konsep kewaspadaan universal menyatakan bahwa semua pasien harus dilihat sebagai pemilik penyakit melalui darah yang dapat ditularkan kepada dokter dan pasien lain. Untuk mencegah itu maka standard operasional harus ditegakkan.21

Berdasarkan dari hasil uji deskriptif didapatkan seluruh responden penelitian melakukan persiapan sebelum pembedahan dengan benar. Dimana responden melakukan secara berurutan dimulai dari memakai baju lab, topi bedah, masker dan sarung tangan sebelum melakukan pencabutan ggi dengan parameter tersebut, pada penelitian ini telah melakukan dengan benar.

Ketika pasien duduk, hasil yang optimal akan tercapai apabila rongga mulut pasien diposisikan sejajar dengan jantung dokter gigi.18 Untuk pencabutan gigi rahang atas, kursi harus dimiringkan kebelakang sehingga dataran oklusal tepat pada 60o dari lantai sedangkan untuk pencabutan gigi di rahang bawah kursi harus dimiringkan kebelakang sedikit agak tegak lurus dari rahang atas.23 Pada penelitian ini masih ada sebagian responden yang tidak memposisikan kursi pasien dengan benar, sebab ada ada beberapa dental unit yang rusak, oleh sebab itu tidak bisa diposisikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang berada pada posisi seperti gambar tersebut sebanyak 83,3% pada pencabutan gigi anterior rahang atas, 76,66%

pada pencabutan gigi posterior kanan rahang atas, 86,66% pada pencabutan gigi posterior kiri rahang atas, 76,66% pada pencabutan gigi anterior rahang bawah, 96,66% pada pencabutan gigi posterior kanan rahang bawah dan 83,33% pencabutan gigi posterior kiri rahang bawah.Dalam hal ini posisi pencabutan gigi dengan benar di atas rata-rata 75% ini menunjukkan bahwa posisi sesuai ergonomi dapat meningkatkan kinerja kerja dan mengurangi adanya kelainan musculoskletal disorder (MSDs). Posisi pasien dan dokter gigi sangat penting dalam keberhasilan pencabutan gigi. Posisi yang baik merupakan kenyamanan bagi pasien dan dokter gigi sehingga memungkinkan dokter gigi untuk memiliki kontrol kekuatan yang maksimal. Posisi

(48)

yang benar memungkinkan dokter gigi untuk menjaga posisi lengan dan memberikan stabilitas serta dukungan.17,21,23

Pencabutan gigi pada kedua rahang dilakukan dengan menggunakan tangan kanan dengan teknik pinch grasp.20 Pada penelitian ini masih ada responden yang salah dalam memegang tang, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan ketidaktelitian responden dalam melakukan pencabutan.

Dalam posisi yang benar untuk ekstraksi gigi rahang atas, jari telunjuk kiri dokter gigi harus melebarkan bibir dan jaringan pipi, ibu jari harus terletak pada proses alveolar palatal. Pada saat mencabut gigi rahang bawah, jari telunjuk tangan kiri di bukal dan jari kedua adalah di lingual, menyingkapkan bibir dan pipi.21 Pada penelitan ini masih ada responden yang tidak melakukan melebarkan bibir dan pipi pasien karena kurangnya ketelitian dalam melakukan pencabutan gigi.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan 73,33% bahwa kategori yang melakukan pencabutan gigi dengan memperhatikan dental ergonomi. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vela Desai dkk. di India yang menunjukkan bahwa 67,7% dari total populasi dokter gigi di India yang tidak memperdulikan dental ergonomi saat merawat pasien, hanya 32,3% yang memperhatikan dental ergonomi. Hal ini mungkin saja akibat tingkat pengetahuan dokter gigi yang rendah akan pentingnya dental ergonomi terhadap kesuksesan dalam perawatan gigi pasien serta kesehatan dokter gigi sendiri. Terlihat dari hasil penelitian Lucia dkk. di Romania menunjukkan 25% dokter gigi merasa tidak tertarik terhadap pentingnya pendidikan tambahan mengenai dental ergonomi. 5,13

Keberhasilan ergonomi meningkatkan produktivitas kerja yang tinggi dan menghindari terkenanya penyakit. Dokter gigi rentan terhadap penyakit atau cedera dari sistem otot rangka. Dalam hal ini kesehatan muskuloskeletal dari dokter gigi telah menjadi subjek dari berbagai penelitian di seluruh dunia, karena pekerjaan mereka di daerah sempit.3,5,7

(49)

Beberapa gejala gangguan Musculoskeletal disorder (MSDs) yaitu kelelahan yang berlebihan pada bahu dan leher, kesemutan, rasa terbakar, pegangan lemah dan kram tangan. Pentingnya ergonomi dalam lingkungan kerja yang baik agar gejala yang timbul tidak mengakibatkan beberapa penyakit musculoskeletal seperti, Cedera pada leher dan bahu, Carpal Tunnel Syndrome-(CTS), Low back pain (LBP), Hal ini yang perlu diperhatikan agar dokter gigi melakukan pencabutan gigi berdasarkan ergonomi agar terhindar terkena penyakit tersebut.3

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Di dapatkan adanya responden yang melakukan pencabutan sesuai ergonomi, namun didapatkan juga beberapa responden yang tidak menerapkan ergonomi dalam hal tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang ergonomi agar tidak menimbulkan kelainan musculoskeletal disorder (MSDs).

6.2. Saran

Beberapa saran yang dapat di sampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dari penelitian yang sudah dilakukan bahwa pencabutan berdasarkan ergonomi dapat meningkatkan kinerja kerja dan mengurangi keluhan subjektif . Untuk itu di sarankan para dosen dan mahasiswa untuk memperhatikan posisi ergonomi saat melakukan pencabutan agar terjadi peningkatan kinerja.

2. Dari hasil penelitian ini di sarankan fakultas untuk dapat mengganti dental unit yang sudah rusak karena para dokter dan mahasiswa tidak dapat memposisikan sesuai ergonomi.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap populasi yang lebih luas, agar didapatkan tingkat validitas yang tinggi, sehingga evaluasi berdasarkan ergonomi saat melakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di Bedah Mulut FKG USU.

(51)

Daftar Pustaka

1. Edy S, Samad R. Aplikasi postur yang ergonomi dokter gigi selama perawatan klinis di kota Makasar. Dentika Dent J 2012; 17(1): 1.

2. Sulani F. Profil kesehatan provinsi Sumatera Utara. http://www.depkes.go.id/

(12 September 2013)

3. Sarkar PA, Shigli AL. Ergonomics in general dental practice. People’s Journal of Scientific Research 2012; 5(1): 56-8.

4. Sudarshan R, Ganesan SV. Ergonomics in dentistry a review. J Environ Occup Sci 2012; 1(2): 125-7.

5. Desai V, Pratik P, Sharma R. Ergonomics: a must for dentistry: a cross sectional study in verious parts of Northern India. Journal of dentofacial sciences 2012; 1(2): 1-2.

6. Chaikumarn M. Differences in dentists’ working postures when adopting proprioceptive derivation vs. conventional concept. International Journal of Occupational Safety and Ergonomics 2005; 11(4): 441-2.

7. Nevala N, Sormunen E, Remes J, Suomalainen K. Evaluations of ergonomics and efficacy of instruments in dentistry. The Ergonomics Open Journal 2013; 6:

6-8.

8. Roquelaure Y et al. Epidemiologic surveillance of upper-extremity muskuloskeletal disorders in the working populations. Arthritis and Reumatism (Arthritis Care & Research) 2006; 55(5): 765-6.

9. Sadig W. Ergonomics in dental practice. Pakistan Oral & Dent. Jr 2000; 20(2):

205-9.

10. Loekman M. Teknik dasar pencabutan gigi. JITEKGI 2006; 3(3): 82-3.

11. Wiradharma N. Praktikum odontektomi berorientasi ergonomi meningkatkan kinerja praktikan di jurusan Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. TESIS. Denpasar: Program Megister Program Studi Ergonomi- Fisiologi Kerja Program Pasca Sarjana, 2012: 7-8.

(52)

12. Andayasari L, Anorital. Gangguan muskuloskeletal pada praktik dokter gigi dan upaya pencegahannya. Media Libang Kesehatan 2012; 22(2): 70-5.

13. Barlean L, Danila I, Saveanu I. Dentist ergonomic knowledge and attitude in north-est region, Romania. Romanian Journal of Oral Rehabilitation 2012; 4(1):

40-1.

14. Leggat PA, Kedjarune U, Smith DR. Occupational health problems in modern dentistry: a review. Industrial Health 2007; 45: 611-5.

15. Szymanska J. Disorders of the musculoskeletal system among dentist from the aspect of ergonomics and prophylaxis. Ann Agric Environ Med 2002; 9: 168- 70.

16. Al Wazzan KA, Almas K, Al Shethri SE, Al Qathani MQ. Back and nack problems among dentist and dental auxillaries. The Jornal of Contemporary Dental Practice 2001; 2(3): 17-9.

17. Howe GL. Pencabutan gigi geligi. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1999: 1-3, 22-3.

18. Centre de Sante. Ergonomics and dental work. http://www.ohcow.on.ac/ (12 September 2013)

19. Valachi B. Ergonomics and injury in the dental office. Penwell Corp 2008: 28- 34.

20. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih bahasa. Purwanto, Basoeseno. 1st ed, Jakarta: EGC, 1996; 32-43.

21. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Oral and mmaxillofacial surgery. 5th ed, St.

Louis: Mosby Elsevier, 2008: 103-24.

22. Anonymous. Dental surgery aboard USS Eisenhower.

http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Dental_surgery_aboard_USS_Eisenhower,_

January_1990.JPEG(12 September 2013).

23. Petson, Ellis, Hupp, Tucker.Oral and mmaxillofacial surgery. 4th ed, St. Louis:

Mosby Elsevier, 2003: 125-131.

24. Cahyanto A. Aspek ergonomik di bidang kedokteran gigi.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/08/makalah_ergonomik_ari ef.pdf (20 januari 2014).

(53)

25. Machfoedz I. Metodologi penelitian bidang kesehatan, keperawatan, kebidanan, kedokteran. Yogyakarta: Fitramaya, 2009: 126.

(54)

LAMPIRAN 1 Observasi

Rahang Atas

Persiapan sebelum pencabutan gigi Keterangan Benar Salah Dokter gigi harus

memakai:

• Baju operasi lengan panjang atau Jas lab

• Topi bedah

• Masker

• Sarung tangan Posisi saat pencabutan gigi

- Anterior

I1

I 2

C

Pasien:

• Kursi pasien dimiringkan ke belakang sehingga dataran oklusal tepat pada sudut 60o dari lantai.

Dokter:

• Posisi dokter seperti gambar di samping

• Tangan kanan memegang tang dengan

teknik pinch grasp

• Tangan kiri menyingkapkan bibir

pasien

(55)

Posterior kanan

P1 P2

M1

M2 M3

- Posterior kiri

P1

P2

M1

M2

M3

Pasien:

• Kursi pasien dimiringkan ke belakang sehingga dataran oklusal tepat pada sudut 60o dari lantai.

Dokter:

• Posisi dokter seperti gambar di samping

• Tangan kanan memegang tang dengan

teknik pinch grasp

• Tangan kiri menyingkapkan bibir

dan pipi pasien Pasien:

• Kursi pasien dimiringkan ke belakang sehingga dataran oklusal tepat pada sudut 60o dari lantai.

Dokter:

• Posisi dokter seperti gambar di samping

• Tangan kanan

memegang tang dengan teknik pinch grasp

• Tangan kiri menyingkapkan bibir

dan pipi pasien

(56)

Rahang Bawah Posisi saat pencabutan gigi

• Posisi

- Anterior

I1 I 2

C

- Posterior kanan

Keterangan Benar Salah

Pasien:

• Kursi pasien dimiringkan ke belakang sedikit agak

tegak dari rahang atas.

Dokter:

• Posisi dokter seperti gambar di samping

• Tangan kanan memegang tang dengan

teknik pinch grasp

• Tangan kiri menyingkapkan bibir

pasien

Pasien:

• Kursi pasien dimiringkan ke belakang sedikit agak

tegak dari rahang atas.

Dokter:

• Posisi dokter seperti gambar disamping

• Tangan kanan memegang tang dengan

teknik pinch grasp

(57)

P1

P2 M1 M2

M3

- Posterior Kiri

P1 P2 M1

M2

M3

• Tangan kiri menyingkapkan pipi

dan bibir pasien

Pasien:

• Kursi pasien dimiringkan ke belakang sedikit agak

tegak dari rahang atas.

Dokter:

• Posisi dokter seperti gambar disamping

• Tangan kanan memegang tang dengan

teknik pinch grasp

• Tangan kiri menyingkapkan pipi

dan bibir pasien

(58)

LAMPIRAN 2

(59)

LAMPIRAN 3

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Ayuni Alfiyanda Pane Tempat/Tanggal Lahir : Medan/06Agustus 1992 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pertahanan villa permata indah blok B 22 medan

Orangtua :

Ayah : Sofyan Pane

Ibu : Siti Chadijah

Riwayat Pendidikan : 1. TK Muzdalifah Medan 1996

2. SD Pembangunan 1998

3. Mts Hubbulwathan 2004

4. SMAPlus Al Azhar Medan 2007 5. Fakultas Kedokteran Gigi USU 2010

Referensi

Dokumen terkait

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan

Gambar 3.3 Proses pengukuran tekanan darah pada pekerja di

​ Conclusion: ​ Obesity and prolonged shock were risk factors of dengue hemorrhagic fever death in children.. Improve education to parents about high risk of shock syndrome

Pada percobaan lanjutan tahun kedua (2010), pengaruh residu dan pemberian kapur tambahan sebagai perawatan tanah sebesar 25% takaran yang diberikan pada tahun pertama, dengan

yellow, white or red. Each device consisted of three 8-cm-long strands of the same colour of polypropylene twine tied together at one end with clear tape. These were suspended from

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan berat badan lahir (R= 0,409), terdapat pengaruh tingkat anemia terhadap

Untuk itu diminta agar Saudara membawa semua asli dokumen persyaratan kualifikasi. Demikian surat ini disampaikan untuk menjadi perhatian dan kami ucapkan

Penulisan Ilmiah kali ini membahas tentang bagaimana membuat sebuah aplikasi Tools yang dapat membantu seorang pengguna atau khususnya bagi yang ingin mengetahui atau