• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KHUSUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TINJAUAN KHUSUS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Moh Yusup Mubarok / 41206110003 30 BAB III

TINJAUAN KHUSUS III.1. Pengertian Tema

III.1.1.Pengertian Konstektual

 Konstektual diartikan sebagai tidak memungkinkan sebuah obyek ada disuatu tempat tanpa menindahkan obyek-obyek yang sudah ada ditempat itu terlebih dahulu.Hal itu sejalan dengan asal katanya, yaitu “konteks” yang berarti “semua yang mendahului hadirnya sesuatu”.4

 Istilah “Kontekstual” bila diartikan dalam bahasa indonesia adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi keterkaitan. Dengan kata lain kontekstual bisa diartikan adanya keterkaitan antara sesuatu dengan sesuatu yang lainnya.5

 Kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan mengaitkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, kontekstualisme merupakan sebuah ide tentang perlunya tanggapan terhadap lingkungannya serta bagaimana menjaga dan menghormati jiwa dan karakter suatu tempat.6

Kontekstual merupakan suatu hal yang penting dalam arsitektur, karena arsitektur bukanlah obyek yang berdiri sendiri, melainkan harus menjadi suatu kesatuan harmonis dengan sekitarnya. Keberadaannya harus memberikan keseimbangan, tidak hanya mengambil tetapi juga memberi pada lingkungannya.

4

Buku Panduan Seminar dan loka karya Kontekstualisme dalam Arsitektur dan Urban, Budi Sukada,Yogyakara,1993

5

(2)

Moh Yusup Mubarok / 41206110003 31

6

Architecture in Context, Brent C.Brolin , New York 1980

III.1.2.Sejarah Lahirnya Kontekstual

Sekitar pertengahan tahun 1960 Kontekstualisme muncul memperkenalkan diri sebagai metode pengobatan lingkungan yang semakin putus hubungan dengan sejarah ataupunakar budayanya (Yuswadi Saliya, 1989).Yang dimana bagian demi bagian lingkungan itu seolah-olah melangkah sendiri-sendiri ke tujuan masing-masing.

III.1.3.Pengertian Arsitektur Kontekstual

Mengemukakan keterkaitan antara bentuk dan penampilan bangunan baru dengan karakteristik bangunan-bangunan yang terdapat dilingkungan setempat. Bisa dengan menjadikannya selaras ataupun kontras dengan lingkungan sekitar tapi tetap mengedepankan tujuan dari kontekstual itu sendiri.7

III.2.Teori Pendukung

III.2.1.Contextual Architecture, oleh Keith Ray Salah satu pendekatan kontekstual, yang meliputi :

 Alteration, yaitu adaptasi tampak bangunan lama dengan fungsi baru, tanpa melakukan perubahan.

 Infill, dapat diterapkan pada lahan dengan karakter tertentu dan teratur sehingga penyelesaian rancangannya bersifat detail.8

III.2.2.Architecture In Context, oleh Brent C Brolin

Contextual Architecture berkaitan dengan gaya, kesulitan yang akan

timbul dalam menentukan hubungan bangunan eksisting dengan bangunan baru, dengan waktu dan gaya yang berbeda

(3)

Moh Yusup Mubarok / 41206110003 32

7

Artikel Kontekstual dalam Arsitektur, Puspamentari.wordpress.com 8

Insertation menambah tanpa merobohkan, mila ardina

Upaya simpatik untuk dapat mempertautkan bangunan lama dengan bangunan baru ditempuh dengan cara :

 Mengenali motif-motif desain setempat

 Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama dan kemudian diatur kembali sehingga terlihat memiliki bentuk yang berbeda.

 Mengabtrasikan bentuk-bentuk aslinya

 Mencari bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual yang mendekati sama.9

III.2.3.Context and Contrast, oleh R. Heyman & A.Jaszweski

Designing in context, merupakan desain yang memiliki kaitan-kaitan

visual dengan lingkungan sekitarnya, sehingga menciptakan efek visual yang menyeluruh dan menyatu. Bangunan baru selayaknya memperkuat dan meningkatkan karakter lingkungan pola-pola setempat.

III.2.4.Urban Renewal Eric Owen Moss

Arsitektur harus ikut dalam pembaharuan suatu kawasan. Adanya pandangan baru dimana arsitektur yang baik layak untuk dijadikan bahan pertimbangan, adapun ciri dari desain Eric Owen Moss dalam mendesain atau merenovasi suatu bangunan,antara lain :

Conflik the object

Konflik dalam desain bangunannya antara object satu dengan pre/post object, Bangunan eksisting, sejarah membangun suatu motion sehingga ruang didalamnya juga memiliki motion (membangun motion dalam arsitektur)

(4)

Moh Yusup Mubarok / 41206110003 33

9

Hotel Bisnis, Skripsi Ary Rahman, UMB

Dialog with their Context

Desain bangunan moss tidak hanya sebuah bangunan yang memperhatikan lingkungan saja melainkan bangunan mampu beradptasi dengan lingkungan sekitar.

Unique Desain

Bangunannya tidak monochromatic dengan bangunan lainnya  Exitement and Touch of Mistery

Desain bangunan Moss memberikan kegembiraan dan seperti menambahkan suatu stimulus dan impilis pada lingkungan dan masyarakat sekitar

Equilibrium meskipun ingin memberikan conflict antara object yang ada

dengan pre / post object, Moss menginginkan adanya keseimbangan antara keduanya, memori dari masa lalu pada bangunan lama dengan creative Impulse dari hasil rancangan baru.10

III.2.5.Menurut Bill Raun

Kontekstual menekankan bahwa sebuah bangunan harus mempunyai kaitan dengan lingkungan (bangunan yang berada disekitarnya)

Seperti apa yang disampaikan Romo Manguna Wijaya dalam buku (Wastu citra:2) “Yang namanya hidup itu adalah lebur jiwa raga dan batinnya..ibarat sebuah bejana dan isinya...bila bejana tanpa isi, sia-sia disebut bejana..tidak ada guna dan artinya..begitu juga isi tanpa bejana,sungguh suatu yang mustahil...untuk hidup yang sejati tentu membutuhkan bejana dan isinya..yang terutama kedua-duanya..”.11

(5)

Moh Yusup Mubarok / 41206110003 34

10

nsertion menambah tanpa merobohkan, milla ardiani 11

Wastu citra, Hal.1.(Terjemahan Dari Bahsa Jawa), YB. Mangun Wijaya

III.3.Prinsip Konstektualisme Dalam Arsitektur

Konstektualisme sering disebut dengan urbanisme tumbuh diantara isme-isme dalam arsitektur dan urban desain.Stuart Cohan dan Steven Hurt yang pertama kali memperkenalkan Konstektualisme di Comell University, menyatakan bahwa konstektualisme bermaksud memeluk spirit/jiwa bangunan-bangunan tua dengan lingkungannya yang bersejarah kedalam desain baru, bukan bentuknya.

Pada hakekatnya kontekstualisme dalam arsitektur adalah persoalan keserasian dan kesinambungan visual, memory dan makna dari urban fubric. Prinsip kontektualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang lebih luas.12

III.4.Perwujudan Arsitektur Kontekstualisme

Bangunan kontekstual dapat diwujudkan dalam 2 golongan antara lain :  Contras (Kontras/berbeda)

Kontras sangat berguna dalam menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik, namun yang perlu diingat bahwa kontras dapat dianalogikan sebagai bumbu yang dipakai dalam takaran secukupnya dan hati-hati.  Harmony (Harmoni/selaras)

Lingkungan menuntut keserasian/keselarasan, sehingga bangunan baru lebih menghargai dan memperhatikan lingkungan dimana bangunan itu berada, dari pada menyaingi karakter bangunan yang sudah ada.

12

(6)

Moh Yusup Mubarok / 41206110003 35 III.5.Pendekatan-pendekatan Arsitektur Kontekstual Dalam Desain

 Pendekatan kontekstualisme melalui style (segi arsitektur)

Menyelaraskan formalisme bangunan baru (melalui eksplorasi kesamaan gaya bangunan) yang bersebelahan dengan bangunan lama atau lingkungan lama yang memiliki style arsitektur tertentu sehingga kontinyunitas visual terjada (fitting new building with the old).

 Pendekatan kontekstualisme melalui interaksi sosial

Interaksi sosial antara bangunan dengan lingkungan sekitar dapat dilakukan dengan ruang (fasilitas) publik yang mudah diakses oleh pengunjung.Kemudian sebagai efek visual interaksi sosial, dapat dilakukan dengan dibuatkan sebuah amphitater terbuka sebagai elemen pengikat antara masa bangunan dalam tapak dengan lingkungan.13

III.6.Study Empiris

Maksud dari study ini diharapkan penulis mendapatkan suatu referensi dari objek – objek atau bangunan yang sudah berdiri yang ada keterkaitannya dengan judul dan tema laporan.

Untuk itu penulis melakukan 2 study banding yang dimana dikategorikan ke dalam sebuah bangunan dengan desain arsitektur kontekstual dan sebuah bangunan dengan desain apartemen pada bangunan konservasi.

13

(7)

Moh Yusup Mubarok / 41206110003 36 III.6.1.Keterkaitan dengan tema (museum sunami-aceh darussalam),Arsitek Ridwan

Kamil.14

Gambar 45.Perspective Museum

Bangunan itu terlihat megah pada lahan seluas satu hektar. Dari sudut jauh lapangan Blang Padang, Banda Aceh, sekilas tampak seperti perahu lengkap cerobong asapnya. Dinding seperti anyaman bambu.Mendekat dan masuk ke dalamnya, tiang-tiang kokoh menopang bangunan seperti konsep rumah tradisional Aceh. Itulah land mark kedua Kota Banda Aceh setelah Masjid Raya. Sebuah museum yang dibangun untuk mengenang tsunami yang menggada Aceh, 26 Desember 2004 silam. Letaknya berhadapan dengan lapangan Blang Padang.

Gambar 46.Tampak atas museum

Desainnya, lantai pertama museum merupakan ruang terbuka, sebagaimana rumah tradisional orang Aceh. Selain dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik, jika terjadi banjir atau tsunami lagi, maka air yang datang, tidak akan terhalangi lajunya. Tak hanya itu, unsur

tradisional lainnya berupa Seni Tari Saman,

diterjemahkan dalam kulit luar bangunan eksterior. Sementara, denah bangunan merupakan analogi dari epicenter sebuah gelombang laut tsunami.

Museum yang dibangun dengan dana sekitar Rp 70 miliar, juga mengandung nilai-nilai religi. Seperti ruang yang disebut ‘The Light of God”. Ruang yang berbentuk sumur silinder ini, menyorotkan cahaya ke atas sebuah lubang dengan tulisan arab Allah. Dinding sumur silinder juga dipenuhi nama-nama para korban tsunami Aceh, 26 Desember 2004. Dari luar jauh, akan terlihat seperti cerobong.

Ada juga sebuah lorong sempit yang agak remang, dimana kita bisa melihat air terjun di sisi kiri dan kanannya, yang mengeluarkan suara gemuruh air. Lorong ini untuk mengingatkan para pengunjung pada suasana tsunami

Gambar 47.Ruang Dalam Museum

Tampilan eksterior museum, mengekspresikan

keberagaman budaya Aceh melalui pemakaian ornamen dekoratif unsur transparansi elemen kulit luar bangunan,

seperti anyaman bambu. Sedangkan tampilan

interiornya mengetengahkan sebuah tunnel of sorrow yang menggiring pengunjung ke suatu perenungan atas musibah dahsyat yang diderita warga Aceh sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuatan dan kekuasaan Allah dalam mengatasi sesuatu.

Museum juga memiliki escape hill, sebuah taman berbentuk bukit yang dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi lokasi penyelamatan terhadap datangnya banjir atau tsunami. Kemudian juga ada the hill of light, selain taman untuk evakuasi yang dipenuhi ratusan tiang. Di sini, pengunjung dapat meletakkan karangan bunga, semacam personal space, dan juga ada memorial hill di ruang bawah tanah serta dilengkapi dengan ruang pameran.

14

http://www.ccde.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=411:museum-tsunami-aceh-simbol-kedua-kutaraja-&catid=22:wisata&Itemid=29

(8)

Moh Yusup Mubarok / 41206110003 37 III.6.2.Keterkaitan dengan judul pengembangan bangunan apartemen 15

Nama Proyek : Appartemen Building Gasometer B Lokasi : Vienna, Austria

Arsitek : Coop Himmelblau, Viena 2001

Gambar 48.Tampak Apartemen

Bangunan apartemen ini dibangun tepat disamping bangunan lama yang masuk pada tingkat bangunan

konservasi, dalam kaitannya ini arsitek menuangkan sebuah konsep hunian yang menyatu dengan bangunan eksisting dan memang dilindungi. Desain konsep bangunan yang sangat kontras dengan bangunan eksisting ini dibuat seperti menyatu dengan bangunan eksisting, yang dimana antara bangunan eksisting dengan bangunan baru dihubungkan oleh jembatan. Meskipun karakter bangunan masing – masing yang berbeda tetapi dengan adanya

penghubung jembatan jelas bangunan baru ini merupakan bagian dari bangunan eksisting.

Gambar 49.Suasana Area Penghubung

Gambar 50.Sasana Apartemen

15

https://www.google.co.id/#hl=en&tbo=d&output=search&sclient=psyab&q=Appartemen+Building+Gaso meter+B

Gambar

Gambar 45.Perspective Museum
Gambar 48.Tampak Apartemen

Referensi

Dokumen terkait

Peplau membahas tahapan proses interpersonal, peran dalam situasi keperawatan dan metode untuk mempelajari keperawatan sebagai proses interpersonal. Menurut Peplau, bahwa

Dari hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis terhadap data penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu: dari hasil perhitungan dan hasil uji multikolinieritas,

• Suatu metode untuk pengembangan aplikasi bagi penyelesaian masalah yang serupa Dengan kata lain, CBR adalah metode dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan solusi

Untuk pemeriksaan sitologik,bahan diambil dari dinding vagina atau dari serviks dengan spatel ayre (dari kayu atau plastic). Selain untuk  diagnosis dini tumor ganas, pemeriksaan

Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem tataniaga brokoli yang dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa

terjepit mesin, mesin cepat panas, kursi kurang nyaman, temperatur panas, banyak chip. b) Dari hasil perhitungan dengan metode FMEA konvensional diperoleh yang

Hal yang sama dengan penelitian Suci [7], namun juga dinyatakan adanya hubungan OTTV dan beban Internal melalui perbandingan skin factor dengan perbedaan slope

Fakultas MIPA Pemanfaatan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Program Studi di Universitas Sesuai Minat Bakat Untuk Siswa SMKIT Informatika HIBAH PENGABDIAN GRUP RISET 2020 1 1