• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP SERANGAN HAMA BAHAN SIMPAN Sitophilus zeamais Motsch. SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP SERANGAN HAMA BAHAN SIMPAN Sitophilus zeamais Motsch. SKRIPSI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP SERANGAN HAMA BAHAN SIMPAN Sitophilus zeamais Motsch.

SKRIPSI

OLEH:

KEVIN EVANS SARAGIH 160301065

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

ANALISIS KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP SERANGAN HAMA BAHAN SIMPAN Sitophilus zeamais Motsch.

SKRIPSI

OLEH:

KEVIN EVANS SARAGIH 160301065

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(3)
(4)

i ABSTRAK

Kevin Evans Saragih, 2021: “Analisis Ketahanan Beberapa Varietas Padi Terhadap Serangan Hama Bahan Simpan Sitophilus zeamais Motsch” dibimbing oleh Syahrial Oemry dan Mukhtar Iskandar Pinem.

Beras merupakan salah satu bahan makanan pokok bagi masyarakat indonesia. Pada tempat penyimpanan sering dijumpai kerusakan pada beras yang diakibatkan oleh serangan hama S. zeamais. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah imago S. zeamais dan persentase kerusakan beras yang diakibatkan oleh serangan S. zeamais pada beberapa varietas padi. Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu jumlah imago S. zeamais, Persentase kerusakan beras dan uji korelasi dari jumlah imago dan persentase kerusakan beras. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan acak kelompok (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Pada penelitian ini 20 ekor imago S. zeamais diinkubasikan kedalam enam perlakuan varietas padi selama 60 hari. Setelah masa inkubasi diperoleh hasil pengamatan yang menunjukan jumlah rataan imago tertinggi ada pada perlakuan Siboras (888,73 ekor) diikuti varietas Sikembiri (726,75 ekor), Varietas Sigambiri (654,50 ekor), Varietas Permaisuri (444,00 ekor) Varietas Ramos (421,75 ekor) dan perlakuan dengan jumlah imago terendah terdapat pada varietas Siarias (393,73 ekor).

Persentase kerusakan beras tertinggi diperoleh pada varietas Siboras (22,32%) diikuti dengan varietas Sikembiri (19,21%) , varietas Sigambiri (11,28%), varietas Permaisuri (9,48%), varietas Siramos (8,03%) dan tingkat persentase kerusakan beras terrendah terdapat pada perlakuan varietas Siarias (7,02). Hasil uji korelasi dari jumlah imago S. zeamais dan persentase kerusakan beras diperoleh berpengaruh positif sebesar 88,8%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi jumlah imago S. zeamais semakin tinggi juga persentase kerusakan beras.

Kata kunci: Sitophilus zeamais (Motsch), Kutu Beras, Varietas Padi.

(5)

ii ABSTRACT

Kevin Evans Saragih, 2021: “Analysis of Resistance of Several Rice Varieties Against Pest Attacks on Storage Materials Sitophilus zeamais Motsch”

supervised by Syahrial Oemry and Mukhtar Iskandar Pinem.

Rice is one of the staple foods of Indonesian people. In storage area, the damage of rice is also found. The damage rice during storage can be caused by S. zeamais. This study aims to determine the increase in the number of S. zeamais and the percentage of damage to rice by the pest attack S. zeamais. The parameters observed in this study were the number of S. zeamais imago, the percentage of rice damage by S. zeamais, the results of these two parameters were continued by looking for the relationship with the correlation test. The design of this study used randomized block design with six treatments and four replications. In this study, 20 imago S. zeamais were incubated into six rice varieties for 60 days. After being incubated , the results showed that the highest average number of imago was in the treatment of the Siboras varieties (888,73) followed by the Sikembiri varieties (726,75), Sigambiri varieties (654,50), Permaisuri varieties (444,00), Ramos varieties (421.75) and the treatment with the lowest number of imago were found in the Arias varieties (393,73). The highest percentage of rice damage was obtained in the Siboras varieties with the percentage of rice damage (22,32%) followed by the Sikembiri varieties (19,21%), Sigambiri varieties (11,28%), Permaisuri varieties (9,48%), Ramos varieties ( 8,03%) and the lowest percentage of rice damage was found in the Arias varieties treatment (7,02%). The results of the correlation test of the number of imago S. zeamais and the percentage of damaged rice obtained a positive effect of 88,8%. It can be concluded the more higer number of S. zeamais imago and the higher the percentage of rice damage.

Keywords: Sitophilus zeamais (Motsch), Rice, Rice varietes.

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Raya Bayu pada tanggal 04 Desember dari pasangan ayah Rudianus Saragih dan Ibu Tianur Simanjuntak. Penulis merupakan anak ke-1 (satu) dari 3 (tiga) bersaudara.

Penulis pernah menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 091332 Raya Bayu pada tahun 2010, Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Raya pada tahun 2013, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Raya pada tahun 2016. Penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan jurusan, Agroteknologi melalui jalur SNMPTN pada tahun 2016. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Perkebunan Nusantara IV Air Batu pada tahun 2019.

Selama masa perkuliahan penulis aktif di Organisasi Kemahasiswaan yaitu, Anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK) pada tahun 2016 – 2020, dan pernah menjabat Koordinator Bidang Sosial Himpunan Mahasiwa Agroteknologi tahun 2020-2021.

(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Analisis Ketahanan Beberapa Varietas Padi Terhadap Serangan Hama Bahan Simpan Sitophilus zeamais Motsch.” Yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua penulis yang telah berjuang dalam membimbing dan mengajarkan

penulis sampai saat ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

Ir. Syahrial Oemry, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Mukhtar I Pinem, M.Agr selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah

memberikan saran dan arahan sejak penulisan proposal, penelitian hingga

penyelesaian skripsi ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Irda Safni SP., MCP, Ph.D dan Ir Suzanna Fitriany Sitepu M.Si yang telah

bersedia meluangkan waktu sebagai moderator dalam Seminar Proposal, Seminar Hasil, Sidang Skripsi dan banyak memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak mengalami kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, September 2021

Penulis

(8)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Beras ... 4

Kerusakan Akibat Serangan Hama Gudang ... 7

Kutu Beras (S. zeamais) ... 9

Gejala Serangan... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Alat dan Bahan ... 13

Metode Penelitian ... 13

Persiapan Penelitian Pembuatan Media Perbanyakan ... 14

Persiapan sampel ... 14

Perbanyakan S. zeamais ... 15

Pelaksanaan Penelitian... 15

Parameter Amatan ... 16

Jumlah Imago S. zeamais ... 16

Persentase Kerusakan Beras ... 16

Uji korelasi ... 16

Analisis Data ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Imago S. zeamais ... 18

Persentase Kerusakan Beras ... 21

Uji korelasi... 24

(9)

vi KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 26 Saran ... 26 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

vii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Komposisi beras pecah kulit dan beras giling 5

2. Data jumlah imago S. zeamais 18

3. Uji BNJ taraf 5% jumlah imago S. zeamais 19

4. Data persentase kerusakan beras 21

5. Uji BNJ taraf 5% persentase kerusakan beras 22

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Imago S. zeamais 9

2. Telur S. zeamais 10

3. Larva S. zeamais 10

4. Pupa S. zeamais 11

5. Gejala kerusakan beras oleh S. zeamais 12

6. Grafik Uji korelasi jumlah S. zeamais dan kerusakan beras 25

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Data jumlah imago S. zeamais setelah 60 hari inkubasi 29 2. Data persentase kerusakan beras oleh S. zeamais 29

3. Dokumentasi penelitian 30

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas penting yang secara langsung mempengaruhi kehidupan penduduk Indonesia . Hasil produksi padi (Beras) merupakan bahan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi sekitar 90% penduduk Indonesia dan menyumbang lebih dari 50% kebutuhan kalori serta hampir 50% kebutuhan protein dam 21,5 % zat besi (Triyanto, 2006).

Beras sebagai bahan makanan pokok tetap mendominasi pola makan bagi masyarakat indonesia. Hal ini terlihat dari tingkat konsumsi di Indonesia yang masih diatas 90%. Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama bagi masyarakat Indonesia, upaya pengembangan dan peningkatan produksi beras nasional mutlak diperlukan dengan sasaran utama pencapaian swasembada, peningkatan pendapatan, dan kesejahteraan petani (Marjuki , 2008).

Namun untuk mencapai sasaran tersebut banyak kendala yang ditemui, salah satu diantaranya adalah penanganan pada rantai pasca panen yang tidak tepat.

Diketahui bahwa penyimpanan merupakan salah satu mata rantai pasca panen yang sangat penting dalam usaha menjaga produksi beras.

Penyebab kerusakan beras selama proses pasca panen dapat digolongkan menjadi tiga faktor utama, yaitu faktor fisik (kelembaban, suhu), faktor kimia (kadar air, komposisi kimia dari enzim), faktor fisiologis (respirasi) serta faktor biologis seperti hama tikus, serangga dan kapang (Askanovi, 2011).

Salah satu penyebab rusaknya beras pada bahan simpan dari faktor biologis yaitu serangan hama Sitophilus zeamais Motsch. Serangga ini merupakan salah satu serangga dominan penyebab kerusakan beras selama masa penyimpanan.

(14)

2

(Abebe et al., 2009) menyatakan bahwa kerusakan akibat serangan hama S. zeamais dapat mencapai 20–90%.

S. zeamais menyerang beras pada masa penyimpanan dengan cara menggerek beras dan memakan habis isinya, sehingga dapat mengakibatkan kualitas serta kuantitas bahan simpanan merosot. Hal ini terjadi karena hama tersebut dapat mengakibatkan perubahan baik struktur, warna, aroma, kandungan gizi, susut bobot, susut mutu dan rasa. Pengaruh ini pada akhirnya dapat mengakibatkan susutnya beras, kurangnya minat pembeli dan turunnya harga jual sehingga merugikan secara ekonomi (Mangoendihardjo, 1978).

Secara alami serangga hama gudang dalam memilih makanan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, jenis bahan simpan, nilai nutrisi, kadar air, warna dan tingkat kekerasan kulit bahan, mutu nutrisi dan adaptasi struktur. Faktor yang menentukan derajat kerusakan beras oleh serangga hama gudang dalam masa penyimpanan antara lain adalah karena adanya pengaruh populasi, kadar air beras, kelembaban, kondisi fisik gudang, suhu, varietas asal beras, serta lama penyimpanan beras (Zulfahnur, 2010).

Salah satu cara untuk mengurangi kerusakan beras saat penyimpanan yaitu menyimpan beras yang memiliki sifat ketahanan terhadap serangan S. zeamais.

Penggunaan varietas tahan merupakan komponen penting dalam strategi pengendalian hama terpadu dalam rangka menekan kehilangan hasil pada saat pascapanen, sehingga memberikan solusi praktis dalam meminimalkan kerusakan akibat hama S. zeamais seperti hemat biaya, berkelanjutan, dan ramah lingkungan (Bergvinson, 2004).

Penekanan populasi hama S. zeamais pada beras di penyimpanan dapat

(15)

3

dilakukan dengan memanfaatkan sifat resistensi yang ada pada beras dari varietas padi. Upaya seleksi varietas padi yang tahan terhadap S. zeamais dapat dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan pemuliaan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kerentanan serta kerusakan beras dari berbagai varietas padi terhadap serangan hama S. zeamais sehingga memberikan manfaat untuk pengembangan varietas padi baru melalui upaya pemuliaan yang memiliki ketahanan terhadap serangan S. zeamais.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan beberapa hasil produksi varietas padi terhadap serangan hama S. zeamais pada masa penyimpanan.

Hipotesis Penelitian

Adanya perbedaan tingkat kerentanan dan kerusakan pada masing masing varietas beras yang diamati terhadap serangan hama bahan simpan S. zeamais.

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai informasi mengenai tingkat ketahanan masing-masing varietas beras yang diamati terhadap serangan hama bahan simpan S. zeamais.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Beras

Beras merupakan hasil olahan produksi pertanian dari tanaman Padi.

Sedangkan Tanaan padi sendiri adalah tanaman yang berasal dari famili Gramineae, subfamili Oryzydae, dan genus Oryzae. Padi merupakan tanaman semi aquatis yang cocok ditanam di lahan tergenang. Padi juga cocok ditanam

pada lahan yang kering asalkan kebutuhan air pada padi tercukupi (Manurung dan Ismunadji, 1991).

Dalam pengertian sehari-hari Beras didefenisikan sebagai gabah yang telah diproses yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh dengan menggunakan alat pengupas serta alat penyosoh. Gabah yang terkelupas bagian sekamnya saja disebut beras pecah kulit. Sedangkan gabah yang seluruh atau sebagian kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penggilingan, umumnya berhubungan dengan proses penyosohan, disebut beras giling. Defenisi umum dari beras menurut adalah bagian dari bulir padi (Gabah) yang telah dipisah dari sekam dan dedak atau bekatul. Defenisi ini menjelaskan bahwa beras merupakan hasil akhir dari pengolahan gabah (Hubeis, 1984).

Beras memiliki kandungan gizi yang cukup kompleks yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, air, besi, magnesium, phosphor, potassium, seng, vitamin B1, B2, B3, B6, B9, dan serat. Kandungan gizi pada setiap jenis beras bervariasi. Perbedaan kandungannya terdapat padakadar protein, besi, seng, dan serat. Kadar gizi sangat bervariasi dari keempat unsur yang terdapat dalam kandungan gizi beras, yaitu seperti kandungan protein berkisar antara 6.8-8.5, kandungan besi 1.2-5.5, kandungan seng 0.5-3.5, dan kandungan serat 0-2.2.

(17)

5

Keunggulan beras dibanding dengan sumber pangan lainnya yaitu dari kandungan karbohidrat dan energi yang dihasilkannya lebih tinggi. Misalnya beras memiliki kandungan karbohidrat 79 g dengan kandungan energi 360 kal, sedangkan bahan pangan lainnya mempunyai kandungan karbohidrat dan kalori yang di hasilkannya lebih rendah (Damardjati dan Purwani, 1991).

Beras merupakan salah satu bahan makanan yang memiliki kandungan gizi yang kompleks. Beras mengandung kadar Karbohidrat dan kadar protein yang cukup tinggi. Komponen kimia yang terkandung di dalam beras berbeda-beda, hal ini tergantung pada varietas beras dan pengolahan beras. Kementan (2010) menyatakan komposisi kimia beras pecah kulit dan beras giling seperti tabel 1 berikut.

Tabel 1. Komposisi beras pecah kulit dan beras giling

Komponen Beras Pecah Kulit Beras Giling

Energi (kal) 360 339

Protein (gr/100gr) 6,8 7,7

Lemak (gr/100gr) 0,7 4,4

Karbohidrat (gr/100gr) 78,9 73

Kalsium (mg) 60 22

Fosfor (mg) 140 272

Besi (mg) 0,8 3,7

Karbohidrat merupakan kandungan terbesar komponen penyusun beras Terutama dalam bentuk pati. Pati merupakan polimer glukosa dengan ikatan glukosida. Polimer glukosa pembentuk pati ada dua macam yaitu amilosa dan amilopektin . Amilosa merupakan polimer berantai lurus deng an ikatan 1,4 α- glikosida yang bersifat larut air. Amilopektin adalah polimer berantai cabang dengan ikatan lurus 1,4α- glukosida dan ikatan cabang 1,6α-glukosida serta tidak larut dalam air (Bemiller dan Whistler, 1996).

(18)

6

Kekerasan biji pada beras memiliki korelasi positif terhadap kadar air. Sifat kekerasan mempunyai hubungan dengan tingkat kematangan dan varietas yang lebih dipengaruhi oleh kekompakan dan ikatan antar granula pati dalam endosperma beras. Rendemen beras memiliki korelasi dengan indeks kekerasan biji (Damardjati dan Purwani, 1991).

Padi Sigambiri merah merupakan varietas padi lokal yang memiliki daerah sebaran di Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo. Padi sigambiri merupakan jenis padi gogo yang tumbuh baik di dataran tinggi , dan sedang. Bulir pada varietas ini berbentuk bulat gemuk dengan panjang gabah yang dapat mencapai 7,24 mm dan lebar gabah 4,40 mm. Gabah padi varietas Sigambiri berwarna keemasan dengan bulir berwarna merah (Chaniago, 2016).

Padi Ramos merupakan salah satu varietas lokal Sumatera Utara, varietas padi ini tumbuh baik pada dataran tinggi. Bobot bulir beras Ramos dapat mencapai 20,67 gr per 1000 butirnya. Varietas Ramos memiliki panjang bulir 6,9 mm dan lebar 2,8 mm (Chaniago, 2016).

Padi Arias adalah salah satu varietas padi lokal Sumatera Utara yang memiliki daerah sebaran di kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Tapanuli Utara. Varietas Arias memiliki bentuk gabah yang bulat dan kecil dengan warna emas dengan bintik bintik coklat pada permukaan gabahnya. Bobot beras Arias dapat mencapai 22 gr per 1000 butir gabah , varietas Arias memiliki rataan panjang gabah 7,2 mm dan lebar 2,6 mm (Chaniago, 2016).

Padi Permaisuri merupakan varietas lokal dari Kabupaten Toba Samosir.

Varietas padi ini memiliki lemma dan palea pada berwarna kuning jerami.

Panjang biji padi permaisuri sangat panjang dapat mencapai 7,5 mm, dengan rata

(19)

7

rata lebar 2,7 mm, ketebalan 2mm. Bobot bulir padi Permaisuri dapat mencapai ± 23,35 gr per 1000 butirnya.

Padi Siboras merupakan salah satu padi lokal Toba Samosir yang masih banyak ditanam oleh petani. Padi siboras merupakan jenis padi sawah. Varietas padi siboras memiliki rata- rata panjang 7,4 dan lebar rata rata 4,3 mm. Berat 1000 butir varietas siboras ± 25,4 gr.

Padi Sikembiri adalah salah satu padi varietas lokal Sumatera Utara yang tumbuh baik di dataran tinggi. Rataan tinggi padi Sikembiri umumnya ±161 cm.

Malai pada padi Sikembiri akan mulai tumbuh pada umur 91 hari setelah tanam dengan rataan panjang 29,29 cm. Bulir dari varietas Sikembiri berbentuk gemuk dan berwarna kuning, dengan panjang rata rata 7,26 cm dan lebar 4,11 cm. Bobot beras sikembiri dapat mencapai 28 gr per 1000 biji (Chaniago, 2016).

Kerusakan Akibat Serangan Hama Gudang

Kerusakan hasil produksi atau bahan simpan pada masa penyimpanan dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik faktor kimia, faktor fisik dan, faktor biologis. Faktor biologis merupakan saah satu faktor dominan yang merusak hasil produksi pada masa penyimpanan. Kerusakan dari faktor biologis dapat terjadi akibat serangan hama gudang atau hama pascapanen. Hama yang sering ditemukan adalah serangga, tungau, tikus, kapang, dan burung (Kementan,2010).

Pada masa penyimpanan sebuah komoditi dapat mengalami kerusakan akibat dari serangan hama serperti serangga, tungau, cendawan, burung dan juge hewan seperti tikus. Dibandingkan dari seluruh hama tersebut serangga merupakan salah satu penyebab kerusakan terbesar. Hal ini diakibatkan sifat alamiah serangga yang memiliki kemampuan cepat berkembang biak sehingga

(20)

8

dalam kurun waktu tertentu serangga dapat berkembang beberapa generasi. Selain hal tersebut serangga juga mudah beradaptasi dengan lingkunganya sehingga dapat bertahan dan berkembang dalam kondisi yang kurang sesuai.

Pada Tanaman serealia (Biji-bijian) kerusakan dapat diakibatkan oleh bermacam-macam sebab sejak biji-bijian tersebut berada di lapangan sampai pada tempat pengolahan. Tingkat kerusakan yang terbesar terjadi pada tempat penyimpanan dan penyebab utama di tempat penyimpanan adalah terdapatnya serangga hama gudang (Ileleji et al., 2007).

Berdasarkan kondisi awal beras hama pada gudang penyimpanan dibagi atas dua jenis yaitu hama primer dan, hama skunder. Hama primer merupakan hama yang menyerang bulir dalam keadaan utuh, dimana adanya beras pada gudang menjadi daya tarik bagi hama primer datang ke tempat penyimpanan. Sedangkan hama sekunder merupakan hama yang datang dikarenakan kondisi beras yang sudah rusak akibat serangan dari hama primer ataupun akibat dari penaganan pascapanen yang kurang baik. Pada daerah tropis serangga merupakan hama dominan yang dapat menimbukan kerusakan pada beras pada masa penyimpanan (Emery, 2005).

Pada daerah tropis, serangga merupakan hama dominan yang sering menimbulkan kerusakan pada padi dan beras. Kerusakan akibat serangga mencapai 5-10% dari bahan yang disimpan. Hama gudang menimbulkan kerusakan pada beras, sehingga beras menjadi kotor, berau apek. Kondisi tersebut mengundang munculnya hama sekunder sehingga dapat memperparah tingkat kerusakan beras pada masa penyimpanan (Emery, 2005).

(21)

9

Kutu Beras (S. zeamais )

Menurut Kalshoven (1981) Sitophilus zeamais diklasifikasikan Kingdom : Animalia ; Filum : Arthropoda ; Kelas : Insecta ; Ordo : Coleopteraa ; Family : Curculionidae ; Genus : Sitophilus ; Spesies : Sitophilus zeamais.

Gambar 1. Imago S. zeamais (Meikle et al, 1998).

Perkembangbiakan dan populasi umumnya dilakukan pada malam hari.

Siklus hidup hama ini berlangsung sekitar 31 hari. Dan serangga ini mengalami metamorfosa sempurna (holometabola) yaitu dalam perkembangan dari telur sampai dewasa melalui empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan imago. Imago merusak butiran bahan dengan bentuk alat mulutnya yang khas yaitu berbentuk seperti moncong (rostrum), dikhususkan untuk melubangi butiran beras, butiran jagung atau bebijian lainnya yang keras (Surtikanti, 2004).

Telur yang dihasilkan imago diletakkan pada biji yaitu dengan melubanginya terlebih dahulu. Setiap lubang gerekan diletakkan satu butir telur, selanjutnya lubang gerekan tersebut ditutup dengan tepung sisa-sisa gerekan yang di rekat dengan zat gelatin yang sekresikan oleh imago betina. Stadium Telur berkisar 7 hari pada biji sebelum membentuk larva (Surtikanti, 2004).

(22)

10

Gambar 2. Telur S. zeamais (Meikle et al, 1998).

Larva S. zeamais tidak memiliki kaki, berwarna putih, dengan kepala kekuning-kuningan atau kecoklatan dan mengalami 4 instar dan larva memiliki stadium yang berlangsung sekitar 7 - 10 hari Larva yang terbentuk pada biji akan keluar dari telur langsung menggerek bebijian (butiran beras, jagung dan lain-lain) dan stadium larva yang berada dalam biji dan melanjutkan serangannya di dalam biji tersebut (Kartasapoetra, 1991).

Gambar 3. Larva S. zeamais (Meikle et al, 1998).

Pupasi (pembentukan pupa) terjadi dalam biji dengan cara membentuk ruang pupa dengan mengekskresikan cairan pada dinding liang gerek. Pupa berada dalam biji sampai menjadi imago. Stadium pupa berlangsung 7 - 12 hari sampai tahap pembentuk imago (Manueke, 1993).

(23)

11

Gambar 4. Pupa S. zeamais (Meikle et al, 1998).

Imago setelah keluar dari pupa akan tetap berada di dalam lubang/biji sekitar lima hari. Dimana imago ketika masih umur muda berwarna coklat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Kedua buah sayap bagian depan masing-masing terdapat dua buah bercak berwarna kuning agak kemerahan. Panjang tubuh imago antara 3,5 – 5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya, artinya pada material yang lebih besar (misalnya butiran jagung) ukuran tubuhnya lebih besar yaitu sekitar 4,5 mm daripada larva yang hidup pada butiran beras (Mallis, 2004).

Gejala Serangan

Gejala Serangan yang ditimbulkan pada bebijian beras yang terserang hama S. zeamais yaitu terdapat lubang-lubang kecil-kecil akibat gerekan hama, sehingga mempercepat hancurnya bijian tersebut menjadi seperti tepung.

Kerusakan yang berat mengakibatkan adanya gumpalan-gumpalan pada bahan pascapanen akibat adaanya/bercampurnya air liur larva dan kotoran yang dihasilkan oleh S. zeamais (Mallis, 2004).

(24)

12

Gambar 5. Gejala serangan S. zeamais.

Kerusakan yang diakibatkan oleh S. zeamais mengakibatkan keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produksi beras rusak total, bau apek dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981).

(25)

BAHAN DAN METODE Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Hama Tanaman, Program Studi Agroteknologi, Fakultas pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 32 mdpl pada Januari 2021 sampai dengan Mei 2021 .

Alat Dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah stoples sebanyak 24 buah sebagai wadah pembiakan, timbangan digital untuk mengukur berat masing masing varietas beras, kain kasa, kuas kecil, kamera, alat tulis, pinset, dan gunting.

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras, 480 ekor serangga Sitophilus zeamais dan enam varietas beras dengan berat masing masing per varietas beras 1 Kg.

Metode Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan enam perlakuan dan empat ulangan (24 satuan percobaan). Adapun perlakuan yang akan diamati adalah perlakuan dengan enam varietas padi yaitu:

P1: Varietas Arias P2: Varietas Sigambiri P3: Varietas Ramos P4: Varietas Perrmaisuri P5: Varietas Siboras P6: Varietas Sikembiri

(26)

14

Berdasarkan derajat bebas pada RAL, jumlah ulangan pada penelitian ini diperoleh dengan rumus:

t = (r-1) ≥ 15 6 (r-1) ≥ 15 6r-6 = 15 6r = 21

Maka r = 21/6 = 3,5 maka minimal perlakuan dalam penelitianini adalah 3,5 (perlakuan = 4). Sehingga didapat jumlah total unit percobaan sebanyak 24 unit.

Penelitian ini menggunakan analisis sodik ragam berdasarkan model linear sebagai berikut:

Yij=+i+ij Keterangan:

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

 = Nilai tengah (Rataan)

i = Pengaruh perlakuan ke i

ij = Pengaruh galat pada ulangan ke-i terhadap perlakuan ke-j Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

Persiapan Penelitian

Pembuatan Toples Media Perbanyakan

Pembuatan toples pemeliharaan hama S. zeamais dilaksanakan dengan menggunakan toples plastik transparan dengan dimaeter 15 cm dan ketinggian 15 cm yang dengan penutup toples yang telah dilubangi dengan diameter 10 cm dan dilapisi kain kasa sehingga mudah dibuka dan ditutup saat pengamatan.

Persiapan Sampel

Beras sampel yang akan digunakan yaitu varietas beras Arias, Sigambiri,

(27)

15

Ramos, Permaisuri, Siboras, Sikembiri dengan berat masing masing 250 gr . Beras tersebut didiamkan selama 30 hari untuk memastikan tidak ada serangga atau hama lain yang hidup pada sampel.

Perbanyakan S. zeamais

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan perbanyakan hama kutu beras. Sebanyak 150 ekor serangga kutu beras yang diperoleh dari gudang beras yang diinfestasikan ke dalam wadah stoples yang berisi beras ketan.

Selama 15 hari kutu beras diinkubasi di dalam wadah stoples yang berisi beras ketan, dimana dengan waktu tersebut diperkirakan imago betina S. zeamais telah membuat lubang dan meletakkan telur pada biji beras.

Setelah 15 hari diinkubasi S. zeamais dikeluarkan seluruhnya dari media biakan beras ketan. Kemudian media tersebut diinkubasi kembali selama empat minggu hingga memperoleh imago S. zeamais turunan pertama (F1). Dari perbanyakan kutu beras tersebut diperlukan 480 ekor serangga kutu beras yang terdiri dari 240 ekor kutu beras jantan dan 240 ekor kutu beras betina untuk digunakan sebagai serangga yang akan diinkubasikan ke beras sampel.

Pelaksanaan Penelitian

Disiapkan toples sebanyak 24 buah dipersiapkan, yang terdiri dari 6 perlakuan dan 4 ulangan. Masing-masing stoples diisi dengan beras varietas Arias, varietas Sigambiri, varietas Ramos, varietas Perrmaisuri, varietas Siboras, dan varietas Sikembiri, dengan berat masing-masing beras 250 gram. Kemudian dimasukkan imago S. zeamais sebanyak 20 ekor. Setelah itu tutup stoples dengan menggunakan penutup stoples yang telah dilubangi pada bagian tengahnya dan dipasangkan kain kasa agar sirkulasi udara di dalam stoples terjaga. Setelah toples

(28)

16

ditutup media beras diinkubasikan selama 60 hari.

Parameter Pengamatan

Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah imago S. zeamais

Jumlah imago S. zeamais dihitung dengan cara penhitungan manual.

Perhitungan jumlah imago S. zeamais dilakukan setelah menginkubasikan kutu beras pada media uji selama 60 hari.

2. Persentase kerusakan beras oleh S. zeamais

Persentase kerusakan beras oleh S. zeamais dihitung dengan menggunakan rumus :

Keterangan:

= berat beras yang rusak + bubuk beras (gr) b = berat beras awal 250 gr

3. Uji korelasi

Uji korelasi dilakukan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft Office Excel. Uji dilakukan pada akhir penelitian, hal ini dilakukan untuk mengetahui hubungan keduanya. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:

𝒂

𝐛× 𝟏𝟎𝟎%

𝒓 = 𝑵 ∑𝒙𝒚 − ∑𝒙∑𝒚

{ 𝑵∑𝒙𝟐− ∑𝒙 𝟐 𝑵∑𝒚𝟐− ∑𝒚 𝟐 }𝟏/𝟐

(29)

17

Keterangan:

r = Nilai koefisien korelasi

x = Nilai variabel pertama Jumlah imago S. zeamais.

y = Nilai variabel kedua Persentase kerusakan beras N = Jumlah data

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dilakukan perhitungan berdasarkan rumus masing-masing variabel pengamatan. Kemudian dilanjutkan dengan analisis ragam (ANOVA). Jika hasil dari Analisis ragam berbeda nyata maka dilakukan uji lanjutan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Jumlah Imago S. zeamais.

Jumlah imago dihitung setelah turunan pertama S. zeamais dan 6 varietas sampel diinkubasikan selama 60 hari di dalam media uji. Dari hasil penghitungan didapatkan data jumlah imago S. zeamais yang tertera dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Tabel sidik ragam jumlah S. zeamais (ekor).

PERLAKUAN

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

Arias 362 337 298 354 1351 337,75

Sigambiri 685 631 674 628 2618 654,50

Ramos 408 396 431 452 1687 421,75

Permaisuri 429 463 437 447 1776 444,00

Siboras 862 827 831 811 3331 832,75

Sikembiri 692 762 704 749 2907 726,75

Total 3438 3416 3375 3441 13670 3417,5

Rataan 573,00 569,33 562,50 573,50 2278,33 569,58 Dari hasil analisis ragam diperoleh F hitung > F tabel 5% (225,01>2,77) sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan 6 varietas beras ini berpengaruh dan nyata terhadap pertambahan jumlah S. zeamais. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan masing-masing varietas terhadap jumlah S. zeamais maka dilakukan uji lanjut BNJ 5%.

Hasil uji Lanjut BNJ (Beda Nyata Jujur) Menunjukan bahwa perlakuan varietas Permaisuri dan perlakuan varietas Ramos Tidak berbeda nyata, namun kedua perlakuan tersebut Berbeda nyata dengan perlakuan varietas Arias, varietas Sigambiri, varietas Siboras dan varietas Sikembiri.

(31)

19

Tabel 3. Uji BNJ5% Jumlah imago sitophilus zeamais (Ekor).

Perlakuan Rata-rata imago(ekor) BNJ+Rata-rata Notasi

Arias 337,75 393,73 A

Ramos 421,75 477,73 B

Permaisuri 444,00 499,98 B

Sigambiri 654,50 710,48 C

Sikembiri 726,75 782,73 D

Siboras 832,75 888,73 E

BNJ 5% 55,98

Keterangan: Angka – angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji BNJ pada taraf 5% .

Jumlah imago S. zeamais dihitung setelah Turunan pertama sitophilus zeamais diiinkubasikan kedalam media uji yang berisi 6 varietas beras selama 60 hari. Penentuan waktu inkubasi selama 60 hari dilakukan karena pada waktu tersebut hama S. zeamais dapat berkembang dengan baik dari fase telur hingga munculnya imago S. zeamais dan menunjukan pertambahan jumlah populasi imago. Menurut hendrival dan meutia (2016), masa inkubasi pada beras selama 60 sampai 100 hari dapat menunjukan pertambahan jumlah imago S. zeamais

± 372,33 sampai 1058,67 ekor.

Hasil pengamatan menunjukan adanya perbedaan jumlah imago S. zeamais pada tiap perlakuan. Perlakuan dengan rata-rata jumlah imago tertinggi terdapat pada perlakuan varietas Siboras (888,73 Ekor) diikuti varietas Sikembiri (726,75 ekor), Varietas Sigambiri (654,50 ekor), Varietas Permaisuri (444,00 ekor) Varietas Ramos (421,75 ekor) dan perlakuan dengan jumlah imago terendah terdapat pada varietas Arias (393,73 ekor).

Hasil pengamatan menunjukan hama S. zeamais memiliki tingat perkembangan yang tinggi pada perlakuan varietas Sigambiri, Sikembiri, dan Siboras hal ini dipengaruhi oleh varietas beras ini memiliki butiran yang besar

(32)

20

panjang dan dan ramping dimana sifat fisik tersebut sesuai sebagai tempat imago benita sebagai media peletakan telur. Berbeda dengan perlakuan varietas Arias, Ramos dan Permaisuri yang pertambahan jumlah imagonya lebih sedikit hal ini dipengaruhi oleh bentuk beras siarias siramos dan permaisuri yang berbentuk bulat dan kecil, sifat fisik ini kurang sesuai bagi imago betina, dimana dengan bentuk beras tersebut imago betina tidak dapat meletakkan banyak telur.

Selain faktor fisik bulir beras kadar air pada tiap perlakuan varietas beras juga mempengaruhi pertambahan jumlah S. zeamais. Imago S. zeamais berkembang dengan baik pada perlakuan varietas Siboras dengan jumlah rataan imago (888,73 ekor) dikarenakan kadar air pada varietas Siboras yang tinggi yaitu 18,0% dibandingkan dengan varietas Sikembiri 16% varietas Sigambiri 16,5%

varietas Permaisuri 13,7% dan varietas Ramos 14,1 dan varietas Arias 17,3 %.

Jumlah imago terbanyak pada varietas siboras memiliki hubungan dengan kadar air yang tinggi pada perlakuan tersebut. Kadar air yang tinggi menyebabkan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan S. zeamais dan tekstur beras yang berkurang kekerasanya sehingga memudakhan imago S. zeamais untuk menggerek beras. Menurut Setyolaksono (2013) tingkat kadar air yang tinggi menyebabkan lingkungan yang sesuai bagi hama pascapanen dan juga menigkatkan ketahanan hidup hama. Hal ini juga dikukung dengan pernyataan Standar Nasional Indonesia (2015), yang menyatakan bahwa baiknya kadar air maksimal pada beras yaitu 14%, pada kadar air > 14 % kerusakan beras akan lebih cepat terjadi.

Kadar air yang terkandung dalam beras berkorelasi negatif dengan kekerasan beras sehingga semakin tinggi kadar air yang terkandung dalam suatu

(33)

21

beras maka kekerasan beras tersebut akan berkurang. Standar kadar air yang terkandung dalam beras pada masa penyimpanan adalah 14%. Hama S. zeamais akan lebih mudah berkembang pada beras dengan kadar air yang tinggi. Kadar air yang lebih tinggi dari 14% akan menyebabkan beras semakin berkurang kekerasanya sehingga memudahkan hama S. zeamais dalam merusak beras. Pada beras dengan kadar air lebih besar dari14% memudahkan imago betina S. zeamais dalam menggerek beras untuk tempat peletakan telur.

2. Persentase kerusakan beras Oleh S. zeamais

Penghitungan persentase kerusakan beras dilakuan setelah penghitungan jumlah imago S. zeamais. Tingkat persentase kerusakan beras pada tiap varietas perlakuan memiliki jumlah yang berbeda. Dari hasil perhitungan persentase kerusakan beras diperoleh hasi data sebagai berikut:

Tabel 4. Tabel data persentase kerusakan beras oleh S. zeamais.

PERLAKUAN

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

Arias 7,14 6,89 6,30 7,77 28,1 7,03

Sigambiri 12,18 11,50 10,41 11,05 45,142 11,29

Ramos 7,20 7,78 8,07 9,10 32,148 8,04

Permaisuri 7,83 9,24 8,12 8,76 33,95 8,49

Siboras 22,10 20,85 20,74 21,62 85,31 21,33 Sikembiri 19,54 19,31 18,89 19,11 76,85 19,21 Total 75,99 75,58 72,53 77,41 301,50 75,38 Rataan 12,66 12,60 12,09 12,90 50,25 12,56

Dari uji analisis ragam persentase kerusakan beras oleh S. zeamais diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel 5% (372,33 > 2,77) , sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan varietas beras berpengaruh nyata terhadap persentase kerusakan beras yang disebabkan oleh S. zeamais. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan

(34)

22

varietas beras terhadap persentase kerusakan beras dilakukan uji lanjut BNJ dengan taraf 5%.

Dari hasil Uji lanjut BNJ 5% menunjukan bahwa perlakuan Arias dan perlakuan varietas Ramos tidak berbeda nyata, namun kedua perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan varietas Permaisuri, varietas Sigambiri, varietas Sikembiri dan perlakuan varietas Siboras. Perlakuan dengan rataan persentase kerusakan beras tertinggi terdapat pada perlakuan varietas Siboras dengan persentase kerusakan beras (22,32%) diikuti dengan varietas Sikembiri (19,21%), varietas sigambiri (11,28%), varietas Permaisuri (9,48%), varietas Ramos (8,03%) dan tingkat persentase kerusakan beras terendah terdapat pada perlakuan varietas Arias (7,02).

Tabel 5 Uji BNJ 5% persentase kerusakan beras oleh S. zeamais.

Perlakuan Rata-rata % kerusakan

Beras BNJ+Rata-rata Notasi

Arias 7,025 8,1378 A

Ramos 8,037 9,1498 A

Permaisuri 9,4875 10,6003 B

Sigambiri 11,2855 12,3983 C

Sikembiri 19,2125 20,3253 D

Siboras 22,3275 23,4403 E

BNJ 5% 1,1128

Keterangan: Angka – angka yang diikuti huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji BNJ pada taraf 5% pada umur yang sama.

Hasil pengamatan persentase kerusakan beras menunjukan varietas siboras varietas sikembiri dan varietas Sikembiri memiliki tingkat persentase kerusakan yang lebih tinggi. Tingkat persentase kerusakan beras ini memiliki hubungan dengan kadar air pada tiap perlakuan varietas beras, dimana varietas Siboras, Ramos dan verietas Sikembiri memiliki kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi tekstur beras yang mengakibatkan tekstur beras

(35)

23

menjadi lebih lunak sehingga mempermudah hama S. zeamais dalam menggerek beras. Menurut Standar Nasional Indonesia (2015), yang menyatakan bahwa baiknya kadar air maksimal pada beras yaitu 14%, pada kadar air > 14%

kerusakan beras akan lebih cepat terjadi.

Menurut Haryadi (2008) ketahanan gabah beras pada masa penyimpanan dipengaruhi oleh kekerasan endosperm dan kandungan yang terkandung dalam biji bijian tersebut, ukuran granula dan ukuran serangga yang menyerang gabah beras. Selain hal tersebut kekerasan biji dan dan kerapatan kulit, kandungan air juga mempengaruhi kerusakan beras. Umumnya serangan sangat mudah terjadi pada biji yang kekerasannya rendah, rapuh, kemudahan terpotong juga berpengaruh terhadap serangan serangga pada masa penyimpanan.

Kerusakan beras yang didapati pada perlakuan sampel dapat diamati secara visual. Berdasarkan hasil pengamatan kerusakan beras yang diamati berupa beras yang berlubang akibat gerekan dari imago S. zeamais guna peletakan telur dan juga residu dari aktivitas makan dan menggerek hama sitophilus zeamais berupa bubuk beras. Pada beberapa perlakuan beras sampel juga didapati adanya gumpalan beras dan jamur yang berkembang akibat aktivitas S. zeamais didalam media inkubasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Mallis, 2004) yang menyatakan Serangan yang ditimbulkan S. zeamais pada bebijian beras yang yaitu terdapat lubang-lubang kecil-kecil akibat gerekan hama, sehingga mempercepat hancurnya bijian tersebut menjadi seperti tepung. Kerusakan yang berat mengakibatkan adanya gumpalan-gumpalan pada bahan pascapanen akibat bercampurnya air liur larva dan kotoran yang dihasilkan dari aktivita S. zeamais. Menurut

(36)

24

(Zulfahnur, 2010) kerusakan bahan panen selama masa penyimpanan diakibatkan oleh perubahan kimia.

3. Uji Korelasi

Menurut hasi uji korelasi jumlah imago dan persentase kerusakan beras memiliki pengaruh positif sebanyak 88,8%. Pengaruh positif dari uji korelasi dapat dilihat dari perlakuan varietas Siboras, varietas Sikembiri, varietas permasuri, varietas Ramos dan varietas Arias.

Gambar 6. Grafik Uji korelasi jumlah imago S. zeamais dan kerusakan beras. Pada perlakuan varietas Sigambiri perbandingan jumlah S. zeamais dan persentase kerusakan beras memiliki perbedaan yang tidak berbanding sama dengan varietas lainya. Dimana varietas Sigambiri dengan jumlah pertambahan imago S. zeamais dengan rataan 654 ekor dan persentase kerusakan beras 11,29%. Hal ini bertentangan dengan bentuk biji yang panjang dan ramping juga kadar air yang tinggi pada perlakuan varietas Sigambiri. Perbedaan persetase kerusakan pada perlakuan varietas ini dapat diakibatkan tingginya jumlah zat antifedant dalam varietas Sigambiri. Menurut PVTPP (2015) no 137/PVL/2014 Varietas sigambiri memiliki zat antifedant berupa amilosa yang mencapai 26,74%

y = 0,0296x - 4,3229 R² = 0,8886

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

(37)

25

hal ini sejalan dengan pendapat Zulfahnur (2010), yang menyatakan amilosa yang tinggi pada beras berpengaruh terhadap sifat antifedant, yang dapat mempengaruhi aktivitas makan seranga, namun kandungan amilosa bukan merupakan faktor tunggal yang mempengaruhi resistensi dan kerentanan beras terhadap serangan S. zeamais. Beberapa faktor lainnya yang dipercaya ikut menyumbangkan resistensi terhadap beras adalah kekerasan, kerapatan, zat volatil, kandungan nutrisi lapisan embrio, beras mengapur dan sebagainya.

(38)

26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Jumlah imago S. zeamais tertinggi terdapat pada perlakuan varietas Siboras (888,73 Ekor) diikuti varietas Sikembiri (726,75 ekor), Varietas Sigambiri (654,50 ekor), Varietas Permaisuri (444 ekor) Varietas Ramos (421,75 ekor) dan perlakuan dengan jumlah imago terendah terdapat pada varietas Arias (393,73 ekor)

2. Persentase kerusakan beras tertinggi terdapat pada perlakuan varietas Siboras dengan persentase kerusakan beras (22,32%) diikuti dengan varietas sikembiri (19,21%), varietas sigambiri (11,28%), varietas Permaisuri (9,48%), varietas Siramos (8,03%) dan tingkat persentase kerusakan beras terrendah terdapat pada perlakuan varietas Arias (7,02%).

3. Jumlah imago S. zeamais dan persentase kerusakan beras berkorelasi sebesar 88,86%.

Saran

Disarankan memperhatikan jenis varietas dalam masa penyimpanan. Untuk varietas beras yang rentan terserang oleh S. zeamais agar tidak disimpan dalam waktu yang lama.

(39)

27

DAFTAR PUSTAKA

Askanovi D. 2011. Kajian Resistensi Beras Pecah Kulit dan Beras Sosoh dari Lima Varietas Padi Unggul Terhadap Serangan Hama Beras Sitophilus oryzae (L.) Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Abebe, F., T. Tefera, S. Mugo, Y. Beyene, and S. Vidal. 2009. Resistance of maize varieties to the maize weevil Sitophilus zeamais (Motsch.) (Coleoptera: Curculionidae). African Journal of Biotechnology 8(21): 5937–

5943.

Bemiller, J. N., dan R. L. Whistler. 1996. Carbohydrates. Didalam: O. R.

Fennema. Food Chemistry. Marcel Dekker Inc., New York., 157-224.

Bergvinson, D.J. 2004. Opportunities and challenges for IMP in developing countries. In O. Koul, G.S. Dhaliwal, and G.W. Cuperus (eds.) Integrate Pest Management. Potential, Constraints and Challenges. CAB International, England.

Chaniago, H . 2016 . Morfologi Beberapa Kultifar Padi Gogo Lokal Sumatera Utara . Universitas Islam Sumatera Utara . Medan.

Emery, R.2005. Control of stored Foof Incects. Dept of Agriculture and State of Western Australia Garden Note No.45.

Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Hendrival dan R. Meutia. 2016. Pengaruh periode penyimpan beras terhadap pertumbuhan populasi Sitophilus oryzae (L.) dan kerusakan beras.

Biogenesis 4(2): 95–101.

Hubeis, M. 1984. Sumber Tepung Serealia dan Biji-bijian. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

Ileleji, K. E., D. E. Maier, dan C. P. Woloshuk. 2007. Evaluation of different temperature management strategies for suppression of Sitophilus zeamais (Motschulsky) in stored maize. J. Stored Prod. Res. 43: 480-488.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Penerbit Rineka Cipta. Cetakan Kedua. Jakarta.

Kementan Kementrian Pertanian. 2010. Komposisi Bahan Makanan. Database .deptan.go.id/sains-indonesia Teknologi/The%20list%20of%20foodstuff%

20composition.XLS. [3 November 2010]

Mallis, A. 2004. Handbook of Pest Control. The Behavior, Life History and Control of Household Pests. Ninth Edition. Janie Johns, Wild Rice Press, Inc. GIE Media, Inc

(40)

28

Mangundihardjo S. 1978. Hama-hama Tanaman Pertanian di Indonesia Jilid III (Pada Bahan Dalam Simpanan). Yayasan Pembina Fakultas Pertanian.

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Manueke, J. 1993. Kajian Pertumbuhan Populasi Sitophilus oryzae dan Tribolium castaneum dan Kerusakan yang Ditimbulkan pada Tiga Varietas Beras.

Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Manurung, S. O., dan M. Is munadji. 1991. Morfologi dan fisiologi padi. Di dalam : E. Sunardjo, D. S. Damardjati, M. Syams(eds.). Padi: Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor., pp 55-102.

Marjuki, F.A. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Beras diIndonesia Tahun 1981-2006. FE UMS. Surakarta

Meikle W. G. , Adda C. , Azoma K. ; Borgemeister C. , Degbey P., Djomamou B.

& Markham R. H., 1998. The Effects of maize varieties on the density of Prostephanus truncates (Coleoptera : Bostrichides) and Sitophilus zeamais (coleopteran : curculionidae) in post-harvest stores in Benin Republic.

Journal of Stored Product Research, 34(1): 45-58.

PVTPP. 2015 . Berita resmi PVT Pendaftaran Varietas Lokal No.Publikasi:015/BR/PVL/04/2015

Setyolaksono, P. M. 2013. Ekologi Hama Pascapanen (Hama Gudang). Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia . 2015. Beras. Badan Standarisasi Nasional.

Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera:

Curculuionidae) dan Strategi Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros 90514. Jurnal Litbang Pertanian, 23/4/2004.

Suparto. 2014. Analisis Korelasi Variabel-variabel yang Mempengaruhi Siswa dalam Memilih Perguruan Tinggi. Jurnal IPTEK. 18(2): 1-9.

Triyanto, Joko. 2006 . Analisis Produksi Padi di Jawa Tengah http://eprints.undip.ac.id/ Warton Jr dan Cliffton R. 1969. Qw Agriculture and Economies

Zulfahnur. 2010. Kajian Resistensi Lima Jenis Beras Varietas Lokal Terhadap serangan Sitophilus zeamais M. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

(41)

LAMPIRAN

Lampiran 1 . Data Jumlah imago S. zeamais setelah 60 hari inkubasi

Sidik Ragam Jumlah S. zeamais

SK DB JK KT F Hit F Tab 1% F Tab 5% Ket

Perlakuan 5 770165,83 154033,17 225,01 4,25 2,77 **

Galat 18 12322,00 684,56

Total 23 782487,83

FK =7786204,17 KK =19,49 Ket =** =Nyata

Lampiran 2. Data persentase Kerusakan Beras Oleh S. zeamais

Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

Arias 7,14 6,89 6,30 7,77 28,1 7,03

Sigambiri 12,18 11,50 10,41 11,05 45,142 11,29

Ramos 7,20 7,78 8,07 9,10 32,148 8,04

Permaisuri 7,83 9,24 8,12 8,76 33,95 8,49

Siboras 22,10 20,85 20,74 21,62 85,31 21,33 Sikembiri 19,54 19,31 18,89 19,11 76,85 19,21 Total 75,99 75,58 72,53 77,41 301,50 75,38 Rataan 12,66 12,60 12,09 12,90 50,25 12,56 Perlakuan

Ulangan

Total Rataan

1 2 3 4

Arias 362 337 298 354 1351 337,75

Sigambiri 685 631 674 628 2618 654,50

Ramos 408 396 431 452 1687 421,75

Permaisuri 429 463 437 447 1776 444,00

Siboras 862 827 831 811 3331 832,75

Sikembiri 692 762 704 749 2907 726,75

Total 3438 3416 3375 3441 13670 3417,5

Rataan 573,00 569,33 562,50 573,50 2278,33 569,58

(42)

30

Sidik Ragam Persentase Kerusakan Beras

SK DB JK KT F Hit

F Tab 1%

F Tab

5% Ket

Perlakuan 5 761,71 152,34 372,33 4,25 2,77 **

Galat 18 7,36 0,41

Total 23 769,08

FK = 3787,59 KK = 3,60 Ket = **=Nyata

Lanpiran 3. Dokumentasi Penelitian

Tempat Penelitian Varietas Arias Ulangan 1 Varietas Arias Ulangan 2

Varietas Arias Ulangan 3 Varietas Arias Ulangan 4 Varietas sigambiri Ulangan 1

Varietas Sigambiri Ulangan 2

Varietas Sigambiri Ulangan 3

Varietas Sigambiri Ulangan 4

(43)

31

Varietas Ramos Ulangan 1

Varietas Ramos Ulangan 2

Varietas Ramos Ulangan 3

Varietas Ramos Ulangan 4

Varietas Permaisuri Ulangan 1

Varietas Permaisuri Ulangan 2

Varietas Permaisuri Ulangan 3

Varietas Permaisuri Ulangan 4

Varietas Siboras Ulangan 1

(44)

32

Varietas Sikembiri Ulangan 3 Varietas Siboras

Ulangan 3 Varietas Siboras

Ulangan 2

Varietas Sikembiri Ulangan 1

Varietas Sikembiri Ulangan 2

Varietas Siboras Ulangan 4

Varietas Sikembiri Ulangan 4

Gambar

Gambar 1. Imago S. zeamais   (Meikle et al, 1998).
Gambar 2. Telur S. zeamais   (Meikle et al, 1998).
Gambar 4. Pupa S. zeamais (Meikle et al, 1998).
Gambar 5. Gejala serangan S. zeamais.
+2

Referensi

Dokumen terkait

to get out of the text, (3) Read: read the text while looking for answers to the previously formulated questions, (4) Recite: reprocess the silent points of the text through

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sendangsari Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo

Perancangan Pusat Kesenian di Surabaya dengan memberikan fasilitas yang dapat mewadahi untuk pertunjukan berbagai macam cabang kesenian, serta rekreasi seni dan budaya di

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dengan

Pertempuran Laut Karang atau Laut Koral merupakan pertempuran laut besar di medan Perang Pasifik yang berlangsung pada 4 Mei sampai 8 Mei 1942 antara Angkatan Laut

5BOHHVOH KBXBC CFSBSUJ NFOHFSUJ QFSCVBUBOOZB %JB CFSIBEBQBO EFOHBO QFSCVBUBOOZB TFCFMVN CFSCVBU TFMBNB CFSCVBU EBO TFTVEBI CFSCVBU 5BOHHVOH KBXBC JBMBI LFXBKJCBO NFOBOHHVOH

Hasil penghitungan pada tabel 3 menunjukkan nilai RQ < 1 untuk keempat parameter kimia di ketiga kelompok umur sehingga dapat dimaknai bahwa tidak ada efek kesehatan

Analisis variabilitas urutan nukleotida sampel ikan arwana pada perairan selatan Papua memberikan informasi identitas mutasi yang sangat bervariasi baik posisi,