BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan yang selalu berkembang setiap harinya membawa dampak terhadap perkembangan segala aspek dalam kehidupan manusia pada umumnya, dan kebutuhan masyarakat akan teknologi dan informasi yang semakin hari semakin berkembang baik dari segi sarana maupun prasarana tidak luput dari arus perkembangan ilmu pengetahuan tersebut. Kebutuhan masyarakat demi terwujudnya pertukaran informasi mendorong kemajuan teknologi yang semakin pesat. Teknologi yang semakin berkembang telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas (borderless). Dengan adanya pertukaran informasi yang dapat dilakukan melalui berbagai media, mulai dari media cetak, radio, televisi, internet dan sebagainya yang menyebabkan terjadinya pertukaran informasi dan komunikasi baik secara searah maupun dua arah dan membawa kehidupan manusia yang bersifat lebih dinamis dan modern serta mengubah pola kehidupan manusia.
Pemanfaatan teknologi dan informasi saat ini telah banyak digunakan oleh
orang secara individu maupun oleh lembaga. Hasil kemajuan serta perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang paling besar pengaruhnya adalah pada
lembaga keuangan. Adanya pemanfaatan internet oleh lembaga keuangan yang
kini telah dikenal dengan nama internet banking maka konsumen (nasabah) dapat
melakukan suatu transaksi yang mengedepankan aspek kemudahan, efisiensi,
flexibilitas dan kesederhanaan yang tentunya merupakan media alternatif dalam memberikan kemudahan bagi nasabah lembaga keuangan bank tersebut.
1Berkembangnya internet banking sebagai suatu layanan keuangan, tidak terlepas dari beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan memanfaatkan internet banking tersebut. Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan bahwa industri perbankan saat ini banyak mengadopsi konsep internet banking, diantaranya adalah untuk memperluas jangkauan akses pasarnya, meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan terhadap para nasabahnya dan yang lebih penting bahwa penerapan internet banking ini dapat dijadikan sebagai sarana strategis untuk melakukan kompetisi antar bank yang sangat ketat.
2Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di perbankan nasional relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Berbagai jenis teknologinya diantaranya meliputi Automated Teller Machine (ATM), Banking Application System, Real Time Gross Settlement System, Sistem Kliring Elektronik, dan internet banking. Bank Indonesia sendiri lebih sering menggunakan istilah Teknologi Sistem Informasi (TSI) Perbankan untuk semua terapan teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan perbankan. Istilah lain yang lebih sering digunakan adalah Electronic Banking. Electronic Banking mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Beberapa diantaranya terkait dengan layanan perbankan di garis depan atau front end, seperti ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa kelompok
1 Budi Agus Riswandi, Aspek Hukum Internet Banking, (Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2005), hal. 1
2 Ibid. hal. 47.
lainnya bersifat back end, yaitu teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan, merchant, atau penyedia jasa transaksi, misalnya electronic check conversion.
33 http://nustaffsite.gunadarma.ac.id/blog/bhermana. Diakses pada tanggal 27 Nopember 2010.
Salah satu layanan yang telah digunakan oleh berbagai industri bahkan lembaga keuangan bank/perbankan yang menggunakan sistem teknologi informasi Internet adalah system payment point online bank. System payment point online bank (PPOB) merupakan sistem pembayaran yang diselenggarakan secara online real time yang dikelola sepenuhnya oleh layanan perbankan dengan memanfaatkan fasilitas serta jaringan yang dibangun dan dikembangkan oleh masing-masing bank, sehingga para konsumen dapat memperoleh kemudahan dan keamanan dalam melakukan pembayaran. Pembayaran secara online tersebut diharapkan dapat mempermudah pelanggan melakukan transaksi pembayaran dengan memanfaatkan seluruh fasilitas yang disediakan bank, antara lain melalui pembayaran tunai di Teller, Autodebet, ATM, Phone banking, Internet Banking, Mobile Banking, dan Kartu Kredit.
Pelayanan pembayaran melalui PPOB bertujuan untuk memberikan
banyak manfaat bagi konsumen, misalnya para konsumen listrik dapat membayar
listriknya dengan cepat di seluruh loket yang tersedia, transaksi dapat dilakukan
dengan mudah, karena hanya dengan menunjukkan IID pelanggan atau rekening
terakhir, dan keamanan uang konsumen listrik dari transaksi pembayaran rekening
listrik dapat terjamin.
Tujuan lain dari pelaksanaan sistem PPOB ini yaitu terciptanya peluang bisnis jasa pelayanan pembayaran online dengan menjadi downline bank, tercipta efisiensi berskala nasional karena tercipta sinergi antara penyedia jasa layanan, instansi terkai dan perbankan, serta akan tercipta transparansi sebagai cermin dari Good Corporate Governance. Walaupun kebijakan untuk menerapkan sistem PPOB bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, cepat, baru, murah, dan sederhana, namun pelaksanaan kebijakan ini masih menimbulkan pertentangan dari berbagai kalangan masyarakat.
Para pihak yang menentang kebijakan PPOB ini berpendapat bahwa pungutan biaya administrasi bank akibat perjanjian yang dilakukan antara pelaku usaha dan beberapa bank dalam transaksi pembayaran, melalui sistem PPOB ini dianggap tidak transparan. Mestinya sesuai hak konsumen, terbitnya kebijakan baru itu harus diinformasikan secara benar, jelas dan jujur. Namun demikian, informasi (sosialisasi) itu, tidak dengan otomatis mengikat secara huku m, karena hanya perjanjian dan Undang-Undang lah yang menjadi sumber perikatan, sehingga banyak dari kalangan masyarakat yang menganggap bahwa kebijakan sistem PPOB ini melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
B. Permasalahan
1. Bagaimana system payment point online bank dalam hukum perbankan?
2. Bagaimana kedudukan hukum konsumen/nasabah system payment point
online bank?
3. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen jasa perbankan dalam system payment point online bank ditinjau dari hukum perlindungan hukum konsumen?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan
a. Untuk mengetahui system payment point online bank dalam hukum perbankan
b. Untuk mengetahui kedudukan hukum konsumen/nasabah system payment point online bank
c. Perlindungan hukum bagi konsumen jasa perbankan dalam system payment point online bank ditinjau dari hukum perlindungan hukum konsumen
2. Manfaat a. Teoritis
Untuk memperkaya khasanah ilmu hukum, khususnya hukum penanaman modal (investasi). Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan kajian baru dalam bidang hukum perbankan, sehingga ilmu hukum perbankan semakin berkembang di masa mendatang.
b. Praktis
Dapat diajukan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan-rekan
mahasiswa, masyarakat, lembaga penegak hukum, praktisi hukum dan
pemerintah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan penanganan system PPOB di sektor perbankan di Indonesia
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Analisis Yuridis Kebijakan System Payment Point Online Bank Ditinjau dari Hukum Perlindungan Konsumen” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau diambil dari skripsi orang lain.
Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah.
Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi yang sama, maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.
E. Tinjauan Kepustakaan
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea kedua yang menyebutkan bahwa :
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur…”
Makna yang tersirat dari kata adil dan makmur dalam alinea kedua
tersebut merupakan keadilan yang diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selain itu juga pelaksanaan tujuan negara yang diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa :
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum...”
Amanat dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut merupakan konsekuensi hukum yang mengharuskan pemerintah tidak hanya melaksanakan tugas pemerintahan saja, melainkan juga kesejahteraan sosial melalui pembangunan nasional. Selain itu juga merupakan landasan perlindungan hukum atas pembayaran melalui perantara atau pihak ketiga secara on line, karena kata melindungi mengandung asas perlindungan hukum bagi segenap bangsa Indonesia untuk mencapai keadilan.
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 bahwa negara Indonesia merupakan negara hukum, maka segala kegiatan yang dilakukan di negara Indonesia harus sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak terkecuali dalam hal pelaksanaan kegiatan perekonomian khususnya perbankan. Demikian pula halnya dengan pelaksanaan pembangunan dalam kegiatan perekonomian dijabarkan melalui Pasal 33 ayat (1) dan (4) Undang-Undang Dasar 1945 yang menitikberatkan pada perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial dalam pembangunan.
Menurut pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang
dimaksud perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Salah satu pelaksanaan kegiatan usaha perbankan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah bisa dilakukan dengan cara konvensional ataupun melalui media alternatif lain.
Media alternative lain diantaranya pembayaran secara on line melalui Internet. Hal ini merupakan suatu bentuk pemanfaatan media internet oleh untuk mempromosikan dan sekaligus melakukan transaksi secara on line, baik dari produk yang sifatnya konvensional maupun yang baru.
4Selanjutnya, bank dalam melaksanakan aktifitasnya tidak telepas dari dana masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan. Sejalan dengan kepentingan bank agar memelihara kepercayaan masyarakat, Bank Indonesia diberi wewenang dan kewajiban untuk membina serta melakukan pengawasan terhadap bank dengan menempuh upaya- upaya baik yang bersifat preventif dalam bentuk ketentuan-ketentuan petunjuk, nasihat, bimbingan dan pengarahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakantindakan perbaikan.
5Pelayanan jasa perbankan pada saat ini, khususnya melalui media internet telah menarik perhatian para nasabah bank untuk memanfaatkan layanan tersebut.
Namun dalam hal ini pemanfaatan internet sebagai jaringan online bagi kegiatan Oleh karena itu, semestinya dalam penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan bank bagi nasabahnya harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4 Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 21.
5 Budi Agus Riswandi, Op. cit, hal.. 219.
perbankan, pihak nasabah merupakan salah satu pihak yang perlu mendapat perhatian dan perlindungan hukum. Pelayanan bank melalui media internet pada kenyataannya telah menimbulkan sejumlah permasalahan hukum, salah satu diantaranya yaitu perlindungan hukum dalam penyelenggaran layanan internet.
Selanjutnya, Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, pengertian perlindungan konsumen tampaknya diartikan dengan cukup luas, yaitu segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.
Perlindungan terhadap pengguna Layanan Operator Rekening Bersama adalah sama dengan perlindungan terhadap konsumen lainnya. Pengertian tersebut dihubungkan dengan definisi konsumen yang diatur dalam Pasal 1 ayat 2, yaitu setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Adapun hak-hak dari konsumen pengguna layanan Operator Bersama, berdasarkan Pasal 4 UUPK adalah sebagai berikut:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsurnsi barang dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan / atau jasa yang digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan komnpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Sementara itu, berdasarkan UUPK mengatur tentang Kewajiban penyedia jasa yang dilakukan pelaku usaha adalah sebagai berikut:
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan pcnggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
F. Metode penelitian
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian dimulai ketika seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah- masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.
61. Jenis penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan
6 Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, (Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004), hal 1.
logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.
72. Sumber data
Logika keilmuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.
Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian terhadap sumber- sumber hukum, peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, dokumen- dokumen terkait dan beberapa buku tentang analisis yuridis kebijakan system payment point online bank ditinjau dari hukum perlindungan konsumen.
a. Bahan hukum primer
Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
8b. Bahan Hukum Sekunder
Dalam tulisan ini di antaranya Kitab Undang- undang Hukum Perdata, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan peraturan perundang- undangan lain yang terkait.
Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau kajian yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu seminar-seminar, jurnal-jurnal hukum, majalah-majalah, koran-koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet.
7 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: UMM Press, 2007), hal. 57.
8 Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 1988, hal. 19.