• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEKERABATAN PLASMA NUTFAH KACANG HIJAU BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEKERABATAN PLASMA NUTFAH KACANG HIJAU BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMIK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEKERABATAN PLASMA NUTFAH KACANG HIJAU BERDASARKAN KARAKTER AGRONOMIK

Ratri Tri Hapsari1)

1)Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Telp (0341)-801648 e-mail : hapsari_ratri@yahoo.com

ABSTRAK

Identifikasi dan hubungan kekerabatan aksesi plasma nutfah kacang hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek) berdasarkan karakter agronomik bermanfaat untuk mengetahui keragaman genetik dan keunggulan aksesi yang dapat digunakan dalam perakitan varietas unggul baru.

Sebanyak 50 aksesi plasma nutfah kacang hijau asal introduksi dan lokal ditanam di KP Muneng (Probolinggo) MK 2010. Setiap aksesi ditanam sepanjang 4 m, variabel yang diamati meliputi 11 karakter agronomik. Hasil penelitian menunjukkan empat komponen utama (KU) mampu menerangkan keragaman total sebesar 72,9%. Karakter kuantitatif yang berperan penting pada KU 1 adalah umur masak, jumlah polong per tanaman, bobot 1000 biji, dan panjang polong. Pada KU 2, karakter yang berperan penting adalah tinggi tanaman, umur berbunga, dan jumlah polong per tangkai. Komponen utama yang berperan penting pada KU 3 dan KU 4 adalah warna dan jumlah biji per polong. Berdasarkan analisis gerombol, diperoleh 5 kluster pada jarak kemiripan 46,67. Kluster I dicirikan oleh umur masak dalam, polong pendek, bobot 1000 biji rendah sampai sedang, jumlah polong per tangkai sedang sampai tinggi.

Kluster II dicirikan oleh umur masak genjah, jumlah biji/polong rendah sampai tinggi, jumlah polong/tangkai rendah sampai sedang. Kluster III dicirikan oleh bobot 1000 biji yang tinggi.

Kluster IV dicirikan oleh jumlah polong/tanaman yang tinggi, umur masak yang dalam, dan tanaman yang tinggi. Kluster V dicirikan oleh warna biji coklat kusam. Perbaikan genetik kacang hijau dapat dilakukan menggunakan sumber gen dari MLGV 0353, MLGV 0354, MLGV 0358, dan MLGV 0460 untuk umur masak sangat genjah (52 HST). Aksesi MLGV 0511 untuk jumlah biji per polong yang tinggi (15), MLGV 0067, MLGV 0091 dan MLGV 0048 untuk jumlah polong per tangkai yang tinggi, dan aksesi MLGV 0362 dan MLGV 1019 untuk polong yang panjang. Aksesi MLGV 0215 untuk ukuran biji yang besar (78 g/1000 biji) dan MLGV 0048 untuk ukuran biji yang kecil (27 g/1000 biji).

Kata kunci: agronomik, plasma nutfah, Vigna radiata

ABSTRACT

Genetic relationship of mungbean (Vigna radiata (L.) Wilczek) germplasm based on agronomic character. Identification and phylogenetic relationship of mungbean germplasm based on agronomic characters useful to determine the genetic diversity and select superior accession for assembly new varieties. A total of 50 accessions of mungbean germplasm from local and introduction cultivated in Muneng Research Station (Probolinggo) on dry season 2010. Each accession planted along 4 m with 11 variables agronomic characters observed. The results showed that four principal components (PC) contributed 72.9% of total variability. The most important characters for PC 1 were days to maturity, number of pods per plant, 1000 seed weight and pod length. PC 2 were plant height, days to flowering and number of pods per cluster. The important characters in PC 3 and 4 is seed color and number of seeds per pod.

Based on clusters analysis there were 5 clusters with similarity distance 46,67. Cluster I characterized by long days to maturity, short length of pods, low to moderate 1000 seeds weight, moderate to high number of pods per cluster. Cluster II characterized by short days to

(2)

maturity, low to high number of seeds/pod, low to moderate number of pods/cluster. Cluster III characterized by high 1000 seeds weight. Cluster IV characterized by high number of pods/plant, days to maturity and plant height. Cluster V characterized by brown dull seed color.

Genetic improvement of mungbean can be performed using the gene source of MLGV 0353, MLGV 0354, MLGV 0358, and 0460 for very early maturity (52 days after planting), MLGV 0511 for high number of seeds per pod (15), MLGV 0067, MLGV MLGV 0091, and MLGV 0048 for high number of pods per cluster and accession MLGV 0362 and MLGV 1019 for long pod. MLGV 0215 for large seed size (78 g/1000 seed) and MLGV 0048 for small seed size (27 g/1000 seed) .

Keywords: agronomic, germplasm, Vigna radiata

PENDAHULUAN

Plasma nutfah memiliki peran penting dalam program pemuliaan tanaman sebagai bahan dasar perakitan varietas unggul. Oleh karena itu, kekayaan plasma nutfah harus dipelihara. Kegiatan eksplorasi, inventarisasi dan evaluasi, serta konservasi merupakan usaha pengkayaan dan pemeliharaan plasma nutfah mendukung pemuliaan tanaman dalam program perakitan varietas unggul.

Hubungan genetik atau hubungan kekerabatan bisa dijadikan dasar dalam perakitan varietas yang lebih potensial. Aksesi yang paling jauh jarak genetiknya kemudian dapat diseleksi dan disilangkan. Persilangan dilakukan untuk menggabungkan sifat-sifat yang dimiliki masing-masing tetua untuk menimbulkan keragaman genetik pada keturunannya.

Semakin jauh hubungan genetik antar calon tetua, semakin besar peluang terbentuknya kultivar yang potensial (Maxiselly et al. 2009). Menurut Jusuf (2008), terdapat tiga analisis yang dapat digunakan untuk klasifikasi atau pengelompokan plasma nutfah yang dida- sarkan pada sifat atau genetiknya, yaitu analisis gerombol (cluster analysis), analisis kom- ponen utama (pricipal component analysis), dan analisis diskriminan (discriminant analysis).

Menurut Gasperz (1995), analisis komponen utama dapat digunakan sebagai analisis perantara analisis gerombol. Perpaduan pengelompokan analisis komponen utama dengan analisis gerombol telah dilakukan oleh Musalamah et al. (2006) yang berhasil mengelompokkan 75 genotipe kacang hijau menjadi 11 kelompok besar. Hal serupa juga telah dilakukan Zubair et al. (2007) pada 40 genotipe kacang hijau yang menghasilkan empat kelompok berdasarkan hasil tinggi, umur berbunga dan umur masak. Pada tana- man kedelai, Iqbal et al. (2008) berhasil mengelompokkan 139 genotipe menjadi lima kelompok besar berdasarkan tiga komponen utama. Pada tanaman tebu, Tai dan Miller (2004) berhasil mengelompokkan 11 kelompok berdasarkan karakter kandungan sukrosa, glukosa, dan fruktosa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kekerabatan beberapa aksesi kacang hijau dan pengelompokkan aksesi tersebut berdasarkan analisis komponen utama dan analisis gerombol.

BAHAN DAN METODE

Sebanyak 50 aksesi plasma nutfah kacang hijau asal introduksi dan lokal (Tabel 1) ditanam di KP Muneng (Probolinggo) pada MK 2010. Setiap aksesi ditanam sepanjang 4 m dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm, dua tanaman/lubang. Pupuk dilakukan dengan

(3)

dosis 50 kg Urea, 75 kg SP36, dan 75 kg KCl/ha diberikan pada saat tanam. Karakter yang diamati antara lain umur berbunga, umur masak, bobot biji/plot, bobot 1000 biji, tinggi tanaman, jumlah polong/tangkai, jumlah polong/tanaman, panjang polong, jumlah biji/polong, warna biji dan bentuk daun.

Tabel 1. Aksesi plasma nutfah kacang hijau yang digunakan dalam penelitian.

No Aksesi Asal No Aksesi Asal

1 MLGV 0033 Srilangka 26 MLGV 0119 India

2 MLGV 0035 Philip 27 MLGV 0120 India

3 MLGV 0036 Vietnam 28 MLGV 0149 Taiwan

4 MLGV 0037 Vietnam 29 MLGV 0215 Taiwan

5 MLGV 0039 India 30 MLGV 0236 Taiwan

6 MLGV 0048 India 31 MLGV 0321 Taiwan

7 MLGV 0051 India 32 MLGV 0333 Indon

8 MLGV 0067 India 33 MLGV 0351 Indon

9 MLGV 0078 Brazil 34 MLGV 0353 Indon

10 MLGV 0084 India 35 MLGV 0354 Indon

11 MLGV 0087 Thailand 36 MLGV 0358 Indon

12 MLGV 0088 Thailand 37 MLGV 0362 Indon

13 MLGV 0089 Thailand 38 MLGV 0368 Indon

14 MLGV 0090 Philip 39 MLGV 0374 Indon

15 MLGV 0091 Usa 40 MLGV 0455 Philip

16 MLGV 0093 Korea 41 MLGV 0460 Srilangka

17 MLGV 0096 Thailand 42 MLGV 0483 Philip

18 MLGV 0099 Philip 43 MLGV 0495 India

19 MLGV 0101 Philip 44 MLGV 0511 Taiwan

20 MLGV 0103 Philip 45 MLGV 0518 Taiwan

21 MLGV 0104 Philip 46 MLGV 0581 Indon

22 MLGV 0105 Korea 47 MLGV 0936 Taiwan

23 MLGV 0106 China 48 MLGV 1019 Taiwan

24 MLGV 0108 Philip 49 MLGV 1020 Taiwan

25 MLGV 0118 India 50 MLGV 1067 Indon

Analisis komponen utama (principal component analysis/PCA) dilakukan setelah data ditransformasi ke dalam bentuk data baku Z untuk mengurangi pengaruh perbedaan dalam skala pengukuran sehingga antar peubah bebas tidak saling mempengaruhi. Penge- lompokan data diolah menggunakan analisis gerombol (cluster analysis) berdasarkan skor komponen utama paling bermakna dari PCA. Analisis gerombol menggunakan metode pautan rata-rata (average linkage) dan jarak pengukuran euclidean. Seluruh data dianalisis dengan program Minitab ver 1.4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakter kuantitatif yang diamati memiliki keragaman yang cukup tinggi, hal ini ter- cermin dari rentang nilai minimum dan maksimum yang cukup besar. Karakter bobot biji

(4)

per plot memiliki rentang yang paling besar dengan simpangan baku 260,16 sedangkan karakter jumlah polong per tangkai memiliki nilai yang hampir mirip rata-rata dengan sim- pangan baku 0,65 (Tabel 2). Aksesi plasma nutfah yang digunakan berasal dari Indonesia dan luar negeri (Brazil, China, India, Korea, Filipina, Taiwan, Thailand, USA, Vietnam, dan Srilangka).

Tabel 2. Nilai minimum, maksimum, rata-rata dan simpangan baku karakter kuantitatif.

Karakter kuantitatif Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan baku

Umur berbunga (HST) 32 42 34 2,10

Umur masak (HST) 52 66 58 3,94

Bobot biji/plot (g) 333 1441 841 260,16

Bobot 1000 biji (g) 27 78 55 11,84

Tinggi tanaman (cm) 73 118 95 10,25

Jml polong/tangkai 2 4 3 0,65

Jml polong/tanaman 6 29 13 4,64

Panjang polong (cm) 6 11 9 1,02

Jumlah biji/polong 9 15 12 1,20

Warna biji 1 7 1 1,05

Analisis komponen utama bertujuan untuk mereduksi data dan mengintepretasikannya (Gaspersz 1995). Sartono et al. (2003) melaporkan bahwa komponen utama dapat ditentukan berdasarkan nilai akar ciri. Nilai akar ciri di bawah satu tidak digunakan dalam menghitung jumlah komponen utama yang terbentuk. Berdasarkan hal tersebut, ditetapkan empat komponen utama yang mampu menerangkan keragaman total sebesar 72,9% (Tabel 2). Beberapa peneliti melaporkan bahwa keragaman 71–85% dinilai layak untuk menentukan keberartian suatu komponen utama (Musalamah et al. 2006, Zubair et al. 2007, Rahim et al. 2008).

Komponen utama (KU) ke-1 menyumbang keragaman 37,4%, sedangkan KU 2, KU 3 dan KU 4 masing-masing menyumbangkan 15,2%, 10,3% dan 1%. Karakter kuantitatif yang berperan penting terhadap KU 1 adalah umur masak, jumlah polong per tanaman, bobot 1000 biji, dan panjang polong. Pada KU 2 karakter yang berperan penting adalah tinggi tanaman, umur berbunga, dan jumlah polong per tangkai. Pada KU 3, komponen yang berperan penting adalah warna biji dan jumlah biji per polong, dan pada KU 4 jumlah biji per polong (Tabel 3).

Berdasarkan koefisien komponen utama yang terpilih, dilakukan pengelompokan data menggunakan cluster analysis. Hasil pengelompokan data tercermin pada Gambar 1.

Apabila pemotongan dilakukan pada jarak kemiripan 46,67 maka akan diperoleh lima kluster. Kluster pertama beranggotakan sembilan aksesi (Tabel 4). Aksesi yang tergabung dalam kluster satu memiliki ciri khas umur masak yang dalam (59–65 HST), ukuran polong pendek (6,42–9,8 cm), jumlah polong per tangkai sedang sampai tinggi (2,74–

4,06), dan bobot 1000 biji rendah sampai sedang (27–57 cm). Aksesi yang menonjol pada kluster ini adalah MLGV 0067, MLGV 0091, dan MLGV 0048 untuk jumlah polong per tangkai yang tinggi dan MLGV 0048 untuk ukuran biji yang kecil (27,3 g). Ginting et al.

(5)

(2008) melaporkan kacang hijau yang berukuran biji kecil dan warna mengkilat lebih disukai untuk pembuatan kecambah karena akan menghasilkan jumlah yang banyak.

Tabel 3. Koefisien komponen utama karakter agronomik 50 aksesi kacang hijau.

Karakter Kuantitatif KU 1 KU 2 KU 3 KU 4 KU 5

Umur berbunga (HST) 0,326 0,485 0,004 0,061 –0,101

Umur masak (HST) 0,415 0,200 –0,138 0,123 –0,026

Bobot biji/plot (g) –0,284 –0,100 –0,026 –0,363 –0,683 Bobot 1000 biji (g) –0,414 0,231 –0,187 –0,116 0,057 Tinggi tanaman (cm) 0,250 0,531 –0,013 –0,227 –0,316 Jml polong/tangkai 0,249 –0,454 0,153 –0,358 –0,023 Jml polong/tanaman 0,366 –0,225 0,236 –0,222 –0,137 Panjang polong (cm) –0,364 0,195 –0,175 –0,324 0,064 Jumlah biji/polong 0,033 –0,266 –0,589 0,511 –0,316

Warna biji –0,229 0,111 0,507 0,273 0,183

Bentuk daun 0,163 –0,034 –0,481 –0,408 0,513

Akar ciri 4,116 1,666 1,129 1,101 0,839

Proporsi keragaman 0,374 0,152 0,103 0,100 0,076

Proporsi kumulatif 0,374 0,526 0,628 0,729 0,805

Kluster dua beranggotakan 37 aksesi, semua aksesi dari Indonesia termasuk ke dalam kelompok ini, yang dicirikan oleh umur masak yang lebih cepat (52–62 HST), jumlah biji/polong yang tinggi (9,48–14,8), jumlah polong/tangkai rendah sampai sedang (1,66–

3,42). Aksesi yang menonjol pada kluster ini adalah MLGV 0353, MLGV 0354, MLGV 0358, dan MLGV 0460 yang memiliki umur masak sangat genjah (52 HST). Aksesi MLGV 0511 memiliki jumlah biji per polong yang tinggi (15). Hakim (2006) melaporkan jumlah polong/tanaman, panjang polong, jumlah biji per polong, bobot 1000 biji, dan bobot biji/tanaman berkorelasi positif dengan hasil biji kacang hijau.

Kluster tiga hanya beranggotakan aksesi MLGV 0215 yang memiliki ciri khas bobot 1000 biji yang tinggi (78 g) berasal dari introduksi (Taiwan). Hakim (2008) mengelompok- kan ukuran biji kacang hijau menjadi tiga, yaitu besar (>61 g/1000 biji), sedang (50–60 g/1000 biji), dan kecil (<50 g/1000 biji). Berdasarkan hal tersebut, maka aksesi MLGV 0215 tergolong berbiji besar. Ginting et al. (2008) melaporkan kombinasi sifat fisik, seperti warna kusam dan ukuran biji besar, lebih disukai untuk bahan pengisi bakpia.

Kluster empat terdiri dari dua aksesi, yaitu MLGV 0039 dan MLGV 0149. Karakter penciri dari kelompok ini adalah memiliki jumlah polong/tanaman yang tinggi (26 dan 29), umur masak dalam (66 dan 62 HST), dan tanaman yang tinggi (118 dan 102 cm). Aksesi MLGV 0039 berasal dari India sedangkan MLGV 0149 berasal dari Taiwan. Kluster lima hanya beranggotakan aksesi MLGV 0067 yang memiliki ciri khas warna biji coklat kusam.

Menurut Hakim dan Sutarman (1996), kacang hijau yang berwarna hijau kusam mempu- nyai mutu lebih baik karena rasanya lebih enak (pulen) dan bila dibuat bubur lebih tahan basi dibandingkan dengan biji yang mengkilat. Hal yang relative berbeda dilaporkan oleh Ginting et al. (2008) bahwa biji yang warna kulitnya kusam tidak selalu cepat mekar bila

(6)

direbus, demikian sebaliknya. Hal ini dibuktikan dengan penelitian terhadap varietas no 129, lokal PB, Kenari, Kutilang dan Merpati yang memiliki kulit biji mengkilat namun me- miliki waktu mekar yang relatif singkat (≤35 menit).

Gambar 1. Dendogram pengelompokan 50 aksesi kacang hijau

Tabel 4. Pengelompokan aksesi kacang hijau berdasarkan karakter agronomik Kelompok Aksesi dalam cluster (MLGV) Karakter penciri kelompok

1 0048, 0051, 0084, 0495, 0093, 0091,

0078, 0089, 0118 Umur masak yang dalam, panjang polong yang pendek, bobot 1000 biji rendah sampai sedang, jumlah polong per tangkai sedang sampai tinggi 2 0033, 0374, 0105, 0351, 0353, 0581,

0108, 0354, 0358, 0460, 0483, 0036, 0106, 0120, 0119, 1067, 0088, 0096, 0099, 0104, 0090, 0236, 0101, 0518, 0936, 0333, 0362, , 0037, 0087, 0455, 0321, 0511, 0368, 1019, 1020, 0035, 0103

Umur masak yang lebih cepat, jumlah biji/polong rendah sampai tinggi, jumlah polong/tangkai rendah sampai sedang

3 0215 Bobot 1000 biji yang tinggi

4 0039, 0149 Jumlah polong/ tanaman yang tinggi,

umur masak yang dalam, tanaman yang tinggi

5 0067 Warna biji coklat kusam

Jika dikaitkan dengan daerah asalnya, tidak semua aksesi yang berasal dari daerah yang sama berada pada satu kelompok. Saini et al. (2010) melaporkan bahwa genotipe kacang hijau yang berasal dari daerah yang sama tidak selalu berada satu grup. Hal serupa juga dilaporkan Bisht et al. (1998) dan Afzal et al. (2004) yang tidak menemukan adanya hubungan antara variasi wilayah geografis dengan keragaman genetik kacang hijau. Pada tanaman kedelai, Das et al. (2001) melaporkan tidak ada hubungan paralel

(7)

antara perbedaan genetik dengan distribusi geografis suatu genotipe. Menurut Murthy dan Arunachalam (1966) dalam Saini et al. (2010), perbedaan antara asal geografis dengan posisi genotipe di dalam dendogram dapat disebabkan oleh erosi genetik dan proses seleksi di lokasi atau lingkungan yang berbeda, sehingga keragamannya menjadi lebih besar dibandingkan dengan asal geografisnya.

KESIMPULAN

1. Empat komponen utama (KU) mampu menerangkan keragaman total sebesar 72,9%.

2. Analisis gerombol mampu mengelompokkan lima kluster pada jarak kemiripan 46,67.

3. Perbaikan genetik kacang hijau dapat dilakukan menggunakan sumber gen dari MLGV 0353, MLGV 0354, MLGV 0358 dan MLGV 0460 untuk umur sangat genjah (52 HST) dan MLGV 0511 untuk jumlah biji per polong yang tinggi (15). Jumlah polong per tangkai yang tinggi dimiliki oleh MLGV 0067, MLGV 0091, dan MLGV 0048 serta polong yang panjang (MLGV 0362 dan MLGV 1019). MLGV 0215 memiliki ukuran biji yang besar (78 g/1000 biji) dan MLGV 0048 berukuran biji yang kecil (27 g/1000 biji).

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ir. Hadi Purnomo dan Ir. Syukur (KP Muneng) atas bantuannya sehingga penelitian ini berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Afzal, M.A., M.M Haque and S. Shamugasudaram. 2004. Random amplified polymorphic DNA (RAPD) analysis of selected mungbean [Vigna radiata (L.) Wilczek] cultivars. Asian J. Plant Sci 3: 20–24.

Bisht, I.S., R.K Mahajan and T.G Kawalkar. 1998. Diversity in green gram [Vigna radiata (L.) Wilczek] germplasm collection and its potential use of crop improvement. Ann. Appl. Biol 132: 301–312.

Das, SP., P.N Harer dan A.B Biradar. 2001. Genetic divergence and selection of genotypes in soybean. J. Mah. Agric. Univ. 25(3): 250–252.

Gasperz. 1995. Teknik analisis dalam penelitian percobaan 2. Tarsito. Bandung. 718 hlm.

Ginting, E., Ratnaningsih, dan R. Iswanto. 2008. Karakteristik fisik dan kimia 17 genotipe kacang hijau untuk bahan pangan Dalam A. Harsono, A. Taufiq, A.A. Rahmianna, Suhar- sono, M.M. Adie, F. Rozi, A. Wijanarko, A. Widjono, R. Soehendi (eds.), Seminar Nasio- nal Balitkabi: Inovasi Teknologi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Keman- dirian Pangan dan Kecukupan Energi. Pp. 450–465. Malang, 9 November 2007.

Hakim, L. 2008. Konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik kacang hijau. Jurnal Litbang Pertanian 27(1):16–23.

Hakim, L. 2006. Pemanfaatan keragaman genetik plasma nutfah kacang hijau asal introduksi.

Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 25 (3):176–180.

Hakim, L., dan T. Sutarman. 1996. Karakterisasi sifat kualitatif dan kuantitatif plasma nutfah kacang hijau. Buletin Plasma Nutfah 1(1):38–43.

Iqbal, Z., M. Arshad, M. Asraf, T. Mahmood and A. Waheed. 2008. Evaluation of soybean (Glycine max (L.) Merril) germplasm for some important morphological traits using multi- variate analysis. Pak.J.Bot 40 (6): 2323–2328.

Jusuf, M. 2008. Metode eksplorasi, inventarisasi, evaluasi dan konservasi plasma nutfah.

(8)

http://anekaplanta.wordpress.com/2008/01/13/metode-eksplorasi-inventarisasi-evaluasi- dan-konservasi-plasmanutfah. Akses 15 April 2014.

Maxiselly, Y., N. Carsono dan A. Karuniawan. 2009. Hubungan kekerabatan plasma nutfah talas lokal Jawa Barat dengan analisis klastering berdasarkan karakter morfologi. Zuriat 20(2):121–133.

Musalamah, R. Iswanto dan M. Anwari. 2006. Pengelompokan aksesi kacang hijau berdasar- kan karakter kuantitatif Dalam Suharsono, A.K. Makarim, A.A. Rahmianna, M.M. Adie, A.

Taufiq, F. Rozi, I K. Tastra, D. Harnowo (eds.), Seminar Nasional Balitkabi: Peningkatan Produksi Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Mendukung Kemandirian Pangan. pp.

182–188. Malang, 25–26 Juli 2005.

Rahim M.A., A.A Mia, F. Mahmud, and K.S Afrin. 2008. Multivariate analysis in some mungbean [Vigna radiata (L.) Wilczek] accessions on the basis of agronomic traits. Am- Euras. J. Sci. Res. 3(2):217–221.

Saini M., S. Singh, Z. Hussain and A. Yadav. 2010. RAPD analysis in mungbean [Vigna radiata (L.) Wilczek]: I. Assesment of genetic diversity. Indian J. Biotechnol 9:137–146.

Sartono, B., F. M. Affendi, U. D. Syafitri, I. M. Sumertajaya, dan Y. Anggraeni. 2003. Analisis Peubah Ganda. FMIPA IPB, Bogor. 317 hlm.

Tai, P.Y.P and J.D Miller. 2004. Germplasm diversity among four sugarcane spesies for sugar composition. Crop Sci 38:1362–1368.

Zubair M., S.U Ajmal, M. Anwar, and A. M Haqqani. 2007. Multivariate analysis for quantitative traits in mungbean [Vigna radiata (L.) Wilczek]. Pak. J. Bot., 39(1):103–113.

Gambar

Tabel 1. Aksesi plasma nutfah kacang hijau yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 2. Nilai minimum, maksimum, rata-rata dan simpangan baku karakter kuantitatif.
Tabel 3. Koefisien komponen utama karakter agronomik 50 aksesi kacang hijau.
Tabel 4. Pengelompokan aksesi kacang hijau berdasarkan karakter agronomik  Kelompok  Aksesi dalam cluster (MLGV)  Karakter penciri kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya

Analisis regresi dalam penelitian ini menghasilkan bahwa secara simultan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan secara simultan berpengaruh

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, implikasi bimbingan dan konseling yang dapat diberikan untuk meningkatkan pengaruh dukungan sosial guru

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (a) Pengolahan tanah dan mulsa jerami menghasilkan interaksi pada komponen pertumbuhan dan yang terbaik pada

Pada faktor blade turbin, dapat dilihat data pengoperasian turbin unit 1 dan 2 setiap tahunnya mengalami kenaikan debit untuk mencapai daya yang sama, hal ini berarti terjadi

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (data iklim meliputi curah hujan yang tinggi, kelembaban tinggi dan suhu udara yang rendah) dan variabel

Nilai Nagelkerke R square sebesar .462 atau 46.2%, nilai ini menunjukkan bahwa sebesar 46.2% perkembangan dana PUAP dapat dijelaskan oleh jumlah kelompok tani,

ruang, tata warna, pencahayaan, sirkulasi udara (ventilasi) dan tata suara (akustik) secara bersama- sama berperan terhadap kepuasan pemustaka. 2) lima elemen desain