• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia dilihat dari jumlah perusahaan yang lebih dominan dibandingkan yang lainnya. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai Bulan November 2011 adalah sebanyak 137 dari 440 perusahaan keseluruhan. (sumber : www.idx.com)

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang menjalankan proses pembuatan suatu produk. Sebuah perusahaan bisa dikatakan perusahaan manufaktur jika ada tahapan input-proses-output yang akhirnya menghasilkan suatu produk. Karakteristik utama dari perusahaan manufaktur adalah mengolah sumber daya menjadi barang jadi dalam suatu proses pabrikasi. Aktivitas perusahaan yang tergolong dalam perusahaan manufaktur tergolong ke dalam tiga kegiatan utama :

(2)

ii

a. Kegiatan utama untuk memperoleh atau menyimpan input atau bahan baku

b. Kegiatan pengolahan atau pabrikasi atau perakitan atas bahan baku menjadi barang jadi

c. Kegiatan menyimpan atau memasarkan barang jadi

Kegiatan tersebut harus dapat tercermin dalam laporan keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur.

1.1.1 Jenis Perusahaan Manufaktur

Dari segi produk yang dihasilkan, aktivitas industri manufaktur mencakup berbagai jenis usaha antara lain :

(3)

1 1. Food beverages

2. Tobacco manufacture 3. Textile mill products

4. Apparel & other textile products 5. Lumber & wood products 6. Paper & allied products 7. Chemical & allied products 8. Adhesive

9. Plastic & glass products 10. Cement

11. Metal & allied products 12. Fabricated metal products

13. Stone, clay, glass & concrete products 14. Cables

15. Electronic & office equipment 16. Automotive & allied products 17. Photographic equipment 18. Pharmaceutical

19. Consumer goods

(sumber : www.sahamok.com)

1.1.2 Resiko Perusahaan Manufaktur

Setiap industri dalam menjalankan kegiatannya pasti memiliki peluang untuk menghadapi resiko perusahaan. Berikut adalah resiko-resiko yang dimungkinkan dihadapi perusahaan manufaktur :

(4)

2

a. Resiko sulitnya memperoleh bahan baku karena kelangkaan bahan baku atau karena ketergantungan yang tinggi terhadap suatu pemasok.

b. Resiko berfluktuasinya nilai tukar Rupiah.

c. Resiko kapasitas produk yang tidak terpakai yang terjadi karena kurangnya daya serap pasar terhadap produk, kompetisi, perubahan teknologi, adanya restriksi pemerintah terhadap produksi barang tertentu.

d. Resiko hak paten atas formula bagi suatu produksi barang.

e. Resiko leverage yang terkait pada kewajiban-kewajiban perusahaan karena pendanaan dari luar eksternal perusahaan.

f. Resiko pemasaran antara lain tidak terjualnya barang jadi, kerusakan dan kehilangan jalur distribusi dan pemasaran, habisnya daur hidup produk.

g. Resiko penelitian dan pengembangan produk, antara lain biaya penelitian dan pengembangan yang gagal untuk menghasilkan produk baru.

h. Resiko dampak usaha terhadap lingkungan yang tercermin dari peringkat analisis mengenai dampak lingkungan yang diberikan oleh Bapedal dan unjuk rasa ketidakpuasan penduduk di lingkungan setempat.

i. Resiko tidak tertagihnya piutang yaitu resiko yang muncul karena rendahnya kolektabilitas piutang. Resiko ini terkait langsung pada industri manufaktur karena sistem penjualan pada industri manufaktur umumnya tidak dilakukan secara kas.

1.2 Latar Belakang Penelitian

Krisis ekonomi global pada tahun 2007 mengakibatkan pesatnya persaingan dalam dunia usaha. Kenaikan harga minyak mentah dunia pada tahun

(5)

3

2007 yang mengakibatkan krisis keuangan global pada tahun 2008 sehingga mempengaruhi laba yang diperoleh perusahaan manufaktur. Adanya krisis global ini membawa dampak pada hampir semua aktivitas perekonomian. Berbagai industri manufaktur terutama yang berorientasi ekspor seperti tekstil, sepatu dan elektronik, mulai mengurangi kegiatannya termasuk mengurangi tenaga kerja karena permintaan pasar ekspor yang menurun. (sumber : www.ilmusaham.wordpress.com)

Selain kegiatan yang berkurang, ternyata investasi terhadap perusahaan manufaktur pun menurun. Menurunnya investasi manufaktur dalam negeri dikarenakan beberapa faktor yaitu pertama, struktur biaya berubah seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kedua, sikap lembaga perbankan yang terlalu berhati-hati dan mengakibatkan berkurangnya arus permodalan, sehingga menyusutkan dukungan investasi manufaktur. Dua faktor tersebut yang menjadi masalah para pengusaha manufaktur nasional sehingga mereka memutuskan untuk menarik kembali rencana investasi.

Untuk mendapatkan kembali perhatian investor, pembagian dividen dapat menjadi salah satu caranya. Investor memiliki beberapa motivasi dalam menanamkan sahamnya dalam perusahaan, salah satunya karena dividen.

Investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau cenderung naik dari waktu ke waktu karena dengan stabilitas dividen tersebut dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan, sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi. Pembayaran dividen dalam bentuk tunai lebih disukai investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya kedalam perusahaan. Demikian juga stabilitas dividen yang dibayarkan juga akan mengurangi ketidakpastian dari profitabilitas perusahaan, sehingga stabilitas dividen juga merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan manajemen perusahaan (Sulastri dan Harmadi, 2009:57).

(6)

4

Pertumbuhan investasi merupakan salah satu yang mempengaruhi besarnya laba ditahan karena laba ditahan merupakan salah satu internal fund dalam perusahaan yang merupakan alternatif pembiayaan utama menurut pecking order theory. Perusahaan yang memiliki banyak kesempatan untuk melakukan investasi, akan mendorong perusahaan untuk menaikkan besarnya laba ditahan. Hal ini akan ikut mempengaruhi dividen karena jika laba yang ditahan semakin besar, pembagian dividen yang dilakukan akan semakin kecil.

Perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang tinggi, akan melakukan investasi dalam berbagai proyek yang akan meningkatkan nilai pasar dan nilai buku ekuitas. Kenaikan dalam pasar ekuitas akan menurunkan nilai dari debt ratio.

Perusahaan dengan prospek yang baik akan mengatasi masalah kebutuhan dana dengan melakukan peminjaman untuk memanfaatkan kesempatan untuk investasi. Namun apabila prospek perusahaan kurang baik akan membuat kebutuhan dana berlangsung secara terus menerus, sehingga perusahaan akan mengatasi masalah kebutuhan dana dengan peluang investasi yang baru.

Struktur modal hubungannya dengan nilai perusahaan masih menjadi perdebatan tentang ada atau tidaknya hubungan antara keduanya. Pandangan pertama yang dikenal dengan pandangan tradisional, menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan kedua dinyatakan oleh Modigliani dan Miller yang menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Bagi manajer yang percaya pada pandangan tradisional akan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menggunakan struktur modal yang tepat. Karena jika mereka salah dalam mengambil keputusan, nilai perusahaan akan turun dan hal itu akan mengakibatkan turunnya kesejahteraan dari para pemegang saham (Atmaja, 2008:262).

Pandangan tradisional didukung oleh dua teori, yaitu trade off theory dan pecking order theory. Hartono (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa pecking order theory lebih dapat menjelaskan kebijakan struktur modal

(7)

5

dibandingkan dengan trade off theory. Karena itu, trade off theory tidak akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini. Hal ini didukung oleh penelitian Sari (2006) yang menemukan bahwa terdapat bukti berlakunya pecking order theory pada perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Sedangkan trade off theory tidak ditemukan bukti empirisnya. Hipotesis pecking order theory menyatakan bahwa manajer akan memilih tingkat pembelanjaan modal yang memaksimalkan kemakmuran pemegang saham saat ini, tanpa memperhatikan kepemilikan manajer tersebut atas saham perusahaan. Mereka juga mengemukakan bahwa perusahaan cenderung menggunakan internal fund untuk memenuhi kebutuhan pendanaan terlebih dahulu dan apabila internal fund tidak dapat memenuhinya, maka perusahaan akan menggunakan debt sebelum akhirnya menggunakan external equity (Hartono, 2003).

Pecking order theory adalah salah satu teori yang berdasarkan pada asimetri informasi, dimana ada salah satu pihak yang mengetahui informasi lebih banyak dibandingkan pihak lainnya. Pihak yang mengetahui informasi lebih banyak adalah para manajer yang membuat para manajer lebih punya banyak pilihan untuk menetapkan keputusan pendanaan. Manajer cenderung mengambil keputusan dengan memperhatikan kesejahteraan pemegang saham yang lama dibandingkan yang baru. Adanya asimetri informasi, investor biasanya akan mengartikan sebagai berita buruk apabila perusahaan mendanai investasinya dengan menerbitkan ekuitas. Investor beranggapan bahwa seharusnya penerbitan ekuitas baru dilakukan oleh manajer apabila saham perusahaan dinilai lebih tinggi. Pemberitahuan penerbitan ekuitas-ekuitas baru menyebabkan nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham menjadi turun. Karena itu para manajer sebisa mungkin menghindari adanya penerbitan ekuitas baru untuk menghindari terjadinya penurunan nilai perusahaan (Atmaja, 2008:260-262).

Seftianne dan Handayani (2011) menemukan bahwa growth opportunity akan memepengaruhi struktur modal. Perusahaan yang mempunyai akan menghadapi kesenjangan inforamsi yang tinggi antara manajer dan investor luar

(8)

6

tentang kualitas proyek investasi perusahaan. Adanya kesenjangan informasi tersebut menyebabkan biaya modal ekuitas saham lebih besar dibanding biaya modal utang karena dipandang dari sudut investor, modal saham lebih beresiko dibanding hutang. Implikasinya adalah perusahaan akan cenderung menggunakan hutang terlebih dahulu sebelum menggunakan ekuitas saham baru.

Penelitian yang dilakukan Sulastri dan Harmadi (2009:62) menyimpulkan bahwa ada indikasi investasi turut dipertimbangkan dalam pembayaran besarnya dividen. Manajer di Indonesia memiliki kecenderungan memilih menggunakan sumber pendanaan untuk investasi adalah dengan retained earning atau laba ditahan. Laba ditahan merupakan sisa pendapatan yang didapat setelah pembagian dividen dilakukan dan digunakan untuk jadi dana cadangan ketika suatu saat perusahaan membutuhkan dana mendadak.

Tetapi, pembagian dividen dilakukan setelah besarnya dana ditahan ditetapkan.

Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan mendahulukan penggunaan internal fund dalam kebutuhan pendanaan.

Apabila semua dana untuk membiayai aktiva perusahaan berasal dari internal fund, perusahaan tidak terikat pada kewajiban tetap untuk membayar bunga atas utang yang diambil dalam rangka pendanaan perusahaan. Tapi dengan menggunakan dana internal, akan mempengaruhi pembagian dividen perusahaan.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pembagian dividen akan mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap perusahaan. Sebisa mungkin perusahaan harus menambah atau minimal membagikan dividen dengan tetap, agar kepercayaan terhadap perusahaan tetap terjaga. Pecking order theory mengemukakan bahwa perusahaan akan menggunakan debt jika internal fund dalam perusahaan tidak dapat mencukupi untuk mengatasi masalah kebutuhan dana. Saat investasi meningkat tapi dana internal tidak mampu memenuhinya, perusahaan akan mencari sumber dana baru. Jika mengikuti perilaku pecking order, maka perusahaan akan melakukan hutang sebelum akhirnya menerbitkan saham baru. Ketika hutang digunakan, akan muncul pembiayaan baru dalam

(9)

7

jangka waktu tertentu yang bersifat tetap tanpa memandang besarnya laba atau rugi dari perusahaan yang disebut beban bunga. Beban bunga nantinya akan mengurangi besarnya pendapatan yang diperoleh perusahaan. Jika pendapatan berkurang karena beban bunga, dividen yang dibagikan pun akan berkurang. Hal ini karena pendapatan berpengaruh terhadap besarnya dividen yang dibagikan.

Secara tidak langsung, besarnya hutang akan mempengaruhi besarnya dividen yang dibagikan.

Penelitian ini untuk meneliti adanya pengaruh financial leverage dan pertumbuhan investasi terhadap dividend payout ratio yang nantinya akan membuktikan perlakuan pecking order pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Keown et al. (2005:214) mengemukakan bahwa ketika peluang perusahaan naik, rasio pembayaran dividen harus turun. Dengan kata lain, ada hubungan terbalik antara besarnya investasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan yang melebihi biaya modal dan dividen yang dikembalikan investor.

Karena adanya biaya pengambangan yang terkait dengan modal eksternal, penahanan ekuitas internal lebih disukai ketimbang menjual saham (menurut kekayaan pemegang saham yang ada sekarang).

Donna (2004) menemukan bahwa peluang investasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap dividend payout ratio. Hal ini bertentangan dengan pendapat dari Myers. Myers meringkas teori pecking order tentang struktur modal dengan 4 poin (Keown et al, 2005:214):

a. Perusahaan menyesuaikan kebijakan dividen dengan peluang investasi

b. Perusahaan lebih suka mendanai peluang investasi dengan dana pertama-tama secara internal, jika tidak mencukupi kemudian mencari dana eksternal

c. Ketika dibutuhkan dana eksternal, pertama-tama perusahaan menerbitkan sekuritas hutang

(10)

8

d. Ketika dibutuhkan lebih banyak dana ekstenal untuk mendanai proyek-proyek dengan NPV positif, pecking order akan diikuti

Financial leverage akan dilihat dari besarnya debt to asset ratio dimana diperoleh dari besarnya total hutang dibandingkan dengan total aset secara keseluruhan. Debt to asset ratio yang semakin besar, akan menyebabkan beban bunga yang tinggi juga. Pada pertumbuhan investasi dapat dilihat dari besarnya pertumbuhan aset tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan investasi akan berpengaruh pada kebutuhan kas yang nantinya akan mempengaruhi dividend payout ratio. Karenanya akan dipilih perusahaan yang investasinya bertumbuh dari tahun 2007-2010. Pada dividend payout ratio akan dihitung besarnya dividen yang akan dibayarkan dibagi pendapatan bersih setelah pajak.

Berdasarkan uraian di atas dengan dilatarbelakangi maksud dan tujuan untuk menguji adanya hubungan antara financial leverage dan investasi terhadap dividend payout ratio melalui pengujian hipotesis pecking order theory, maka peneliti mengambil judul “ANALISIS PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE DAN INVESTASI TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO MELALUI PENGUJIAN HIPOTESIS PECKING ORDER THEORY”

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh dari financial leverage dan investasi terhadap dividend payout ratio secara simultan?

2. Apakah terdapat pengaruh dari financial leverage dan investasi terhadap dividend payout ratio secara parsial?

3. Apakah perusahaan manufaktur di Indonesia telah memenuhi kriteria pecking order theory?

(11)

9 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menguji secara empiris hubungan antara financial leverage dan investasi terhadap dividend payout ratio apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan.

2. Menguji secara empiris hubungan antara financial leverage dan investasi terhadap dividend payout ratio apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial.

3. Mengetahui apakah perusahaan manufaktur di Indonesia telah memenuhi kriteria pecking order theory.

1.5 Manfaat Penelitian

Besar harapan peneliti agar hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat baik dari aspek teoritis maupun praktis sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Bagi akademisi, penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman yang lebih mendalam tentang struktur modal dalam perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan financial leverage, investasi dan dividend payout ratio.

Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi baru, khususnya ketika melakukan penelitian tentang pecking order theory.

b. Manfaat Praktis

Bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan yang berkaitan dengan keputusan struktur modal yang akan digunakan oleh perusahaan.

Bagi manajemen perusahaan untuk digunakan bukti empiris dan besarnya hubungan antara financial leverage dan investasi terhadap dividend payout ratio akan membantu perusahaan dalam menentukan

(12)

10

alternatif pendanaan dan investasi. Kaitannya juga dengan membantu menentukan struktur modal yang optimal untuk perusahaan.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Dalam bagian ini dijelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka yang dikaji dalam bab ini adalah yang terkait dengan permasalahan yang ditelaah secara lebih mendalam dalam penelitian ini, yaitu meliputi struktur modal, pecking order theory, financial leverage, dividend payout ratio dan investasi. Di dalamnya juga menjelaskan hubungan antara financial leverage terhadap dividend payout ratio dan hubungan antara investasi terhadap dividend payout ratio.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dibahas mengenai jenis penelitian, operasional variabel, teknik pengumpulan data, teknik sampling dan pengambilan sampel juga teknik analisis data.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini dijelaskan tentang analisis dan pengolahan data yang dilakukan serta pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran bagi perusahaan ataupun untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua memiliki peran yang besar dalam membentuk perilaku prososial remaja sehingga apabila orang tua

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Dalam melakukan perilaku menggosok gigi adalah dengan memecah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam sebuah task analysis. Berikut ini merupakan task analysis

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Data sekunder yang digunakan diperoleh dari beberapa sumber antara lain dari Bank Sentral Nigeria, Kantor Federal Statistik dan Organisasi Perdagangan Pangan dan