• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPACARA KEMATIAN DALAM AGAMA KHONGHUCU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPACARA KEMATIAN DALAM AGAMA KHONGHUCU"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPACARA KEMATIAN DALAM AGAMA KHONGHUCU

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh: SITI SA’DIAH NIM. 16520012

PRODI STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA 2020

(2)

ii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI

Dr. H. Ahmad Singgih Basuki

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

NOTA DINAS

Hal : Persetujuan Skripsi Lamp : -

Kepada Yth

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaian seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama : Siti Sa’diah Nim : 16520012

Prodi : Studi Agama-Agama

Judul : Upacara Kematian dalam Agama Khonghucu

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam prodi Studi Agama-agama UIN Sunan kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu sarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata satu dalam Studi Agama-Agama.

Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqosahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2 November 2020 Pembimbing

Dr. H. Ahmad Singgih Basuki

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

“Apa Yang Diri Sediri Tiada Inginkan,

Janganlah Diberikan Kepada Orang Lain”.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Dengan Rahmat Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan mengucap syukur Alhamdulillah ku persembahkan karya kecilku ini untuk orang yang berarti dalam hidupku, Bapak dan Ibuku tercinta. Terimakasih atas limpahan

doa dan kasih sayang yang tak terhingga, atas semua pengorbanan dan kesabarannya mengantarkanku sampai saat ini, tak pernah cukup aku membalas

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Segala puji bagi Allah SWT, Syukur alhamdulillah senantiasa penulis haturkan kehadirat-Nya, atas limpahan Rahmat, Taufiq, Hidayah serta Inayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, serta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Karena atas perjuangan dan bimbingan beliaulah kita dapat menikmati jaman kemenangan ini.

Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa petunjuk, bimbingan dan pengarahan-pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Al Makin, S.Ag., M.A.

2. Ibu Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M. Hum. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Dian Nur Ana, S.Ag. MA. dan ibu Aida Hidayah, S.Th. M.Hum. selaku ketua dan sekretaris prodi Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Muhammad Rifa’i, M.A. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan nasehat selama saya

(9)

ix

menjadi mahasiswa Studi Agama-Agama di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

5. Bapak Dr. H. Ahmad Singgih Basuki selaku Dosen Pembimbing Skripsi dengan sabar meluangkan waktunya dan memberikan pengarahan, kritikan, dan bimbingan sehingga penyusunan skripsi ini terselsesaikan. 6. Segenap Bapak Ibu dosen Studi Agama-Agama yang telah memberikan

banyak pendidikan serta pembelajaran dan ilmunya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada bagian Tata Usaha Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam prodi Studi Agama-Agama yang telah membantu dalam berbagai proses hingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Seluruh pegawai Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga yang telah membantu menyiapkan tempat serta fasilitas-fasilitas menunjang yang dibutuhkan selama proses penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tua Bapak Moch Nasir dan Ibu Marhamah yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan dorongannya kepada penulis. 8. Keluarga Besar PPM Al-Ashfa Yogyakarta, salam ta’dzim penulis

sampaikan pada pengasuh Dr. Shofiyullah Muzammil dan Dr. Imelda Fajriati, serta teman-teman santri PPM Al-Ashfa.

9. Teman-teman satu prodi Studi Agama-agama angkatan 2016 yang tidak bisa ku sebutkan satu persatu, peneliti ucapkan terimakasih atas kebersamaannya selama duduk di bangku kuliah.

(10)

x

10. Serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun material, secara langsung maupun tidak langsung kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Semoga apa yang telah diberikan menjadi amal shalih dan mendapat balasan dari Allah SWT. penulis/penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.

Yogyakarta, 2 November 2020 Mahasiswa

(11)

xi

ABSTRAK

Setiap yang dilahirkan pasti akan mengalami kematian, itu adalah hukum Tuhan. Upacara kematian setiap agama memiliki pandangan, tata cara dan tradisi yang berbeda-beda tentang perlakuan terhadap jenazah yang telah meninggal dunia. Upacara kematian dalam agama Khonghucu sangat berkaitan erat dengan ajaran Konfusius yang menekankan semangat bakti. Sehingga dalam pelaksanaan upacara banyak sekali simbol yang digunakan di dalamnya. Tujuan upacara kematian adalah untuk menunjukkan tanda bakti dan rasa hormat seorang anak kepada orang tuanya yang sudah meninggal. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui makna kematian dan proses pelaksanaan serta makna (simbol) yang digunakan dalam upacara kematian agama Khonghucu.

Penelitian ini adalah penelitian pustaka yang mana data diperoleh baik dari buku, jurnal atau artikel yang berkaitan dengan agama Khonghucu terutama tentang upacara kematian dalam agama khonghucu. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori simbol dari Mercie Eliade dengan pendekatan Antropologi. Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari makna yang terkandung dalam simbolisasi yang terdapat dalam upacara tersebut.

Kesimpulan yang dihasilkan adalah bahwa kematian dalam agama Khonghucu merupakan akhir dari kehidupan dan rangkaian dari Firman Tuhan bagi manusia dan perjalanan kembali kepada Tian Sang Maha Pencipta. pelaksanaan upacara kematian dalam agama Khonghucu meliputi Upacara Jib Bok, Mai Song, Sang Cong, Jib Gong, Peng Tuh/Ki Hok, Siau Siang (satu tahun) dan Tai Siang (tiga tahun). Makna simbol yang terkandung dalam upacara kematian adalah bentul laku bakti seorang anak kepada orang tuanya dan juga sebagai alat komunikasi, menyuarakan pesan-pesan ajaran agama dan budayanya. Simbol-simbol yang digunakan juga bermakna sebagai pengharapan orang yang ditinggal agar arwah orang yang meninggal dapat pergi serta hidup tentram dan damai di alamnya.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

SURAT PERNYATAAN BERJILBAB ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAKS ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Kegunaan Penelitian... 7 E. Tinjauan Pustaka ... 8 F. Landasan Teori ... 10 G. Metode Penelitian... 13 H. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II AGAMA KHONGHUCU DI INDONESIA DAN SISTEM KEPERCAYAAN DALAM AGAMA KHONGHUCU A. Sejarah PerkembanganAgama Khonghucu di Indonesia ... 15

B. Ajaran Agama Khonghucu ... 23

(13)

xiii

2. Intisari Ajaran Khonghucu ... 25

BAB III AJARAN AGAMA KHONGHUCU TENTANG UPACARA KEMATIAN A. Roh, Nyawa dan Kehidupan setelah Mati dalam Agama Khonghucu . 33 B. Upacara Kematian dalam Ajaran Khonghucu... 36

C. Tujuan Upacara Kematian... 40

BAB IV MAKNA DAN TATA UPACARA KEMATIAN DALAM AGAMA KHONGHUCU A. Kematian dalam Agama Khonghucu ... 45

B. Pelaksanaan Upacara Kematian dalam Agama Khonghucu ... 48

1. Upacara Jib Bok ... 49

2. Upacara May Song ... 53

3. Upacara Sang Cong ... 56

4. Upacara Jib Gong ... 59

5. Upacara Peng Tuh/Ki Hok ... 61

6. Upacara Siau Siang ... 63

7. Upacara Tai Siang ... 64

C. Makna Peralatan dan Sesaji dalam Upacara Kematian ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konfusianisme atau agama Khonghucu menjadi agama resmi di Indonesia pada tahun 2000. Tepatnya di era kepemimpinan presiden KH. Abdurrahman Wahid (GusDur), melalui TAP MPR nomor 6 tahun 2000.1 Eksistensi agama Khonghucu di Indonesia tentu tidak dapat dipisahkan dengan suku Tiongkok atau orang-orang Tionghoa sejak tinggal menjadi salah satu penghuni di Indonesia bersama-sama dengan berbagai sebuah sistem kepercayaan sudah ada, hidup dan berkembang khusus dipeluk oleh orang-orang Tiongkok sejak saat itu.

Keberadaan agama Khonghucu di Indonesia diperkirakan pada pertengahan abad ke 17, di bawa oleh orang-orang Tionghoa yang merantau ke Indonesia dan menyebut dirinya sebagai pemeluk agama Khonghucu.2 Mereka terdiri dari beberapa suku di antaranya: suku Teochiu hidup dan tinggal di pulau Sumatra, suku Hakka di Borneo (Kalimantan) dan suku Hokkien di pulau Jawa.3 Imigrasi orang Tionghoa ke Indonesia hampir semunya meliputi pria, kemudian mereka menikah dengan wanita pribumi dan menetap, dari pernikahan campur inilah

1 Dapat dilihat di Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2000

tentang Pencabutan Intruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.

2 Junaidy Sugianto, Nabi Khung Ce Hermeneutika Ajaran tentang Tuhan dan Dewa Ilahiat dalam Buku Cung Yung, (Malang: Madani, 2014), hlm. 46.

3 A. Singgih Basuki, Sejarah, Etika dan Teologi agama Khonghucu,

(15)

2

terbentuk masyarakat Cina peranakan. Menurut garis sosial, budaya dan ras, orang Tionghoa dibedakan mejadi dua yaitu, Tionghoa Totok dan Tionghoa peranakan. Tionghoa Totok adalah orang Tionghoa asli dan murni, sedangkan Tionghoa peranakan adalah Orang Tionghoa dari keturunan campuran.4

Keberadaan agama Khonghucu di Indonesia sebelum era Gus Dur dalam posisi wujuduhu ka ‘adamihi (keberdaannya dianggap tidak ada) karena adanya beberapa faktor. Kegiatan-kegiatan keagamaan berupa ibadah, ritual dan perayaan hari besar, upacara pernikahan, kematian dan sebagainya dilarang diadakan secara resmi dalam sistem administrasi pemerintahan, namun secara keyakinan tetap dianut oleh orang-orang Tiongkok. Setelah era kepemimpinan Gus Dur, agama ini menikmati kebebasannya mengekspresikan diri dalam sistem tata kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia sebagaimana agama-agama resmi lainnya seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha.5

Konfusianisme atau agama Khonghucu adalah agama yang tertua di Cina, tetapi bukan merupakan satu-satunya agama di sana.6 Sebagaimana sering dinyatakan dalam suatu pepatah Cina, yang menyatakan bahwa Cina mempunyai tiga agama, tetapi kendati demikian yang tiga agama itu menjadi satu, yaitu Konfusianisme, Taoisme dan

4 Aimee Dawis, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 83

5 A. Singgih Basuki, Sejarah, Etika dan Teologi agama Khonghucu, hlm. 6. 6 Rahmat Fajri (dkk.), Agama-Agama Dunia, (Yogyakarta: Jurusan

Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Belukar, 2012), hlm. 282.

(16)

3

Budhisme. Sekalipun secara struktur agama itu berbeda namun secara bersama-bersama telah ikut mewarnai dan membentuk kejiwaan bangsa Cina, sehingga ketika akan membicarakan agama Khonghucu tidak bisa menafikan Taoisme dan Budhisme.7

Ajaran-ajaran yang banyak memberikan pengaruh pada perkembangan dasar berpikir, pandangan hidup dan filsafat orang orang Cina tersebut adalah Budhisme, Taoisme, dan Khonghucu. Ajaran yang sangat besar pengaruhnya terhadap orang-orang China adalah ajaran Khonghucu. Dalam ajaran antara lain disebutkan bahwa sikap dan penghormatan terhadap orang tua dan nenek moyang adalah sikap yang baik. Tingkah laku ini dapat memperhalus budi membentuk kebijaksanaan, yang dapat menjamin ketentraman dan kesejahteraan keluarga, masyarakat dan negara. Kecintaan terhadap nenek moyang ini merupakan salah satu faktor yang mengikat orang Cina dimana pun mereka berada, sehingga selalu cinta terhadap tanah leluhurnya.8 Selain itu masyarakat Cina di Indonesia juga memegang satu ajaran atau kepercayaan yaitu Khonghucu.

Kedatangan orang-orang Cina ke Indonesia membawa serta tradisi, norma-norma tata kehidupan dan sikap fanatisme terhadap tradisi negara leluhur. Dimana pun orang Cina bertempat tinggal, pedoman maupun landasan kehidupan sosio-kulturalnya selalu berpatokan pada ajaran-ajaran

7 A. Singgih Basuki, Sejarah, Etika dan Teologi agama Khonghucu, hlm. 11. 8 Siswono Yudo Husodo, Warga Baru (Kasus Cina di Indonesia), (Jakarta:

(17)

4

dari tokoh ahli berfikir Cina.9 Ideologi yang berkiblat pada negeri leluhur ini sangat berpengaruh terhadap cina-cina perantauan seperti Khonghucu di Indonesia.

Setiap agama memiliki tata cara atau upacara dalam peribadatan maupun peristiwa-peristiwa tertentu dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun secara nasional seperti upacara perkawinan, kematian, peribadatan serta hari raya Keagamaan. Demikian pula mereka yang memegang teguh ajaran Khonghucu berusaha untuk melaksanakan segala aktivitas keagamaannya sesuai dengan ajaran agama Khonghucu.

Di Indonesia masyarakat keturunan Tionghoa yang berada di berbagai kota (terutama penganut Khonghucu), tradisi dan adat istiadat dari negeri leluhur masih di pegang kuat. Karena di dukung oleh tekanan penghormatan mereka terhadap leluhur seperti kebiasaan membersihkan makam setiap tahun sekali (di Indonesia dikenal dengan sebutan Ceng Beng) dan kebiasaan membakar dupa (hio) untuk orang tua dan leluhur yang sudah tiada.10 Mereka selalu menjalankan berbagai ritual secara rutin dengan sangat khidmat misalnya dalam melaksanakan peribadatan-peribadatan tertentu diantaranya upacara kematian.11

Dengan adanya banyak agama di Indonesia, tidak menutup kemungkinan terdapat perbedaan dan persamaan konsep ajaran antara agama yang satu dengan agama yang lain. Adakalanya perbedaan terdapat

9 Santi Aprilia, Murtiningsih, “Eksistensi Agama Khonghucu di Indonesia”, JSA,

Vol 1, No 1, 2017, hlm. 19.

10 Aimee Dawis, Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas, hlm. 19.

11 Lailatul Rohmah, “Ritual Kematian dalam Agama Khonghucu di Surakarta”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008, hlm. 5.

(18)

5

pada hal-hal yang tidak prinsip seperti dalam hal peribadatan, namun tidak menutup kemungkinan perbedaan juga terdapat dalam hal yang bersifat prinsip dan fundamental seperti dalam tataran teologi.

Dari semua pola yang khas dari tingkah laku pemeluk agama yang berkaitan dengan ritual-ritual keagamaan, upacara kematian merupakan salah satu ritual atau upacara yang dilaksanakan oleh pemeluk agama di dunia. Walau dalam pelaksanaan dan makna nya berbeda antara satu agama dengan ajaran agama yang lain.

Upacara kematian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengurus jenazah sampai kepemakaman, mendoakan jenazah, juga ungkapan bhakti yang sungguh-sungguh yang menjadi satu kewajiban bagi seorang anak untuk mengenang orang tua semasa hidupnya dan hormat kepada orang tua sebagai balas budi seorang anak yang sudah dirawat dan dibesarkan agar almarhum memperoleh kehidupan yang damai dan juga memberikan rasa aman dan ketentraman bagi keluarga yang ditinggalkan.

Masing-masing agama memiliki pandangan, tata cara dan tradisi yang berbeda-beda tentang perlakuan terhadap jenazah orang yang telah meninggal dunia. Perbedaan upacara atau perlakuan terhadap jenazah bukan hanya terjadi pada agama yang berbeda tetapi dalam satu agama saja bisa berbeda-beda, misalnya seperti Islam di Indonesia dengan Islam di Timur Tengah dan wilayah lainnya.12 Begitu pula dengan agama Khonghucu yang ada di Indonesia, antar kota maupun daerah bisa berbeda

(19)

6

tradisi terhadap orang yang sudah meninggal. Hal itu terjadi karena pengaruh faktor budaya dan masyarakat setempat yang berbeda latar belakang agama dan budaya. Dengan seiring perkembangan zaman, tradisi dapat mengalami perubahan dan pergeseran. Perubahan atau pergeseran itu dapat disebabkan oleh tradisi yang berakulturasi dengan kebudayaan setempat.

Umat Khonghucu di Indonesia masih mempertahankan budaya dan tradisi nenek moyangnya, antara lain masih dapat dijumpai dalam pelaksanaan upacara kematian secara Khonghucu, meskipun demikian sudah mengalami perubahan dan pergeseran simbol di masa lalu. Dalam upacara kematian agama Khonghucu sangat berkaitan erat dengan ajaran Konfusius yang menekankan semangat bakti. Maksud diadakannya upacara kematian adalah untuk menunjukkan tanda bakti seorang anak kepada orang tuanya. Adapun tujuannya adalah untuk menunujukkan rasa hormat kepada almarhum agar memperoleh kehidupan yang damai, rasa aman dan ketentraman bagi keluarga yang ditinggalkan.

Upacara kematian dalam masing-masing agama mempunyai konsep yang berbeda, begitu juga ritual kematian yang terdapat dalam ajaran agama Khonghucu. dalam hal ini perlu dipahami oleh setiap pemeluk agama untuk memahami, menyadari dan menghargai perbedaan makna-makna fundamental yang terkandung di dalamnya.

(20)

7

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upacara Kematian dalam agama Khonghucu”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan di susun rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut guna untuk membatasi penelitian dan membuat kajian yang diteliti menjadi lebih fokus. Adapun rumusan masalah tersusun sebagai berikut:

1. Apa makna kematian dalam agama Khonghucu?

2. Bagaimana pelaksanaan upacara kematian dalam agama Khonghucu? 3. Apa makna simbol yang terdapat dalam upacara kematian agama

Khonghucu?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Setiap bentuk karya ilmiah memiliki tujuan dan kegunaannya untuk dapat dibaca serta menjadi khasanah keilmuan. Dalam penelitian ini memiliki beberapa tujuan dan kegunaannya baik secara teoritis, praktis maupun sebagai pengetahuan untuk masyarakat luas. Adapun tujuan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui makna kematian dalam agama Khonghucu.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan upacara kematian dalam agama Khonghucu.

3. Untuk mengetahui makna simbol dalam upacara kematian agama Khonghucu.

(21)

8

Di sisi lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dari sisi teoritis maupun praktis, di antaranya ialah:

1. Dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan agama Khonghucu.

2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berhubungan dengan agama Khonghucu sebelumnya sudah banyak dilakukan. Beberapa penelitian tersebut di antaranya adalah:

Artikel yang ditulis oleh Roni Ismail yang berjudul Ritual Kematian Dalam Agama Asli Toraja “Aluk To Dolo” (Studi Atas Upacara Kematian Rambu Solok).13 Penelitian ini bertujuan untuk menegtahui makna kematian bagi agama asli Toraja Aluk To Dolo dan mengapa mayoritas masyarakat Toraja tetap melaksanakan upacara kematian Rambu Solok.

Penelitian yang ditulis oleh Ari Qudriyati yang berjudul Barongsai Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Ritual Barongsai Tripusaka Surakarta)14. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan ritual dalam barongsai dan untuk mengetahui makna

13 Roni Ismail, “Ritual Kematian Dalam Agama Asli Toraja “Aluk To Dolo”

(Studi Atas Upacara Kematian Rambu Solok)”, Jurnal Religi, Vol. XV, No. 1, Jan-Juni 2019: 87-106

14 Ari Qudriyati,“Barongsai Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Ritual

Barongsai Tripusaka Surakarta)”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008.

(22)

9

barongsai bagi pemain serta makna dalam agama Khonghucu. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses pelaksanaan barongsai meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan hingga tahap penutup. Untuk makna ritual barongsai tersebut adalah sebagai sarana meningkatkan kerjasama, kreatifitas, saling menghargai dan menghormati, mengukir prestasi, mengusir roh jahat serta untuk melestarikan budaya leluhur.

Penelitian yang ditulis oleh Ani Mufidah, mahasiswi Fakultas Ushuluddin tahun 2016 yang berjudul Uparaca Ritual Pernikahan dalam Agama Khonghucu di Surakarta. Dalam tulisan ini menjelaskan tentang bagaimana proses pelaksanaan dan makna yang terkandung dalam Upacara Ritual Pernikahan agama Khonghucu di Surakarta dengan menggunakan kerangka analisis Victor Turner.15

Penelitian yang ditulis oleh Marmiati Mawardi yang berjudul Tradisi Upacara kematian Umat Khonghucu dalam Perspektif Psikologi.16 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tradisi upacara kematian dalam agama Khonghucu dan makna psikologis upacara kematian yang dilaksanakan umat Khonghucu.

Penelitian yang ditulis oleh Alfi Uswatun Chasanah yang berjudul puasa dalam agama Khonghucu. penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman puasa dalam agama Khonghucu tidak sama persis dengan pemahaman puasa secara umum yang dikenal dalam keseharian

15 Ani Mufidah, “Upacara Ritual Pernikahan dalam agama Khonghucu di

Surakarta”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2016.

16 Marmiati Mawardi, “Tradisi Upacara kematian Umat Khonghucu dalam

(23)

10

masyarakat Indonesia, yakni tidak makan dalam waktu tertentu atau tidak makan hewan atau barang bernyawa (vegetarian). Dalam agama Khonghucu pelaksanaan puasa sendiri dapat dibedakan menjadi puasa yang berhubungan dengan makanan dan puasa yang berhubungan dengan perilaku atau perbuatan.17

Selain itu buku karya Singgih Basuki yang berjudul Sejarah, Etika dan Teologi Agama Khonghucu. Dalam buku ini dipaparkan berbagai macam yang berkaitan dengan agama Khonghucu yaitu mulai dari sejarah, etika dan teologi agama Khonghucu dan di dalamnya juga terdapat bab yang membahas singkat mengenai berbagai upacara diantaranya upacara pernikahan, kematian dalam agama Khonghucu.18

Dari beberapa karya ilmiah yang telah diteliti oleh banyak kalangan, belum ada tema yang secara umum membahas tentang Upacara Kematian dalam Agama Khonghucu.

E. Kerangka Teori

Kerangka Teori atau (theoritical framework) merupakan model konseptual dari suatu teori atau hubungan logis (logical sense) diantara faktor-faktor yang diidentifikasi penting pada masalah penelitian.19 Studi agama pada dasarnya belajar atau mempelajari, memahami dan mendalami gejala-gejala agama, baik gejala sosial, budaya maupun rohani. Sebab

17 Alfi Uswatun Chasanah, Puasa Dalam Agama Khonghucu”, SkripsiFakultas

Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2018.

18 A. Singgih Basuki, Sejarah, Etika dan Teologi agama Khonghucu,

(Yogyakarta: SUKA Press, 2014).

19 Fahrudin Faiz (dkk.), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, (Yogyakarta:

(24)

11

dalam kehidupan manusia kehadiran agama adalah sebatas pada gejala-gejala agama dan keagamaannya.

Mempelajari ritus berarti juga mempelajari simbol-simbol yang digunakan dalam ritus itu. Dalam kehidupan keagamaan di masyarakat manapun kita selalu menyaksikan simbol. Banyak benda-benda, tindakan penganut suatu agama yang mengandung simbol dan makna dibaliknya. Oleh karena itu manusia disebut homo simbolicus. Ungkapan-ungkapan simbolis digunakan untuk menunjuk pada sesuatu yang transenden, yang trans-manusiawi dan meta-empiris.20

Agar memudahkan penulis untuk menganalisis dan menyusun data, maka perlu kerangka teori yang nantinya dapat membantu menjelaskan tentang masalah yang akan diteliti, sehingga memiliki kerangka berpikir yang dipakai oleh penulis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori simbol. Simbol secara etimologi adalah tanda yang digunakan untuk kepentingan ritualitas tertentu. Sedangkan simbol secara terminologi adalah sesuatu yang sudah dianggap atas dasar kesepakatan bersama, sebagai sesuatu yang memberikan sifat alamiah, mewakili atau mengingatkan kembali dengan memiliki atau mmengintegralkan kembali dengan memiliki kualitas yang sama atau dengan membayangkan dalam kenyataan dalam hati dan pikiran.21

20Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.

63.

21 Rivay Sirregar, Tasawuf: dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme, (Jakarta:

(25)

12

Mercie Eliade menegaskan bahwa simbol merupakan cara pengenalan yang bersifat khas religius. Simbol-simbol yang dipakai dalam upacara berfungsi sebagai alat komunikasi, menyuarakan pesan-pesan ajaran agama dan kebudayaan yang dimilikinya. Khususnya yang berkaitan dengan etos dan pandangan hidup yang sesuai dengan tujuan yang di capai oleh adanya upacara tersebut.22 Eliade juga berpendapat bahwa simbol merupakan gambaran yang sakral dan yang profan. Simbol berfungsi sebagai mediator manusia untuk berhubungan dengan yang sakral. Sebab, manusia tidak bisa mendekati yang sakral secara langsung, karena yang sakral itu transenden. Sedangkan manusia makhluk temporal yang terikat di dalam dunianya. Manusia bisa mengenal yang sakral melalui simbol. Dengan demikian, simbol meruapakan suatu cara untuk dapat sampai pada pengenalan terhadap yang sakral dan transenden.23

Menurut Mercie Eliade yang sakral adalah tempat dimana segala keteraturan dan kesempurnaan berada, tempat berdiamnya roh para leluhur, para kesatria dan dewa dewi. Selain itu yang sakral juga bisa berarti kekuatan-kekuatan dewa-dewi, arwah para leluhur dan jiwa-jiwa abadai atau roh suci yang mengatasi seluruh alam raya.24 Sedangkan yang profan merupakan apa saja yang ada dalam kehidupan ini yang bersifat biasa-biasa saja. Namun dalam hal-hal tertentu, hal-hal yang profan dapat ditransformasikan menjadi yang sakral. Sebuah benda, batu, goa, air bisa

22Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama , hlm. 64.

23 Daniel L. Pals, Dekonstruksi Kebenaran, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), hlm.

243.

(26)

13

menjadi yang sakral asalkan manusia menemukan dan meyakininya sebagai yang sakral. Hal tersebut disebut dengan yang hierofani atau penampakan yang sakral.25

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara berpikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik untuk melakukan penelitian.26 Penelitian ini adalah penelitian pustaka (literatur research) dengan menggunakan pendekatan antropologis. Pengumpulan data diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan penelitian yang akan dikaji. Metode pengumpulan data ini mengambil dari buku-buku, jurnal maupun artikel dan kitab agama Khonghucu yang berkaitan dengan upacara kematian dalam agama Khonghucu guna untuk menambah data dan didukung informasi yang ada di internet.

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diamati dan di analisis. Setelah proses tersebut maka penulis menyajikan dalam bentuk tulisan yang menerangkan apa adanya sesuai dengan apa yang diperoleh dari penelitian.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai isi dan pembahasan dalam penulisan ini secara keseluruhan dari permulaan hingga akhir guna menghindari perubahan yang tidak terarah,

25 Daniel L. Pals, Dekonstruksi Kebenaran, hlm. 240.

26 Kartini Kartono, Pengantar Riset Metodologi Penelitian, (Bandung: Mandar

(27)

14

maka penulis menggunakan pokok pembahasan secara sistematis dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya. dalam penulisan terdiri dari lima bab. Adapun sistematika pembahasan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab kedua akan membahas secara umum agama Khonghucu dan perkembangannya di Indonesia serta ajaran-ajarannya dalam agama Khonghucu.

Bab ketiga membahas tentang ajaran agama Khonghucu tentang upacara kematian yang meliputi upacara kematian, perihal roh, nyawa dan kehidupan setelah mati dan tujuan upacara kematian dalam agama Khonghucu.

Bab keempat, membahas pelaksanan upacara kematian dalam agama Khonghucu serta makna yang terkandung dalam simbol upacara kematian agama Khonghucu.

Bab kelima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dari penelitian ini.

(28)

76

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Kematian dalam agama Khonghucu merupakan akhir dari kehidupan dan rangkaian dari Firman Tuhan bagi manusia. Agama Khonghucu meyakini bahwa kematian adalah perjalanan kembali kepada Tian Sang Maha Pencipta. Tidak ada seorangpun yang mengelakkan kematian, karena setiap yang lahir pasti akan mati.

Dalam pelaksanaan upacara kematian agama Khonghucu dilakukan dengan kebaktian atau sembahyang, dimulai dari meninggalnya seseorang sampai dengan tiga tahun masa berkabung. Upacara kematian dalam agama Khonghucu meliputi Upacara Jib Bok (memasukkan jenazah ke dalam peti), Mai Song (malam menjelang pemberangkatan jenazah), Sang Cong (pemberangkatan jenazah), Jib Gong (pemakaman jenazah), Peng Tuh/Ki Hok (membalik meja), Siau Siang (satu tahun) dan Tai Siang (tiga tahun).

Makna simbol yang terkandung dalam upacara kematian adalah bentuk laku bakti seorang anak kepada orang tuanya dan juga sebagai alat komunikasi, menyuarakan pesan-pesan ajaran agama dan budaya yang dimilikinya. Simbol-simbol yang digunakan juga bermakna sebagai

(29)

77

pengharapan orang yang ditinggal agar arwah orang yang meninggal dapat pergi serta hidup tentram dan damai di alamnya. Seperti halnya pembakaran Ming qi, pemakaian mutiara dan tradisi membanting semangka memberikan suatu harapan agar roh orang yang meninggal dunia tidak mengalami kesulitan dalam menuju alamnya.

B. Saran

Penelitian ini hanya menguraikan secara umum tentang kematian, pelaksanaan serta makna simbol yang digunakan dalam upacara kematian dalam agama Khonghucu, jadi untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema penelitian ini untuk bisa melakukannya dengan metode field research di suatu daerah dan menemukan hal-hal baru yang ada dalam upacara kematian yang dilaksanakan oleh umat Khonghucu.

(30)

78

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin. Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Arifin, M. Memahami Ajaran Agama-Agama Besar. Jakarta: Sera Jaya, 1981.

Asmara, Nina. “Humanisme Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Interaksi Sosial Di Kelenteng Tjen Liong Kiong Yogyakarta)”. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008.

Basuki, A. Singgih. Sejarah, Etika dan Teologi agama Khonghucu. Yogyakarta: SUKA Press, 2014.

Chandra, Adjie. Tradisi Dan Tata Upacara Kematian Dalam Agama Khonghucu. (Makalah), Solo:Makin, t.t.

Chasanah, Alfi Uswatun. Puasa Dalam Agama Khonghucu”.Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2018.

Dawis, Aimee. Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010.

DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Dhavamony, Mariasusai. Fenomenologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Faiz, Fahrudin dkk. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2015.

(31)

79

Fajri, Rahmat dkk. Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Belukar, 2012.

Ghazali, Adeng Muchtar. Antropologi Agama. Bandung: Alfabeta, 2011.

Husodo, Siswono Yudo. Warga Baru (Kasus Cina di Indonesia). Jakarta: Yayasan Padamu Negeri, 1985.

Ismail, Roni. “Ritual Kematian Dalam Agama Asli Toraja “Aluk To Dolo” (Studi Atas Upacara Kematian Rambu Solok)”, Jurnal Religi, Vol. XV, No. 1,Jan-Juni 2019.

Kartono, Kartini. Pengantar Riset Metodologi Penelitian. Bandung: Mandar Maju, 1996.

Koentjaraningrat. Beberapa Pokok Antropologi Sosial, Jakarta: Dian Rakyat,1985.

Lontoh, Liem Liliany. Ritual Perkabungan Dalam Ajaran Khonghucu Di Kota Manado (Studi Kasus Pada Umat Khonghucu Di Kota Manado). Jakarta: Penerbitan MATAKIN, 2019.

Matakin, SI SHU (kitab Suci Agama Khonghucu). Jakarta: Sumber Agung Mitra Sejati, t.t.

Matakin, Tata Agama Dan Tata Laksana Upacara Agama Khonghucu.Solo: Matakin, tt.

(32)

80

Matakin, Tata Aturan Dewan Rohaniawan Agama Khonghucu Indonesia Beserta Berbagai Panduan Tata Upacara Dan Kode Etik Rohaniawan. Solo: Matakin, 2010.

Mufidah, Ani. “Upacara Ritual Pernikahan dalam agama Khonghucu di Surakarta”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2016.

Pals, Daniel L. Dekonstruksi Kebenaran. Yogyakarta: IRCiSoD, 2003.

Perihal Kematian Dan Rokh Menurut Pikiran Konfuciani. Solo: Matakin, 1996.

Pujileksono, Sugeng. Petualangan Antropologi. Malang: UMM Press, 2006.

Qudriyati, Ari. “Barongsai Dalam Agama Khonghucu (Studi Terhadap Ritual Barongsai Tripusaka Surakarta)”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2008.

Rohmah, Lailatul. “Ritual Kematian dalam Agama Khonghucu di Surakarta”, Skripsi fakultas ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, 2008.

Santi Aprilia, Murtiningsih. “Eksistensi Agama Khonghucu di Indonesia”.JSA, Vol 1, No 1, 2017.

Sirregar, Rivay. Tasawuf: dari Sufisme Klasik ke Neo Sufisme. Jakarta: Grafindo Persada, 1979.

(33)

81

Sugianto, Junaidy. Nabi Khung Ce Hermeneutika Ajaran tentang Tuhan dan Dewa Ilahiat dalam Buku Cung Yung. Malang: Madani, 2014.

Tanggok, M. Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Khonghucu Di Indonesia. Jakarta: Pelita Kebajikan, 2005.

Tanggok, M. Ikhsan.Jalan Keselamatan Melalui Agama Khonghucu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

https://www.spocjournal.com/religi/687-rakernas-rohaniwan-2016-tata-laksana-upacara-duka-agama-khonghucu.htmlpada tanggal 17 September 2020, pukul. 10:25.

https://www.spocjournal.com/sejarah-history/277-sejarah-agama-khonghucu.html diakses pada tanggal 30 Agustus 2020, pukul. 14.05.

https://www.spocjournal.com/religi/144-makna-simbolis-beberapa-jenis sajian.html diakses pada tanggal 26 Oktober, pukul. 11.17.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengukur dan menganalisa apakah terdapat pengaruh CAR, NPL, LDR dan BOPO tersebut terhadap kinerja yang diproksi

Anggota DVS hendaklah memberi pengenalan dan mendaftar semua premis yang digunakan untuk perladangan, penternakan, pengendalian, pemprosesan dan penyimpanan haiwan, hasil

Sesuai dengan agenda yang sudah ditetapkan oleh pemerintah yaitu evaluasi formatif sampai tahun belajar 2015-2016 dan evaluasi sumatif pada tahun belajar 2016

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh efikasi diri, norma subjektif, sikap berperilaku, dan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha pada

Namun demikian, penelitian yang dilakukan Ardhini (2011) bertolak belakang dengan hal tersebut dimana SiLPA berpengaruh positif terhadap belanja modal pada periode

Pemberian kuasa kepada Dewan Komisaris untuk melakukan penunjukan Kantor Akuntan Publik untuk mengaudit Laporan Keuangan Perseroan Tahun Buku 2016. DASAR USULAN Pasal 11

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.30/POJK.04/2015 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran