• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN BERBANTUAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK KELOMPOK B2 TK KUMARA JAYA DENPASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN BERBANTUAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK KELOMPOK B2 TK KUMARA JAYA DENPASAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN

BERBANTUAN MEDIA WAYANG UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK

KELOMPOK B2 TK KUMARA JAYA DENPASAR

Maratus Shaleha1, Ida Bagus Surya Manuaba2, I Ketut Adnyana Putra3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: shalehamaratus@yahoo.co.id1,manuabasurya@yahoo.com2, adnyanaundiksha@gmail.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak melalui penerapan metode bermain peran berbantuan media wayang pada kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah 20 orang anak kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar. Data penelitian tentang perkembangan sosial emosional anak dikumpulkan menggunakan metode observasi dengan instrumen lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa skor rata-rata persentase perkembangan sosial emosional pada siklus I sebesar 56,2% yang berada pada kreteria rendah dan pada siklus II menjadi 82,7% tergolong kriteria tinggi. Dengan demikian terjadi peningkatan perkembangan sosial emosional anak sebesar 26,5%. Simpulannya penerapan metode bermain peran berbantuan media wayang dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

Kata-kata kunci: bermain peran, wayang, sosial emosional.

Abstract

This research aims to improve the social emotional development of childrens through applying role play method assisted media puppets on group’s B2 TK Kumara Jaya Denpasar. The type of this research is classroom action research. Conducted in 2 cycles.

Research subject is 20 childrens of group’s B2 TK Kumara Jaya Denpasar. Research data on the social emotional development childrens collected using observation method with observation sheet instrument. Data were analyzed using descriptive statistical analysis method and quantitative descriptive analysis. Data analysis showed that the mean score percentage development of social emotional in cycle I at 56,2% which is at the low criteria and the cycle II becomes 82,7% relatively high criteria. This an increase in the development of social emotional childrens at 26,5%. The application of role play method assisted media puppets can improve the development of social emotional childrens group’s B2 TK Kumara Jaya Denpasar in academic year 2014/2015.

Keywords: role play, puppets, social emotional

(2)

PENDAHULUAN

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi dalam dunia pendidikan, manusia dituntut memiliki dan menguasai ilmu pendidikan yang memadai, karena pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan derajat hidup seseorang.

Keberhasilan dalam pelaksanaan pendi- dikan dapat membantu manusia untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keterampilan. Pendidikan diibaratkan seba- gai tongkat kehidupan untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Menurut Langeveld (dalam Elmubarok, 2009 : 2) pendidikan adalah memberi pertolongan secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam per- tumbuhannya menuju kedewasaan, dalam arti dapat berdiri dan bertanggung jawab susila atas segala tindakan-tindakannya menurut pilihannya sendiri.

Pendidikan sangat diperlukan oleh manusia sejak usia dini hingga dewasa.

Menurut Sujiono (2009 : 6) “anak usia dini adalah sosok individu yang sedang mengalami suatu proses perkembangan dengan fase dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya”.

Jadi pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan yang harus dilalui oleh anak sebelum jenjang pendidikan dasar melalui fase-fase perkembangan dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.

Pendidikan anak usia dini dilakukan melalui proses pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu mengembangkan potensi, pertumbuhan, dan perkembangan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut menurut pilihannya sendiri.

Pendidikan bagi anak usia dini tidak pernah surut dengan perkembangan per- masalahan, model pemecahan serta inovasi untuk dapat mengambil peran dan tang- gung jawab bagi masa depan kemanusiaan, sebab anak merupakan aset masa depan bagi kemanusiaan, yang akan muncul seba- gai pemimpin yang mengemban nilai-nilai kemanusiaan. Tumbuh kembang seorang

anak menjadi tanggung jawab setiap orang yang memandang masa depan dengan penuh tantangan yang beragam.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ada lima aspek yang harus dikembangkan salah satunya adalah aspek perkembangan sosial emosional, karena perkembangan sosial emosional sangat mempengaruhi aspek perkembangan lainya. Jika sosial dan emosional dapat berkembang baik anak akan mudah berinteraksi dan dapat dengan mudah mengembangkan aspek perkem- bangan yang lain seperti bahasa, kognitif, motorik, dan moral agamanya. Interaksi yang telah dilakukan oleh anak akan dapat menambah kosa kata, mengontrol emosi- nya, dan menambah pengetahuannya ten- tang berbagai ilmu dan informasi. Oleh karena itu, sebagai calon guru perlu mema- hami pentingnya perkembangan sosial emosional anak.

Untuk menunjang keberhasilan anak dalam hidup, maka sejak kecil anak perlu menguasai berbagai kemampuan terutama kemampuan sosial emosional yang baik.

Dalam berinteraksi dengan orang lain, anak tidak hanya dituntut untuk mampu berin- teraksi secara baik dengan orang lain, tetapi terkait juga didalamnya bagaimana anak mampu mengendalikan dirinya secara baik.

Ketidakmampuan individu mengendalikan dirinya dapat menimbulkan berbagai masa- lah sosial emosional dengan orang lain.

Kenyataannya anak usia dini banyak mengalami masalah-masalah sosial dan emosional yang dapat diidentifikasi dari berbagai perilaku yang ditampakkan anak, diantaranya “anak selalu ingin menang sendiri atau egosentrisme, bersikap agresif, cepat marah, setiap keinginannya selalu harus dituruti, perilaku sok berkuasa dan pertengkaran”(Jahja, 2011 : 435-457).

Permasalahan sosial emosional ini bila dibiarkan begitu saja akan berkembang menjadi permasalahan yang lebih luas dan kompleks karena anak akan berkembang ke arah yang lebih buruk. Dengan kata lain anak akan mengalami kesulitan dan hamba- tan dalam proses perkembangannya. Anak

(3)

usia dini atau anak yang berada khususnya pada rentangan umur lima sampai enam tahun perkembangan sosial emosional yang harus dicapai antara lain “dapat berbagi dengan teman, ingin menjadi nomor satu, memiliki teman baik meski dalam jangka waktu yang pendek, dapat menyatakan perasaan, dapat mengendalikan agresi dengan lebih baik, dan dapat menyatakan pendapat”(Sujiono, 2009:66).

Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan sosial emosional anak usia dini. Kerjasama yang baik antara orang tua, guru dan lingkungan sekitar anak, yang menjadi faktor utama untuk meningkatkan perkembangan sosial emosi- onal anak usia dini. Salah satu metode yang dapat diterapkan oleh guru dalam mening- katkan perkembangan sosial emosional khususnya di lingkup sekolah Taman Kanak-kanak (TK) adalah dengan menerap- kan metode bermain peran antar anak.

Metode ini juga dapat dibantu dengan bebagai media agar menarik minat anak seperti, wayang, boneka jari, boneka tangan, topi peran dan lain sebagainya.

Dari hasil observasi dan wawancara dengan wali kelas B2 dan kepala sekolah TK Kumara Jaya Denpasar Selatan yang dilakukan pada hari Kamis 28 Agustus 2014. Ditemukan bahwa perkembangan sosial emosinal anak masih perlu diting- katkan lagi, dilihat dari keseharian dan inte- raksi yang terjadi saat jam istirahat. Ke- giatan pembelajaran juga masih monoton hanya pemberian tugas pada anak dan anak kurang diajak untuk berunjuk kerja dalam proses kegiatan pembelajaranya, demikian juga dengan media yang diguna- kan kurang adanya variasi untuk menambah ketertarikan anak.

Beranjak dari gambaran umum tersebut, tentang masalah yang dialami anak dan cara guru mengatasinya di TK Kumara Jaya Denpasar Selatan, masih perlu ditingkatkan lagi dengan berbagai metode-metode pembelajaran yang dapat diterapkan di PAUD khususnya di TK dalam meningkatkan perkembangan sosial emosi- onal anak, adalah dengan metode bermain

peran. Menurut Hamalik (2006 : 199)

“bermain peran atau teknik sosiodrama adalah suatu jenis teknik simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan sosial dan hubungan antar insani”. Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam membantu metode pembelajaran ini adalah media wayang, menurut Ismunandar (1994 : 9) “wayang adalah tiruan orang-orangan yang dibuat dari belulang (kayu, kertas) untuk mem-bentuk sebuah lelakon (ceritra)”.

Sedangkan perkembangan sosial emosional itu sendiri dibagi menjadi dua pengertian yaitu sosial dan emosional. “perkembangan sosial dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial” (Jahja, 2011 : 47). ”emosi adalah suatu keadaan yang kompleks, dapat berupa perasaan ataupun getaran jiwa yang ditandai oleh perubahan biologis yang mun- cul menyertai terjadinya suatu prila- ku”(Nugraha dan Rachmawati, 2008 : 1.14).

Jadi dapat dirangkum dari pendapat tersebut tentang pengertian perkembangan sosial emosional adalah kemampuan mengenal lingkungan sekitar, mengenal alam, peranan masyarakat, dan menghargai keberagaman sosial serta budaya yang ada disekitar anak tersebut dan mampu me- ngembangkan konsep diri, sikap positif terhadap belajar, memiliki kontrol diri yang baik saat anak mengalami perasaan yang berubah-ubah dan memiliki rasa empati ter- hadap masalah orang lain.

Setiap metode dan model pembela- jaran memiliki kelebihan masing-masing, adapun kelebihan dari metode pembela- jaran bermain peran, menurut Trianto (2011 : 201) terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi atau bermain peran sebagai metode mengajar, diantaranya: 1) dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, ma- syarakat, maupun menghadapi dunia kerja, 2) dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesem- patan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan, 3) dapat

(4)

memupuk keberanian dan percaya diri siswa, 4) memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematik, 5) dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembang- an sosial emosional anak melalui pene- rapan metode bermain peran berbantuan media wayang pada kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar semester 2 tahun pelajaran 2014/2015 yang terletak di Jalan Raya Sesetan No.113A Denpasar Selatan. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok B2 semester 2 di TK Kumara Jaya Denpasar tahun pelajaran 2014/2015 berjumlah 20 orang anak yang terdiri dari 10 orang anak laki-laki dan 10 orang anak perempuan. Adapun objek pe- nelitian ini adalah perkembangan sosial emosional.

Jenis penelitian yang dilakukan ada- lah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). Menurut Agung (2010:2) “PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan pra- ktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professionnal”.

Penelitian tindakan kelas ini dilak- sanakan dalam 2 siklus. Masing-masing sik- lus terdiri dari empat tahapan yaitu peren- canaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Jika siklus pertama mendapatkan hasil yang positif maka siklus berikutnya tidak akan dilak- sanakan, namun apabila siklus pertama mendapatkan hasil yang negatif, maka akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Adapun gambar alur pelaksanaan penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 01 di bawah ini.

Diadaptasi dari Arikunto ( 2014 : 16) Gambar 01. Gambar Alur Pelaksanakaan

Penelitian Tindakan Kelas

Untuk menerapkan rencana tersebut diterapkan langkah-langkah sebagai beri- kut.1) Rencana tindakan adalah peren- canaan yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan proses pembelajaran, kegia- tan yang dilakukan pada rencana ini adalah:

a) membuat Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) diambil dari program semester yang telah dibuat. b) menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) penelitian dilakukan dalam satu siklus yang berulang-ulang, setiap sik- lus dilaksanakan dalam dua minggu. c) menyiapkan media, media yang dimaksud menyangkut bahan berupa teori-teori me- nyangkut lingkungan khususnya tentang wayang yang bisa dimamfaatkan untuk permainan yang bisa melatih interaksi anak kelompok B2. e) membuat kelompok dari satu kelas yang terdiri dari 20 orang pada

4. Refleksi SIKLUS I

3. Pengamatan

1. Perencanaan

4. Refleksi SIKLUS II

SIKLUS N

2. Pelaksanaan

2. Pelaksanaan

3. Pengamatan 1. Perencanaan

(5)

kelompok B2 dibentuk 4 pasang kelompok terdiri dari 5 orang. f) membuat instrumen penilaian Ins-trumen pada penilaian ini dirancang sesuai dengan data yang ingin diperoleh dila-pangan. 2) pelaksanaan tindakan kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelak-sanaan ini berisi tentang pelaksanaan tindakan yang dampaknya terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dikumpulkan dengan alat bantu instrument pengamatan yang dikembang- kan. 3) Evaluasi/Observasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Kegiatan observasi dilakukan untuk menga- mati guru dan siswa dalam proses pem- belajaran di kelas. Kegiatan observasi meliputi: 1) mengobservasi guru dalam mengajar di kelas dari membuka pelajaran, menyampaikan materi sampai menutup pelajaran, dan 2) mengobservasi siswa dalam proses belajar dan bermain. 4) Refleksi tahap refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Ber- dasarkan hasil refleksi maka dapat dila- kukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang

dilakukan pada rencana refleksi ini adalah mengkaji hasil penelitian terhadap pelak- sanaan tindakan tersebut dan jika terjadi kendala, akan dicari pemecahan masa- lahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus II.

Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, diperlukan suatu metode tertentu untuk memperoleh data yang aku- rat dan dapat dipertanggung jawabkan. Me- tode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode obser- vasi.

Observasi atau pengamatan meru- pakan proses pengumpulan data dengan menggunakan alat indera. Data yang di- amati perlu direkam atau dicatat segera, dalam rangka penilaian, observasi dila- kukan dengan bantuan perekaman atau pencatatan secara sistematik gejala-gejala tingkah laku yang tampak. Menurut Agung (2012:61) “metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan me- ngadakan pengamatan dan pencatatan se- cara sistematis tentang sesuatu objek ter- tentu”.

Tabel 01: Tabel Rubrik Pensekoran Perkembangan Sosial Emosional Anak Nama:

Kelompok:

No Indikator

Skor

1 Dapat melaksanakan tugas kelompok 2 Mau bermain dengan teman

3 Menaati aturan permainan 4 Berani menjawab pertanyaan

(6)

Keterangan

( ) = Belum berkembang ( ) = Mulai berkembang

( ) = Berkembang sesuai harapan ( ) = Berkembang sangat baik

Tabel 0.2: Tabel Pedoman Penskoran:

Simbul Nilai Makna Nilai Skor

Belum Berkembang (BB) 1

Mulai Berkembang (MB) 2

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 Berkembang Sangat Baik (BSB) 4

(Dimyati, 2013 : 96)

Data yang telah diperoleh akan di- analisis dengan metode analisis statistik deskriptif, dan metode deskriptif kuantitatif.

Menurut Agung (2012:67) “metode analisis statistik deskriptif adalah suatu cara pe- ngolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriftif seperti, distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, dan standar de- viasi untuk menggambarkan suatu objek/

variabel tertentu, sehingga diperoleh ke- simpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif merupakan metode yang diguna- kan untuk menganalisis dan medeskrisp- sikan penelitian yang bersifat kuantitatif atau perhitungan, menurut Agung (2010:76)

“metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan meyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”.

Tinggi rendahnya keaktifan dan perkem- bangan sosial emosional dengan penerapan metode bermain peran berbantuan media wayang, yang dikonversikan kedalam Peni- laian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Ru- mus yang digunakan dalam analisis ini ada- lah sebagai berikut.

100%

SMI X (%) M

M 

 

=

Keterangan:

M% = Rata – rata persen

M = Rata-rata yang dicapai oleh siswa (mean)

SMI = Skor maksimal ideal (Agung, 2005:96)

Tingkatan perkembangan sosial emosional anak dengan penerapan metode bermain peran berbantuan media wayang dapat ditentukan dengan membandingkan

(7)

M (%) atau rata-rata persen kedalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 0.3 Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima Tentang Tingkatan Perkembangan Mengenal Bentuk Geometri

Presentase (%) Kriteria Perkembangan Kognitif

90-100 Sangat Tinggi

80-89 Tinggi

65-79 Sedang

55-64 Rendah

0-54 Sangat Rendah

(Agung, 2013:107)

Kreteria keberhasilan pada pene- litian ini adalah adanya peningkatan dalam perkembangan sosial emosional anak khu- susnya dalam hal berinteraksi pada anak kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata persentase dari siklus I ke siklus berikutnya dan jika dikonversikan pada pedoman PAP Skala Lima tentang tingkatan perkembang- an sosial emosional berada pada rentangan minimal 65-79 % dengan kreteria minimal sedang. Apabila terjadi peningkatan skor rata-rata persentase dari siklus I ke siklus berikutnya dan mampu mencapai kreteria minimal sedang, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode bermain peran berbantuan media wayang berlangsung secara efektif dan efesien.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan berdasarkan Rencana Ke- giatan Harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya. Data Perkembangan sosial emosional yang diperoleh anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan pedoman PAP skala lima.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

41,5 49,5 57,5 64,5 73,5

Mo = 50,83 Md = 53,5

M = 56,2

Gambar.02: Gambar Grafik Poligon Perkembangan Sosial Emosioal Anak B2 pada Siklus I

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon tersebut terlihat hasil analisis dari siklus I belum mencapai tingkat keberhasilan yang ditetapkan yaitu mo<md<m yang menun- jukkan kurva juling positif. Maka dapat dikatakan bahwa perkembangan sosial emosional anak kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar pada siklus I masih rendah sehingga dilanjutkan ke siklus II

Untuk menentukan tingkat perkem- bangan sosial emosional anak kelompok B2 dapat dihitung dengan membandingkan skor rata-rata persentase dengan kriteria

(8)

Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebagai berikut.

100%

SMI X (%) M

M 

 

=

100%

100 X (%) 56,2

M 

 

=

= 56,2%

Dari nilai M% yaitu 52% dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 55%-64% yang berarti bahwa perkembangan sossial emosional berada pada berada pada kriteria rendah.

Dari hasil pengamatan dan temuan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa kendala yang menye- babkan perkembangan sosial emosional anak kelompok B2 TK Kumara Jaya masih berada pada kriteria rendah yaitu berada pada rentangan 55-64%, dan dari hasil perkembangan tersebut masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

Adapun kendala-kendala yang diha- dapi saat penerapan metode bermain peran berbantuan media wayang pada siklus I antara lain: a) banyak anak yang belum memahami dan belum terbiasa dengan metode pembelajaran yang diterapkan yaitu metode bermain peran, b) banyak anak yang kurang fokus pada kegiatan yang dilaksanakan sehingga suasana kelas men- jadi gaduh, c) anak belum terbiasa meng- gunakan media wayang saat proses pem- belajaran berlangsung, d) skenario cerita yang dibuat oleh guru kurang sederhana, e) gambar wayang yang monoton.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut sebagai berikut. a) Menjelaskan kembali metode bermain peran pada anak dan langkah-langkah dari metode bermain peran. Hal ini bertujuan agar anak mampu bermain peran secara kelompok sehingga dalam pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. b) membimbing dan men- dampingi anak dalam proses pembelajaran

serta memberikan stimulus untu memotivasi anak agar bisa terfokus pada kegiatan pembelajaran dengan memberikan bintang.

Pemberian bintang yang diberikan dise- suaikan dengan perkembangan tiap-tiap anak. c) memberi contoh kembali cara menggunakan media wayang kepada anak secara perlahan agar anak mampu mene- rapkannya saat kegiatan pembelajaran beri- kutnya. d) skenario dibuat oleh guru harus lebih sederhana dan sesuai dengan ak- tivitas keseharian anak. e) gambar wayang yang berbeda tiap pertemuan.

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan berdasarkan Rencana Ke- giatan Harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya. Data perkembangan sosial emosional yang diperoleh anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan rata-rata atau mean dengan pedoman PAP skala lima.

01 2 34 56 7 89 10 1112

59,5 67,5 75,5 83,5 91,5

M= 82,7

Md=83,82 Mo= 84,3

Gambar.03: Gambar Grafik Poligon Perkembangan Sosial Emosional Anak Kelompok B2 pada Siklus II

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon tersebut terlihat hasil analisis dari siklus I belum mencapai tingkat kebe- rhasilan yang ditetapkan yaitu mo>md>m yang menunjukkan kurva juling negatif.

Maka dapat dikatakan bahwa perkem- bangan sosial emosional anak kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar pada siklus II tinggi. Untuk menentukan tingkat perkem-

(9)

bangan sosial emosional anak kelompok B2 dapat dihitung dengan membandingkan skor rata-rata persentase dengan criteria Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima sebagai berikut.

100%

SMI X (%) M

M 

 

=

100%

100 X (%) 82,7

M 

 

=

= 82,7%

Dari nilai M% yaitu 82,7% dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80%-89% yang berarti bahwa perkembangan sossial emosional berada pada berada pada kriteria tinggi.

Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pada pelaksaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan perkembangan sosial emosio- nal anak kelompok B2 di TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan.

Adapun temuan-temuan yang dipe- roleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. a) Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pem- belajaran yang telah direncanakan, sehing- ga perkembangan anak meningkat sesuai dengan harapan. b) Dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran perkem- bangan sosial emosional anak sudah meningkat yang awalnya rendah menjadi tinggi. c) Dalam hal ini berperan sebagai guru dan wali kelas B2 yang memberikan bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode bermain peran dan media wayang sudah berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari adanya peningkatan skor rata-rata persen- tase perkembangan sosial emosional dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini

cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh skor rata-rata persentase perkem- bangan sosial emosional anak kelompok B2 semester 2 di TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan pada siklus I sebesar 56,2% yang tergolong kriteria rendah dan skor rata-rata persentase perkembangan sosial emosional anak kelompok B2 semester 2 di TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan pada siklus II sebesar 82,7% yang tergolong kriteria tinggi, ini menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata persentase sebesar 26,5%.

Pada siklus I penerapan metode bermain peran, anak belum terbiasa dan belum memahami dengan metode tersebut, namun saat siklus II metode bermain peran diterapkan secara berulang-ulang dan skenario cerita yang dibuat lebih sederhana anak menjadi terbiasa bahkan anak sangat bersemangat untuk melakukan kegiatan bermain peran. Penerapan metode bermain peran dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat mening- katkan perkembangan sosial emosional anak. Dalam melaksanakan kegiatan pem- belajaran ini anak akan mengenal banyak hal secara berkelompok, bertanggung jawab dengan kegiatannya, dan dapat lebih berinteraksi dengan teman sebayanya. Pen- dapat tersebut didukung oleh pendapat Edwards (dalam Beaty, 2013 : 421) Per- mainan yang melibatkan bermain peran sosial dengan orang lain dan merujuk pada permainan berpura-pura anak saat dua atau lebih anak mengemban peran berkaitan dan saling berinteraksi. Keberhasilan dalam pe- nelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung pelaksanaan penelitian ini. Metode bermain peran merupakan suatu metode pembelajaran yang memberikan ke- sempatan kepada anak belajar dengan cara berkelompok melalui permainan sehingga guru bisa menilai perkembangan anak ter- sebut sesuai dengan karakteristiknya. Se- suai dengan pendapat Trianto (2011:201) tentang kelebihan dari metode bermain pe-

(10)

ran yaitu dapat mengembangkan kreativitas anak, dapat meningkatkan gairah atau se- mangat anak dalam proses pembelajaran, memupuk keberanian dan percaya diri anak.

Penerapan metode bermain peran dalam penelitian ini dibantu dengan media wayang. Media ini akan merangsang per- kembangan sosial emosional anak dalam hal berinteraksi, sehingga perkembangan sosial emosional anak akan berkembang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak.

Hasil analisis tersebut didukung oleh penelitian relevan yang dilaksanakan oleh Dewi (2014) yang menunjukkan ter- dapat peningkatan perkembangan sosial emosional sebesar 43,43%, ini dilihat dari peningkatan rata-rata persentase perkem- bangan sosial emosional pada siklus I se- besar 43,75% menjadi 87.18% pada siklus II yang ada pada kreteria tinggi. Penelitian relevan yang kedua dilaksanakan oleh Purwaningsih (2014) yang menunjukkan peningkatan kemampuan berbahasa lisan sebesar 27,19%, ini dilihat dari peningkatan rata-rata persentase hasil analisis data anak pada siklus I sebesar 56,93% menjadi 84,12% pada siklus II yang ada pada kreteria tingi.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, ini berarti dengan pene- rapan metode bermain peran berbantuan media wayang dapat meningkatkan per- kembangan sosial emosional anak pada kelompok B2 semester 2 TK Kumara Jaya Kecamatan Denpasar Selatan, dan oleh karena itu metode pembelajaran yang demikian sangat perlu diterapkan secara intensif dan berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana yang telah disajikan pada hasil dan pembahasan, melalui penerapan metode bermain peran berbantuan media wayang untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional anak kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat disimpulkan

bahwa. Terjadi peningkatan dalam perkem- bangan sosial emosional anak kelompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar Selatan tahun pelajaran 2014/2015 melalui metode ber- main peran berbantuan media wayang pada siklus I skor rata-rata persentase perkem- bangan sosial emosional anak sebesar 56,2% yang tergolong kriteria rendah dan pada siklus II sebesar 82,7% yang tergolong pada kriteria tinggi. Ini menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata persentase per- kembangan sosial emosional anak dari siklus I ke siklus II sebesar 26,5%.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pene- rapan metode bermain peran berbantuan media wayang dapat meningkatkan per- kembangan sosial emosional anak ke- lompok B2 TK Kumara Jaya Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan tersebut, diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru, disarankan untuk menerapkan lebih lanjut metode ber- main peran berbantuan media wayang da- lam upaya mengembangkan atau mening- katkan perkembangan sosial emosional anak. Kepada kepala sekolah, disarankan memiliki keterampilan untuk mengambil kebijakan lebih lanjut untuk menerapkan metode bermain peran berbantuan media wayang demi meningkatkan perkembangan anak khusunya perkembangan sosial emosional. Kepada peneliti lain, disarankan dapat melakukan suatu penelitian lebih lanjut dengan berbagai metode dan media pembelajaran yang beragam yang belum dapat terjangkau dalam penelitian ini dan dapat dijadikan perbandingan dalam pene- litian berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A. Gede. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Suatu Pengantar) Singaraja. FIP Undiksha ---. 2010. “Penelitian Tindakan Kelas”

(Teori dan Analisis Data dalam PTK).

Makalah disjikan pada Seminar dan Lokakarya tentang penelitian dan pola bimbingan Skripsi di Jurasan

(11)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidkan Ganesha pada tanggal 27 Desember.

---. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Beaty, Janice J. 2013. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini.

Jakarta: Kencana.

Dimyati, Johni. 2013. Metodelogi Penelitian Penidikan dan Aplikasinya pada PAUD. Jakarta: Kencana.

Elmubarok, Zaim. 2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ismunandar, K RM. 1994. Wayang Asal- usul dan Jenisnya. Semarang:

Dahara Prize.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Nugraha, Ali. Rachmawati,Yeni. 2008.

Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka.

Purwaningsih, Ni Putu Sri. 2014. Penerapan Metode Role Playing Berbantuan Media Boneka Tangan untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan pada Anak Kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Darma Kumala Penatahan Tabanan. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PG PAUD, FIP Undiksha.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: PT Indeks.

Trianto 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.

Gambar

Tabel 0.3 Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima Tentang Tingkatan Perkembangan  Mengenal Bentuk Geometri

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini sesuai dengan penelitian mendukung sebelumnya yang dilakukan oleh Fanani (2009) dimana dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa kualitas akrual mempunyai hubungan

Mantan pelanggan flexi trendy mengharapkan tarif yang lebih murah terutama tarif percakapan ke operator lain dengan skor 375 dan merupakan skor yang paling tinggi. Mantan

Bab keempat berisi penyuluhan gangguan psikologis manusia modern menurut Achmad Mubarok yang meliputi: konsep Achmad Mubarok tentang penyuluhan terhadap gangguan

Berdasarkan hasil analisis dengan model time series trend linier di pasar berjangka Malaysia harga CPO di pasar Malaysia dalam rataan minggu selama dua tahun, menunjukan

Mengingat besarnya peran senyawa sekunder dalam menekan dan mengendalikan serangan hama telah dilakukan bioassay untuk mengetahui toksisitas minyak jarak pagar,

Cara ini hampir sama dengan proses rendering, karena minyak akan menggumpal di bagian atas campuran air sehingga minyak mudah dipisahkan dari residu yang masih

Bagaimana Bagaimana proses proses pembelajaran pembelajaran tematik deng tematik dengan m an media lingk edia lingkungan ungan sekolah sekolah untuk meningkatkan Keterampilan

As the current research asks how institutional pressures are implicated in different features of taxi hailing apps available in the Finnish market, case study is a suitable