• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam keadaan perekonomian yang semakin sulit ini banyak terjadi persaingan di berbagai bidang kehidupan, termasuk didalamnya persaingan dalam dunia bisnis. Banyak perusahaan yang saling berlomba untuk mendapatkan pangsa pasar, sehingga hal ini memacu perusahaan untuk berusaha terus maju dalam memperbaiki bisnisnya. Di samping itu dengan adanya kemajuan teknologi, perusahaan dituntut pula untuk dapat mengikuti perkembangan zaman agar tidak tertinggal dengan yang lainnya.

Sejarah mencatat pada tanggal 26 Agustus 1746 di Jakarta, berdiri sebuah kantor pos pertama di Indonesia. Kehadiran kantor pos memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan pertelekomunikasian di tanah air. Pos telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia yang memiliki wilayah sangat luas dan merupakan negara kepulauan. PT. Pos Indonesia memiliki keunggulan dimana jangkauan infrastrukturnya sangat luas dan mencakup sampai di tingkat kecamatan, didukung sumber daya antara lain 3.800 kantor pos, 3.641 unit pelayanan pos bergerak seperti pos keliling kota maupun pos keliling desa hingga berjumlah 23.000 titik layanan yang terhubungkan dalam satu system jaringan pos.

Dunia pengiriman ekspres mulai berkembang tahun 1970-an, perkembangan tersebut terus membaik seiring kemajuan investasi dan ekonomi sampai tahun 1980-an. Perusahaan jasa pengiriman ekspres termasuk salah satu sektor yang cukup prospektif dan menjanjikan di masa depan. Kecenderungan orang semakin ingin cepat dalam mengirim barang, membuat perusahaan jasa pengiriman masih mampu eksis hingga sekarang (Layuck, 2009).

Belum genap sepuluh tahun industri jasa logistik diperkenalkan tahun 1995 di bumi Indonesia, kini jasa pelayanan yang relatif masih muda ini sangat berkembang pesat. Tidak mengherankan, investor kecil dan besar meliriknya, potensi jasa ini di Indonesia mencapai 1 miliar dollar AS. Angka tersebut adalah biaya per tahun yang dikeluarkan untuk jasa transportasi,

(2)

pergudangan, manajemen pergudangan dan asistensi kemudahan pergerakan cepat produk pabrik mengalir ke konsumen.Tuntutan globalisasi, telah membuat jasa pengiriman mulai merambah ke bidang logistik, yaitu jasa pengiriman dengan pelayanan khusus dan ekstra kepada pelanggan mereka, dengan memberikan jasa pelayanan warehousing (pergudangan), assembling (pengumpulan), packaging (pengepakan), serta bahkan track dan tracking (fasilitas jejak lacak) (Sudibyo, 2009).

Industri logistik di Indonesia berkembang sangat pesat, yaitu mencapai Rp. 268 triliun per tahun (Ariston, 2009). Jasa logistik di Indonesia memang bukan usaha yang terbilang baru, karena telah diperkenalkan sejak tahun 1990-an dan berkembang selaras dengan permintaannya yang meningkat.

Mulai dari perusahaan produksi kecil nasional sampai perusahaan manufaktur luar negeri memanfaatkannya untuk mengirimkan produknya sampai ke tujuan dengan cepat, aman dan terjaga mutunya. Jumlah perusahaan jasa pengiriman ekspres di Indonesia saat ini tercatat 635 perusahaan yang tergabung dalam Asperindo, dengan pertumbuhan jumlah perusahaan sekitar 5%-10% per tahun (Asperindo, 2009).

Perusahaan jasa pengiriman ekspres di dalam negeri diperkirakan mulai mengarahkan usahanya menjadi penyedia jasa logistik, karena dinilai pasarnya lebih potensial. Beberapa perusahaan jasa pengiriman ekspres swasta yang mulai melebarkan sayap ke bidang logistik, diantaranya adalah TNT, DHL, TiKi, Pandu Logitic, dan lain sebagainya. Perusahaan TNT yang memulai bisnis ekspresnya di Indonesia pada tahun 1979 dengan nama PT Skypak International, pada tahun 1995 membuka Divisi Logistik dengan nama PT TNT Logistik Indonesia. Jaringan operasional TNT meliputi 33 kota besar di Indonesia, didukung 17 kantor cabang, 14 agen, 10 depot, enam gateway (Jakarta, Surabaya, Batam, Medan, Denpasar, dan Balikpapan) dan 600 karyawan di seluruh Indonesia (PT. TNT logistik Indonesia, 2009).

DHL adalah perusahaan jasa pengiriman asing, yang menguasai 50%

bisnis ekspres dan logistik di Indonesia dan pelayanan yang digunakan memiliki standar internasional (Irawan, 2009). Kompetitor domestik terbesar bagi PT. Pos Indonesia adalah TiKi. Pada tahun 2002, TiKi telah berhasil

2

(3)

membuka cabangnya di luar negeri, terutama negara-negara yang banyak menjadi tujuan TKI, seperti Uni Emirat Arab, Hongkong, Malaysia, Singapura dan Taiwan. TiKi membuka cabang diluar negeri selain untuk membidik pasar, juga untuk mendukung kegiatan ekspor-impor Indonesia (Prasetyo, 2009). Perusahaan swasta lain yang mampu menguasai pengiriman adalah Pandu Logistik, yang berhasil menggaet salah satu perusahaan produsen telepon genggam Sony Ericsson. Pandu Logistik berhasil melaksanakan kerjasama di bidang logistik dengan Sony Ericsson dalam mengirimkan produk-produknya (Surat Kabar, 2009). Selain itu, masih banyak lagi perusahaan jasa pengiriman swasta lain yang tersebar di seluruh Indonesia.

Prospek yang ada pada jasa pengiriman ini memang cerah, maka pemainnya makin banyak dan menjamur dimana-mana, sedangkan pasar yang diperebutkan sedikit. Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus banyak melakukan perbaikan dalam hal layanan yang diberikan. Pelanggan harus dijadikan fokus dalam kegiatan pemasaran, agar tidak berpaling ke perusahaan lain. Kepercayaan pelanggan dibutuhkan untuk membangkitkan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Pelanggan yang telah memiliki loyalitas kepada perusahaan cenderung melakukan transaksi berulang dan mencari apa yang dibutuhkannya kepada perusahaan tersebut. Perusahaan perlu menjaga loyalitas ini, karena menjaga loyalitas pelanggan merupakan sebuah usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan, antara lain kepuasan, kepercayaan dan komitmen dari pelanggan itu sendiri.

Mutu pelayanan (service quality) merupakan salah satu konsep manajemen yang populer dalam mempertahankan dan membangun loyalitas pelanggan, karena dapat menghasilkan keunggulan kompetitif dan bottom line yang positif bagi pelanggan. Service quality merupakan suatu komitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Perusahaan yang menerapkan mutu pelayanan yang baik, akan lebih mengutamakan relasional dari pada sekedar transaksi sesaat.

3

(4)

Melihat semakin ketatnya persaingan yang dihadapi, telah memaksa PT.

Pos Indonesia sebagai pioner perusahaan jasa pengiriman yang ada di Indonesia, untuk membenahi sistem pelayanannya. PT. Pos Indonesia harus mulai memfokuskan kegiatan pemasaran kepada pelanggan dan dimensions of service quality diterapkan secara utuh oleh PT. Pos Indonesia guna mengetahui keinginan dan kebutuhan pelanggan, serta memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang pada akhirnya dapat mewujudkan loyalitas pelanggan. Dengan adanya perbaikan kinerja pelayanan yang diberikan oleh PT. Pos Indonesia (Kantor Pos Kota Depok), serta dengan konsep pemasaran yang berorientasi kepada pelanggan, serta pelayanan terbaik yang lebih dekat dan bersahabat dengan pelanggan, akan dapat menarik kembali minat pelanggan untuk memanfaatkan layanan jasa pengiriman paket pada PT. Pos Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

Perusahaan pada umumnya menginginkan bahwa pelanggan yang diciptakan dapat dipertahankan selamanya, karena pelanggan yang loyal merupakan asset terbesar yang harus dijaga perusahaan. Untuk mendapatkan pelanggan yang loyal, perusahaan harus menerapkan konsep pemasaran yang berorientasi pada pelanggan dan menekankan bahwa pembeli adalah raja yang harus dilayani dan terpuaskan.

Mutu layanan (service quality) menjadi topik yang hangat di dunia pemasaran. Pemberian mutu yang tinggi mutlak diberikan perusahaan kepada pelanggan. Berbagai perusahaan menyadari pentingnya menciptakan mutu tinggi, termasuk PT. Post Indonesia. Mutu layanan tinggi akan membuat pelanggan merasa puas dengan pelayanan yang diperolehnya. Adanya kepuasan pelanggan, diharapkan menciptakan loyalitas dari pelanggan, dimana pelanggan melakukan transaksi ulang dengan perusahaan, merasa ketergantungan dan sulit berpaling kepada perusahaan lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan mutu pelayanan dengan loyalitas pelanggan pengguna jasa pengiriman paket pada Kantor Pos Kota Depok ?

4

(5)

2. Bagaimana hubungan mutu pelayanan dengan loyalitas pelanggan pengguna jasa pengiriman paket pada Kantor Pos Kota Depok ?

3. Bagaimana mutu pelayanan yang dirasakan pelanggan pada Kantor Pos Kota Depok ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menguji hubungan mutu pelayanan dengan loyalitas pelanggan pengguna jasa pengiriman paket pada Kantor Pos Kota Depok.

2. Menganalisis kuat lemahnya hubungan mutu pelayanan dengan loyalitas pelanggan pengguna jasa pengiriman paket pada Kantor Pos Kota Depok.

3. Mengkaji tingkat mutu pelayanan yang diberikan oleh Kantor Pos Kota Depok kepada pelanggan.

5

Referensi

Dokumen terkait

Menunjukkan pada kemampuan peserta didik untuk mengumpulkan hasil kerja dengan tepat waktu sesuai yang ditetapkan guru..

(Oleh karena itu), apabila anda melihat seorang yang mencela manusia yang telah menyakitinya dan justru tidak mengoreksi diri dengan mencela dirinya sendiri dan beristighfar

Makalah dalam seminar tentang “Pengaturan dan Akibat Hukum Pengangkatan Anak” (Depok: Auditorium FHUI, 29 November 2006) hal 6.. beberapa generasi keturunan yang menyangkut

Informasi memegang peran yang sangat penting untuk mengetahui kegiatan apa yang telah terjadi, melakukan evaluasi apakah kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan

Wawancara terhadap beberapa siswa kelas eksperimenbertujuan untuk memperoleh informasiyang tepat dan mendalammengenai respon yang diberikan siswa selama proses

: HUBUNGAN ANTARA TAHAP KOMPETENSI DENGAN TAHAP PRESTASI KERJA DI KALANGAN PENTADBIR KOLEJ UNIVERSITI TEKNOLOGI TUN HUSSEIN ONN (KUiTTHO).. SESI PENGAJIAN:

Terhadap keberatan setelah berakhirnya masa sanggah tidak dapat di terima dan dianggap sebagai aduan;. Demikian Kami sampaikan atas perhatiannya di ucapkan

To make it architectural, meaning that to speak language with space and gatra , with line and plane, with a material and lace atmosphere, it is natural that individual