• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE TALKING STICK BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS V SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH METODE TALKING STICK BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA SISWA KELAS V SD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE TALKING STICK BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP IPA

SISWA KELAS V SD

Ni Kdk. Dewi Martiani1, I Dw. Kade Tastra2, I Wyn. Suwatra3

1,3Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:dewimartiani_chan@yahoo.com1, kadetastra@yahoo.com2, suwatra_pgsd@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPA siswa kelas V SD, oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 183 orang. Sampel penelitian ini yaitu kelas VA SD Negeri 3 Ubud yang berjumlah 25 orang dan kelas V SD Negeri 5 Ubud yang berjumlah 24 orang.

Data pemahaman konsep IPA siswa dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk uraian.

Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional. Besarnya thitung adalah 5,94, sedangkan ttabel (pada taraf signifikansi 5% dan dk=47) = 2,000. Hal ini menunjukkan thitung lebih besar dari ttabel. Selanjutnya, rata-rata skor pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta (30,08) lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional (21,83). Dengan demikian, metode talking stick berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V SD Tahun Pelajaran 2013/2014 di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar.

Kata kunci: pemahaman konsep, peta konsep, talking stick

Abstract

The background of this research is the students lack of understanding of science concepts in fifth grade elementary school, therefore this research was conducted with the aim of determine the differences between students understanding of science concepts that follow the learning with talking stick method aided concept mapping with students who follow learning with conventional learning method in fifth grade at elementary school Gugus Ubud Gianyar regency. This research is a quasi experimental research. The populations in this research are all of fifth grade at elementary school Gugus Ubud Gianyar Regency academic year 2013/2014, which students amount 183 peoples. The sample of this research was SD Negeri 3 Ubud (VA) that consisted of 25 students and SD Negeri 5 Ubud (V) that consisted of 24 students. Students understanding of science concepts data collected by the essay test instrument. The data were analyses by using descriptive statistical analysis and inferential statistics (t-test). The results showed that there are differences in understanding science concepts significantly between students who follow the learning with talking stick method aided concept mapping with students who follow learning with conventional learning method.

(2)

The tvalue = 5,94 and ttable (at significance level of 5% and dk=47) = 2,000. This means that tvalue it’s bigger then ttable. The average score of students understanding of science concepts that follow the learning with talking stick method aided concept mapping (30,08) higher then the students who follow learning with conventional learning method (21,83). So, it can be concluded that talking stick method aided concept mapping affected students understanding of science concepts in fifth grade students at elementary school Gugus Ubud Gianyar regency.

Keywords: understanding concept, concept mapping, talking stick

PENDAHULUAN

Pendidikan Pendidikan IPA merupakan salah satu pendidikan yang berpotensi memainkan peranan strategis dalam kemajuan dan perkembangan IPTEK. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan dan kelangsungan hidup manusia. Secara alamiah IPA memiliki konsep pemikiran dan pemahaman yang terintegrasi dalam pengembangan kemampuan berpikir yang sistematis dan analisis.

Pada hakikatnya pembelajaran IPA dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu IPA sebagai produk, proses, dan sikap (Susanto, 2013). Artinya, pembelajaran IPA merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar seharusnya mampu melatih sikap ilmiah, rasa ingin tahu, dan kreatifitas dari siswa dalam mengkaji dan mempelajari IPA sesuai dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kurikulum KTSP yang tercantum pada lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi dijelaskan bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan dan ruang lingkup bahan kajian pelajaran. Pembelajaran IPA sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 (dalam Suastra, 2009) menyatakan tujuan pembelajaran IPA SD adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2) mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman konsep- konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Sesuai dengan tujuan tersebut IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta kemungkinan pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Namun dalam kenyataannya, proses pembelajaran IPA di SD masih berorientasi produk dengan kegiatan yang didominasi oleh guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih terbatas pada penerimaan materi yang disampaikan dengan metode ceramah. Dalam pembelajaran, siswa masih pasif dan menunggu informasi, catatan maupun pertanyaan-pertanyaan dari guru. Hal ini berdampak pada pemahaman konsep siswa. Sebagai bukti, berdasarkan hasil studi dokumen yang dimiliki guru mata pelajaran IPA di sekolah dasar Gugus Ubud Kabupaten Gianyar pada tanggal 1 Desember 2013. Ditemukan nilai rata-rata siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di gugus Ubud Kabupaten Gianyar pada

(3)

ulangan tengah semester I tahun pelajaran 2013/2014 yaitu SD Negeri 1 Ubud kelas VA (68,83) dan kelas VB (67,90), SD Negeri 2 Ubud (67,61), SD Negeri 3 Ubud kelas VA (68,60) dan kelas VB (67,83), SD Negeri 4 Ubud (68,91), dan SD Negeri 5 Ubud (67,13). Data ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil ulangan tengah semester siswa masih berada di bawah nilai standar sekolah dasar di gugus Ubud yaitu 70,00. Rendahnya nilai rata-rata IPA siswa menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai yang rendah. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar IPA yang dicapai siswa karena pamahaman siswa terhadap konsep pembelajaran IPA masih rendah. Pemahaman konsep merupakan prasyarat untuk mencapai pengetahuan atau keterampilan pada tingkat yang lebih tinggi. Pemahaman konsep merupakan suatu landasan pokok dalam proses pembelajaran. Jika siswa memiliki pemahaman konsep yang baik, maka pengetahuan yang diperoleh akan mampu diingat lebih lama, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

begitu juga sebaliknya, jika pemahaman konsep siswa kurang baik, maka kemampuan siswa untuk mengingat dan memahami materi pelajaran menjadi kurang baik pula, sehingga akan berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh oleh siswa tersebut. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri tetapi masih tetap mengacu pada suatu konsep tersebut.

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada tanggal 1–3 Desember 2013 di sekolah dasar Gugus Ubud Kabupaten Gianyar, diperoleh informasi bahwa penyebab rendahnya pemahaman konsep IPA siswa antara lain: (1) siswa kurang berinisiatif mempelajari materi IPA terlebih dahulu di rumah, siswa lebih memilih untuk menunggu penjelasan dari guru; (2) siswa akan mencatat hal-hal penting jika disarankan oleh guru dan biasanya siswa mencatat semua kalimat yang dijelaskan oleh guru; (3) saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung bermain-

main dan kurang memperhatikan penjelasan guru; (4) siswa kurang berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru dan saat mengeluarkan pendapat; (5) tidak ada siswa yang bertanya ketika pembelajaran berlangsung maupun saat pelajaran berakhir, padahal mereka masih belum benar-benar memahami materi yang disampaikan oleh guru; dan (6) proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas.

Jika dilihat proses pembelajaran IPA saat ini, penerapan metode pembelajaran yang lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran sangat diperlukan sehingga siswa akan dapat memahami konsep yang sedang dipelajarinya. Salah satu alternatif pembelajaran yang sesuai untuk lebih meningkatkan siswa dalam proses pembelajaran adalah penggunaan metode talking stick berbantuan peta konsep dalam pembelajaran IPA. Metode talking stick berbantuan peta konsep merupakan metode pembelajaran yang kegiatannya menekankan pada kemandirian siswa dalam memperoleh dan mengorganisasi informasi-informasi yang di dapat ke dalam sebuah catatan yang berbentuk peta konsep serta partisipasi aktif siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru dengan bantuan tongkat. Pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep diawali dengan penjelasan guru secara umum mengenai materi pokok pelajaran yang akan dipelajari. Setiap siswa diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajari materi bersama teman.

Informasi yang diperoleh melalui membaca dan berdiskusi dengan teman kemudian dituangkan ke dalam sebuah catatan berbentuk peta konsep. Selanjutnya guru meminta siswa untuk menutup buku yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, kemudian guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut nantinya akan diberikan kepada setiap siswa secara bergilir. Siswa yang menerima tongkat tersebut wajib untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru, demikian seterusnya sampai semua siswa benar-benar aktif dan mendapat giliran.

Ketika stick bergulir dari satu siswa ke

(4)

siswa lainnya, sebaiknya guru mengawasi setiap siswa yang tidak mendapat tongkat (Suprijono, 2009). Metode talking stick memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi pelajaran secara mandiri yang selanjutnya dilakukan kegiatan pemberian pertanyaan terkait materi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Siswa dituntut memahami materi pelajaran dengan baik karena masing-masing siswa memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan giliran menjawab pertanyaan, sehingga siswa tidak akan fokus pada pertanyaan yang menjadi gilirannya saja. Kegiatan pemberian pertanyaan ini akan sangat menyenangkan karena dibantu dengan menggunakan media tongkat dan diiringi sebuah lagu atau nyanyian. ”Metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat”

(Suprijono, 2009:109). Sehingga siswa menjadi bersemangat dalam belajar, terlatih untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat, menguasai materi secara cepat dan meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep yang dipelajari.

Metode talking stick memungkinkan siswa secara mandiri menggali informasi terkait materi pelajaran melalui membaca maupun berdiskusi dengan temannya.

Pengetahuan yang didapat melalui membaca maupun berdiskusi akan lebih efektif dan bermanfaat jika ditulis kembali pada sebuah catatan. DePorter, dkk. (2010) mengungkapkan bahwa metode mencatat yang baik harus dapat membantu mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru. Peta konsep dikembangkan Tony Buzan merupakan teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara bersamaan dan saling melengkapi sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah diingat. Teknik ini sangat menyenangkan karena melibatkan imajinasi, gambar maupun warna yang digemari siswa. Kegiatan yang sesuai dengan perkembangan anak ini akan membantu siswa mendapatkan catatan

yang lebih menarik dan efektif bagi siswa itu sendiri. Peta konsep mampu memperlihatkan bagaimana konsep-konsep saling terkait. Dalam IPA peta konsep membuat informasi abstrak menjadi konkret dan sangat bermanfaat meningkatkan ingatan suatu konsep pembelajaran, dan menunjukkan pada siswa bahwa pemikiran itu mempunyai bentuk. Dengan menggunakan peta konsep dalam menuangkan pengetahuan, siswa akan mudah mengembangkan gagasan yang dimilikinya, sehingga akan lebih mudah memahami konsep dalam pembelajaran IPA.

Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian dengan menerapkan metode Talking Stick berbantuan peta konsep terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V SD tahun pelajaran 2013/2014 di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD tahun pelajaran 2013/2014 di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semu atau quasi experiment karena tidak semua variabel yang muncul bisa dikontrol dengan ketat (Sugiyono, 2006). Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus Ubud Kabupaten Gianyar pada rentang waktu semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah Non-Equivalent Post-Test Only Control Group Design.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar yang berjumlah 183 orang yang terbagi dalam lima SD, yaitu: SD Negeri 1 Ubud (VA, VB), SD Negeri 2 Ubud, SD Negeri 3 Ubud (VA, VB), SD Negeri 4 Ubud, dan SD Negeri 5 Ubud. Untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas V masing-masing SD yang terdapat di

(5)

Gugus Ubud Kabupaten Gianyar setara atau tidak, maka dilakukan uji kesetaraan.

Uji kesetaran pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis nilai hasil ulangan tengah semester mata pelajaran IPA menggunakan uji ANAVA satu jalur.

Berdasarkan analisis ANAVA satu jalur diperoleh hasil bahwa kemampuan siswa kelas V SD gugus Ubud Kabupaten Gianyar adalah setara.

Sampel penelitian ditentukan dengan teknik Random Sampling. Teknik random dilakukan dengan cara manual yaitu dengan sistem undian. Pengundian sampel ini dilakukan pada semua kelas, karena setiap kelas mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Dua kelas yang muncul dalam undian yaitu kelas VA SD Negeri 3 Ubud dan kelas V SD Negeri 5 Ubud yang langsung dijadikan kelas sampel. Kedua kelas tersebut diundi kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengundian tersebut yang ditetapkan sebagai kelas eksperimen adalah kelas VA SD Negeri 3 Ubud yang berjumlah 25 siswa, sedangkan yang menjadi kelas kontrol adalah kelas V SD Negeri 5 Ubud yang berjumlah 24 siswa. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan metode talking stick berbantuan peta konsep dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode talking stick berbantuan peta konsep dan metode pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep IPA.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep IPA siswa kelas V SD. Metode pengumpulan data yaitu metode tes dengan menggunakan instrumen yaitu tes uraian.

Butir pertanyaan yang dibuat pada tes uraian berjumlah 15 butir soal sebagai uji coba instrumen. Soal post-test yang digunakan adalah 10 butir soal. Soal dibuat dengan kisi-kisi berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Instrumen yang telah disusun, diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui layak

tidaknya instrumen digunakan. Hasil uji coba instrumen dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tes.

Berdasarkan hasil uji validitas butir tes dengan jumlah responden 45 siswa, dari 15 butir tes yang diujicobakan diperoleh 13 butir tes yang valid. Dari 13 butir tes yang valid, diambil 10 butir tes yang digunakan sebagai post-test. Dari uji validitas yang telah dilakukan terdapat 13 butir soal yang valid, kemudian dilakukan penghitungan reliabilitas. Setelah dihitung diperoleh reliabilitas tes pemahaman konsep IPA sebesar 0,86 dengan kriteria reliabilitas tes tergolong sangat tinggi. Banyak butir tes yang digunakan untuk post–test adalah 10, dan setelah dihitung diperoleh reliabilitas pemahaman konsep IPA sebesar 0,99 dengan kriteria reliabilitas tes tergolong sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji taraf kesukaran perangkat tes diperoleh Pp = 0,56, sehingga perangkat tes yang digunakan termasuk kriteria sedang. Hasil uji daya beda tes diperoleh DP = 0,30, sehingga perangkat tes yang digunakan termasuk kriteria cukup baik.

Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu mean, median, modus. Hasil perhitungan mean, median, modus disajikan ke dalam kurva poligon. Penyajian data dengan kurva poligon bertujuan untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen dan kontrol. Hubungan antara mean (M), median (Md) dan modus (Mo) digunakan untuk menentukan kemiringan kurva poligon distribusi frekuensi.

Selain teknik analisis deskriptif, analisis data dengan uji-t dilakukan pula untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan analisis t-test, data yang diperoleh perlu diuji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas untuk skor hasil belajar matematika siswa digunakan analisis chi-kuadrat dan uji homogenitas varians dengan uji-F.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Data penelitian ini adalah skor pemahaman konsep IPA siswa sebagai akibat dari penerapan metode Talking Stick

(6)

0 2 4 6 8 10

23 26 29 32 35 38

Frekuensi

Titik Tengah

Mo = 31,25 Md = 30,26 M = 30,08

M = 21,83 Mo = 19,50

Md = 21,18 0

2 4 6 8

14,5 18,5 22,5 26,5 30,5 34,5

Frekuensi

Titik Tengah berbantuan peta konsep pada kelompok

eksperimen dan metode pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.

Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang pemahaman konsep siswa dapat dilihat pada tabel 1 berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi perhitungan skor pemahaman konsep IPA Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean (M) 30,08 21,83

Median (Md) 30,26 21,18

Modus (Mo) 31,25 19,50

Varians 17,06 30,56

Standar Deviasi 4,13 5,53

Skor Minimum 22 13

Skor Maksimum 38 35

Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen Mean (M) = 30,08, Median (Md) = 30,26, dan Modus (Mo) = 31,25, sehingga Mo>Md>M sedangkan pada kelompok kontrol Mean (M) = 21,83, Median (Md) = 21,18, dan Modus (Mo) = 19,50, sehingga Mo<Md<M.

Data pemahaman konsep IPA pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran menggunakan metode TalkingStick berbantuan peta konsep dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva poligon pemahaman konsep IPA kelompok eksperimen

Berdasarkan gambar 1. terlihat bahwa sebaran data kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Talking Stick berbantuan peta konsep pada kelompok eksperimen menunjukkan kurva

juling negatif Mo>Md>M (31,25>30,26>30,08). Hal ini berarti bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi.

Berdasarkan analisis data, mean skor pemahaman konsep IPA siswa kelompok eksperimen yaitu 30,08. Setelah dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi) tergolong kriteria sangat tinggi.

Data pemahaman konsep IPA kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran menggunakan metode pembelajaran konvensional disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva poligon pemahaman konsep IPA kelompok kontrol

Berdasarkan gambar 2. terlihat bahwa sebaran data kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode

(7)

pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol menunjukkan kurva juling positif M>Md>Mo (21,83>21,18>19,50). Hal ini berarti bahwa sebagian besar skor cenderung rendah. Berdasarkan analisis data, mean skor pemahaman konsep IPA siswa kelompok kontrol yaitu 21,83. Setelah dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi) tergolong kriteria sedang.

Sebelum melakukan uji hipotesis, dilakukan beberapa uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas data post- test kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat, diperoleh X2hitung sebesar 1,76 dan X2tabel

dengan taraf 5% dan db = 3 sebesar7,81.

Dengan demikian X2hitung < X2tabel, ini berarti data post-test pemahaman konsep IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal.

Sedangkan hasil uji normalitas data post- test kelompok kontrol diperoleh X2hitung sebesar 1,27 dan X2tabel dengan taraf 5%

dan db = 3 sebesar 7,81.Dengan demikian X2hitung < X2tabel,, maka data post-test

pemahaman konsep IPA kelompok kontrol berdistribusi normal.

Selanjutnya uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Berdasarkan hasil uji homogenitas didapatkan Fhitung sebesar 1,79 dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dan dbpembilang = 24, dbpenyebut

= 23 sebesar 1,98. Dengan demikian Fhitung

< Ftabel maka varians antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.

Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data yaitu data berdistribusi normal dan varians homogen, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0).

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkolerasi) dengan rumus polled varians karena anggota sampel berbeda (n1≠n2) dan varian homogen, dengan db = n1 + n2 – 2. Dengan kriteria H0 ditolak jika thitung > ttabel dan H0 terima jika thitung < ttabel. Ringkasan hasil perhitungan uji-t antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji-t Sampel Independent dengan Polled Varians

Kelompok N X Varians db thitung ttabel Kesimpulan Eksperimen 25 30,08 17,06

Kontrol 24 21,83 30,56 47 5,94 2,000 Signifikan

Sesuai dengan tabel 2. di atas, terlihat bahwa thitung adalah 5,94 dan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) dengan db = 47 adalah 2,000, jadi thitung > ttabel (5,94>2,000).

Hal ini berarti H0 ditolak atau H1 diterima.

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa

kelas V SD Tahun Pelajaran 2013/2014 di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar.

PEMBAHASAN

Berdasarkan Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, diperoleh rata-rata skor pemahaman konsep IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep adalah 30,08 yang tergolong kriteria sangat tinggi dan rata-rata skor pemahaman konsep IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional adalah 21,83 yang tergolong kriteria sedang. Hal

(8)

ini menunjukkan bahwa, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep memiliki pemahaman konsep yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional.

Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui nilai thitung sebesar 5,94 dan nilai ttabel dengan db = 47 pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,000. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung

lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan.

Hal ini menunjukkan, terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Tahun Pelajaran 2013/2014 di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar.

Perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode talking stick berbantuan peta konsep lebih didominasi oleh kegiatan siswa. Setelah diberikan penjelasan mengenai inti materi, siswa aktif mencari serta menggali informasi dari berbagai buku sumber maupun berdiskusi dengan teman sebangkunya. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa menjadi lebih mandiri dalam belajar untuk memperoleh suatu pengetahuan mengenai konsep-konsep IPA. Setiap informasi-informasi yang diperoleh menjadi bermakna bagi siswa, karena siswa sendiri yang menemukannya.

Temuan ini didukung oleh pendapat Piaget (dalam Sanjaya, 2008:123) bahwa

“pengetahuan itu akan bermakna apabila dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa.

Kedua, informasi-informasi yang sudah diperoleh siswa saat menggali informasi, dituangkan kembali ke dalam sebuah catatan berbentuk peta konsep.

Dengan membuat catatan dalam bentuk peta konsep, siswa secara tidak langsung sudah belajar cara mengorganisasi informasi secara lebih efektif. Materi yang diperoleh siswa menjadi lebih lama diingat.

Hal ini dikarenakan belajar dengan cara

menyimak, membaca serta

menuangkannya kembali dalam sebuah catatan berbentuk peta konsep akan lebih efektif untuk mengingat dan memahami materi yang didapat, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam pembelajaran.

Temuan ini sesuai dengan pendapat DePorter, dkk. (2010:225) yang menyatakan bahwa “metode mencatat yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru”.

Ketiga, kegiatan pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep pada tahap permaian tongkat (talking stick) siswa yang memegang tongkat diwajibkan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga siswa menjadi berani dalam mengemukakan pendapat. Tentu saja, keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya di depan kelas didukung pula dengan pemahaman akan materi yang sudah dimiliki siswa. Dengan berani mengemukakan pendapat berarti siswa sudah memahami konsep-konsep dalam materi pembelajaran. Temuan ini didukung oleh pendapat Suprijono (2009:109) yang menyatakan “metode talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat”.

Keempat, pada tahap menggali informasi, siswa diwajibkan membaca materi dari berbagai sumber dan berdiskusi dengan kelompoknya sehingga dapat melatih keterampilan membaca, dan menumbuhkan minat membaca siswa.

Dengan membaca dan berdiskusi dengan kelompoknya siswa akan lebih memahamani konsep-konsep dalam materi pembelajaran. Temuan ini didukung oleh pendapat Widodo (2009) yang menyatakan pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep dapat menguji

(9)

kesiapan siswa serta melatih membaca dan memahami dengan cepat.

Kelima kegiatan permainan talking stick diiringi dengan menyanyikan sebuah lagu mampu membuat suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.

Kegiatan pembelajaran menggunakan permainan sangat sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar, dimana mereka masih senang belajar sambil bermain. Dengan belajar sambil bermain siswa akan lebih tertarik dalam memahami konsep-konsep dalam materi pembelajaran sehingga pemahaman konsep siswa menjadi meningkat. Temuan ini sejalan dengan pendapat Uno (2008:35), yang menyatakan “proses belajar dengan menggunakan permainan merupakan hal yang sangat menarik bagi siswa, suasana yang sangat menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa, sesuatu yang emosional tersebut akan lestari diingat, dipahami, atau dihargai”.

Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggarini (2013) yang menunjukkan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif talking stick berbasis aneka sumber memiliki nilai rata- rata hasil belajar lebih tinggi sebesar 68,71, sedangkan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran secara konvensional memiliki nilai rata-rata hasil belajar sebesar 59,39.

Kristiani (2013) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh metode talking stick berbantuan mind mapping terhadap hasil belajar IPS menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode talking stick berbantuan mind mapping dengan skor rata-rata sebesar 67,95 dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah dengan skor rata-rata 50,19.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode talking stick berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional.

Dengan demikian, metode talking stick berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Talking Stick berbantuan peta konsep dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar. Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan hasil perhitungan rata-rata pemahaman konsep IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Talking Stick berbantuan peta konsep sebesar 30,08 yang berada pada kategori tinggi lebih besar dari rata-rata pemahaman konsep IPA siswa yang mengikuti pembelajaran metode pembelajaran konvensional sebesar 21,83 yang berada pada kategori sedang. Hasil analisis uji-t sampel tidak berkorelasi diperoleh thitung sebesar 5,94 dan ttabel (dengan db = 47 dan taraf signifikansi 5%) adalah 2,000 yang berarti thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa metode Talking Stick berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA siswa kelas V SD di Gugus Ubud Kabupaten Gianyar.

Adapun beberapa saran yang dapt disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Disarankan kepada siswa agar terus berlatih menggunakan teknik mencatat peta konsep disetiap kegiatan pembelajaran agar dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menggali informasi dan menggorganisasi informasi yang selanjutnya bermuara pada meningkatnya pemahaman konsep siswa.

Disarankan kepada guru mata pelajaran IPA untuk melakukan inovasi dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dan menggunakan model pembelajaran yang lebih bervariasi agar memperoleh pemahaman konsep IPA yang lebih baik.

Disarankan kepada pihak sekolah yang memiliki masalah terhadap pemahaman konsep IPA siswa yang cenderung rendah, dalam rangka meningkatkan mutu proses

(10)

pembelajaran secara keseluruhan dapat menerapkan metode talking stick berbantuan peta konsep. Sebab, model ini dapat memberikan kesempatan siswa dalam menggali pengetahuannya sendiri dan mengorganisasi informasi dalam bentuk catatan, dan siswa menjadi berani mengemukakan pendapat. Disarankan kepada peneliti lain yang berminat agar mengadakan penelitian lebih lanjut tentang metode talking stick berbantuan peta konsep dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Anggarini, I G. Ayu Mas Dewi. 2013.

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick Berbasis Aneka Sumber (Resources Based Learning) terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 5 Dalung Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.

DePorter, Bobbi, dkk. 2010. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Bandung: Kaifa

Kristiani, Ayu Lia. 2013. Pengaruh Metode Talking Stick Berbantuan Mind Mapping terhadap Hasil Belajar IPS

Siswa Kelas IV SD Gugus IV Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013.

Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.

Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini Mendekatkan Siswa dengan Lingkungan Alamiah dan Sosial Budayanya. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&F. Bandung: Alfabeta Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: PT Kharisma Putra Utama.

Uno, H.B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo, Rahmad. 2009. Model Pembelajaran Talking Stick. Tersedia:

http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/

09/model-pembelajaran-16-talking- stik/. Diakses tanggal 10 Desember 2013

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi perhitungan skor pemahaman konsep IPA  Statistik Deskriptif  Kelompok Eksperimen  Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Permasalahan yang diakibatkan oleh gaya hidup biasanya mengalami perkembangan yang cepat seiring dengan perkembangan dari gaya hidup tersebut, begitu juga

Uji organoleptik pada teh daun kelor kombinasi kulit jeruk dengan variasi suhu pengeringan serta penambahan jahe masing-masing perlakuan memiliki rasa sedikit pahit,

Armitage dan Berry (1987) mengatakan bahwa analisis survival merupakan analisis yang melibatkan uji statistik untuk menganalisis data yang variabelnya berkaitan dengan waktu

Ngalau Sitanang I dan II pada Klaster Sitanang memiliki morfologi gua yang sangat ideal sebagai lokasi hunian, aksesibilitas yang mudah, dan daya dukung lingkungan

Majelis Kehormatan Insinyur bertugas untuk memberikan nasehat dan pertimbangan pada Pengurus Pusat, baik diminta ataupun tidak, dalam masalah- masalah yang

Pemilu 1999 diikuti oleh 48 partai politik, yaitu: Partai Indonesia Baru, Partai Kristen Nasional Indonesia, Partai Nasional Indonesia – Supeni, Partai Aliansi Demokrat

Propagasi radio dalam ruangan dianggap lebih kacau dari pada pengaturan di luar ruangan, dimana sinyal menempuh perjalanan dengan beberapa hambatan yang disebabkan