• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE EDUTAINMENT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD DI GUGUS XV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH METODE EDUTAINMENT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD DI GUGUS XV"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE EDUTAINMENT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

DI GUGUS XV

Md. Tia Parastika Dewi

1

, Kt Pudjawan

2

, Pt Nanci Riastini

3

1,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

2

Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e–mail: tiaparastika@yahoo.co.id

1

, ketutpudjawan@gmail.com

2

, chem_currie@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui metode edutainment dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di gugus XV Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment). Dengan rancangan penelitian post-test only control group design. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 247 orang. Sampel dipilih dengan teknik simple random sampling.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan menggunakan tes objektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar menggunakan metode edutainment dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional.

Disamping itu rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar menggunakan metode edutainment yaitu 23,00 lebih tinggi dari pada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu 13,53 berada pada kategori cukup. Besarnya thitung

adalah 8,77, sedangkan ttabel dengan db = 60 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,00. Hal itu berarti thitung > ttabel. Dengan demikian metode edutainment memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa SD kelas V semester I di gugus XV kecamatan buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Kata kunci: metode edutainment, hasil belajar IPA Abstract

This study aims to know whether there is a significant difference on science learning achievement between a group of students taught by using edutainment method and a group of students taught by using conventional method on the fifth grade students in Gugus XV of Buleleng regency in the academic year of 2013/2014. This study is a quasi experimental research which uses post-test only control group design. The population of this study consists of 247 students of fifth grade in Gugus XV at Buleleng Regency in the academic year of 2013/2014 which is determined by using simple random sampling.

Data in this study was collected by administering objective test. Furthermore, the data was analyzed by using descriptive statistic and inferential statistic called independent sample t-test. The result of this study showed that there was a significant difference on science learning achievement between a group of students taught by using edutainment

(2)

method and a group of students taught by using conventional method. It was obtained 23.00 for the group of students taught by using edutainment method mean which was higher than the group of students taught by using conventional method which only obtained 13.53 thus, it could be categorized as average. The tvalue was 8.77 while the ttable with df = 60 (30+32-2 with significance level 5% was 2.00. It means that tvalue > ttable. Therefore, edutainment method gives significant effect on learning science achievement of the fifth grade students in Gugus XV at Buleleng regency in the academic year of 2013/2014.

Key words: edutainment method, science learning achievement

PENDAHULUAN

Pendidikan menjadi salah satu hal utama yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Peningkatan tersebut harus dilakukan dengan berbagai upaya, seperti melalui inovasi pendidikan. Pendapat tersebut sesuai dengan pernyataan Supartono (dalam Nurhayati, dkk, 2009:379), “Dunia pendidikan memerlukan berbagai inovasi dalam perkembangannya”. Salah satu upaya inovasi dalam bidang pendidikan adalah pembelajaran yang kreatif dan inovatif untuk semua mata pelajaran. Untuk itu, pemerintah berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui perbaikan-perbaikan dari sarana sampai prasarana pendidikan untuk mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah.

Namun, pembelajaran yang inovatif masih menjadi masalah besar dalam dunia pendidikan. Sebagai contoh, pembelajaran IPA hampir di semua SD masih bersifat konvensional. Konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Pembelajaran konvensional

lebih menekankan kepada penambahan pengetahuan, sehingga siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Dalam kondisi ini, guru memainkan peran yang sangat penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar (Kardi & Nur, 2000). Dengan kata lain, penyelenggaraan dianggap sebagai model transmisi pengetahuan. Buktinya, berdasarkan hasil observasi di SD No.2 Anturan, tampak jelas pembelajaran yang dilakukan guru lebih banyak ceramah dibandingkan dengan aktifitas siswa di kelas, sehingga pembelajaran di kelas hanya terjadi pada satu arah dan berdampak pada hasil belajar siswa khususnya ranah kognitif. Berdasarkan hasil studi dokumen (7-9 Januari 2013) nilai ulangan umum IPA kelas IV semester I di 8 Sekolah Dasar di Gugus XV Kecamatan Buleleng, sangat jelas terlihat rendahnya hasil belajar IPA siswa di gugus tersebut.

Hasil tersebut tampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Ulangan Umum di Gugus XV Kecamatan Buleleng

Nama Sekolah Rata-Rata Nilai

SD Negeri 1 Anturan 66,56

SD Negeri 2 Anturan 63,13

SD Negeri 3 Anturan 64,27

SD Negeri 1 Kalibukbuk 57,51

SD Negeri 2 Kalibukbuk 63,64

SD Negeri 3 Kalibukbuk 65,36

SD Negeri 4 Kalibukbuk 39,78

SD Tri Amerta 57,65

(Arsip Nilai di Gugus XV Kecamatan Buleleng)

(3)

Berdasarkan tabel tersebut, rentangan nilai rata-rata ulangan umum siswa berkisar antara 39,78-66,56. Jika dikonversikan pada PAP, maka hasil tersebut berada pada rentangan kurang hingga sedang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Putu Milayani, S.Pd guru kelas IV SD No. 2 Anturan, dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang terjadi yaitu sebagai berikut. 1) Rendahnya nilai IPA siswa di SD No.2 Anturan terjadi karena guru selalu menggunakan pembelajaran konvensional. 2) Kegiatan eksperimen atau kegiatan kelompok jarang dilakukan, dan 3) Siswa kadang merasa bosan di kelas.

Situasi di atas merupakan masalah yang harus segera ditangani dengan baik agar hasil belajar siswa, khususnya mata pelajaran IPA, menjadi lebih baik. Salah satu metode yang cocok digunakan untuk mengatasinya adalah metode edutainment.

Metode ini berusaha untuk memfasilitasi interaksi sosial para siswa dengan memasukkan berbagai pelajaran dalam bentuk hiburan yang sudah akrab ditelinga mereka, seperti acara televisi, permainan,

musik, film, dan perangkat multimedia.

Dengan kegiatan-kegiatan tersebut, siswa bisa mendapatkan pengetahuan dengan baik, mengikuti pelajaran dengan nyaman, dan mampu menjadikan pengetahuan tersebut sebagai bagian dari kehidupan mereka. Maka dari itu, dalam penelitian ini dikaji mengenai pengaruh metode edutainment terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus XV Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2013/2014.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

Penelitian eksperimen semu bertujuan untuk memperoleh informasi dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel (Sugiyono, 2010).

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Desain penelitian ini adalah desain post test only control group desain, yang dapat diilustrasikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Post Test Only Control Group Design

Kelompok Perlakuan Post-Test

E X O

1

K - O

2

(dalam Sukmadinata, 2009:206) Tabel 2 menunjukkan bahwa,

penelitian ini memberikan perlakuan berupa penggunaaan metode edutainment pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Hasil dari post test kedua kelompok kemudian dibandingkan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V di Gugus XV Kecamatan Buleleng. Adapun jumlah seluruh anggota kelas V adalah 247 siswa. Sedangkan, pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random sampling, tetapi yang dirandom adalah kelas. Namun, sebelum melakukan teknik tersebut, uji kesetaraan dilakukan terlebih dahulu terhadap seluruh anggota populasi.

Uji tersebut menggunakan analisis varians satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai Fhitung sebesar 6,07, sedangkan nilai Ftabel pada dbantar = 7 dan dbdalam = 239 pada taraf signifikansi 5%

adalah 2,05. Dengan demikian, Ftabel < Fhitung sehingga Ho ditolak. Mengacu pada hasil tersebut, maka selanjutnya dilakukan uji antar kelompok dengan t-scheffe. Hasil pengujian tersebut menunjukan tidak terdapat perbedaan nilai hasil belajar IPA siswa kelas V di SD No. 1 Anturan, SD No.

2 Anturan, SD No. 3 Anturan, SD No. 1 Kalibukbuk, SD No. 2 Kalibukbuk, SD No. 3 Kalibukbuk, dan SD Tri Amerta. Oleh karena itu, hanya SD No. 4 kelas V di Kalibukbuk yang tidak dapat diikutsertakan

(4)

dalam pemilihan sampel. Setelah mengetahui kesetaraan anggota populasi, ketujuh SD dirandom untuk menentukan 2 kelas yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan hasil random, diperoleh bahwa kelas V SD No.2 Anturan dan kelas V SD No.1 Anturan sebagai kelompok sampel. Selanjutnya, kedua SD dirandom kembali untuk memperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Ada dua jenis variabel yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode Edutainment yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol.

Sedangkan, variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa, yang terbatas pada aspek kognitif pada jenjang pengetahuan (C1), pemahaman

(C2), penerapan (C3), dan analisis (C4) menurut taksonomi Bloom.

Data yang ingin diketahui dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Menurut Nurkancana dan Sunartana (1990:34),

“Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak- anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan”.

Adapun metode dan instrumen yang digunakan tampak pada Tabel 3.

Tabel 3. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

No. Variabel Metode Instrumen Sumber Sifat

data 1. Hasil Belajar IPA

ranah kognitif

Tes Tes hasil belajar IPA bentuk objektif (pilihan ganda)

Siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Skor (interval)

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang hasil belajar IPA ranah kognitif siswa. Hasil belajar IPA siswa diukur dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar IPA. Tes ini berupa pilihan ganda dengan 4 pilihan yang diberikan. Jumlah soal yang akan digunakan adalah 30 soal objektif.

Jenjang taksonomi Bloom pada ranah kognitif yang dikaji, meliputi pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).

Langkah-langkah penyusunan instrumen tes hasil belajar meliputi: 1) mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, 2) memaparkan indikator pencapaian hasil belajar, 3) menyusun kisi- kisi (Blue Print) tes hasil belajar, 4) menyusun butir-butir tes hasil belajar, 5) menentukan kriteria penilaian, 6) uji ahli, 7)

uji coba instrumen di lapangan, 8) analisis uji lapangan, 9) revisi butir, dan 10)

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berfungsi untuk mengelompokkan data, menggarap, memaparkan serta menyajikan hasil olahan. Statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi.

Statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis melalui uji-t independen yang diawali dengan analisis prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Teknik analisis deskriptif

digunakan untuk mendeskripsikan data

yang diperoleh. Analisis deskriptif

menampilkan rata-rata, standar deviasi,

modus, median, nilai minimum, nilai

(5)

maksimum, jangkauan, dan jumlah data dari setiap variabel yang diteliti. Selain mendapatkan harga-harga tersebut, ditampilkan juga tabel distribusi frekuensi dan histogram untuk setiap variabel penelitian.

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui metode edutainment dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di gugus XV Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2013/2014.

Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah independent sample t- test. Dalam hal ini rumus t-test yang digunakan polled varians. Semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Jika thitung>ttabel, maka H0 ditolak atau H1

diterima. Hal itu berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui metode edutainment dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di gugus XV Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2013/2014.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil belajar IPA siswa yang diperoleh melalui post–test terhadap 30 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 29 dan skor terendah adalah 13. Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasil belajar kelompok eksperimen, yaitu: mean (M) = 23,00,

median (Md) = 23,39, modus (Mo) = 24,92, varians (s2) = 14,73, dan standar deviasi (s)

= 3,84. Data hasil belajar kelompok eksperimen, dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Kurva poligon data hasil belajar kelompok eksperimen

Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif, yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di atas rata–rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata–rata.

Untuk mengetahui kualitas variabel hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa, skor rata–rata hasil belajar siswa dikonversikan menggunakan kriteria rata–

rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi) pada Tabel 4.

Tabel 4 Pedoman Konversi dengan Menggunakan Rata–rata Ideal dan Standar Deviasi Skala Lima Hasil Belajar Kelas Eksperimen

Rentang Skor Kategori

22,5  M  30 Sangat tinggi

17,5  M ˂ 22,5 Tinggi

12,5  M ˂ 17,5 Sedang

7,5  M ˂ 12,5 Rendah

0  M ˂ 7,5 Sangat Rendah

(6)

Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata–rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen, adalah 23,00, tergolong sangat tinggi.

Selanjutnya, data hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol yang diperoleh melalui post–test terhadap 32 orang siswa menunjukkan bahwa, skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 7 Berdasarkan tabel di atas, dapat dideskripsikan mean (M), median (Md), modus (Mo), varians, dan standar deviasi (s) dari data hasi belajar kelompok kontrol, yaitu: mean (M) = 13,53, median (Md) = 12,92, modus (Mo) = 11,00, varians (s2) = 21,24, dan standar deviasi (s) = 4,61. Data hasil belajar kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk kurva poligon, seperti pada Gambar 2.

Gambar 2 Kurva poligon data hasil belajar kelompok kontrol

Berdasarkan kurva poligon di atas, diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M).

Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif, yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah.

Kecenderungan skor ini dapat dibuktikan dengan melihat frekuensi relatif pada tabel distribusi frekuensi. Frekuensi relatif skor yang berada di bawah rata–rata lebih besar dibandingkan frekuensi relatif skor yang berada di atas rata–rata.

Untuk mengetahui kualitas variabel hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, skor rata–rata hasil belajar IPA siswa dikonversikan terhadap kriteria rata–rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi) berikut.

Tabel 5 Pedoman Konversi dengan Menggunakan Rata–rata Ideal dan Standar Deviasi Skala Lima Hasil Belajar Kontrol

Rentang Skor Kategori

22,5  M  30 Sangat tinggi

17,5

M ˂ 22,5 Tinggi

12,5

M ˂ 17,5 Sedang

7,5

M ˂ 12,5 Rendah

0

M ˂ 7,5 Sangat Rendah

Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata–rata hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 13,53, tergolong sedang.

Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri–ciri distribusi normal. Uji

normalitas data dilakukan terhadap data

hasil belajar siswa kelompok

eksperimen dan kontrol. Berdasarkan

analisis data yang dilakukan, dapat

disajikan hasil uji normalitas sebaran

data hasil belajar siswa kelompok

eksperimen dan kontrol pada Tabel 6.

(7)

Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Hasil Belajar IPA Siswa

No Kelompok Data Hasil

Belajar hitung

χ

2

χ

2tabel pada Taraf

Signifikansi 5% Status

1 Post–test Eksperimen 1,110 7,815 Normal

2 Post–test Kontrol 3,445 7,815 Normal

Kriteria pengujian, jika

tabel

hitung 2

2

 pada taraf signifikansi 5%

(db = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), maka data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus chi–kuadrat, diperoleh

hitung

2 hasil belajar kelompok eksperimen adalah 1,110 dan

2tabel pada taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,815.

Hal ini berarti,

2hitung hasil belajar kelompok eksperimen lebih kecil dari

tabel

2 (

2hitung

2tabel), sehingga data hasil belajar kelompok eksperimen berdistribusi normal. Begitu pula,

2hitung

hasil belajar kelompok kontrol adalah 3,445 dan

2tabel pada taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti,

2hitung

hasil belajar kelompok kontrol lebih kecil dari

2tabel (

2hitung

2tabel), sehingga data hasil belajar kelompok kontrol berdistribusi normal.

Uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji–F, dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Rangkuman hasil uji homogenitas varians antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada tabel 7.

Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians antar Kelompok Eksperimen dan kontrol

Sumber Data Fhit Ftab pada Taraf

Signifikansi 5% Status Post–test Kelompok

Eksperimen dan Kontrol 1,44 1,81 Homogen

Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhit hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,44, sedangkan Ftab dengan dbpembilang = 31, dbpenyebut = 29, dan taraf signifikansi 5% adalah 1,81. Hal ini berarti, varians data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil belajar kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan variannya homogen. Setelah

diperoleh hasil uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0).

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan menggunakan uji–t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Kriteria jika thitung > ttabel maka H0 ditolak jika thitung < ttabel maka H0 diterima.

Rangkuman hasil perhitungan uji–t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji–t

Data Kelompok N X s2 thit ttab (t.s. 5%)

Hasil Belajar Eksperimen 30 23,00 14,73

8,77 2,00 Kontrol 32 13,53 21,24

(8)

Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji–t di atas, diperoleh thitung sebesar 8,77, sedangkan ttabel dengan db = 60 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,00. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan metode Edutainment dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode edutainment memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata–rata skor hasil belajar siswa. Rata–rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode edutainment adalah 23,00, sedangkan rata–rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional adalah 13,53.

Berdasarkan analisis data menggunakan uji–t, diketahui thitung = 8,77 dan ttabel (db = 60 pada taraf signifikansi 5%) = 2,00. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan.

Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui metode edutainment dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model Pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di gugus XV Kecamatan Buleleng Tahun Ajaran 2013/2014.

Perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode edutainment dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model konvensional disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, perbedaan pembelajaran

dengan metode edutainment menekankan lebih banyak aktivitas siswa dibandingkan guru, melalui pembelajaran antar kelompok dengan pemberian masalah dan merangkai gambar acak yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Keaktifan siswa dalam belajar membuat siswa mendapatkan pengetahuan dengan cara yang bermakna dan tidak membosankan.

Agar aktifitas-aktifitas tersebut dapat berjalan dengan baik, maka siswa dirangsang untuk berpikir dan dihadapkan pada suatu masalah, seperti memberikan pertanyaan konseptual pada awal pembelajaran untuk menggali pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.

Kedua, pembelajaran dengan metode edutainment adalah pembelajaran yang menganut paham konstruktivistik.

Konstruktivistik menuntut siswa untuk menggali pengetahuannya sendiri. Menurut paham tersebut, dalam pembelajaran siswa dituntut untuk menggali pengetahuannya sendiri. Paradigma konstruktivistik akan mengakomodasi pengetahuan awal sebagai starting point (Santyasa et al., 2005). Oleh karena itu, siswa dapat saling berbagi pengetahuan dan berusaha menggali informasi secara mandiri dalam proses pembelajaran.

Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati (2009), yang mengemukakan bahwa penerapan metode edutainment dapat meningkatkan respon siswa kelas V SD Negeri Malangjiwan 01 Colomadu dalam pembelajaran IPA. Temuan penelitian serupa juga diperoleh dari penelitian

dan Minat Belajar

Keberhasilan penelitian-penelitian tersebut mendukung keberhasilan penelitian tentang pengaruh metode Edutainment terhadap hasil belajar IPA siswa.

Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan metode Edutainment dengan kelompok siswa yang

(9)

dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar di Gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang menggunakan metode Edutainment dengan hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil analisis uji-t sampel tidak berkorelasi, pada taraf signifikansi 5%, db = 60 diperoleh thitung = 8,77 dan ttabel = 2,00. Disamping itu, rata- rata skor kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan metode Edutainment lebih tinggi daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Kelompok siswa yang menggunakan metode Edutainment mendapatkan skor rata-rata = 23,00, sedangkan pada kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional mendapatkan skor rata-rata = 13,53.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran antara lain sebagai berikut.

Peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran di sekolah sangat penting dilakukan, untuk itu bagi kepala sekolah dasar agar dapat mengupayakan peningkatan tersebut. Dengan demikian kepala sekolah dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk meningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran di sekolah. Peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran juga dipengaruhi oleh pembelajaran yang dilakukan guru. Oleh karena itu, kepada guru SD dapat menerangkan metode ini sebagai salah satu metode pembelajaran inovatif dan di modifikasi sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa sehingga berpengaruh positif pada peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan bagi peneliti lain untuk penelitian lebih lanjut pada bidang ilmu dan subjek

lainnya, demi penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Dewi, Luh Putu Tisa Sulistiana. 2012.

Penerapan Metode Edutainment untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajara IPA kelas IV SD No.

2 Ambengan Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNDIKSHA.

Kardi, S., & Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press

Nurhayati, Sri dkk. 2009. Keaktifan Pembelajaran Berbasis Question Studend Have Dengan Bantuan Chemo-Edutainment Media Key Relation Chart Terhadap Hasil Belajar Siswa. Tersedia pada Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, hlm 379-384.

diakses pada 28 Januari 2013.

Nurkencana, Wayan dan PPN Sunantara.

1990. Evaluasi Hasil Belajar.

Surabaya: PT Usaha Nasional.

Rohmawati, Siti. 2009. Penerapan Metode Edutainmen Untuk Meningkatkan

Respon Siswa Dalam

Pembelajaran Matematika.

Tersedia pada

http://etd.eprints.ums.ac.id/4644/1/

A410050039.pdf diakses pada tanggal 10 Februari 2013.

Santyasa. 2005. Pengatur Asesmen dan Portofolio. Singaraja. Fakultas Pendidikan MIPA

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian.

Bandung:Alfabeta

(10)

Sukardi. 2008. Metodologi penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Rosdakarya.

Gambar

Tabel 4 Pedoman Konversi dengan Menggunakan Rata–rata Ideal dan Standar  Deviasi Skala Lima Hasil Belajar Kelas Eksperimen
Gambar  2  Kurva  poligon  data  hasil  belajar  kelompok kontrol
Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Hasil Belajar IPA Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Halaman ini terdapat form-form yang digunakan sebagai inputan data kas berupa pemasukkan dan pengeluaran yaitu setoran bulanan, pasang baru sebagai inputan

(2) Semua Peraturan Pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 19 Tahun 2007 tentang Izin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan motivasi belajar matematika tinggi akan mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan

 Dari hasil pemaparan progress Final Laporan EITI 2015, untuk Laporan Kontekstual dan Laporan Rekonsiliasi telah mengakomodir semua masukan yang disampaikan

Dalam rangka implementasi rencana aksi OGI, Kemendagri telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan Informasi

• 2.0 - 3.0 m : Perairan utara dan timur Aceh, Samudera Hindia barat Sumatera Utara, Perairan barat Sumatera Barat hingga Lampung, Perairan selatan Bali hingga NTB, Selat

Gagasan dasarnya adalah bahwa perilaku membantu dapat memotivasi pengamatan orang terhadap penderitaan korban, karena pengamat mulai menempatkan diri di tempat

Biaya tetap pada usaha pengolahan susu pasteurisasi merupakan beberapa biaya yang harus dikeluarkan KMS untuk modal kerja yang tidak tergantung dengan besar