• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRATEGI PROBLEM SOLVING BERBANTUAN KARTU KERJA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD DI DESA TEJAKULA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH STRATEGI PROBLEM SOLVING BERBANTUAN KARTU KERJA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD DI DESA TEJAKULA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PROBLEM SOLVING BERBANTUAN KARTU KERJA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS V SD DI DESA TEJAKULA

1Km. E. K.Wardani, 2 Ign. I Wyn. Suwatra, 3 I Km. Sudarma

1,2 Jurusan PGSD, 3 TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: [email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja, (2) mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori, (3) mengetahui perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori pada siswa kelas V SD di desa Tejakula tahun pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan desain post test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di desa Tejakula yang berjumlah 163 orang.

Sedangkan sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 58 orang. Teknik pengambilan sampel adalah teknik Probability Sampling, tetapi yang dirandom adalah kelas. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar matematika kelompok eksperimen dengan menggunakan strategi problem solving berbantuan kartu kerja menunjukkan skor rata-rata 42,10 berada pada kategori sangat tinggi (2) hasil belajar matematika kelompok kontrol dengan menggunakan strategi ekspositori rata-rata skor siswa adalah 32,64 berada pada kategori sedang. (3) terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja dan kelompok dengan strategi ekspositori pada siswa kelas V sekolah dasar di desa Tejakula. Perbedaan tersebut dilihat dari thit > ttab (thit

= 4,623. > ttab = 2,003). Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa strategi problem solving berbantuan kartu kerja berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika dibandingkan dengan strategi ekspositori.

Kata kunci: problem solving, hasil belajar matematika Abstract

The purpose of this study was (1) to describe mathematics learning outcomes of students who were taught with card-assisted problem solving strategy, (2) describe mathematics learning outcomes of students were taught with expository strategy, (3) determine significant differences of mathematics learning outcomes between group of students who taught with card-assisted problem solving strategy and group of students who were taught with expository strategy of fifth grade elementary school students in Tejakula Village in academic year 2013/2014. This study was a [quasi-experimental] with a post- test only control on group design. Population of study was 163 students and sample of this study were 58 students who were determined by using Probability Sampling technique. The obtained data was analyzed in two stages, namely descriptive statistical analysis and inferential statistical analysis (t-test independent sample). The results of this study showed that: (1) mathematics learning outcomes of experimental group students

(2)

who were taught with card-assisted problem solving strategy revealed an average score 42.10 that was in very high category (2) mathematics learning outcomes of controlled group by using expository strategies had average score 32.64 that was in medium category (3) there were significant differences in mathematics learning outcomes between group that was taught by using card-assisted problem solving strategy and group that was taught by using expository strategy in fifth grade elementary school students in the Tejakula Village. The differences were seen from tvalue> ttable (tvalue = 4.623

> ttable = 2.003). Based on the findings, it was concluded that the card-assisted problem solving strategy had more positive effect on mathematics learning outcomes than expository strategy.

Key words: problem solving, result of mathematic study

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan pondasi utama dalam mengelola, mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan yang diharapkan mampu untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang. Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat terjadinya proses pembelajaran yang diusahakan dengan sengaja untuk mengembangkan kepribadian dan segenap potensi siswa sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan na- sional tersebut, diperlukan peran guru se- bagai tenaga profesional pada semua jen- jang pendidikan termasuk sekolah dasar.

Guru dituntut untuk memiliki empat kom- petensi mengajar di antaranya: kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik (Djumiran, 2010). Pada kompetensi pe- dagogik, guru dituntut menerapkan ber- bagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif agar dapat mewujudkan pendidikan yang baik.

Pendidikan yang baik adalah inves- tasi yang tak ternilai untuk kemajuan bangsa (Yulianti, 2009). Melalui pendidikan, bangsa Indonesia bisa membebaskan diri dari kebodohan, keterbelakangan, dan da- pat mengembangkan sumber daya manusia sehingga dapat memiliki rasa percaya diri untuk bersanding dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Sekolah sebagai salah satu instansi pendidikan merupakan tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam diri siswa sebelum nantinya terjun ke masyarakat.

Berbagai bidang yang berkaitan dengan

teknologi dibelajarkan di sekolah, salah satu bidang tersebut adalah pembelajaran matematika. Hudojo (2003: 40) menyatakan bahwa ”matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir.

Karena itu, matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK”. Oleh karena itu, pembelajaran matematika berpotensi memainkan peranan yang strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Dalam memberikan pembelajaran matematika di sekolah, guru hendaknya memvariasikan berbagai strategi pembe- lajaran agar dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki siswa. Sehingga siswa merasa tertantang dan bersemangat dalam mengi- kuti pembelajaran. Penekanan keaktifan belajar siswa sangat penting dan perlu dikembangkan dalam dunia pendidikan. De- ngan adanya keaktifan dan kreativitas, siswa akan menjadi orang yang kritis dalam menganalisis suatu hal, karena siswa dibiasakan untuk berpikir bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah berdasarkan kemampuan yang mereka miliki bukan hanya meniru sesuatu yang sudah ada.

Guru-guru beranggapan metode mengajar klasik (ceramah) dianggap seba- gai metode yang paling efektif dalam menuangkan pengetahuan siswa (Pujawan, 2005). Menurut Pujawan (2005: 777),

“metode ceramah sangat tidak sesuai dalam pembelajaran matematika, karena konsep-konsep yang terkandung dalam matematika merupakan konsep yang memiliki tingkat abstraksi tinggi”. Dengan metode ini, siswa cenderung menghafal contoh-contoh yang diberikan guru tanpa terjadi pembentukan konsepsi yang benar

(3)

dalam struktur kognitif siswa. Bagi siswa, belajar matematika tampaknya hanya untuk menghadapi ulangan atau ujian dan terle- pas dari masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga pelajaran matematika dirasakan tidak bermanfaat, tidak menarik, dan membosankan. Kondisi seperti ini, diyakini tidak akan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, dan akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.

Permasalahan tersebut terjadi di SD Negeri di desa Tejakula, yaitu hasil belajar matematika siswa kelas IV masih rendah.

Pembelajaran yang dilakukan selama satu semester oleh guru pengajar matematika belum menunjukkan hasil yang maksimal yaitu nilai rata-rata ulangan akhir semester I masih belum memenuhi tuntutan KKM (kriteria ketuntasan minimal). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 18 Januari 2013 di SD desa Tejakula dengan guru pengajar matematika di kelas IV, dinilai bahwa penyebab masih rendahnya nilai rata-rata siswa yang belum memenuhi standar KKM adalah kurangnya kemampuan siswa untuk memecahkan permasalahan matematika berupa soal cerita dan objektif.

Berdasarkan hasil observasi, ren- dahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu pertama, siswa masih beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sangat sulit. Hal ini menyebabkan siswa mengalami tekanan psikologis saat pembelajaran berlangsung sehingga siswa sulit memahami konsep matematika yang disampaikan. Kedua, pembelajaran mate- matika masih teacher centered atau masih didominasi oleh pembelajaran konven- sional. Pada pembelajaran konvensional, guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa selanjutnya guru memberikan contoh soal dan langkah penyelesaiannya, sehingga dalam memecahkan masalah siswa cenderung terpaku pada contoh- contoh penyelesaian yang diberikan oleh guru. Dampak dari pembelajaran seperti itu adalah rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan permasalahan mate- matika sehingga siswa menjadi pasif dan merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketiga, guru belum mampu

secara maksimal mengembangkan kemam- puan siswa dalam memecahkan masalah matematika sehingga siswa hanya mampu memecahkan permasalahan yang sama dengan contoh yang diberikan. Sehingga, siswa kurang termotivasi untuk mencari dan menentukan cara lain untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang diberikan.

Keempat, belum diterapkannya strategi pembelajaran yang sesuai digunakan untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam menemukan jawaban dari masalah. Sehing- ga, kebanyakan siswa tidak berdaya meme- cahkan masalah-masalah yang diberikan dan terhambat dalam pemecahan masalah secara kreatif dan sistematis. Kondisi demi- kian, akan berpengaruh terhadap rendah- nya hasil belajar dan kemampuan pemeca- han masalah siswa.

Salah satu strategi yang dapat me- ngatasi permasalahan tersebut adalah strategi problem solving. Pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai basis materi pembelajaran bagi siswa, sehingga siswa dapat belajar berpikir kritis dan terampil memecahkan berbagai masalah untuk memperoleh konsep atau pengetahuan yang esensial (Wena, 2009).

Masalah problem solving juga dapat menantang pikiran dan bernuansa teka-teki bagi siswa sehingga dapat meningkatkan rasa penasaran, motivasi dan kegigihan untuk selalu terlibat dalam matematika.

Melalui strategi problem solving ini, diha- rapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kreativitas berpikir siswa secara lebih bermakna dan bervariasi dalam pembela- jaran, yang nantinya bermuara pada peningkatan hasil belajar matematika.

Proses belajar mengajar melalui strategi pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil dan startegi ini juga dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara menyeluruh.

Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan menggunakan media yang menarik perhatian siswa yaitu kartu kerja. Menurut Hudojo (2003) kartu kerja dalam matematika adalah suatu sarana untuk menyampaikan ide atau informasi melalui instruksi-instruksi yang disajikan

(4)

secara tertulis pada kartu-kartu. Melalui kartu kerja, ide atau konsep-konsep mate- matika dipelajari oleh siswa melalui serang- kaian intruksi pernyataan dan latihan yang kesemuanya ditulis pada kartu-kartu yang disusun secara sistematis. Selain itu, dalam kartu kerja ini juga tercantum berbagai tugas-tugas yang mengarah pada kemam- puan pemecahan masalah secara mandiri.

Melalui permasalahan tersebut diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memantapkan konsep-konsep yang digunakan dalam pemecahan masa- lah tersebut yang nantinya dapat mening- katkan kemampuan pemecahan masalah siswa terhadap masalah-masalah yang diberikan. Meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa nantinya akan berimbas pada mening- katnya hasil belajar matematika siswa.

Strategi problem solving berbantuan kartu kerja diharapkan dapat menuntun siswa untuk memperbaiki proses belajar dalam memecahkan masalah secara terstruktur dan sistematis sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan uraian tersebut, dilakukan suatu penelitian yang berjudul

“Pengaruh Strategi Problem Solving Ber-

bantuan Kartu Kerja terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD di Desa Tejakula Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja, (2) mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori, (3) mengetahui perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja dan kelompok siswa yang dibela- jarkan dengan strategi ekspositori pada siswa kelas V SD di desa Tejakula tahun pelajaran 2013/2014.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis pene- litian eksperimen semu (quasi experiment).

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah seluruh SD yang ada di desa Tejakula pada rentang waktu semester I (ganjil) tahun pelajaran 2013/2014. Desain penelitian yang digunakan adalah Post Test Only Control Group Design (Sarwono, 2006: 87).

Desain ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Post-Test Only Control Group Design

Kelas

Treatment Post-test

E X1 O1

K - O2

(dimodifikasi Sarwono, 2006: 87) Populasi penelitian ini adalah

seluruh kelas V SD di desa Tejakula.

Jumlah SD keseluruhannya sebanyak 8 SD dengan jumlah seluruh siswa adalah 163 siswa. Penarikan populasi ini dilihat berda- sarkan kesamaan karakteristik SD Negeri di desa Tejakula. Adapun kesamaan karak- teristik yang dimiliki yaitu: letak strategis sekolah, agama, rata–rata kemampuan yang dimiliki siswa, pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan pembe- lajaran yang masih bersifat konvensional dan masih berada dalam satu gugus yaitu gugus III.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling. Jenis teknik

Probability Sampling yang dipilih adalah sampel random berkelompok (Cluster Sampling).

Adapun langkah-langkah penentuan sampel adalah sebagai berikut. Pada tahap pertama, memperhatikan jumlah siswa pada masing-masing sampel. Pada tahap kedua, kelima SD yang memenuhi syarat sebagai sampel dilakukan uji kesetaraan sampel, dengan menggunakan rata-rata ujian akhir semester mata pelajaran matematika. Berdasarkan jumlah siswa yang jumlahnya sama yaitu 29 siswa dan uji kesetaraan yang menunjukkan pasangan kelompok kelas yang setara, maka sekolah yang digunakan sebagai sampel adalah SD

(5)

Negeri 5 Tejakula dan SD Negeri 6 Teja- kula. Pada tahap ketiga, pemilihan kelas sebagai kelompok kontrol dan sebagai kelompok eksperimen yang dilakukan secara acak dengan teknik undian.

Berdasarkan hasil undian diperoleh pasangan kelas V SD Negeri 5 Tejakula sebagai kelas kontrol dan SD Negeri 6 Tejakula sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembe- lajaran dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja dan kelas kontrol diberikan perlakuan dengan strategi ekspo- sitori.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. “Menurut Agung (2011:60) menyatakan, metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval)”. Langkah- langkah penyusunan tes hasil belajar adalah: (1) menyusun kisi-kisi tes hasil belajar; (2) menentukan kriteria penilaian;

(3) menyusun butir-butir tes hasil belajar;

(4) uji ahli; (5) revisi butir-butir tes hasil belajar; (6) uji lapangan; serta (7) analisis hasil uji lapangan. Dalam penelitian ini, data

yang diperlukan yaitu data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh melalui tes uraian yang dilakukan pada akhir pem- belajaran. Hasil Belajar matematika dieva- luasi dengan menelaah hasil tes akhir ke- mudian penskorannya menggunakan rubrik penskoran tes hasil belajar.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskrip- tif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varians, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik poligon. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians).

Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Untuk memenuhi persyaratan terse- but maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean 42,10 32,64

Median 42,64 31,90

Modus 43,32 31,39

Berdasarkan data di atas dapat dideskripsikan data tes hasil belajar matematika kelompok eksperimen, yaitu:

Mean (M) = 42,10, Median (Md) = 42,64, Modus (Mo) = 43,32. Mean, median, dan modus data hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja selanjutnya disajikan ke dalam bentuk poligon.

Penyajian data ke dalam grafik bertujuan

untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar matematika pada kelompok kelas yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja. Hubungan antara mean, median, dan modus dapat digunakan untuk menentukan kemiringan grafik distribusi frekuensi. Data tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 1.

(6)

Gambar 1. Poligon Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen

Berdasarkan poligon di atas diketahui nilai modus lebih besar daripada nilai median dan nilai median lebih besar daripada nilai mean. Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi.

Sedangkan data hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol diperoleh Mean = 32,64, Median = 31,90, Modus = 31,39. Mean, median, dan modus data hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori selanjutnya disajikan ke dalam grafik.

Penyajian data ke dalam grafik bertujuan untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar matematika pada kelompok kelas yang dibelajarkan dengan strategi ekspo- sitori. Hubungan antara mean, median dan modus dapat digunakan untuk menentukan kemiringan grafik distribusi frekuensi. Data tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Poligon Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol Berdasarkan gambar poligon di atas, diketahui nilai mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah.

Setelah mengetahui hasil uji deskriptif kemudian dilakukan uji hipotesis. Namum sebelum melakukan uji hipotesis harus dilakukan uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas didapatkan data hasil belajar matematika siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Selain itu jumlah siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sama yaitu 29 siswa, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tak berkorelasi) dengan rumus polled varians.

Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Hasil Belajar

Matematika N X S2 Db thitung ttabel Kesimpulan Kelompok

Eksperimen 29 42,10 51,82

56 4,623 1,678 H0 ditolak Kelompok

Kontrol 29 32,64 33,92

Keterangan: N = jumlah data, X = mean, s2 = varians

Me= 31,90 M= 32,64

Mo= 31,39

Me= 42,64 Mo= 43,32

M = 42,10

(7)

Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung adalah 4,623 Sedangkan, ttabel dengan db = 56 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,003. Hal ini berarti, thitung > ttabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori pada siswa kelas V SD di desa Tejakula tahun pelajaran 2013/2014.

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori.

Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar matematika siswa. Rata-rata skor hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja adalah 42,10 berada pada kategori sangat tinggi. Jika skor hasil belajar matematika siswa kelom- pok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya seba- gian besar skor siswa cenderung tinggi.

Sedangkan rata-rata skor hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembe- lajaran dengan strategi ekspositori adalah 32,64 berada pada kategori sedang. Jika hasil belajar matematika siswa pada kelompok control digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah.

Perbedaan hasil belajar matema- tika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori dapat disebabkan oleh perbedaan sintaks/langkah-langkah dalam proses pembelajaran. Pada strategi problem solving memiliki langkah yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berpartisipasi dalam kegiatan diskusi di kelas, mempresen- tasikan hasil diskusi, dan mengkonstruksi

sendiri pengetahuan yang dimilikinya.

Strategi problem solving dirancang dengan proses pembelajaran yang menuntut siswa lebih banyak melakukan kegiatan pemeca- han masalah sebagai pokok pembelajaran.

Dengan proses pembelajaran seperti itu, tentunya siswa tidak semata-mata diarahkan menemukan jawaban yang benar, tetapi bagaimana siswa bisa memahami, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi seluruh proses dalam kegiatan belajar. Hal ini didukung oleh Travers (dalam Sudjana, 2005) yang menjelaskan bahwa kegiatan belajar pe- mecahan masalah memiliki ruang lingkup sikap dan perilaku yang luas. Dalam kegiatan pemecahan masalah terlibat berbagai tugas, penentuan tujuan yang ingin dicapai, dan kegiatan untuk melaksa- nakan tugas. Kegiatan belajar pemecahan masalah dilakukan melalui proses kegiatan berpikir dan bertindak dalam dan terhadap dunia kehidupan peserta didik.

Pembelajaran dengan strategi problem solving dapat dilakukan dengan menggunakan media sebagai alat bantu pembelajaran dalam upaya mencapai hasil belajar yang maksimal. Media yang digu- nakan adalah kartu kerja. Kartu kerja da- lam matematika adalah suatu sarana untuk menyampaikan ide atau memberikan infor- masi tentang matematika melalui instruksi- instruksi dan pertanyaan-pertanyaan soal latihan yang kesemuanya disajikan secara tertulis pada kartu-kartu (Hudojo, 2003).

Herawati (2008: 11) menyatakan bahwa,

“dengan menggunakan kartu kerja, siswa ditantang untuk dapat mengemukakan pen- dapat atau jawaban berdasarkan penge- tahuan yang dimilikinya”. Kartu-kartu kerja terbuat dari kertas, berbentuk persegi panjang. Setiap kartu kerja berisi nomor urut, uraian singkat dari suatu masalah atau uraian singkat suatu konsep yang diper- lukan untuk menyelesaikan tugas di bawah- nya. Pembelajaran dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja dimulai dengan siswa secara berkelompok mengi- dentifikasi permasalahan yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini, siswa dituntut untuk mengidentifikasi permasalahan secara tepat sesuai dengan kemampuan- nya dan kerjasama didalam kelompoknya sehingga siswa dapat bertukar pikiran dan

(8)

melakukan pemecahan masalah secara bersama-sama. Ketika siswa melaksanakan tahap ini hampir semua siswa dapat menyelesaikan tahap ini dengan baik.

Setelah siswa melakukan tahap identifikasi masalah selanjutnya siswa ber- sama kelompoknya melakukan repre- sentasi atau penyajian permasalahan. Pada tahap ini, guru membantu siswa merumus- kan permasalahan secara benar selanjut- nya siswa merumuskan dan melakukan pengenalan masalah. Tahap ini merupakan tahap yang berperan penting yang akan membantu siswa menyelesaikan tahap selanjutnya yaitu melakukan perencanaan pemecahan masalah. Pada tahap repre- sentasi/penyajian masalah seluruh siswa sudah dapat melakukannya dengan baik.

Ketika siswa sudah dapat menyele- saikan tahap representasi masalah, maka siswa kembali dituntut untuk menggunakan kemampuan pemecahan masalah dan kerjasama dalam kelompoknya yaitu untuk menyelesaikan tahap perencanaan peme- cahan. Tahap ini dirasakan sangat penting karena dalam tahap ini siswa harus mampu membuat perencanaan yang sesuai dengan permasalahan yang sudah diidentifikasi.

Tahap ini akan tercermin dalam penye- lesaian tahap yang keempat yaitu mene- rapkan/ mengimplementasikan perenca- naan.

Pada tahap menerapkan/mengim- plementasikan perencanaan, siswa mene- rapkan rencana yang telah dibuat dengan kelompoknya untuk menyelesaikan perma- salahan pada kartu kerja. Peran guru pada tahap ini adalah memberikan bimbingan kepada siswa dalam menerapkan rencana pemecahan. Seluruh siswa dalam menye- lesaikan tahap ini dapat bekerja dengan baik, sehingga tahap ini dapat tersele- saikan.

Tahapan problem solving selanjut- nya adalah menilai perencanaan. Pada tahap ini, guru juga memberikan bimbingan kepada siswa dalam menilai perencanaan masalah. Dalam menilai perencanaan ini, ketelitian siswa dalam memeriksa kembali hasil pekerjaan yang sudah dibuat bersama kelompoknya sangat di perhatikan. Sebab, dengan ketelitian siswa akan dapat mengetahui kesesuaian jawaban atau pemecahan masalah yang telah dilakukan

sudah sesuai dengan tahapan atau belum.

Pelaksanaan tahap ini dapat dilakukan dengan baik oleh seluruh siswa. Hal ini tercermin dalam pelaksanaan tahap yang terakhir yaitu menilai hasil perencanaan pemecahan.

Pelaksanaan tahapan problem sol- ving yang terakhir yaitu menilai hasil perencanaan. Pada tahap ini keterlibatan siswa sangat diperlukan karena pada tahap ini, dapat mencerminkan keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Penilaian dalam tahap ini dilakukan oleh guru bersama siswa.

Siswa menyampaikan dan membuat jawaban dari permasalahan ke depan kelas, serta menyampaikan kepada teman yang lainnya. Dalam tahap ini siswa lainnya juga tidak hanya menonton saja namun siswa yang lain ditugaskan untuk mengecek dan mengkoreksi jawaban yang telah dikerjakan oleh temannya di depan.

Sehingga pada tahap ini sangat terlihat partisipasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa sangat antusias dan terlibat dengan baik dalam pembelajaran ini.

Berbeda halnya dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori, informasi hanya terjadi satu arah saja, dimana peran guru masih mendominasi dalam pemberian informasi.

Penjelasan yang diberikan oleh guru masih berorientasi pada buku dan guru jarang mengaitkan materi yang dibahas dengan masalah-masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan siswa cenderung menghapalkan setiap konsep yang diberikan tanpa memahami dan mengkaji lebih lanjut dari konsep- konsep yang diberikan. Kurang pahamnya siswa terhadap materi yang diberikan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa itu sendiri. Ketika siswa diberikan soal maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Hal ini akan menyebabkan hasil belajar matematika siswa menjadi tidak optimal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Subratha (2007) yang menyatakan bahwa, siswa secara individual mampu menguasai kon- sepkonsep yang dipelajari dan meme- cahkan masalah secara sistematis. Hal ini

(9)

disebabkan karena implementasi pembe- lajaran kooperatif dan strategi pemecahan masalah ini mampu memberikan kesem- patan yang seluas-luasnya kepada individu siswa maupun kelompok untuk mem- perdalam pemahaman konsep-konsep dan prinsip utama, dan membantu pebelajar untuk menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu pada berbagai persoalan.

Selain itu, melalui kinerja kelompok siswa secara kolaboratif dengan temannya saling membantu melengkapi kekurangannya yang ada pada diri masing-masing.

Hasil yang sama juga dikemukakan oleh Putra (2012) yang mengemukakan bahwa strategi problem solving (PS) memberikan pengaruh yang berarti terha- dap prestasi belajar fisika siswa. Pening- katan prestasi belajar fisika siswa terjadi karena strategi problem solving (PS) menekankan bagaimana pengetahuan kon- septual diterapkan saat memecahkan permasalahan. Strategi ini memiliki fokus untuk memahami beberapa konsep penting yang bisa diaplikasikan pada berbagai tipe permasalahan. Penggunaan strategi ini, secara berkelanjutan akan meningkatkan penguasaan konsep dan pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajar fisika siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian dari data yang diperoleh pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan mengguna- kan strategi problem solving berbantuan kartu kerja tergolong sangat tinggi dengan rata-rata (M) 42,10. (2) Hasil belajar mate- matika siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan strategi ekspo- sitori tergolong sedang dengan rata-rata (M) 32,64 . (3) Berdasarkan hasil perhitu- ngan uji-t, diperoleh thit sebesar 4,623 sedangkan ttab dengan db = 56 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,003. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi problem solving berbantuan kartu kerja dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan strategi ekspositori pada siswa kelas V SD di desa Tejakula tahun pelajaran

2013/2014. Jadi, disimpulkan bahwa pene- rapan strategi problem solving berbantuan kartu kerja berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V di desa Tejakula.

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Siswa diharapkan secara sungguh-sungguh berpartisipasi aktif dalam mengikuti pem- belajaran, sehingga pengetahuan yang diperoleh benar-benar dipahami dan melekat dalam ingatannya serta pembe- lajaran akan lebih bermakna. 2) Bagi guru yang menemukan permasalahan yang sama dengan penelitian yang dilakukan maka disarankan untuk menggunakan strategi problem solving berbantuan kartu kerja. 3) Peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang strategi problem solving berbantuan kartu kerja dalam bidang ilmu matematika maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami, diantaranya masalah waktu pelaksanaan penelitian dan biaya yang digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja:

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha.

Djumiran, dkk. 2010. Profesi Keguruan 2 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional.

Herawati, Kristiana Nury. 2008. Penerapan Model Pembelajaran dengan Metode Kartu Kerja sebagai Upaya Mengembangkan Kreativitas serta Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Mojokerto. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Undiksha Singaraja.

(10)

Hudojo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA.

Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Subratha, Nyoman. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran dan Strategi Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C SMP N 1 Sukasada.

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Undiksha. 1 (2) 135-147.

Sudjana, S. H. D. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Pujawan, I Gusti Ngurah. 2005. Imple- mentasi Pendekatan Matematika Realistik dengan Metode PQ4R Berbantuan LKS dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 4 Singaraja. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Edisi Khusus. (38): 774- 788.

Putra, Agus Edi. 2012. Pengaruh Strategi Problem Solving terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tabanan Tahun Pelajaran 2011/2012.Skripsi (tidak diterbitkan).

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Undiksha Singaraja.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta:

Bumi Aksara.

Yulianti, Ni Luh Gede Ayu Ria. 2009.

Pemahaman Konsep dan Kinerja Ilmiah Fisika Siswa Kelas X Semester 2 SMA Lab. Undiksha Tahun Ajaran 2008/2009 Ditinjau dari Perbedaan Gender. Skripsi (tidak diterbitkan).

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Undiksha Singaraja.

Gambar

Gambar 1.  Poligon  Data    Hasil  Belajar  Matematika  Kelompok  Eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Karena berdasarkan dalam kehidupan nyata Pocari Sweat lebih banyak digemari dan difavoritkan sebagai minuman pengganti cairan tubuh daripada minuman isotonik

Metode ceramah adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui penuturan dan penerapan lisan oleh guru kepada siswa. agar siswa efektif dalam proses belajar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal dengan judul

Konawe Selatan, dengan ini kami mengundang Saudara untuk mengikuti rapat Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya, yang akan dilaksanakan pada :. PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE

Sebagai content provider, pada tanggal 30 Agustus 2011 Kompas TV melakukan siaran percobaan dengan kerjasama dengan stasiun TV lokal Ktv atau PT Komando Media Televisi

Dalam pemenuhan infrastruktur diharapkan partisipasi dari masyarakat,untuk itu pemerintah kabupaten Parigi Moutong mempunyai program pemberdayaan masyarakat baik program yang

Hal ini sesuai dengan Rahayu (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran guided discovery berbeda dengan model pembelajaran lain, model pembelajaran ini lebih menekankan